Anda di halaman 1dari 6

IV.

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil
Bahan baku utama pembuatan biogas adalah limbah yang berasal dari bahan
organik contoh bahan organik itu adalah kotoran sapi, kotoran ayam, kotoran kuda,
limbah pertnian, dan lain sebagainya. Bedasarkan bahan baku yang diperlukan dan
teknik pembuatannya maka isntalasi biogas dapat dilakukan dan dibuat dimanapun
artinya biogas dapat dihasilkan dimanapun juga, instalasi biogas dapat dibuat dalam
bentuk yang sederhana dan murah, ataupun dalam bentuk yang menengah sampai
sekala besar (tony, 2013)
Tabel 1. Hasil pengujian pada biogas
No. Produk pH Suhu Waktu Pembakaran
Eceng gondok +
Asam 320C
1 kotoran sapi 33 Detik
2 Limbah sayuran Asam 300C Gagal
Kotoran sapi
3 segar Asam 350C Gagal
4 Limbah sayuran Asam 300C 18 Detik

4.2. Pembahasan

Proses anaerob adalah proses biologi yang berlangsung pada kondisi tanpa oksigen
oleh mikroorganisme tertentu yang mampu mengubah senyawa organik menjadi
metana (biogas). Proses ini banyak dikembangkan untuk mengolah kotoran hewan
dan manusia atau air limbah yang kandungan bahan organiknya tinggi. Sisa
pengolahan bahan organik dalam bentuk padat digunakan untuk kompos. (Saepul
Rohman, 2009) Secara umum, proses anaeorob terdiri dari empat tahap yakni:
hidrolisis, pembentukan asam, pembentukan asetat dan pembentukan metana.
Proses anaerob dikendalikan oleh dua golongan mikroorganisme (hidrolitik dan
metanogen).

Pembuatan biogas yang telah kami buat dari limbah-limbah pertanian


mengalami kerusakan pada tutup galonnya, namun pada kelompok kami didapatkan
gas yang mampu terbakar. Gas tersebut sebelumnya telah tersimpan dalam benen
dan tidk dapat keuar kembali kecuali lewat kran pembuangan. Dalam pembuatan
biogas dengan menggunakan sempel limbah sayuran hijau menghasilkan gas yang
tinggi dengan menggunakan campuran antara bahan-bahan yang pas yakni limbah
sayuran sebanyak 3 kilogram, air sebanyak 3 kiter dan em4 pertanian sebanyak 9%
dari bahan atau sekitar 27 gram. Hal ini sesuai dengan Haharap (2007) dalam
bahannya sudah terkandung bahan mudah membusuk, sehingga penambahan
bakteri atau em4 sangat membantu mempercepat bakteri pembusukan biogas
limbah sayuran. Pada saat kami praktikum kami sangat berhati-hati dalam
penyatuan galon, benen dan paralon sehingga angin tidak dapat masuk dalam galon
atau banen dan sebaliknya angin yang didalam galon dan benen tidak dapat keluar
hal inilah yang membuat biogas dari limbah sayuran berhasil dan mampu terbakar

Pembuatan biogas dengan sempel limbah sayuran berhasil karena beberapa


faktor yakni : dalam kondisi cuaca kering, limbah sayuran sendiri mudah busuk
karna keadaan lembab dan pembuatan biogas ini dilakukan dengan secara iklas dan
tawaduk hal ini sesuai Djuarni (1995) sampah organik yang dihasilkan dari
aktivitas tumbuhan hasil pemeliharaan dan budi daya, dapur rumah tangga, pasar,
mengandung lebih banyak bahan organik yang mudah mebusuk, lembab, dan
mengandung sedikit cairan. Karena banyak mengandung bahan organik, limbah ini
dapat terdekomposisi secara cepat, terutama ketika cuaca hangat. Limbah ini dapat
mengeluarkan bau busuk dan dapat mengundang binatang berdatangan

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Proses Pembuatan Biogas Laju proses


anaerob yang tinggi sangat ditentukan oleh faktor-faktor yang mempengaruhi
mikroorganisme, diantaranya temperatur, pH, salinitas dan ion kuat, nutrisi, inhibisi
dan kadar keracunan pada proses, dan konsentrasi padatan. Berikut ini adalah
pembahasan tentang faktor-faktor tersebut :

1) Temperatur Gabungan bakteri anaerob bekerja dibawah tiga kelompok


temperatur utama. Temperatur kriofilik yakni kurang dari 20o C, mesofilik
berlangsung pada temperatur 20-45o C (optimum pada 30-45o C) dan
termofilik terjadi pada temperatur 40-80o C (optimum pada 55-75o C).
2) Derajat keasaman ( pH ) Pada dekomposisi anaerob faktor pH sangat berperan,
karena pada rentang pH yang tidak sesuai, mikroba tidak dapat tumbuh dengan
maksimum dan bahkan dapat menyebabkan kematian yang pada akhirnya
dapat menghambat perolehan gas metana
3) Nutrisi Mikroorganisme membutuhkan beberapa vitamin esensial dan asam
amino. Zat tersebut dapat disuplai ke media kultur dengan memberikan nutrisi
tertentu untuk pertumbuhan dan metabolismenya. Selain itu juga dibutuhkan
mikronutrien untuk meningkatkan aktivitas mikroorganisme, misalnya besi,
magnesium, kalsium, natrium, barium, selenium, kobalt dan lain-lain
(Malina,1992).
4) ) Keracunan dan Hambatan Keracunan (toxicity) dan hambatan (inhibition)
proses anaerob dapat disebabkan oleh berbagai hal, misalnya produk antara
asam lemak mudah menguap (volatile) yang dapat mempengaruhi pH
5) Faktor Konsentrasi Padatan Konsentrasi ideal padatan untuk memproduksi
biogas adalah 7-9% kandungan kering. Kondisi ini dapat membuat proses
digester anaerob berjalan dengan baik.
6) Penentuan Kadar Metana Dengan BMP Uji BMP (Biochemical Methane
Potential) ditunjukan untuk mengukur gas metana yang dihasilkan selama masa
inkubasi secara anaerob pada media kimia.

Biogas dari sempel limbah sayuran berhasil terbakar karena didalam galon
penampungan terdapat suhu yang sangat panas yakni 30 derajat dan galon terjaga
dari kelembaban suhu dan sinar matahari sehingga benen menghasilkan gas yang
panas dan siap terbakar. Hal ini sesuai dengan : (Sri Wahyuni, 2009) bahwa gas
akan mudah terbakar dan meledak pada suhu tinggi.
Laju pembakaran biogas dari limbah sayuran diperoleh waktu pembakaran
selama 18 detik, dan api yang dihasilkan besar namun memiliki rentang waktu yang
cukup singkat yakni hanya 18 detik. Penyeab rentang waktu sangat pendek yakni
rusaknya tutup botol penyambung ke paralon arah benen, kerusakan diakibatkan
ketidaksengajaan wakru pengontrolan dan penggunjangan galon.
V. PENUTUP

5.1. Kesimpulan
Pada proses pembuatan biogas sederhana sangat sulit dilakukan hanya
kelompok limbah sayuran yang berhasil dikarenakan limbah sayuran mudah
membusuk. Faktor yang mempengaruhi tidah berhasilnya biogas antara lain:
cuaca yang terlalu lembab, pipa atau benen yang bocor, penguapan yang
kurang baik, kurang pencampuran bahan, dan faktor-faktor lainya

5.2. Saran
penulis menyarankan agar seseringkali melakukan pengecekan pada benen
dan galon tempat pembuatan biogas, karena sering tidak kita sadari lem dan
benen bocor atau kurang rapat. Itulah yang menyebabkan kegagalan ketika
pembuatan biogas.
DAFTAR PUSTAKA
Aldila Aulia, 2014. Biogas and Waste Recycling : the Philippine Experience.
Maya Farms Division, Liberty Flour Mills. Metro Manila,
Philippines
Djuarni,1995. Pemanfaatan Limbah Ternak Ruminansia Untuk Mengurangi
Pencemaran Lingkungan. Institute pertanian Bogor
Haharap,2007. Teori dan Konstruksi Instalasi Biogas. Balai Besar Pengembangan
Mekanisasi Pertanian, Badan Litbang Pertanian, Departemen
Pertanian Serpong, 28 April 2009.
Muktiani,. 2007 Membuat Biogas Pengganti Minyak dan Gas dari Kotoran
Ternak. Jakarta: Agromedia Pustaka.
Malina,1992 Pemanfaatan Biomassa Sisa Pengolahan Limbah Tekstil Pencelupan
Benang Sebagsayuran Penghasil Biogas. Jurusan Teknik
Lingkungan FTSP-ITS.A
Saepul Rohman, 2009. Biogas Production with the Use of Mini Digester. Journal
of Achievements in Material and Manufacturial Engineering.
Vol.28, 1 May 2008. University of Maribor, Slovenia.
LAMPIRAN

Limbah sayuran penghancuran limbah sayuran

Limbah yang telah dihancurkan penyambungan paraon ke galon

Penyambungan pipa penyambungan pipa ke benen

Anda mungkin juga menyukai