Anda di halaman 1dari 12

Critical Journal Review

Dosen Pengampu:

ANTER SINAGA

Disusun Oleh:

RENI RIA PRATIWI

4163111022

PENDIDIKAN MATEMATIKA REGULER B

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2017
KATA PENGANTAR

Segala Puji bagi Allah SWT atas rahmat dan hidayahNya, sehingga tugas
Critical Journal Review ini dapat terselesaikan dengan baik. Dalam critical
jurnal review ini saya membahas jurnal yang berjudul “Re-Invensi Batik dan
Identitas Indonesia dalam Arena Pasar Global”

Dalam penyusunan tugas atau materi ini, tidak sedikit hambatan yang
penulis hadapi. Namun penulis menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan
materi ini tidak lain berkat bantuan, dorongan dan bimbingan orang-orang terdekat,
sehingga kendala-kendala yang penulis hadapi teratasi.
Penulis berterimakasih kepada semua pihak yang telah membantu
menyelesaikan tugas ini, dan salah satunya ada dosen pengampu mata kuliah
Strategi Belajar Matematika dan juga kepada teman-teman yang ikut berpartisipasi
dalam membantu menyelesiakan tugas ini.

Semoga tugas Critical Journal Review ini dapat bermanfaat dan dapat
menambah wawasan pengetahuan bagi semua pembaca, terlebih bagi saya
khususnya. Saya mohon maaf apabila terdapat kekurangan dalam tugas ini, saya
sangat mengharapkan tanggapan, kritik, dan saran dari pembaca

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................................... ii

DAFTAR ISI ......................................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang......................................................................................... 1


1.2 Tujuan ..................................................................................................... 1
1.3 Manfaat .................................................................................................... 1

BAB II HASIL REVIEW ...................................................................................................... 2

BAB III PENDAPAT ........................................................................................................... 7

BAB IV PENUTUP .............................................................................................................. 8

LAMPIRAN

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Critical Jurnal Review adalah penganalisisan penilaian, dan pengevaluasian mengenai
keunggulan dan kelemahan jurnal, bagaimana isi artikel tersebut bisa mempengaruhi cara
berpikir kita dan menambah pemahaman kita terhadap kajian ilmu sosial dan budaya dasar.
Melalui critical journal review, kita dapat menguji pikiran pengarang/penulis berdasarkan
sudut pandang kita atas dasar pengetahuan dan pengalaman yang kita miliki.
Adapun jurnal penelitian yang dianalisis untuk review berjudul “ Re-Invensi Batik Dan
Identitas Indonesia Dalam Arena Pasar Global”. Saat ini orientasi budaya tidak hanya
bersifat regional dan nasional tetapi meluas ke global dengan serangkaian nilai dan norma
baru dan di saat lokalitas-lokalitas berupaya me’redefinisi’ diri dan dalam upaya melihat
bagaimana identitas kebudayaan mereposisi diri. Sesuatu yang disebut sebagai ‘tradisi’
ternyata selalu mengalami perubahan, baik disadari maupun tidak.

1.2 Tujuan
1. Mengulas jurnal dengan cara me review jurnal.
2. Melatih diri untuk berpikir kritis dalam mencari informasi yang diberikan pada
jurnal.
3. Memenuhi salah satu tugas mata kuliah Ilmu Sosial Budaya Dasar.

1.3 Manfaat
1. Memberi kita wawasan umum terbaru tentang suatu topik ilmiah.
2. Memberitahu kita sampai di mana penelitian tentang suatu topik telah dilakukan
dan didiskusikan di dunia ini.

1
BAB II
HASIL REVIEW
2.1 Identitas Jurnal
Judul Re-Invensi Batik dan Identitas Indonesia dalam Arena Pasar Global

Jurnal Jurnal Ilmiah WIDYA

Volume dan Halaman Vol 1 no.2 Hal : 121-128

Tahun 2013

Penulis Ananda Feria Moersid

Reviewer Reni Ria Pratiwi (4161111061)

Tanggal 24 April 2017

I. Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Jurnal ini di latarbelakangi oleh salah satu identitas budaya di indonesia yaitu batik
yang sedang berubah secara dinamis. Desain pola batik menggambarkan keberagaman
wajah masyarakat di Jawa terus berubah-ubah sepanjang masa terkait dengan jejak-
jejak agama yang dapat ditemui, selain keberagaman etnis dan adat istiadat yang turut
mewarnainya.Sepanjang sejarahnya, para pendatang, petualang maupun penjajah ikut
menyumbang jejak mereka pada tanah Jawa dan salah satu produk keseniannya yang
utama yaitu batik.
Ditengah gempuran ’perebutan identitas’ batik milik siapa, meskipun telah berhasil
mendapat legitimasi menyusul wayang dan keris yang telah lebih dahulu mendapat
pengakuan sebagai Masterpieces of The Oral and Intangible Heritages dari UNESCO
pada tahun 2009, masalah yang dihadapi adalah status tersebut dapat saja dicabut
kembali bila Indonesia tidak mampu merepresentasikannya ke dunia sebagai identitas
yang memang layak untuk diakui dan berhak untuk terus hidup,
recognized and revitalized, seperti tujuan dari proklamasi UNESCO yang antara lain
mengutamakan warisan budaya sebagai a living cultural expression, ekspresi budaya yang
hidup dan bukan seperti benda mati yang dipajang di museum.

2
1.2 Rumusan Masalah
1) Apa yang menjadi referensi pada masyarakat yang sedang berubah?
2) Bagaimana pengaruh orientasi yang meluas ke global dengan serangkaian nilai-
nilai baru pada proses penciptaan batik?
3) Bagaimana bentuk reposisi batik sebagai bagian dari identitas kebudayaan?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan yang terdapat pada jurnal ini adalah :
1) Mengetahui seni visual tradisional yaitu posisi batik indonesia pada pasar global.
2) Mengetahui kualitas batik indonesia dapat menjadi komoditas yang mampu
bersaing dalam pasar global.

II. Kajian Teoritis

Batik
Kain batik adalah satu bentuk tekstil dengan tehnik ragam hias permukaan yang
permukaannya dihias dengan tehnik wax-resist yaitu rintang-warna menggunakan lilin dan
paling luas penggunaannya di Asia Tenggara. Kain panjang batik dan sarung yang hingga
kini masih digunakan oleh wanita maupun pria terutama di pedesaan dan telah berabad-
abad lamanya menjadi bagian penting dalam khazanah busana Melayu (van Roojen,
2001:9). Di luar kegunaannya yang fungsional, kain-kain batik tak dapat lepas dari nilai
simboliknya, baik dari ragam hiasnya maupun ekspresi warnanya, begitu pula pilihan
materialnya. Kain dengan pola ragam hias tertentu dapat menunjukkan status dan
kekuasaan seseorang atau penggunanya, juga nilai-nilai temporal simbolik yaitu waktu
misalnya waktu apa batik tersebut boleh digunakan. Batik begitu berakar dalam kehidupan,
terutama di Jawa, dari sejak digunakan sebagai alas, selimut dan alat penggendong bayi,
sarung petani hingga kampuh, kain panjang seremonial seorang raja, dari kain pengantin
hingga penutup jenazah (Hardjonagoro, 1999:65)

3
Gaya Batik Klasik
Pepin van Roojen (2001) mencatat bahwa apa yang disebut sebagai gaya batik ‘klasik’
bersumber pada arus budaya yang mendasarinya, yaitu kerajaan Mataram II (1575-1755)
di Jawa. Istilah klasik merujuk pada ragam hias yang berasal dari masa pra-Hindu, masa
Hindu-Jawa Majapahit dan pengaruh Islam pada masa kesultanan Demak dan Pajang.
Batik dengan gaya klasik tersebut meski mengalami perubahan-perubahan namun masih
selalu dalam ‘pakem’, konvensi yang mengikat dan diwariskan turun-temurun di bawah
patronase para penguasa di keraton Surakarta dan Yogyakarta, sebagai pewaris dari
kebudayaan Mataram. Hingga kini batikbatik tradisional tersebut masih dibuat dengan
standar ketrampilan yang tinggi, hingga dianggap sebagai batik yang paling ‘murni’
(Roojen, 2001:41)

Tradisi dan Identitas


Di samping masalah teknik pembuatan dan estetika batik, terdapat pesan-pesan sosial
yang dikandung di dalamnya, termasuk juga penegasan tentang identitas siapa penggarap
dan penggunanya, lingkup kehidupan, dan yang terpenting world viewatau pandangan
hidup yang mendasari proses kreatifnya. Franz Magnis-Soeseno (1984) menandai bahwa
dalam pandangan dunia Jawa tersebut, realitas tak dibagi-bagi dalam bidang-bidang yang
terpisah, tanpa hubungan satu sama lain, melainkan realitas dilihat sebagai suatu kesatuan
yang menyeluruh dan merupakan suatu kesatuan pengalaman.

III. Metode Penelitian


Metode penelitian yang digunakan dalam jurnal ini adalah studi kepustakaan dengan
pendekatan deskriptif eksploratif dimana dalam pengumpulan data-datanya menggunakan
referensi dari artikel, buku-buku, majalah ataupun data dalam bentuk tulisan lainnya.

IV. Hasil Penelitian dan Pembahasan


Analisis Re-invensi Batik
Bila pada masa lalu batik seakan tak dapat lepas dari identitasnya sebagai produk
budaya tanah Jawa, maka kini pada saat batas-batas fisik dan geografis yang semula tegas
membingkai identitas tersebut kini menjadi kabur seiring dengan penyebaran dan mobilitas
orang Jawa yang semakin meluas dan intensif. Apa yang dulu dengan mudah diberi

4
bingkai ’kebudayaan agraris Jawa’ pun mulai dipertanyakan oleh kekuatan yang berada di
luar dirinya. Ciri-ciri lokal pun mulai bergeser dengan mulai melebarnya batas-batas
interaksi. Masuknya kekuatan pasarpun memperluas jaringan dan orientasi masyarakat
hingga masyarakat Jawa yang semula merupakan suatu bounded system dengan batas-
batas yang jelas, kini karena mekanisme pasar, integrasi dan ekspansi pasar beralih
menjadi suatu borderless society. Orientasi kini tak hanya regional tetapi meluas ke global
dengan serangkaian nilai dan norma baru (Abdullah,1999: 13).
Saat ini topik dalam masyarakt tentang bagaimana ‘mempertahankan’ atau
meningkatkan ‘daya juang dan daya tahan’ tradisional atau lokal dalam menghadapi
serbuan kapitalisme global. Namun menurut Primadi Tabrani, (2003:18) bahwa
sesungguhnya Indonesia sudah memiliki ketahanan tersebut, bahkan sejak pra-sejarah, di
negeri ini sebagai kawasan lintasan antar benua, apapun bentuk seni yang datang dari luar
selalu diolah hingga tinggi muatan lokalnya, dan identitas lokal selalu bertahan. Oleh
karena itu, globalisasi bukanlah suatu hal yang menakutkan dan harus dihindari, karena
masalah dari interaksi global adalah akan selalu terjadi adaptasi dari cara pandang global
ke dalam kondisi lokal

Re-Invensi Tradisi dan Peran Agen Perubahan


Produk yang memiliki pasar, yang akan mampu bersaing, bertahan dan
terglobalisasi dengan baik. Untuk berhasil dalam satu arena produksi budaya, yaitu tempat
produksi dan reproduksi, antara lain juga seni tradisi, seseorang harus berupaya
menggunakan seluruh pengetahuan, ketrampilan dan talentanya dengan cara yang
se’menguntung’kan mungkin. Untuk berhasil, seorang pengrajin, perancang, dan tak hanya
pengusaha harus menginvestasikan seluruh kapital yang dimilikinya agar bisa memperoleh
manfaat yang paling besar atau ‘keuntungan’ dari upayanya berpartisipasi dalam arena
produksi,
Melalui re-invensi yaitu ‘penemuan baru’ dan rekreasi yang diambil dari tradisi
dan dengan mengendalikan promosi dan pengkondisian selera, maka kekayaan budaya
yang semula adalah kapital sosial-budaya bagi lokalitas terbatas kini dapat menjadi kapital
sosial-ekonomi, dan diproduksi secara luas, atau dalam bahasa dagang disebut “layak
jual”. Bila diihat bahwa proses glokalisasi adalah sebuah negosiasi antara budaya lokal
dalam menghadapi budaya global maka Re-Invensi Tradisiyang dilakukan para agen
perubahan pada hakekatnya adalah sebuah dialog dan negosiasi yang terus menerus.
Dialog dan Negosiasi itu diharapkan bisa menjadi sumber kreativitas kita sekaligus strategi

5
bagi para pelaku atau agen produksi budaya dalam menghadapi kapitalisme dan pasar
global. Pada saat bersamaan terjadi perluasan arena produksi budaya, dari arena lokal ke
arena regional, bahkan mendunia, dengan sekaligus tetap menegaskan identitas lokal, yaitu
Batik Indonesia.

V. Kesimpulan
Sekarang, Indonesia harus berupaya memposisikan produk seni rupa tradisional, dalam
hal ini batik di dalam pasar global, sehingga kualitas batik Indonesia dapat menjadi
komoditas yang mampu bersaing dalam pasar global. Saat ini topik dalam masyarakat
tentang bagaimana ‘mempertahankan’ atau meningkatkan ‘daya juang dan daya tahan’
tradisional atau lokal dalam menghadapi serbuan kapitalisme global.
Bila diihat bahwa proses glokalisasi adalah sebuah negosiasi antara budaya lokal
dalam menghadapi budaya global maka Re-Invensi Tradisi yang dilakukan para agen
perubahan pada hakekatnya adalah sebuah dialog dan negosiasi yang terus menerus.
Dialog dan Negosiasi itu diharapkan bisa menjadi sumber kreativitas kita sekaligus strategi
bagi para pelaku atau agen produksi budaya dalam menghadapi kapitalisme dan pasar
global.

6
BAB III
PENDAPAT

Jurnal ini membahas mengenai batik yang dijadikan bangsa kita sebagai salah satu
identitas budaya sempat mengalami perebutan identitas yang selanjutnya mulai mengalami
persaingan dalam pasar global. Metode yang dipakai dalam jurnal ini sudah sesuai untuk
dilakukan dalam menyelesaikan permasalahannya. Dimana metode yang dipakai adalah
studi kepustakaan.
Permasalahan yang diangkat dalam jurnal ini telah dibahsa pada bagian
pembahasannya. Namun pembahsan tersebut ternyata memberikan masalah baru yakni
tentang bagaimana cara menjadikan batik mampu bersaing dan bertahan dalam pasar
global. Sehingga batik tetap menjadi kebudayaan yang hidup dan bukan seperti benda mati
yang dipajang museum. Kajian Pustaka didalam jurnal ini tidak dipaparkan dalam sub
babnya tersendiri, melainkan disatukan dengan sub bab pembahasannya. Pembaca harus
cermat dan teliti untuk melihat mana yang merupakan kajian pustaka dan yang merupakan
pembahasan.
Adapun ide yang dapat reviewer tawarkan yaitu apabila pembahasan dalam jurnal
ini yakni batik dikaitkan dengan pasar global yang meluas saat ini dapat dijadikan suatu
produk pasar. Pemasarannya tentu berhubungan erat dengan sasaran pengguna (konsumen)
dari suatu produk. Produk batik tersebut harus dapat digolongkan untuk konsumen
berpendapatan rendah, menengah, dan tinggi. Oleh karena itu, semua upaya produksi,
pengembangan, pencintaan dan pelestarian produk batik dapat berjalan dan haruslah
dilakukan dengan mendasar pada ketiga kelompok konsumen tersebut.

7
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil review pada jurnal ini maka dapat disimpulkan bahwa Pada jurnal
kesesuaian isi dengan metode sudah cukup baik meskipun pada pembahasan menurut
reviewer masih menimbulkan permasalahan yang baru dan belum diberikan solusi. Jurnal
ini memberikan wawasan yang bagus kepada para pembaca khususnya mengenai batik
yang merupakan identitas budaya bangsa Indonesia, perebutan budaya yang sempat terjadi,
serta posisi batik dalam pasar global. Batik tidak hanya dianggap sebagai komoditi
melainkan juga sebagai obyek kultural. Sebagai suatu komoditi, batik digunakan sehari-
hari di hampir seluruh negeri di Indonesia, namun batik juga dapat dilihat sebagai sebuah
simbol kultural, karena melalui batik tak hanya orang Jawa, tapi bangsa Indonesia juga
mengekspresikan kebanggaan mereka.

4.2 Saran
Adapun saran ataupun masukan yang ditujukan pada jurnal ini, adalah sebaiknya
penulis dalam jurnal ini menuliskan pembahsannya dengan bahasa yang komunikatif dan
mudah dipahami pembaca.

8
L

Anda mungkin juga menyukai