ISBN NO.
PANDUAN KETERAMPILAN KLINIS
SISTEM ORGAN KHUSUS
SPECIAL SENCE ORGAN
Tim Penyusun:
dr. Zulhafis Mandala
Dr. Fatah Satya Wibawa, dr. Sp.THT
Muslim Kasim, dr., M.Sc. Sp.THT-KL
Tan'im, dr.,Sp.THT
Helmi Muchtar, dr., Sp.M
dr. Sri Maria PL, M.Pd.Ked
dr. Yesi Nurmalasari, M.Kes
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karuniaNya penyusunan
buku rancangan pengajaran modul special sence organ dapat terlaksana. Modul ini
merupakan salah satu rangkaian modul Ilmu Kedokteran Klinis yang terdapat dalam
Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) Fakultas kedokteran Universitas
Malahayati (FK UNIMAL).
Modul Keterampilan Klinis special sence organ diajarkan pada semester 5
selama 4 minggu. Modul ini berisi dasar-dasar ilmu kedokteran khususnya di
Sistem Organ Khusus, mulai dari anatomi, fisiologi, histologi, patologi anatomi,
Ilmu THT dan Ilmu Kesehatan Mata.
Tim penyusun berharap modul ini dapat menjadi panduan staf pengajar dan
mahasiswa dalam upaya memberikan pemahaman mahasiswa terhadap ilmu
kedokteran klinis sehingga mahasiswa dapat menerapkannya dalam proses
pembelajaran dan menjadi dokter yang berkompeten sesuai standar kompetensi
dokter Indonesia.
Penyusunan buku rancangan pengajaran modul ini masih memerlukan
perbaikan, karena itu kami tim penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran.
Kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu memfasilitasi
penyusunan modul ini, khususnya tim penyusun modul, komisi kurikulum Medical
Education Unit (MEU), rekan-rekan dosen Program Studi Pendidikan Dokter
Universitas Malahayati dan Yayasan Alih Teknologi.
KATA PENGANTAR........................................................................................ 1
DAFTAR ISI ..................................................................................................... 2
TATA TERTIB ............................................................................................. 3
SANKSI ............................................................................................. 3
SKILLS LAB 1 ............................................................................................. 5
DAFTAR TILIK SKILLS LAB 1 ..................................................................... 12
SKILLS LAB 2 ........................................................................................... 17
DAFTAR TILIK SKILLS LAB 2 ..................................................................... 22
SKILLS LAB 3 ........................................................................................... 24
DAFTAR TILIK SKILLS LAB 3 ..................................................................... 29
SKILLS LAB 4 ........................................................................................... 30
DAFTAR TILIK SKILLS LAB 4 ..................................................................... 32
LAMPIRAN
Lampiran 1. Istilah Latin dalam Resep ............................................................... 33
Lampiran 2. Contoh penulisan Resep ................................................................. 35
TATA-TERTIB KEGIATAN SKILLS LAB
Sebelum kegiatan
1. Membaca Penuntun Belajar (manual) Keterampilan Klinik Sistem yang
bersangkutan dan bahan bacaan rujukan tentang keterampilan yang akan
dilakukan.
Pada saat kegiatan
1. Datang 10 menit sebelum Skill Lab dimulai.
2. Wajib mengikuti seluruh kegiatan Skill Lab sesuai dengan jadwal rotasi
yang telah ditentukan.
3. Tidak diperkenankan memanjangkan kuku lebih dari 1 mm.
4. Mengenakan pakaian yang bersih dan dikancing rapih pada setiap kegiatan
Skill Lab. Bagi mahasiswi yang berjilbab, jilbabnya harus rapih.
5. Berpartisipasi aktif pada semua kegiatan.
6. Memperlakukan model seperti memperlakukan manusia atau bagian tubuh
manusia.
7. Bekerja dengan hati-hati.
8. Tidak diperkenankan menghilangkan, mengambil atau meminjam tanpa ijin
setiap alat dan bahan yang ada pada ruang Skill Lab.
9. Setiap selesai kegiatan Skill Lab mahasiswa harus merapihkan kembali alat
dan bahan yang telah digunakan.
10. Pengulangan Skill Lab dapat dilaksanakan dengan ketentuan sebagai
berikut :
a. Peserta berhalangan mengikuti skill lab karena alasan sakit.
b. Membuat surat permohonan pengulangan Skill Lab ke koordinator
blok dengan melampirkan materi yang akan dan surat keterangan
dari fasilitator.
1. Bagi mahasiswa yang tidak mengikuti kegiatan Skill Lab pada materi
tertentu karena alasan tidak jelas, maka mahasiswa tersebut tidak
diperkenankan mengikuti kegiatan Skill Lab pada jadwal berikutnya untuk
materi tersebut.
2. Bagi mahasiswa yang mengikuti kegiatan Skill Lab tidak sesuai dengan
jadwal rotasinya dianggap tidak hadir.
3. Bagi mahasiswa yang persentasi kehadiran Skill Lab nya < 75 % dari
seluruh jumlah tatap muka Skills Lab, maka mahasiswa tersebut tidak lulus
blok.
4. Kerusakan alat dan bahan yang ada pada ruang Skill Lab yang terjadi
karena ulah mahasiswa, resikonya ditanggung oleh mahasiswa yang
3
bersangkutan.
5. Bagi mahasiswa yang menghilangkan, mengambil atau meminjam tanpa
ijin setiap alat dan bahan yang ada pada ruang Skill Lab akan mendapatkan
sanksi tegas sesuai dengan peraturan yang berlaku.
No Skills Lab
1 Anamnesis THT dan PENULISAN RESEP
2 Pemeriksaan fisik telinga dan hidung; rongga hidung,
faring, rongga mulut, laring dan hipofaring
3 Pemasangan tampon anterior
4 Anamnesis penyakit mata
5 Pemeriksaan fisik mata dan pemeriksaan tonometri dan
palpasi digital tekanan mata, pemeriksaan Lapang pandang
dan otot bola mata
Skills Lab Keterampilan Anamnesa Level Kompetensi
1 Anamnesis THT dan PENULISAN 4A
RESEP
TEORI PENDAHULUAN
Anamnesis (wawancara) berasal dari kata ana yang artinya hal-hal yang
telah terjadi dan nesa artinya ingatan. Dibedakan 2 anamnesis yaitu:
1. Auto anamnesis yang berasal dari penderita sendiri
2. Allo anamnesis yang berasal dari orang lain seperti keluarga, polisi, penduduk
lain. Dikerjakan pada keadaan sebagai berikut:
Pasien dengan penurunan atau perubahan kesadaran.
Pasien bayi, anak- anak atau orang sangat tua, pasien yang tidak dapat
dimintai keterangan seperti kasus skizofrenia.
Untuk konfirmasi auto anamnesis
Anamnesa awal
Identitas pasien merupakan data pokok yang harus dikaji lebih awal.
Identitas terdiri dari: Nama, umur, jenis kelamin, suku bangsa, status perkawinan,
pekerjaan, tempat tinggal, dokter yang merujuknya harus pula anda catat pada saat
pemeriksaan dilakukan. Jika ini bukan merupakan kunjungan yang pertama, maka
jumlah serta tanggal kunjungan sebelumnya harus dicatat.
Keluhan Utama
Keluhan utama merupakan keluhan yang membawa os datang ke fasilitas kesehatan,
pernyataan dengan bahasa sendiri. Keluhan utama telinga dapat berupa :
1. Gangguan pendengaran/pekak (tuli).
2. Suara berdenging/berdengung (tinnitus).
3. Rasa pusing yang berputar (vertigo).
4. Rasa nyeri di dalam telinga (otalgia).
5. Keluar cairan dari telinga (otore).
Keluhan utama penyakit atau kelainan di hidung :
1. Sumbatan hidung.
2. Sekret dihidung dan tenggorokan.
3. Bersin.
4. Rasa nyeri di daerah muka dan kepala.
5. Perdarahan dari hidung.
6. Gangguan penghidu.
2. Cara komunikasi :
Yakinkan pasien nyaman
Yakinkan pasien siap untuk mendengar
Perkenalkan diri anda
Hormati pasien dengan menyebut nama yang lengkap.
Fasilitasi bila cerita pasien terhenti.
Perlihatkan rasa empati.
Bangkitkan rasa kasihan terhadap penderitaan pasien.
Timbulkan suasana keheningan
Klarifikasikan cerita pasien bila kurang jelas.
Ulangi lagi cerita yang didengar untuk meyakinkan.
Pergunakan ringkasan.
Pergunakan pernyataan peralihan
Pergunakan pernyataan atau pertanyaan dari kesimpulan seperti "ada lagi
yang bapak mau kemukakan?, " ada hal-hal yang penting yang bapak mau
kemukakan?".
Hindari pengulangan pertanyaan dan hindari hanya jawaban “ya/tidak” dari
pasien.
METODE PEMBELAJARAN
Demonstrasi Fasilitator
Ceramah
Diskusi
Partisipasi aktif dalam skill lab (simulasi)
Evaluasi melalui check list/daftar tilik dengan system skor
TEORI PENDAHULUAN
Penulisan resep adalah tindakan terakhir dari dokter untuk pasiennya, yaitu
setelah melakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik, menentukan diagnosis,
prognosis serta terapi yang akan diberikan. Terapi untuk kausatif, simtomatik,
profilaktik diwujudkan dalam bentuk resep.
Resep dituliskan dalam kertas resep dengan ukuran yang ideal yaitu lebar 10-
12 cm dan panjang 15-18 cm. Resep harus ditulis dengan lengkap sesuai dengan
PerMenKes no. 26/MenKes/Per/I/81 Bab III tentang Resep dan KepMenKes No.
28/MenKes/SK/U/98 Bab II tentang RESEP, agar dapat dibuatkan/ diambilkan
obatnya di apotik.
2. 4T 1W :
a) Tepat OBAT
b) Tepat DOSIS
c) Tepat BSO
d) Tepat PENDERITA
e) Waspada Efek Samping
Ambil satu lembar kertas resep/blanko resep, isi tempat dan tanggal ditulisnya resep.
Penulisan resep untuk obat yang diramu/diracik :
1. Tulis huruf R/ (resipe)
2. Tulis nama obat yang terpilih sesuai indikasi
3. Tulis dosis yang diperlukan, untuk anak dan geriatri dosis sudah dihitung
lebih dulu.
4. Tulis permintaan untuk membuat bentuk sediaan obat : contohnya mfla
(misce fac lege artis), fla (fac lege artis), md (misce da)
5. Tulis jumlah obat yang dibutuhkan sesuai dengan tujuan pemberian obat
6. Diakhiri dengan titik
7. Kalimat berikutnya, tulis S (signa)
8. Tulis apa yang diperlukan untuk menandai obat tersebut, lazimnya adalah
cara penggunaan obat
9. Beri garis penutup dan paraf
10. Tulis pro : nama pasien, umur (terutama untuk anak)
1. Tulis huruf R/
2. Tulis nama obat yang terpilih sesuai indikasi.
3. Tulis bentuk sediaan obat sesuai dengan sifat obat, bioavailabilitas, kondisi
penyakit pasien.
4. Tulis dosis yang diperlukan, untuk anak dan geriatri dosis sudah dihitung
lebih dulu.
5. Tulis jumlah obat yang dibutuhkan sesuai dengan tujuan pemberian obat.
6. Diakhiri dengan titik.
7. Kalimat berikutnya, tulis S (signa).
8. Tulis apa yang diperlukan untuk menandai obat tersebut, lazimnya adalah
cara penggunaan obat.
9. Beri garis penutup dan paraf.
10. Tulis pro : nama pasien, umur (terutama untuk anak).
Contoh resep :
TUJUAN KHUSUS
Setelah mempelajari topik keterampilan Penulisan Resep ini, mahasiswa
diharapkan mampu:
1. Menulis resep untuk bermacam-macam bentuk sediaan obat (bentuk
ramuan maupun yang paten).
2. Menggunakan bahasa Latin dalam menuliskan resep.
3. Memilih obat berdasarkan diagnosis penyakit.
4. Menghitung dosis dan menuliskannya ke dalam resep.
5. Menentukan cara penggunaan obat.
6. Menulis resep obat secara rasional.
7. Membaca dan memahami buku DOEN dan FORNAS.
METODE PEMBELAJARAN
Demonstrasi sesuai dengan daftar panduan belajar
Diskusi
Partisipasi aktif dalam skill lab (simulasi)
Evaluasi melalui check list/daftar tilik dengan system skor
Diagnosis utama:
Diagnosis Banding:
1.
2.
3.
Pro:
Usia : tahun
Penjelasan :
0 = Tidak dilakukan mahasiswa, atau dilakukan tetapi salah
1 = Dilakukan, tapi belum sempurna
2 = Dilakukan dengan sempurna, atau bila aspek tersebut tidak dilakukan mahasiswa karena
situasi yang tidak memungkinkan (misal tidak diperlukan dalam skenario yang sedang
dilaksanakan).
SKENARIO LATIHAN
Diagnosis utama:
Hordeolum OS R/ Cloramfenicol zalp tube no.I
S 3 dd I UE OD
Diagnosis Banding: ----------------------------z
1. Kalazion Os R/ Amoxicillin Tab 500 mg no. X
2. Blefaritis OS S 3 dd tab 1
3. Tumor Palpebra OS ----------------------------z
R/ Paracetamol Tab 500 mg no. X
S 3 dd tab 1
----------------------------z
Diagnosis Banding:
1. tonsillitis akut R/ Amoxicillin Tab 500 mg no. X
2. tonsillitis kronik S 3 dd tab 1
3. tumor tonsil dextra ----------------------------z
R/ Paracetamol Tab 500 mg no. X
S 3 dd tab 1
----------------------------z
Pro: Dewasa
Usia : 25 tahun
SKENARIO
Kasus 1 (Otitis Externa diffusa):
Seorang laki-laki, 20 tahun datang dengan keluhan Nyeri telinga
sebelah kiri. Rasa nyeri sudah dirasakan sejak 2 hari terakhir, Os
juga mengeluh gangguan pendengaran.
Os punya kebiasaan mengorek2 telinga dengan cotton bud, Nyeri
dirasakan bertambah parah bila tidur dgn posisi menghadap telinga
yang sakit. Sebulan yll OS juga pernah merasakan keluhan yg sama
TEORI PENDAHULUAN
Untuk menegakkan diagnosis suatu penyakit diperlukan data yang berasal
dari riwayat penyakit, tanda penyakit dari pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
tambahan seperti laboratorium rutin dan khusus, radiologi dan bermacam-macam
tes diagnostik.
Dalam pelajaran fisik diagnostik harus dimengerti dengan baik dan benar
istilah yang sering dijumpai seperti gejala (symptom) dan tanda (sign). Gejala
adalah segala sesuatu yang dirasakan oleh penderita dan menceritakannya kepada
pemeriksa pada waktu anamnesis. Pada umumnya bersifat subyektif. Tanda
adalah segala sesuatu yang dilihat dan diperiksa oleh pemeriksa pada penderita
sebagai akibat perubahan anatomi, fisiologi maupun patologis oleh suatu penyakit.
Tanda-tanda penyakit umumnya bersifat obyektif dan diketahui pada saat
pemeriksaan fisik.
Alat :
Otoskop.dan Corong Telinga
Senter kepala.
SCORE
NO ASPEK YANG AKAN DINILAI
0 1 2
PEMERIKSAAN TELINGA
1 Hal-hal yang harus selalu dilakukan:
Ucapkan salam.
Menjelaskan tujuan dan prosedur pemeriksa.
2 Lihat keadaan dan bentuk daun telinga dan daerah belakang
daun telinga (retro aurikuler) :
Apakah terdapat tanda peradangan atau sikatrik?
3 Tarik daun telinga keatas dan kebelakang.
4 Pakailah otoskop untuk melihat lebih jelas bagian dalam
telinga.
Pegang dengan tangan kanan untuk melihat telinga kanan.
Pegang dengan tangan kiri untuk melihat telinga kiri.
Supaya posisi otoskop stabil maka jari kelingking tangan
yang memegang otoskop ditekankan pada pipi pasien.
Liat adakah serumen, keadaan membran timpani?
PEMERIKSAAN HIDUNG
5 Inspeksi :
Apakah ada deviasi atau depresi tulang hidung.
Pembengkakan di daerah hidung dan sinus paranasal.
6 Palpasi :
Adanya krepitasi tulang hidung atau rasa nyeri tekan pada
peradangan hidung dan sinus paranasal.
SKOR
SCORE
NO ASPEK YANG AKAN DINILAI
0 1 2
PEMERIKSAAN TELINGA
1 Hal-hal yang harus selalu dilakukan:
Ucapkan salam.
Menjelaskan tujuan dan prosedur pemeriksa.
2 Lihat keadaan dan bentuk daun telinga dan daerah belakang
daun telinga (retro aurikuler) :
Apakah terdapat tanda peradangan atau sikatrik?
3 Tarik daun telinga keatas dan kebelakang.
4 Pakailah otoskop untuk melihat lebih jelas bagian dalam
telinga.
Pegang dengan tangan kanan untuk melihat telinga kanan.
Pegang dengan tangan kiri untuk melihat telinga kiri.
Supaya posisi otoskop stabil maka jari kelingking tangan
yang memegang otoskop ditekankan pada pipi pasien.
Liat adakah serumen, keadaan membran timpani?
PEMERIKSAAN HIDUNG
5 Inspeksi :
Apakah ada deviasi atau depresi tulang hidung.
Pembengkakan di daerah hidung dan sinus paranasal.
6 Palpasi :
Adanya krepitasi tulang hidung atau rasa nyeri tekan pada
peradangan hidung dan sinus paranasal.
SKOR
Alat :
Spatula lidah.
Senter kepala.
Kaca laring.
Lampu spiritus.
Kasa steril.
SCORE
NO ASPEK YANG AKAN DINILAI 0 1 2
SCORE
NO ASPEK YANG AKAN DINILAI 0 1 2
Anamnesa
1 Penyebab terjadinya perdarahan
Trauma (mengorek hidung, bersin atau
mengeluarkan ingus terlalu keras, benturan ringan)
Infeksi hiudng (sinusitis, rhinitis). Infeksi akut
(DBD)
Keadaan lingkungan (tinggal ditempat
tinggi,tekanan udara rendah atau suhu udara sangat
kering(kelembaban udara))
Kelainan darah (trombositopenia, hemofilia,
leukemia)
Gangguan kardiovaskular (hipertensi,
arteriosklerosis)
Riwayat minum obat (aspirin) dan riwayat alkohol
Tentukan asal perdarahan
1 Perhatian ditujukan pada bagian hidung tempat
awal terjadinya perdarahan atau pada bagian hidung
yang terbanyak mengeluarkan darah
Pada umumnya terdapat dua sumber perdarahan,
yaitu dari bagian anterior dan posterior
1. Epistaksis anterior dapat berasal dari Pleksus
Kiesselbach/ Little’s area
Persiapkan alat dan bahan
1 Alat-alat yang harus disiapkan untuk pemeriksaan adalah :
1. Lampu kepala
2. Spekulum hidung dengan ukuran yang sesuai (
anak atau dewasa)
3. Alat penghisap dan
4. Pinset bayonet,
5. Kateter folley atau pipa nasogastrik (untuk tampon
posterior)
Bahan-bahan yang harus disiapkan adalah :
1. Kapas,
2. Kain kasa,
3. Larutan pantokain 2% atau larutan lidokain 2%
4. Larutan epinefrin 1:100.000 dan 1:200.000
PEMERIKSAAN FISIK
1 Periksa Keadaan Umum dan Teknan Darah pasien
METODE PEMBELAJARAN
Demonstrasi Fasilitator
Ceramah
Diskusi
Partisipasi aktif dalam skill lab (simulasi)
Evaluasi melalui check list/daftar tilik dengan system skor
TEORI PENDAHULUAN
No Keterangan Skor
0 1 2
1 Salam dan memperkenalkan diri.
2 Menjelaskan tujuan pemeriksaan
3 Apakah ada kelainan silia?
4 Bagaimana keadaan palpebra superior dan
inferior?
5 Bagaimana keadaan fisura palpebra?
6 Bagaimana keadaan margo palpebra?
7 Bagaimana konjungtiva tarsal superior dan
inferior?
8 Bagaimana konjungtiva bulbi?
9 Bagaimana keadaan kornea?
10 Bagaimana keadaan bilik mata depan?
11 Bagaimana keadaan iris?
12 Bagaimana keadaan pupil?
13 Bagaimana keadaan lensa?
Skor
Keterangan : 0 = tidak dilakukan
1 = dilakukan tetapi kurang sempurna
2 = dilakukan dengan sempurna
Tujuan :
Melakukan pemeriksaan tekanan bola mata dengan tonometer.
Dasar :
Benda yang ditaruh pada bola mata (kornea) akan menekan
bola mata kedalam dan mendapat perlawanan tekanan dari
dalam melalui kornea.
Keseimbangan tekanan tergantung pada beban tonometer.
Tonometer Schiotz merupakan tonometer identasi. Dalamnya
identasi menunjukkan sejauh mana bola mata dapat ditekan.
Beban akan memberikan identasi lebih dalam bila tekanan
mata lebih rendah disbanding mata dengan tekanan tinggi.
Alat :
Obat tetes anestesi lokak (Prokain).
Tonometer Schizoit.
No Keterangan Skor
0 1 2
1 Salam dan memperkenalkan diri.
2 Menjelaskan prosedur dan tujuan pemeriksaan.
3 Pasien ditidurkan dengan posisi horizontal dan
mata ditetesi dengan obat anestesi topical atau
pantocain.
4 Kelopak mata penderita dibuka dengan telunjuk
dan ibu jari (jangan tertekan bola mata).
5 Tonometer Schiotz kemudian diletakkan di atas
permukaan kornea, sedang mata yang lain
berfiksasi pada satu titik di langit-langit kamar
periksa.
6 Daya indentasi beban tonometer sangat
bergantung pada tekanan bola mata dan akan
terlihat pada sekala tonometer.
7 Transformasi pembacaan tekanan bola mata
dalam mmHg.
Melakukan Palpasi Tekanan Bola Mata
8 Penderita disuruh melihat kebawah.
9 Kedua telunjuk pemeriksa diletakkan pada kulit
kelopak tarsus atas penderita.
10 Jari-jari lain bersandar pada dahi penderita.
11 Satu telunjuk mengimbangi tekanan sedangkan
telunjuk lain menekan bola mata.
Skor
Nilai :
Pembacaan skala tonometer schiotz dikonversi pada table untuk
mengetahui tekanan bola mata dalam millimeter air raksa. Pada
tekanan lebih tinggi 20 mmHg dicurigai adanya glaucoma. Bila
tekanan lebih daripada 25 mmHg pasien menderita glaucoma.
Bahan Rujukan:
1. Bijanti, Retno, et al. Buku Ajar Patologi Klinik Veteriner. Airlangga
University Press, 2010.
2. Brown, R. G., Johny Bourke, and Tim Cunliffe. "Dermatologi dasar: untuk
praktik klinik." Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC (2011): 231.
3. Eroschenko, Victor P. DiFiore's atlas of histology with functional
correlations. Lippincott Williams & Wilkins, 2008.
4. Farmakologi, Departemen, and F. K. Terapeutik. "UI. 2007." Farmakologi
dan Terapi Edisi 5: 490-91.
5. Hall, John E. Guyton and Hall textbook of medical physiology e-Book.
Elsevier Health Sciences, 2015.
6. Harahap, Marwali. "Ilmu penyakit kulit." Jakarta: Hipokrates(2000): 116-
26.
7. Levene, Gerald Max, and Charles Dermod Calnan. Atlas berwarna
dermatologi. EGC Penerbit Buku Kedokteran, Jakarta, 1986.
8. Menaldi, Sri Linuwih SW, Kusmarinah Bramono, and Wresti Indriatmi.
"Ilmu penyakit kulit dan kelamin." Jakarta: Penerbit Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia (2015).
9. Putz, Reinhard, and Reinhard Pabst. Sobotta-Atlas of Human Anatomy:
Head, Neck, Upper Limb, Thorax, Abdomen, Pelvis, Lower Limb; Two-
volume set. 2006.
10. Robins, M. D., and I. Stanley. "Buku ajar patologi II." Jakareta:
EGC (1995).
11. Sherwood, Lauralee. "Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem (edisi ke-
6)." Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC (2001).
12. Siregar, R. S. "Atlas berwarna saripati penyakit kulit." EGC, 1992.
13. Wolff K, Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS, Leffell
DJ,editor. Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine. Edisi ke-7. New
York: McGraw-Hill; 2008. h.550-6