Guru Pembimbing:
H. Suherman, M.TPd
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, karena berkat limpahan rahmat dan
karunia–Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang “Peran Rencana Tata Ruang
Wilayah dalam Pembangunan Berkelanjutan” ini dengan baik, sesuai petunjuk dari Guru
Pembimbing.
Penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis sendiri dan
umumnya bagi para pembaca semua untuk menambah wawasan tentang pembangunan
berkelanjutan dalam pelajaran Geografi.
Tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada Guru Pembimbing dan semua
pihak yang telah membantu terselesaikannya makalah ini.
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ...........................................................................................
B. Rumusan Masalah ...........................................................................................
C. Tujuan Penulisan ...........................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Umum Pembangunan Berkelanjutan ..............................................
B. Hakikat dan Ciri-Ciri Pembangunan Berkelanjutan .........................................
C. Peran Rencana Tata Ruang Wilayah dalam Pembangunan Berkelanjutan ......
D. Masalah Pembangunan Berkelanjutan .............................................................
1. Masalah Kemiskinan ..............................................................................
2. Masalah Kualitas Lingkungan Hidup.....................................................
3. Masalah Keamanan dan Ketertiban .......................................................
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ...........................................................................................
B. Saran ...........................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perencanaan tata ruang dilakukan untuk menghasilkan rencana umum tata ruang dan
rencana rinci tata ruang. Rencana umum tata ruang disusun berdasarkan pendekatan wilayah
administratif dengan muatan substansi mencakup rencana struktur ruang dan rencana pola
ruang. Rencana rinci tata ruang disusun berdasarkan pendekatan nilai strategis kawasan dan
atau kegiatan kawasan dengan muatan substansi yang dapat mencakup hingga penetapan blok
dan subblok peruntukan. Penyusunan rencana rinci tersebut dimaksudkan sebagai
operasionalisasi rencana umum tata ruang dan sebagai dasar penetapan peraturan zonasi.
Peraturan zonasi merupakan ketentuan yang mengatur tentang persyaratan pemanfaatan
ruang dan ketentuan pengendaliannya dan disusun untuk setiap blok atau zona peruntukan
yang penetapan zonanya dalam rencana rinci tata ruang. Rencana rinci tata ruang wilayah
kabupaten/kota dan peraturan zonasi yang melengkapi rencana rinci tersebut menjadi salah
satu dasar dalam pengendalian pemanfaatan ruang sehingga pemanfaatan ruang dapat
dilakukan sesuai dengan rencana umum tata ruang dan rencana rinci tata ruang.
Pengendalian pemanfaatan ruang tersebut dilakukan pula melalui perizinan
pemanfaatan ruang. Perizinan pemanfaatan ruang dimaksudkan sebagai upaya penertiban
pemanfaatan ruang sehingga setiap pemanfaatan ruang harus dilakukan sesuai dengan
rencana tata ruang. Izin pemanfaatan ruang diatur dan diterbitkan oleh Pemerintah dan
pemerintah daerah sesuai dengan kewenangannya masing-masing. Pemanfaatan ruang yang
tidak sesuai dengan rencana tata ruang, baik yang dilengkapi dengan izin maupun yang tidak
memiliki izin, dikenai sanksi adminstratif, sanksi pidana penjara, dan/atau sanksi pidana
denda.
B. Rumusan Masalah
Dari pembahasan diatas, maka yang menjadi rumusan masalah pada penulisan ini
adalah :
Bagaimana Peran Rencana Tata Ruang Wilayah dalam Pembangunan Berkelanjutan ?
BAB II
PEMBAHASAN
Upaya untuk meningkatkan kesejahteraan hidup perlu memanfaatkan sumber daya yang
dimiliki secara cermat dan bijaksana.
a. Sumber daya alam yang mencakup air, tanah, udara, hutan, kandungan mineral, dan
keanekaragaman hayati.
b. Sumber daya manusia yang mencakup jumlah penduduk, pendidikan, kesehatan,
keterampilan, dan kebudayaan.
c. Ilmu pengetahuan dan teknologi yang mencakup transportasi, informasi, komunikasi,
dan hasil-hasil ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) lainnya.
1. Masalah Kemiskinan
Kemiskinan merupakan salah satu contoh ketidakadilan yang dialami suatu kelompok
(masyarakat pra sejahtera), dan terdapat di mana-mana, baik di Negara maju maupun di
Negara-negara yang sedang berkembang. Ketidakadilan itu terlihat dari tidak terpenuhinya
kebutuhan-kebutuhan mereka untuk bertahan hidup dalam kesehatan yang baik, sulitnya
mendapat akses ke pelayanan publik (sanitasi sehat, air bersih, pengelolaan sampah ) rumah
sehat, RTH, pelayanan pendidikan dan sebagainya. Ketidakadilan juga terlihat dari tidak
adanya akses kepemilikan hak atas tanah yang mereka huni. Sebagai akibat itu semua, sulit
bagi mereka untuk mendapat akses ke pekerjaan yang baik dan stabil. Ketidakadilan itu
menyebabkan masyarakat miskin tetap miskin dan mengancam proses pembangunan yang
berkelanjutan. Kerusakan lingkungan, kondisi permukiman buruk atau kumuh dalam suatu
kawasan memperlihatkan bahwa kawasan tersebut sedang dalam proses tidak berkelanjutan.
(Madrim Djody Gondokusumo dalam Bunga Rampai, 2005: 410).
Krisis ekonomi yang menyebabkan naiknya harga kebutuhan bahan pokok telah
menimbulkan berbagai kerusuhan. Kerusuhan ini bahkan telah menembus sampai kawasan
pedesaan atau kawasan pinggiran kota. Hal ini disebabkan desa telah kehilangan daya tahan
menghadapi krisis. Kultur agraris yang menjadi basis pertahanan ekonomi desa telah hilang
maupun ditinggalkan, diganti dengan pola modern yang tergantung pada industri. Dementara
industry yang diharapkan mampu menopang sektor pertanian, kondisinya sangat rentang dan
keropos, karena ketergantungannya pada bahan baku impor.
Kebijakan tegas untuk meninggalkan kultur agraris, karena ada pandangan bahwa pola
pertanian yang ada selama ini tidak memberikan nilai tambah, sangatlah naif. Nilai tambah
yang dimaksud dalam konteks tersebut adalah yang bisa memberikan konstribusi devisa,
bukan dalam pengertian mampu memberikan daya hidup pada komunitas desa. Bahkan
kecenderungannya adalah mengubah kawasan pedesaan yang mampu mandiri berbasis
pertanian keanekaragaman hayati, sebagai ajang konversi, menjadi kawasan industri dan
kawasan permukiman perkotaan.
Ketahanan kita akan kebutuhan bahan pokok sangatlah kurang, karena investasi yang
ada selama ini bukan untuk pembangunan industri yang berbasis sumber daya alam hayati
(agroindustry). Tempe, yang merupakan makanan Indonesia sejak dahulu kala, ternyata kita
belum mampu menjadi produsen bahan baku kedelainya hingga kini. Kedelai hingga kini
masih harus diimpor. Semuanya itu disebabkan kita belum pernah mengadakan penelitian
bioteknologi, yang dapat mendukung pola agraris yang kita miliki agar efisien. Penelitian
yang ada selama ini bukan membumi, tetapi menuju ke langit. Untuk itu, dalam rangka
peningkatan ketahanan akan kebutuhan bahan pokok, diperlukan upaya pembangunan daerah
yang berbasis keanekaragaman hayati setempat.(Sugandi, 2007: 46-50)
Penelitian – penelitian terbaru menunjukkan bahwa kemiskinan tidaklah statis. Orang
miskin bukanlah orang yang pasif. Ia adalah manajer seperangkat asset yang ada di seputar
diri dan lingkungannya. Keadaan ini terjadi pada orang yang miskin yang hidup di Negara
yang tidak menerapkan sistem Negara kesejahteraan (welfare state). Sistem yang dapat
melindungi warganya menghadapi kondisi-kondisi yang memburuk yang mampu ditangani
oleh dirinya sendiri. Kelangsungan hidup individu dalam situasi seringkali tergantung pada
keluarga yang secara bersama-sama dengan jaringan sosial membantu para anggotanya
dengan pemberian bantuan keuangan, tempat tinggal dan bantuan-bantuan mendesak lainnya.
Pendekatan kemiskinan yang berkembang selama ini perlu dilengkapi dengan konsep
keberfungsian sosial yang lebih bermatra demorasi-sosial ketimbang neo-liberalisme.
Rebounding atau pelurusan kembali makna keberfungsian sosial ini akan lebih memperjelas
analisis mengenai bagaimana orang miskin mengatasi kemiskinannya, serta bagaimana
struktur rumah tangga, keluarga kekerabatan, dan jaringan sosial mempengaruhi kehidupan
orang miskin. Paradigma baru lebih menekankan pada “apa yang dimiliki si miskin ”
ketimbang ” apa yang tidak dimiliki si miskin ”. (Suharto, 2005 : 148)
Pada akhirnya kebijakan pengurangan kemiskinan yang selama ini yaitu pendekatan
top-down dalam perencanaan kebijakan yang sekarang dilakukan, yaitu pemerintah dan para
pakar menganggap dirinya yang paling mengetehaui tentang proses-proses yang terjadi
dimasyarakat, perlu diganti dengan pendeketan bottom-up, yaitu melibatkan partisipasi
masyarakat melalui dialog-dialog yang demokratis, menghargai perbedaan-perbedaan,
keadilan dan kesetaraan jender. Ilmu pengetahuan modern antroposentris sebagai dasar
perencanaan kebijakan publik untuk mengelola kehidupan masyarakat dan lingkungan perlu
diganti dengan ilmu pengetahuan yang bersifat non-antroposentris, menghargai etika dan
nilai-nilai yang ada di masyarakat dan di lingkungan alam. (Madrim Djody Gondokusumo
Dalam Bunga Rampai, 2005 : 418)
Beberapa teror bom yang terjadi di beberapa kota di Indonesia akhir-akhir ini, sperti di
Bali, Jakarta dan lain-lain telah menimbulkan keresahan bagi masyarakat dan mengganggu
jalannya perekonomian. Selain itu, beberapa kota di Indonesia juga mengalami penurunan
kualitas kehidupan dengan banyaknya terjadi kerusuhan yang disebabkan oleh konflik antar
kelompok masyarakat, seperti di Poso, Palu, Ambon, Banda Aceh dan sebagainya.
A. Kesimpulan
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, maka adapun saran bagi pemerintah agar dapat
menerapkan sistem pembangunan yang berkelanjutan seperti di negara-negara maju lainnya
dengan jalan menanggulangi kemiskinan serta meningkatkan kualitas lingkungan hidup serta
keamanan dan ketertiban guna menciptakan kesejahteraan bagi masyarakat khususnya di
Indonesia sehingga dapat dirasakan bukan hanya untuk di masa sekarang melainkan juga
untuk generasi yang akan datang.
DAFTAR PUSTAKA
Tato, Syahriar. 2009. Hambatan Dalam Sistem Pembangunan Perkotaan Yang Berkelanjutan
https://www.kompasiana.com/agitag-14/552fba466ea83497288b45a7/peran-penting-rencana-
tata-ruang-wilayah-dalam-pembangunan
http://syahriartato.wordpress.com/2009/12/28/hambatan-dalam-sistem-pembangunan-
perkotaan-yang-berkelanjutan/
Wicaksono, Sonny Ilham. 2012. Masalah Lingkungan Hidup dan Upaya Penanggulangan
http://sonyhandsome31.blogspot.com/2012/10/masalah-lingkungan-hidup-dan-upaya.html