DISTILASI
1. Pengertian
Distilasi atau penyulingan adalah suatu metode pemisahan bahan kimia berdasarkan
perbedaan kecepatan atau kemudahan menguap (volatilitas) bahan atau didefinisikan juga teknik
pemisahan kimia yang berdasarkan perbedaan titik didih. Dalam penyulingan, campuran zat
dididihkan sehingga menguap, dan uap ini kemudian didinginkan kembali ke dalam bentuk
cairan.
Zat yang memiliki titik didih lebih rendah akan menguap lebih dulu. Metode ini
merupakan termasuk unit operasi kimia jenis perpindahan massa. Penerapan proses ini
didasarkan pada teori bahwa pada suatu larutan, masing-masing komponen akan menguap pada
titik didihnya. Model ideal distilasi didasarkan pada Hukum Raoult dan Hukum Dalton.
Destilasi juga bisa dikatakan sebagai proses pemisahan komponen yang ditujukan untuk
memisahkan pelarut dan komponen pelarutnya. Hasil destilasi disebut destilat dan sisanya
disebut residu. Jika hasil destilasinya berupa air, maka disebut sebagai aquadestilata (disingkat
aquades). Pada suatu peralatan destilasi umumnya terdiri dari suatu kolom atau tray, reboiler
(pemanas), kondenser, Drum reflux, pompa, dan packed.
Prinsip dari proses ini adalah campuran yang akan dipisahkan, dimasukkan dalam alat
destilasi. Di bagian bawah alat terdapat pemanas yang berfungsi untuk menguapkan campuran
yang ada. Uap yang terbentuk akan mengalir ke atas dan bertemu cairan (destilat) di atas. Zat-zat
bertitik didih rendah dalam cairan akan teruapkan dan mengalir ke atas, sedangkan zat-zat
bertitik didih tinggi dalam uap akan kembali mengembun dan mengikuti aliran cairan ke bawah.
Salah satu pemisahan campuran ialah distilasi. Distilasi merupakan pemisahan campuran yang
didasarkan oleh perbedaan titik didih. Dalam mempelajari distilasi, kita harus lebih mengenal
tentang tekanan uap, titik didih, larutan lewat panas dan bumping dan diagram tekanan uap
campuran dua macam zat cair.
Pemisahan senyawa dengan destilasi bergantung pada perbedaan tekanan uap senyawa
dalam campuran. Tekanan uap campuran diukur sebagai kecenderungan molekul dalam
permukaan cairan untuk berubah menjadi uap. Jika suhu dinaikkan, tekanan uap cairan akan naik
sampai tekanan uap cairan sama dengan tekanan uap atmosfer. Pada keadaan itu cairan akan
mendidih. Suhu pada saat tekanan uap cairan sama dengan tekanan uap atmosfer disebut titik
didih.
Cairan yang mempunyai tekanan uap yang lebih tinggi pada suhu kamar akan mempnyai
titik didih lebih rendah daripada cairan yang tekanan uapnya rendah pada suhu kamar. Jika
campuran berair didihkan, komposisi uap di atas cairan tidak sama dengan komposisi pada
cairan. Uap akan kaya dengan senyawa yang lebih volatile atau komponen dengan titik didih
lebih rendah.
Jika uap di atas cairan terkumpul dan di dinginkan, uap akan terembunkan dan
komposisinya sama dengan komposisi senyawa yang terdapat pada uap yaitu dengan senyawa
yang mempunyai titik didih lebih rendah.
Jika suhu relative tetap, maka destilat yang terkumpul akan mengandung senyawa murni
dari salah satu komponen dalam campuran. Salah satu pemisahan campuran ialah distilasi.
Distilasi merupakan pemisahan campuran yang didasarkan oleh perbedaan titik didih. Dalam
mempelajari distilasi, kita harus lebih mengenal tentang tekanan uap, titik didih, larutan lewat
panas dan bumping dan diagram tekanan uap campuran dua macam zat cair.
1. Tekanan Uap
Tekanan Uap adalah suatu cairan yang ditambahkan oleh zat lain maka akan berubah. Hal
tersebut dijelaskan pada hukum Raoult, yaitu:
PA=XAPoA
PA= Tekanan uap Larutan
XA= Fraksi mol pelarut
PoA= Tekanan uap pelarut
2. Titik Didih
Titik didih adalah suhu dimana uap cairan sama dengan tekanan luar, sehingga di dalam seluruh
zat cair terjadi kecenderungan untuk berubah dari fasa cair kefasa uap. Titik didih normal ialah
titik didih zat cair yang di ukur pada tekanan udara 1 atm. Titik didih cairan murni berbeda
dengan titik didih campuran, yang oleh Raoult di buatkan koreksi:
Δt = Kd . m
Δt = Kenaikan titik didih
Kd= Konstanta kenaikan titik didih yang bergantung pada pelarutnya
m = molalitas zat terlarut
PA=XAPoA
PA= Tekanan uap Larutan
XA= Fraksi mol pelarut
PoA= Tekanan uap pelarut
Sedangkan yang B :
PB=XBPoB
PB= Tekanan uap Larutan
XB= Fraksi mol pelarut
PoB= Tekanan uap pelarut
Lalu kita akan membuat pula fraksi mol uap yang dirumuskan :
XuA = Pa/(Pa+Pb)
untuk XuB sebaliknya
persamaan persamaan tersebutlah yang digunakan untuk membuat kurva tekanan uap campuran
dua zat cair yang ideal.
Pembagian destilasi
1. Labu distilasi
Sebagai wadah atau tempat suatu campuran zat cair yang akan didistilasi. Terdiri dari :
a) Labu dasar bulat
b) Labu erlenmeyer khusus untuk distilasi atau refluks.
2. Steel head
Sebagai penyalur uap / gas yang akan masuk ke pendingin, dan biasanya labu distilasinya
sudah dilengkapi dengan leher yang berfungsi sebagai steel head.
3. Thermometer
Digunakan untuk mengukur suhu uap zat cair yang didistilasi selama proses distilasi
berlangsung dan thermometer yang digunakan harus beskala suhu tinggi diatas titik didih zat cair
yang akan didistilasi dan ditempatkan pada labu distilasi atau steel head. 6
4. Kondensor
Memiliki 2 celah, yaitu celah masuk untuk aliran uap hasil reaksi dan celah keluar untuk
air keran.
5. Labu didih
Biasanya selalu berasa / keset yang berfungsi untuk sebagai wadah sampel. Contohnya
untuk memisahkan alkohol dan air.
6. Selang
Untuk menyalurkan air kedalam kondensor dan mengeluarkan air dari dalam kondensor
7. Batu didih
Untuk menyeimbangkan panas suatu sampel bahan kedalamnya.
1. Destilasi sederhana
Destilasi sederhana digunakan untuk memisahkan zat cair yang titik didih nya rendah,
atau memisahkan zat cair dengan zat padat atau miniyak. Proses ini dilakukan dengan
mengalirkan uap zat cair tersebut melalui kondensor lalu hasilnya ditampung dalam suatu wadah,
namun hasilnya tidak benar-benar murni atau bias dikatakan tidak murni karena hanya bersifat
memisahkan zat cair yang titik didih rendah atau zat cair dengan zat padat atau minyak.
Destilasi sederhana adalah salah satu cara pemurnian zat cair yang tercemar oleh zat
padat/zat cair lain dengan perbedaan titik didih cukup besar, sehingga zat pencemar/pengotor
akan tertinggal sebagai residu. Destilasi ini digunakan untuk memisahkan campuran cair-cair,
misalnya air-alkohol, air-aseton, dll. Alat yang digunakan dalam proses destilasi ini antara lain,
labu destilasi, penangas, termometer, pendingin/kondensor leibig, konektor/klem, statif, adaptor,
penampung, pembakar, kaki tiga dan kasa.
3. Destilasi azeotrop
Distilasi Azeotrop digunakan dalam memisahkan campuran azeotrop (campuran
campuran dua atau lebih komponen yang sulit di pisahkan), biasanya dalam prosesnya digunakan
senyawa lain yang dapat memecah ikatan azeotrop tsb, atau dengan menggunakan tekanan
tinggi. Azeotrop merupakan campuran 2 atau lebih komponen pada komposisi tertentu dimana
komposisi tersebut tidak bisa berubah hanya melalui distilasi biasa. Ketika campuran azeotrop
dididihkan, fasa uap yang dihasilkan memiliki komposisi yang sama dengan fasa cairnya.
Campuran azeotrop ini sering disebut juga constant boiling mixture karena komposisinya yang
senantiasa tetap jika campuran tersebut dididihkan.
5. Destilasi uap
Untuk memurnikan zat/senyawa cair yang tidak larut dalam air, dan titik didihnya cukup
tinggi, sedangkan sebelum zat cair tersebut mencapai titik didihnya, zat cair sudah terurai,
teroksidasi atau mengalami reaksi pengubahan (rearranagement), maka zat cair tersebut tidak
dapat dimurnikan secara destilasi sederhana atau destilasi bertingkat, melainkan harus didestilasi
dengan destilasi uap.
Destilasi uap adalah istilah yang secara umum digunakan untuk destilasi campuran air
dengan senyawa yang tidak larut dalam air, dengan cara mengalirkan uap air ke dalam campuran
sehingga bagian yang dapat menguap berubah menjadi uap pada temperatur yang lebih rendah
dari pada dengan pemanasan langsung. Untuk destilasi uap, labu yang berisi senyawa yang akan
dimurnikan dihubungkan dengan labu pembangkit uap (lihat gambar alat destilasi uap).
Uap air yang dialirkan ke dalam labu yang berisi senyawa yang akan dimurnikan,
dimaksudkan untuk menurunkan titik didih senyawa tersebut, karena titik didih suatu campuran
lebih rendah dari pada titik didih komponen-komponennya.
BAB II
ABSORPSI
1. PENGERTIAN
Absorpsi adalah proses pemisahan bahan dari suatu campuran gas dengan cara
pengikatan bahan tersebut pada permukaan absorben cair yang diikuti dengan pelarutan.
Absorpsi Fisika
Absorbsi fisik merupakan absorbsi dimana gas terl-arut dalam cairan penye-rap tidak
disertai dengan reaksi kimia. Penyerapan terjadi karena adanya interaksi fisik, difusi gas ke
dalam air, atau pela-rutan gas ke fase cair.
Contoh : Absorbsi gas H2S dengan air, meta-nol, propilen, dan kar-bonat.
Absorpsi Kimia
Absorbsi kimia merupa-kan absorbsi dimana gas terlarut didalam larutan penyerap
disertai dengan adanya reaksi kimia.
Contoh absorbsi ini adalah absorbsi dengan adanya larutan MEA, NaOH, K2CO3, dan
sebagainya
ABSORBEN
Absorben adalah cairan yang dapat melarutkan bahan yang akan diabsorpsi
pada permukaannya, baik secara fisik maupun secara reaksi kimia. Absorben sering juga disebut
sebagai cairan pencuci.
Memiliki daya melarut-kan bahan yang akan di-absorpsi yang sebesar mungkin
(kebutuhan a-kan cairan lebih sedikit, volume alat lebih kecil).
Selektif
Memiliki tekanan uap yang rendah
Tidak korosif.
Mempunyai viskositas yang rendah
Stabil secara termis.
Murah
3. SIFAT SIFAT ABSORBEN
1. Absorben yang baik harus memiliki daya larut yang tinggi terhadap komponen yang
hendak ditransfer (solut). Kelarutan yang tinggi dapat dicapai dengan melibatkan reaksi
kimia, namun jika digunakan reaksi kimia, reaksi tersebut harus reversibel pada suhu
tinggi, sehingga solut dapat diambil lagi dari absorben.
2. Absorben semestinya bersifat non-volatil, untuk mengurangi hilangnya absorben bersama
gas.
3. Absorben juga harus murah, karena hilangnya sejumlah absorben tidak terhindarkan.
4. Absorben harus bersifat non-korosif, inert, kecuali terhadap solut.
5. Memiliki viskositas yang rendah pada kondisi operasi.
6. Memiliki titik beku rendah.
KOLOM ABSORPSI
Adalah suatu kolom atau tabung tempat terjadinya proses pengab-
sorbsi(penyerapan/penggumpalan) dari zat yang dilewatkan di kolom/tabung tersebut.
Menara Sembur terdiri dari sebuah menara, dimana dari puncak menara cairan
disembur-kan dengan menggunakan nosel semburan.
Tetes - tetes
cairan akan
bergerak ke
bawah karena
gravitasi, dan
akan berkontak
dengan arus gas
yang naik ke
atas (lihat
gambar
samping).
Nosel semburan
dirancang untuk
membagi cairan kecil - kecil. Makin kecil ukuran
tetes cairan, makin besar kecepatan transfer massa.
Tetapi apabila ukuran tetes cairan terlalu kecil, tetes
cairan dapat terikut arus gas keluar.
Menara sembur biasanya digunakan umtuk transfer massa gas yang sangat mudah larut.
Fasilitas ini dapat berupa topi gelembung (bubble caps) atau lu-bang ayak (sieve),
gambar sam-ping. Pada pelat topi gelembung
dan lubang ayak, gelembung-gelembung gas
akan terbentuk.
Transfer massa antar fase akan terjadi pada waktu gelembung gas terbentuk dan pada
waktu gelembung gas naik ke atas pada setiap
pelat. Cairan akan mengalir dari atas ke bawah
melintasi pelat di dalam kolom.
Menara Paking adalah menara yang diisi dengan
bahan pengisi, (gambar di samping).
Pemanas ini dilakukan pada stripper fraksi diesel dengan tujuan agar terjadi penguapan,
karena uap dari dalam reboiler memiliki SG (Specific gravity) yang lebih rendah jika
dibandingkan dengan cairan yang berada di dasar kolom stripper, Sehingga uap yang
dimasukkan ke dalam dasar kolom akan membuat cairan mendorong uap (fraksi ringan)
ke atas dan dimasukkan kembali ke dalam kolom destilasi.
3. Stripper dengan Dapur Reboiler
Bentuknya seperti dapur untuk memanaskan fluida cair dari dasar stripper yang
masih banyak mengandung fraksi fraksi ringan yang tidak dikehendaki. Dengan bantuan
pompa cairan dilewatkan melalui dapur dan dipanaskan sampai suhu tertentu, sehingga
fraksi ringan yang tidak dikehendaki didalam produk akan teruapkan melalui
puncak stripper . Dengan menguapkan fraksi ringan maka produk dari dasar stripper flash
pointnya akan naik.
a. Tray, Bagian ini berfungsi sebagai alat pengontak antar fraksi ringan dan berat, sehingga
terjadi proses pemisahan. Tray terdiri dari beberapa macam yaitu bubble cup, sive plate, valve
plate dan flexi plate. Setiap jenis-jenis plate memiliki kelebihan serta kekutangan tertentu, tetapi
tray yang paling banyak digunakan ialah bubble cup
b. Weir, Merupakan salah satu alat yang berupa potongan plate yang berfungsi untuk
mempertahankan tinggi permukaan di bawah down comer, agar ujung bawah down comer cukup
hanya tercelup kedalam cairan, sehingga bertindak sebagai seal atau perapat untuk uap yang akan
naik ke atas.
c. Down Comer, Alat ini berfungsi untuk mengalirkan cairan dari atas yang menuju ke plate
yang adah dibawahnya. Down comer terdiri dati dua macam yaitu down comer yang berbentuk
pipa serta dawn comer yang berbentuk saluran pencurah. Untuk mencegah mengalirnya uap
hidrokarbon keatas melalui sungkup down comer maka down comer harus memiliki seal yang
cukup atau ujung down comer cukup tercelup kedalam cairan yang berada pada plat
dibawahnya..
d. Tab, Merupakan kaki dari cap yang berfungsi untuk menahan valve tray agar tidak terlepas
dari plate.
Si = Ki V / L
Dimana :
K : Rasio Kesetimbangan uap / cair
V : Laju aliran uap yang memasuki kolom
L : Laju aliran cairan yang memasuki kolom Temperatur dan Tekanan
Peristiwa adsorpsi merupakan peristiwa dimana suatu zat menarik zat lain yang berada di
sekitarnya untuk berinteraksi dan berikatan dengan zat tersebut. Proses adsorpsi ini dapat terjadi
antara zat yang berada dalam satu fase seperti padat dengan padat atau zat yang berbeda fase
misalnya padat dengan cair.
Sedangkan peristiwa yang berkebalikan dengan adsorpsi yaitu desorpsi yang merupakan
proses pelepasan suatu materi dari material lain. Adanya peristiwa adsorpsi ini akan membuat zat
yang awalnya menyebar ke lingkungan menjadi terkumpul dan terikat pada satu media adsorpsi
yang dinamakan sebagai adsorben dimana material adsorben ini memiliki kemampuan dalam
menarik zat lain yang cocok untuk berinteraksi dengan material tersebut. Sedangkan zat lain
yang tertarik atau terikat ke dalam material adsorben dinamakan sebagai adsorbat.
Terjadinya adsorpsi melibatkan interaksi antar permukaan pada suatu molekul dimana material
adsorben memiliki permukaan dengan tendensi untuk menarik material lain sehingga material
adsorbat yang telah terikat akan menempel pada permukaan adsorben. Proses adsorpsi ini banyak
dimanfaatkan dalam bidang kimia seperti sebagai katalis, sebagai penjernih air, dan mengurangi
pencemaran pada air.
Jika kita berbicara tentang adsorpsi, kita juga mengenal istilah absorpsi. Pada dasarnya kedua
peristiwa ini mirip hanya saja adsorpsi melibatkan pengikatan molekul pada lapisan paling atas
dari material adsorben. Sedangkan pada absorpsi, pengikatan atau penempelan molekul
cenderung lebih dalam hingga menembus lapisan dari material adsorben. Oleh karena itu, pada
umumnya peristiwa absorpsi memiliki kekuatan ikatan yang lebih tinggi.
Selain adanya interaksi ini, adsorpsi juga bisa disebabkan karena keberadaan rongga atau pori
pada material adsorben. Material seperti karbon aktif dan zeolit merupakan material berpori yang
memiliki luas permukaan besar di dalamnya. Akibatnya, adsorbat dapat masuk ke dalam pori dan
memenuhi rongga yang ada sehingga akan terjebak di dalam pori tersebut.
Selanjutnya material yang telah berada dalam adsorben dapat distabilkan posisinya dengan
berbagai interaksi seperti ikatan hidrogen, interaksi dipol, interaksi elektrostatik, interaksi van
der waals, dan lain sebagainya.
3. Jenis Adsorpsi
Adapun beragam macam adsorpi dan penjelasan ini antara lain adalah sebagai berikut;
a. Fisisorpsi
Fisisorpsi merupakan salah satu jenis adsorpsi yang didasarkan pada interaksi yang terjadi
antara adsorbat dengan adsorben. Pada adsorpsi secara fisika, adsorbat akan ditarik oleh
adsorben dan keduanya akan mengalami interaksi secara fisika seperti adanya gaya tarik menarik
akibat interaksi van der waals.
Namun pada fisisorpsi ini tidak sampai melibatkan terjadinya ikatan antara molekul adsorben
dengan adsorbat. Akibatnya yaitu karena tidak adanya ikatan antara keduanya, maka interaksi
adsorben dan adsorbat cenderung lemah dan jenis adsorpsi ini cenderung lebih mudah untuk
terjadinya desorpsi.
b. Kemisorpsi
Kemisorpsi adalah jenis lain dari adsorpsi yang merupakan adsorpsi dengan interaksi kimia.
Pada kemisorpsi, antara molekul adsorben dan adsorbat mengalami peristiwa ikatan kimia.
Adanya ikatan kimia antara adsorben dan adsorbat akan membuat interaksi kedua material ini
lebih kuat.
Akibatnya, untuk melepaskan molekul adsorbat dari material adsorben cenderung lebih susah
dan membutuhkan energi yang lebih tinggi daripada fisisorpsi. Maka dari itu jenis kemisorpsi ini
banyak diaplikasikan untuk tujuan tertentu karena sifat ikatannya yang cenderung kuat.
a. Aktivasi Adsorben
Sebelum suatu material dapat digunakan sebagai adsorben, material tersebut perlu dilakukan
treatment yang dinamakan sebagai aktivasi. Proses aktivasi ini bertujuan untuk membuat
material adsorben tersebut memiliki kemampuan untuk menyerap zat lain. Aktivasi pada
umumnya dilakukan dengan menghilangkan guest yang ada pada pori atau rongga adsorben
sehingga didapatkan material adsorben dengan rongga kosong dan memungkinkan untuk diisi
dengan adsorbat yang diinginkan.
Proses aktivasi dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti dengan pemanasan untuk
menguapkan zat guest atau dengan metode pencucian asam kuat untuk melarutkan material guest
pada adsorben.
c. Waktu Kontak
Pada umumnya, semakin lama kita mencampurkan adsorben dengan adsorbat maka interaksi
yang terjadi juga akan semakin besar. Hal itu dikarenakan pada proses adsorpsi, terkadang
adsorbat harus melalui difusi dimana proses ini juga memerlukan waktu. Oleh karena itu dengan
waktu yang cukup, maka proses difusi yang sempurna akan meningkatkan kapasitas adsorpsi
suatu zat.
d. Pengaruh Temperatur
Suhu lingkungan juga berpengaruh pada proses adsorpsi karena pada dasarnya adsorpsi
mengikuti prinsip Le-Chatelier pada kesetimbangan kimia dimana semakin tinggi suhu maka
proses adsorpsi akan menurun sedangkan pada suhu rendah maka reaksi akan cenderung ke arah
kanan.
e. Pengaruh Tekanan
Pengaruh tekanan ini biasa terjadi pada adsorpsi molekul gas dimana kenaikan tekanan
adsorbat dalam hal ini yaitu gas, maka akan meningkatkan kemampuan adsorpsi dari adsorben.
Hal itu karena pada tekanan tinggi suatu molekul cenderung dipaksa untuk menempati ruang
sempit, yang akan terjadi yaitu molekul akan lebih mudah masuk ke dalam rongga atau pori
adsorben ketika diberi tekanan tinggi.
Dalam adsorpsi, proses spontan ini menunjukkan bahwa material adsorben dapat menyerap
adsorbat dengan mudah tanpa membutuhkan bantuan energi lain.
Peristiwa adsorpsi juga demikian, ketika adsorben bertindak menyerap adsorbat dan
membentuk interaksi antara kedua molekul ini maka akan terjadi pelepasan energi dengan
jumlah tertentu dan didapatkan suhu yang lebih tinggi dari lingkungannya.
1. Pengertian
Ekstraksi adalah suatu proses pemisahan suatu zat berdasarkan perbedaan kelarutannya
terhadap dua cairan tidak saling larut yang berbeda, biasanya air dan yang
lainnya pelarut organik.
Proses ekstraksi dapat berlangsung pada:
Ekstraksi cair-cair atau dikenal juga dengan nama ekstraksi solven. Ekstraksi jenis ini
merupakan proses yang umum digunakan dalam skala laboratorium maupun skala industri.
Prinsip dasar dari ekstraksi yakni memanfaatkan perbedaan kelarutan dari zat yang akan
diekstrak. Maka kemudian pada senyawa yang akan diekstrak dilarutkan ke dalam pelarut.
Namun pada pelarut yang akan digunakan yakni mempunyai kemampuan untuk melarutkan
senyawa yang diinginkan. Seperti dalam contoh sebelumnya, apabila ingin mengambil
kandungan caffeinne pada kopi bubuk, maka menggunakan pelarut air yang dapat melarutkan
caffeinne.
Dasar dari teknik ini menggunakan pengetahuan yang sederhana, dimana kita bisa
memisahkan sebuah senyawa dari senyawa lain berdasarkan dari kelarutan pada pelarut tertentu.
Teknik ini dalam perkembangannya, menggunakan pemahaman yang lebih teentang kelarutan
senywa pada sebuah pelarut. Seperti yang sudah diketahui, bahwa caffeinne akan lebih larut ke
dalam air apabila dalam temperatur yang tinggi. Sebab itulah dipakai air panas.
4. Macam-Macam Ekstrasi
Ekstraksi Kelat
Ialah ekstrakssi ion logam yang berlangsung melalui mekanisme pembentukan kelat.
Ekstraksi Solvasi
ialah ekstraksii dimana zat yang dekstraksi disolvasikan ke fasa organik.
Contoh ekstrakssi Fe(ll) dari asam klorida dengan Dietil eter atau ekstraksi uranium dari media
asam nitrat dengan Tributil Phosfat. Kedua ekstrakssi dapat terjadi karena solvasi logam ke fasa
organik
Contoh Ekstrakssi Scandium atau Uranium dengan Trioktil Amina. Pada ekstrakssi ini terbentuk
senyawa netral antara Uranium atau Scandium dalam larutan asam dengan amina mempunyai
berat molekul besar
5. Metode Ekstraksi
Berdasarkan dari proses melakukannya, ekstraksii bisa dikelompokan menjadi 3 bagian
yaitu
Ekstraksi padat - cair yang digunakan untuk memisahkan enalit yang terdapat pada padatan
yang menggunakan pelarut organik. Padatan yang akan diekstraksi, terlebih dahulu dilembutkan
dengan cara ditumbuk atau juga di iris - iris, kemudian padatkan yang telah halus dibungukus
dengan kertas saring. Padatan organik dimasukkan ke dalam labu alas bulat.
Kemudian alat ekstraksi soklet di rangkai dengan kondensor. Ekstraksi dilakukan dengan
memanaskan pelarut organik sampai semua analit terekstrak.
BAB VI
APLIKASI ALAT DI INDUSTRI
(ABSORPSI)
Demin Water
NaOH 33%
EDC
CO2
EDC
H2O (2NaHCO3)
Proses Kerja Alat Absorpsi
1. Feed masuk melalui nozoel in yang ada pada bagian bawah kolom, dan media
penyerap NaOH 33% dan Demin Water masuk. Kedua unsur masuk melalui tray
yang berbeda-beda tray 1 adalah Demin Water, 2 adalah NaOH 33%
2. Lalu Demin Water bertemu dengan NaOH 33% dan tercampur lalu terbawa
menuju ke dasar kolom.
3. Sebelum ke dasar kolom, campuran absorben berkontak dengan gas EDC & CO 3
didalam packing kolom.
4. Dalam packing terjadi kontak yang lama dan cukup luas dengan maksud
pengurangan CO2 yang memaksimalkan hanya 2.5%
5. Dalam berkontaknya dengan air, maka gas EDC pun ada sebagian yang
terembunkan yang bercampur dengan Demin Water dan NaOH 33% menjadi EDC
+ H2O (Na2CO3)
6. Dari hasil produk bawah, lalu dikembalikan kedalam menara melalui pump.
Dengan maksud agar penyerapan CO2 lebih maksimal dan sesuai dengan yang
diinginkan.
7. Gas yang tidak terlarutkan maka terus naik dan berkontak dengan produk bawah
dan terus naik menuju tray yang terdapat NaOH 33% dan berkontak dengannya.
8. Setelah berkontak dengan NaOH 33% pasti ada padatan atau serbuk yang terbawa
dengan gas. dan naik melalui tray terakhir yaitu tray yang terdapat Demin Water.
9. Dengan berkontaknya fase gas dengan Demin Water harapannya padatan atau
serbuk tersebut terembukan atau terlepaskan, dan gas keluar hanya mengandung
EDC dan CO2 maks 2,5% untuk diteruskan ke proses selanjutnya.
10. Selain produk bawah dikembalikan, ada juga sebagian produk bawah yang
dikeluarkan dan dipisahkan kembali antara liquid dengan Na2CO3. Dengan
penyaringan karena Na2CO3 akan membentuk endapan. Dan Liquid di alirkan ke
proses selanjutnya.