Anda di halaman 1dari 6

Etik Dalam Keperawatan Paliatif

A. HUKUM DAN ETIK


Hukum sering di definisikan sebagai suatu kesatuan dari aturan dan kebijakan dalam
tatanan sosial yang di atur dalam suatu pemerintahan. Hukum mencakup aturan dan kebijakan
dibuat dan dijalankan dalam suatu kelompok komunitas, masyarakat dan negara. Jadi hukum
dibuat oleh masyarakat dan juga di jalankan oleh masyarakat untuk mengatur jalannya tatanan
sosial yang lebih baik.
Etik merupakan suatu ilmu tentang hubungan perilaku atau kepribadian dan aksi moral
terhadap nilai. Etik secara kebahasaan berasal dari bahasa Yunani yaitu Ethos yang berarti
karakter berpikir, cara memaknai sesuatu, kebiasaan, atau perilaku yang dapat diterima dalam
kelompok. Namun secara luas etik dapat dimaknai sebagai suatu pandangan yang fokus pada
motif pada dan perilaku dan hubungan perilaku tersebut pada individu. Beberapa kalangan
mengatakan bahwa etik merupakan bagian dari prinsip moralitas yang dengannya seseorang
dapat membedakan hal yang baik dan buruk.
B. TEORI ETIK
Beberapa pandangan mengenai konsep dan teori tentang etik, namun secara dasar teori
etik dapat dibedakan menjadi dua bagian yaitu : etik nonnormatif dan etik normatif. Etik
nonnormatif kadang merujuk pada metaetik, yang mana fokusnya menganalisa suatu makna,
melakukan justifikasi, dan pengambilan keputusan berdasarkan fakta dan rasionalitas mengenai
konsep moral hingga menetapkan suatu sikap. Sedangkan etik normatif berfokus pada norma
dan standar dari perilaku dan nilai dan memastikan bahwa norma-norma atau standar tersebut
diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Etik normatif dapat dijelaskan melalui 2 teori moral yang utama yaitu deontology dan
teleological. Deontological teori berawal dari norma dan aturan dari tugas dan peran manusia
yang harus di tunaikan dari seorang yang lainnya dengan suatu komitmen berdasarkan aturan
dan peran yang telah di buat dan di sepakati.salah satu yang membuat teori ini mengusung
tema mengenai harkat dan martabat manusia.untuk tidak membingungkan dengan aspek
moral,maka teoti ini berafiliasi dengan agama.
Etik Deontological tidak melihat dari apa kosenkuensi suatu tindakan itu,tapi lebih pada apa
yang mendasarari tindakan itu dilakukan.Deontoloogical teori dapat di klasifikasikan menjadi
deontological tindakan dan deontological aturan.Deontological tindakan didasarkan pada nilai
suatu moral pada perseorangan dan seseorang yang membuat keputusan etik.sedangkan
deontologi aturan di dasarkan pada suatu keyakinan yang mana mencakup beberapa standar
untuk keputusan etik sehingga dapat dilaksanakan sebagai nilai moral dari seseorang.

4. veracity
Veracity dapat dimaknai dengan berkata jujur, dalam hal ini setiap orang haruslah selalu
berkata jujur, berkata apa adanya. Prinsip ini pulalah yang menjadi dasar bahwa semua
kebenaran haruslah disampaikan atau dikatakan. Prinsip berkata jujur merupakan suatu
pembuktian saat perawat menjawab sebuah pertanyaan pasien secara lengkap dan jelas dengan
jalan memberikan informasi kepada pasien Dan keluarganya sebanyak mungkin sesuai yang
mereka butuhkan sehingga mereka dapat memahami kondisi pasien yang sebenarnya.
Ketika merawat seseorang yang dalam kondisi menjelang akhir hayat, maka sangat penting
adanya seorang perawat menggunakan bahasa yang mudah dipahami dan dimengerti oleh
pasien dan keluarganya, dan perawat juga harus memastikan bahwa semua informasi yang telah
disampaikan pada pasien dan keuarganya, dan perawat juga harus memastikan bahwa semua
informasi yang telah disampaikan pada pasien dan keluarganya mereka telah mengerti dan
memahaminya. Hal yang perlu di ingat bahwa dengan memberikan atau meyampaikan informasi
tanpa ada yang disembunyikan pada pasien sehingga pasien mendapatkan informasi yang
lengkap maka pasienpun dapat mengambil sebuah keputusan yang valid mengenai tencana
proses keperawatannya.

7. Menghargai orang lain


Menghargai orang lain dalam hal ini pasien menjadi hal yang sangat penting, karena
menghargai orang lain mencakup dalam semua aspek prinsip etik. Menghargai orang lain
dengan memahami hak individu dalam membuat keputusan, menghargai orang lain dengan
memahami hak individu dalam membuat keputusan, menghargai orang lain akan hidup atau
mati yang menjadi pilihannya. Selain itu menghargai orang lain juga dengan perbedaan budaya
yang pasien miliki, isu gender, perbedaan agama dan keyakinan, dan ras atau kesukuan. Hal ini
juga menjadi prinsip pertama yang tertuang dalam “kode etik keperawatan perhimpunan
perawat Amerika tahun 2001”.

D. APLIKASI ETIK DALAM PRAKTIK


1. Pengelolaan Gejala dan Nyeri Secara Proporsional
beberapa tenaga medis tidak dapat menetapkan dosis yang sesuai untuk mengatasai nyeri
yang dirasakan oleh pasien karena mereka kwatir dengan dosis yang ditetapkan justru dapat
mempendek harapan hidup pasien (Nash, 2013). Sehingga membuat mereka begitu sangat
berlebihan dalam memperhitungkan risiko keracunan dari pemberian obat analgesic seperti
golongan opioid. Akan tetapi pengelolaan nyeri pada pasien stadium lanjut atau akhir
menjadi hal rumit karena efek medikasi dapat menimbulkan kondisi yang disebut “Double
Effect”.
Sebagai contoh, perawat memberikan obat analgesic pada pasien untuk mengurangi rasa
nyeri dan meningkatkan rasa nyaman pasien. Akan tetapi pada saat yang bersamaan
tindakan tersebut justru mempercepat proses kematian, hal tersebut yang disebut “Double
Effect”. Jadi pemberian obat tersebut akan mengurangi sensasi nyeri pada pasien akan
tetapi juga mengurangi rerata pernapasan pasien dan hal tersebut memungkinkan pasien
untuk tidak dapat bertahan hidup secara alamiah. Berdasarkan kasus tersebut, perawat
seharusnya selalu memperhatikan dan mempertimbangkan efek dari setiap tindakan yang
akan dilakukan kepada pasien, apakah tindakan tersebut bertujuan untuk mengurangi nyeri
yang dirasakan pasien atau tindakan tersebut justru lebih cenderung mengakibatkan
timbulnya maslah pada sistem respirasi pasien.
2. Euthanasia
Euthanansia secara kebahasaan dapat diartikan sebagai meninggal dengan baik,atau
meninggal tanpa merasakan sakit.Terminologi eusthanansia pasif tidak digunakan untuk
menjelaskan kondisi dimana membiarkan secara alamiah proses kematian terjadi.
Mempertahan kan atau menghentikan intervensi untuk memperpanjang harapan hidup
ketika secara biologis telah mengalami penurunan fungsi tubuh atau ketidak mampuan
untuk memenuhi kebutuhan biologisnya. Hal tersebut tidaklah termasuk sebagai
eutanansia, kerena hal tersebut tidak mempercepat proses kematian atau memperpanjang
massa sekarat. Penggunaan istilah tersebut dalam situasi atau kondisi sekarat terkadang
membuat situasi yang sulit untuk membedakan tujuan penanganan secara medis dan
paliatif. Merubah prioritas dilakukan saat pasien menunjukkan kondisi atau diprediksi akan
meninggal dalam hitungan minggu atau bulan. Pada kondisi tersebut tujuan utama
perawatan adalah bukan untuk memperpanjang usia atau harapan hidup , akan tetapi untuk
meningkatkan dan mempertahankan rasa nyaman.
Sekalipun permintaan terhadap tindakan eutanansia merupaka hal yang tidak lazim. Namun
boleh tidaknya eutanansia dilakukan pada pasien yang menginginkannya atau atas
permintaan keluarga menjadi hal yang rumit dan masih terus diperdebatkan hingga saat ini
baik secara etik maupun agama. Lebih lanjut , sebenarnya banyak pasien yang menjelang
ajal justru meminta bantuan untuk tetap dapat bertahan hidup. Namun ada hal ini menjadi
sangat penting untuk mempertahankan terutama pada pasien dengan keluhan fisik kronis
dimana atas dasar tersebut pasien mungkin menginginkan akan bantuan untuk mengakhiri
hidupnya. Beberapa alasan atau penyebab yang di identifikasi sebagai pemicu terhadap
pengambilan keputusan untuk mengakhiri hidupyaitu :
1. Nyeri berat yang tidak teratasi atau keluhan fisik lainnya seperti perasaan tercekik
atau sesak yang berat.
2. Kekhawatiran atau ketakutan akan ketidak mampuan untuk melakukan toleransi
terhadap nyeri atau keluhan fisik lainnya.
3. Kekhawatiran atau ketakutan akan proses penyakit yang semakin memburuk dan
berlangsung dalam waktu yang lama yang mungkin dapat berlangsung berbulan-
bulan.
4. Kekhawatiran atau ketakutan akan ketergantungan terhadap alat bantu hidup untuk
dapat bertahan yang mana pada saat bersamaan mungkin kualitas hidup pun
semakin menurun atau memburuk.
5. Keputusasaan atau ketidak mampuan yang menyebabkan ketergantungan secara
permanen terhadap orang lain.
6. Depresi
7. Adanya perasaan membebani orang terdekat baik keluarga , sahabat ataupun orang
lain.
8. Adanya perassan bahwa dirinya sudah tidak diinginkan lagi dalam keluarga, sahabat
atau kelompok sosial.
1. Terminal sedation or sedation therapy
Penggunaan obat obatan sedative untuk mengontrol keluhan fisik secara moral dan legal telah
disetujui dalam pelayanan perawatan paliatif. Sedangkan penggunaan obat golongan opioid
lebih spesifik untuk masalah nyeri dan dispenea. Fortensi obat golongan sedaktive dalam
pengelolaan keluhan fisik dan psikologis sangat luas. Akibat dari hal tersebut sehungga obat-
obatan golongan sedaktive memiliki potensi untuk menyebabkann kondisi yang tidak
diharapkan. Akibat dari adanya dampak negatif dari obat-obatan sedative sehingga penting
adanya seorang petugas kesehatan memahami beberapa hal sebagai berikut:
 Semua pengobatan termasuk sedative yang dilakukan di perawatan paliatif bertujuan
untuk mengurangi gejala keluhan fisik.
 Pengobatan yang menyebabkan kondisi sedasi hanya dapat digunakan bila gejala dan
keluhan fisik tidak dapat di kontrol dengan interfensi yang lebih spesifik.
 Pasien mungkin akan mengalami setres akaibat gejala dan keluhan fisik yang tidak dapat
di kontrol tersebut, atau setelah tindakan yang spesifik untuk mengontrol gejala yang
cukup melelahkan pasien. Sehingga pemberian obat sedative mungkin dapat di
pertimbangkan pada kondisi tersebut untuk mengurangi penderitaan yang di alami oleh
pasien.
 Jika obat sedative tersebut memberikan efek positive maka pengawasan dosis obat yang
diberikan harus dilakukakn, dimana di harapkan dosis sekecil mungkin dengan efek yang
maksimal. Namun dosis yang digunakan pada kondisi tersebut tidak menimbulkan atau
memperpendek harapan hidup pasien.
 Sedasi pada perawatan paliative adalah sedasi di saat pasien meninggal bukan sedasi
yang menyebabkan pasien meninggal.
 Morphin dan obat sejenisnya merupakan obat utama dalam menangani nyeri , namun
obat-obatan tersebut tidak dapat digunakan disaat pasien mengalami sedasi atau untuk
tujuan sedative.

8.Penelitian Perawatan Paliatif

Salah satu alasan untuk memperhatikan prinsip etik secara khusus pada penelitian di area perawatan
paliatif adalah karenan subjek atau sampel penelitian merupakan subjek yang dikategorikan sebagai
kelompok rawan, rentan atau sangat berisiko (Casarett & Karlawish, 2000). Kerawanan, kerentanan
dapat diartikan sebagai kondisi dimana seseorang yang mungkin tau bahkan tidak mampu melindungi
dirinya sendiri dari berbagai hal yang dapat merusak atau merugikan dirinya sendiri. Salah satu yang
dapat menyebabkan seseorang menjadi rawan atau rentan apabila ia tidak memiliki kemampuan
kognitif untuk membuat keputusan atau karena pilihan tersebut di buat atas dasar pelaksanaan akibat
ketidaktahuannya.

Anda mungkin juga menyukai