Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

PERIOPERATIF PADA KLIEN DENGAN DIAGNOSA OS OCULAR SURFACE


SQUAMOUS NEOPLASIA (OSSN) DILAKUKAN TINDAKAN OS WIDE
EKSISI DI RUANG OK 505 IBP GBPT RSUD DR. SOETOMO SURABAYA

OLEH :

Is Naning Tiyas Novita Sari SKM


NIM. P27820716031

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN SURABAYA
PROGRAM STUDI DIV KEPERAWATAN SURABAYA
JURUSAN KEPERAWATAN
2019
LEMBAR PENGESAHAN

Asuhan Keperawatan Perioperatif pada klien dengan diagnosa OS OSSN (Ocular


Surface Squamous Neoplasia) dilakukan tindakan os wide eksisi di Ruang OK 505
IBP GBPT RSUD Dr. Soetomo Surabaya yang dilaksanakan pada tanggal 28
September 2019 sampai 11 Oktober 2019 telah disahkan sebagai Laporan Praktek
Klinik DIV Keperawatan Surabaya semester VII.
Nama Mahasiswa : Is Naning Tiyas Novita Sari SKM
NIM : P27820716031

Surabaya, 11 Oktober 2019

Pembimbing Pendidikan Pembimbing Ruangan OK GBPT

Endang Soelistyowati, SST, S.Pd, M.Kes Ronald Edward H., S.Kep.,Ns


NIP. 19650711 199103 2 001 NIP. 19801031 200801 1 005

Mengetahui,
Kepala Ruangan OK GBPT

Choirul Anam, S.Kep.,Ns


NIP. 19660915 199603 1 004
LAPORAN PENDAHULUAN WIDE EKSISI

1. Definisi
Bedah eksisi adalah salah satu cara tindakan bedah yaitu membuang jaringan
(tumor) dengan cara memotong. Tindakan ini dilakukan untuk berbagaitujuan
antara lain pemeriksaan penunjang (biopsy), pengobatan lesi jinak ataupun ganas
2. Keuntungan Eksisi
1) Seluruh spesimen dapat diperiksa untuk diagnosis histologi dan sekaligus
melaksanakan eksisi total.
2) Pasien tidak memerlukan follow up yang berkepanjangan setelah eksisi,
karena angka kekambuhan setelah eksisi total sangat rendah
3) Hanya memerluka satu terapi saja
4) Penyembuhan luka primer biasanya tercapai dengan memberikan hasil
kosmetik yang baik.
3. Kerugian Eksisi
1) Diperlukan anastesi lokal
2) Diperlukan teknik aseptik dengan menggunakan instrument-instrumen bedah,
kain penyeka, dan lap-lap steril
3) Diperlukan sedikit waktu dan tingkat keahlian tertentu
4. Faktor-Faktor Untuk Menghasilkan Skar Yang Baik
a. Teknik Atraumatik
Merusak jaringan akan menyebabkan devitalisasi jaringan yang tidak dapat
dihindarkan, menyebabkan penyembuhan yang jelek dan dengan
demikian parut luka akan jelek. Tepi - tepi luka hendaknya ditangani dengan
lembut, hendaknya jangan pernah merusak tepian luka itu dengan
memegangnya dengan forsep, baik yang bergigi maupun tidak. Forceps
yang bergigi tajam hendaknyadigunakan untuk mencubit dermis atau untuk
menekan tepi kulit. Kaitan kulit dapat digunakan sebagai gantinya.
b. Garis tegangan kulit
Kontraksi otot, mobilitas sendi dan gravitasi merupakan kekuatan terpenting
yang mempengaruhi terbentuknya garis tegangan kulit. Bila ekstremitas dan
tubuh digerakkan di luar posisi anatomis istirahat, maka garis tegangan kulit
akan bergeser. Oleh karena garis tegangan kulit telah digambarkan
berhubungan dengan kerutan, garis kontur dan garis ketergantungan.

c. Usia
Skar pada anak - anak yang eritem dan hipertropik akan menetap
untuk waktu yang lama akan menyebabkan penampilan akhir tidak
memuaskan. Untuk proses maturasi skar dari skar yang merah dan meninggi
menjadi tipis dan berwarna putih membutuhkan waktu 2 tahun atau lebih
d. Lokasi
Skar yang berasal dari eksisi atau insisi pada telapak tangan, telapak kaki dan
mukus membran biasanya baik dan tidak terlalu terlihat. Hal ini kontras
dengan skar pada area sternal, pundak atau punggung. Sebelum melakukan
eksisi pada daerah tersebut pasien perlu dijelaskan kemungkinan timbulnya
skar hipertropik
e. Tipe kulit
Ada pasien yang memiliki kulit yang tebal, berminyak dengan
kelenjar sebaseus yang hipertropik dan over aktif. Skar pada jenis kulit ini
dapat menyembuh dengan skar yang depress.
f. Kelainan kulit
Pasien dengan kelainan pada jarigan fibrous dan elastin akan menyebabkan
skar yang luas. Pasien dengan kelainan ini dapat dilihat dengan cara
melakukan hiperekstensi jari tangan atau mencubit kulit punggung tangan
untuk melihat peningkatan elestisitas. Penyakit ehlers dan loss syndrome
adalah bentuk kelainan fibroelastik yang berat dimana penyembuhan luka
berlangsung sangat lambat dengan skar yang luas
5. Teknik Eksisi
1. Eksisi Elips (Fusiform)
Merupakan bentuk eksisi dasar, dengan arah yang sejajat dengan garis dan
lipatan kulit. Perbandingan panjang dan lebar minimal 3:1 dengan sudut 30
derajat. Irisan tegak lutus atau lebih meluas kedalaman sampai dengan
subkutis. Perdarahan yang terjadi dikulit dapat ditekan beberapa saat dan bila
perlu dilakukan hemostasis dengan elektro koagulasi tetapi jangan
berlebihan terutama pada daerah dermis. Perdarahan dari pembuluh darah
kecil dapat dielektro koagualasi tetapi yang besar harus diikat. Lesi yang
dieksisi berbentuk elips akan menghasilkan parut yang lebih panjang dan
dari lesi aslinya.
2. Eksisi Wadge
Lesi - lesi terletak pada area bebas seperti bibir, sudut mata, cuping hidung dan
telinga dapat dieksisi dengan eksisi wadge. Karsinoma sel skuamosa pada
bibir disarankan untuk eksisi, sehingga dapat mengangkat jaringan yang sama
kelenjar limfenya. Jika dilakukan eksisi wadge pada cuping hidung yang luas
untuk ditutupsecara primer, maka dapat dilakukan graft dengan ukuran yang
sama dari telinga, seper tiga dari bibir bawah dan seperempat dari bibir atas
dankelopak mata dapat dilakukan eksisi wadge dan dilakukan penutupan
primer.
3. Eksisi sirkular
Pada kulit wajah yang terletak diatas jaringan kartilago seperti batang hidung
atau permukaan anterior telinga, lesi - lesi dapat dieksisi dengan bentuk
sirkular dan defek ditutup dengan skin graf full thickness. Teknik ini juga
dapat digunakan pada bagian tubuh lain dengan lesi yang sangat luas
jika terdapat keraguan dalam merencanakan eksisi elips maka dapat
dilakukan eksisi sirkular dengan kulit direnggangkan dan perhatikan lingkaran
tersebut akan cenderung membentuk sebuah elips kalau kulitnya dikendorkan.
4. Eksisis multiple
Eksisi atau ekspansi jaringan kadang dieprlukan untuk lesi - lesi yang luas
seperti congenital naevi. Teknik ini memungkinkan luka ditutup dengan skar
yang lebih pendek dibanding dengan eksisi elips satu langkah.
6. Indikasi Eksisi
a. Wide eksisi: basalioma, karsinoma sel squamosa, karsinoma sel basal,
melanoma malignum, sarcoma jaringan lunak
b. Vries coupe: tumor yang mengarah pada keganasan
c. FTSG : area yang tampak pada wajah bila flap (potongan kulit yang disayat
dan dilipat)
7. Persiapan Operasi
A. Persiapan lingkungan
 Suhu ruangan
 Meja operasi dan kain duknya
 Lampu operasi dan meja mayo
 Meja instrument
 Mesin suction
 Mesin dan plat diatermi
 Tempat sampah medis
B. Persiapan pasien
 Surat persetujuan operasi dari dokter bedah
 Penandaan operasi (Site marking)
 Posisikan pasien supin
 Sign in di ruang premedikasi
C. Persiapan alat dan bahan
 Scort  Klem ellys
 Duk besar  Gunting benang
 Duk panjang  Bengkok
 Duk kecil  Cucing
 Duk lubang  Handscoen steril
 Sarung meja mayo  Underpad
 Handuk  NS 0,9%
 Desinfeksi klem  Mess no 10
 Duk klem  Betadine
 Pincet cirurgis  Spuit 3 cc, 5 cc, dan 10 cc
 Pincet anatomis  Kassa
 Gunting jaringan kasar  Depress
 Klem kocher sedang  Cotton bud

8. Prosedur Operasi
1) Sign in
2) Pasien diposisikan supinasi
3) Perawat sirkuler memasang plat diatermi pada tungkai pasien
4) Perawat instrument melakukan surgical scrub, gowning dan gloving
kemudian membantu operator dan asisten memakaikan gown, dan
handscoon steril.
5) Berikan desinfeksi klem dan depers yang berisi betadine dalam cucing
padaoperator untuk melakukan desinfeksi.
6) Berikan duk besar dan duk lubang pada asisten dan operator untuk melakukan
drapping pada pasien
7) Duk besar berada dibawah pasien diposisikan sedemikian rupa
8) Duk lubang kecil dipasang sesuai tempat yang akan dilakukan pembedahan
9) Fiksasi dengan duk klem
10) Perawat instrument memasang couter didekat pasien kemudian difiksasi
dengan duk klem
11) Dekatkan meja mayo ke pasien
12) Time out
13) Perawat memberikan kassa basah dan kassa kering pada operator
14) Operator melakukan anatesi lokal, tunggu selama beberapa menit sebelum
melakukan insisi, berikan pinset cirurgis pada operator untuk mengetahui
apakah pembiusan sudah masuk
15) Berikan mess pada operator untuk insisi soft tissue tumor
16) Berikan kassa pada asisten operator untuk merawat perdarahan
17) Operator memperdalam insisi lapis demi lapis dengan mess. Berikan ellys
klem untuk memegang sample tumor
18) Sample tumor yang sudah didapat ditaruh dikassa steril
19) Berikan sample tumor kepada perawat sirkuler untuk dimasukkan ke botol
yang berisi formalin untuk pemeriksaan lebih lanjut
20) Catat perdarahan dengan couter dan kassa
21) Sign out
22) Cek jumlah kassa dan instrument yang terpakai apakah sesuai dengan
instrument yang disiapkan sebelumnya
23) Beri operator pinset cirurgis, jarum dan benang premiline yang sudah
disiapkan untuk menutup area pembedahan
24) Beri asisten gunting benang
25) Beri kasa basah pada operator untuk membersihkan sisa darah di area pasca
pembedahan
26) Beri kassa kering untuk membersihkan area operasi
27) Beri sufratule dan kassa untuk menutup luka jahit
28) Tutup dengan hypafik
29) Pasien dirapikan dan motivasi pasien tentang perawatan pasca pembedahan
dirumah. Antara lain : luka tidak boleh terkena air, makan dan minum bebas
tidak ada pantangan selama tidak mempunyai riwayat alergi, minum obat
teratur sesuai program, kontrol rutin ke poli sesuai jadwal
ASUHAN KEPERAWATAN TEORI

A. PENGKAJIAN
Pengkajian adalah pendekatan sistematis untuk mengumpulkan data dan
menganalisanya sehingga dapat diketahui masalah dan kebutuhan perawatan
bagi klien. Adapun hal-hal yang perlu dikaji adalah :
1. Anamnesa
 Identitas
Nama, umur, jenis kelamin, agama, suku, bangsa, alamat.
 Keluhan utama
Klien mengalami gangguan penglihatan5adanya benjolan pada mata
 Riwayat penyakit sekarang
Riwayat penyakit yang diderita pasien saat masuk rumah sakit.
Apakah ada benjolan pada daerah sekitar mata dan dahi, ada perasaan
yang tidak nyaman akibat adanya benjolan, nyeri, takut. Tampak
benjolan pada daerah orbita, kaji ukuran benjolan, jenis benjolan
(keras, lunak, mobile/tidak).
 Riwayat penyakit dahulu
Riwayat penyakit yang sama atau penyakit lain yang pernah
dideritaoleh pasien. Apakah klien punya riwayat trauma pada mata
atauriwayat penyakit tumor, memiliki faktor resiko penyakit mata, me
miliki diabetes,tekanan darah tinggi, riwayat penyakit mata dalam
keluarga seperti glaukoma,atau mengkonsumsi obat-obatan yang
mempengaruhi mata.
 Riwayat pekerjaan
Faktor resiko ditempat kerja yang sering terpapar sinar matahari
secara lansung maupun kontak dengan bahan kimia secara terus-
menerus.
2. Pemeriksaan fisik
 Keadaan Umum
 Pemeriksaan persistem
a. Sistem persepsi dan sensori
Gangguan penglihatan : kabur tak jelas, sinar terang
menyebabkan silau dengan kehilangan bertahap penglihatan
perifer, kesulitan memfokuskan kerja dengan dekat, merasa
di ruang gelap. Penglihatan berawan kabur, tampak lingkaran
cahaya pelangi sekitar sinar, kehilangan penglihatan perifer,
fotofobia, p erubahan kacamata, pengobatan tidak memperbaiki
penglihatan
b. Sistem persarafan (Pemeriksaan neurologik)
c. Pemeriksaan motorik
d. Pemeriksaan sensorik
e. Pemeriksaan system otonom
f. Sistem pernafasan
(Nilai frekuensi nafas, kualitas, suara, dan jalan nafas.)
g. Sistem kardiovaskuler
(Nilai tekanan darah, nadi, irama, kualitas, dan frekuensi)
h. Sistem Gastrointestinal
Mual dan muntah (glaucoma akut)
i. Sistem Integumen
(Nilai warna, turgor, tekstur dari kulit pasien )
j. Sistem Reproduksi
(Untuk pasien wanita)
k. Sistem Perkemihan
(Nilai Frekuensi Bak, warna, bau, volume )
B. RENCANA KEPERAWATAN
1. Diagnosis: Nyeri berhubungan dengan lesi karena metastasis.
Tujuan : Klien akan menunjukkan nyeri berkurang/hilang.
Kriteria hasil :
- Klien mengatakan nyeri berkurang / hilang
- Ekspresi wajah tenang
- TTV dalam batas normal (90-130/60-90mmHg, RR: 16-20x/menit,
T:36,5-37,5, HR: 60-100x/menit).
Intervensi:
1. Kaji tingkat nyeri, lokasi dan skala nyeri yang dirasakan klien.
Rasional: mengetahui tingkat nyeri yang dirasakan sehingga dapat
membantu menentukan intervensi yang tepat.
2. Observasi tanda-tanda vital tiap 8 jam.
Rasional: perubahan tanda-tanda vital terutama suhu dan nadi
merupakan salah satu indikasi peningkatan nyeri yang dialami oleh
klien.
3. Anjurkan klien untuk melakukan teknik relaksasi.
Rasional: teknik relaksasi dapat membuat klien merasa sedikit
nyaman dan distraksi dapat mengalihkan perhatian klien terhadap
nyeri sehingga dapat mambantu mengurangi nyeri yang dirasakan.
4. Beri posisi yang nyaman.
Rasional: posisi yang nyaman dapat menghindarkan penekanan pada
area luka/nyeri.
5. Kolaborasi pemberian analgetik.
Rasional: obat-obatan analgetik akan memblok reseptor nyeri
sehingga nyeri tidat dapat dipersepsikan.
2. Diagnosis: ketidakefektifan perfusi jaringan perifer b.d perdarahan
Tujuan: klien akan menunjukkan perfusi jaringan perifer yang adekuat
setelah dilakukan tindakan keerawatan selama 3x24 jam.
Kriteria hasil:-klien melaporkan badannya tidak lemas, anemis (-),
CRT<2detik, sianosis (-), akral hangat, Hb (11-15g/dL), TTV dalam batas
normal (TD:90-130/60-90mmHg, RR: 16-20x/menit, T:36,5-37,5, HR: 60-
100x/menit).
Intervensi:
a. Monitor Tanda Vital: Mengumpulkan dan menganalisis sistem
kardiovaskuler, pernafasan dan suhu untuk menentukan dan mencegah
komplikasi
R: TTV merupakan indikator utama yang dapat diketahui ketika terjadi
perubahan perfusi jaringan.
Aktifitas:
1. Monitor tekanan darah , nadi, suhu dan RR tiap 6 jam atau sesuai
indikasi
2. Monitor frekuensi dan irama pernapasan
3. Monitor pola pernapasan abnormal
4. Monitor suhu, warna dan kelembaban kulit
5. Monitor sianosis perifer
b. Monitor status neurologi
R: perubahan status neurologi merupakan tanda gejala yang dapat
muncul ketidakefektifan perfusi jaringan yang disebabkan perdarahan.
Aktifitas:
1. Monitor ukuran, bentuk, simetrifitas, dan reaktifitas pupil
2. Monitor tingkat kesadaran klien
3. Monitor tingkat orientasi
4. Monitor GCS
5. Monitor respon pasien terhadap pengobatan
6. Informasikan pada dokter tentang perubahan kondisi pasien
c. Monitor keseimbangan cairan: Mempertahankan keseimbangan
cairan dan mencegah komplikasi akibat kadar cairan yang abnormal.
Aktifitas:
1. Mencatat intake dan output cairan
2. Kaji adanya tanda-tanda dehidrasi (turgor kulit jelek & mata cekung)
3. Monitor status nutrisi
4. Persiapkan pemberian transfusi ( seperti mengecek darah dengan
identitas pasien, menyiapkan terpasangnya alat transfusi)
5. Awasi pemberian komponen darah/transfuse
6. Awasi respon klien selama pemberian komponen darah
7. Monitor hasil laboratorium (kadar Hb, Besi serum, angka trombosit)
3. Diagnosis :kecemasan berhubungan dengan perubahan status kesehatan.
Tujuan :klien akan menunjukkan kecemasan berkurang/hilang.
Kriteria hasil:
- Ekspresi wajah tenang
- Klien tidak sering bertanya tentang penyakitnya.
Intervensi:
1) Kaji tingkat kecemasan klien.
Rasional: mengetahui sejauh mana kecemasan tersebut mengganggu
klien.
2) Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaannya.
Rasional: ungkapan perasaan dapat memberikan rasa lega sehingga
mengurangi kecemasan.
3) Mendengarkan keluhan klien dengan empati.
Rasional: dengan mendengarkan keluahan klien secara empati maka
klien akan merasa diperhatikan.
4) Jelaskan pada klien tentang proses penyakit dan terapi yang
diberikan.
Rasional: menambah pengetahuan klien sehingga klien tahu dan
mengerti tentang penyakitnya.
5) Beri dorongan spiritual/support.
Rasional: menciptakan ketenangan batin sehingga kecemasan dapat
berkurang.
DAFTAR PUSTAKA

Dasciato DA, forscher CA. SARKOMA, in Manual of Oncology, 4th ed,Lippincot


Williams & Wilkins, 2000. p.349-362
Harri, P.E. 2009. fraktur. Faculty of Medicine – University of Riau Pekanbaru
(Online) ( http:www.Belibis17.tk )Diakses tanggal 30 September 2019
Sjamsuhidajat, R., Jong, W.D, editor., 2015. Soft tissue tumor, dalam buku ajar lmu
bedah edisi 2 : Jakarta: EGC
Tassya, A. 2010. Tumor jaringan lunak. (Online) Diakses tanggal 30 September
2019
ASUHAN KEPERAWATAN PERIOPERATIF PADA KLIEN DENGAN
DIAGNOSA OS OSSN DILAKUKAN OS WIDE EKSISI DI RUANG OK 505
IBP GBPT RSUD DR. SOETOMO SURABAYA

Pengkajian pada tanggal 30 September 2019 pada Tn.R berusia 26 tahun yang
merupakan klien dari ruang rawat Bedah Melati dengan diagnosa OS OSSN yang
akan dilakukan tindakan OS Wide Eksisi di ruang OK 505 IBP GBPT RSUD Dr.
Soetomo Surabaya.
A. Pre Operasi
Sign in
Sebelum melakukan tindakan pembedahan tim bedah yang meliputi dokter
bedah, dokter anastesi, perawat bedah dan perawat anastesi, tim mengonfirmasi
prosedur tindakan operasi pada klien. Mengecek kelengkapan data berupa
identitas klien, foto radiografi operasi dan hasil lab darah. Mesin anestesi dan
premedikasi telah di cek oleh penanggung jawab. Alat oksimetri terpasang
dengan baik dan berfungsi. Klien tidak memiliki riwayat penyakit alergi, infeksi,
hepatitis maupun HIV. Klien dilakukan pemasangan intubasi sebelum dilakukan
pembedahan.
1) Data pengkajian
Klien sign in pada pukul 09.10 WIB
Keluhan utama : Klien mengatakan takut akan dilakukan operasi
Kesadaran : Composmentis
Keadaan umum : Cukup
Tanda-tanda vital klien adalah sebagai berikut:
TD : 128/95 mmHg
N : 89 x/menit
RR : 20x/menit
S : 36,8oC
Pernapasan spontan, klien tidak menggunakan gigi palsu, cat kuku, lensa
kontak, perhiasan, klien tidak terpasang folley catheter, klien tidak memiliki
persediaan darah, klien memiliki hasil laboratorium, klien tidak memiliki
riwayat alergi pada obat, tangan kiri klien terpasang infus NaCl 500 cc,
sebelumnya klien tidak pernah dilakukan tindakan operasi.

2) Data Fokus / Analisis Data

Hari/
Tanggal/ Pengelompokan Data Kemungkinan Penyebab Masalah
Jam
30/09/2019 DS : OSSN
09.15 WIB Klien mengatakan takut ↓
ketika akan dipindahkan ke Dilakukan tindakan
ruang operasi pembedahan
Ansietas

DO :
Kurangnya informasi
- Wajah klien tampak cemas
- TD : 128/95 mmHg ↓
- N : 89x/menit Ansietas

3) Diagnosis Keperawatan

Ditemukan Masalah Masalah Teratasi


No Diagnosis Keperawatan Tanggal Paraf Tanggal Paraf
Ansietas berhubungan dengan kurangnya informasi 30/09/2019 30/09/2019
1. mengenai prosedur tindakan operasi ditandai
dengan ekspresi wajah klien tampak cemas

4) Intervensi Keperawatan

Perencanaan
Diagnosis
No Tujuan dan Kriteria
Keperawatan Tindakan Keperawatan Rasionalisasi
Hasil
1. Ansietas Tujuan : 1. Tanyakan pada pasien 1. Mengetahui
Setelah dilakukan
berhubungan penyebab kecemasan penyebab
tindakan
dengan kecemasan klien
2. Jelaskan prosedur
keperawatan 2. Memberikan
kurangnya
tindakan dan yang
selama 1 x 15 pemahaman pada
informasi
dirasakan selama
menit, diharapkan klien mengenai
mengenai
prosedur
ansietas klien dapat prosedur tindakan
prosedur 3. Kenalkan terhadap
3. Mengadaptasikan
berkurang.
tindakan operasi lingkungan kamar
Kriteria hasil : dan meningkatkan
ditandai dengan a) Ekspresi wajah bedah
kepercayaan klien
ekspresi wajah klien tampak
4. Anjurkan klien untuk terhadap tim medis
klien tampak lebih tenang. 4. Mengurangi rasa
berdoa
b) Tanda vital
cemas takut dan cemas
klien dalam
klien terkait
5. Instruksikan pasien
batas normal.
kondisinya
c) Postur tubuh menggunakan teknik
5. Mengurangi rasa
dan ekspresi relaksasi nafas dalam
cemas klien
wajah klien
menunjukkan
kecemasan
berkurang.

5) Implementasi

No Hari/Tgl No Diagnosis Tindakan Keperawatan Paraf


Keperawatan/Jam
Senin 1
1. Tanyakan pada pasien penyebab
1 30/09/2019 09.00 WIB
kecemasan
Respon : Klien kooperatif
2. Jelaskan prosedur tindakan dan yang
09.05 WIB dirasakan selama prosedur
Respon : Klien kooperatif
3. Kenalkan terhadap lingkungan kamar
bedah
09.08 WIB Respon : Klien kooperatif
4. Anjurkan klien untuk berdoa
Respon : Klien kooperatif
5. Instruksikan pasien menggunakan
09.15 WIB teknik relaksasi nafas dalam
Respon : Klien kooperatif

09.20 WIB

6) Evaluasi

Diagnosis Tanggal / Evaluasi Keperawatan


No Paraf
Keperawatan Jam Catatan Perkembangan
1. Ansietas berhubungan 30/09/2019 S : Klien mengatakan bahwa dirinya lebih
dengan kurangnya 10.45 WIB tenang
O : Ekspresi wajah klien tampak lebih tenang
informasi mengenai
TD : 98/80 mmHg
prosedur tindakan N : 76x/menit
A : Masalah ansietas teratasi
operasi ditandai
P : Intervensi dihentikan
dengan ekspresi wajah
klien tampak cemas

Perawat Anastesi

(Amin S, Amd.Kep)

B. Intra Operasi
Time Out
Sebelum proses pembiusan pada klien, tim anestesi menyiapkan klien untuk
diposisikan supine. Kemudian proses pembiusan dilakukan. Perawat instrumen
menyiapkan instrumen yang akan digunakan untuk pembedahan . Setelah
prosedur tersebut telah dilakukan, selanjunya operator atau sirkulator melakukan
time out yaitu mengucapkan salam, mengonfirmasi identitas klien, menanyakan
dokter anastesi apakah ada kesulitan tentang pembiusan pada klien dan
mengonfirmasi kesiapan alat pada perawat instrumen, kemudian berdoa bersama
dilanjutkan proses pembedahan.
1) Data Pengkajian
Tahap intra operasi dimulai dengan tindakan anestesi pada klien sekitar pukul
10.20 WIB dengan jenis pembiusan general anestesi dengan posisi
pembedahan supine, jenis operasinya adalah bersih dan merupakan golongan
operasi besar. Posisi tangan klien saat tindakan pembedahan adalah telentang.
Desinfeksi mata dilakukan dengan povidone iodine kemudian diulang dengan
alkohol.. Kassa yang digunakan saat operasi adalah 15 lembar, deppres yang
digunakan 10 buah, dan pisau bedah 1 buah. Untuk menjaga keseimbangan
cairan klien, diberikan cairan RL 500 cc melalui tangan kiri klien. Perdarahan
diperkirakan 10-15 cc.

2) Data Fokus/Analisis Data

Hari/
Kemungkinan
Tanggal/ Pengelompokan Data Masalah
Penyebab
Jam
30/09/2019 DS :- OSSN
10.30 WIB DO : ↓
- Dilakukan pembedahan Pembedahan yang
pada sklera lama
- Pembedahan sekitar 3 jam ↓ Hipotermi
- Suhu tubuh: 33,5º C Hiportermi
- Klien terpasang double
intravenous (IV) line di
tangan kiri dan kanan

3) Diagnosis Keperawatan

Ditemukan Masalah Masalah Teratasi


No. Diagnosis Keperawatan Tanggal Paraf Tanggal Paraf
Hiportermi berhubungan dengan waktu 30/09/201 30/09/2019
1. pembedahan yang lama ditandai dengan suhu 9
tubuh 33,5º C

4) Intervensi Keperawatan

Perencanaan
Diagnosis
No Tujuan dan Kriteria
Keperawatan Tindakan Keperawatan Rasionalisasi
Hasil
1. Hiportermi Tujuan : 1. Monitor suhu tubuh 1. Mengetahui suhu
Setelah dilakukan
berhubungan pasien tubuh pasien
tindakan 2. Beri alas penghangat 2. Menjaga suhu tubuh
dengan waktu
3. Beri selimut pada
keperawatan selama tetap hangat
pembedahan
bagian yang tidak 3. Mencegah
proses pembedahan
yang lama
dioperasi terjadinya hipotermi
diharapkan hipottermi
ditandai
Kriteria hasil :
dengan suhu a) Tanda vital dalam
tubuh 33,5º C batas normal

5) Implementasi

No Diagnosis
No Hari/Tgl Tindakan Keperawatan Paraf
Keperawatan/Jam
Senin 1
1. Monitor suhu tubuh
1 30/09/2019 09.20 WIB
Respon : S : 36, 8oC
2. Memberi alas penghangat
3. Member selimut pada bagian tubuh yang
09.23 WIB
tidak dioperasi
Respon: klien kooperatif
09.25 WIB

6) Evaluasi

Diagnosis Tanggal/Jam Evaluasi Keperawatan


No Paraf
Keperawatan Catatan Perkembangan
1. Hiportermi 30/09/2019 S:-
berhubungan 10.30 WIB O:
dengan waktu a) S : 36,3oC
b) Masih terpasang selimut
pembedahan yang
A : Masalah teratasi
lama ditandai
P : Intervensi dihentikan
dengan suhu tubuh
33,5º C
Perawat Kamar Operasi

(Suwarni, Amd.Kep)

C. Post Operasi
Sign out
Dokter operator telah menyampaikan bahwa prosedur tindakan operasi telah
selesai. Dokter mengonfirmasi pada dokter anastesi bahwa tindakan pembedahan
wide eksisi telah selesai lalu mengonfirmasi kelengkapan kasa dan alat pada
perawat instrumen. Kemudian dilanjutkan proses ekstubasi oleh dokter anastesi
dan klien dipindah ke ruang pulih sadar.

1) Data pengkajian
Operasi selesai pada pukul 13.00 WIB. Klien kemudian dipindahkan ke ruang
pulih sadar (ruang RR) dengan brankar yang telah terpasang pagar pengaman.
Klien sudah dalam keadaan sadar.
Pemeriksaan fisik B1-B6
Breathing (B1) : jalan napas bebas, klien bernapas spontan, RR 20x/menit
Blood (B2) : Tekanan darah klien 98/85 mmHg, nadi 90x/menit,.
Brain (B3) : klien belum sadar sepenuhnya
Bladder (B4) : klien tidak terpasang kateter urin
Bowel (B5) : klien tidak mengalami mual muntah
Bone (B6) : turgor kulit elastis, akral klien hangat, kering, merah.
2) Data Fokus

Hari/
Kemungkinan
Tanggal/ Pengelompokan Data Masalah
Penyebab
Jam
30/09/2019 DS : Klien mengatakan nyeri OSSN Nyeri akut
13.10 WIB pada bekas operasi ↓
DO : Prosedur
- Terdapat bekas jahitan pembedahan
luka pembedahan ↓
- Wajah klien tampak
Luka insisi
meringis

- Bagian mata ditutup
Nyeri akut
kassa
- Seperti ditusuk-tusuk
- Di bagian mata kiri
- Skala nyeri 4
- Hilang timbul
- TD 128/95 mmHg
- Nadi 78x/menit

3) Diagnosis Keperawatan

Ditemukan Masalah Masalah Teratasi


No. Diagnosis Keperawatan Tanggal Paraf Tanggal Paraf
Nyeri akut berhubungan dengan post 30/09/2019 30/09/2019
1.
tindakan operasi

4) Intervensi keperawatan

Perencanaan
Diagnosis
No Tujuan dan Kriteria Tindakan
Keperawatan Rasionalisasi
Hasil Keperawatan
1. Nyeri akut Tujuan : 1. Kaji tingkat nyeri 1. Mengetahui
Setelah dilakukan
berhubungan karakteristik nyeri
tindakan keperawatan
dengan post yang dialami klien
selama 1 x 1 jam 2. Monitor tanda 2. Mengetahui tanda
tindakan operasi
diharapkan nyeri klien vital kegawatan yang
berkurang atau hilang. dialami klien
3. Ajarkan Teknik
Kriteria hasil: 3. Mengurangi dan
a) Klien dapat distraksi dan
mengalihkan rasa
mengungkapkan relaksasi
nyeri klien
4. Kolaborasi
perasaannya 4. Menguangi nyeri
pemberian
mengenai nyeri yang dirasakan
b) Ekspresi wajah analgetik
dengan
klien tampak
farmakologis
lebih tenang
c) Tanda vital klien
dalam batas
normal
d) Skala nyeri
berkurang

5) Implementasi

No Hari/Tgl No Diagnosis Tindakan Keperawatan Paraf


Keperawatan/Jam
Senin 1
1. Kaji tingkat nyeri
1 30/09/2019 13.05 WIB
Respon : Klien mengatakan nyeri
pada bekas luka akibat tindakan
operasi, nyeri berskala 4, seperti
ditusuk-tusuk, hilang timbul
2. Monitor tanda vital
Respon : TD : 98/70mmHg
13.10 WIB N : 85x/menit
Suhu 36,3oC
RR 20x/menit
3. Ajarkan teknik distraksi dan relaksasi
Respon : klien kooperatif
4. Kolaborasi pemberian analgetik
Respon : klien kooperatif
13.13 WIB

13.17 WIB

6) Evaluasi

Diagnosis Tanggal/Jam Evaluasi Keperawatan


No Paraf
Keperawatan Catatan Perkembangan
1. Nyeri akut 30/09/2019 S : Klien mengatakan nyeri pada bekas
berhubungan 13.20 WIB luka akibat tindakan operasi, nyeri
dengan post berskala 3, seperti ditusuk-tusuk,
tindakan operasi hilang timbul
O : Wajah klien tampak meringis
TD : 98/70 mmHg
N : 85x/menit
Suhu 36,3oC
RR 20x/menit
A : Masalah keperawatan belum teratasi
P : Pertahankan intervensi

Perawat Ruang Pulih Sadar

(………………………….)

Anda mungkin juga menyukai