Anda di halaman 1dari 6

PPKN BAB 9

Bagian Klasifikasi Budaya Politik

Kelompok 2
Aam Siti Akmaliah
Ari Nurdiana

Dimas Arya Wibisana


Fani Nuryaningsih

Feisya Delafinka R.
Tri Agus P.
Zaina Walidaeni

Kelas XI MIA 1
Klasifikasi Budaya Politik

Budaya politik parokial yaitu budaya politik yang tingkat partisipasi


politiknya sangat rendah. Budaya politik suatu masyarakat dapat di katakan
Parokial apabila frekuensi orientasi mereka terhadap empat dimensi penentu
budaya politik mendekati nol atau tidak memiliki perhatian sama sekali
terhadap keempat dimensi tersebut. Tipe budaya politik ini umumnya
terdapat pada masyarakat suku Afrika atau masyarakat pedalaman di
Indonesia. dalam masyarakat ini tidak ada peran politik yang bersifat
khusus. Kepala suku, kepala kampung, kyai, atau dukun,yang biasanya
merangkum semua peran yang ada, baik peran yang bersifat politis,
ekonomis atau religius.

Budaya politik kaula (subjek),yaitu budaya politik yang masyarakat yang


bersangkutan sudah relatif maju baik sosial maupun ekonominya tetapi
masih bersifat pasif. Budaya politik suatu masyarakat dapat dikatakan
subyek jika terdapat frekuensi orientasi yang tinggi terhadap pengetahuan
sistem politik secara umum dan objek output atau terdapat pemahaman
mengenai penguatan kebijakan yang di buat oleh pemerintah. Namun
frekuensi orientasi mengenai struktur dan peranan dalam pembuatan
kebijakan yang dilakukan pemerintah tidak terlalu diperhatikan. Para subyek
menyadari akan otoritas pemerintah dan secara efektif mereka di arahkan
pada otoritas tersebut. Sikap masyarakat terhadap sistem politik yang ada
ditunjukkan melalui rasa bangga atau malah rasa tidak suka. Intinya, dalam
kebudayaan politik subyek, sudah ada pengetahuan yang memadai tentang
sistem politik secara umum serta proses penguatan kebijakan yang di buat
oleh pemerintah.
Budaya politik partisipan,yaitu budaya politik yang ditandai dengan
kesadaran politik yang sangat tinggi. Masyarakat mampu memberikan
opininya dan aktif dalam kegiatan politik. Dan juga merupakan suatu bentuk
budaya politik yang anggota masyarakatnya sudah memiliki pemahaman
yang baik mengenai empat dimensi penentu budaya politik. Mereka
memiliki pengetahuan yang memadai mengenai sistem politik secara umum,
tentang peran pemerintah dalam membuat kebijakan beserta penguatan, dan
berpartisipasi aktif dalam proses politik yang berlangsung. Masyarakat
cenderung di arahkan pada peran pribadi yang aktif dalam semua dimensi di
atas, meskipun perasaan dan evaluasi mereka terhadap peran tersebut bisa
saja bersifat menerima atau menolak.
Klasifikasi Budaya Politik
Realitas yang ditemukan dalam budaya politik, ternyata memiliki beberapa variasi.
Berdasarkan orientasi budaya politik yang dicirikan dan karakter-karakter dalam
budaya politik, maka setiap sistem politik memiliki budaya politik yang berbeda.
Gabriel Almond (Setiawan, 2012 : 124) mengajukan pengklasifikasian budaya
politik sebagai berikut :

1. Budaya politik Parokhial (Parochial Political Culture) yaitu tingkat parsipasi


politik sangat rendah, yang disebabkan faktor kognitif.
2. Budaya Politik Kaula/Subjek (Subjek Political Culture) yaitu masyarakat sudah
relatif Maju (baik sosial maupun ekonomi) tetapi masih bersifat pasif.
3. Budaya Politik Partipan (Participant Political Culture) yaitu budaya politik yang
ditandai dengan kesadaran politik yang sangat tinggi.

Dalam kehidupan masyarakat, tidak menutup kemungkinan bahwa


terbentuknya budaya politik masyarakat merupakan gabungan dari ketiga klafikasi
tersebut diatas. Tentang klasifikasi budaya politik di dalam masyarakat lebih lanjut
oleh Almond (Halking, 2010 : 76-79), adalah sebagai berikut :
1. Budaya Politik Parokhial (Parochial Political Culture) yang secara singkat, dapat
diartikan sebagai individu atau kelompok masyarakat yang tidak atau kurang
mengetahui apa yang terjadi di luar lingkunganya termasuk sistem politik dan
mempengaruhi sistem politik. Budaya politik parokial terbatas pada wilayah yang
kecil, sempit dan terpencil dan bersifat lokalitas. Dalam masyarakat yang masih
tradisional yang spesialisnya demikian kecil, maka pelaku politik sering juga
sebagai pameran pelaku dalam bidang keagamaan, ekonomi, adat istiadat dan
sebagainya.
2. Budaya Politik Kaula/Subjek (Subjek Political Culture) yang secara singkat,
berarti individu atau kelompok masyarakat yang mempunyai pengetahuan dan
mengenal sistem politik dan lingkunganya akan tetapi merasa tidak mampu atau
tidak berhak untuk mempengaruhi sistem politik, sehingga mereka hanya
berorientasi pada output, mereka hanya menjadi objek saja. Selanjutnya perhatian
terhadap proses input serta kesadaranya sebagai aktor politik yang mempunyai hak
dan kewajiban untuk ambil bagian dalam sistem politik dapat dikatakan rendah.
Masyarakatnya mengetahui dan mengenal sistem politik, mengenal dunia
sekelilingnya akan tetapi merasa tidak mampu atau tidak berhak untuk mengambil
bagian secara aktif dalam sistem politik.

3. Budaya Politik Partipan (Participant Political Culture) yang secara singkat


berarti individu atau kelompok masyarakat yang mengetahui dan mengenal secara
baik sistem politiknya dalam sekala besar disebut dengan budaya politik Indonesia
dan berusaha ikut serta berjalanya sistem politik. Budaya politik partisipan ditandai
oleh adanya pengetahuan dan kesadaran akan sistem politik dan dan juga
mempunyai kesadaran sebagai aktor politik yang memiliki hak dan kewajiban
untuk mengubah dan memperbaiki sistem politik, individu atau kelompok
masyarakat proses sistem politik input yakni pengajuan tuntutan dan dukungan
maupun dalam proses output yakni dalam proses penyusunan dan pelaksanaan
kebijakan berusaha mempengaruhi dan kritis dalam sistem politik.

Di atas sudah dijelaskan klasifikasi budaya politik dibedakan atas tiga


bagian, dan penulis dapat memahami bahwa :
1. Budaya politik parokial, menunjuk pada orang-orang yang sama sekali tidak
menyadari atau mengabaikan adanya pemerintahan dan politik. Dalam masyarakat
seperti ini para pelaku politik sangat terbatas karena anggota masyarakatnya
kurang menaruh perhatian.
2. Budaya politik kaula/ subjek, orang-orang secara pasif patuh pada pejabat-
pejabat pemerintahan dan undang-undang, tetapi tidak melibatkan diri dalam
politik ataupun memberi suara dalam pemilihan. Anggota masyarakatnya
menganggap diri tidak berdaya untuk mempengaruhi dan mengubah sistem
sehingga hanya menyerah saja kepada segala keputusan dan kebijakan itu sehingga
hanya mengikuti segala anjuran pemimpinya.
3. Budaya politik partisipan, menunjuk pada orang-orang yang melibatkan diri
dalam kegiata politik, paling tidak dalam pemberian suara dan memperoleh
informasi yang cukup banyak tentang kehidupan politik. Anggota massyarakatnya
menyadari hak dan kewajiban dan tidak akan diam apabila ada kesalahan dalam
perpolitikan karena masyarakat menganggap bahwa ia mampu berbuat untuk
melakukanya. Budaya politik partisipan ini sangat cocok untuk perilaku
masyarakat yang demokratis karena akan menyadari pentingnya partisipasi sebagai
penggerak demokrasi dalam masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai