KEBUDAYAAN ISLAM
Disusun oleh :
PRODI FARMASI
JEMBER
2019/2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena rahmat
dan hidayah-Nya sehingga kelompok kami bisa menyelesaikan makalah ini yang
membahas tentang “Kebudayaan Islam di Indonesia”. Makalah ini dibuat dalam
rangka memperdalam pemahaman tentang sejarah kebudayaan islam di Indonesia.
Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada teman-teman yang telah memberi
kontribusi baik secara langsung maupun tidak langsung dalam pembuatan karya
ilmiah ini.
Kami sebagai penulis mengakui bahwa ada banyak kekurangan pada makalah
ini. Oleh karena itu, kritik dan saran dari seluruh mahasiswa senantiasa kami
harapkan demi kesempurnaan karya kami. Semoga makalah ini dapat membawa
pemahaman dan pengetahuan bagi kita semua tentang kebudayaan islam di Indonesia.
Penulis
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN
BAB 2 PEMBAHASAN
BAB 3 PENUTUP
PENDAHULUAN
Sebelum Islam masuk dan berkembang, Indonesia sudah memiliki corak dan
kebudayaan yang dipengaruhi oleh agama Hindu dan Budha seperti yang pernah kita
pelajari. Dengan masuknya Islam, Indonesia kembali mengalami proses akulturasi
(proses bercampurnya dua/lebih kebudayaan karena percampuran bangsa-bangsa dan
saling mempengaruhi), yang melahirkan kebudayaan baru yaitu kebudayaan Islam
Indonesia. Masuknya Islam tersebut tidak berarti kebudayaan Hindu dan Budha
hilang. Kedatangan Islam membawa perubahan besar dalam segala bidang terutama
di Jazirah Arab. Selama masa Nabi dan Khulafaur Rasyidin pada umumnya mereka
sibuk dengan dakwah, jihad dan penaklukan. Islam datang dengan Qur’an dan Hadits,
keduanya menyelundup ke dalam lubuk hati mereka dan bersemi abadi dalam zihin
mereka, sehingga dengan sangat cepat merubah adat istiadat mereka, budi, dan akhlak
mereka, bahkan merubah seluruh bidang kehidupan mereka dan berbekaslah
perubahan itu pada ilmu pengetahuan, tata cara hidup, tata cara berpikir atau dengan
kata lain berbekas pada kebudayaan mereka.
1.4 Manfaat
PEMBAHASAN
Saluran perdagangan
Sejak abad ke 7 M para pedagang Islam dari Arab, Persia dan India telah ikut
ambil bagian dalam kegiatan perdagangan di Indonesia. Di samping
berdagangan, para pedagang Islam dapat menyampaikan dan mengajarkan
agama dan budaya Islam kepada orang lain termasuk masyarakat Indonesia.
Saluran perkawinan
Kegiatan perdagangan dalam waktu yang cukup lama oleh para pedagang
islam dapat mempererat hubungan mereka dengan penduduk pribumi atau
dengan kaum bangsawan pribumi. Jalinan hubungan yang baik ini terkadang
diteruskan dengan adanya perkawinan antara putri kaum pribumi dengan para
pedagang islam.
Saluran politik
Pengaruh kekuasaan seorang raja sangat besar peranannya dalam proses
Islamisasi. Ketika seorang raja memeluk agama Islam maka rakyat juga akan
mengikuti jejak rajanya. Setelah tersosialisasinya agama islam, maka
kepentingan politik dilakukan melalui perluasan wilayah kerajaan.
Saluran pendidikan
Para ulama dan kyai menyebarkan kebudayaan islam melalui bidang
pendidikan, yaitu dengan mendirikan pondok-pondok pesantren.
Saluran kesenian
Saluran kesenian dapat dilakukan dengan mengadakan pertunjukkan seni
gamelan. Seni gamelan ini dapat mengundang masyarakat untuk berkumpul
dan selanjutnya dilaksankan dakwah-dakwah keagamaan.
Saluran tasawuf
Penyebaran kebudayaan islam dilakukan dengan membantu kehidupan
masyarakat seperti penyembuhan suatu penyakit oleh para tasawuf.
Pada waktu Islam telah berkembang luas dan Arab muslim telah bercampur
baur dengan berbagai bangsa lain, terbukalah mata mereka melihat kea rah
seni budaya lama dan kemudian dikembangkan dengan jiwa agama. Demikian
ufuk seni menjadi lebar meluas dalam pandangan mereka dan akhirnya
mereka pun berhasil menciptakan seni budaya baru yang tidak menyimpang
dari garis Islam. di mana menurut anggapan mereka, bahwa yang demikian
sama halnya dengan menyembah patung. Karena itu, dasar atau motif dari
seni rupa yaitu annabatiyah (tumbuh-tumbuhan) dan al-handasiyah (gambar
berdasarkan ilmu ukur).
2. Al-khithabah (pidato)
Merupakan kepandaian khusus dan menjadi syarat utama bagi seseorang
pemimpin atau kepala kabilah. Karena itu, khithabah telah menjadi suatu
kalangan mereka para “khuthaba” yang mahir berpidato dalam bahasa yang
indah (bayan). Demikian pula, seni pidato berkembang pesat lagi dalam
kalangan orang Arab muslim di zaman permulaan Islam, oleh karena Dakwah
Islamiyah memerlukan para “khathib” yang petah lidahnya dan memiliki
teknik tinggi serta bahasa balaghah dalam berpidato.
3. Seni bangunan (masjid)
Adapun ciri khas menjadi pada zaman Islam di Indonesia adalah sebagai
berikut :
Atap
Atap bukan berupa kubah, melainkan berupa atap tumpang, yaitu atap
yang bersusun, semakin keatas semakin kecil. Tingkatan paling atas
membentuk limas. Jumlah tumpang selalu ganjil (gasal) biasanya 3
tapi ada juga yang lain seperti pada masjid Banten. Pada surau-surau,
atapnya mempunyai ciri tersendiri yaitu seperti limas tetapi tidak
bersusun melainkan runcing pada puncaknya. Bentuk seperti ini sering
dijumpai pada relief-relief di Jawa Timur. Hiasan yang terdapat pada
puncak atap masjid dan surau disebut mustaka (biasanya terbuat dari
tanah bakar atau benda lainnya)
Menara
Meskipun menara bukan bagian masjid yang harus ada, namun dalam
seni bangunan Islam selalu merupakan bagian tambahan yang memberi
keindahan. Menara adalah salah satu bagian yang dapat memperindah
masjid.
Letak masjid
Masjid sering juga ditemukan di tempat-tempat keramat, yaitu tempat
makam seorang raja, wali atau ahli agama yang termasyur. Contohnya
Masjid Agung Cirebon yang bertingkat dua dan dibangun pada awal
abad ke 16 M, Masjid katangka di Sulawesi Selatan dari abad ke 17 M,
Masjid Agung Demak yang berdiri abad ke 16 M,dll.
4. Batu Nisan
Batu nisan berfungsi sebagai tanda kubur. Tanda kubur yang terbuat dari batu
bentuknya bermacam-macam. Pada bangunan batu nisan biasanya dihiasi
ukir-ukiran dan kaligrafi. Kebudayaan batu nisan diduga berasal dari Perancis
dan Gujarat. Di Indonesia, kebudayaan tersebut berakulturasi dengan
kebudayaan setempat (India). Beberapa batu nisan peninggalan sejarah di
Indonesia antara lain sebagai berikut :
Batu Nisan Malik as-Saleh
Batu nisan ini dibangun di atas makam Sultan Malik as-Saleh di
Lhokseumawe, Aceh Utara. Sultan Malik as-Saleh adalah raja pertama
dari kerajaan Samudra Pasai.
Batu Nisan Ratu Nahrasiyah
Batu nisan ini dibangun di atas makam ratu Samudra Pasai bernama
Nahrasiyah. Ia meninggal pada tahun 1428. Nisan itu dihiasi kaligrafi
yang memuat kutipan Surat Yasin dan Ayat Kursi.
Batu Nisan Fatimah binti Maimun
Batu nisan ini dibuat sebagai tanda makam seorang wanita Islam yang
bernama Fatimah binti Maimun. Batu nisan ini terdapat di Leran,
Gresik, Jawa Timur.
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kebudayaan Islam ialah cara berpikir dan cara merasa Islam yang menyatakan
diri dalam seluruh segi kehidupan dari segolongan manusia yang membentuk
kesatuan sosial dalam suatu ruang dan suatu waktu. Dasar dari kebudayaan Islam
adalah kitab Allah (Al-qur’an) dan Sunnah Rasul-Nya. Adapun peninggalan-
peninggalan kebudayaan Islam yaitu seperti lukisan kehidupan Islam, Al-khithabah,
seni bahasa, seni bangunan, dan pembangunan mesjid. Sedangkan peninggalan
kebudayaan Islam di Indonesia ialah seperti kaligrafi, kraton, batu nisan, bentuk
mesjid, seni pahat, seni pertunjukan, tradisi atau Upacara dan karya sastra.
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
http://wardahcheche.blogspot.com/2014/04/kebudayaan-islam-di-indonesia.html
http://anthyscrub.blogspot.com/2013/11/makalah-kebudayaan-islam-di-indonesia_10.html
https://id.scribd.com/doc/18544995/Sejarah-Kebudayaan-Islam