a. Pendidikan
Dasar penyediaan sarana pendidikan adalah untuk melayani setiap unit administrasi
pemerintahan baik yang informal (RT, RW) maupun yang formal (Kelurahan, Kecamatan), dan
bukan didasarkan semata-mata pada jumlah penduduk yang akan dilayani oleh sarana tersebut.
Dasar penyediaan sarana pendidikan ini juga mempertimbangkan pendekatan desain
keruangan unit-unit atau kelompok lingkungan yang ada. Tentunya hal ini dapat terkait dengan
bentukan grup bangunan/blok yang nantinya terbentuk sesuai konteks lingkungannya.
Sedangkan penempatan penyediaan fasilitas ini akan mempertimbangkan jangkauan radius
area layanan terkait dengan kebutuhan dasar sarana yang harus dipenuhi untuk melayani pada
area tertentu. Perencanaan sarana pendidikan harus didasarkan pada tujuan pendidikan yang
akan dicapai, dimana sarana pendidikan dan pembelajaran ini akan menyediakan ruang belajar
harus memungkinkan siswa untuk dapat mengembangkan pengetahuan, keterampilan, serta
sikap secara optimal. Oleh karena itu dalam merencanakan sarana pendidikan harus
memperhatikan:
o berapa jumlah anak yang memerlukan fasilitas ini pada area perencanaan;
o optimasi daya tampung dengan satu shift;
o effisiensi dan efektifitas kemungkinan pemakaian ruang belajar secara terpadu;
o pemakaian sarana dan prasarana pendukung;
o keserasian dan keselarasan dengan konteks setempat terutama dengan berbagai
jenis sarana lingkungan lainnya.
Dasar penyediaan ini juga akan mempertimbangkan pendekatan desain keruangan unit-unit
atau kelompok lingkungan yang ada. Tentunya hal ini dapat terkait dengan bentukan grup
bangunan/blok yang nantinya terbentuk sesuai konteks lingkungannya. Sedangkan penempatan
penyediaan fasilitas ini akan mempertimbangkan jangkauan radius area layanan terkait dengan
kebutuhan dasar sarana yang harus dipenuhi untuk melayani pada area tertentu.
Peribadatan
Sarana peribadatan merupakan sarana kehidupan untuk mengisi kebutuhan rohani yang perlu
disediakan di lingkungan perumahan yang direncanakan selain sesuai peraturan yang
ditetapkan, juga sesuai dengan keputusan masyarakat yang bersangkutan. Oleh karena SNI 03-
1733-2004 30 dari 52 berbagai macam agama dan kepercayaan yang dianut oleh masyarakat
penghuni yang bersangkutan, maka kepastian tentang jenis dan jumlah fasilitas peribadatan
yang akan dibangun baru dapat dipastikan setelah lingkungan perumahan dihuni selama
beberapa waktu. Pendekatan perencanaan yang diatur adalah dengan memperkirakan populasi
dan jenis agama serta kepercayaan dan kemudian merencanakan alokasi tanah dan lokasi
bangunan peribadatan sesuai dengan tuntutan planologis dan religius. Dasar penyediaan ini
juga akan mempertimbangkan pendekatan desain keruangan unit-unit atau kelompok
lingkungan yang ada. Hal ini dapat terkait dengan bentukan grup bangunan / blok yang
nantinya lahir sesuai konteks lingkungannya. Penempatan penyediaan fasilitas ini akan
mempertimbangkan jangkauan radius area layanan terkait dengan kebutuhan dasar sarana yang
harus dipenuhi untuk melayani area tertentu.
Perdagangan Jasa
Pasar merupakan pusat perdagangan dimana terjadi transaksi barang maupun jasa antara
penjual dan pembeli. Dari 6 kelurahan yang ada di Kecamatan Ulujadi, tiga kelurahan
diantaranya memiliki sarana pemasaran berupa pasar yaitu Kelurahan Silae, Kelurahan Buluri
dan Kelurahan Watusampu. Di samping pasar, pada setiap kelurahan juga terdapat toko,
warung dan kios yang merupakan tempat-tempat pelayanan kebutuhan pokok sehari-hari.
Jumlah kios atau warung di kecamatan ulujadi sebanyak 580, dan jumlah toko adalah
31 buah, kios yang terbanyak di kecamatan ulujadi adalah kelurahan Silae yaitu sebanyak
160 kios/warung, yang kedua kelurahan donggala kodi sebanyak 159 kios/warung, ketiga
yang terbanyak kelurahan Buluri yaitu 90 kios/warung, dan yang paling sedikit adalah
kelurahan Tipo yaitu sebanyak 42 buah.
Persampahan
Pertambahan penduduk dan juga pola konsumsi masyarakat menimbulkan
bertambahnya karakteristik sampah yang terus bertambah banyak. Pengelolaan sampah juga
belum sesuai dengan metode dan teknik pengelolaan sampah yang berwawasan lingkungan
yang menimbulkan dampak yang buruk bagi kesehatan lingkungan pada masyarakat. Di
kecamatan Ulujadi terdapat 28 titik Tempat Pembuangan Sampah (TPS) ilegal. Dalam hal ini
pemerintah kecamatan Ulujadi mencoba untuk menanggulangi masalah persampahan dengan
cara membuka Bank Sampah Silae.
Bank Sampah Silae sendiri sudah membina 200 orang sekaligus sebagai nasabah yang
memasok sampah untuk dikelola. Adapun untuk tempat pembuangan sampah sudah tersedia
dengan adanya bak penampungan sementara yang sudah disebar ditiap kelurahan yang ada di
kecamatan Ulujadi, namun sebagian masyarakat tetap membuang sampah sembagaran
ataupun membakarnya secara pribadi.
Gambar persampahan
Sumber : Survei Lapangan, 2019
Drainase
Untuk jaringan drainase yang telah terbangun sudah mencakup secara keseluruhan
di Kecamatan Ulujadi, adapun jaringan drainase yang ada yaitu jaringan drainasi terbangun,
jaringan drainase belum terbangun, jaringan drainase tertutup, serta jaringan drainase
campuran atau jaringan drainase terputus.
Gambar drainase
Sumber : Survei Lapangan, 2019
Air Bersih
Air bersih yang tersedia di Kecamatan Ulujadi sudah terpenuhi oleh jaringan perpipaan
PDAM tetapi ada juga sebagian masyarakat mempunyai sumur bor sendiri/pribadi guna
memenuhi kebutuhan rumah tangga. Di Kecamatan Ulujadi sendiri mempunyai sumber air
yang cukup baik terutama di Kelurahan Tipo yang mempunyai bak penampungan air yang
langsung dari mata air. Begitupun dengan yang ada di kelurahan Donggala Kodi, terdapat
sumber mata air. Untuk kelurahan Watusampu sendiri, walau memiliki mata air langsung dari
gunung, pemerintah setempat akan tetap terus memberikan kontribusi yang terbaik untuk
warganya dengan cara memberikan program air Pipanisasi yang siap disalurkan ke warga
sekitar, tetapi karena satu dan lain hal program tersebut sampai sekarang masih belum
terealisasi dengan semestinya.