Anda di halaman 1dari 17

MEMBALIKAN TREND PENURUNAN PRODUKSI MINYAK NASIONAL

Usman Pasarai*, PPPTMGB “LEMIGAS”, usman@esdm.go.id


Bagus Prihastono, SKK MIGAS, bprihastono@skkmigas.go.id

*) Kontributor Utama

SARI
Upaya menahan laju penurunan produksi minyak nasional yang terus menurun selama lebih
dua dekade terakhir dan membalikan trend penurunan tersebut hanya dapat dicapai melalui
penemuan lapangan baru dari kegiatan eksplorasi dan atau peningkatan RF lapangan-lapangan
eksisting. Tulisan ini membahs peluang membalikan trend penurunan produksi minyak
nasional dengan meningkatkan RF lapangan-lapangan mature. Success story peningkatan RF
dan produksi pada berbagai lapangan-lapangan mature dari seluruh dunia hasil studi literatur
serta basis data cadangan yang dikelolah LEMIGAS menjadi dasar analisis. Penerpan best
practice manajemen, operasional, teknologi, hingga inovasi bentuk kontrak, komersial, dan
kemitraan terbukti berhasil memperbesar RF dan membalikan trend penurunan produksi
minyak lapangan-lapangan mature. Mengacu pada keberhasilan ini, maka peningkatan RF
minimal 1% dari lapangan-lapangan minyak Indonesia yang 80% diantaranya kategori mature
berpeluang menahan laju penurunan produksi minyak nasional dan membalikan trend
penurunan tersebut.
Kata kunci: produksi minyak nasional, trend penurunan produksi, recovery factor, lapangan
mature, aliansi strategsi
I. PENDAHULUAN

Indonesia memiliki peluang menahan laju penurunan produksi minyak nasional yang terus
menurun selama lebih dua dekade terakhir atau bahkan membalikan trend penurunan tersebut.
Peluang tersebut ada pada pengelolaan lapangan-lapangan mature. Keberhasilan
memaksimalkan perolehan minyak lapangan-lapangan mature tidak hanya akan menaikkan
produksi dan cadangan minyak dalam jangka pendek, tapi juga akan memberikan kontribusi
terhadap pendapatan domestik bruto ke depan. Efek lanjutannya adalah terbuka lapangan kerja
baru pada kegiatan rantai bisnis industri minyak, mengurangi ketergantungan impor minyak
bumi, serta akan memperkuat ketahanan energi dan finansial nasional.

Produksi minyak suatu lapangan sangat terkait dengan jumlah cadangan yang dimiliki.
Cadangan merupakan perkiraan jumlah produksi minyak yang akan diperoleh kedepan dan
merujuk pada volume minyak yang sudah ditemukan, dapat diproduksi secara komersial, dan
masih tertinggal di dalam reservoir (SPE, et al., 2018). Maka peningkatan cadangan minyak
nasional menjadi kunci peningkatan produksi minyak nasional kedepan. Upaya peningkatan
cadangan hanya dapat dilakukan melalui kegiatan eksplorasi dan atau peningkatan faktor
perolehan atau recovery factor (RF) lapangan-lapangan eksisting. Tulisan ini mengulas
peluang membalikan trend penurunan produksi minyak nasional dengan meningkatkan RF
lapangan-lapangan mature.

Ulasan yang disajikan dalam tulisan ini berdasarkan desk study. Success story peningkatan RF
dan produksi pada berbagai lapangan-lapangan mature dari seluruh dunia hasil studi literatur
serta basis data cadangan yang dikelolah LEMIGAS menjadi acuan analisis potensi
peningkatan RF dan produksi lapangan-lapangan mature Indonesia.
1.1. Teori Peningkatan RF

RF adalah besaran yang menggambarkan fraksi volume minyak yang dapat diproduksi
terhadap isi awal minyak ditempat atau original oil in-place (OOIP). Volume minyak yang
dapat diproduksi merupakan integrasi laju alir minyak selama masa produksi lapangan. Laju
alir minyak di dalam media berpori reservoir dimodelkan dengan persamaan Darcy. Untuk
aliran linier horizontal dan vertikal, persmaan Darcy dapat ditulis dalam bentuk (Farouq Ali,
2013):
𝑘𝑘𝑟𝑜 𝐴 𝛥𝑝
𝑞𝑜 ≈
𝜇𝑜 𝛥𝑥

𝑘𝑘𝑟𝑜 𝐴𝜌𝑜 𝑔
𝑞𝑜 ≈
𝜇𝑜

dimana qo adalah laju alir minyak, k adalah permeabilitas, kro adalah permeabilitas relatif
minyak, A adalah area pengurasan, p/x adalah gradien tekanan dimana p adalah selisih
tekanan reservoir, pr terhadap tekanan dasar sumur, pwf, pr - pwf. Viskositas minyak dinyatakan
dengan µo, sementara o adalah densitas minyak, dan g adalah percepatan gravitasi.

Optimasi aliran fluida dari reservoir ke pemukaan merupakan proses integrasi antara aspek
geologi, reservoir, lubang sumur, kepala sumur, dan fasilitas produksi sebagai satu sistem yang
saling interkoneksi sebagaimana ditampilkan dalam Gambar 1 (Firouz, et al., 2018). Perubahan
pada salah satu elemen memerlukan penyesuaian pada elemen lainnya. Integrasi semua elemen
tersebut secara optimal di suatu lapangan akan menghasilkan pengurasan minyak yang efisien
dan ekonomis sehingga berdampak terhadap peningkatan produksi dan RF serta nilai ekeonomi
aset lapangan tersebut.

Gambar 1. Sistem produksi yang mengontrol laju alir minyak dari reservoir ke fasiltas
produksi
Semua teknologi produksi minyak yang dintegrasikan ke dalam sistem produksi dalam Gambar
1 pada dasarnya berusaha merekayasa parameter-parameter dalam persamaan Darcy untuk
menghasilkan laju alir produksi minyak, qo, yang maksimal. Instalasi pompa di sumur untuk
mengurangi pwh, artinya akan memperkecil pwf sehingga memperbesar p. Penggunaan gas lift
juga akan memperbesar p dengan memperkecil pwf. Teknologi horizontal well untuk
memperbesar A, hydraulic fracturing untuk memperbesar k, waterflood dan pressure
maintenance akan memperbesar pr. Injeksi surfaktan untuk memanipulasi kro dengan cara
mengurangi saturasi residual minyak. Injeksi polimer dimaksudkan memperbaiki area
pengurasan, A di reservoar. Injeksi gas yang bercampur dengan minyak atau steam akan
mengurangi viskositas minyak, µo. Semua teknologi tersebut di atas bermuara pada
peningkatan laju alir produksi minyak, memperbesar RF, dan meningkatkan present value
cadangan minyak tersebut.
1.2. Strategi Peningkatan RF

Volume minyak di dalam reservoir lapangan mature yang akan dikonversi menjadi cadangan
dan produksi umumnya telah terverifikasi sehingga tidak diperlukan lagi sumur delinasi.
Pemahaman terhadap reservoir juga sudah jauh lebih baik dibandingkan saat awal
pengembangan. Sudah terdapat infrastruktur yang memadai dan kondisi batas ekonomis
lapangan sudah diketahui. Tantangannya adalah bagaimana mengeluarkan minyak tersebut
dengan biaya yang ekonomis sehingga dapat di-book sebagai cadangan. Peningkatan cadangan
dan produksi lapangan mature diawali dengan penentuan upside potensial secara cermat melaui
interpretasi dan analisis data histori. Selanjutnya, memahami konstrain-konstrain sistem
produksi yang ada di permukaan dan bawa permukaan.

Peningkatan cadangan dan produksi lapangan-lapangan mature dihadapkan pada tantangan


cash flow positif yang terus mengalami penurunan karena infrastruktur mulai menua sehingga
memerlukan tambahan modal untuk mempertahankan operasi. Akibatnya biaya operasi per
barel produksi minyak akan meningkat sebagaimana ditunjukan dalam ilustrasai Gambar 2.
Hasilnya adalah netback akan terus menurun dan mencapai titik nol atau shut-in point. Untuk
menahan laju penurunan produksi dengan biaya yang efektif diperlukan langkah proaktif dan
inovatif multi aspek berupa penerapan best practice manajemen, operasional, teknologi yang
solutif hingga pengaturan kontraktual, komersial, dan kemitraan. Strategi ini secara kolektif
akan menghasilkan outcome berupa tambahan netback dan memperpanjang usia ekonomis
lapangan.

TANTANGAN STRATEGI
Manajemen
Guidelines
e
OUTCOME
Workflows

Komersial Peningkatan Solusi


Kontraktual
o

RF - Nilai Teknologi
o

Kolaborasi Aset dan Teknikal

Operasional
o

Best Practices

Gambar 1. Tantangan, strategi, dan outcome peningkatan RF

Langkah proaktif dan inovatif multi aspek tersebut dapat diwujudkan melalui aliansi strategis.
Bentuk kemitraan ini merupakan kontrak pengadaan barang/jasa berdasarkan konsep kerja
sama jangka Panjang dimana para pihak memberikan kontribusi sumber dana, daya dan/atau
fasilitas yang dimiliki/dikuasai dalam rangka mencapai sasaran strategis yang disepakati
bersama (SKK MIGAS, 2017). Tujuannya adalah memanfaatkan potensi teknis, manajemen,
finansial, keahlian, pengalaman, dan sumber daya lainnya dari para pihak yang disenergikan
untuk mencapai hasil yang paling optimal dalam hal penyediaan suatu jenis barang/peralatan,
kepastian pasokan, standar mutu, dan efisiensi biaya.

Para pihak membentuk joint committee untuk mengoperasikan lapangan dengan berbagi
kemampuan dan kompetensi, risiko dan reward, serta teknologi. Aliansi strategis akan
menghasilkan penciptaan nilai atau value creation bagi semua pemangku kepentingan.
Kontraktor akan menikmati peningkatan produksi dan cadangan, penggunaan sumber daya
internal yang optimum, percepatan pengembangan aset, serta proses pengadaan yang lebih
efisien dan efektif. Pemerintah akan diuntungkan dengan peningkatan produksi, cadangan,
dan perolehan ekonomi maksimal atas aset yang dikelolah Kontraktor. Sedangkan bagi
Parner akan mendapatkan bisnis baru serta ekspansi bisnis pada rantai usaha
pengembangan lapangan mature.

II. SUCCESS STORY PENINGKATAN RF

Berikut beberapa success story peningkatan RF dan produksi minyak melalui integrasi multi
aspek meliputi penerapan best practice manajemen, operasional, teknologi, hingga inovasi
pengaturan kontraktual, komersial, dan kemitraan.

3.1. Infill Drilling: New Wells and Sidetrack


Aplikasi new infill wells pada lapangan mature telah terbukti berhasil meningkatan produksi
dan cadangan minyak dalam jangka pendek di lapangan Ravva yang terletak di cekungan
offshore Krishna-Godavari, India (Sarkar, et al., 2015). Lapangan ini diproduksi pertama kali
tahun 1993 dan mencapai plateu tahun 1999 pada laju alir sekitar 50,000 bopd, sebelum decline
tahun 2007. Campaigns Infill drilling kombinasi dengan waterflood pada tahun 2007 dan 2011
berhasil menambah cadangan dan meningkatkan produksi, namun hanya berlangsung singkat.
Pada akhir tahun 2013, laju produksi turun hingga 21,000 bopd dengan laju decline 35 – 40%.
Upaya menahan laju decline dan menambah cadangan pada suatu lapangan mature waterflood
yang telah mencapai RF 49% merupakan tantangan yang memiliki resiko besar. Studi
terintegrasi bawah permukaan menggunakan data fluid factor amplitude 4D berhasil
mengidetifikasi area bypassed oil. Campaign infill drilling dengan 8 sumur infill, 1 sumur
injeksi air, dan 2 sumur appraisal yang dieksekusi tahun 2014-2015 berhasil menambah
produksi dari area bypassed tersebut hingga 18.000 bopd dan menambah RF lapangan sekitar
3%. Gambar 3 menampilkan profil tambahan produksi hasil new infill wells pada area bypassed
oil. Nilai tambahan cadangan dan produksi dengan mudah dapat menutupi biaya akuisisi,
prosesing, dan interpretasi data 4D.
Integrated reservoir study
workflow
Atic oil identified by
4D seismic attribute

Gambar 3. Membalikan trend penuruan produksi lapangan Minyak Ravva, India dengan
infill drilling pada zone bypassed atic oil

3.2. Advanced Wells: Horizontal Wells, Multilateral Wells, Multizone Wells

Penerapan best practice operational pengeboran dan well design serta teknologi komplesi dan
pengeboran yang handal telah menghasilkan perbaikan signifikan terhadap drilling efficiency
dan kinerja komplesi susmur-sumur horizontal dan high angles di lapangan minyak wilayah
North Kuwait (Al-Ajmi and Al-Azmi, 2017). Transisi dari sumur-sumur vertikal ke sumur-
sumur horizontal dimulai tahun 2012 untuk meningkatkan area pengurasan reservoir.
Prosesnya diawali dengan melakukan high level analysis menggunakan data pengeboran yang
ada untuk menentukan faktor kunci sebagai fokus area. Analisis data ini membantu memahami
well design existing dan mengidentifikasi gap antara desain dan realisasi, penyebab utama non-
productive time (NPT), dan peluang mengadopsi teknologi yang berbeda. Hasil analisis ini
sebagai input rencana pengeboran ke depan, target reservoir, membuat prioritas.

Tahap kedua, dilakukan detail investigasi isu dan peluang yang ada. Laporan dan data
pemboran dibahas bersama tim drilling dan sub-surface melibatkan perusahaan services. Dari
kegiatan ini diperoleh pemahaman tentang stabilitas lubang sumur, kebersihan lubang sumur,
identifikasi trouble zones, kinerja dan limitasi peralatan, pelaksanaan operasional, dan
pemahaman tim terhadap aspek-aspek fundamental. Informasi ini kemudian digunakan
merumuskan solusi melalui kombinasi revisi desain sumur, perubahan dalam operasional, dan
adopsi teknologi baru.
Tahap ketiga, menyusun detail dokumentasi dan implementasi soulsi tersebut bersama tim
operasi dan engineering. Dokumentasi meliputi petunjuk operasional, spesifikasi peralatan,
basis perubahan well design, identifikasi resiko, dan rencana kontigensi. Juga ditetapkan target
drilling time dan drilling efficiency index sebagai KPI yang ingin dicapai.
Tahap berikutnya adalah eksekusi yang didukung sepenuhnya oleh tim di rig-site dan office.
Kinerja desain sumur yang baru dibandingkan dengan sebalumnya. Sebuah alat diagnostik
drilling telah dikembangkan dalam kurun waktu 4 tahun proyek transisi untuk membantu
menelusuri matrik operasi dan kinerja seluruh armada rig. Hasil yang diperoleh
didokumentasikan. Pembelajaran dan pengetahuan yang diperoleh serta nilai yang diciptakan
dari implementasi awal dipresentasikan pada workshop knowledge transfer. Semua proses di
atas dibarengi dengan transfer pengetahuan secara terus menerus.
Implementasi horizontal drilling bersamaan dengan inisiatif waterflood melalui proses di atas
telah menghasilkan peningkatan produksi lapangan North Kuwait dari 590 ribu bopd pada Juli
2015 menjadi 760 ribu bopd pada January 2017 sebagaiman ditunjukan dalam Gambar 4.
Capex dapat ditekan sebesar 4 miliar USD, NPT berkurang dari 23% menjadi 15%, drilling
time berkurang lebih dari 40% selama 2 tahun proyek, dan drilling efficiency index meningkat.

Project star

Gambar 4 Membalikan trend penuruan produksi minyak North Kuwait dengan teknologi
horizontal drilling dan waterflood management

3.3. Waterflooding
Waterflooding merupakan metode pengurasan tahap sekunder yang sudah diterapkan industri
migas global sebagai teknik perolehan minyak yang handal dan eknomis. Hampir setiap
lapangan minyak yang signifikan dan tidak memiliki tenaga dorong alami dari akuifer, sedang
atau akan dipertimbangkan untuk pengurasan lanjut dengan metode waterflooding. Salah satu
success story metode ini yaitu pada reservoir giant Mishrif carbonate, Lapangan Rumaila, Iraq
(Mahmood, 2017). Lapangan ini dikembangkan dengan modifikasi line-drive ke progresif 9-
spot dan 5-spot pattern-waterflood. Sejak on-stream pertama tahun 1973, produksi terus
mengalami penurunan hingga semua sumur yang berjumlah lebih dari 250 harus ditutup pada
awal 1980-an karena penurunan tekanan dasar sumur hingga 1000 psi. Build-up tekanan
dengan injeksi air tahun 1990-an - 2000-an mampu mengembalikan produksi pada laju awal,
namun karena pressure depletion, produksi kembali turun tajam akhir 2010. Selanjutnya,
dilakukan uji coba injeksi berpola 9 spot pattern dengan melakukan konversi beberapa sumur
produser ke injektor. Uji coba ini menghasilkan respon yang baik. Progresif injeksi berpola
kemudian dilanjutkan tahun 2014 dengan 5-spot pattern sehingga mampu meningkatkan
produksi dari 150 Mbopd menjadi lebih dari 400 Mbopd dengan 200 lebih sumur aktif. Gambar
5 menunjukan kinerja waterflood di lapangan Rumaila.
Peta lokasi lapangan Rumaila Profil produksi  2010

Filed trial 2010  2013

Evolusi pattern flood


Full field WF 2014 

Gambar 5. Membalikan trend penurunan produksi lapangan karbonat Rumaila, Iraq


dengan teknologi waterflood

3.4. Steamflood
Metode EOR steamflood adalah pendesakan injeksi uap panas yang diterapkan pada lapangan-
lapangan minyak berat. Success story apikasi metode ini adalah proyek Duri Steamflood.
Lapangan minyak berat Duri ditemukan tahun 1941. Mulai produksi tahun 1954. Sumber
energi tahap produksi primer berasal dari tenaga dorong gas terlarut dan kompaksi. Puncak
produksi 65 Mbopd pada pertengahan tahun 1960-an dan proyeksi ultimate recovery hanya
sekitar 7%. Metode huff-puff injeksi steam yang dimulai pertengahan tahun 1970-an terbukti
berhasil meningkatkan produksi minyak sumuran. Keberhasilan ini dilanjutkan full-field
steamflood yang dimulai pertengahan tahun 1980-an dan berhasil meningkatkan produksi
minyak hingga mencapai puncak produksi sekitar 300 Mbopd. RF pada beberapa area telah
mencapai sekitar 78%. Evolusi pengembangan Duri steamflood diberikan dalam Gambar 6.
❖ 1941: Duri Field discovered
Oil Rate, MBOPD ❖ DSF is a world class of EOR success
350
Primary Recovery Duri Steam Flood Project

296
300
DSF Project : has increased
❖ Oil Rate Production up to 296 MBOPD, from Duri NDD 12
62.5 MBOPD in 1964 POP
250 ❖ 2.1 billion barrels of cumulative oil produced Duri
NDD13
Duri Fields Production decreased progressively 201 POP
200 since the last Oil Peak in 1995, from 296 MBOPD 187
to 201 MBOPD in 2002
and to 149 MBOPD in 2013
huff & puff 149
150 preparation Steamf lood
(study & lab ) Pilot

100 huff & puff


62.5
8 Tahun 10 Tahun
50

Primary
0
1951
1953
1955
1957
1959
1961
1963
1965
1967
1969
1971
1973
1975
1977
1979
1981
1983
1985
1987
1989
1991
1993
1995
1997
1999
2001
2003
2005
2007
2009
2011
2013
Gambar 6. Membalikan trend penurunan produksi lapangan minyak berat Duri, Indonesia
dengan teknologi steamflood

3.5. Miscible gas flooding


Metode EOR ini merupakan pendesakan injeksi gas yang dapat bercampur dengan minyak di
reservoir membentuk satu fasa liquid. Gas yang umum digunakan adalah karbon dioksida, CO2.
Success story penerapan metode pendesakan CO2 yang menjadi referensi dunia adalah proyek
CO2 EOR Weyburn, Saskatchewan Kanada (Brown, et al., 2017). Lapangan ini ditemukan
tahun 1954 dalam jebakan truncated stratigraphic pada reservoir dolomitic limestone
kedalaman 1450 – 1550 meter dengan OIP lebih dari 2 Bbbl. Lapangan ini menjadi technology
leader di Kanada, karena banyak penemuan teknologi baru diuji coba pertama kali di lapangan
ini, diantaranya waterflood, horizontal well, teknologi CO2 EOR, dan CO2 storage.
Produksi fase primer selama periode 1954 - 1964 yang ditopang oleh waterflood menghasilkan
produksi tertinggi lebih dari 45.000 bopd. Produksi mulai decline sepanjang periode 1970-an -
1980-an pada kisaran 10,000 bopd, sehingga diakhir 1980-an mulai dilakukan vertical infill
drilling yang berhasil mengembalikan produksi ke level diatas 15,000 bopd. Horizontal well
mulai diterapkan pada periode 1980-an – 1990-an dan Weyburn menjadi lapangan pionir.
Kombinasi horizontal well dan vertical infill drilling untuk optimasi waterflood berhasil
meningkatan produksi mendekati 25,000 bopd. Aplikasi metode pendesakan CO2 dimulai
tahun 2000 dimana CO2 sebanyak 5000 - 7500 ton per hari dibeli dari perusahaan gasifikasi
dan dialirkan dari Beulah ND ke lapangan Weyburn.
Aplikasi pendesakan CO2 berhasil meningkatkan produksi minyak lapangan Weyburn diatas
25,000 bopd dan berhasil mempertahankan level produksi ini karena ekspansi proyek CO2 EOR
menggunakan CO2 hasil recycle. Walaupun proyeksi puncak produksi implementasi CO2 di
lapangan Weyburn tidak tercapai, namun produksi berhasil dipertahanan pada level tinggi lebih
lama dari perkiraan awal. Gambar 7 menampilkan respon produksi lapangan Weyburn terhadap
implementasi berbagai teknologi pengurasan tahap primer, waterflood, dan CO2 flood.

Gambar 2. Membalikan trend penurunan produksi lapangan Weyburn, Kanada melalui


implementasi berbagai teknologi pengurasan tahap primer, waterflood, dan CO2
flood

3.6. Chemical flooding


Merupakan metode EOR dengan injeksi larutan kimia ke dalam reservoir. Kemikal yang umum
digunakan adalah polimer, surfaktan, dan alkalin atau campuran dua atau tiga bahan kimia
tersebut. Metode ini telah terbukti berhasil diterapkan di lapangan minyak Daqing, China (Yin
and Pu, 2018). Reservoir batupasir Daqing dibagi tiga kelas: Kelas 1 adalah lapisan-lapisan
yang memiliki permeabilitas lebih dari 500 mD, ketebalan efektif lebih dari 2 meter. Kelas 2,
adalah lapisan-lapisan yang memiliki permeabilitas antara 250 - 500 mD, ketebalan efektif
lebih dari 2 meter. Kelas 3 adalah lapisan-lapisan yang memiliki permeabilitas antara 50 - 250
mD dan ketebalan efektif kurang dari 2 meter.
Injeksi larutan polimer dilakukan pada reservoir-reservoir Kelas 1 dan 2 yang memiliki sifat-
sifat petrofisik bagus. Injeksi larutan ASP diterapkan pada reservoir-reservoir Kelas 2 yang
memiliki sifat-sifat petrofisik buruk dan Kelas 3. Pilot test injeksi polimer dengan konsentrasi
750 – 850 mg/L mulai dilakukan tahun 1990. Kenaikan RF antara 12 - 14%, dengan rasio
kenaikan minyak per ton injeksi polimer adalah 150 - 180 ton minyak / ton polimer.
Implementasi skala lapangan mulai dilakukan tahun 1993. Peningkatan RF sekitar 13% dengan
rasio kenaikan minyak per ton polimer injeksi adalah 120. Gambar 8 menampilkan kinerja
pendesakan polimer dan ASP di lapangan Daqing.
Kinerja pendesakan polimer di Lapangan Daqing Kinerja pendesakan ASP di Lapangan Daqing

Gambar 8. Kinerja pendesakan polimer dan ASP di lapangan Daqing, China

Studi teknologi pendesakn ASP di lapangan Daqing dimulai tahun 1981. Pilot test dilakukan
tahun 1994 menggunakan pola 4 inverted five-point pattern. Sistem ASP yang digunakan
adalah 1.25% Na2CO3+0.3%B-100+1200 mg/L 1275A (B-100 adalah surfaktan dari
perusahaan Stepan, 1275A adalah polyacrylamide). Dengan konsenstrasi 0.76%-1.70%
Na2CO3 dan 0.05%-0.6% B-100, diperoleh IFT sistem ASP order 10-3 mN/m. Injeksi ASP
dimulai September 1994 dan respon mulai terlihat pada Nopember 1994. Pada Desember 1996,
respon injeksi ASP sudah terlihat di semua sumur produksi. Water cut turun dari 88% menjadi
64%. Di sumur yang lain turun hingga 49%. Kenaikan RF diakhir pilot test sebesar 21%. Tahun
1996, dilakukan injeksi ASP skala komersial dengan 4 injektor dan 9 sumur produksi,
menggunakan inverted 5-spot pattern. Jarak injektor – produser 200m. Tahapan injeksi diawali
dengan polimer sekitar 0.04 PV pada September 1996. Dilanjutkan 0.35 PV main slug ASP
pada bulan Nopember 1996. Sampai dengan Maret 2001, diperoleh peningkatan RF sekitar
19% lebih tinggi dibandingkan waterflood (Gambar 8).

3.7. Kemitraan untuk Peningkatan RF

Partnership untuk meningkatkan RF lapangan mature telah terbukti berhasil di beberapa


negara. Pemerintah Kerajaan Bahrain telah menginisiasi penawaran untuk menarik investasi
dan talenta dalam rangka meminimalisir resiko pengembangan lapangan minyak Bahrain
(Zubari, 2015). Lapangan ini telah berproduksi sejak 1933, puncak produksi sebesar 78.000
bopd dicapai tahun 1970. Walaupun banyak reservoir yang sudah mature, volume minyak
tertinggal masih sangat besar disebabkan antara lain karena sifat batuan dan fluida,
heterogenitas yang tinggi, kompleksitas distribusi fluida, kompartementalisasi, dan
karakterisasi batuan-fluida yang tidak baik.
Tujuan partnership yang digagas Pemerintah Kerajaan Bahrain adalah memahami tantangan
surface dan subsurface masing-masing reservoir, mendapatkan talenta dalam bidang EOR, dan
mendapatkan investasi yang diperlukan untuk debottleneck dan ekspansi fasilitas, uji coba
EOR, dan implementasi teknologi baru. Tender yang dilakasanakan menghasilkan
penandatanganan Development and Production Sharing Agreement (DPSA) dengan 3
perusahaan reputasi internasional yaitu Bahrain-based Nogaholding, US-based Occidental
Petroleum Corporation, dan Abu Dhabi-based Mubadala Petroleum dan membentuk
perusahaan baru, Tatweer Petroleum (TP), Desember 2009. Dalam 5 tahun, TP berhasil
menggandakan kapasitas penanganan fluida, membor lebih 650 sumur baru, memasang ruang
kontrol, instalasi dan mengoperasikan 6 proyek waterflood dan 2 pilot steamflood, membangun
distribusi power baru, fiber optik, sistem wireless, dan menciptakan digital oil field kelas dunia
yang dikotrol dan dioperasikan terpusat. Hasilnya, produksi minyak meningkat 80%
sebagaimana ditunjukan dalam Gambar 9.

Gambar 9. Membalikan trend penurunan produksi lapangan minyak Bahrain hasil program
kemitraan

Keberhasilan partnership dalam meningkatkan RF juga dicapai oleh StatoilHydro, Norwegia


(Bybee, 2009). Partnership yang digagas oleh StatoilHydro adalah kerjasama jangka Panjang
dalam pengembangan teknologi offshore berbasis platform dan subsea. Goal yang ingin dicapai
adalah RF 55% untuk lapangan-lapangan subsea dan RF 70% untuk lapangan-lapangan
berbasis platform. EUR lapangan-lapangan yang dioperasikan StatoilHydro saat ini rata-rata
sebesar 50%. Gambar 10 memperlihatkan peningkatan cadangan 10 lapangan offshore
Norwegia hasil implementasi teknologi yang dikembangkan dari kerjasama StatoilHydro
dengan Technology Provider. Bagi Technology Provider, keberhasilan teknologi yang
dikembangkan akan menjamin pasar jangka panjang bagi produk teknologi tersebut.
PDO: Plan for Development and Operation

Gambar 3. Peningkatan cadangan minyak 10 lapangan offshore Norwegia hasil program


kemitraan jangka panjang antara StatoilHydro dengan Technology Provider

III. PENINGKATAN RF INDONESIA


Saat ini, terdapat lebih dari 600 lapangan minyak yang telah ditemukan di seluruh Indonesia.
Sekitar 80% diantaranya kategori mature, dimana rasio antara RF saat ini terhadap estimated
ultimate recovery (EUR) sudah lebih besar 50%. EUR adalah RF maksimal suatu lapangan
berdasarkan rencana pengembangan yang sudah disetujui. Total OOIP per Januari 2017 dari
keseluruhan lapangan tersebut diperkirakan 71 miliar barel, tidak termasuk kondensat. EUR
dari lapangan-lapangan yang telah dikembangkan hanya sekitar 38% atau setara 27 miliar
barel. Jadi diakhir proyek pengembangan lapangan-lapangan tersebut, masih terdapat sekitar
44 miliar barel minyak tertinggal dalam reservoir atau setara 62% OOIP, yang menjadi target
potensial aplikasi teknologi pengurasan minyak tahap lanjut untuk meningkatkan RF
Indonesia.
3.1. Potensi Peningkatan RF

Kumulatif produksi minyak selama kurang lebih 130 tahun sejarah produksi minyak Indonesia
tercatat sebesar 24.7 milliar barel, sehingga estimasi cadangan per Januari 2017 adalah 2.4
miliar barel (Jayeng, 2017). Dengan asumsi laju produksi minyak sebesar 750 ribu barel per
hari, maka reserves to production minyak nasional hanya tersisa 9 tahun. Gambar 11(a)
menunjukan ilustrasi porsi cadangan, kumulatif produksi, dan estimasi sisa minyak dalam
reservoir secara nasional.
Teknologi pengurasan tahap lanjut fase secondary dan tertiary recoveries mampu menambah
perolehan minyak antara 10 hingga 45% sebagaimana diperlihatkan dalam Gambar 11(b).
Tambahan 1% RF akan menambah cadangan minyak sekitar 0.7 miliar barel. Jumlah ini kurang
lebih setara dengan tambahan 1.5% dari sisa minyak yang masih terdapat di dalam reservoir.
(a) (b)

Reserve 2.4

EUREUR
Cumulative
Cummulative (29.2)
(27.1)
Original Production
Production:24.7
26.4
OIL In
Place
EOR Potential
(OOIP)
???
Remaining
Remaining
Remaining Oil In Place
Remaining
Oil43.1
44.2
Oil Oil
In In
Place
Unrecoverable (43.1)
Place
(44.2)
Oil

Sumber: Data
*Sumber: DataStatus
StatusCadangan
CadanganMinyak Indonesia
Indonesia @ 1 Januari
@1/1/2017, 2018, PPPTMGB “LEMIGAS” (diolah)
LEMIGAS

(c) 80 50

60 45

RF, %
OIP, Bstb

40 40

20 35
OIP UK RF IND
OIP IND RF UK
0 30
1990 1995 2000 2005 2010 2015 2020

Gambar Error! No text of specified style in document.1: (a) Status cadangan dan kumulatif
produksi minyak Indonesia. (b) RF minyak versus fase pengembangan. (c)
Perkembangan OOIP dan RF Indonesia dan UK

Gambar 11(c) menampilkan perkembangan OOIP dan RF Indonesia kurun waktu 1993 sampai
dengan 2018. Selama kurun waktu tersebut, RF Indonesia relatif tetap pada kisaran 38%,
menggambarkan maksimum minyak yang dapat diproduksi dari rencana pengembangan yang
sudah ada, termasuk lapangan-lapangan yang sudah dalam tahap pengembangan lanjut
menggunakan teknologi waterflood dan enhanced oil recovery (EOR). Dalam gambar juga
ditampilkan perkembangan OOIP dan RF United Kingdom (UK) dari tahun 2004 hingga 2016,
dimana RF UK sekitar 43% (OGA, 2017). Jadi peningkatan RF Indonesia 1 hingga 2% adalah
hal yang realistis. Tambahan RF 1% akan meningkatakan cadangan minyak Indonesia saat ini
hingga 30% dan memperpanjang reserves to production menjadi 11 tahun.
3.2. Target Peningkatan RF

Sebaran cadangan dan sisa minyak yang masih tertinggal di dalam reservoar status 1 Januari
2017 diberikan dalam Gambar 12. Cadangan dan sisa minyak tertinggal (remaining oil)
sebagian besar berada di Wilayah Sumatera bagian tengah, dimana sekitar 80% diantaranya
berada di WK Blok Rokan. Aplikasi metode pengurasan tahap lanjut di beberapa lapangan
dalam Blok Rokan telah menghasilkan RF yang optimal. Penerapan pressure maintenance
menghasilkan RF sampai 40%. Implementasi waterflood menghasilkan RF hingga 55%.
Sedangkan penerapan metode steamflood berhasil meningkatkan RF lebih dari 75%.
NAD
413 535
681 782
51
98 Natuna
45 13
North 453 Maluku
Sumatera East Kalimantan
13,193 39
18,092 2,703 3
Central 127
4,735 Papua
Sumatera 649 130 0.01
.03 .04
0
2,804 17
5,889 326 South Kalimantan 72
South
Sumatera
4,280 3,885
515 Sulawesi
508 Indonesia
605 2,505
(in MMSTB)
West Java
East Java

Cumulative
24,673
Production
Discovered, unrecoverable by current
42,205
development (Potential for EOR)

Proved 2,407
Reserves

Gambar 12. Distribusi cadangan dan remaining oil status 01.01.2018

Wilayah lain yang juga memiliki cadangan dan minyak tertinggal dalam reservoar cukup besar
adalah Sumatera bagian selatan, Jawa bagian barat, dan Kalimantan bagian timur. Quick
screening lapangan yang potensial untuk peningkatan RF dapat dilakukan melalui evaluasi RF
saat ini, cadangan, dan remaining oil. Gambar 4 menampilkan plot RF terhadap OOIP seluruh
lapangan minyak Indonesia. Ukuran bubble mewakili volume remaining oil. Dengan
menggunakan kriteria maksimal RF 30%, minimal cadangan 1 MMstb, dan minimal remaining
oil 100 MMstb, maka diperoleh lapangan-lapangan yang ditunjukan oleh insert grafik dalam
Gambar 13. Terdapat 40 lapangan terpilih dengan OOIP sekitar 10.4 miliar barel, remaining
oil 8.2 miliar barel, cadangan 0.26 miliar barel, dan RF sekitar 20%. Success story peningkatan
RF dari aplikasi teknologi pengurasan tahap lanjut di Blok Rokan dapat menjadi acuan target
peningkatan RF pada lapangan-lapangan terpilih ini. Empat puluh lapangan ini dapat menjadi
proyek quick win untuk membalikan trend penurunan produksi minyak nasional.

Dengan kriteria screening yang digunakan di atas, memungkinkan lapangan-lapangan mature


terpilih tersebut dikembangkan dalam skema aliansi strategis. Program jangka pendek dari
aliansi ini adalah meningkatkan produksi dari cadangan yang ada untuk menahan laju
penurunan produksi minyak. Sedangkan program jangka menengah dan panjang adalah
mengkonversi remaining oil menjadi cadangan yang berarti menaikkan RF lapangan-lapangan
mature tersebut. Setiap kenaikan 1% RF dari ke empat puluh lapangan ini, akan menambah
cadangan minyak nasional sekitar 100 juta barel. Kemampuan memaksimalkan RF lapangan-
lapangan ini akan memberikan kontribusi dalam upaya membalikan trend penurunan produksi
minyak nasional.
100
RF ≤ 30%
Cadangan ≥ 1 MMstb
Rem. Oil ≥ 100 MMstb
80

60
RF, %

40

20

0
1.E+00 1.E+01 1.E+02 1.E+03 1.E+04 1.E+05 1.E+06 1.E+07 1.E+08
OIP, Mstb

Gambar 13. Pemilihan lapangan yang potensial sebagai proyek quick win peningkatan RF
dan membalikan trend penurunan produksi minyak nasional

IV. KESIMPULAN
Aplikasi best practice manajemen, operasional, teknologi, hingga inovasi bentuk kontrak,
komersial, dan kemitraan terbukti berhasil meningkatkan RF lapangan-lapangan minyak
mature dan membalikan trend penurunan produksi lapangan-lapangan tersebut. Indonesia
dapat mengadopsi success story ini. Peningkatan RF 1% dari lapangan-lapangan minyak
Indonesia yang 80% diantaranya kategori mature, akan menambah cadangan minyak nasional
sekitar 0.7 miliar barel sehingga berpeluang menahan laju penurunan produksi dan membalikan
trend penurunan tersebut. Screening untuk memilih kandidat proyek quick win menghasilkan
40 lapangan dengan OOIP sekitar 10.4 miliar barel, remaining oil 8.2 miliar barel, cadangan
0.26 miliar barel, dan RF sekitar 20%. Pengembangan lapangan terpilih ini memungkinkan
untuk mengadopsi success story peningkatan RF dan produksi berbagai lapangan-lapangan
mature dari seluruh dunia melalui skema aliansi strategis. Kombinasi antara optimasi cadangan
yang ada untuk menahan laju penurunan produksi dan konversi remaining oil menjadi
cadangan melalui peningkatan RF pada lapangan terpilih dapat berkontribusi dalam
membalikan trend penurunan produksi minyak nasional.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Ajmi, M. and Al-Azmi, B., 2017. “Improvement in Horizontal Well Drilling Efficiency
Increases Oil Production in North Kuwait”, SPE-187568-MS, the SPE Kuwait Oil & Gas
Show and Conference, October 2017, Kuwait City, Kuwait.
Babadagli, T., 2005: “Mature Field Development - A Review”, SPE-93884, the SPE
Europec/EAGE Annual Conference, June 2005, Madrid, Spain.
Brown, K., Whittaker, S., Wilson, M., Srisang, W., Smithson, H., and Tontiwachwuthikul, P.,
2017: “The history and development of the IEA GHG Weyburn-Midale CO2 Monitoring
and Storage Project in Saskatchewan, Canada (the world largest CO2 for EOR and CCS
program)”, Petroleum, Volume 1 (1), pp. 1-12.
Bybee, K., 2009: “Mature Field Revitalization: Technologies Contributing to Increased
Recovery”, Journal of Petroleum Technology, Volume 61 (1), pp. 59-61.
Farouq Ali, S.M., 2013. “All You Need is Darcy’s Equation to Determine EOR Success or
Failure”, SPE-165318, the SPE Western Regional & AAPG Section Meeting, April 2013,
California, USA.
Firouz, A.Q., Olisakwe, M., Hollinger, B., Vianzon, D., and Kenny, M., 2018. “Practical
Reservoir Management Strategy to Optimze Waterflood Pools with Minimum Capital
Employed”, SPE-189730-MS, the SPE Canada Heavy Oil Technical Conference, March
2018, Alberta, Canada.
Ferdinandi, F., Cozzi, M., Di Giorgio, C., Pirera, F., Rizzetto, C., and Onwubolu, G., 2014.
“Mature Field Rejuvenation through 4D Sesimic Application: Experience from Study to
Execution”, SPE-171782-MS, the SPE Abu Dhabi Internationa Petroleum Exhibition and
Conference, November 2014, Abu Dhabi, UAE.
Jayeng, J. W., 2017. “Evaluasi Produksi Lapangan Eksisting dan Inventarisasi Data Cadangan
Minyak dan Gas Bumi Indonesia, 01 Januari 2018”, Laporan Penelitian PPPTMGB
“LEMIGAS” Tahun 2017, Jakarta.
Mahmood, S., Salazar, P., Zhao, X., Pointing, M., and Sayed, A., 2017. “Waterflooding in
Giant Carbonate Reservoir: Successes and Challenges”, SPE-188532-MS, the Abu Dhabi
Internationa Petroleum Exhibition & Conference, November 2017, Abu Dhabi, UAE.
Oil & Gas Authority (OGA), 2017. “Recovery Factor Benchmarking: UK Continental Shelf
(UKCS) Oilfields”, the 21 Bloomsbury Street, London, UK.
Sarkar, S., Kumar, S., Reddy, K., Shankar, V., Mishra, U.S., and Sabharwal, V., 2015.
“Arresting Decline in the Ravva Field: Succsess Story of Phase-5 Drilling”, SPE-178753-
MS, the SPE Oil and Gas India Conference and Exhibition, November 2015, Mumbai,
India.
Kepala SKK MIGAS, 2017. “Surat Keputusan Nomor: KEP-0041/SKKMA0000/2017/SO
tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Revisi 04” SKK MIGAS, Mei 2017,
Jakarta.
Deputi Pengendalian Pengadaan SKK MIGAS, 2017. “Surat Edaran Nomor: EDR-
0167/SKKMH0000/2017/S7 tentang Petunjuk Pelaksanaan Tender”, SKK MIGAS, Juli
2017, Jakarta.
Society of Petroleum Engineers (SPE), American Association of Petroleum Geologists
(AAPG), World Petroleum Council (WPC), Society of Petroleum Evaluation Engineers
(SPEE), Society of Exploration Geophysicists (SEG), European Association of
Geosicientist & Engineers (EAGE), and Society of Petrophysicists and Well Log Analysts,
2018. “Petroleum Resources Management System (PRMS 2018)”, the Society of
Petroleum Engineers, June 2018, USA.
Yin, S. and Pu, H., 2018. “An Update on Full Field Implementation of Chemical Flooding in
Daqing Oilfield, China, and Its Future”, SPE-190306-MS, the Improved Oil Recovery
Conference, April 2018, Oklahoma, USA.
Zubari, H., Kershaw, A., Al Qassab, M., and Muhanna, N., 2015. “Successful Partnership to
Rejuvenate a Mature Field”, SPE-172682-MS, the SPE Middle East Oil & Gas Show and
Conference, March 2015, Manama, Bahrain.

Anda mungkin juga menyukai