3708 1433 1 PB PDF
3708 1433 1 PB PDF
1, PEBRUARI 2012:7180
Ahmad Dardiri
Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan pola, jenis, dan penyebab
kerusakan bangunan. Penelitian dilakukan terhadap 32 gedung SD di Kota Malang
yang dipilih secara purposive. Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa kerusakan komponen bangunan mencakup kerusakan
pelapis dinding (plesteran) (60,8%), lantai (60,20%), plafon hanger (37,5%), pintu/
jendela (25,00%), penutup plafond (21,88%), kap/atap (18,75%), pondasi (3,64%),
kolom dan balok (2,20 %). Penyebab kerusakan adalah faktor manusia dan faktor
alam. Faktor manusia berupa kurangnya pemahaman dan pengetahuan tenaga kerja
terhadap teknik pelaksanaan konstruksi dan kurangnya perhatian penggunan untuk
melakukan perawatan, sedangkan faktor alam terutama akibat radiasi matahari dan
tekanan hujan.
Ahmad Dardiri adalah Dosen Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Negeri Malang.
Email: ahmaddardiri.um@gmail.com Alamat Kampus: Jl. Semarang 5 Malang 65145.
71
72 TEKNOLOGI DAN KEJURUAN, VOL. 35, NO. 1, PEBRUARI 2012:7180
30
25 24
20 18
15 16 17 15
10
5 5 5
0
nunjukkan bahwa sebagian besar diakibat- lampaui standar batas yang telah ditentu-
kan oleh rusaknya cat/warna/politur, lumut kan, maupun akibat kelebihan beban-
dan kerusakan akibat jamur McKaig beban yang bekerja dari standar yang
(1962), Ransom (1991). Pola kerusakan telah ditetapkan. Keawetan akan semakin
struktur yang banyak dijumpai di lapang- memburuk apabila tidak dilakukan pe-
an berupa retakan dinding, balok beton, rawatan yang baik terhadap bangunan
bocornya talang, pecahnya pondasi/din- yang ada.
ding, dan rusaknya struktur kayu akibat Tingkat keawetan material berkait
lapuk oleh hujan. Johnson (1965), me- dengan karakteristik material itu sendiri
nyatakan kerusakan struktur konstruksi dalam menerima perubahan lingkungan
bangunan mencakup (1) konstruksi baja atau perlakuan beban-beban yang terjadi
yaitu korosi, abrasi, kerusakan sambung- padanya. Karakteristik material men-
an, dan keleahan struktur; (2) konstruksi cakup karakteristik fisik dan kimia yang
Dardiri, Analisis Pola, Jenis, dan Penyebab Kerusakan Bangunan Gedung Sekolah Dasar 75
yang memiliki absorsi kurang dari 7% bangunan yang dicat terkait dengan
dari beratnya memiliki ketahanan ter- koefisien muai bahan terkait dengan
hadap oleh air lebih baik. angka muai bahan terhadap perubahan
Mortar sebagai salah satu unsur cuaca.
pengikat pasangan batu merah berperan Faktor yang menjadi penyebab ke-
untuk memperkuat kualitas pasangan rusakan bangunan gedung terutama ada-
batu merah. Mortar yang dibuat dari lah faktor manusia, yakni desain tidak
bahan pengikat hidrolis dan bahan peng- anti gempa atau anti hama; pilihan kua-
isi (agregat) secara langsung akan ber- litas bahan rendah; pengerjaan konstruksi
pengaruh terhadap keawetan pasangan. kurang baik; pemeliharaan kurang baik;
Mutu mortar ditetapkan dalam NI 3, penggunaannya keliru; dan faktor alam
sesuai dengan kekuatan. Kualitas mortar yakni pengaruh cuaca/iklim; lokasi/kon-
selain ditentukan oleh kualitas bahan disi tanah labil maupun tanah sebagai
pembentuknya juga dipengaruhi oleh habitat hama; hama rayap yang me-
cara pengadukannya. Pengadukan yang nyerang; penyakit jamur dan lumut; serta
tidak merata menimbulkan homogenitas gempa bumi. Dari banyaknya kerusakan
mortar menjadi tidak baik sehingga meng- komponen yang terjadi, ternyata faktor
akibatkan kualitas ikatan tidak sempurna. alam lebih dominan pengaruhnya di-
Sering dijumpai di lapangan, seorang banding faktor manusia.
tukang batu tidak melakukan proses Secara geografis, kepulauan Indone-
pencampuran mortar sesuai dengan cara- sia berada diantara 6o LU11o LS dan 95o
cara yang benar. BT141o BT menempati zona tektonik
Kekuatan dan keawetan mortar akan yang sangat aktif karena pertemuan tiga
optimal jika pada saat proses terjadinya lempeng besar dunia (Circum Pacific
proses pengikatan awal berlangsung se- Belt, Trans Asiatic Belt, dan Mid-Atlantic
cara bersama-sama. Dardiri (1995), me- Oceanic Belt), serta sembilan lempeng
laporkan waktu pengikatan awal mortar kecil lainnya saling menekan (Gambar 2)
yang berbeda menghasikan kualitas ke- dan membentuk jalur-jalur pertemuan
kuatan spesi yang berbeda. Dengan de- lempeng yang kompleks (Bird, 2003).
mikian dituntut ketika proses pengadukan Keberadaan interaksi antarlempeng-lem-
campuran harus dilakukan secara benar, peng tersebut menempatkan wilayah
sehingga diperoleh spesi yang benar- Indonesia sebagai wilayah yang sangat
benar homogenitas. Hal tersebut akan rawan terhadap gempa bumi (Milson et
dicapai jika para pelaksana pekerjaan me- al., 1992). Tingginya aktivitas kegempa-
miliki pemahaman yang memadai ten- an ini dapat dilihat dari hasil pencatatan
tang teknologi bahan. dalam rentang waktu 18972009, terdapat
Keawetan pekerjaan finishing (cat lebih dari 14.000 kejadian gempa dengan
dan politur) dipengaruhi oleh kualitas magnitude M >5.0. Kejadian-kejadian
bahan pembentuknya, perlindungan dari gempa utama (main shocks) dalam ren-
radiasi matahari, dan terpaan air hujan. tang waktu tersebut dapat dilihat dalam
Ransom (1991), menyatakan permukaan Gambar 2. Kerusakan struktur bangunan
bahan yang dicat dan kembang susut banyak ditemukan akibat terjadinya gempa
bahan finishing dalam menerima per- maupun pergerakan tanah.
ubahan cuaca/suhu akan berpengaruh ter- Gempa bumi merupakan fenomena
hadap tingkat keawetannya. Selanjutnya alam yang setiap saat dapat terjadi di
dikatakan permukaan bidang bangunan permukaan bumi. Gempa bumi ini me-
terkait dengan kooefisien penyerapan nyebabkan guncangan atau getaran yang
panas matahari, sedang kekeringan bahan besarnya beragam. Besarnya guncangan
Dardiri, Analisis Pola, Jenis, dan Penyebab Kerusakan Bangunan Gedung Sekolah Dasar 77
beragan mulai yang kecil, sulit dirasakan, lantai (6,20%), plafond hanger (37,5%),
sampai guncangan yang sangat dahsyat pintu/jendela (25,00%), penutup plafond
sehingga mampu meruntuhkan bangunan (37,5%), kerusakan atap (18,75%), ke-
yang kokoh sekalipun (Gempa Aceh rusakan pondasi (6,20%), dan kerusakan
2006). kolom/balok (2,20%).
Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengidentifikasi pola, jenis, dan penyebab
PEMBAHASAN
kerusakan bangunan gedung sekolah
dasar di Malang. Kerusakan bangunan gedung SD di
Malang sebagian besar adalah kasus
kerusakan pelapis dinding (plesteran)
METODE yakni sebesar 68,40% kasus. Hal tersebut
Penelitian dilakukan pada 32 bangun- menunjukkan bahwa hampir pada setiap
an gedung Sekolah Dasar di Kota Malang sekolah terjadi kasus kerusakan pelapis
yang ditetapkan secara purposive sampling. dinding. Kerusakan tersebut terutama
Pengumpulan data dilakukan dengan ob- berupa rusaknya cat/warna, tumbuhnya
servasi lapangan dan angket serta wawan- jamur/lumut terutama pada dinding yang
cara dengan kepala sekolah. Data yang berhubungan dengan tanah dan dinding
diperoleh dinalisis secara deskriptif. kamar mandi. Ditinjau dari jenis kerusak-
annya lumut merupakan kerusakan bio-
logis nonstruktural. Indikasi kerusakan
HASIL
ini dapat terlihat jelas perubahan warna
Hasil penelitian dipaparkan pada tegel atau dindingnya yang berwarna
Gambar 3. Berdasar Gambar 3 tersebut coklat muda, kuning atau warna tegel
dapat dikemukakan bahwa bagian kom- yang berubah akibat tumbuhnya lumut.
ponen bangunan sekolah yang paling Kerusakan penutup dinding, pada
banyak menderita kerusakan adalah pe- umumnya terjadi karena rendahnya per-
lapis dinding (60,80%), disusul kerusakan hatian pengguna dalam melakukan pe-
78 TEKNOLOGI DAN KEJURUAN, VOL. 35, NO. 1, PEBRUARI 2012:7180
70
60 60,8 60,2
50
40 37,5 40,6
30 25
20 18,75
10
0 2,2 6,2
Gambar 3. Ha ntian
rawatan bangunan serta tidak adanya tanpa usaha perawatan, maka akan terjadi
kebiasaan siswa untuk berperilaku bersih kerusakan lanjutan berupa lapuknya kayu
dan sehat, yaitu menyiram air setelah pendukung dan rusaknya penutup plafond.
kencing. Kondisi kayu yang basah mendorong
Kerusakan komponen bangunan yang tumbuhnya lumut/jamur sehingga men-
lain yang cukup besar (40,60%) terjadi jadi sasaran serangan rayap.
pada lantai. Meskipun kerusakan tidak Upaya untuk meningkatkan keawetan
cukup parah, namun hampir dijumpai bagian konstruksi kayu harus dilakukan
pada setiap sekolah yang dijadikan objek pemeliharaan secara rutin dan terencana.
pengamatan. Kerusakan lantai terjadi ter- Menurut Departemen Permukiman dan
utama lantai kamar mandi/wc yang ber- Prasarana Wilayah (Depkimpraswil)
ubah warna karena aus atau sisa-sisa (2002) dalam Sucipto (2009), agar ba-
kotoran yang melekat dan sulit dibersih- ngunan tetap memiliki fungsinya, harus
kan. Beberapa ruang kelas SD masih selalu dilakukan usaha perawatan. Pe-
menggunakan tegel abu-abu 20 x 20 cm rawatan yang didasarkan pada upaya
yang kondisinya kurang baik. mentaati kebutuhan spesifik (hukum,
Kerusakan berikutnya adalah ke- keamananan, keindahan, atau kontrak),
rusakan plafon 37,60%, terutama pada kebutuhan fungsional, menghindari cacat,
daerah yang berhubungan dengan pinggir- melindungi kegunaan bangunan, dan fasi-
an list plank (gewel atau talang datar). litasnya agar sesuai standar yang dimak-
Kerusakan tersebut terjadi umumnya sudkan. Menurut DBE-USAID (2010)
karena usia yang sudah lama dan bocor- bab VII pasal 32, pengelola memiliki
nya talang atau tutup kompres list plank. kewajiban untuk melakukan pemelihara-
Hal tersebut terjadi karena jenis kayu an asset milik negara/daerah mencakup
yang digunakan sebagai bahan list plank administrasi, fisik, dan hukum. Pada sisi
pada umunya dari jenis kayu kelas III lain faktor kompetensi tenaga kerja men-
(Meranti) atau bahan kayu tahun yang jadi sangat penting dalam menghasilkan
masih muda. Jika bagian list plank atau bangunan yang berkualitas dan awet.
bagian talang rusak (bocor) maka akan Kompetensi bukan hanya terkait dengan
berakibat pada bocornya talang yang keterampilan tetapi juga pemahaman
akan mengena pada konstruksi plafond pengetahuan tentang teknologi konstruksi
hanger. Jika kondisi tersebut dibiarkan secara benar. Ironisnya, justru hampir
Dardiri, Analisis Pola, Jenis, dan Penyebab Kerusakan Bangunan Gedung Sekolah Dasar 79