Anda di halaman 1dari 31

PENGARUH PERUBAHAN SUHU TERHADAP MEMBUKA

DAN MENUTUP OPERKULUM / MULUT PADA IKAN MAS


(Cyprinus carpio)

Disusun sebagai Laporan Akhir Praktikum Fisiologi Hewan Air Tahun Akademik
2017-2018

Disusun oleh :
Kelompok 18/Perikanan A

Azhra Fatimah Ramdhani 230110170021


Dealitabela 230110170024
Jodi Darmawan 230110170032
Ratih Maolid Anaziah 230110170057

UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
PROGRAM STUDI PERIKANAN
JATINANGOR

2018
LEMBAR PENGESAHAN

Judul Praktikum Pengaruh Suhu Media Air Terhadap Membuka dan


Menutup Operkulum Benih Ikan Mas (Cyprinus
carpio)

Kelas Perikanan – A

Kelompok Nama NPM


1. Azhra Fatimah Ramdhani 230110170021
2. Dealitabela 230110170024
3. Jodi Darmawan 230110170032
4. Ratih Maolid Anaziah 230110170057

Jatinangor, April 2018

Asisten Laboratorium

Amsal Loudkia Tarigan.


NPM. 230110150132

Dosen Penanggung Jawab Praktikum


Mata Kuliah Fisiologi Hewan Air

Irfan Zidni, S.Pi.,MP.


NIP. 19901112 2016043001
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas nikmat dan
karunianya-Nya Laporan Praktikum Fisiologi Hewan Air tentang “Pengaruh
Perubahan Suhu Media Air Terhadap Membuka dan Menutup Operkulum Benih
Ikan Mas (Cyprinus carpio)” dapat diselesaikan.
Tujuan dari pembuatan laporan ini adalah untuk memberikan gambaran
mengenai kegiatan praktikum Fisiologi Hewan Air di Fakultas Perikanan dan
Ilmu Kelautan, Universitas Padjadjaran dan memberikan pengetahuan yang lebih
mendalam mengenai pengaruh perubahan suhu terhadap membuka dan menutup
operkulum benih ikan mas.
Laporan ini dapat tersusun tak lepas dari bantuan banyak pihak. Oleh
karena itu kelompok 18 mengucapkan banyak terimakasih kepada :
1. Dosen pengampu Drs. H. Walim Lili, M.Si, Dr. Ir. Kiki Haetami, M.Si., dan
Irfan Zidni, S.Pi, MP. yang menyampaikan materi dengan baik.
2. Asisten laboratorium Amsal Loudikia Tarigan yang membimbing penulis
dalam praktikum.
3. Teman-teman yang bekerja sama dengan baik pada saat praktikum.
Laporan ini semoga dapat menjadi evaluasi dan tolak ukur dalam
pelaksanaan praktikum Fisiologi Hewan Air di Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan Universitas Padjadjaran dan menjadi bahan perbaikan untuk
kedepannya.

Jatinangor, April 2018

Kelompok 18

i
DAFTAR ISI

BAB Halaman
DAFTAR TABEL .................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................ iv
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. v
I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .................................................................................. 1
1.1 Tujuan Praktikum ............................................................................. .2
1.2 Manfaat . ............................................................................................. 2
II KAJIAN PUSTAKA
2.1 Ikan Mas ............................................................................................. 5
2.1.1 Klasifikasi Ikan Mas........................................................................... 5
2.1.2 Fisiologi Ikan Mas .............................................................................. 6
2.2 Suhu .................................................................................................... 7
2.3 Sistem Respirasi ................................................................................. 7
2.3.1 MekanismeRespirasi………………………………………………... 8
2.3.2 Faktor yang Mempengaruhi espirasi………………………………... 8
III BAHAN DAN METODE
3.1 Tempat dan Waktu .................................................................................... 9
3.2.1 Alat ..................................................................................................... 9
3.2.2 Bahan………………………………………………………………...9
3.2.3 Prosedur Praktikum .......................................................................... 10
IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Data Kelompok ................................................................................ 12
4.2 Data Kelas ........................................................................................ 12
4.3 Pembahasan ...................................................................................... 13
V SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan........................................................................................... 15
5.2 Saran ................................................................................................. 15
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 16

ii
DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman


1 Alat-alat praktikum................................................................................9
2 Bahan-bahan praktikum.........................................................................9

iii
DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman


1 Benih Ikan Mas (Cyprinus carpio) ............................................................. 5
2 Insang pada Ikan ......................................................................................... 8
3 Grafik perubahan suhu terhadap membuka dan menutup operkulum benih
ikan mas kelompok 18. ............................................................................. 12
4 Grafik perubahan suhu terhadap membuka dan menutup operkulum benih
ikan mas kelas Perikanan A. ..................................................................... 13

iv
DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman


1 Alat yang digunakan ................................................................................. 17
2 Bahan yang digunakan .............................................................................. 18
3 Prosedur Praktikum ................................................................................... 19
4 Dokumentasi Kegiatan .............................................................................. 21
5 Hasil Kelompok ........................................................................................ 23
6 Hasil Kelas ................................................................................................ 24

v
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Suhu merupakan faktor pembatas di dalam suatu perairan. Suhu tubuh
ikan berkisar kurang labih satu derajat dibandingkan temperatur lingkungannya
(Champbell 2004). Oleh karena itu, perubahan mendadak dari temperatur
lingkungan berpengaruh besar terhadap pernafasan ikan tersebut. Suhu
merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kecepatan laju metabolisme
suatu organisme.
Ikan merupakan mahkluk hidup yang mempunyai habitat di air, baik air
tawar, payau, maupun asin. Ikan adalah hewan poikiloterm, yaitu hewan yang
dapat hidup dangan menyesuaikan temperatur atau suhu di tempat hidupnya. Ikan
bernafas dengan mengambil air dari dalam air dengan menggunakan alat
pernafasan yaitu insang yang terdapat di kanan dan kiri bagian kepala. Sewaktu-
waktu ikan akan mengambil oksigen ke permukaan air jika oksigen yang terlarut
dalam air tidak mencukupi. Ikan mengambil oksigen dari dalam air dan
mengeluarkan karbondioksida yang tidak berguna, bahkan jika karbondioksida
terlalu banyak terdapat dalam air, karbondioksida tersebut terserap oleh udara
bebas (Subardja 1989).
Benih ikan mas merupakan hewan yang sensitif terhadap pengaruh
kualitas air bahkan pada ikan dewasa pun akan terpengaruh bila suatu parameter
air mengalami perubahan. Benih ikan masih memiliki tingkat SR (survival rate)
yang sangat rendah dikarenakan ikan pada fase benih keadaan tubuhnys masih
belum stabil. Organ-organ benih ikan belum sejati dan masih rentan terhadap
perubahan parameter air tertentu. Ikan mas pada fase benih sangat cocok
digunakan sebagai indikator pada penentuan kualitas air khususnya pada
perubahan suhu media air terhadap membuka dan menutup operkulum benih ikan
mas (Wicaksono 2005).

1
2

1.2 Tujuan Praktikum


Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui perubahan suhu media
air terhadap membuka dan menutup operkulum benih ikan mas dan mempelajari
tingkah laku benih ikan mas saat suhu dinaikkan dan diturunkan.

1.3 Manfaat
Manfaat dilaksanakan praktikum Fisiologi Hewan Air mengenai
“Perubahan Suhu Media Air terhadap Membuka dan Menutup Operkulum Benih
Ikan Mas” yaitu dapat mengetahui dan membuktikan pernyataan bahwa suhu
media air berpengaruh terhadap membuka dan menutup operkulum.
5

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1 Ikan Mas


Ikan mas atau ikan karper (Cyprinus carpio) adalah ikan air tawar yang
bernilai ekonomis dan tersebar luas di Indonesia. Ikan mas sudah dipelihara sejak
tahun 475 sebelum masehi di Cina (Menegristek 2000). Ikan mas mulai dikenal
pertama kali di Indonesia yaitu di daerah Galuh, Ciamis, Jawa Barat sekitar tahun
1810. Kemudian mulai berkembang ke daerah-daerah lain di Jawa Barat.
Ikan mas mulai berkembang ke wilayah Sumatera seperti Bukit Tinggi,
Sumatera Barat, dan Medan pada tahun 1903. Ikan mas dikenal di Sulawesi pada
tahun 1895 yang diawali dari daerah Tondano, Sulawesi Utara. Ikan mas mulai
dibudidayakan di Pulau Bali dan Pulau Flores pada tahun 1931. Penyebaran ikan
mas ke berbagai daerah di Indonesia relatif begitu cepat. Hal ini terjadi karena
cara pemeliharaan dan pembudidayaan ikan mas tergolong mudah serta sifatnya
yang tahan terhadap berbagai kondisi lingkungan (Khairuman et al. 2008).

2.1.1 Klasifikasi Ikan Mas


Klasifikasi Ikan mas dikenal dengan berbagai sebutan yaitu dalam bahasa
Inggris disebut common carp. Masyarakat di Pulau Jawa menyebut ikan mas
dengan sebutan ikan mas-masan atau lauk mas sedangkan di daerah Sumatera,
ikan mas dikenal dengan sebutan ikan rayo atau ikan ameh (Khairuman et al.
2008).

Gambar 1. Benih Ikan Mas (Cyprinus carpio)


6

Berdasarkan ilmu taksonomi hewan, klasifikasi ikan mas (Gambar 1)


menurut Saanin (1984), adalah sebagai berikut :
Filum : Chordata
Sub Filum : Vertebrata
Kelas : Actinopterygii
Sub Kelas : Neopterygii
Ordo : Cypriniformes
Sub Ordo : Cyprinoidea
Famili : Cyprinidae
Genus : Cyprinus
Spesies : Cyprinus carpio

2.1.2 Fisiologi Ikan Mas


Ikan sebagai biota perairam yang mendapatkan oksigen terlarut dalam air.
Insang merupakan komponen penting dalam pertukaran gas pada ikan yang
terbentuk dari lengkungan tualng rawan yang mengeras dengan beberapa filamen
insang di dalamnya (Fujaya 1999).
Kadar oksigen dalam perairan akan bertambah dengan semakin rendahnya
suhu dan kadar oksigen berkurang dengan semakin tingginya salinitas. Pada
lapisan permukaan, kadar oksigen akan lebih tinggi, karena adanya proses difusi
antara air dengan udara bebas serta adanya proses fotosintesis. Jika bertambahnya
kedalaman akan terjadi penurunan kadar oksigen terlarut, karena proses
fotosintesis semakin berkurang dan kadar oksigen banyak digunakan untuk
pernapasan dan oksidasi bahan-bahan organik dan anorganik. Keperluan
organisme terhadap oksigen relatif bervariasi tergantung pada jenis, stadium dan
aktifitasnya. Kebutuhan oksigen untuk ikan dalam keadaan diam relatif lebih
sedikit apabila dibandingkan dengan ikan pada saat bergerak atau memijah. Jenis-
jenis ikan tertentu yang dapat menggunakan oksigen dari udara bebas, memiliki
daya tahan yang lebih terhadap perairan yang kekurangan oksigen terlarut
(Salim 2006).
Hubungan oksigen terlarut dengan fisiologi ikan mas berupa membuka
dan menutup operkulum yaitu jika kadar oksigen terlarut dalam perairan tinggi
maka membuka dan menutup operkulum pada ikan mas semakin cepat dan jika
7

oksigen terlarut dalam perairan rendah maka membuka dan menutup operkulum
ikan mas semakin lambat (Salim 2006).

2.2 Suhu
Suhu tubuh hewan poikilotermik ditentukan oleh keseimbangannya
dengan kondisi suhu lingkungan, dan berubah-ubah seperti berubah-ubahnya
kondisi suhu lingkungan. Pada hewan poikilotermik air, misalnya kerang, udang
dan ikan, suhu tubuhnya sangan ditentukan oleh keseimbangan konduktif dan
konvektif dengan air mediumnya, dan suhu tubuhnya mirip dengan suhu air.
Hewan memprodukdi panas internak secara metabolik, dan ini mungkin
meningkatkan suhu tubuh di atas suhu air. Namun air menyerap panas begitu
efektif dan hewan poikilotermik tidak memiliki insulasi sehingga perbedaan suhu
hewan dengan air sangat kecil (Soewolo 2000).
Engelsma et al. (2003) menyatakan bahwa suhu juga berpengaruh
terhadap parameter hematological dan daya tahan terhadap penyakit. Pemberian
suhu tinggi ataupun suhu rendah yang mendadak dapat meningkatkan jumlah sel
darah putih pada ikan mas. Proses fisiologis dalam ikan yaitu tingkat respirasi,
makan, metabolisme, pertumbuhan, perilaku, reproduksi dan tingkat detoksifikasi
dan bioakumulasi dipengaruhi oleh suhu (Fadhil 2011).

2.3 Sistem Respirasi


Sistem respirasi adalah proses pertukaran oksigen dan karbon dioksida
antara suatu organisme dengan lingkungannya peranan oksigen dalam kehidupan
ikan merupakan zat untuk mengoksidasi zat makanan berupa karbohidrat, lemak,
dan protein, sehingga dapat menghasilkan energi. Tingkah laku ikan saat
kandungan oksigen dalam air kurang adalah ikan akan berenang ke tempat yang
lebih baik kondisi oksigennya, air yang berarus ke daerah ke permukaan serta
dengan meningkatkan frekuensi pemompaan air atau memperbesar air yang
melewati insang (Ridwan 2002).
Komponen-kompenen pada system respirasi ikan antara lain alat
pernafasan (insang), oksigen, karbon dioksida dan darah (butir-butir darah merah,
Hb). Prinsip respirasi yaitu proses pertukaran gas terjadi secara difusi. Proses
8

difusi terjadiketika suatu aliran molekul gas dari lingkungan/ruang yang


konsentrasi gasnya tinggi ke lingkungan/ruang yang konsentrasi gaya rendah
(Ridwan 2002).

2.3.1 Mekanisme Respirasi


Mekanisme pernapasan benih ikan mas dibagi menjadi dua menurut Tobin
(2005) yaitu :
1. Fase inspirasi yaitu proses pemasukan oksigen ke dalam alat pernafasan.
Air masuk ke dalam rongga mulut ikan karena dipengaruhi tekanan udara
dalam rongga mulut yang lebih kecil daripada tekanan udara di air.

Gambar 2. Insang pada Ikan

2. Fase ekspirasi yaitu proses pelepasan udara dari alat pernafasan kealam
sekitarnya. Fase ekspirasi terjadi saat rongga mulut ikan tertutup.
Akibatnya, udara masuk ke insang secara difusi secara bersamaan
operkulum terbuka. Akibatnya, air mengalir melalui celah insang dan
menyentuh lembaran-lembaran insang. Secara otomatis, karbondioksida
dilepaskan oleh darah dan sebaliknya oksigen diikat.

2.3.2 Faktor yang Mempengaruhi Respirasi


Respirasi sangat dipengaruhi oleh kadar oksigen didalam lingkungan
organisme yang bersangkutan. Untuk lingkungan air, kadar oksigen dipengaruhi
oleh kelarutan oksigen dalam air. Menurut Tobin (2005) Kelarutan oksigen dalam
cairan secara umum dipengaruhi oleh:
9

1. Tekanan parsial oksigen (O2) di atas permukaan cairan. Makin tinggi


tekanan O2 di atas permukaan cairan, makin tinggi pada kelarutan oksigen
di dalam cairan.
2. Suhu cairan atau medium. Makin tinggi suhu cairan atau medium, makin
rendah kelarutan oksigen dalam cairan atau medium.
3. Kadar garam di dalam cairan. Makin tinggi kadar garam, makin rendah
kelarutan oksigen di dalam cairan`
BAB III
BAHAN DAN METODE

1.1 Tempat dan Waktu


Kegiatan praktikum ini dilaksanakan di Laboratorium Fisiologi Hewan Air
Gedung 2, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran
mengenai “Pengaruh Perubahan Suhu terhadap Membuka dan Mentupnya
Operkulum/Mulut pada Ikan Mas (Cyprinus carpio). Waktu praktikum
dilaksanakan pada hari Senin, 26 Maret 2018 pukul 07.30 WIB.

3.2 Alat dan Bahan


Pada praktikum ini, digunakan alat dan bahan seperti berikut:

3.2.1 Alat
Alat yang dipergunakan dalam praktikum ini antara lain:
Tabel 1. Alat-alat praktikum
NO Alat Fungsi
1 Beaker glass Sebagai wadah untuk ikan yang
diamati.
3 Hand counter Untuk menghitung membuka dan
menutupnya
4 Timer atau stopwatch Untuk mengukur waktu.
5 Water bath Sebagai alat pemanas air.
6 Wadah plastic Sebagai wadah untuk tempat
aklimisasi ikan sesudah atau
sebelum pengamatan.

3.2.2 Bahan :
Bahan yang dipergunakan dalam praktikum ini antara lain:
Tabel 2. Bahan-bahan praktikum
No Bahan Fungsi
1 Ikan mas Untuk objek percobaan.
2 Air Sebagai media hidup ikan.
3 Es batu Untuk mendinginkan air hingga
temperatur yang diperlukan

9
10

3.2 Prosedur Praktikum


Berikut ini adalah prosedur praktikum yang harus dilakukan antara lain :
1. Beaker glass 1000 ml dan dua wadah plastik disiapkan sebagai wadah
perlakuan dan sebagai tempat ikan yang belum dan yang sudah diamati.
2. Tiga ekor benih ikan mas diambil dari akuarium stok, lalu ikan
dimasukkan ke dalam salah satu wadah plastik yang telah diberi air.
3. Beaker glass diisi dengan air secukupnya ( ± ½ volumenya ), lalu suhunya
diukur dengan termometer dan hasilnya dicatat.
4. Pengamatan dilakukan dengan tiga perlakuan yaitu :
T1 = untuk suhu kamar ( …. ± 0,5 ºC) .
T2 = untuk suhu 3 ºC di atas suhu kamar
T3 = untuk suhu 3 ºC di bawah suhu kamar
5. Satu persatu benih ikan mas dimasukkan ke dalam beaker glass yang
sudah diukur suhunya (perlakuan a) kemudian dihitung banyaknya bukaan
operculum benih ikan mas selama satu menit dengan hand counter dan
stop watch sebagai penunjuk waktu dan diulang sebanyak tiga kali untuk
masing-masing ikan. Data yang diperoleh dicatat pada kertas lembar kerja
yang telah tersedia.
6. Setelah selesai dengan benih ikan mas pertama dilanjutkan dengan benih
ikan mas berikutnya sampai semua benih ikan mas teramati. Ikan yang
telah diamati dimasukkan ke dalam wadah plastik lain yang telah
disediakan.
7. Setelah selesai dengan perlakuan a, dilanjutkan dengan perlakuan b dengan
suhu air yang terkontrol pada beaker glass agar sesuai dengan suhu yang
diinginkan dengan air panas yang dipanaskan dari water bath sedikit demi
sedikit, pada saat pengamatan berlangsung suhu air turun pada kisaran
toleransi ± 0,5 ºC. Pengamatan selanjutnya sama seperti pada point 5 dan 6
8. Setelah selesai dengan perlakuan b, dilanjutkan dengan perlakuan c dengan
suhu air pada beaker glass yang terkontrol dengan es balok yang telah
dipecahkan dengan palu sedikit demi sedikit. Usahakan pada saat
11

pengamatan berlangsung suhu air naik pada kisaran toleransi ± 0,5 ºC.
Pengamatan selanjutnya sama seperti pada point 5 dan 6.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Data Kelompok


Berikut merupakan grafik pengaruh perubahan suhu terhadap membuka
dan menutup operkulum benih ikan mas kelompok 18:

160 157
Bukaan Operculum (kali/menit)

155
150 146
145
140
135
135
130
125
120
22 25 28
Suhu(⁰C)
Gambar 3. Grafik perubahan suhu terhadap membuka dan menutup operkulum benih
ikan mas kelompok 18.

4.2 Data Kelas


Berikut merupakan grafik pengaruh perubahan suhu terhadap membuka
dan menutup operkulum benih ikan mas Perikanan A:
200
179
180
Bukaan Operculum (kali/menit)

160 153

140 128
120
100
80
60
40
20
0
22 25 28
Suhu(⁰C)

12
13

Gambar 4. Grafik perubahan suhu terhadap membuka dan menutup operkulum benih
ikan mas kelas Perikanan A.

4.3 Pembahasan
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan, ternyata ikan yang
temperatur airnya 3ºC diatas suhu kamar mengalami peningkatan dalam frekuensi
dan menutupnya operculum. Peningkatan temperatur atau suhu, akan
mempengaruhi kalarutan oksigen semakin rendah. Hal ini mengakibatkan ikan
tidak terkendali, sehingga ikan berenang jauh lebih cepat dari biasanya, bahkan
jika ikan tersebut lebih agresif maka ikan akan berusaha untuk mendapatkan suhu
normal dengan melompat keluar. Beaker glass harus di tutup dengan penutup
untuk mencegah ikan melompat keluar.
Pada temperatur 3°C dibawah suhu kamar, frekuensi membuka dan
menutupnya operculum seharusnya lebih lambat dari fekuensi membuka dan
menutupnya operculum pada suhu kamar. Dengan menurunnya temperatur, maka
terjadi penurunan metabolisme ikan sehingga kebutuhan ikan terhadap oksigen
menjadi menurun. Hal ini mengakibatkan bukaan operculum melambat, karena
penurunan temperatur juga dapat mengakibatkan kelarutan oksigen pada air
menjadi meningkat.
Dilihat dari tabel rata-rata keseluruhan membuka dan menutup
operculum/mulut ikan yang berada pada suhu kamar rata rata jumlah membuka
dan menutup operculum benih ikan mas 153, sedangkan pada suhu 3° diatas suhu
kamar rata rata jumlah membuka dan menutup operculum ikan adalah 179 dan
pada suhu 3° dibawah suhu kamar jumlah rata rata membuka dan menutup
operculum benih ikan mas adalah 120. Dari data tersebut terlihat bahwa membuka
dan menutup operculum/mulut ikan dipengaruhi oleh suhu dan kadar oksigen.
Suhu semakin meningkat, maka kelarutan oksigen akan menurun sehingga ikan
akan lebih aktif memompa air untuk mengambil oksigen.
Suhu dibawah suhu kamar metabolisme akan menurun sehingga
membutuhkan oksigen lebih sedikit daripada ikan pada suhu kamar dan diatas
suhu kamar. Sedangkan pada suhu diatas suhu kamar kebutuhan oksigennya lebih
14

banyak karena metabolisme ikan meningkat. Sedangkan untuk yang berada pada
suhu kamar kebutuhan akan oksigennya relatif konstan karena laju
metabolismenya konstan.
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari praktikum “Pengaruh Perbedan Suhu
Terhadap Membuka dan Menutup Operkulum/Mulut Ikan” adalah pada suhu
kamar 25˚C rata-rata bukaan operkulum ikan sebanyak 127 kali. Pada suhu 3˚C
diatas suhu kamar 28˚C rata-rata bukaan operkulum ikan sebanyak 179 kali. Pada
suhu 3˚C dibawah suhu kamar 22˚ C rata-rata bukaan operculum 153 kali.
Berdasarkan data tersebut dinayatakan bahwa semkain tinggi suhu, maka jumlah
bukaan operculum ikan semakin besar, hal ini dikarenakan laju metabolisme pada
tubuh ikan meningkat seiring bertambahnya suhu dan terbukti bahwa ikan mas
merupakan hewan pokilotermik yaitu suhu tubuh mengikuti suhu lingkungan.

5.2 Saran
Adapun saran yang dapat kami sampaikan yaitu sebaiknya sarana dan
prasarana di lengkapi lagi agar praktikum berjalan dengan lancar. Selain itu,
kebersihan laboratorium harus dijaga agar lebih mudah dalam pelaksanaan
praktikum.

15
DAFTAR PUSTAKA

Campbell, A. (2004). Biologi Jilid III. Erlangga. Jakarta

Engelsma, M.Y., S. Hougee, D. Nap, M. Hofenk, J. Rombout, and W.B.


Muiswinkel. (2003). Multiple acute temperature stress affects leucocyte
populations and antibody responses in common carp, Cyprinus carpio L.
J. Fish. Shellfish. Immunol. 15:397- 410.

Fadhil R, J., F. Endan, S. Taip, dan M. Salih. (2011). Kualitas air dalam system
resirkulasi untuk budidaya ikan lele/keli (Clarias Batrachus). J. Aceh. Dev.
Int. Conf. 1:1-10.

Fujaya, Y. (1999). Dasar Pengembangan Teknik Perikanan. Rineka Cipta,


Jakarta.

Ridwan. (2002). Fisiologi Hewan Air. Penerbit : UNSRI Press. Palembang.

Saanin H. (1984). Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan. Vol. 1 & 2.Bina Cipta.
Jakarta. 508 p.

Salim, M. 2006. Effect Of Water Temperature On The Growth


Performance and Feed Convertion Ration Of Labeo rohita. Pakistan
Veteriner Journal. 26 (3): 105-108.

Shcherbina, M. A., Shcherbina, T. V., and Kazlauskene, O. P. 1977. Amylase


activity and rate of carbohydrate resorption with the introduction of various
amounts of fat into diet of carp, Cyprinus carpio. J. Ichthyol., 17:327-331.

Soewolo. 2000. Pengantar Fisiologi Hewan. Proyek Pengembangan Guru


Sekolah Menengah IBRD Loan No. 3979. Jakarta.

Sukia. 2003. Biologi Vertebrata. Malang: Universitas Negeri Malang.

Tobin, A.j. 2005. Asking About Life. Thompson Books/Cole. Canada.

16
LAMPIRAN
Lampiran 1. Alat yang digunakan

1. Thermometer 2. Beaker Glass

3. Toples 4. Hand Counter

17
Lampiran 2. Bahan yang digunakan

1. Balok Es 2. Benih Ikan Mas

3. Es Batu

18
Lampiran 3. Prosedur Praktikum

Dua toples dan satu beaker glass


disiapkan, tiap wadah diisi air
dengan suhu ruang. dan salah satu
toples diisi dengan tiga benih Ikan
Mas.

Salah satu toples diisi dengan tiga


benih Ikan Mas.

Air pada beaker glass diukur


suhunya menggunakan
Thermometer, lalu data yang
didapat dicatat.

Satu Ikan Mas dimasukkan kedalam Beaker


Glass, pergerakan bukaan operculum ikan mas
tersebut dihitung dalam satu menit dengan hand
counter lalu dicatat .

Hal ini dilakukan tiga kali kepada setiap


ikannya dan diberi rentang watu 30 detik
setiap perhitungan, data yang didapat dicatat

Setiap ikan yang telah diperhitungkan, ikan


dimasukan kedalam toples yang sebelumnya
tidak ada ikan.

19
Air pada Beaker Glass diganti
dengan air yang dinaikan suhunya
sampai 28˚C dengan menggunakan
air yang dipanaskan dengan Water
Bath dan dilihat secara berkala
dengan menggunakan
Thermometer.

Ikan pindahkan ke beaker glass dan


dihitung kembali jumlah bukaan
operkulumnya dengan prosedur yang
sama dengan perlakuan ikan pada suhu
ruang

Air pada Beaker Glass diganti dan


diturunkan suhunya sampai 22˚C
dengan menggunakan es, dan dicek
suhunya secara berkala dengan
menggunakan Thermometer.

Ikan pindahkan ke beaker glass dan


dihitung kembali jumlah bukaan
operkulumnya dengan prosedur yang
sama dengan perlakuan ikan pada suhu
28⁰C

20
Lampiran 4. Dokumentasi Kegiatan

1. Benih ikan mas dimasukkan kedalam 2. Air dimasukkan kedalam beaker


toples glass, diukur suhu air

3. Benih ikan mas diambil dari toples 4. Bukaan operkulum dihitung


lalu dipindahkan ke beaker glass untuk menggunakan hand counter dan stop
dilakukan pengamatan watch.

5. Ikan yang telah diberi perlakuan, 6. Air dinaikkan suhunya 3◦C dengan
diambil dan disimpan kedalam toples menggunakan air panas, dan diukur
kosong dengan Thermometer secara berkala.

21
7. Air diturunkan suhunya 3◦C dengan
menggunakan es batu, dan diukur
dengan Thermometer secara berkala.

22
Lampiran 5. Hasil Kelompok
Suhu Jumlah membuka dan menutupnya
operculum/mulut ikan permenit
Suhu kamar (25ºC) 128
Suhu 3° diatas suhu kamar (28°C) 179
Suhu 3° dibawah suhu kamar 153
(22°C)

23
Lampiran 6. Hasil Kelas
Suhu Jumlah rata rata membuka dan
menutupnya operculum/mulut ikan
permenit
Suhu kamar 135
Suhu 3° diatas suhu kamar 146
Suhu 3° dibawah suhu kamar 157

24

Anda mungkin juga menyukai