Anda di halaman 1dari 19

Tugas Makalah Manajemen Operasional

Dosen Pungki M. Kusuma SE., MM


“pengaruh budaya dan subbudaya terhadap perilaku
konsumen

Disusun oleh: Muhammad Sultan

Manajemen S1 Karyawan
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur Penulis Panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat limpahan
Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis Dapat menyusun makalah ini tepat pada
waktunya. Makalah ini membahas tentang ” pengaruh budaya dan subbudaya terhadap
perilaku konsumen”

Dalam penyusunan makalah ini, penulis banyak mendapat tantangan dan hambatan akan
tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak tantangan itu bisa teratasi. Olehnya itu, penulis
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu
dalam penyusunan makalah ini, semoga bantuannya mendapat balasan yang setimpal dari
Tuhan Yang Maha Esa.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari bentuk
penyusunan maupun materinya. Kritik konstruktif dari pembaca sangat penulis harapkan
untuk penyempurnaan makalah selanjutnya.

Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada kita sekalian.

Jakarta, 04 Oktober 2018

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
kebudayaan adalah faktor penentu keinginan dan perilaku seseorang yang paling
mendasar. Dengan kata lain faktor budaya merupakan faktor paling utama dalam perilaku
pengambilan keputusan dan perilaku pembelian. Menurut suatau analisis, lahirnya
masyarakat konsumsi pertama kali muncul di Inggris pada abad ke XVII ketika ada bebarapa
kejadian penting yang berlangsung. pengaruh budaya dapat mempengaruhi berbagai makna
budaya dalam masyarakat dalam suatu proses yang berkesinambungan dan timbal balik yang
hamper mirip dengan analisis roda konsumen. Budaya konsumsi yang muncul juga
dipengaruhi oleh strategi pemasaran, konsumsi massal meningkat sejalan dengan semakin
banyaknya orang yang memiliki pendapatan. Gambaran singakat kejadian yang kompleks di
awal terbentuknya masyarakat konsumsi modern menunjukan pentingnya budaya dalam
uapaya memahami perilaku konsumen.
Konsumen adalah makhluk sosial, yaitu makhluk yang hidup bersama dengan orang lain,
berinteraksi dengan sesamanya. Orang-orang sekeliling inilah yang disebut sebagai
lingkungan sosial konsumen. Konsumen saling berinteraksi satu sama yang lain, saling
mempengaruhi dalam membentuk perilaku, kebiasaan, sikap, kepercayaan dan nilai-nilai
yang dianggap penting. Salah satunya unsur lingkungan sosial adalah budaya.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Memaparkan penjelasan mengenai pengruh budaya dan sub-budaya terhadap perilaku
konsumen.
1.2.2 Memaparkan apa yang diabahas dalam Unsur-unsur budaya.
1.2.3 Memaparkan Tinjauan sub-budaya budaya.
1.2.4 Memaparkan cakupan dan lintas sub-budaya
1.2.5 Memaprkan bauran pemasaran dalam lintas budaya

1.3 Tujuan
1.3.1 Mengetahui pengertian budaya.
1.3.2 mengetahui apa saja yang dibahas dalam unsur-unsur budaya.
1.3.3 mengetahui lintasan budaya.
1.3.4 mengetahui cakupan dan lintas budaya dalam pemasaran.
1.3.5 mengetahui bauran pemasaran.

1.4 Manfaat
1.4.1 memberikan informasi dan masukan kepada mahasiswa-mahasiswi serta tenagapengajar tentang
materi “persepsi sosial” dan “sikap”
1.4.2 penulis bisa lebih mengetahui penran budaya dan sub-budaya dalami mempengaruhi perilaku
konsumen .
1.4.3 penulis bisa lebih mengetahui apa saja cakupan budaya dan subdudaya dalam mempengaruhi
prilaku konsumen.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Budaya
salah satu unsur lingkungan sosial adalah budaya ( culture ). Budaya adalah segala
nilai, pemikiran, simbol, yang mempengaruhi perilaku, sikap, kepercayaan, dan kebiasaan
seseorang dan masyarakat. Budaya buka hanya bersifat abstrak tetapi bisa berbentuk objek
material seperti rumah, kendaraan, peralatan elektronik, pakaian, indang-undang, makanan,
minuman, musik, teknologi, dan bahasa. Menurut Peter dan Olson (1999) ,arti/makna
budaya adalah jika sebagian besar dari orang yang berada di dalam sebuah kelompok sosial
memiliki pemahaman mendasar yang sama terhadap makna tersebut.

Engel,Blackwell dan Miniard (1995) menyebutkan 10 sikap dan perilaku yang sangat
dipengaruhi oleh budaya , yaitu :
1. Kesadaran diri dan ruang (sense of self and space).
2. Komunikasi dan bahasa.
3. Pakaian dan penampilan.
4. Makanan dan kebiasaan makan.
5. Waktu dan kesadaran akan waktu.
6. Hubungan keluarga, organisasi, dan lembaga pemerintah.
7. Nilai dan norma.
8. Kepercayaan dan sikap.
9. Proses mental dan belajar.
10. Kebiasaan kerja.

B. Unsur-Unsur Budaya
1. Nilai (Value)
Nilai adalah kepercayaan atau segala sesuatu yang dianggap penting oleh seseorang
atau suatu masyarakat., Nilai mengarahkan seseorang untuk berperilaku yang sesuai dengan
budayanya. Nilai akan mempengaruhi sikap seseorang, yang kemudian sikap akan
mempengaruhi perilaku seseorang.

Contoh nilai-nilai yang dianut orang Indonesia :


a. Laki-laki adalah kepala rumah tangga.
b. Menghormati orang tua dan orang yang lebih tua.
c. Hamil diluar nikah adalah aib.
Perubahan Beberapa Nilai :

Nilai yang Berubah Pengaruh Terhadap Konsumsi

Dulu sedikit wanita yang memakai jilbab, sekarang Kebutuhan akan pakaian muslimah
banyak wanita yang memakai jilbab. meningkat

Semakin banyak wanita mulai bekerja diluar rumah Pemakaian kosmetik, pakaian kerja,
dan transportasi meningkat

Wanita diberi kesempatan untuk melanjutkan Permintaan pakaiana, peralatan


pendidikan sekolah, transportasi meningkat

Wanita banyak memakai celana panjang sebagai Permintaan celana panjang


pengganti rok meningkat

Laki-laki banyak yang hobi kesalon dan Frekuensi ke salon meningkat dan
menggunakan anting permintaan perhiasan meningkat

2. Norma (Norms)
Norma adalah aturan masyarakat tentang sikap baik dan buruk, tindakan yang boleh
dan tidak boleh dilakukan. Norma di bagi dua yang pertama norma yang disepakati
berdasakan aturan pemerintah, biasanya berbentu peraturan , undang-undang. Norma yang
kedua adalah norma yang ada dalam budaya dan bisa di pahami dan dihayati jika orang
tersebut berinteraksi dengan orang-orang dari budaya yang sama.

3. Kebiasaan (Customs)
Kebiasaan adalah berbagai bentuk perilaku dan tindakan yang diterima secara
budaya. Kebiasaan diturunkan dari generasi ke generasi secara turun temurun.
Beberapa Perayaan Keagamaan di Berbagai Daerah
Daerah Budaya Keterangan Pengaruh Terhadap
Konsumsi
Padang Manjalang Mintuo Mengantar makanan ke Meningkatkan
rumah mertua sebelum pembeliaan bahan
bulan puasa, dalam makanan (beras, lauk
bulan puasa, dan saat pauk)
lebaran
Riau Balimau kasai Mandi bersama di Sarana transportasi,
sungai sehari sebelum makanan, minuman,
puasa ramadhan perlengkapan mandi,
mainan anak, dan
hiburan
Aceh Rabu abek Pergi ke tempat wisata Meningkatkan
minggu terakhir pembeliaan bahan
menjelang puasa makanan
Beberapa Perayaan Perkawinan di Berbagai Daerah
Daerah Perayaan Keterangan Pengaruh
Terhadap
Konsumsi
NTT Belis Persyaratan meminang Pakaian, makanan,
dengan memberikan minuman,
ternak, kain dan emas perhiasan, ternak
kepada calon istri
Manado Maso minta Acara melamar yang Meningkatkan
dilakukan pria ke pembelian
wanita sandang, pangan
dan bunga
Kalimantan, Pelangkahan Sanksi kepada adik Kerbau, sapi,
Sulawesi, perempuan yang perhiasan, pakaian
Padang, Aceh, mendahului menikah dan
Riau dengan cara perlengkapannya
memberikan kerbau,
sapi, perhiasan, pakaian
dan perlengkapannya
kepada kakak
perempuan yang belum
menikah

4. Larangan (Mores)
Larangan adalah berbagai bentuk kebiasaan yang mengandung aspek moral, biasanya
berbentuk tindakan yang tidak boleh dilakukan oleh seseorang dalam suatu masyarakat.
Pelanggaran terhadap larangan tersebut akan mengakibatkan sangsi sosial. Biasanya
bersumber dari budaya atau nilai-nilai agama.

Beberapa Larangan yang Dijumpai di Beberapa Daerah


Larangan Alasan
Apabila istri hamil dilarang bagi suami/istri Anaknya akan cacat
melukai atau membunuh binatang
Dilarang foto bertiga Karena nanti salah satunya akan celaka
Anak gadis tidak boleh duduk di depan pintu Nanti akan terjadi sesuatu yang buruk,
dan tangga yang bisa berakibat susah dapat jodoh

5. Konvensi (Conventions)
Konvensi menggambarkan norma dalam kehidupan sehari-hari, anjuran atau kebiasaan
bagaimana seseorang harus bertindak sehari-hari, dan biasanya berkaitan dengan perilaku
konsumen yang rutin dilakukan konsumen. Contohnya minum teh dan kopi dengan gula,
memasak menggunakan garam, anak yang menyebut orang tuanya ayah/ibu, ayah/bunda,
papa/mama, umi/abi, mami/papi.
6. Mitos
Mitos menggambarkan sebuah cerita atau kepercayaan yang mengandung nilai dan
idealisme bagi suatu masyarakat. Mitos sering kali sulit di buktikan kebenarannya.
Contohnya pada masyarakat jawa mengenai raja-raja dan wali songo.
7. Simbol
Simbol adalah segala sesuatu (benda, nama , warna, konsep) yang memiliki arti penting
lainnya ( makna budaya yang diinginkan). Contoh bendera warna kuning yang dipasang
disuatu tempat adalah simbol bahwa ada warga yang meninggal di daerah tersebut.
8. Budaya dan Konsumsi .
Budaya mempengaruhi bagaimana individu mengambil keputusan, budya adalah
variable utama dalam penciptaan dan komunikasi makna didalam produk. Persepsi
konsumen terhadap sesuatu termasuk bagaimana cara berpikir, percaya, dan bertindak
ditentukan oleh lingkungan budaya sekitar konsumen itu berada serta kelompok yang
berhubungan dengan konsumen. Kebudayaan mengimplikasikan sebuah cara hidup yang
dipelajari secara total dan diwariskan. hal ini mengandung arti bahwa kebudayaan tidak
hanya mencakup tindakan yang berlandaskan naluri tapi juga dipelajari.
Kebudayaan mempengaruhi perilaku pembelian karena budaya menyerap ke dalam
kehidupan sehari-hari. Budaya menetapkan apa yang kita dengar dan makan, dimana kita
tinggal dan kemana kita bepergian. Budaya mempengaruhi bagaimana kita membeli dan
menggunakan produk dan kepuasan kita tehadap produk-produk tersebut.

C. Pengaruh Budaya Terhadap Perilaku Konsumen


Produk dan jasa memainkan peranan yang sangat penting dalam mempengaruhi
budaya, karena produk mampu membawa pesan makna budaya. Makna budaya akan
dipindahkan ke produk dan jasa, dan produk kemudian dipindahkan ke konsumen dalam
bentuk pemilikan produk (possession ritual), pertukaran (exchange ritual), pemakaian
(grooming ritual), dan pembuangan (divestment ritual).
1. Budaya Populer
Mowen dan Minor (1998) mengartikan budaya populer sebagai budaya masyarakat
banyak yang mudah dipahami dan tidak memerlukan pengetahuan khusus.
a. Iklan
Iklan dalam berbagai bentuknya seperti iklan media cetak atau pun elektronik. Setiap
hari konsumen disajikan beragam iklan produk dan jasa melalu berbagai media. Konsumen
pun bisa menikmati iklan-iklan mancanegara yang ditayangkan di tanah air, karena iklan
telah menjadi budaya internasional.
b. Televisi
Televisi adalah medium untuk menyampaikan banyak hal kepada masyarakat : sosial,
politik, hiburan, olahraga, beragam berita, dan iklan komersial. Budaya hiburan seperti
sinetron, film, ruang konsultasi, musik, quis, ceramah agama, dan kerohanian. Beberapa
nama stasiun televisi, sctv, rcti, metro tv, tv one, trans tv, trans 7 , indosiar, riau tv dll.
c. Musik
Musik telah menjadi budaya populer yang sangat penting. Musik juga banyak dipakai
oleh iklan – iklan produk dan jasa. Konsumen indonesia sangat terbuka dalam menerima jenis
musik dari mancanegara.

d. Radio
Ada fungsi radio yang tidak bisa digantikan, konsumen bisa mendengarkan radio sambil
bekerja, mengemudi dan melakukan kegiatan lainnya. Sejak penggunaan telepon selular,
radio meciptakan budaya baru yaitu interaktif antara pendengar dan penyiar radio, radio bisa
menyiarkan langsung kejadian – kejadian penting di masyarakat.
e. Pakaian danAsesoris
Pakaian menggambarkan suatu budaya dan bangsa. Konsumen selalu membutuhkan
pakaian dan asesoris berbeda untuk tujuan yang berbeda. Kebutuhan pakaian dan asesoris
yang berbeda antar waktu dan situasi ini yang menyebabkan permintaan selalu meningkat.
f. Permainan (Games)
Seiring dengan berkembangnya teknologi alat-alat elektronik seperti komputer,
playstation, nintendo, PSP dll, maka berkembang pula segala macam jenis permainan. Setiap
era selalu memiliki budaya permainan populer yang berbeda.
g. Film
Film telah mewarnai kehidupan masyarakat indonesia dan dunia. Film bisa di tonton di
bioskop televisi, vcd dll dari anak-anak hingga dwasa. Film menjadi hiburan bagi konsumen.
Semua jenis prosuk, iklan produk di tayangkan pada saat pemutaran film.
h. Komputer
Komputer, internet dan telepon genggam menjadi ciri budaya modern suatu bangsa
pada dekade ini termasuk ciri budaya populer yang membawa perubahan pada perilaku
konsumen. Dahulu hanya menggunakan mesin ketik untuk mengolah data, menulis dokumen.
Kehadiran internet konsumen bisa berkomunikasi dengan dunia luar. Pemakaian telepon
genggam juga memiliki perilaku yang baru bisa mengirim kabar dengan cepat conothnya
penggunaan SMS.
2. Strategi Pemasaran dengan dan Memperhatikan Budaya
Beberapa strategi pemasaran bisa dilakukan dengan pemahaman budaya suatau
masyarakat, pemasar dapat merencanakan strategi pemasaran pada penciptaan produk,
segmentasi dan promosi. Pemahaman tentang budaya suatu masyarakat dan bangsa akan
memberikan inspirasi mengenai produk yang dibutuhkan oleh konsumen.
Contohnya pada masyarakat indonesia telah mempercayai perawatan kecantikan,
menjaga kebugaran tubuh dan menyembuhkan berbagai penyakit menggunakan tumbuh-
tumbuhan , kewirausahaan pun memanfaatkan pengetahuan budaya tersebut untuk membuat
produk tradisional seperti jamu. Produsen jamu Nyonya Meneer memiliki 3000 karyawan dan
mendistribusikan produknya keseluruh propinsi di indonesia bahkan mengekspor ke jiran
malaysia.
a. Penciptaan Ragam Poduk
Beragamnya budaya dalam berbagai masyarakat bagi pemasar seharusnya menjadi peluang
sangat baik. Dalam suatau budaya tertentu, banyak sekali ritual-ritual budaya yang
membutuhkan barang-barang yang dijadikan sebagai symbol tertentu.
b. Segmentasi Pasar
Ritual budaya yang dijalankan masyarakat dapat merupakan suatu segmen pasar tersendiri.
misalnya, ritual mudik lebaran dapat dijadikan satu segmen pasar “pasar mudik lebaran”.
c. Promosi
setelah segmentasi dilakukan, strategi promosi dapat difokuskan segmen sasaran saja agar
efektif dan efisien. pemahaman budaya bisa dijadikan dasar untuk memposisikan produk
melalui iklan, Iklan dirancang sehingga mempisisikan produk untuk ritual budaya-budaya

D. Tinjauan Sub Budaya


Subbudaya adalah kelompok budaya berbeda yang ada sebagai sebuah segmen yang
dapat dikenali dalam suatiu masyarakat yang lebih besar dan lebih kompleks, para nggotanya
mempunyai kepercayaan, nilai-nilai, dan kebiasaan yang membedakan mereka dari para
anggota masyarakat yang sama pada waktu yang sama, mereka memegang kepercayaan yang
dominan dalam masyarakat secara keseluruhan. Subbudaya mempunyai focus yang lebih
sempit dari pada budaya. Pembagian subbudaya didasarkan pada berbagai macam variable
sosiobudaya dan demografis seperti kebangsaan, agama, lokasi geografis, ras, usia, gender,
dan status pekerjaan.
Dalam setiap budaya terdapat kelompok-kelompok yang lebih kecil dimana
memberika sosialisasi dan identifikasi lebih spesifik bagi para anggotanya, kelompo-
kelompok ini disebut sub-budaya, dimana didalamnya teradapat sekelompok orang tertentu
dalam sebuah masyarakat yang sama-sama memiliki makna budaya yang sama untuk
tanggapan afeksi dan kognisi, prilaku, dan faktor lingkungan.
Budaya local yang berkembang pada umumnya mengikuti etnis masing-masing.
variable lainnya yang mempengaruhi budaya local adalah agama, geografis, dan regional,
usia serta jenis kelamin, variable tersebut disebut dengan sub-budaya, dalam beberapa hal
karakteristik produk dapat disesuaikan dengan kebutuhan segmen pasar tertentu, karena para
konsumen secara simulan adalah anggota beberapa kelompok subbudaya, pemasar harus
menentukan untuk kategori prosuk tersebut bagaimana kenggotaan subbudaya tertentu saling
berinteraksi untuk mempengaruhhi guna mempengaruhi keputusan pembelian konsumen.
1. Afeksi dan Kognisi
Penilaian afeksi dan kognisi adalah penilaian terhadap suka atau tidak suka, perasaan
emosional yang tindakannya cenderung ke arah berbagai objek atau ide serta kesipan
seseorang untuk melakukan tindakan atau aktifitas, Sikap sangat mempengaruhi keyakinan,
begitu pula sebaliknya, keyakinan menentukan sikap. Dalam hubungannya dengan perilaku
konsumen, sikap dan keyakinan sangat berpengaruh dalam menentukan suatu produk, merek,
dan pelayanan. sikap dan keyakinan konsumen terhadap suatu produk atau merek dapat
diubah melalui komunikasi yang persuasive dan pemberian informasi yang efektif kepada
konsumen.
2. Perilaku
Perilaku merupakan suatu bentuk kepribadian yang dapat diartikan sebagai bentuk
sifat-sifat yang ada pada diri individu, yang ditentukan oelh faktor internal dan faktor
eksternal.
3. Faktor Lingkungan
Berdasarkan teori Gestal dan lapangan dapat disimpulkan bahwa faktor lingkungan
merupakan kekuatan yang sangat berpengaruh pada perilaku konsumen. Penggunaan objek
secara keseluruhan akan lebih baik dari pada hanya bagian-bagian. misalnya menampilkan
produk, merek, dalam iklan, surat kabar, media masa.

E. Sub Budaya Demografi


1. Sub-Budaya Etnis
Etnis dapat diartikan sebagai kelompok orang yang mempunyai norma dan nilai
spesifik yang sama dalam persepsi dan kognisi yang berbeda dengan persepsi dan kognisi
kelompok lain dalam masyarakat yang lebih luas, nilai ini dapat terbentuk dari segi fisik,
agama, geografis atau faktor lainnya namun tidak mutlak. Misalnya Etnis Sunda pada umum
berkulit sawo matang dan beragama Islam berbeda dengan Etnis Papua yang berkulit hitam
dan beragama kristen pada umumnya. Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri
dari pulau-pulau besar dan kecil, pualau yang penghuninya maupun yang tidak berpenghuni.
Pulau- pulau tersebut dihuni oleh bermacam-macam Etnis yang berbeda. Tiap Etnis
memiliki latar belakang, sejarah, norma, dan keunikan tersendiri.
Beberapa di antaranya ialah:
a. Suku Bangsa Aceh
b. Suku Bangsa Batak
c. Suku Bangsa Minangkabau
d. Suku Bangsa Jawa
e. Suku Bangsa Sunda
f. Suku Bangsa Bali
g. Suku Bangsa Dayak
h. Suku Bangsa Bugis dan Makasar
i. Suku Bangsa Halmahera
j. Suku Bangsa Asmat dan Dani
Apabila kita memahaman keragaman yang ada di dalam setiap etnis seperti halnya,
norma yang dianut, kebiasaannya, sejarahnya dan lain-lain, maka kita akan dapat merancang
suatu strategi pemasaran yang tepat yang tidak melanggar nilai-nilai dan norma yang dianut
oleh Etnis tertentu.
Di Indonesia biasanya untuk sub-budaya Etnis pemasar melakukan strategi yang pada
umumnya berhubungan dengan produk makanan misalnya seperti yang dilakukan oleh
indomie dengan memasarkan produk mie instan selera nusantara. Selain itu beberapa kota
besar di jawa banyak sekali terdapat tempat-tempat makanan/ restoran yang mengkhususkan
produk makanan/ masakan dari etnis tertentu misalnya: Rumah Makan Padang, Rumah
Makan Sunda, Rumah Makan Betawi dan lain-lain, dengan harapan orang-orang dari etnis
tertentu tertarik untuk makan di tempat tersebut.

2. Sub-Budaya Agama
karena bervariasi dan pluraris serta sifatnya yang pribadi membuat kelompok agama
mempunyai pengaruh penting bagi konsumsi suatu masyarakat, kelompok keagamaan akan
memperlihatkan preferensi dan tabu yang spesifik.
Pemasar hendaknya dapat memperhatikan secara seksama preferensi dan tabu yang
spesifik atas barang yang dihasilkan karena akan mempengaruhi perilaku pembeli dari sub-
budaya kelompok kagamaan yang dimaksud.
Bagi pemasar di Indonesia, dimana mayoritas penduduknya beragama Islam
mengharuskan mereka untuk mendapatkan sertifikasi halal untuk setiap produk yang
berhubungan dengan makanan. Konsumen yang beragama Islam lebih cenderung
memperhatikan kehalalan suatu produk, sebelum dia membeli produk tersebut, seperti
perusahaan yang memproduksi Ajinomoto yang beberapa waktu lalu mempromosikan
produknya secara gencar mengenai kehalalan produknya Di Bali yang sebagian besar
penduduknya beragama Hindu, mengharuskan seorang pemasar untuk tidak memasarkan
produk makanan yang mengandung daging sapi. Bagi pemeluk agama Budha dan agama
Kristen Advent yang tidak mengkonsumsi daging merupakan pasar tersendiri bagi seorang
pemasar, misalnya dengan membuka rumah makan/ restoran vegetarian.

3. Sub-Budaya Geografis dan Regional


Daerah geografis suatu negara kadang mengembangkan budayanya sendiri. Daerah
barat daya merika Serikat dikenal karena gaya hidup kasual yang meninjolkan busana yang
nyaman, hiburan luar rumah, dan olahraga yang aktif dan juga tampak lebih inovatif ke arah
produk baru sperti bedak kosmetisbila dibandingkan dengan sifat konservatif dan malu-malu
yang mencirikan beberapa daerah negara tersebut.
Di Indonesia masyarakat perkotaan/ kota besar pada umumnya menyukai jenis
hiburan yang berhubungan dengan alam, lain halnya dengan masyarakat yang tinggal di
daerah kabupaten atau kota kecil yang lebih memilih berlibur ke kota. Selain gaya hidup
iklim juga menghasilkan suatu inti dari nilai-nilai di dalam suatu daerah geografis.
Contohnya, Indonesia ada daerah-daerah tertentu yang iklimnya agak dingin, seperti daerah
Jawa barat (lembang), perusahaan juga harus menyesuaikan produk apa yang sesuai untuk di
pasarkan di daerah tersebut, misalnya baju/ pakaian hangat(sweater).
Di Indonesia misalnya untuk produk mobil, pada daerah indonesia bagian barat
khususnya daerah Sumatera yang masyarakatnya yang sebagian besar berusaha di bidang
perkebunan lebih memilih/mengutamakan menggunakan kendaraan jenis “jeep”. Di kota-kota
besar seperti Jakarta dan Bandung saat ini masyarakat lebih memilih menggunakan mobil
dengan ukuran kecil, pemasaran dalam hal ini Suzuki memasarkan mobil dengan nama
Karimun dan Daihatsu dengan merek Ceria. Untuk wilayah Indonesia bagian timur
khususnya daerah Papua yang masyarakatnya secara ekonomi masih kurang dibandingkan
dengan masyarakat daerah lain, maka jenis kendaraan roda dua akan lebih diminati.
4. Sub-Budaya Usia
Kelompok usia dapat juga dianalisis sebagai sebuah sub-budaya karena sering
memiliki nilai dan perilaku yang berbeda, namun pemasaran harus berhati-hati dalam
mensegmen konsumen jika didasarkan pada usia mereka yang sebenarnya, karena sebagian
konsumen dewasa merasa mereka masih muda, sebaliknya ada pula konsumen remaja yang
menganggap dirinya sudah dewasa, hal semacam diatas dapat ditemukan misalnya dalam
pernyataan” saya merasa masih muda”, “ saya tidak menyadari bahwa saya sudah tua” atau “
saya merasa sudah cukup dewasa”, pernyataan seperti di atas membuat seorang pemasar
harus menganalisis ”
usia subjektif” atau “ usia kognitif” (usia yang dianggap sebagai usia yang dapat bagi diri
pribadi seseorang), namun tetap mengtamakan usia kronologi atau usia nyata.
a. Pasar anak dan remaja
Pasar anak dan remaja menjadi sangat penting bukan hanya karena mereka memilki
pengaruh besar dalam pembelian rumah tangga,tapi juga daya beli mereka yang terpisah.
Usia pasar anak dan remaja antara 7 sampai 19 tahun, selain alasan diatas mereka dianggap
penting karena mereka juga sering ikut melakukan kegiatan pembelian bahkan ikut membuat/
menentukan daftar barang belanjaan. Di Indonesia hampir semua iklan melibatkan anak-anak
dan remaja dalam komunitas suatu keluarga. Misalnya iklan”kecap bango”, iklan “Pasta Gigi
Pepsodent”, iklan “Sabun Cuci Rinso” dan lain-lain.
b. Pasar Baby Boomer
Yang dimaksud dengan Baby Boomer adalah mereka yang berumur antara 30-an
sampai 40-an, dimana mereka memasuki tahun-tahun puncak penghasilan dan
pengeluarannya. Kelompok ini menekankan arti pentingnya kesehatan dan olahraga serta
pendidikan. Baby boomer memiliki dampak yang kuat pada pasar perumahan, mobil,
panganan, pakaian, kosmetik dan jasa keuangan.
Para boomer yang berstatus orang tua baru adalah pasar yang paling menarik bagi
para pemasar. Pasar untuk produk anak-anak juga ikut berkembang sejalan dengan
perkembangan diatas.
Misalnya, penjualan mainan diharapkan meningkat dua kali lebih cepat dari populasi
anak-anak yang menjadi sasaran mereka. Pasar lain, seperti jasa perawatan anak dan peranti
lunak komputer untuk anak kecil, dapat meningkat dua kali lipat dalam beberapa tahun
kedepan.
c. Pasar Dewasa
Yang termasuk dalam usia pasar dewasa adalah yang berumur 55-64 disebut lebih
dewasa, 65-74 disebut tua, 75-84 disebut tua sekali, dan renta diatas 85 tahun. Biasanya,
pemasar mengabaikan pasar dewasa, mungkin karena diasumsikan memiliki daya beli yang
rendah. Namun demikian, di samping jumlahnya yang besar, karakteristik ekonomis pasar ini
layak mendapat perhatian penuh. Walaupun sebagian anggota kelompok ini tidak lagi
bekerja, mereka sering sekali memiliki pendapatan yang dapat dibelanjakan dalam jumlah
yang cukup besar.
Golongan tua merupakan pasar yang cukup besar untuk produk perawatan kulit,
vitamin dan mineral, alat bantu kesehatan dan kecantikan, dan obat-obatan yang mengurangi
rasa sakit, dan meningkatkan kinerja sehari-hari.
5. Sub-Budaya Jenis Kelamin
Untuk beberapa tujuan pemasaran, perbedaan jenis kelamin mungkin cukup signifikan
untuk memandang kedua jenis kelamin sebagai suatu sub-budaya yang berbeda. Kepemilikan
produk dipandang oleh sebagian pria sebagai cara untuk mendominasi dan mengungkapkan
kekuasaan atas orang lain, membedakan dirinya dari orang lain dan mungkin bentuk
terselubung dari agresi terhadap orang lain. Wanita, sebaliknya, cenderung menilai tinggi
barang milik yang dapat memperkuat hubungan personal dan sosial. Sebagian pemasar
melihat bahwa sangat bermanfaat untuk mengembangkan strategi pemasaran yang berbeda
untuk sub-budaya pria dan wanita. Misal: Samsung yang mengeluarkan produk handphone
yang diberi nama Samsung Queen A-400 yang dkhususkan untuk wanita dan Samsung Blue
Cool yang dikhususkan untuk pria, Mie instans yang bermerek Cinta Mie yang mengandung
Vitamin E untuk kulit (kecantikan) diprioritaskan untuk para wanita.

F. LINTAS BUDAYA (CROSS CULTURAL CONSUMEN BEHAVIOR)


Dalam melakukan pemasaran yang melintasi batas-batas negara dituntut suatu
interaksi dengan orang-orang dan lembaga-lembaga serta organisasi yang dikelola dalam
lingkungan kebudayaan yang berbeda.
Memahami tingkah laku konsumen bagi perusahaan yang memasarkan produknya
dalam batas-batas suatu negara sudah cukup sulit. Pemasar internasional harus memahami
perbedaan dan menyesuaikan produk serta program pemasarannya untuk memenuhi budaya
dan kebutuhan unik konsumen dalam berbagai pasar..
Perbedaan-perbedaan kultural (culture difference) sangat mempengaruhi perilaku
pasar. Supaya berhasil dikancah mancanegara, perusahaan harus memahami kultur negara-
negara tujuan dan mempelajari bagaimana mengadaptasinya. Oleh karena itu, pemasar
internasional perlu sedapat mungkin membiasakan diri dengan sifat kultural dari setiap
negara, dimana mereka menggeluti lapangan usaha.
Secara umum bahwa kebudayaan harus memiliki tiga karateristik
1. Kebudayaan dipelajari, artinya, kkebudayaan diperoleh setiap orang sepanjang masa
melalui keanggotaan mereka di dalam suatu kelompok yang menurunkan kebudayaan dari
satu generasi ke generasi berikutnya.
2. Kebudayaan bersifat kait-mengkait, artinya setiap unsur dalam kebudayaan sangat
berkaitan erat satu sama lain, misalnya unsur agama berkaitan erat dengan unsur perkawina,
unsur bisnis berkaitan erat dengan unsur status sosial.
3. Kebudayaan dibagikan, artinnya prinsip-prinsip serta kebudayaan menyebar kepada setiap
annggota yang lain dalam suatu kelompok.
Dari titik pandang seorang pemasar, suatu cara memperoleh pemahaman kebudayaan
adalah menganalisis elemen-elemen kebudayaan dalam suatu negara, sebagai berikut:
1. Kehidupan material
mengacu pada kehidupan ekonomi, yakni apa yang dilakukan oleh manusia untuk
memperoleh nafkah.
2. Interaksi sosial
interaksi sosial membangun aturan-aturan yang dimainkan seseorang dalam masyarakat, serta
pola kekuasaan dan kewajiban mereka.
3.Bahasa
komunikasi terungkap melalui kata-kata, gerak-gerik, air muka, dan gerakan tubuh lainnya.
Oleh karena itu, seorang pemasar internasional harus berhati-hati dalam menangani persoalan
bahasa dalam trensaksi-transaksi dagang, kontrak, negosiasi, reklame, dan sebagainya.
4. Estetika
Estetika meliputi seni(arts), drama, musik, kesenian rakyat dan arsitektur yang terdapat dalam
masyarakat. Nilai estetika dari suatu masyarakat tampak pada corak, bentuk, warna, ekspresi,
simbol, gerak-gerik, emosi, perawakan yang bernilai dan berkaitan dengan suatu budaya
tertentu. Atribut-atribut ini memiliki pengaruh pada desain/ model dan promosi untuk produk
yang berbeda.
5. Nilai dan sikap
setiap kultur mempunyai seperangkat nilai dan sikap yang mempengaruhi hampir segenap
aspek perilaku manusia dan membawa keteraturan pada suatu masyarakat/ individu-
individunya.
6. Agama dan kepercayaan
agama mempengaruhi pandangan hidup, makna dan konsep suatu kebudayaan. Oleh karena
prinsip dan sikap agama mungkin sangat mempengaruhi pemasaran barang dan jasa, maka
pemasar internasional harus peka terhadap prinsip agama tuan rumah dimana mereka akan
melakukan pemasaran.
8. Edukasi
edukasi meliputi proses penerusan keahlian, gagasan, sikap dan juga pelatihan dalam disiplin
tertentu. Salah satu fungsi edukasi adalah mentransmisikan kultur dan tradisi yang ada ke
generasi baru. Meskipun demikian edukasi dapat pula digunakan untuk melakukan perubahan
kultural.
7. Kebiasaaan-kebiasaan dan tata karma
kebiasaan (customs) adalah praktek-praktek yang lazim/mapan. Tata krama(manners) adalah
perilaku-perilaku yang dianggap tepat di dalam suatu masyarakat tertentu. Para manajer harus
memperhatikan perbedaan-perbedaan dalam cara produk digunakan.
8. Etika dan Moral
pengertian dari apa yang disebut benar dan apa yang salah didasarkan pada kebudayaan.
Contoh: perbedaan perangai orang-orang jepang dan orang-orang korea juga menggambarkan
masalah etika. Orang-orang jepang bersifat formal dan berhati-hati, sedangkan orang korea
bersifat informal dan ramah.
G. Analisis Lintas Budaya
Analisis lintas budaya adalah perbandingan sistematik dari berbagai similaritas dan
perbedaan dalam aspek-aspek fisik dan perilaku kultur. Dalam pemasaran, analisis lintas
budaya digunakan dalam rangka mendapatkan suatu pengertian atas segmen-segmen pasar
dalam dan di seberang batas-batas nasional. Tujuan analisis ini ialah menentukan apakah
pemasaran, dapat digunakan di dalam satu atau lebih pasar asing ataukah harus dimodifikasi
untuk memenuhi kondisi lokal. Dalam pemasaran, analisis lintas budaya sering memerlukan
pengidentifikasian implikasi kultur terhadap peran-peran pembelian keluarga, fungsi produk,
desain produk, aktivitas promosi dan penjualan, sistem saluran dan penentuan harga.
1. Misinterpretasi Penilaian Lintas Budaya
Secara konseptual analisis kultural itu dapat didasarkan pada yang manapun dari ketiga
pendekatan sebagai berikut:
a. Pendekatan etnosentrime,
menganggap “kamilah yang terbaik”. Banyak perusahaan AS salah karena menganggap
bahwa apa yang baik di tempat sendiri pasti baik juga di pasar-pasar luar negeri.
b. Pendekatan asimilasi,
menganggap bahwa karena Amerika adalah wadah percampuran budaya, maka ciri-ciri khas
budaya yang tampak di masyarakat Amerika pasti cocok di manapun.
c. Pendekatan keunggulan pandangan tuan rumah,
memberi perhatian pada keadaan pasar dan menekankan kebijakan-kebijakan yang
didasarkan pada ciri khas budaya setempat, budaya tuan rumah.
Berikut adalah garis besar analisis antar budaya mengenai tingkah laku konsumen:
1. Menentukan motivasi yang relevan dalam suatu budaya.
2. Menentukan karateristik pola tingkah laku.
3. Menentukan bidang nilai budaya mana yang relevan dengan produk ini.
4. Menentukan bentuk karateristik dalam membuat keputusan.
5. Mengevaluasi metode promosi yang cocok dengan budaya setempat.
6. Menentukan lembaga yang cocok untuk produk ini menurut pikiran konsumen.

2. Adaptasi Budaya
Adaptasi budaya(cultural adaptation) mengacu pada penentuan kebijaksanaan bisnis
yang sesuai dengan ciri khas budaya suatu masyarakat. Secara esensial, ada tiga lingkup yang
tercakup dalam adaptasi bisnis luar negeri: produk, institusi dan individu.
1. Produk dapat dipasarkan ke luar negeri, dengan dimodifikasi hingga cocok dengan iklim,
spesifikasi elektronik, preferensi warna, dan minat luar negeri, atau produk itu dirancang
ulang sama sekali agak sesuai dengan kebutuhan masyarakat setempat.
2. Tingkah laku institusi meliputi adaptasi organisasi dan interaksi-interaksi bisnis untuk
mencocokkan dengan perspektif negara setempat. Misalnya: perusahaan AS di Spanyol
mengizinkan para pekerjanya untuk istirahat siang.
3. Adaptasi tanggapan individu terhadap situasi negara-negara setempat harus benar-benar
bebas dari SRC( berdasarkan kriteria sendiri/ self-reference criterion). Adaptasi seperti ini
dituntut dalam segala hal arti waktu, tingkah laku sosial, interaksi dalam keluarga, dan lain-
lain.

3. Perilaku Pembeli dalam Suasana Global


Dalam rangka memahami perilaku pembeli luar negeri, pemasar internasional perlu
melakukan empat tugas pokok yang sama dengan yang dibutuhkan oleh pemasar domestik,
tetapi di dalam dan di luar pasar-pasar asing:
1. Mengidentifikasi similaritas dan perbedaan di dalam yang sedang ditinjau.
2. Memilih model, konsep dan teknik perilaku pembeli untuk pasar yang sedang ditelaah.
3. Memodifikasi penerapannya untuk memenuhi karateristik pasar.
4. Menafsirkan hasilnya dalam konteks pasar tersebut.

4. Membedakan Strategi Lokal dan Global


1. Pasar industrial(industrial market)
Didalam pasar ini pertimbangan-pertimbangan kultural dan sosial memainkan peran yang
relatif kurang penting dalam keputusan pembelian mereka
2. Pasar Konsumsi(Consumer Market)
Pasar konsumsi terdiri atas pembeli-pembeli yang berkepentingan dalam pemuasan
kebutuhan/keinginan pribadi. Mereka lebih umumnya lebih rentan terhadap kekuatan kultural
dan sosial dibandingkan para pembeli industrial.

I. BAURAN PEMASARAN DALAM LINTAS BUDAYA


1. Organisasi Perusahaan
Terdapat tiga cara dalam menyusun organisasi agar produk yang dihasilkan mampu
menembus pasar sasaran luar negeri.
a. Perusahaan tetap berada di dalam negeri, dan menjual produk keluar negeri melalui proses
ekspor. Mereka menggunakan jasa perusahaan pasar luar negeri sasaran sebagai agen
penjualan. Model seperti ini memerlukan pencarian informasi mengenai budaya lokal secara
lebih banyak.
b. Perusahaan dapat membuat perusahaan patungan dengan pihak dalam negeri pasar sasaran,
disebut juga sebagai cara aliansi strategi. Model ini jelas lebih dapat diandalkan dalam
memahami budaya lokal sehingga strategi-strategi yang dikembangkan tidak bertentangan
dengan budaya lokal.
c. Dengan mendirikan perusahaan di negara dimana produk akan dipasarkan dan kepemilikan
tidak di bagi dengan pengusaha dalam negeri. Resiko yang dialami bisa berupa nasionalisasi,
pembatasan dari pemerintah, dan lain-lain. Model ini adalah odel yang paling berisiko,
walaupun memang potensi profitnya juga tinggi.
2. Rencana Standarisasi
Berikut adalah unsur-unsur marketing mix yang perlu dimengerti oleh pemasar
internasional dalam hubungannya dengan kebudayaan suatu negara.
a. Perencanaan Produk
Perencanaan produk internasional terdiri atas empat jenis:
Membuat produk yang sama untuk setiap negara tujuan(straight extention)nmerupakan
strategi perencanaan produk yang akan dijual kepasar internasional dengan menciptakan
produk yang sama di seluruh pasar luar negeri.
Adaptasi Produk (produk adapattion) pendekatan ini biasanya dipakai untuk produk-
produk yang memerlukan penyesuaian dalam ukuran karena ada ketidakcocokan pengguna.
Pendekatan backward invention pendekatan ini dipakai untuk memasarkan produk ke
negara-negara yang berkembang.
Pendekatan forward invention pendekatan ini dilakukan terus menerus menciptakan
produk yang unggul.
b. Perencanaan Distribusi
Distribusi produk internasional memerlukan jalur yang panjang. Faktor-faktor yang perlu
dipertimbangkan dalam merencanakan distribusi produk adalah jalur distribusi yang tersedia
di negara tujuan, ketepatan menggunakan saluran distribusi, perbedaan praktek distribusi
dengan negara tujuan, biaya dan faktor-faktor lain.
c. Perencanaan Promosi
Alasan melakukan promosi global dan lokal adalah bahwa nama merek perusahaan perlu
mendunia, tetapi secara lokal merek perusahaan juga bisa diterima oleh berbagai budaya yang
ada. Praktek-praktek promosi khususnya periklanan mungkin yang paling rentan terhadap
kesalahan kultural.
d. Penentuan Harga
Harga atas produk yang tersedia dibayar konsumen tergantung pada nilai perkiraan dan aktual
dari produk tersebut.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Budaya adalah segala nilai, pemikiran, simbol, yang mempengaruhi perilaku, sikap,
kepercayaan, dan kebiasaan seseorang dan masyarakat. Budaya bukan hanya bersifat abstrak
tetapi bisa berbentuk objek material seperti rumah, kendaraan, peralatan elektronik, pakaian,
undang-undang, makanan, minuman, musik, teknologi, dan bahasa.
Produk dan jasa memainkan peranan yang sangat penting dalam mempengaruhi
budaya, karena produk mampu membawa pesan makna budaya. Makna budaya akan
dipindahkan ke produk dan jasa, dan produk kemudian dipindahkan ke konsumen dalam
bentuk pemilikan produk (possession ritual), pertukaran (exchange ritual), pemakaian
(grooming ritual), dan pembuangan (divestment ritual).
Dalam pemasaran, analisis lintas budaya sering memerlukan pengidentifikasian
implikasi kultur terhadap peran-peran pembelian keluarga, fungsi produk, desain produk,
aktivitas promosi dan penjualan, sistem saluran dan penentuan harga. Etnis dapat diartikan
sebagai kelompok orang yang mempunyai norma dan nilai spesifik yang sama dalam persepsi
dan kognisi yang berbeda dengan persepsi dan kognisi kelompok lain dalam masyarakat yang
lebih luas, nilai ini dapat terbentuk dari segi fisik, agama, geografis atau faktor lainnya
namun tidak mutlak

DAFTAR PUSTAKA

Schiffman, Leon. Leslie Lazar Kanuk. 2008. Perilaku Konsumen. Indonesia: Mancanan Jaya
Cemerlang.
Sumarwan, Ujang. 2004. Perilaku Konsumen. Bogor: Ghalia Indinesia
Setiadi, Nugroho J. 2008. Perilaku Konsumen. Jakarta: Prenada Media Group

PERILAKU KONSUMEN LINTAS


DAN
PERSPEKTIF INTERNASIONAL
Posted on July 4, 2011
PERILAKU KONSUMEN LINTAS DAN PERSPEKTIF INTERNASIONAL

Jenis-jenis organisasi lintas budaya:


1. Internasional organisasi
Organisasi bisnis yang beroperasi diluar negri sebagai bagian dari bisnis dari kantor pusat yang ada
didalam negeri. Kebijakan pemasaran untuk melayani customer secara domestic dan kemudian
menawarkan marketing mix yang sama kenegara lainnya.

1. Organisasi multinasional
Organisasi bisnis yang mempunyai kegiatan di luar negri yang merupakan sebuah portofolio bisnis
indipenden. Kebijakan untuk melayani pelanggan didesain secara individual dimasing-masing Negara.

1. Organisasi global
Organisasi bisnis dengan kegiatan bisnis diluar negri sebagai feeder atau saluran pengangkut ke pasar
global. Kebijakannya adalah untuk melayani sebuah pasar global dengan sebuah marketing mix
tunggal dengan cirri-ciri pembuatan keputusan yang tersentralisasi

1. Organisasi trans nasional


Organisasi yang menangani kegiatan diluar negri sebagai sebuah proses yang komplek untuk
koordinasi dan kerjasama. Lingkungan yang ditangani sebagai sebuah pembuatan keputusan yang
merupakan bagian dari cara berpartisipasi. Kebijakan untuk melayani lingkungan bisnis global
menggunakan sumber daya global yang fleksibel dengan formulasi marketing mix global berbeda.

REPORT THIS AD

Terdapat dua subjek penting dalam saluran pemasaran internasional, yaitu :

1. Strategi memasuki pasar


Terdapat 3 cara untuk masuk ke Negara lain :

1. Ekspor
2. Transfer teknologi dan keahlian dibutuhkan untuk memproduksi dan memasarkan barang ke
perusahaan-perusahaan di Negara lain melalui perjanjian kontrak
3. Investasi langsung

1. Alternative saluran
Dua alternative saluran internasional utama yang tersedia bagi prodisen domestic, yaitu:
1. Perantara domestic, perantara yang mempunyai pengetahuan tentang pasar luar negri dan
kemampuan menyediakan jenis perwakilan local yang ditawarkan perantara asing.
2. Pearantara asing, perusahaan membuat kesepakatan langsung dengan perantara asing. Cara ini
lebih memperpendek sluran dan membuat pabrikan lebih dekat ke pasar. Masalah utamanya
adalah bahwa perantara asing jauh lokasinya sehingga sulit diawasi ke timbang perantara
domestic.
Strategi Alternatif Multinasional : Global vs Lokal
Beberapa penjual berpendapat bahwa dunia pasar menjadi makin dan semakin mirip dan
dibakukannya standar penjualan, oleh karena itu, menjadi makin dapat dikerjakan dengan mudah.
Contohnya : Mobil Exxon telah mengeluarkan 150 juta dolar untuk mempromosikan produknya, dan
perusahaan menginginkan semua advertisement untuk memiliki pandangan dan perasaan yang sama.,
tanpa memperhatikan dimana 100 negara di dunia advertisement itu akan muncul. Jelasnya, penjual
lain merasa perbedaan antara konsumen dari berbagai negara adalah terlalu jauh untuk mengijinkan
strategi penjualan yang baku. Dalam prakteknya, tantangan dasar untuk banyak eksekutif yang
merenungkan penjualan multinasional adalah untuk memutuskan apakah menggunakan pembagian
kebutuhan dan nilai-nilai (shared needs and values) sebagai strategi segmentasi atau menggunakan
rintangan nasional (national borders) sebagai strategi segmentasi.
REPORT THIS AD

MENCIPTAKAN SEBUAH MERK DUNIA


Beberapa perusahaan telah menciptakan produk ber-merk dunia yang dihasilkan, dikemas, dan
diposisikan dengan cara yang sama tanpa menghiraukan negara di mana produk itu dijual. Penjual
produk-produk dengan pasar yang luas menggunakan sebuah world branding strategy. Contohnya ;
Gilette, Estee Lauder, Unilever, dan Flat, juga menggunakan periklanan global untuk bermacam-
macam produk dan pelayanan.
PEMASARAN GLOBAL YANG ADAPTIVE
Dalam membedakan strategi komunikasi pemasaran yang menekankan pada pesan umum, beberapa
perusahaan melakukan strategi yang menyesuaikan iklan mereka dengan nilai-nilai khusus
kebudayaan. Mc Donald’s adalah contoh perusahaan yang mencoba untuk melokalisir iklannya di tiap
pasar yang mempunyai kebudayaan yang berbeda, dengan cara membuat perusahaan “glocal”.
Contohnya, Ronald McDonald telah berganti nama menjadi Donald McDonald di Jepang karena
bahasa Jepang tidak mengandung bunyi “R”. Sebagai tambahan, menu McDonald di Jepang telah
dilokalisir dengan memasukkan menu sup jagung dan milkshake teh hijau. Di Swedia McDonald’s
mengembangkan bungkus baru menggunakan ilustrasi dengan ukiran kayu dan desain yang lembut
untuk menarik minat konsumen di negara itu dimana orang di negara itu memiliki cita rasa yang
tinggi terhadap makanan dan menyukai kegiatan di luar ruangan. Beberapa perusahaan menggunakan
beberapa kombinasi strategi. Misalnya, Unilever, Playtex dan Black & Decker telah menambah
strategi global mereka dengan mengesahkan produk mereka secara lokal. Dalam mengambil
pendekatan yang adaptif, pembuat iklan global dengan pengetahuan tentang perbedaan kebudayaan
dapat membuat pesan tambahan yang efektif untuk menyesuaikan dengan pemasaran lokal.
Penelitian terbaru yang dilakukan oleh advertiser asing di China menemukan bahwa 11 persen
perusahaan menggunakan global strategi, 12 persen menggunakan lokal strategi dan hampir 77 persen
menggunakan strategi kombinasi. Dari 7 komponen periklanan yang telah dipelajari, bahasa lokal
untuk memadukan dengan budaya lokal telah disadari sebagai hal yang paling penting, hal penting
lainnya ialah atribut produk lokal, model, warna iklan, humor, background pemandangan, dan musik.
Segmentasi Psikografik Antar Budaya
Terdapat perbedaan sikap atau perilaku yang penting dalam menentukan kepuasan antar konsumer
yang memungkinkan munculnya pembagian consumer berdasarkan perbedaan kultur. Beberapa
perusahaan mungkin mendirikan strategi global branding, sedangkan perusahaan lainnya dibentuk
dengan strategi individual/local marketing.

REPORT THIS AD
Penelitian di Amerika Utara dan Selatan, Asia, dan Eropa tentang nilai dasar motivasi yang
mendorong terbentuknya sikap dan perilaku menghasilkan 6 kelompok global values market
segments, yaitu :

1. strivers: menyukai kekayaan, status, ambisi, dan kekuasaan. Mereka berpikir bahwa persoalan
material adalah sesuatu yang sangat penting.
2. devouts: mempunyai nilai-nilai tradisional seperti keyakinan, kewajiban, kepatuhan,
menghormati yang lebih tua. sedikit tergabung dengan media dan tidak terlalu menyukai
produk luar, khususnya di Afrika dan Asia Tengah dan Timur.
3. altruists : ekstroversion, suka masalah-masalah social dan penyebabnya. Biasanya
berpendidikan baik, usia-usia lebih tua (antara umur 44), dan kebanyakan wanita. (Rusia dan
Amerika Latin)
4. intimates : “people-people”, focus pada hubungan yang akrab, bersahabat, kekeluargaan.
Terdapat di England, Hungary, Belanda, dan US.
5. fun seekers : grup paling muda, menyukai sesuatu yang menarik, petualangan, kesenangan,
terlihat menarik, menghabiskan waktu di bar dan restoran. Suka akan media elektronik, gaya
hidup global khususnya musik.
6. creatives : menyukai teknologi, pengetahuan, dan belajar, consumer terbesar pada media
seperti buku, majalah, dan Koran. Menyukai barang yang menggunakan PC dan surfing di web.

Anda mungkin juga menyukai