Anda di halaman 1dari 45

BUKU SKILLS LAB

PANDUAN KETERAMPILAN KLINIS


SISTEM ORGAN KHUSUS
SPECIAL SENCE ORGAN

ISBN NO.
PANDUAN KETERAMPILAN KLINIS
SISTEM ORGAN KHUSUS
SPECIAL SENCE ORGAN

Tim Penyusun:
dr. Zulhafis Mandala
Dr. Fatah Satya Wibawa, dr. Sp.THT
Muslim Kasim, dr., M.Sc. Sp.THT-KL
Tan'im, dr.,Sp.THT
Helmi Muchtar, dr., Sp.M
dr. Sri Maria PL, M.Pd.Ked
dr. Yesi Nurmalasari, M.Kes

MEDICAL EDUCATON UNIT


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MALAHAYATI
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karuniaNya penyusunan
buku rancangan pengajaran modul special sence organ dapat terlaksana. Modul ini
merupakan salah satu rangkaian modul Ilmu Kedokteran Klinis yang terdapat dalam
Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) Fakultas kedokteran Universitas
Malahayati (FK UNIMAL).
Modul Keterampilan Klinis special sence organ diajarkan pada semester 5
selama 4 minggu. Modul ini berisi dasar-dasar ilmu kedokteran khususnya di
Sistem Organ Khusus, mulai dari anatomi, fisiologi, histologi, patologi anatomi,
Ilmu THT dan Ilmu Kesehatan Mata.
Tim penyusun berharap modul ini dapat menjadi panduan staf pengajar dan
mahasiswa dalam upaya memberikan pemahaman mahasiswa terhadap ilmu
kedokteran klinis sehingga mahasiswa dapat menerapkannya dalam proses
pembelajaran dan menjadi dokter yang berkompeten sesuai standar kompetensi
dokter Indonesia.
Penyusunan buku rancangan pengajaran modul ini masih memerlukan
perbaikan, karena itu kami tim penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran.
Kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu memfasilitasi
penyusunan modul ini, khususnya tim penyusun modul, komisi kurikulum Medical
Education Unit (MEU), rekan-rekan dosen Program Studi Pendidikan Dokter
Universitas Malahayati dan Yayasan Alih Teknologi.

Bandar Lampung, 2019


Tim Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................ 1
DAFTAR ISI ..................................................................................................... 2
TATA TERTIB ............................................................................................. 3
SANKSI ............................................................................................. 3
SKILLS LAB 1 ............................................................................................. 5
DAFTAR TILIK SKILLS LAB 1 ..................................................................... 12
SKILLS LAB 2 ........................................................................................... 17
DAFTAR TILIK SKILLS LAB 2 ..................................................................... 22
SKILLS LAB 3 ........................................................................................... 24
DAFTAR TILIK SKILLS LAB 3 ..................................................................... 29
SKILLS LAB 4 ........................................................................................... 30
DAFTAR TILIK SKILLS LAB 4 ..................................................................... 32
LAMPIRAN
Lampiran 1. Istilah Latin dalam Resep ............................................................... 33
Lampiran 2. Contoh penulisan Resep ................................................................. 35
TATA-TERTIB KEGIATAN SKILLS LAB

Sebelum kegiatan
1. Membaca Penuntun Belajar (manual) Keterampilan Klinik Sistem yang
bersangkutan dan bahan bacaan rujukan tentang keterampilan yang akan
dilakukan.
Pada saat kegiatan
1. Datang 10 menit sebelum Skill Lab dimulai.
2. Wajib mengikuti seluruh kegiatan Skill Lab sesuai dengan jadwal rotasi
yang telah ditentukan.
3. Tidak diperkenankan memanjangkan kuku lebih dari 1 mm.
4. Mengenakan pakaian yang bersih dan dikancing rapih pada setiap kegiatan
Skill Lab. Bagi mahasiswi yang berjilbab, jilbabnya harus rapih.
5. Berpartisipasi aktif pada semua kegiatan.
6. Memperlakukan model seperti memperlakukan manusia atau bagian tubuh
manusia.
7. Bekerja dengan hati-hati.
8. Tidak diperkenankan menghilangkan, mengambil atau meminjam tanpa ijin
setiap alat dan bahan yang ada pada ruang Skill Lab.
9. Setiap selesai kegiatan Skill Lab mahasiswa harus merapihkan kembali alat
dan bahan yang telah digunakan.
10. Pengulangan Skill Lab dapat dilaksanakan dengan ketentuan sebagai
berikut :
a. Peserta berhalangan mengikuti skill lab karena alasan sakit.
b. Membuat surat permohonan pengulangan Skill Lab ke koordinator
blok dengan melampirkan materi yang akan dan surat keterangan
dari fasilitator.

SANKSI PELANGGARAN TATA TERTIB SKILLS LAB

1. Bagi mahasiswa yang tidak mengikuti kegiatan Skill Lab pada materi
tertentu karena alasan tidak jelas, maka mahasiswa tersebut tidak
diperkenankan mengikuti kegiatan Skill Lab pada jadwal berikutnya untuk
materi tersebut.
2. Bagi mahasiswa yang mengikuti kegiatan Skill Lab tidak sesuai dengan
jadwal rotasinya dianggap tidak hadir.
3. Bagi mahasiswa yang persentasi kehadiran Skill Lab nya < 75 % dari
seluruh jumlah tatap muka Skills Lab, maka mahasiswa tersebut tidak lulus
blok.
4. Kerusakan alat dan bahan yang ada pada ruang Skill Lab yang terjadi
karena ulah mahasiswa, resikonya ditanggung oleh mahasiswa yang
3
bersangkutan.
5. Bagi mahasiswa yang menghilangkan, mengambil atau meminjam tanpa
ijin setiap alat dan bahan yang ada pada ruang Skill Lab akan mendapatkan
sanksi tegas sesuai dengan peraturan yang berlaku.

DAFTAR SKILLS LAB

No Skills Lab
1 Anamnesis THT dan PENULISAN RESEP
2 Pemeriksaan fisik telinga dan hidung; rongga hidung,
faring, rongga mulut, laring dan hipofaring
3 Pemasangan tampon anterior
4 Anamnesis penyakit mata
5 Pemeriksaan fisik mata dan pemeriksaan tonometri dan
palpasi digital tekanan mata, pemeriksaan Lapang pandang
dan otot bola mata
Skills Lab Keterampilan Anamnesa Level Kompetensi
1 Anamnesis THT dan PENULISAN 4A
RESEP

 TEORI PENDAHULUAN

Anamnesis (wawancara) berasal dari kata ana yang artinya hal-hal yang
telah terjadi dan nesa artinya ingatan. Dibedakan 2 anamnesis yaitu:
1. Auto anamnesis yang berasal dari penderita sendiri
2. Allo anamnesis yang berasal dari orang lain seperti keluarga, polisi, penduduk
lain. Dikerjakan pada keadaan sebagai berikut:
 Pasien dengan penurunan atau perubahan kesadaran.
 Pasien bayi, anak- anak atau orang sangat tua, pasien yang tidak dapat
dimintai keterangan seperti kasus skizofrenia.
 Untuk konfirmasi auto anamnesis

Anamnesa awal
Identitas pasien merupakan data pokok yang harus dikaji lebih awal.
Identitas terdiri dari: Nama, umur, jenis kelamin, suku bangsa, status perkawinan,
pekerjaan, tempat tinggal, dokter yang merujuknya harus pula anda catat pada saat
pemeriksaan dilakukan. Jika ini bukan merupakan kunjungan yang pertama, maka
jumlah serta tanggal kunjungan sebelumnya harus dicatat.

Keluhan Utama
Keluhan utama merupakan keluhan yang membawa os datang ke fasilitas kesehatan,
pernyataan dengan bahasa sendiri. Keluhan utama telinga dapat berupa :
1. Gangguan pendengaran/pekak (tuli).
2. Suara berdenging/berdengung (tinnitus).
3. Rasa pusing yang berputar (vertigo).
4. Rasa nyeri di dalam telinga (otalgia).
5. Keluar cairan dari telinga (otore).
Keluhan utama penyakit atau kelainan di hidung :
1. Sumbatan hidung.
2. Sekret dihidung dan tenggorokan.
3. Bersin.
4. Rasa nyeri di daerah muka dan kepala.
5. Perdarahan dari hidung.
6. Gangguan penghidu.

Keluhan kelainan di daerah faring umumnya :


1. Nyeri tenggorok.
2. Rasa banyak dahak di tenggorok.
3. Rasa ada yang menyumbat.
4. Sulit menelan.
5. Nyeri menelan (odinofagia).

Keluhan kelaianan di daerah laring dan hipofaring :


1. Suara serak.
2. Batuk.
3. Disfagia.
4. Rasa ada sesuatu di leher.

Riwayat Penyakit Sekarang (RPS)


RPS adalah rincian gambaran dari keluhan utama pasien dengan sasaran
untuk mendapatkan hubungan dan gambaran umum bagaimana keluhan utama
pasien terjadi. Yang paling penting adalah fungsinya sebagai sumber informasi
yang hakiki untuk membuat diagnosis.
Bila, mengapa dan bagaimana penderita sampai menjadi sakit? Rinci
kronologis yang disusun secara ringkas, semua keterangan yang berhasil
dikumpulkan yang mempunyai kaitan dengan permulaan timbulnya penyakit,
maupun perjalanan penyakit. Bila mungkin, pancing serta korek pengertian serta
pemahaman yang dimiliki oleh penderita tentang penyakit yang tengah dialaminya
tersebut serta harapan-harapan yang terkandung dalam dirinya mengenai kunjungan
ini. Untuk membuat RPS ada 7 dimensi dari gejala klinik yang harus ditanyakan
dalam anamnesa, yaitu :
1. Lokasi : Dimana lokasi masalah tersebut? Apakah ada penjalaran?
2. Kualitas : Seperti apa keluhan tersebut dan bagamana rasanya ? Apakah
hilang timbul atau menetap?
3. Kuantitas/beratnya : Seberapa berat penyakitnya?. Misalnya beratnya
nyeri dengan skala 1 sampai 10 dimana skala 1 tidak nyeri sedangkan 10
sangat nyeri.
4. Kronologis/waktu : Kapan gejala atau masalah mulai?.Bagaimana
kejadiannya?Misalnya pada mata merah perlu ditanyakan pertama kali
terjadi atau sebelumnya pernah terjadi.
5. Kejadian yang memperberat keluhan : misalnya membuka mata terasa
nyeri
6. Kejadian yang memperingan keluhan : Misalnya menutup mata nyeri
berkurang
7. Gejala klinik yang menyertai : Adakah ada penurunan visus

Teknik untuk mendapatkan Riwayat Penyakit Sekarang


1. Tipe pertanyaan :
 Open ended, umumnya dipergunakan pada saat mulai wawancara sampai
selesai.
 Direct, artinya langsung menuju apa yang ditanyakan. Misalnya "kapan
nyeri itu dimulai?", " Berapa kali beraknya?
 Design, merancang informasi spesifik tentang sesuatu yang khusus.
 Multiple, hindari pertanyaan yang banyak namun tidak berhubungan.
Misalnya "apakah ada perubahan dalam kencing atau berak, darah dalam
tinja atau nyeri perut?". Karena kita bisa lupa tentang apa yang ditanyakan.
 Laundry List, hindari pertanyaan seperti pada multipel sehingga pasien
sulit untuk menjelaskan gejala yang dialami. Misalnya " apakah nyeri tajam
atau tumpul ". Seharusnya ditanyakan seperti" seperti apa nyeri yang
diderita ?"

2. Cara komunikasi :
 Yakinkan pasien nyaman
 Yakinkan pasien siap untuk mendengar
 Perkenalkan diri anda
 Hormati pasien dengan menyebut nama yang lengkap.
 Fasilitasi bila cerita pasien terhenti.
 Perlihatkan rasa empati.
 Bangkitkan rasa kasihan terhadap penderitaan pasien.
 Timbulkan suasana keheningan
 Klarifikasikan cerita pasien bila kurang jelas.
 Ulangi lagi cerita yang didengar untuk meyakinkan.
 Pergunakan ringkasan.
 Pergunakan pernyataan peralihan
 Pergunakan pernyataan atau pertanyaan dari kesimpulan seperti "ada lagi
yang bapak mau kemukakan?, " ada hal-hal yang penting yang bapak mau
kemukakan?".
 Hindari pengulangan pertanyaan dan hindari hanya jawaban “ya/tidak” dari
pasien.

Riwayat Penyakit Dahulu (RPD)


RPD adalah catatan tentang penyakit dan pengobatan yang dialami pasien
pada masa lalu, merupakan informasi yang dapat menambah keterangan penyakit
sekarang dan atau yang berpengaruh terhadap pengelolaan pasien.

Elemen inti dari RPD adalah :


1. Kelahiran dan perkembangan dini. Buatlah ikhtisar mengenai apa yang
diketahui penderita tentang kelahiran, makanan, pertumbuhan, tingkah laku
dan lingkungannya, dengan menekankan hubungan antar pribadi serta
peristiwa-peristiwa penting pada masa kanak-kanaknya.
2. Penyakit-penyakit yang diderita sebelumnya (masa kanak-kanak dan lain-
lain). Catatlah penyakit-penyakit menular serta gejala-gejala sisa yang
dialaminya, imunisasi, reaksi-reaksi alergi dan hipersenstiivitas dan reaksi-
reaksi yang ditimbulkan oleh obat-obatan.
3. Pembedahan, cedera, kecelakaan dan masuk rumah sakit. Berikan tanggal-
tanggal peristiwa terjadinya dengan keadaan yang menyertai; pancing serta
koreklah ulasan-ulasan penderita mengenai anestesia, reaksi-reaksi obat
dan hasil dari pengobatan yang diberikan kepadanya.
4. Obat-obatan, pengobatan dan kebiasaan. Tanyakan kepada penderita
mengenai penggunaan teh, kopi, alkohol, tembakau, obat-obat pencahar
atau pengobatan lain yang dipergunakan secara teratur.
5. Kesehatan/keadaan umum. Catatlah penilaian penderita anda tentang
kesehatannya sebagai baik, sedang ataupun buruk.
Riwayat Penyakit Keluarga (RPK)
RPK adalah riwayat penyakit yang diderita keluarga sebagai informasi
apakah merupakan penyakit yang ditularkan atau penyakit keturanan.

Elemen inti RPK adalah :


1. Latar belakang keluarga. Usia kedua orangtuanya, keadaan kesehatan
mereka, penyakit-penyakit fisik dan emosional yang pernah mereka derita
di masa lalu, kejadian-kejadian penting yang berhubungan dengan umur
penderita pada saat peristiwa itu terjadi. Cakup juga pertanyaan-pertanyaan
yang menyangkut kakek serta neneknya dan anggota keluarga lainnya.
2. Saudara kandung. Jumlah kehamilan yang pernah dialami oleh ibunya;
jumlah saudara laki-laki dan saudara perempuannya, keadaan kesehatan
mereka semua, penyakit-penyakit yang pernah mereka derita.
3. Riwayat perkawinan. Suatu pernyataan tentang istri/suami serta anak-anak
penderita, termasuk umur mereka masing-masing, keadaan kesehatan
mereka, penyakit-penyakit ataupun persoalan-persoalan yang pernah
dialami serta hubungan emosional yang terdapat antara mereka.
4. Riwayat keturunan. insiden penyakit-penyakit tulang dan sendi, alergi,
kanker, diabetes melitus, gangguan perdarahan, hipertensi, epilepsi,
penyakit ginjal, migren, gangguan saraf dan jiwa, demam rematik, tukak
lambung dan lain-lain pola penyakit yang dominan yang terdapat di
lingkungan keluarga penderita.

Riwayat obstetric dan aktivitas sexual.


Apakah dia pernah melahirkan/ hamil? Jika ya, berapa kali, bagaimana
hasil kehamilannya? Aktivitas sexual merupakan masalah yang tidak nyaman untuk
ditanyakan, tetapi ini dapat memberikan informasi penting tentang penganiayaan,
kemampuan untuk mendapatkan keturunan dan lain-lain.

Riwayat Sosial dan Lingkungan


1. Pendidikan, dinas kemiliteran dan kegiatan keagamaan. Uraikan bila ada
hubungannya.
2. Riwayat pekerjaan. Uraikan kegiatan-kegiatan yang dilakukan penderita,
baik di dalam, maupun di luar rumah, termasuk contoh kegiatan sehari-hari
yang khas.
3. Pengaturan kehidupan. Uraikan aspek-aspek fisik dan sosial rumah
penderita.
4. Masalah-masalah yang mempunyai hubungan dengan penyakit yang
diderita sekarang ini. Perhatikan serta pertimbangkan masalah-masalah
keuangan, perubahan-perubahan dalam pekerjaan serta di rumah,
penyaluran seksual yang dilakukannya serta penggunaan alkohol, obat-
obatan dan tembakau. Lakukan penilaian terutama mengenai reaksi
emosional penderita terhadap penyakit yang sekarang ini.

 TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM

Mahasiswa mampu untuk melakukan anamnesis secara tepat terhadap kasus-kasus


penyakit yang berkaitan dengan kelainan special sence organ .

 TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS

1. Mahasiswa mampu melakukan anamnesis terhadap keluhan utama pasien


dan mengeksplorasinya dengan baik dan benar pada kasus-kasus yang
berkaitan dengan kelainan special sence organ .
2. Mahasiswa mampu untuk melakukan anamnesis terhadap riwayat penyakit
sekarang yang berhubungan dengan kelainan special sence organ .
3. Mahasiswa mampu untuk melakukan anamnesis mengenai riwayat
penyakit dahulu yang berhubungan dengan kelainan special sence organ .
4. Mahasiswa mampu untuk melakukan anamnesis mengenai riwayat
keluarga dan sosiokultural yang berhubungan dengan kelainan special
sence organ .
5. Mahasiswa mampu menarik kesimpulan dengan tepat permasalahan yang
dihadapi pasien.
6. Mahasiswa mampu menemukan diagnosis banding terhadap permasalahan
yang dihadapi pasien.

 MEDIA DAN ALAT BANTU PEMBELAJARAN


1. Status penderita
2. Pulpen & pensil

 METODE PEMBELAJARAN
 Demonstrasi Fasilitator
 Ceramah
 Diskusi
 Partisipasi aktif dalam skill lab (simulasi)
 Evaluasi melalui check list/daftar tilik dengan system skor

 TEORI PENDAHULUAN

Penulisan resep adalah tindakan terakhir dari dokter untuk pasiennya, yaitu
setelah melakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik, menentukan diagnosis,
prognosis serta terapi yang akan diberikan. Terapi untuk kausatif, simtomatik,
profilaktik diwujudkan dalam bentuk resep.

Resep dituliskan dalam kertas resep dengan ukuran yang ideal yaitu lebar 10-
12 cm dan panjang 15-18 cm. Resep harus ditulis dengan lengkap sesuai dengan
PerMenKes no. 26/MenKes/Per/I/81 Bab III tentang Resep dan KepMenKes No.
28/MenKes/SK/U/98 Bab II tentang RESEP, agar dapat dibuatkan/ diambilkan
obatnya di apotik.

Dalam resep yang lengkap harus tertulis :


1. Identitas dokter : nama, nomor SIP (Surat Ijin Praktek), alamat praktek/
alamat rumah dan nomor telpon dokter
2. Nama kota dan tanggal dibuatnya resep

Farmakoterapi (terapi dengan obat) mempunyai motto :


1. 5 tepat :
a) Berikan OBAT yang tepat
b) Dengan DOSIS yang tepat
c) Dalam BSO yang tepat
d) Pada WAKTU yang tepat
e) Kepada PENDERITA yang tepat dengan semua parameter yang harus
diperhitungkan.

2. 4T 1W :
a) Tepat OBAT
b) Tepat DOSIS
c) Tepat BSO
d) Tepat PENDERITA
e) Waspada Efek Samping

Kaidah-Kaidah Penulisan Resep


Setelah menetapkan diagnosis kerja, maka dokter akan menentukan terapi salah
satunya terapi dengan obat. Untuk menuliskan suatu resep banyak hal yang meminta
perhatian dokter :
1. Satuan berat untuk obat 1 gram (1 g) tidak ditulis 1 gr, (gr = grain = 65 mg)
2. Angka dosis tidak ditulis sebagai perhitungan desimal
3. Jumlah obat yang diterima pasien ditulis dengan angka romawi
4. Nama obat ditulis dengan jelas
5. Dokter telah punya pengalaman dengan obat yang ditulis dalam resep
6. Obat sama dengan nama dagang yang berbeda dimungkinkan
bioavailabilitasnya beda.
7. Harus hati-hati bila akan memberikan beberapa obat seara bersamaan,
pastikan tidak ada inkompatibilatas/interaksi yang merugikan
8. Dosis diperhitungkan dengan tepat
9. Dosis disesuaikan dengan kondisi organ
10. Terapi dengan obat (narkotika) diberikan hanya untuk indikasi yang jelas
11. Ketentuan tentang obat ditulis dengan jelas
12. Hindari pemberian obat terlalu banyak
13. Hindari pemberian obat dalam jangka waktu lama
14. Edukasi pasien untuk cara penggunaan obat khusus, atau tuliskan dalam
kertas yang terpisah dengan resep obat.
15. Ingatkan kemungkinan yang berbahaya apabila pasien minum obat yang
lain.
16. Beritahu efek samping obat
17. Lakukan recording pada status pasien.

Langkah-langkah Menulis Resep

Ambil satu lembar kertas resep/blanko resep, isi tempat dan tanggal ditulisnya resep.
Penulisan resep untuk obat yang diramu/diracik :
1. Tulis huruf R/ (resipe)
2. Tulis nama obat yang terpilih sesuai indikasi
3. Tulis dosis yang diperlukan, untuk anak dan geriatri dosis sudah dihitung
lebih dulu.
4. Tulis permintaan untuk membuat bentuk sediaan obat : contohnya mfla
(misce fac lege artis), fla (fac lege artis), md (misce da)
5. Tulis jumlah obat yang dibutuhkan sesuai dengan tujuan pemberian obat
6. Diakhiri dengan titik
7. Kalimat berikutnya, tulis S (signa)
8. Tulis apa yang diperlukan untuk menandai obat tersebut, lazimnya adalah
cara penggunaan obat
9. Beri garis penutup dan paraf
10. Tulis pro : nama pasien, umur (terutama untuk anak)

Penulisan resep obat jadi :

1. Tulis huruf R/
2. Tulis nama obat yang terpilih sesuai indikasi.
3. Tulis bentuk sediaan obat sesuai dengan sifat obat, bioavailabilitas, kondisi
penyakit pasien.
4. Tulis dosis yang diperlukan, untuk anak dan geriatri dosis sudah dihitung
lebih dulu.
5. Tulis jumlah obat yang dibutuhkan sesuai dengan tujuan pemberian obat.
6. Diakhiri dengan titik.
7. Kalimat berikutnya, tulis S (signa).
8. Tulis apa yang diperlukan untuk menandai obat tersebut, lazimnya adalah
cara penggunaan obat.
9. Beri garis penutup dan paraf.
10. Tulis pro : nama pasien, umur (terutama untuk anak).

Contoh resep :

Resep obat jadi dengan nama generic

R/ Sulfas ferrous 300mg tab No. X


S 1 dd 1 tab
----------------------------- z
Pro : Ny. S (45 th)

 TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM


Mahasiswa diharapkan mampu menulis resep yang rasional, tepat, dan dapat
dibaca.

 TUJUAN KHUSUS
Setelah mempelajari topik keterampilan Penulisan Resep ini, mahasiswa
diharapkan mampu:
1. Menulis resep untuk bermacam-macam bentuk sediaan obat (bentuk
ramuan maupun yang paten).
2. Menggunakan bahasa Latin dalam menuliskan resep.
3. Memilih obat berdasarkan diagnosis penyakit.
4. Menghitung dosis dan menuliskannya ke dalam resep.
5. Menentukan cara penggunaan obat.
6. Menulis resep obat secara rasional.
7. Membaca dan memahami buku DOEN dan FORNAS.

 MEDIA DAN ALAT BANTU PEMBELAJARAN


 Kertas Resep (standar OSCE)
 Pulpen
 Buku DOEN dan FORNAS

 METODE PEMBELAJARAN
 Demonstrasi sesuai dengan daftar panduan belajar
 Diskusi
 Partisipasi aktif dalam skill lab (simulasi)
 Evaluasi melalui check list/daftar tilik dengan system skor

Nama: Dokter: .........................


NPM: SIP:..............................

Diagnosis utama:

Diagnosis Banding:
1.
2.
3.
Pro:
Usia : tahun

DAFTAR TILIK KETRAMPILAN PENULISAN RESEP

No Aspek Keterampilan yang Dinilai Skor


0 1 2
Menulis resep yang benar :
1 Superscriptio
2 Inscriptio
3 Subscriptio
4 Signatura
5 Pertanggungjawaban pemilihan obat
6 Resep untuk siapa
Memilih obat yang tepat sesuai diagnosis
7 Memilih obat sesuai patoifisiologi
8 Memilh obat sesuai indikasi
9 Memilih bentuk sediaan sesuai kondisi pasien
Menenetukan dosis obat yang tepat :
10 Dosis sesuai dengan kondisi penyakit
11 Dosis sesuai dengan usia atau berat badan
Menentukan cara pemberian obat yang tepat :
12 Menentukan cara/route pemberian dengan tepat
13 Menentukan frekuensi pemberian obat dengan tepat
14 Menentukan waktu pemberian obat dengan tepat
15 Polifarmasi dalam resep
JUMLAH TOTAL SKOR

Penjelasan :
0 = Tidak dilakukan mahasiswa, atau dilakukan tetapi salah
1 = Dilakukan, tapi belum sempurna
2 = Dilakukan dengan sempurna, atau bila aspek tersebut tidak dilakukan mahasiswa karena
situasi yang tidak memungkinkan (misal tidak diperlukan dalam skenario yang sedang
dilaksanakan).

Untuk Poin penilaian polifarmasi dalam resep


0 = Melakukan polifarmasi dalam resep
2 = Tidak melakukan polifarmasi dalam resep
LAMPIRAN 1
(Bahasa latin yang sering digunakan dalam resep)

1. aa ana sama banyak


2. a.c ante coenam sebelum makan
3. a,n, ante noctum malam sebelum tidur
4. ad. libit ad libitum secukupnya
5. u.e usus externum untuk obat luar
6. u.p usus propius untuk dipakai sendiri
7. m.i. mihi ipsi dipakai sendiri
8. c cum dengan
9. C Cohlear sendok makan = 15 cc
10. Cth cohlear theae sendok teh = 5 cc
11. Clysm clysma clysma, lavement
12. Collyr collyrium obat cuci mata
13. Comp compositus (obat) campuran
14. Conc. Concent pekat
15. D.i.d. da in dimidio berikan separohnya
16. D.c durante coenam selama makan
17. D.d de die kali sehari
18. 1 d.d semel dedie sekali sehari
19. 2 d.d bis dedie 2 kali sehari
20. 3 d.d ter de die 3 kalisehari
21. Dext dexter kanan
22. Dext . et sin. Dexter et sinistra kanan dan kiri
23. Emuls emulsum emulsi
24. Extr extractum ekstrak
25. F fac buat
26. Fla fac lege artis buat menurut cara semestinya
27. G gramma gram
28. Garg gargarisma obat kumur
29. Gtt guttae tetes
30. H hora jam
31. H.s hora somni jam sebelum tidur
32. i.m.m. in manum medici berikan ke tangan dokter
33. inj. Injektio injeksi
34. iter iteretur harap diulang
35. iter 2x iteretur 2x harap diulang dua kali
36. l loco penggantinya
37. lot lotio lotion, obat cair untuk obat
luar
38. m misce campurlah
39. m.f. misce fac
33
campur dan buatlah
40. m.f.l.a misce fac lege artis campur dan buatlah menurut
cara sebenarnya
41. mane
42. m.et.v mane et vespere pagi dan sore
43. mg miligrama miligram
44. ne iter jangan diulang
45. o omni tiap
46. o.n. omni noctum tiap malam
47. p.p pro paupere untuk si miskin
48. p.c. post coenam sesudah makan
49. PIM periculum in mora berbahaya bila ditunda
50. P.r.n pro re nata kalau perlu
51. S.n.s si necesse sit kalau perlu
52. S.o.s si opus sit kalau perlu
53. Pulv pulveres serbuk terbagi = puyer
54. Pulv. Pulvis serbuk
55. Puv. adspers Pulv is adspersorius serbuk hari tabur
56. Q.s quantum satis secukupnya
57. R/ recipe ambillah
58. S signa tandai
59. U.c. usus cognitus aturan pakai diketahui
60. U.n, usus notus aturan pakai diketahui
61. U.e usus externus untuk obat luar
62. Vesp. vespere sore hari
63. Sine confect sine confectionem tanpa bungkus asli
64. Sive simile sive simile boleh diganti
65. D.c.f da cum formula berikan nama obat
LAMPIRAN 2
(Contoh Penulisan Resep)

SKENARIO LATIHAN

1. seorang perempuan berusia 25 tahun datang kepuskesmas dengan


keluhan kelopak mata kiri bengkak dan sakit. Keluhan dirasakan 2 hari
yang lalu selain bengkak ada rasa mengganjal, merah tetapi tidak ada
gangguan penglihatan. Memperberat bila menunduk makin sakit dan
mengurangi bila dikasih obat tetes. Pasein sering tidak memakai sarung
tangan saat bekerja. Dan kadang-kadang lupa mencuci tangan setelah
membersihkan kandang ayam atau member makan ayam
2. Seorang laki-laki berusia 30 tahun datang ke puskesmas dengan keluhan
nyeri menelan. Nyeri dirasakan sejak 4 hari yang lalu,terus menerus.
Nyeri bertambah berat disertai demam,nyeri dirasakan samapai
ketelinga. Sulit membuka mulut sejak 1 hari,suara sengau. Memperberat
bila membuka mulut. Memperingan bila minum obat. Sudah berobat ke
mantri
Tuliskan resep yang rasional untuk pasien tersebut!

Nama: Dokter: .........................


34
NPM: SIP:..............................

Diagnosis utama:
Hordeolum OS R/ Cloramfenicol zalp tube no.I
S 3 dd I UE OD
Diagnosis Banding: ----------------------------z
1. Kalazion Os R/ Amoxicillin Tab 500 mg no. X
2. Blefaritis OS S 3 dd tab 1
3. Tumor Palpebra OS ----------------------------z
R/ Paracetamol Tab 500 mg no. X
S 3 dd tab 1
----------------------------z

Nama: Pro: Dewasa


NPM:
Usia : 25 tahun
Diagnosis utama: Abses Dokter: .........................
Peritonselar Dextra SIP:..............................

Diagnosis Banding:
1. tonsillitis akut R/ Amoxicillin Tab 500 mg no. X
2. tonsillitis kronik S 3 dd tab 1
3. tumor tonsil dextra ----------------------------z
R/ Paracetamol Tab 500 mg no. X
S 3 dd tab 1
----------------------------z

Pro: Dewasa
Usia : 25 tahun

 INSTRUKSI UNTUK FASILITATOR


Tiap mahasiswa berperan sebagai dokter dan mendapatkan 1 skenario.
Fasilitator bertindak memilihkan salah satu dari dua skenario dibawah ini untuk
diperankan oleh pasien. Pasien menyajikan keluhan utama. Tugas siswa yang
berperan sebagai dokter adalah melakukan anamnesa secara lengkap, sampai
akhirnya dapat membuat suatu diagnosa banding. Tugas ini dilakukan bergantian
dan setiap siswa hanya diberikan waktu kurang lebih 5 menit.

SKENARIO
Kasus 1 (Otitis Externa diffusa):
Seorang laki-laki, 20 tahun datang dengan keluhan Nyeri telinga
sebelah kiri. Rasa nyeri sudah dirasakan sejak 2 hari terakhir, Os
juga mengeluh gangguan pendengaran.
Os punya kebiasaan mengorek2 telinga dengan cotton bud, Nyeri
dirasakan bertambah parah bila tidur dgn posisi menghadap telinga
yang sakit. Sebulan yll OS juga pernah merasakan keluhan yg sama

Kasus 2 (Otitis media supuratif kronik):


Seorang wanita , usia 38 tahun dengan keluhan telinga kiri meler,
keluhan dirasakan sejak 2 tahun terakhir dan sering kumat-kumatan,
cairan sering terlihat kental berwarna kuning, Os juga mengeluhkan

DAFTAR TILIK PELAKSANAAN ANAMNESIS


Skor
No. Aspek yang dinilai
0 1 2 3
A Membina Sambung Rasa dan informed
consent
1 Memperlihatkan sifat menerima,
mempersilahkan penderita duduk, sopan, wajah
cerah dan menyiapkan alat tulis untuk menulis
status (medical record)
2 Menjadi pembicara dan pendengar yang baik,
lafas jelas, bertanya dengan baik dan
menggunakan bahasa yang mudah dipahami,
sering menyebut nama pasien, menunjukkan
sikap empati, menghindari sikap interogasi,
3 Mendapatkan inform consent ( menjelaskan
tujuan, apa yang akan dilakukan, berjanji akan
menjaga kerahasiaan dan minta kesediaan)
B Menanyakan Identitas
4 Menanyakan nama, umur, alamat, pekerjaan,
status perkawinan
C Keluhan Utama
5 Menanyakan keluhan utama
D Menggali riwayat penyakit sekarang
6 Menanyakan kapan dan lamanya gangguan
7 Menanyakan karakteristik dan perjalanan
penyakit
8 Menanyakan keluhan tambahan, kaitannya
dengan gangguan
9 Menanyakan apakah pernah diobati, obatnya,
hasilnya
E Menggali riwayat penyakit dahulu
10 Menanyakan kemungkinan adanya penyakit
yang sejenis sebelumnya dan penyakit lain yang
diderita
F Menggali riwayat penyakit/penyakit
keluarga dan lingkungan sekitarnya
11 Menanyakan ada tidaknya dalam keluarga yang
menderita penyakit yang sama dan hubungan
pasien dengan anggota keluarga tersebut.
12 Menanyakan keadaan rumah, lingkungan, dan
tetangga yang menderita sakit yang sama
G Melakukan anamnesis sistem lain
13 Menanyakan fungsi fisiologis lain yang
terganggu sesuai dengan sistem / organ dan
mengembangkan bila ada yang terganggu
H Menggali riwayat psikososial
14 Menanyakan kebiasaan-kebiasaan yang ada
kaitannya dengan keluhan, seperti merokok,
banyak bergadang.
I Riwayat alergi
15 Riwayat alergi terhadap makanan, obat-obatan
dan lingkungan
J Mengakhiri Anamnesis
16 Melakukan cross check
17 Mencatat hasil anamnesis dengan jelas dan
sistematik dan memberikan WD (diagnosis
kerja) dan DD (diagnosis diferensial) serta
menuliskan anjuran pemeriksaan penunjang.
18 Mengakhiri wawancara, memberi ringkasan
anamnesis
19 Pemeriksaan fisik
20 Pemeriksaan penunjang
21 Penegakan diagnosa
22 Diagnosa banding
23 Terapi farmakologi
24 Terapi non farmakologi

Skills Lab Keterampilan Pemeriksaan Fisik Level Kompetensi


2 Pemeriksaan fisik telinga dan 4A
hidung; rongga hidung, faring,
rongga mulut, laring dan hipofaring

 TEORI PENDAHULUAN
Untuk menegakkan diagnosis suatu penyakit diperlukan data yang berasal
dari riwayat penyakit, tanda penyakit dari pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
tambahan seperti laboratorium rutin dan khusus, radiologi dan bermacam-macam
tes diagnostik.
Dalam pelajaran fisik diagnostik harus dimengerti dengan baik dan benar
istilah yang sering dijumpai seperti gejala (symptom) dan tanda (sign). Gejala
adalah segala sesuatu yang dirasakan oleh penderita dan menceritakannya kepada
pemeriksa pada waktu anamnesis. Pada umumnya bersifat subyektif. Tanda
adalah segala sesuatu yang dilihat dan diperiksa oleh pemeriksa pada penderita
sebagai akibat perubahan anatomi, fisiologi maupun patologis oleh suatu penyakit.
Tanda-tanda penyakit umumnya bersifat obyektif dan diketahui pada saat
pemeriksaan fisik.
Alat :
 Otoskop.dan Corong Telinga
 Senter kepala.

SCORE
NO ASPEK YANG AKAN DINILAI
0 1 2
PEMERIKSAAN TELINGA
1 Hal-hal yang harus selalu dilakukan:
 Ucapkan salam.
 Menjelaskan tujuan dan prosedur pemeriksa.
2 Lihat keadaan dan bentuk daun telinga dan daerah belakang
daun telinga (retro aurikuler) :
 Apakah terdapat tanda peradangan atau sikatrik?
3 Tarik daun telinga keatas dan kebelakang.
4 Pakailah otoskop untuk melihat lebih jelas bagian dalam
telinga.
 Pegang dengan tangan kanan untuk melihat telinga kanan.
 Pegang dengan tangan kiri untuk melihat telinga kiri.
 Supaya posisi otoskop stabil maka jari kelingking tangan
yang memegang otoskop ditekankan pada pipi pasien.
Liat adakah serumen, keadaan membran timpani?
PEMERIKSAAN HIDUNG
5 Inspeksi :
Apakah ada deviasi atau depresi tulang hidung.
Pembengkakan di daerah hidung dan sinus paranasal.
6 Palpasi :
Adanya krepitasi tulang hidung atau rasa nyeri tekan pada
peradangan hidung dan sinus paranasal.
SKOR

Keterangan : 0 = tidak dilakukan


1 = dilakukan tetapi kurang sempurna
2 = dilakukan dengan sempurna

Umpan Balik Fasilitator:

Paraf Dosen Fasilitator


Alat :
 Otoskop.dan Corong Telinga
 Senter kepala.

SCORE
NO ASPEK YANG AKAN DINILAI
0 1 2
PEMERIKSAAN TELINGA
1 Hal-hal yang harus selalu dilakukan:
 Ucapkan salam.
 Menjelaskan tujuan dan prosedur pemeriksa.
2 Lihat keadaan dan bentuk daun telinga dan daerah belakang
daun telinga (retro aurikuler) :
 Apakah terdapat tanda peradangan atau sikatrik?
3 Tarik daun telinga keatas dan kebelakang.
4 Pakailah otoskop untuk melihat lebih jelas bagian dalam
telinga.
 Pegang dengan tangan kanan untuk melihat telinga kanan.
 Pegang dengan tangan kiri untuk melihat telinga kiri.
 Supaya posisi otoskop stabil maka jari kelingking tangan
yang memegang otoskop ditekankan pada pipi pasien.
Liat adakah serumen, keadaan membran timpani?
PEMERIKSAAN HIDUNG
5 Inspeksi :
Apakah ada deviasi atau depresi tulang hidung.
Pembengkakan di daerah hidung dan sinus paranasal.
6 Palpasi :
Adanya krepitasi tulang hidung atau rasa nyeri tekan pada
peradangan hidung dan sinus paranasal.
SKOR

Keterangan : 0 = tidak dilakukan


1 = dilakukan tetapi kurang sempurna
2 = dilakukan dengan sempurna

Umpan Balik Fasilitator:

Paraf Dosen Fasilitator


PEMERIKSAAN FISIK RONGGA HIDUNG
Alat :
 Speculum hidung.
 Senter kepala.
 Spatula lidah.
 Kaca nasofaring.
 Lampu spritus.
SCORE
NO ASPEK YANG AKAN DINILAI 0 1 2

PEMERIKSAAN RONGGA HIDUNG


1 Hal-hal yang harus selalu dilakukan:
 Ucapkan salam.
 Menjelaskan tujuan dan prosedur pemeriksa.
2 RINOSKOPI ANTERIOR :
Spekulum dimasukkan ke dalam lubang hidung dengan hati-
hati dan dibuka setelah spekulum berada di dalam.
Perhatikan :
 Vestibulum hidung.
 Septum nasi.
 Konka inferior.
 Konka media.
 Konka superior.
 Mukosa rongga hidung.
3 Keluarkan spekulum, jangan ditutup dulu di dalam supaya
bulu hidung tidak terjebit.

Keterangan : 0 = tidak dilakukan


Umpan Balik Fasilitator:
1 = dilakukan tetapi kurang sempurna
2 = dilakukan dengan sempurna

Paraf Dosen Fasilitato


PEMERIKSAAN FISIK FARING, RONGGA MULUT, LARING
dan HIPOFARING

Alat :
 Spatula lidah.
 Senter kepala.
 Kaca laring.
 Lampu spiritus.
 Kasa steril.

SCORE
NO ASPEK YANG AKAN DINILAI 0 1 2

PEMERIKSAAN FARING DAN RONGGA MULUT


1 Hal-hal yang harus selalu dilakukan:
 Ucapkan salam.
 Menjelaskan tujuan dan prosedur pemeriksa.
2 Dengan lampu kepala yang diarahkan ke rongga mulut.
3 Tekan bagian tengah lidah dengan spatula lidah.
4 Pemeriksaan :
 Dinding Belakang Faring.
 Tonsil. (penilaian ukuran , warna, permukaan).
 Uvula.
 Mukosa Bucal sinistra dextra
 Palatum durum
 Palatum molle
 Lidah dan mobilitasnya
 Dasar mulut (pasien diminta menempelkan lidah di
palatum).
 Bibir.
 Gusi dan Gigi geligi.
PEMERIKSAAN LARING DAN HIPOFARING
5 Pasien duduk lurus agak condong ke depan dengan leher
agak fleksi.
6 Kaca laring dihangatkan dengan api lampu spiritus.
Sebelum dimasukkan ke dalam mulut maka dicoba dulu
pada kulit tangan kiri.
7 Pasien diminta membuka mulut dan menjulurkan lidah.
Lidah ini dipegang dengan tangan kiri memakai kain kasa
dan ditarik keluar dengan hati-hati.
8 Kaca laring dimasukkan ke dalam mulut dengan arah kaca
ke bawah, bersandar pada uvula dan palatum mole.
Melalui kaca dapat dilihat hipofaring dan laring.

9 Untuk menilai gerak pita suara dan daerah subglotik,


pasien diminta untuk inspirasi dan ekspirasi dalam.
Skor
Umpan Balik Fasilitator:

Keterangan : 0 = tidak dilakukan


1 = dilakukan tetapi kurang sempurna
2 = dilakukan dengan sempurna Paraf Dosen Fasilitator
Skills Lab Keterampilan Pemeriksaan Fisik Level Kompetensi
3 PEMASANGAN TAMPON 4A
ANTERIOR

SCORE
NO ASPEK YANG AKAN DINILAI 0 1 2

Anamnesa
1 Penyebab terjadinya perdarahan
 Trauma (mengorek hidung, bersin atau
mengeluarkan ingus terlalu keras, benturan ringan)
 Infeksi hiudng (sinusitis, rhinitis). Infeksi akut
(DBD)
 Keadaan lingkungan (tinggal ditempat
tinggi,tekanan udara rendah atau suhu udara sangat
kering(kelembaban udara))
 Kelainan darah (trombositopenia, hemofilia,
leukemia)
 Gangguan kardiovaskular (hipertensi,
arteriosklerosis)
 Riwayat minum obat (aspirin) dan riwayat alkohol
Tentukan asal perdarahan
1  Perhatian ditujukan pada bagian hidung tempat
awal terjadinya perdarahan atau pada bagian hidung
yang terbanyak mengeluarkan darah
 Pada umumnya terdapat dua sumber perdarahan,
yaitu dari bagian anterior dan posterior
1. Epistaksis anterior dapat berasal dari Pleksus
Kiesselbach/ Little’s area
Persiapkan alat dan bahan
1 Alat-alat yang harus disiapkan untuk pemeriksaan adalah :
1. Lampu kepala
2. Spekulum hidung dengan ukuran yang sesuai (
anak atau dewasa)
3. Alat penghisap dan
4. Pinset bayonet,
5. Kateter folley atau pipa nasogastrik (untuk tampon
posterior)
Bahan-bahan yang harus disiapkan adalah :
1. Kapas,
2. Kain kasa,
3. Larutan pantokain 2% atau larutan lidokain 2%
4. Larutan epinefrin 1:100.000 dan 1:200.000
PEMERIKSAAN FISIK
1 Periksa Keadaan Umum dan Teknan Darah pasien

2 Untuk pemeriksaan yang adekuat penderita harus


ditempatkan dalam posisi yang memudahkan pemeriksa
bekerja dan cukup sesuai untuk mengobservasi atau
mengeksplorasi kavum nasi penderita.
3 Dengan menggunakan speculum:
 hidung dibuka dan dengan alat pengisap
dibersihkan semua kotoran dalam hidung baik
cairan, sekret maupun bekuan darah,
 sesudah dibersihkan seluruh kavum nasi diobservasi
untuk mencari sumber perdarahan dan k e m u n g
k i n a n faktor penyebab perdarahan.
4 Kemudian masukkan kapas yang telah disemprot dengan
larutan epinefrin : lidokain 1 : 4 ke dalam hidung untuk
menghilangkan rasa sakit dan membuat vasokontriksi
pembuluh darah sehingga perdarahan dapat berhenti untuk
sementara.
5 Sesudah 10 sampai 15 menit kapas dalam hidung
dikeluarkan dan dilakukan evaluasi.
Cara pemasangan tampon anterior
1  Pasang dengan menggunakan spekulum hidung dan
pinset bayonet, Masukkan tampon secara perlahan
menyusuri dasar kavum nasi sampai ke daerah
nasofaring dengan menggunakan pinset bayonet.
 Susun tampon dengan bertingkat ke arah superior
 Tampon tersusun dengan rapi dan cukup padat
dalam rongga hidung
2  Apabila tampon menggunakan boorzalf atau salep
antibiotik harus dilepas dalam 2 hari
 menggunakan bismuth dan pasta parafin iodoform
dapat dipertahankan sampai 4 hari.
Skor
Umpan Balik Fasilitator:

Keterangan : 0 = tidak dilakukan


1 = dilakukan tetapi kurang sempurna
2 = dilakukan dengan sempurna Paraf Dosen Fasilitator

 TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM


Mahasiswa diharapkan mampu melakukan anamnesis lengkap dan pemeriksaan
inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi secara berurutan dan mampu mengetahui
keadaan normal dan abnormal pada sistem tersebut.

 TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS


1.Melakukan anamnesis pasien dengan lengkap dan sistematis.
2.Melakukan pemeriksaan inspeksi secara teliti
3.Melakukan pemeriksaan palpasi
a. Mampu merasakan jenis jenis lesi kulit
b. Mampu membandingkan efloresensi kulit
 MEDIA DAN ALAT BANTU PEMBELAJARAN
 Daftar panduan belajar untuk pemeriksaan fisis diagnostik kulit
 Stetoskop, senter, lap, air mengalir, probandus/manekin/auscultation
trainer dan smartscope/ amplifier speaker system/dual head training
stetoskop
 Status penderita, pulpen, pensil

 METODE PEMBELAJARAN
 Demonstrasi Fasilitator
 Ceramah
 Diskusi
 Partisipasi aktif dalam skill lab (simulasi)
 Evaluasi melalui check list/daftar tilik dengan system skor

Skills Lab Keterampilan Terapeutik Level Kompetensi


4 Anamnesis penyakit mata, 4A

 TEORI PENDAHULUAN

Keluhan utama pasien akan menolong untuk menegakkan diagnosis


penyakit sehingga akan memberikan manfaat pada pasien.

Biasanya keluhan utama yang sering diberikan pasien adalah :


 Penglihatan kurang atau berkabut.
 Mata merah.
 Mata terasa gatal.
 Mata kotor atau belek.
 Mata terasa sakit.
 Mata seperti melihat pelanga.
 Mata ada bercak putih.
 Sakit kepala.
 Mendapat kecelakaan pada mata.
 Melihat ganda atau diplopia.
 Kelopak mata bengkak.

Keluhan tanpa terlihat kelainan mata :


 Mata berair, ngantuk, silau dan sukar dibuka.
 Penglihatan berkurang perlahan-lahan.
 Melihat benda terbang (floaters).
 Melihat pelangi pada lapangan penglihatan.
 Bentuk benda yang dilihat berubah.
 Penglihatan gelap total.
 Warna benda yang dilihat berubah.
 Sakit pada mata.
 Sakit sekitar mata dengan mata tenang.

Keluhan disertai dengan kelainan yang terlihat.


 Mata berair.
 Sakit sekitar dan di dalam mata merah.
 Sakit kepala dan mata.
 Mata kering dan panas.
Kasus :
Seorang perempuan 19 tahun datang dengan keluhan mata merah
sebelah kiri, lakukan anamnesis pada pasien ini

Ceklist Anamnesis penyakit mata :


No Komunikasi yang diharapkan muncul Nilai
0 1 2
Membuka Wawancara
1. Memberikan salam kepada pasien (berjabat tangan)
2. Perkenalkan diri anda
3. Mempersilahkan pasien untuk duduk
4. Mengucapkan kalimat pembukaan.
“Selamat pagi ibu/bapak, ada yang bisa saya bantu?”
“Selamat pagi ibu/bapak, bagaimana keadaan ibu/bapak
hari ini?
Anamnesis
5 Menanyakan identitas(nama, umur, alamat, pekerjaan,
pendidikan, agama dll)
6 Menanyakan riwayat penyakit sekarang :keluhan Utama :
mata merah
a. Lokasi : mata kiri
b. Onset / awitan dan kronologis
c. Kuantitas keluhan
d. Kualitas keluhan
e. Faktor-faktor yang memperberat keluhan
f. Faktor-faktor yang meringankan keluhan
g. Analisis sistem yang menyertai keluhan utama
7 Menanyakan riwayat penyakit dahulu
Ditanyakan adakah penderita pernah sakit serupa
sebelumnya, bila dan kapan terjadinya dan sudah berapa
kali dan telah diberi obat apa saja, serta mencari penyakit
yang relevan dengan keadaan sekarang dan penyakit kronik
(hipertensi, diabetes mellitus, dll), perawatan lama, rawat
inap, imunisasi, riwayat pengobatan dan riwayat
menstruasi (Khusus wanita).
8 Menanyakan riwayat kesehatan keluarga
Anamnesis ini digunakan untuk mencari ada tidaknya
penyakit keturunan dari pihak keluarga (diabetes mellitus,
hipertensi, tumor, dll) atau riwayat penyakit yang menular.
9 Menanyakan riwayat sosial ekonomi
Hal ini untuk mengetahui status sosial pasien, yang
meliputi pendidikan, pekerjaan, pernikahan, kebiasaan
yang sering dilakukan (pola tidur, minum alkohol atau
merokok, obat-obatan, aktivitas seksual, sumber keuangan,
asuransi kesehatan dan kepercayaan).
11 Menanyakan kebiasaan pribadi
12 Penggunaan bahasa yang mudah dipahami pasien
13 Menggunakan pertanyaan terbuka secara tepat
MENUTUP WAWANCARA
14 Menanyakan pada pasien apakah ada hal yang terlewat
15 Menutup wawancara dengan membuat suatu ringkasan
16 Membuat kesepakatan dengan pasien (contracting)
SAMBUNG RASA DENGAN PASIEN
17 Menggunakan bahasa/istilah yang mudah dimengerti oleh
pasien.
18 Menunjukkan tingkah laku (non verbal) yang sesuai,
seperti: menjaga kontak mata dengan pasien, menjaga
postur tubuh, posisi duduk tegak, mimic penuh perhatian,
dll
19 Bila melakukan kegiatan lain (misal melihat catatan
ataumenulis), tidak sampai mengganggu proses
wawancaradengan pasien.
20 Tidak menghakimi
21 Menunjukkan sikap hormat dan respek pada pasien
22 Memberikan empati dan dukungan terhadap pasien
23 Tampak percaya diri
Keterangan : 0 = tidak dilakukan
1 = dilakukan tetapi kurang sempurna
2 = dilakukan dengan sempurna

Umpan Balik Fasilitator:

Paraf Dosen Fasilitator


Skills Lab Keterampilan Terapeutik Level Kompetensi
5 PEMERIKSAAN FISIK MATA dan 4A
PEMERIKSAAN
TONOMETRI SCHIOTZ dan
PALPASI DIGITAL

PEMERIKSAAN FISIK MATA


Alat :
 Kacamata lup.
 Lampu senter.

Ceklist Pemeriksaan fisik mata.

No Keterangan Skor
0 1 2
1 Salam dan memperkenalkan diri.
2 Menjelaskan tujuan pemeriksaan
3 Apakah ada kelainan silia?
4 Bagaimana keadaan palpebra superior dan
inferior?
5 Bagaimana keadaan fisura palpebra?
6 Bagaimana keadaan margo palpebra?
7 Bagaimana konjungtiva tarsal superior dan
inferior?
8 Bagaimana konjungtiva bulbi?
9 Bagaimana keadaan kornea?
10 Bagaimana keadaan bilik mata depan?
11 Bagaimana keadaan iris?
12 Bagaimana keadaan pupil?
13 Bagaimana keadaan lensa?
Skor
Keterangan : 0 = tidak dilakukan
1 = dilakukan tetapi kurang sempurna
2 = dilakukan dengan sempurna

PEMERIKSAAN TONOMETRI SCHIOTZ dan PALPASI


DIGITAL

Tujuan :
Melakukan pemeriksaan tekanan bola mata dengan tonometer.

Dasar :
Benda yang ditaruh pada bola mata (kornea) akan menekan
bola mata kedalam dan mendapat perlawanan tekanan dari
dalam melalui kornea.
Keseimbangan tekanan tergantung pada beban tonometer.
Tonometer Schiotz merupakan tonometer identasi. Dalamnya
identasi menunjukkan sejauh mana bola mata dapat ditekan.
Beban akan memberikan identasi lebih dalam bila tekanan
mata lebih rendah disbanding mata dengan tekanan tinggi.

Alat :
Obat tetes anestesi lokak (Prokain).
Tonometer Schizoit.

No Keterangan Skor
0 1 2
1 Salam dan memperkenalkan diri.
2 Menjelaskan prosedur dan tujuan pemeriksaan.
3 Pasien ditidurkan dengan posisi horizontal dan
mata ditetesi dengan obat anestesi topical atau
pantocain.
4 Kelopak mata penderita dibuka dengan telunjuk
dan ibu jari (jangan tertekan bola mata).
5 Tonometer Schiotz kemudian diletakkan di atas
permukaan kornea, sedang mata yang lain
berfiksasi pada satu titik di langit-langit kamar
periksa.
6 Daya indentasi beban tonometer sangat
bergantung pada tekanan bola mata dan akan
terlihat pada sekala tonometer.
7 Transformasi pembacaan tekanan bola mata
dalam mmHg.
Melakukan Palpasi Tekanan Bola Mata
8 Penderita disuruh melihat kebawah.
9 Kedua telunjuk pemeriksa diletakkan pada kulit
kelopak tarsus atas penderita.
10 Jari-jari lain bersandar pada dahi penderita.
11 Satu telunjuk mengimbangi tekanan sedangkan
telunjuk lain menekan bola mata.
Skor

Nilai :
Pembacaan skala tonometer schiotz dikonversi pada table untuk
mengetahui tekanan bola mata dalam millimeter air raksa. Pada
tekanan lebih tinggi 20 mmHg dicurigai adanya glaucoma. Bila
tekanan lebih daripada 25 mmHg pasien menderita glaucoma.

Keterangan : 0 = tidak dilakukan


1 = dilakukan tetapi kurang sempurna
2 = dilakukan dengan sempurna

Umpan Balik Fasilitator:

Paraf Dosen Fasilitator


PEMERIKSAAN LAPANG PANDANG DAN GERAK
OTOT BOLA MATA

No Aspek keterampilan yang dnilai skor


0 1 2
Pemeriksaan lapang Pandang
1 Menanyakan identitas penderita
2 Menanyakan keluhan penderita
3 Menjelaskan tujuan dan prosedur
pemeriksaan dengan jelas
4 Pemeriksa mengambil posisi duduk
berhadapan dengan penderita dengan
posisi mata sama tinggi dengan jarak
60cm
5 Meminta penderita menutup mata
kirinya dengan telapak tangan,
pemeriksa menutup mata kanan
dengan telapak tangan
6 Meminta penderita menutup mata
kanannya dengan telapak tangan,
pemeriksa menutup mata kiri dengan
telapak tangan
7 Memberitahukan terlebih dahulu
kepada penderita supaya mengatakan
“ya” pada saat mulai melihat objek
8 Menggerakkan ujung jari pemeriksa
perlahan-lahan dari perifer ke sentral
dan dari delapan arah pada bidang di
tengah – tengah penderita dan
pemeriksa
9 Membandingkan lapang pandang
penderita dengan lapang pemeriksa
10 Melaporkan hasil pemeriksaan
Jumlah Skor
Pemeriksaan Otot Ekstraokuler

1 Menanyakan identitas penderita


2 Menanyakan keluhan penderita
3 Menjelaskan tujuan dan prosedur
pemeriksaan dengan jelas
4 Mempersilahkan penderita duduk
memandang obyek kecil di depan
yang berjarak lebih dari 6 m
5 Menyinarkan lampu senter kearah
glabela penderita
6 Mengamati pantulan sinar kornea,
menentukan kedua mata sejajar atau
tidak
7 Menggerakkan objeek ke 8 arah
cardinal, penderita diminta
mengikuti gerak objek dari sentral ke
perifer tanpa menggerakkan kepala
(saat menilai gerakan otot ke
inferior, pemeriksa mengangkat
kelopak atas)
8 Mengamati gerakan kedua bola mata
ada yang tertinggal atau tidak
9 Menentukan otot mana yang tidak
normal
10 Melakukan pemeriksaan konvergensi
kedua mata
11 Melaporkan hasil pemeriksaan
Jumlah Skor
Keterangan : 0 = tidak dilakukan
1 = dilakukan tetapi kurang sempurna
2 = dilakukan dengan sempurna

Umpan Balik Fasilitator:

Paraf Dosen Fasilitator

Bahan Rujukan:
1. Bijanti, Retno, et al. Buku Ajar Patologi Klinik Veteriner. Airlangga
University Press, 2010.
2. Brown, R. G., Johny Bourke, and Tim Cunliffe. "Dermatologi dasar: untuk
praktik klinik." Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC (2011): 231.
3. Eroschenko, Victor P. DiFiore's atlas of histology with functional
correlations. Lippincott Williams & Wilkins, 2008.
4. Farmakologi, Departemen, and F. K. Terapeutik. "UI. 2007." Farmakologi
dan Terapi Edisi 5: 490-91.
5. Hall, John E. Guyton and Hall textbook of medical physiology e-Book.
Elsevier Health Sciences, 2015.
6. Harahap, Marwali. "Ilmu penyakit kulit." Jakarta: Hipokrates(2000): 116-
26.
7. Levene, Gerald Max, and Charles Dermod Calnan. Atlas berwarna
dermatologi. EGC Penerbit Buku Kedokteran, Jakarta, 1986.
8. Menaldi, Sri Linuwih SW, Kusmarinah Bramono, and Wresti Indriatmi.
"Ilmu penyakit kulit dan kelamin." Jakarta: Penerbit Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia (2015).
9. Putz, Reinhard, and Reinhard Pabst. Sobotta-Atlas of Human Anatomy:
Head, Neck, Upper Limb, Thorax, Abdomen, Pelvis, Lower Limb; Two-
volume set. 2006.
10. Robins, M. D., and I. Stanley. "Buku ajar patologi II." Jakareta:
EGC (1995).
11. Sherwood, Lauralee. "Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem (edisi ke-
6)." Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC (2001).
12. Siregar, R. S. "Atlas berwarna saripati penyakit kulit." EGC, 1992.
13. Wolff K, Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS, Leffell
DJ,editor. Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine. Edisi ke-7. New
York: McGraw-Hill; 2008. h.550-6

Anda mungkin juga menyukai