Anda di halaman 1dari 9

TUGAS METODE ANALISI TANAH DAN TANAMAN

TEKNIK SAMPLING DAN PERSIAPAN CONTOH ANALISIS


DAUN MANGGIS
DAN
UNSUR HARA ANTAGONIS

OLEH:
LILIS SUGIARTI
NIM: 150320190004

PROGRAM STUDI MAGISTER AGRONOMI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2019
TEKNIK SAMPLING DAN PERSIAPAN CONTOH ANALISIS DAUN MANGGIS

I. Latar Belakang
Analisis jaringan tanaman lebih praktis dilakukan untuk mengetahui status hara
pada tanaman manggis daripada cara lain. Status hara pada jaringan tanaman
juga merupakan gambaran status hara dalam tanah. Hal ini didasarkan pada
prinsip bahwa konsentrasi suatu unsur hara di dalam tanaman merupakan hasil
interaksi dari semua faktor yang mempengaruhi penyerapan unsur tersebut dari
dalam tanah.
Jaringan tanaman yang umum dianalisis adalah daun. Hal ini karena daun
merupakan tempat terjadinya proses fotosintesis dan metabolisme lainnya yang
sangat aktif. Daun juga merupakan salah satu tempat penyimpanan karbohidrat
dan mineral. Hara yang ada pada daun tidak hanya berperan dalam fotosintesis
tetapi juga menggambarkan status hara tanaman. Selain itu daun adalah jaringan
yang selalu banyak tersedia untuk dianalisis.
Analisis daun dapat digunakan sebagai pedoman dalam mendiagnosis status hara
dan rekomendasi pupuk pada tanaman manggis. Namun demikian, standar teknik
pengambilan contoh daun harus ditentukan secara akurat. Umur daun adalah
faktor utama dalam menentukan status hara tanaman buah-buahan. Daun yang
tepat dijadikan contoh, yaitu ketika konsentrasi haranya mempunyai korelasi
terbaik dengan pertumbuhan dan produksi.

II. Tujuan
- Mengetahui cara teknik sampling dan persiapan contoh analisis jaringan
tanaman

III. Pembahasan
Menurut Liferdi (2009) proses pengambilan sampel daun manggis sebagai berikut:
1. Pengambilan sampel di lahan
- Pada tanaman manggis, daun yang tepat dijadikan untuk sampel ialah
daun umur 5 bulan
- Untuk menentukan daun umur 5 bulan dengan cara mengetahui kalender
tanam.
- Misal masa akhir panen manggis bulan Februari, tunas baru (flush)
muncul bulan Maret, sehingga pengambilan sampel daun dilakukan
bulan Juli, yaitu ketika daun sudah berumur 5 bulan. Daun ini merupakan
daun terminal.
- Pengambilan sampel daun dilakukan dari 4 arah mata angin (Barat,
Timur, Utara, dan Selatan),
- masing-masing 3-4 lembar pada cabang bagian tengah dari setiap
pohon, kemudian daun tersebut digabungkan.
2. Persiapan pengiriman ke laboratorium
- Gunakan wadah yang bersih
- Simpan sampel pada kantong kertas
- Jika pada sample terdapat kotoran harus dibersihkan terlebih dahulu
dengan kain lembab atau cuci dengan air sulingan, namun jangan terlalu
lama.

3. Perlakuan di laboratorium
- Daun dikeringkan menggunakan oven suhu 70 °C selama 24 jam
- Daun diblender dan diayak dengan ayakan 0,5 mm
- Analisis kadar unsur hara
: Kadar N total dilakukan menggunakan metode Semimikro Kjeldahl
(Liferdi dan Purwanto, 2011)
: Kadar P, K, Ca, Mg dan S menggunakan metode pengabuan basah
(Sulaeman et al.,2005)

IV. Metode Analisa unsur N, P, K, Ca, Mg dan S


 Analisi Unsur N
Metode Kjeldahl merupakan metode yang sederhana untuk penetapan
nitrogen total pada asam amino, protein dan senyawa yang mengandung
nitrogen. Sampel didestruksi dengan asam sulfat dan dikatalisis dengan
katalisator yang sesuai sehingga akan menghasilkan amonium sulfat.
Setelah pembebasan dengan alkali kuat, amonia yang terbentuk disuling uap
secara kuantitatif ke dalam larutan penyerap dan ditetapkan secara titrasi.
Metode ini telah banyak mengalami modifikasi. Metode ini cocok digunakan
secara semimikro, sebab hanya memerlukan jumlah sampel dan pereaksi
yang sedikit dan waktu analisa yang pendek.

Penentuan Kadar Nitrogen semimikro Kjeldahl menurut Ramadhan dkk


(2016) sebagai berikut:
Tahap destruksi
Sampel yang telah disiapkan ditimbang sebanyak 0,250 g lalu dimasukkan
dalam tabung digestion Menambahkan 1 g campuran selen dan 2,5 mL
H2SO4 pekat. Masukkan 1 g campuran selen dan 2,5 mL H2SO4 pekat ke
dalam tabung digestion. Selanjutnya dipanaskan dalam blok digestion hingga
suhu 350°C. Destruksi selesai bila keluar uap putih dan didapat ekstrak jernih
(sekitar 4 jam). Tabung diangkat, didinginkan dan kemudian ekstrak
diencerkan dengan aquades hingga tepat 50 mL. Kocok sampai homogen,
biarkan semalam agar partikel mengendap. Ekstrak jernih digunakan untuk
pengukuran N dengan cara destilasi
Tahap destilasi dan titrasi
Masukkan 10 mL larutan ekstrak sampel ke dalam labu didih. Tambahkan
sedikit serbuk batu didih dan aquades hingga setengan volume labu. Siapkan
penampung NH3 yaitu erlenmeyer yang berisi 10 mL larutan H3BO3 1%
ditambah 2 tetes indikator indikator metil merah (berwarna merah) dan
dihubungkan dengan alat destilasi. Tambahkan NaOH 40% sebanyak 10 mL
ke dalam labu didih yang berisi sampel dan secepatnya ditutup. Destilasi
hingga volume penampung mencapai 50–75 mL (berwarna hijau). Destilat
dititrasi dengan HCl 0,014 N hingga warna merah muda. Catat volume titar
sampel (Vc) dan blanko (Vb). Setelah itu dilakukan perhitungan dengan
menggunakan rumus (Sulaeman, dkk., 2005).

 Analisi unsur P, Ca, Mg dan S dengan cara pengabuan basah dengan


HNO3 dan HClO4 (Sulaeman et al.,2005)
Dasar penetapan Unsur hara makro dan mikro total dalam tanah dapat
diekstrak dengan cara pengabuan basah menggunakan campuran asam
pekat HNO3 dan HClO4. Kadar unsur makro dan mikro dalam ekstrak diukur
menggunakan spektrofotometer serapan atom (SSA), fotometer nyala dan
spektrofotometer.
Cara kerja
Timbang 0,500 g contoh tanaman <0,5 mm ke dalam tabung digestion.
Ditambahkan 5 ml HNO3 p.a. dan 0,5 ml HCLO4 p.a. dan biarkan satu malam.
Besoknya dipanaskan dalam digestions blok dengan suhu 100°C selama
satu jam, kemudian suhu ditingkatkan menjadi 150 °C. Setelah uap kuning
habis suhu digestion blok ditingkatkan menjadi 200°C. Destruksi selesai
setelah keluar asap putih dan sisa ekstrak kurang lebih 0,5 ml. Tabung
diangkat dan dibiarkan dingin. Ekstrak diencerkan dengan air bebas ion
hingga volume tepat 50 ml dan kocok dengan pengocok tabung hingga
homogen. Ekstrak ini dapat digunakan untuk pengukuran unsur-unsur makro:
P, K, Ca, Mg, Na, S, dan unsur-unsur mikro: Fe, Al, Mn, Cu, Zn, dan B.
Pengukuran P
Pipet masing-masing 1 ml ekstrak contoh ke dalam tabung kimia. Tambahkan
9 ml air bebas ion dan kocok (pengenceran 10x). Dipipet masing-masing 2
ml ekstrak encer contoh dan deret standar P (0-20 ppm PO4) ke dalam
tabung reaksi. Tambahkan 10 ml pereaksi pewarna P. Kocok dengan
pengocok tabung sampai homogen dan biarkan 30 menit. P dalam larutan
diukur dengan alat spektrofotometer pada panjang gelombang 693 nm.

Pengukuran K, Ca, Mg dan Na


Pipet 1 ml ekstrak dan deret standar masing-masing ke dalam tabung
kimia dan ditambahkan 9 ml larutan La 0,25 %. Kocok dengan menggunakan
pengocok tabung sampai homogen. Ca dan Mg diukur dengan SSA
sedangkan K dan Na diukur dengan alat fotometer nyala dengan deret
standar sebagai pembanding.

Pengukuran S
Pipet masing-masing 1 ml ekstrak dan deret standar S ke dalam tabung
kimia. Ditambahkan masing-masing 7 ml asam campur dan 2,5 ml larutan
BaCl2-tween kemudian kocok dengan pengocok tabung sampai homogen.
Biarkan 30 menit dan kemudian diukur dengan spektrofotometer pada
panjang gelombang 432 nm.

Perhitungan
Kadar P (%)
= ppm kurva x ml ekstrak 1.000 ml-1 x 100 mg contoh-1 x B.A. P /B.M. PO4
x fp x fk
= ppm kurva x 50/1.000 x 100/500 x 31/95 x 10 x fk
= ppm kurva x 0,1 x 31/95 x fk
Kadar K, Ca, Mg dan Na (%)
= ppm kurva x ml ekstrak 1.000 ml-1 x 100 mg contoh-1 x fp x fk
= ppm kurva x 50/1.000 x 100/500 x 10 x fk
= ppm kurva x 0,1 x fk
Kadar S (%)
= ppm kurva x ml ekstrak 1.000 ml-1 x 100 mg contoh-1 x fk
= ppm kurva x 50/1000 x 100/500 x fk
= ppm kurva x 0,01 x fk
Keterangan:
ppm kurva = kadar contoh yang didapat dari kurva hubungan antara kadar
deret
standar dengan pembacaannya setelah dikoreksi blanko.
100 = faktor konversi ke %
1000 = faktor konversi ke ppm (mg/kg)
fp = faktor pengenceran (10)
fk = faktor koreksi kadar air = 100/(100 - % kadar air)
ANTAGONIS UNSUR HARA

I. Latar Belakang
Pada dasarnya ada dua jenis interaksi antara nutrisi. SINERGISME adalah
efek positif antara nutrisi dan ANTAGONISME adalah efek negatif antara
nutrisi. Dua atau lebih elemen yang bekerja bersama untuk menciptakan
keadaan fisiologis yang meningkat secara keseluruhan dalam tanaman disebut
sinergisme fisiologis sementara, kelebihan satu nutrisi mengurangi
penyerapan nutrisi lain disebut antagonisme fisiologis. Interaksi ini tergantung
pada jenis tanah, sifat fisik, pH, suhu sekitar dan proporsi nutrisi yang
berpartisipasi. Ada proses selektivitas yang sangat terkontrol yang terlibat
dalam penyerapan nutrisi oleh tanaman dan itulah alasan mengapa tanaman
tidak mengandung rasio nutrisi yang sama di dalam tanaman seperti yang
ditemukan di tanah. Misalnya, tanah alkali biasanya mengandung kadar
kalsium lebih tinggi daripada kalium tetapi, ketika tanaman tumbuh dalam hal
ini lapangan dianalisis, mengandung kadar kalium lebih tinggi dari kalsium.
Sinergisme dan antagonisme antara dua nutrisi mineral menjadi lebih penting
ketika kandungan kedua elemen tersebut berada di dekat kisaran defisiensi
(Malvi, 2011)

II. Tujuan
Mengetahui antagonis unsur dan jenis-jenis unsur yang saling antagonis.

III. Pembahasan

Menurut Malvi, 2011 unsur hara yang memiliki efek antagonism antara lain :
 Jumlah nitrogen yang berlebihan mengurangi penyerapan fosfor, kalium,
zat besi dan hampir semua zat gizi sekunder dan mikro seperti kalsium
dan magnesium, besi mangan, seng, dan tembaga.
 Jumlah fosfor yang berlebihan mengurangi penyerapan mikronutrien
kationik seperti besi, mangan, seng dan tembaga.
 Jumlah potasium yang berlebihan mengurangi penyerapan magnesium
ke tingkat yang lebih besar dan kalsium ke tingkat yang lebih rendah.
 Jumlah kalsium yang berlebihan mengurangi penyerapan zat besi.
 Zat Besi yang berlebihan mengurangi penyerapan seng.
 Seng yang berlebihan mengurangi penyerapan mangan.
Chaudhry et al. ( 1973 ) melaporkan respons antagonis pada hasil padi dari
interaksi Cu x Zn, dan efek negatif Zn pada serapan Cu oleh tanaman padi
terjadi jika Cu pada tanaman tersebut kurang. Karena Cu dan Zn memiliki dua
transporter membran plasma yang sama (P1B-Zn-ATPases dan / atau ZIP),
temuan ini menunjukkan bahwa persaingan pada transporter membran plasma
umum mungkin relevan dalam kasus antagonisme. Sebaliknya, aditif
(Agarwala et al. 1995 ) dan respon sinergis (Chaudhry dan Loneragan 1970 ;
Khurana dan Chatterjee 2000 ) dilaporkan untuk Cu x Zn dalam kombinasi
dengan efek positif Zn pada serapan Cu dan sebaliknya, dalam kasus
kekurangan dan kadar Cu dan Zn yang memadai dalam media tumbuh.
Respons tanaman tanpa interaksi dan sinergis menunjukkan bahwa
persaingan Cu dan Zn pada transporter membran plasma umum lebih besar
daripada proses lainnya jika kadar Cu dan Zn dalam media tanam kurang atau
memadai (Rietra et al., 2017).
DAFTAR PUSTAKA

Flynn R, Ball S.T, Baker R.D. 1999. Sampling for Plant Tissue Analysis. Cooperative
Extension Service College of Agriculture and Home Economics. Diakses 6
November 2019.

Malvi U. R. 2011. Interaction Of Micronutrients With Major Nutrients With Special


Reference To Potassium. Karnataka J. Agric. Sci.,24 (1) : (106-109).

Liferdi. 2009. Analisi Jaringan daun Sebagai Alat untuk Menentukan Status Hara Fosfor
Pada Tanaman Manggis.J.Hort.19(3):324-333.

Liferdi, R. Poerwanto. 2011. Korelasi Konsentrasi Hara Nitrogen Daun dengan Sifat
Kimia Tanah dan Produksi Manggis. J. Hort. 21(1):14-23.

Ramadhan S, Vanny M.A. Tiwow dan I Said. 2016. Analisis Kadar Unsur Nitrogen (N)
dan Posforus (P) dalam Lamun (Enhalus acoroides) di Wilayah Perairan
Pesisir Kabonga Besar Kecamatan Banawa Kabupaten Donggala. J. Akad.
Kim. 5(1): 37-43.

Rietra R.P.J.J, M. Heinen, Chistian O. Dimkpa & Prem S. Bindraban. 2017. Effects of
Nutrient Antagonism and Synergism on Yield and Fertilizer Use Efficiency. J.
Soil Science and Plant Analysis.

Sulaeman, Suparto, Eviati. 2005. Petunjuk Teknis Analisis Kimia Tanah, Tanaman, Air,
Dan Pupuk. Wibsite:http://balittanah.litbang.deptan.go.id. Diakses 6 November
2019.

Anda mungkin juga menyukai