Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Dosen :
Dr. Ir. Iyus Rustandi, M.Si.
Disusun oleh :
Adinda Desfianingrum
153020065
2. Pengukuran, merupakan inti dari proses sistem penilaian kinerja. Pada proses ini, pihak
manajemen menentukan kinerja pegawai yang bagaimana yang termasuk baik dan buruk.
Manajemen dalam suatu organisasi harus melakukan perbandingan dengan nilai-nilai
standar atau memperbandingkan kinerja antar pegawai yang memiliki kesamaan tugas.
3. Manajemen, proses ini merupakan tindak lanjut dari hasil penilaian kinerja. Pihak
manajemen harus berorientasi ke masa depan untuk meningkatkan potensi pegawai di
organisasi yang bersangkutan. Hal ini dapat dilakukan dengan pemberian umpan balik dan
pembinaan untuk meningkatkan kinerja pegawainya.
Berdasarkan beberapa pendapat ahli mengenai pengertian penilaian kinerja, terdapat
benang merah yang dapat digunakan untuk menarik kesimpulan bahwa penilaian kinerja
merupakan suatu sistem penilaian secara berkala terhadap kinerja pegawai yang
mendukung kesuksesan organisasi atau yang terkait dengan pelaksanaan tugasnya. Proses
penilaian dilakukan dengan membandingkan kinerja pegawai terhadap standar yang telah
ditetapkan atau memperbandingkan kinerja antar pegawai yang memiliki kesamaan tugas.
Penilaian kinerja mempunyai beberapa tujuan dan manfaat bagi organisasi dan
pegawai yang dinilai, yaitu:
5. Carrer planning and development. Memandu untuk menentukan jenis karir dan potensi
karir yang dapat dicapai.
10. Feedback. Memberikan umpan balik bagi urusan kepegawaian maupun bagi pegawai itu
sendiri.
Performance Standard
Penilaian kinerja sangat membutuhkan standar yang jelas yang dijadikan tolok ukur atau
patokan terhadap kinerja yang akan diukur. Standar yang dibuat tentu saja harus
berhubungan dengan jenis pekerjaan yang akan diukur dan hasil yang diharapkan akan
terlihat dengan adanya penilaian kinerja ini.
Kriteria penilaian kinerja dapat dilihat melalui beberapa dimensi, yaitu kegunaan
fungsional (functional utility), keabsahan (validity), empiris (empirical base),
sensitivitas (sensitivity), pengembangan sistematis (systematic development), dan
kelayakan hukum (legal appropriateness).
Pengukuran kinerja dapat dilakukan dengan menggunakan sistem penilaian (rating) yang
relevan. Rating tersebut harus mudah digunakan sesuai dengan yang akan diukur, dan
mencerminkan hal-hal yang memang menentukan kinerja Werther dan Davis (1996:346).
Pengukuran kinerja juga berarti membandingkan antara standar yang telah ditetapkan
dengan kinerja sebenarnya yang terjadi. Pengukuran kinerja dapat bersifat subyektif atau
obyektif. Obyektif berarti pengukuran kinerja dapat juga diterima, diukur oleh pihak lain
selain yang melakukan penilaian dan bersifat kuantitatif. Sedangkan pengukuran yang
bersifat subyektif berarti pengukuran yang berdasarkan pendapat pribadi atau standar
pribadi orang yang melakukan penilaian dan sulit untuk diverifikasi oleh orang lain.
Penilaian kinerja harus bebas dari diskriminasi. Apapun bentuk atau metode penilaian
yang dilakukan oleh pihak manajemen harus adil, realistis, valid, dan relevan dengan jenis
pekerjaan yang akan dinilai karena penilaian kinerja ini tidak hanya berkaitan dengan
masalah prestasi semata, namun juga menyangkut masalah gaji, hubungan kerja,
promosi/demosi, dan penempatan pegawai.
1. Rating Scales
2. Critical Incidents
3. Essay
4. Work standard
Metode ini membandingkan kinerja setiap karyawan dengan standar yang telah
ditetapkan sebelumnya atau dengan tingkat keluaran yang diharapkan. Standar
mencerminkan keluaran normal dari seorang pekerja yang berprestasi rata-rata, yang
bekerja pada kecepatan atau kondisi normal. Agar standar ini dianggap objektif, para
pekerja harus memahami secara jelas bagaimana standar yang ditetapkan.
5. Ranking
6. Forced distribution
Adapun metode penilaian kinerja menurut Mathis dan Jackson (2006) yaitu :
1. Metode Penelitian Kategori
Metode yang paling sederhana dalam penilaian kinerja adalah metode penelitian
kategori.
Metode penelitian yang paling umum adalah :
a. Skala penelitian grafis: skala yang me ungkinkan penilai untuk menandai kinerja
karyawan pada rangkaian kesatuan.
b. Checklist: alat penilai kinerja yang menggunakan daftar pernyataan atau kata-kata
yang diberi tanda oleh penilai.
2. Metode Komparatif
Metode komparatif memerlukan para manajer untuj membandibgkab secara langsung
kinerja karyawan mereka terhadap satu sama lain. Metode komparatif terdiri dari :
a. Peningkatan peringkat: menentukan daftar semua karyawan dari yang tertinggi
sampai yang terendah dalam kinerja.
b. Distribusi paksa: metode penilaian kinerja dimana penilai dari kinerja karyawan
didistribusikan sepanjang kurva berbentuk lonceng.
3. Metode Naratif
Dokumentasi dan diskripsi adalah inti dari metode kejadian penting, esai, dan tinjauan
lapangan. Metode ini menguraikan tindakan karyawan dan juga dapat mengidentifikasikan
penilaian actual. Metode naratif terdiri dari :
a. Metode kejadian penting, dalam metode ini kejadian penting manajer menyimpan
cacatan tertulis mengenai tindakan dalam kinerja karyawan baik yang menguntungkan
maupun yang merugikan selama periode penilaian.
b. Esai, atau metode penilaian “bentuk bebas”, mengharuskan seorang manajer untuk
menulis esai pendek yang menguraikan kinerja setiap karyawan selama periode penilaian.
c. Tinjauan lapangan, tinjauan lapangan lebih berfokus pada siapa yang melakukan
evaluasi dalam penggunaan metode ini. Batasan utama dari tinjauan lapangan adalah sejauh
mana tingkat kendali pihak luar dalam melakukan proses penilaian ini.
4. Metode Perilaku / Tujuan
Metode perilaku / tujuan ini terdiri dari:
a. Pendekatan penilaian prilaku: menilai lebih pada perilaku karyawan dibandingkan
karakteristik lainnya.
b. Manajemen berdasarkan tujuan: menentukan tujuan-tujuan kinerja yang di sepakati
oleh seorang karyawan dan manajernya untuk dicapai dalam jangka waktu tertentu.
5 Masalah-Masalah dalam Penilaian Kinerja
1. Kurangnya objektivitas
Salah satu kelemahan metode penilain kinerja tradisional adalah kurangnya objektivitas.
Dalam metode rating scale, misalnya, faktor-faktor yang lazim digunakan seperti sikap,
loyalitas dan kepribadian adalah faktor-faktor yang sulit diukur. Penggunaan faktor-faktor
yang terkait dengan pekerjaan (job related factors) dapat meningkatkan objektivitas.
Bias “Hallo error” terjadi bila penilai mempersepsikan satu faktor sebagai kriteria yang
paling penting dan memberikan penilaian umum baik atau buruk berdasarkan faktor
tunggal ini.
Penilai terlalu “longggar” (leniency) kecenderungan memberi nilai tinggi kepada yang
tidak berhak, penilai memberi nilai lebih tinggi dari seharusnya. Penilai terlalu “ketat”
(strictness) terlalu kritis atas kinerja seorang pekerja (terlalu “ketat” dalam memberikan
nilai). Penilaian yang terlalu ketat biasanya terjadi bila manajer tidak mempunyai definisi
atau batasan yang akurat tentang berbagai faktor penilaian.
Kecenderungan memberi nilai tengah (Central tendency), terjadi bila pekerja di beri nilai
rata-rata secara tidak tepat atau di tengah-tengah skala penilaian, Biasanya, penilai
memberi nilai tengah karena ingin menghindari kontroversi atau kritik.
Bias perilaku terbaru (recent behavior bias) , perilaku atau kinerja yang paling akhir akan
lebih mudah diingat daripada perilaku yang telah lama. Penilai cenderung lebih banyak
menilai kinerja yang tampak menjelang atau pada saat proses penilaian dilakukan.
Seharusnya penilaian kinerja mencakup periode waktu tertentu.
Penyelia yang melakukan penilaian bisa saja memiliki bias yang berkaiatan dengan
karakteristik pribadi pekerja seperti suku, agama, gender atau usia. Meskipun ada
peraturan atau undang-undang yang melindugi pekerja, diskriminasi tetap menjadi
masalah dalam penilain kinerja.