Anda di halaman 1dari 28

BAB I

DISTILASI

1. Pengertian
Distilasi atau penyulingan adalah suatu metode pemisahan bahan kimia berdasarkan
perbedaan kecepatan atau kemudahan menguap (volatilitas) bahan atau didefinisikan juga teknik
pemisahan kimia yang berdasarkan perbedaan titik didih. Dalam penyulingan, campuran zat
dididihkan sehingga menguap, dan uap ini kemudian didinginkan kembali ke dalam bentuk
cairan.

Zat yang memiliki titik didih lebih rendah akan menguap lebih dulu. Metode ini
merupakan termasuk unit operasi kimia jenis perpindahan massa. Penerapan proses ini
didasarkan pada teori bahwa pada suatu larutan, masing-masing komponen akan menguap pada
titik didihnya. Model ideal distilasi didasarkan pada Hukum Raoult dan Hukum Dalton.

Destilasi juga bisa dikatakan sebagai proses pemisahan komponen yang ditujukan untuk
memisahkan pelarut dan komponen pelarutnya. Hasil destilasi disebut destilat dan sisanya
disebut residu. Jika hasil destilasinya berupa air, maka disebut sebagai aquadestilata (disingkat
aquades). Pada suatu peralatan destilasi umumnya terdiri dari suatu kolom atau tray, reboiler
(pemanas), kondenser, Drum reflux, pompa, dan packed.

Prinsip dari proses ini adalah campuran yang akan dipisahkan, dimasukkan dalam alat
destilasi. Di bagian bawah alat terdapat pemanas yang berfungsi untuk menguapkan campuran
yang ada. Uap yang terbentuk akan mengalir ke atas dan bertemu cairan (destilat) di atas. Zat-zat
bertitik didih rendah dalam cairan akan teruapkan dan mengalir ke atas, sedangkan zat-zat
bertitik didih tinggi dalam uap akan kembali mengembun dan mengikuti aliran cairan ke bawah.
Salah satu pemisahan campuran ialah distilasi. Distilasi merupakan pemisahan campuran yang
didasarkan oleh perbedaan titik didih. Dalam mempelajari distilasi, kita harus lebih mengenal
tentang tekanan uap, titik didih, larutan lewat panas dan bumping dan diagram tekanan uap
campuran dua macam zat cair.
Pemisahan senyawa dengan destilasi bergantung pada perbedaan tekanan uap senyawa
dalam campuran. Tekanan uap campuran diukur sebagai kecenderungan molekul dalam
permukaan cairan untuk berubah menjadi uap. Jika suhu dinaikkan, tekanan uap cairan akan naik
sampai tekanan uap cairan sama dengan tekanan uap atmosfer. Pada keadaan itu cairan akan
mendidih. Suhu pada saat tekanan uap cairan sama dengan tekanan uap atmosfer disebut titik
didih.
Cairan yang mempunyai tekanan uap yang lebih tinggi pada suhu kamar akan mempnyai
titik didih lebih rendah daripada cairan yang tekanan uapnya rendah pada suhu kamar. Jika
campuran berair didihkan, komposisi uap di atas cairan tidak sama dengan komposisi pada
cairan. Uap akan kaya dengan senyawa yang lebih volatile atau komponen dengan titik didih
lebih rendah.
Jika uap di atas cairan terkumpul dan di dinginkan, uap akan terembunkan dan
komposisinya sama dengan komposisi senyawa yang terdapat pada uap yaitu dengan senyawa
yang mempunyai titik didih lebih rendah.

Jika suhu relative tetap, maka destilat yang terkumpul akan mengandung senyawa murni
dari salah satu komponen dalam campuran. Salah satu pemisahan campuran ialah distilasi.
Distilasi merupakan pemisahan campuran yang didasarkan oleh perbedaan titik didih. Dalam
mempelajari distilasi, kita harus lebih mengenal tentang tekanan uap, titik didih, larutan lewat
panas dan bumping dan diagram tekanan uap campuran dua macam zat cair.

1. Tekanan Uap
Tekanan Uap adalah suatu cairan yang ditambahkan oleh zat lain maka akan berubah. Hal
tersebut dijelaskan pada hukum Raoult, yaitu:

PA=XAPoA
PA= Tekanan uap Larutan
XA= Fraksi mol pelarut
PoA= Tekanan uap pelarut

2. Titik Didih
Titik didih adalah suhu dimana uap cairan sama dengan tekanan luar, sehingga di dalam seluruh
zat cair terjadi kecenderungan untuk berubah dari fasa cair kefasa uap. Titik didih normal ialah
titik didih zat cair yang di ukur pada tekanan udara 1 atm. Titik didih cairan murni berbeda
dengan titik didih campuran, yang oleh Raoult di buatkan koreksi:

Δt = Kd . m
Δt = Kenaikan titik didih
Kd= Konstanta kenaikan titik didih yang bergantung pada pelarutnya
m = molalitas zat terlarut

3. Larutan Lewat Panas dan “Bumping”


Pada proses mendidih, mula – mula akan terjadi gelembung uap yang kecil, gelembung ini
merupakan “benih” untuk terjadi gelembung uap yang lebih besar.. Kemudian naik ke
permukaan cairan dan lepas keluar dari cairan sehingga terbentuk uap. Jika proses pembentukan
gelembung teratur maka akan terjadi pendidihan yang teratur dan merata diseluruh bagian zat
cair. Namun jika pembentukan “benih” terhambat, maka ketika zat cair dipanaskan suhu akan
meningkat dengan cepat melampaui titik didihnya dan benih gelembung belum terjadi, suatu saat
jika terbentuk gelembung uap maka gelembung ini akan memiliki tekanan yang sangat besar,
maka dengan cepat gelembung tadi membesar, naik ke permukaan dan pecah dengan kuat.
Peristiwa ini menyebabkan pendidihan yang tidak teratur dimana cairan ikut memercik dengan
kuat karena pecahnya gelembung tersebut. Keadaan ini disebut “Bumping”

4. Diagram Tekanan Uap Campuran 2 Macam Zat Cair


Menurut hukum Raoult tekanan uap suatu senyawa sebanding dengan jumlah mol senyawa yang
terdapat dalam campuran. misalnya saja ada senyawa A dan B untuk tekanan parsial A :

PA=XAPoA
PA= Tekanan uap Larutan
XA= Fraksi mol pelarut
PoA= Tekanan uap pelarut
Sedangkan yang B :
PB=XBPoB
PB= Tekanan uap Larutan
XB= Fraksi mol pelarut
PoB= Tekanan uap pelarut

Lalu kita akan membuat pula fraksi mol uap yang dirumuskan :

XuA = Pa/(Pa+Pb)
untuk XuB sebaliknya
persamaan persamaan tersebutlah yang digunakan untuk membuat kurva tekanan uap campuran
dua zat cair yang ideal.

 Pembagian destilasi

1. Pembagian Destilasi berdasarkan prosesnya terbagi menjadi dua, yaitu :


 Destilasi kontinyu
 Destilasi batch

2. Berdasarkan basis tekanan operasinya terbagi menjadi tiga, yaitu :


 Destilasi atmosferi
 Destilasi vakum
 Destilasi tekanan

3. Berdasarkan komponen penyusunnya terbagi menjadi dua, yaitu :


 Destilasi system biner
 Destilasi system multi komponen

4. Berdasarkan system operasinya terbagi menjadi dua, yaitu :


 Single-stage Destillation
 Multi stage Destillation

 Fungsi dan Komponen alat pada destilasi

1. Labu distilasi

Sebagai wadah atau tempat suatu campuran zat cair yang akan didistilasi. Terdiri dari :
a) Labu dasar bulat
b) Labu erlenmeyer khusus untuk distilasi atau refluks.

2. Steel head
Sebagai penyalur uap / gas yang akan masuk ke pendingin, dan biasanya labu distilasinya
sudah dilengkapi dengan leher yang berfungsi sebagai steel head.

3. Thermometer
Digunakan untuk mengukur suhu uap zat cair yang didistilasi selama proses distilasi
berlangsung dan thermometer yang digunakan harus beskala suhu tinggi diatas titik didih zat cair
yang akan didistilasi dan ditempatkan pada labu distilasi atau steel head. 6

4. Kondensor
Memiliki 2 celah, yaitu celah masuk untuk aliran uap hasil reaksi dan celah keluar untuk
air keran.

5. Labu didih
Biasanya selalu berasa / keset yang berfungsi untuk sebagai wadah sampel. Contohnya
untuk memisahkan alkohol dan air.

6. Selang
Untuk menyalurkan air kedalam kondensor dan mengeluarkan air dari dalam kondensor

7. Batu didih
Untuk menyeimbangkan panas suatu sampel bahan kedalamnya.

 Macam macam destilasi

1. Destilasi sederhana
Destilasi sederhana digunakan untuk memisahkan zat cair yang titik didih nya rendah,
atau memisahkan zat cair dengan zat padat atau miniyak. Proses ini dilakukan dengan
mengalirkan uap zat cair tersebut melalui kondensor lalu hasilnya ditampung dalam suatu wadah,
namun hasilnya tidak benar-benar murni atau bias dikatakan tidak murni karena hanya bersifat
memisahkan zat cair yang titik didih rendah atau zat cair dengan zat padat atau minyak.

Destilasi sederhana adalah salah satu cara pemurnian zat cair yang tercemar oleh zat
padat/zat cair lain dengan perbedaan titik didih cukup besar, sehingga zat pencemar/pengotor
akan tertinggal sebagai residu. Destilasi ini digunakan untuk memisahkan campuran cair-cair,
misalnya air-alkohol, air-aseton, dll. Alat yang digunakan dalam proses destilasi ini antara lain,
labu destilasi, penangas, termometer, pendingin/kondensor leibig, konektor/klem, statif, adaptor,
penampung, pembakar, kaki tiga dan kasa.

2. Destilasi bertingkat (fraksionasi)


Destilasi bertingkat adalah proses pemisahan destilasi ke dalam bagian-bagian dengan
titik didih makin lama makin tinggi yang selanjutnya pemisahan bagian-bagian ini dimaksudkan
untuk destilasi ulang. Destilasi bertingkat merupakan proses pemurnian zat/senyawa cair dimana
zat pencampurnya berupa senyawa cair yang titik didihnya rendah dan tidak berbeda jauh dengan
titik didih senyawa yang akan dimurnikan. Dengan perkataan lain, destilasi ini bertujuan untuk
memisahkan senyawa-senyawa dari suatu campuran yang komponen-komponennya memiliki
perbedaan titik didih relatif kecil. Destilasi ini digunakan untuk memisahkan campuran aseton-
metanol, karbon tetra klorida-toluen, dll.
Pada proses destilasi bertingkat digunakan kolom fraksinasi yang dipasang pada labu
destilasi. Tujuan dari penggunaan kolom ini adalah untuk memisahkan uap campuran senyawa
cair yang titik didihnya hampir sama/tidak begitu berbeda. Sebab dengan adanya penghalang
dalam kolom fraksinasi menyebabkan uap yang titik didihnya sama akan sama-sama menguap
atau senyawa yang titik didihnya rendah akan naik terus hingga akhirnya mengembun dan turun
sebagai destilat, sedangkan senyawa yang titik didihnya lebih tinggi, jika belum mencapai harga
titik didihnya maka senyawa tersebut akan menetes kembali ke dalam labu destilasi, yang
akhirnya jika pemanasan dilanjutkan terus akan mencapai harga titik didihnya. Senyawa tersebut
akan menguap, mengembun dan turun/menetes sebagai destilat.
Proses ini digunakan untuk komponen yang memiliki titik didih yang berdekatan. Pada
dasarnya sama dengan destilasi sederhana, hanya saja memiliki kondensor yang lebih banya
sehingga mampu memisahkan dua komponen yang memliki perbedaan titik didih yang
bertekanan. Pada proses ini akan didapatkan substan kimia yang lebih murni, kerena melewati
kondensor yang banyak.

3. Destilasi azeotrop
Distilasi Azeotrop digunakan dalam memisahkan campuran azeotrop (campuran
campuran dua atau lebih komponen yang sulit di pisahkan), biasanya dalam prosesnya digunakan
senyawa lain yang dapat memecah ikatan azeotrop tsb, atau dengan menggunakan tekanan
tinggi. Azeotrop merupakan campuran 2 atau lebih komponen pada komposisi tertentu dimana
komposisi tersebut tidak bisa berubah hanya melalui distilasi biasa. Ketika campuran azeotrop
dididihkan, fasa uap yang dihasilkan memiliki komposisi yang sama dengan fasa cairnya.
Campuran azeotrop ini sering disebut juga constant boiling mixture karena komposisinya yang
senantiasa tetap jika campuran tersebut dididihkan.

Untuk lebih jelasnya, perhatikan ilustrasi berikut :


Titik A pada pada kurva merupakan boiling point campuran pada kondisi sebelum
mencapai azeotrop. Campuran kemudian dididihkan dan uapnya dipisahkan dari sistem
kesetimbangan uap cair (titik B). Uap ini kemudian didinginkan dan terkondensasi (titik C).
Kondensat kemudian dididihkan, didinginkan, dan seterusnya hingga mencapai titik azeotrop.
Pada titik azeotrop, proses tidak dapat diteruskan karena komposisi campuran akan selalu tetap.
Pada gambar di atas, titik azeotrop digambarkan sebagai pertemuan antara kurva saturated vapor
dan saturated liquid. (ditandai dengan garis vertikal putus-putus Etanol dan air membentuk
azeotrop pada komposisi 95.6%-massa etanol pada keadaan standar.

4.Destilasi vakum(destilasi tekanan rendah)


Destilasi ini digunakan untu zat yang tak tahan suhu tinggi atau bias rusak pada
pemansan yang tinggi. Sehingga dengan menurunan tekanan maka titik didih juga akan menurun,
maka destilasi yang tadinya harus dilakukan pada suhu tinggi tetap dapat dilakukan pada suhu
rendah dengan menurunkan tekanan.

5. Destilasi uap
Untuk memurnikan zat/senyawa cair yang tidak larut dalam air, dan titik didihnya cukup
tinggi, sedangkan sebelum zat cair tersebut mencapai titik didihnya, zat cair sudah terurai,
teroksidasi atau mengalami reaksi pengubahan (rearranagement), maka zat cair tersebut tidak
dapat dimurnikan secara destilasi sederhana atau destilasi bertingkat, melainkan harus didestilasi
dengan destilasi uap.
Destilasi uap adalah istilah yang secara umum digunakan untuk destilasi campuran air
dengan senyawa yang tidak larut dalam air, dengan cara mengalirkan uap air ke dalam campuran
sehingga bagian yang dapat menguap berubah menjadi uap pada temperatur yang lebih rendah
dari pada dengan pemanasan langsung. Untuk destilasi uap, labu yang berisi senyawa yang akan
dimurnikan dihubungkan dengan labu pembangkit uap (lihat gambar alat destilasi uap).
Uap air yang dialirkan ke dalam labu yang berisi senyawa yang akan dimurnikan,
dimaksudkan untuk menurunkan titik didih senyawa tersebut, karena titik didih suatu campuran
lebih rendah dari pada titik didih komponen-komponennya.
BAB II
ABSORPSI
1. PENGERTIAN
Absorpsi adalah proses pemisahan bahan dari suatu campuran gas dengan cara
pengikatan bahan tersebut pada permukaan absorben cair yang diikuti dengan pelarutan.

2. MACAM MACAM ABSORPSI

 Absorpsi Fisika

Absorbsi fisik merupakan absorbsi dimana gas terl-arut dalam cairan penye-rap tidak
disertai dengan reaksi kimia. Penyerapan terjadi karena adanya interaksi fisik, difusi gas ke
dalam air, atau pela-rutan gas ke fase cair.

Contoh : Absorbsi gas H2S dengan air, meta-nol, propilen, dan kar-bonat.

 Absorpsi Kimia

Absorbsi kimia merupa-kan absorbsi dimana gas terlarut didalam larutan penyerap
disertai dengan adanya reaksi kimia.

Contoh absorbsi ini adalah absorbsi dengan adanya larutan MEA, NaOH, K2CO3, dan
sebagainya

ABSORBEN

Absorben adalah cairan yang dapat melarutkan bahan yang akan diabsorpsi
pada permukaannya, baik secara fisik maupun secara reaksi kimia. Absorben sering juga disebut
sebagai cairan pencuci.
 Memiliki daya melarut-kan bahan yang akan di-absorpsi yang sebesar mungkin
(kebutuhan a-kan cairan lebih sedikit, volume alat lebih kecil).
 Selektif
 Memiliki tekanan uap yang rendah
 Tidak korosif.
 Mempunyai viskositas yang rendah
 Stabil secara termis.
 Murah
3. SIFAT SIFAT ABSORBEN

1. Absorben yang baik harus memiliki daya larut yang tinggi terhadap komponen yang
hendak ditransfer (solut). Kelarutan yang tinggi dapat dicapai dengan melibatkan reaksi
kimia, namun jika digunakan reaksi kimia, reaksi tersebut harus reversibel pada suhu
tinggi, sehingga solut dapat diambil lagi dari absorben.
2. Absorben semestinya bersifat non-volatil, untuk mengurangi hilangnya absorben bersama
gas.
3. Absorben juga harus murah, karena hilangnya sejumlah absorben tidak terhindarkan.
4. Absorben harus bersifat non-korosif, inert, kecuali terhadap solut.
5. Memiliki viskositas yang rendah pada kondisi operasi.
6. Memiliki titik beku rendah.

KOLOM ABSORPSI
Adalah suatu kolom atau tabung tempat terjadinya proses pengab-
sorbsi(penyerapan/penggumpalan) dari zat yang dilewatkan di kolom/tabung tersebut.

PRINSIP KERJA KOLOM ABSORPSI


Campuran gas yang merupakan keluaran dari reaktor dium-pankan kebawah menara
absorber. Didalam absorber terjadi kontak antar dua fasa yaitu fasa gas dan fasa cair
mengakibatkan perpindahan massa difusional dalam umpan gas dari bawah menara ke dalam
pelarut air sprayer yang diumpankan dari bagian atas menara. Peristiwa absorbsi ini terjadi pada
sebuah kolom yang berisi packing dengan dua tingkat. Keluaran dari absorber pada tingkat I
mengandung larutan dari gas yang dimasukkan tadi.
MODEL ATAU JENIS KOLOM

 Menara Sembur terdiri dari sebuah menara, dimana dari puncak menara cairan
disembur-kan dengan menggunakan nosel semburan.
 Tetes - tetes
cairan akan
bergerak ke
bawah karena
gravitasi, dan
akan berkontak
dengan arus gas
yang naik ke
atas (lihat
gambar
samping).

 Nosel semburan
dirancang untuk
membagi cairan kecil - kecil. Makin kecil ukuran
tetes cairan, makin besar kecepatan transfer massa.
Tetapi apabila ukuran tetes cairan terlalu kecil, tetes
cairan dapat terikut arus gas keluar.

Menara sembur biasanya digunakan umtuk transfer massa gas yang sangat mudah larut.

 Menara Gelembung terdiri dari sebuah menara, dimana


di dalam menara tersebut gas didispersikan dalam fase
cair dalam bentuk gelembung.

 Transfer massa terjadi pada waktu gelembung terbentuk


dan pada waktu gelembung naik ke atas melalui cairan
(gambar samping).

 Menara gelembung diguna-kan untuk transfer massa gas


yang relatif sukar larut.

 Gelembung dapat dibuat misalnya dengan pertolongan


distributor pipa, yang ditemp-atkan mendatar pada dasar
menara.
 Menar
a Pelat
adalah
menara
yang
secara
luas
telah

digunakan dalam industri. Menara ini mem-


punyai sejumlah pelat dan fasi-litas yang ada
pada setiap pelat, maka akan diperoleh kontak
yang sebaik-baiknya antara fase cair dengan
fase gas.

 Fasilitas ini dapat berupa topi gelembung (bubble caps) atau lu-bang ayak (sieve),
gambar sam-ping. Pada pelat topi gelembung
dan lubang ayak, gelembung-gelembung gas
akan terbentuk.

 Transfer massa antar fase akan terjadi pada waktu gelembung gas terbentuk dan pada
waktu gelembung gas naik ke atas pada setiap
pelat. Cairan akan mengalir dari atas ke bawah
melintasi pelat di dalam kolom.
 Menara Paking adalah menara yang diisi dengan
bahan pengisi, (gambar di samping).

 Adapun fungsi bahan pengisi ialah untuk memperluas


bidang kontak antara kedua fase.

 Bahan pengisi yang banyak digunakan antara lain


cincin rasching, cincin lessing, cincin partisi, sadel
bell, sadel intalox dan cicin pall.

 Di dalam menara ini, cairan akan mengalir ke bawah


melalui per-mukaan bawah pengisi, sedang-kan gas
akan mengalir ke atas secara arus berlawanan, melalui
ruang kosong yang ada diantara bahan pengisi.

PERSYARATAN ISIAN MENARA


 Tidak bereaksi dengan fluida di dalam menara
 Mengandung cukup banyak laluan untuk kedua arus tanpa terlalu banyak zat cair yang
terperangkap (hold up) atau menyebabkan penu-runan tekanan terlalu tinggi
 Memungkinkan terjadinya kontak yang memu-askan antara zat cair dan gas
 Cukup kuat, serta tidak terlalu mahal

VARIABEL YANG BERPENGARUH PADA PROSES ABSORPSI


 Tinggi, diameter kolom
 Tinggi, jenis packing
 Laju alir gas dan cairan
 Konsentrasi cairan
 Lamanya waktu kontak (proses absorpsi)
 Temperatur
BAB III
STRIPPING

Stripping adalah proses pemisahan solute dalam solvent (fase liquid).


proses pemisahan fisik di mana satu atau lebih komponen dikeluarkan dari aliran cairan oleh
aliran uap.
Dalam aplikasi industri aliran cairan dan uap dapat memiliki arus arus atau arus
berlawanan.
Pemisahan ini berdasarkan beda Titik Didih antar fraksi dalam campuran. Stripping adalah
proses kebalikan dari absorbs. Namun prinsipnya sama dengan absorbsi.

Prinsip kerja proses stripping


Jenis proses stripping:

1. Stripper Dengan Injeksi Steam


 Jenis ini bertujuan untuk menurunkan tekanan partial diatas permukaan cairan, sehingga
fraksi ringan yang terikut ke dasar kolom
 Stripper akan lebih mudah menguap dan kembali ke kolom fraksinasi

2. Stripper Dengan Reboiler


 Merupakan proses pemanasan kembali pada aliran bottom kolom strippe, jenis ini
bertujuan agar terjadinya penguapan. Uap dalam reboiler mempunyai Specific
Gravity (SG) yang lebih rendah dari pada SG cairan di dasar stripper , cairan di
dasar stripper akan mendorong uap kembali ke stripper dan seterusnya menguap
kembali ke kolom fraksinasi.

CONTOH APLIKASI STRIPPER DENGAN REBOILER:

 Pemanas ini dilakukan pada stripper fraksi diesel dengan tujuan agar terjadi penguapan,
karena uap dari dalam reboiler memiliki SG (Specific gravity) yang lebih rendah jika
dibandingkan dengan cairan yang berada di dasar kolom stripper, Sehingga uap yang
dimasukkan ke dalam dasar kolom akan membuat cairan mendorong uap (fraksi ringan)
ke atas dan dimasukkan kembali ke dalam kolom destilasi.
3. Stripper dengan Dapur Reboiler
Bentuknya seperti dapur untuk memanaskan fluida cair dari dasar stripper yang
masih banyak mengandung fraksi fraksi ringan yang tidak dikehendaki. Dengan bantuan
pompa cairan dilewatkan melalui dapur dan dipanaskan sampai suhu tertentu, sehingga
fraksi ringan yang tidak dikehendaki didalam produk akan teruapkan melalui
puncak stripper . Dengan menguapkan fraksi ringan maka produk dari dasar stripper flash
pointnya akan naik.

4. Stripper dengan Thermosiphon Reboiler


Digunakan pada unit yang mempunyai produk dengan temperatur yang masih tinggi
sehingga panasnya dimanfaatkan untuk reboiler.

Bagian dari alat Stripping :

a. Tray, Bagian ini berfungsi sebagai alat pengontak antar fraksi ringan dan berat, sehingga
terjadi proses pemisahan. Tray terdiri dari beberapa macam yaitu bubble cup, sive plate, valve
plate dan flexi plate. Setiap jenis-jenis plate memiliki kelebihan serta kekutangan tertentu, tetapi
tray yang paling banyak digunakan ialah bubble cup
b. Weir, Merupakan salah satu alat yang berupa potongan plate yang berfungsi untuk
mempertahankan tinggi permukaan di bawah down comer, agar ujung bawah down comer cukup
hanya tercelup kedalam cairan, sehingga bertindak sebagai seal atau perapat untuk uap yang akan
naik ke atas.

c. Down Comer, Alat ini berfungsi untuk mengalirkan cairan dari atas yang menuju ke plate
yang adah dibawahnya. Down comer terdiri dati dua macam yaitu down comer yang berbentuk
pipa serta dawn comer yang berbentuk saluran pencurah. Untuk mencegah mengalirnya uap
hidrokarbon keatas melalui sungkup down comer maka down comer harus memiliki seal yang
cukup atau ujung down comer cukup tercelup kedalam cairan yang berada pada plat
dibawahnya..

d. Tab, Merupakan kaki dari cap yang berfungsi untuk menahan valve tray agar tidak terlepas
dari plate.

e. Support Ring, Berfungsi sebagai tempat dudukan plate.

Faktor Yang Mempengaruhi dalam proses stripping:

Si = Ki V / L

Dimana :
K : Rasio Kesetimbangan uap / cair
V : Laju aliran uap yang memasuki kolom
L : Laju aliran cairan yang memasuki kolom Temperatur dan Tekanan

Contoh aplikasi Stripping pada pabrik pembuatan asam nitrat:

– Uap mengalir dari bagian bawah kolom.


– Larutan yang masih mengandung zat terlarut yang volatil dialirkan dari atas kolom.
– Kontak di tray antar uap-cair.
– Produk yang dimurnikan akan keluar pada bagian bawah kolom.

Air stripping tower use :


BAB IV
ADSORPSI
1. Pengertian

Peristiwa adsorpsi merupakan peristiwa dimana suatu zat menarik zat lain yang berada di
sekitarnya untuk berinteraksi dan berikatan dengan zat tersebut. Proses adsorpsi ini dapat terjadi
antara zat yang berada dalam satu fase seperti padat dengan padat atau zat yang berbeda fase
misalnya padat dengan cair.
Sedangkan peristiwa yang berkebalikan dengan adsorpsi yaitu desorpsi yang merupakan
proses pelepasan suatu materi dari material lain. Adanya peristiwa adsorpsi ini akan membuat zat
yang awalnya menyebar ke lingkungan menjadi terkumpul dan terikat pada satu media adsorpsi
yang dinamakan sebagai adsorben dimana material adsorben ini memiliki kemampuan dalam
menarik zat lain yang cocok untuk berinteraksi dengan material tersebut. Sedangkan zat lain
yang tertarik atau terikat ke dalam material adsorben dinamakan sebagai adsorbat.

Terjadinya adsorpsi melibatkan interaksi antar permukaan pada suatu molekul dimana material
adsorben memiliki permukaan dengan tendensi untuk menarik material lain sehingga material
adsorbat yang telah terikat akan menempel pada permukaan adsorben. Proses adsorpsi ini banyak
dimanfaatkan dalam bidang kimia seperti sebagai katalis, sebagai penjernih air, dan mengurangi
pencemaran pada air.

Jika kita berbicara tentang adsorpsi, kita juga mengenal istilah absorpsi. Pada dasarnya kedua
peristiwa ini mirip hanya saja adsorpsi melibatkan pengikatan molekul pada lapisan paling atas
dari material adsorben. Sedangkan pada absorpsi, pengikatan atau penempelan molekul
cenderung lebih dalam hingga menembus lapisan dari material adsorben. Oleh karena itu, pada
umumnya peristiwa absorpsi memiliki kekuatan ikatan yang lebih tinggi.

2. Prinsip Kerja Adsorpsi


Terjadinya adsorpsi dikarenakan adanya ketidakstabilan atau dalam bahasa ilmiah dinamakan
residual forces pada permukaan suatu zat adsorben dimana adanya kestabilan itu membuatnya
cenderung berikatan dengan zat lain yang cocok untuk mencapai kestabilan. Maka dari itu, pada
umumnya material adsorben memiliki gugus yang dinamakan dengan sisi aktif dimana gugus ini
berperan penting pada proses adsorpsi yaitu dalam berinteraksi dengan molekul adsorbat.

Selain adanya interaksi ini, adsorpsi juga bisa disebabkan karena keberadaan rongga atau pori
pada material adsorben. Material seperti karbon aktif dan zeolit merupakan material berpori yang
memiliki luas permukaan besar di dalamnya. Akibatnya, adsorbat dapat masuk ke dalam pori dan
memenuhi rongga yang ada sehingga akan terjebak di dalam pori tersebut.
Selanjutnya material yang telah berada dalam adsorben dapat distabilkan posisinya dengan
berbagai interaksi seperti ikatan hidrogen, interaksi dipol, interaksi elektrostatik, interaksi van
der waals, dan lain sebagainya.

3. Jenis Adsorpsi
Adapun beragam macam adsorpi dan penjelasan ini antara lain adalah sebagai berikut;

a. Fisisorpsi
Fisisorpsi merupakan salah satu jenis adsorpsi yang didasarkan pada interaksi yang terjadi
antara adsorbat dengan adsorben. Pada adsorpsi secara fisika, adsorbat akan ditarik oleh
adsorben dan keduanya akan mengalami interaksi secara fisika seperti adanya gaya tarik menarik
akibat interaksi van der waals.

Namun pada fisisorpsi ini tidak sampai melibatkan terjadinya ikatan antara molekul adsorben
dengan adsorbat. Akibatnya yaitu karena tidak adanya ikatan antara keduanya, maka interaksi
adsorben dan adsorbat cenderung lemah dan jenis adsorpsi ini cenderung lebih mudah untuk
terjadinya desorpsi.

b. Kemisorpsi
Kemisorpsi adalah jenis lain dari adsorpsi yang merupakan adsorpsi dengan interaksi kimia.
Pada kemisorpsi, antara molekul adsorben dan adsorbat mengalami peristiwa ikatan kimia.
Adanya ikatan kimia antara adsorben dan adsorbat akan membuat interaksi kedua material ini
lebih kuat.

Akibatnya, untuk melepaskan molekul adsorbat dari material adsorben cenderung lebih susah
dan membutuhkan energi yang lebih tinggi daripada fisisorpsi. Maka dari itu jenis kemisorpsi ini
banyak diaplikasikan untuk tujuan tertentu karena sifat ikatannya yang cenderung kuat.

4. Faktor yang Mempengaruhi Adsorpsi


Faktor yang bisa menjadi pendorong terjadinya adsorpi ini, antara lain adalah sebagai berikut;

a. Aktivasi Adsorben
Sebelum suatu material dapat digunakan sebagai adsorben, material tersebut perlu dilakukan
treatment yang dinamakan sebagai aktivasi. Proses aktivasi ini bertujuan untuk membuat
material adsorben tersebut memiliki kemampuan untuk menyerap zat lain. Aktivasi pada
umumnya dilakukan dengan menghilangkan guest yang ada pada pori atau rongga adsorben
sehingga didapatkan material adsorben dengan rongga kosong dan memungkinkan untuk diisi
dengan adsorbat yang diinginkan.
Proses aktivasi dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti dengan pemanasan untuk
menguapkan zat guest atau dengan metode pencucian asam kuat untuk melarutkan material guest
pada adsorben.

b. Luas Permukaan Adsorben


Surface area atau luas permukaan juga memiliki peran penting dalam proses adsorpsi karena
peristiwa ini melibatkan permukaan dari adsorben. Semakin luas permukaan suatu material
adsorben, maka material itu akan memiliki kapasitas adsorpsi yang semakin besar. Hal itu karena
semakin luas permukaan menandakan bahwa material itu memiliki peluang lebih banyak untuk
berinteraksi dengan adsorbat.

c. Waktu Kontak
Pada umumnya, semakin lama kita mencampurkan adsorben dengan adsorbat maka interaksi
yang terjadi juga akan semakin besar. Hal itu dikarenakan pada proses adsorpsi, terkadang
adsorbat harus melalui difusi dimana proses ini juga memerlukan waktu. Oleh karena itu dengan
waktu yang cukup, maka proses difusi yang sempurna akan meningkatkan kapasitas adsorpsi
suatu zat.

d. Pengaruh Temperatur
Suhu lingkungan juga berpengaruh pada proses adsorpsi karena pada dasarnya adsorpsi
mengikuti prinsip Le-Chatelier pada kesetimbangan kimia dimana semakin tinggi suhu maka
proses adsorpsi akan menurun sedangkan pada suhu rendah maka reaksi akan cenderung ke arah
kanan.

e. Pengaruh Tekanan
Pengaruh tekanan ini biasa terjadi pada adsorpsi molekul gas dimana kenaikan tekanan
adsorbat dalam hal ini yaitu gas, maka akan meningkatkan kemampuan adsorpsi dari adsorben.

Hal itu karena pada tekanan tinggi suatu molekul cenderung dipaksa untuk menempati ruang
sempit, yang akan terjadi yaitu molekul akan lebih mudah masuk ke dalam rongga atau pori
adsorben ketika diberi tekanan tinggi.

5. Fakta Mengenai Proses Adsorpsi


Untuk beragam fakta yang menjadi ciri adsorpi dalam kimia ini, antara lain sebagai
berikut;

a. Adsorpsi Terjadi Secara Spontan


Seperti yang kita tahu bahwa ketika suatu peristiwa itu terjadi secara spontan, itu berarti
peristiwa tersebut dapat terjadi tanpa memerlukan energi tertentu dan dapat terjadi dengan
sendirinya. Reaksi yang spontan menandakan bahwa reaksi tersebut memiliki nilai energi gibs
negatif.

Dalam adsorpsi, proses spontan ini menunjukkan bahwa material adsorben dapat menyerap
adsorbat dengan mudah tanpa membutuhkan bantuan energi lain.

b. Adsorpsi Merupakan Proses Eksotermik


Selain terjadi secara spontan, proses adsorpsi ini juga dikatakan sebagai proses
eksotermik. Dalam pengertian termokimia telah dipelajari bahwa proses eksotermik menandakan
bahwa reaksi itu terjadi dengan disertai pelepasan energi dan menghasilkan panas pada
prosesnya.

Peristiwa adsorpsi juga demikian, ketika adsorben bertindak menyerap adsorbat dan
membentuk interaksi antara kedua molekul ini maka akan terjadi pelepasan energi dengan
jumlah tertentu dan didapatkan suhu yang lebih tinggi dari lingkungannya.

Contoh Aplikasi Adsorpsi


Untuk contoh penggunaan adsorpi ini, antara lain adalah sebagai berikut;

c. Penyerap Racun dari Norit


Norit merupakan suatu material yang tersusun dari bahan karbon aktif. Seperti yang kita
tahu bahwa karbon aktif adalah material berpori yang memiliki kapasitas adsorpsi sangat baik.
Norit digunakan sebagai adsorben untuk menyerap atau mengadsorpsi racun, gas, dan zat yang
tidak dibutuhkan di dalam perut dan kemudian akan dibuang.

d. Penjernih Air dari Tawas


Tawas adalah material aluminium sulfat yang juga memiliki kapasitas adsorpsi tinggi.
Material tawas ini banyak digunakan sebagai penjernih air dimana dalam air material ini
memiliki kemampuan untuk menyerap zat lain seperti pengotor, zat warna, serta pencemar lain
dalam air.

e. Penghilang Logam Berat


Adsorpsi juga dikembangkan untuk mengatasi masalah pencemaran pada air limbah
industri yang mengandung logam berat dan memiliki potensi berbahaya dalam mencemari
lingkungan. Inovasi yang ada yaitu dengan mengadsorpsi logam berat dalam air tersebut
menggunakan material adsorben yang efektif.

Telah banyak dikembangkan material adsorben untuk mengurangi pencemaran logam


berat dalam air seperti menggunakan karbon nano tube, zeolit alam, karbon aktif, dan lain lain.
BAB V
EKSTRAKSI

1. Pengertian
Ekstraksi adalah suatu proses pemisahan suatu zat berdasarkan perbedaan kelarutannya
terhadap dua cairan tidak saling larut yang berbeda, biasanya air dan yang
lainnya pelarut organik.
Proses ekstraksi dapat berlangsung pada:

 Ekstraksi parfum, untuk mendapatkan komponen dari bahan yang wangi.

 Ekstraksi cair-cair atau dikenal juga dengan nama ekstraksi solven. Ekstraksi jenis ini
merupakan proses yang umum digunakan dalam skala laboratorium maupun skala industri.

 Leaching, adalah proses pemisahan kimia yang bertujuan untuk memisahkan


suatu senyawa kimia dari matriks padatan ke dalam cairan.

2. Prinsip Dasar Ekstraksi

Prinsip dasar dari ekstraksi yakni memanfaatkan perbedaan kelarutan dari zat yang akan
diekstrak. Maka kemudian pada senyawa yang akan diekstrak dilarutkan ke dalam pelarut.
Namun pada pelarut yang akan digunakan yakni mempunyai kemampuan untuk melarutkan
senyawa yang diinginkan. Seperti dalam contoh sebelumnya, apabila ingin mengambil
kandungan caffeinne pada kopi bubuk, maka menggunakan pelarut air yang dapat melarutkan
caffeinne.

Dasar dari teknik ini menggunakan pengetahuan yang sederhana, dimana kita bisa
memisahkan sebuah senyawa dari senyawa lain berdasarkan dari kelarutan pada pelarut tertentu.
Teknik ini dalam perkembangannya, menggunakan pemahaman yang lebih teentang kelarutan
senywa pada sebuah pelarut. Seperti yang sudah diketahui, bahwa caffeinne akan lebih larut ke
dalam air apabila dalam temperatur yang tinggi. Sebab itulah dipakai air panas.

Memanipulasi temperatur bisa menyebabkan kelarutan berkurang maupun bertambah.


Jadi langkah yang digunakan dalam mengkondisikan pelarutnya atau sistemnya kita bisa
mengatur kelarutan suatu senyawa dalam pelarut. Sehingga melarutkan ataupun memisahkan
senyawa bisa dilakukan dengan menggunakan teknik ekstraksi tertentu.
3. Contoh aplikasi ekstraksi

 Pemurnian asam zat


 Pemisahan kandungan senyawa dalam tanaman (minyak non-atsitri, antioksidan, zat
antimakan, pastisida, nabati dan lainnya.
 Pembuatan biodiesel

4. Macam-Macam Ekstrasi

 Ekstraksi Kelat
Ialah ekstrakssi ion logam yang berlangsung melalui mekanisme pembentukan kelat.

Contoh : EkstraksiUranium yang menggunakan8-Hidroksi Quinolin pada Kloform atau Fe


dengan distizon pada pelarut CCl4

 Ekstraksi Solvasi
ialah ekstraksii dimana zat yang dekstraksi disolvasikan ke fasa organik.

Contoh ekstrakssi Fe(ll) dari asam klorida dengan Dietil eter atau ekstraksi uranium dari media
asam nitrat dengan Tributil Phosfat. Kedua ekstrakssi dapat terjadi karena solvasi logam ke fasa
organik

 Ekstraksi Pembentukan Pasangan Ion


Ekstrakssi ini berlangsung melalui pembentukan senyawa netral (yang tidak bermuatan)
kemudian diekstraksi ke fasa organik

Contoh Ekstrakssi Scandium atau Uranium dengan Trioktil Amina. Pada ekstrakssi ini terbentuk
senyawa netral antara Uranium atau Scandium dalam larutan asam dengan amina mempunyai
berat molekul besar

 Ekstraksi Sinergis (efek saling memperkuat)


Adanya keadaan ini yakni disebabkan oleh terjadinya penambahan suatu pelarut pengekstraksi
yang lain kepada sistem ekstrakssi.
Contoh ekstrakssi uranium dengan Tributil Phosfat (TBP) bersama-sama dengan 2-Thenoyl
Trifluoro Aceton (TTA). Yangmana dari tiap-tiap bisa mengekstraksi uranium tetapi dengan
menggunakan campuran dari dua pelarut tersebut dapat terjadi kenaikkan pada hasil ekstrakssi.

5. Metode Ekstraksi
Berdasarkan dari proses melakukannya, ekstraksii bisa dikelompokan menjadi 3 bagian
yaitu

 Ekstraksi cair – cair (Ekstraksi pelarut)


 Ekstraksi padat – cair (Leaching)
 Ekstraksi super kritis.

Macam metode ekstraksi


 Maserasi merupakan proses yang sederhana yaitu dengan menggunakan pelarut dan
pengadukan beberapa kali dalam suhu kamar.
 Digesti ialah pengadukan kontinue/ maserasi kinetik pada suhu antara 40-50 derajat.
 Sokletasi merupakan ekstrakssi yang menggunakan pelarut yang selalu baru dengan
bantuan alat khusus serta pengadukan yang secara berkelanjutan.
 Perkolasi ialah merupakan suatuektrakssi yang dilakukan dengan penggunaan pelarut
pada bahan yang akan diekstrak.
 Refluks ialah merupakan suatu ektraksi yang dilakukan dengan cara pemanasan sehingga
mencapai titik didih tertentu.
 Infus merupakan ekstraksii dengan menggunakan air sebagai pelarut pada proses
pemanasan.
 Dekok ialah proses infus, hanya saja dilakukan pada waktu yang lebih lama.
 Destilasi uap, merupakan ekstraksi yang dilakukan dengan cara melakukan penguapan.

Istilah-istilah umum dalam ekstraksi :


 Material ekstraksi : bahan yang akan di ekstraksi
 Solven (media ekstraksi) : suatu zat cair yang dapat melakukan ekstraksi.
 Ekstrak : material yang dipisahkan dari zat pembawanya.
 Rafinat (residu) : material yangsudah di ekstraksi.
 Diluen : cairan pembawa.
 Ekstraktor : alat ekstraksi.
 Estraksi padat-cair : ekstraksi dari bahan padat.
 Ektraksi cair-cair (ekstraksi pelarut) : ekstraksi dari bahan cair.

Sifat - Sifat Pelarut :


 Selektif, hanya dapat melarutkan konstituen yang kita inginkan.
 Sulubilitas, mampu melarutkan atau mengekstraksi dalam jumlah yang banyak.
 kemampuan memisahkan.
 Densitas yang berbeda.
 Reaktifitas, pelarut tudak boleh bereaksi dengan zat yang diambil .
 Titik didih dapat bereaksi dengan bahan yang diekstraksi.
 Murah.
 Tidak beracun, eksplosif dan korosif.

Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi :


 Ukuran partikel
 Jenis pelarut
 Temperatur
 Pencampuran

Ekstraksi padat - cair yang digunakan untuk memisahkan enalit yang terdapat pada padatan
yang menggunakan pelarut organik. Padatan yang akan diekstraksi, terlebih dahulu dilembutkan
dengan cara ditumbuk atau juga di iris - iris, kemudian padatkan yang telah halus dibungukus
dengan kertas saring. Padatan organik dimasukkan ke dalam labu alas bulat.

Kemudian alat ekstraksi soklet di rangkai dengan kondensor. Ekstraksi dilakukan dengan
memanaskan pelarut organik sampai semua analit terekstrak.
BAB VI
APLIKASI ALAT DI INDUSTRI
(ABSORPSI)

PT Asahimas Chemical (ASC)

Plant Oxychlonation (EDC)

Feed In : EDC & CO2 Fase Gas


Feed Out : EDC & CO2 (Max = 2,5%) Fase Gas
Media Penyerap : Demin Water & NaOH (33%) Liquid & Padatan atau Pelet
Hasil Penyerapan : EDC & H2O (Mengandung Na2CO3) Fase Liquid
Kolom : Packing & Tray
Packing : RaschingRing
Tray : Bubble-Cap Tray

Reaksi yang terjadi adalah CO2 + 2 NaOH Na2CO3 + H2O


Namun yang dihasilkan adalah Na2CO3 yang dapat terjadinya endapan pada proses maka
dilakukannya CO2 + Na2CO3 + H2O 2NaHCO3
EDC
CO2 (2,5%)

Demin Water

NaOH 33%

EDC
CO2

EDC
H2O (2NaHCO3)
Proses Kerja Alat Absorpsi

1. Feed masuk melalui nozoel in yang ada pada bagian bawah kolom, dan media
penyerap NaOH 33% dan Demin Water masuk. Kedua unsur masuk melalui tray
yang berbeda-beda tray 1 adalah Demin Water, 2 adalah NaOH 33%
2. Lalu Demin Water bertemu dengan NaOH 33% dan tercampur lalu terbawa
menuju ke dasar kolom.
3. Sebelum ke dasar kolom, campuran absorben berkontak dengan gas EDC & CO 3
didalam packing kolom.
4. Dalam packing terjadi kontak yang lama dan cukup luas dengan maksud
pengurangan CO2 yang memaksimalkan hanya 2.5%
5. Dalam berkontaknya dengan air, maka gas EDC pun ada sebagian yang
terembunkan yang bercampur dengan Demin Water dan NaOH 33% menjadi EDC
+ H2O (Na2CO3)
6. Dari hasil produk bawah, lalu dikembalikan kedalam menara melalui pump.
Dengan maksud agar penyerapan CO2 lebih maksimal dan sesuai dengan yang
diinginkan.
7. Gas yang tidak terlarutkan maka terus naik dan berkontak dengan produk bawah
dan terus naik menuju tray yang terdapat NaOH 33% dan berkontak dengannya.
8. Setelah berkontak dengan NaOH 33% pasti ada padatan atau serbuk yang terbawa
dengan gas. dan naik melalui tray terakhir yaitu tray yang terdapat Demin Water.
9. Dengan berkontaknya fase gas dengan Demin Water harapannya padatan atau
serbuk tersebut terembukan atau terlepaskan, dan gas keluar hanya mengandung
EDC dan CO2 maks 2,5% untuk diteruskan ke proses selanjutnya.
10. Selain produk bawah dikembalikan, ada juga sebagian produk bawah yang
dikeluarkan dan dipisahkan kembali antara liquid dengan Na2CO3. Dengan
penyaringan karena Na2CO3 akan membentuk endapan. Dan Liquid di alirkan ke
proses selanjutnya.

Anda mungkin juga menyukai