LAPORAN PENELITIAN
Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Seminar Pendidikan Agama Islam
yang diampu oleh :
Saepul Anwar, S.Pd.I, M.Ag.
M. Rindu Fajar, Lc., M.Ag.
Oleh:
Kelompok 6
Luniar Abdullah 1700677
Dini Asryani 1702005
Della Frisca D. 1700069
Tika Triwahyuni 1703681
i
ABSTRAK
ii
LEMBAR PENGESAHAN
JUAL BELI VS RIBA DALAM PERSPEKTIF ISLAM
(Wawancara dengan MUI Provinsi Jawa Barat serta Ormas Islam di Provinsi Jawa
Barat: Muhammadiyah, Nadhlatul Ulama dan Persis)
Ketua Kelompok 6
Luniar Abdullah
NIM. 1700677
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan Rahmat, Inayah,
Taufik, dan Hidayah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan penyusunan
laporan penelitian yang berjudul “Jual Beli VS Riba dalam Perspektif Islam”
dalam bentuk dan isi yang sangat sederhana.
Penyusun,
iv
DAFTAR ISI
ABSTRAK ............................................................................................................ ii
LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN PENELITIAN .................................. iii
KATA PENGANTAR ......................................................................................... iv
DAFTAR ISI ......................................................................................................... v
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
A. Latar Belakang Penelitian .......................................................................... 1
B. Rumusan Masalah Penelitian ..................................................................... 1
C. Tujuan Penelitian ....................................................................................... 2
D. Manfaat Penelitian ..................................................................................... 2
E. Sistematika Penulisan ................................................................................ 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................... 4
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ........................................................ 15
A. Lokasi Penelitian ...................................................................................... 15
B. Pendekatan Penelitian .............................................................................. 15
C. Metode Penelitian..................................................................................... 16
D. Sumber Data Penelitian ............................................................................ 16
E. Teknik dan Instrumen Pemngumpulan Data ............................................ 17
F. Teknik Analisis Data ................................................................................ 18
G. Langkah-Langkah Penelitian ................................................................... 18
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN.................................. 20
A. Hasil Penelitian ........................................................................................ 20
B. Pembahasan ................................................................................................ ii
BAB V PENUTUP ................................................................................................. i
A. Kesimpulan ................................................................................................ ii
B. Saran ........................................................................................................... ii
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... ii
LAMPIRAN ........................................................................................................... i
v
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kegiatan jual beli atau dapat disebut juga sebagai kegiatan berniaga
merupakan sebuah kegiatan yang telah lama ada, kegiatan jual beli ini
dilakukan agar manusia dapat memenuhi kebutuhannya. Manusia telah lama
menjadi pemeran utama pada kegiatan ini. Bahkan pada zaman dimana nilai
mata uang belum ditetapkan, manusia telah menemukan ide dan caranya
sendiri untuk mendapatkan barang yang ia butuhkan di kehidupan sehari-
harinya. Zaman dahulu, manusia telah melakukan sistem barter atau tukar-
menukar untuk mendapatkan barang-barang yang mereka butuhkan.
Berdasarkan dengan paparan di atas, terlihat bahwa kegiatan jual beli ini
sangat erat kaitannya dengan kehidupan manusia sebagai makhluk sosial.
Dapat kita ketahui pula bahwa kegiatan ini akan terjadi bila adanya interaksi
antara dua individu sebagai penjual dan pembeli. Adapula kegiatan tawar
menawar setelah penjual menetapkan harga. Harga tersebut dapat berkurang
apabila adanya kesepakatan antara penjual dan pembeli. Dari sini dapat kita
ketahui bahwa secara ringkas, kegiatan jual beli ini akan terjadi apabila
adanya kesepakatan antara penjual dan pembeli.
Akan tetapi, adapula kesepakatan yang tidak pantas dan tidak adil dalam
kegiatan jual beli. Salah satunya adalah riba. Maka dari itu, kami sebagai
peneliti mengangkat tema ini sebagai bahan kajian dalam penelitian kami.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep dan etika jual beli dalam Islam?
2. Bagaimana batasan riba kegiatan jual beli dalam pandangan Islam?
3. Bagaimana problematika jual beli di masyarakat Indonesia saat ini?
1
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji bagaimana penanganan yang
tepat menurut perspektif Islam terhadap jual beli dan riba. Tujuan penelitian
ini diantaranya:
1. Mengetahui konsep dan etika jual beli dalam Islam.
2. Mengetahui pandangan Islam mengenai batasan riba dalam kegiatan jual
beli.
3. Mengetahui problematika jual beli di masyarakat Indonesia saat ini.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi penulis, penelitian ini dapat memberikan wawasan luas untuk
mengetahui dan memahami bagaimana upaya dalam menangani kegiatan
jual beli dalam pespektif Islam, serta dapat dijadikan bahan kajian untuk
penelitian yang berikutnya.
2. Bagi pembaca, penelitian ini dapat dijadikan sarana untuk menambah
wawasan pengetahuan dan memberikan pemahaman agar masyarakat tetap
berada pada kegiatan jual beli yang sesuai dengan etika islam.
E. Sistematika Penulisan
Untuk memahami lebih jelas laporan ini, maka materi-materi yang tertera pada
Laporan Penelitian ini dikelompokkan menjadi beberapa sub bab dengan sistematika
penyampaian sebagai berikut :
1. BAB I PENDAHULUAN
Berisi tentang latar belakang, perumusan masalah, tujuan dan manfaat
penelitian, ruang lingkup penelitian, dan sistematika penulisan.
2. BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini berisikan teori yang berupa pengertian dan definisi yang diambil
dari kutipan buku maupun jurnal yang berkaitan dengan penyusunan
laporan serta beberapa literature review yang berhubungan dengan
penelitian.
2
3. BAB III METODE PENELITIAN
Bab ini berisikan gambaran penelitian yang mencakup lokasi penelitian,
pendekatan penelitian, metode penelitian, sumber data penelitian, teknik
dan instrumen pengumpulan data, serta teknik analisis data
4. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Bab ini berisikan gambaran hasil dari data data yang dikumpulkan selama
penelitian dan pembahasan mengenai hasil penelitian yang sudah
dilakukan
5. BAB V PENUTUP
Bab ini berisi kesimpulan dan saran yang berkaitan dengan analisa dan
optimalisasi sistem berdasarkan yang telah diuraikan pada bab-bab
sebelumnya.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4
beli secara lepas atau tidak diikat dengan syarat tertentu seperti menjual
dalam waktu satu bulan, satu tahun dan lainnya, atau menjual barang dengan
syarat si pembeli harus menjual kembali barang tersebut kepada pihak
penjual pertama pada waktu yang sudah mereka tentukan.
الربذ نذْ ك لُُلن الَّذِين قذ للنا يبذََّّْ لُ ك ذ يلذ ا كلمذ ي يمذ الشَّذْكط ل نتخبَّ ل
طذ ل الَّذ يِ نقلذن ل ُمذ يإ َّل نقلن لمذن ل ي
الرب يمثك لل ا كلب كْ لع يإ ََّّم َّ الربذ وح َّذر ا كلبْكذع
ّللال وأحذ َّل ي سذُ مذ فُذ ل فذ كَّتُ ر يبذ ي يمذ ك م كن يعظذ جذ َ ل فمذ ك ي
ّللاي إيل وأ كم لر ل َّ ب فْلولئي ع د وم ك البقرة – خ يلدلو فيُْ له ك النَّ ير أصكح ل: 275
عذ ك تيجذ رة تُلذن أ ك إي َّل بي كلب يطذ يل بْكذن لُ ك أ كمذنال لُ ك تْ ك لُُلنا ل آمنلنا الَِّين أنُُّ ن ت كقتلُلذنا ول يمذ كن لُ ك تذرا
ّللا إي َّ أ كَّفلس لُ ك
َّ ُ النس َ – ر يحْم بي لُ ك: 29
5
membunuh dirimu ; sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang
kepadamu” [An-Nisaa : 29].
“Sesungguhnya jual beli (harus) atas dasar saling ridha (suka sama suka).”
(HR. Al-Baihaqi)
6
yang menawar (membeli) suatu barang umumnya dilatarbelakangi oleh
keinginan untuk memiliki dan kebutuhkannya terhadap barang tersebut.
Namun karena diambil oleh pihak lain (pada saat terjadinya tawar
menawar), menyebabkan hal tersebut tidak didapatkannya. Akibatnya,
muncul rasa kecewa, marah, bahkan kebencian di antara mereka.
ابكذ ي عذ ي قذ وسذَُّ عُْكذ ي هللال صذَُّ النَّبيذي أ َّ عبَّذ: الشُّذ لح كن ل عُذْ يكُ ل لح يرمذ ك ا كلْ لُ كذند هللال لعذ
ثمنذ ل عُذْ يكُ ك ح َّذر شذ كْ أُكذل ق كذن عُذ ح َّذر إيذا هللا وإي َّ أثكم َّيُذ أُُل كذن و فب ع كلنهذ. – روا
داود أبن و أحمد
7
panah, adalah perbuatan keji termasuk perbuatan syaitan. Maka
jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntunga”.
(QS. Al-Ma’idah: 90)
ع كن لُم هللا ر يضي هللا ع كب يد كب ي ج يب ير ع ك: س كن س يمع أََّّ ل عذ نقل كذن ل سذَُّ و عُْكذ ي هللا صَُّ هللا ر ل
يبمَُّذ وهلذن ا كلفذتك ي، َّ س كذنل ل هللا يإ
واألصكذن ي وا كل يخ كن يزن يكذر وا كلمْكتذ ي ا كلخ كم يذر بْكذع ح َّذر ور ل. نذ ف يقْكذل
س كن سفل ل بيُ نل كطُ ف يإََُّّ ا كلم كْت ي ل
ش لح كن أرأ كن هللاي ر ل ُّ صبي ل ا كل لجُل كن لد بيُ ونل كد يه ل ال النَّذ ل بيُ ونل ك
ست ك
ومسُ البخ ر روا – حرا هلن ل فق ؟.
ُّ عشذرة ا كلخ كم يذر فيذ وسذَُّ عُْكذ ي هللا صذَُّ النَّبي: وح يمُُذ وشذ يربُ و لم كعت يصذره ع يصذره
ذي لع
ثمنيُذ وآ يُذذل وب ئيعُذ وسذ قيُْ إيلْكذ ي وا كل لح لم كنلذ روا – لُذ وا كل لمشكذتراة لُذ وا كل لمشكذتر
ِْم ج واب الترم
8
memakan hasil penjualannya, yang membelinya, dan yang meminta
dibelikan.” (HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah).
ّللاي ع كب يد ع ك
َّ ذي أ َّ ع كمذرو بكذ ي
َّ ّللاي َّ يب َّ وا كلُلنبذ ي وا كلم كْس ييذر ا كلخ كم يذر عذ ك َُّذ وسذَُّ عُْكذ ي
َّ َُّّللال صذ
داود أبن و أحمد روا – وا كلغلبْكر ي
َا
9
sejenisnya (jika gambar atau pilihannya keluar maka ia yang berhak
membeli) dan minuman keras yang terbuat dari biji-bijian (biji
gandum). (HR. Ahmad dan Abu Dawud)
D. Hakikat Riba
1. Definisi Riba
Kata Riba berasal dari bahasa Arab yang menunjukkan pengertian
“tambahan atau pertumbuhan”. Sebagaimana yang termaktub dalam Al-
Qur’an, diantaranya adalah firman Allah Ta’ala:
“Maka (masing-masing) mereka mendurhakai Rasul Tuhan mereka, lalu
Allah menyiksa mereka dengan siksaan yang seperti riba.” (QS. Al-
Haaqqah : 10).
2. Hukum Riba
Riba hukumnya haram. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
ي َوذَ ُروا للاَ اتَّقُوا َءا َمنُوا الَّذِينَ يَآأَيُّ َهاَ الربَا ِمنَ َمابَ ِق ِ { ُّمؤْ ِمنِينَ ُكنتُم إِن278} ت َ ْفعَلُوا لَّ ْم فَإِن
سو ِل ِه للاِ ِمنَ بِ َح ْرب فَأْذَنُوا ُ ظلَ ُمونَ َولَ ت َْظ ِل ُمونَ لَ أ َ ْم َوا ِل ُك ْم ُر ُء
ُ وس فَلَ ُك ْم ت ُ ْبت ُ ْم َوإِن َو َر ْ ُت
{279}
“Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah dan
tinggalkan sisa Riba (yang belum dipungut) jika kamu orang-orang
yang beriman.—-Maka jika kamu tidak mengerjakan (meninggalkan
sisa riba), maka ketahuilah, bahwa Allah dan Rasul-Nya akan
10
memerangimu. dan jika kamu bertobat (dari pengambilan riba), maka
bagimu pokok hartamu; kamu tidak menganiaya dan tidak (pula)
dianiaya.” (Al Baqarah: 278-279)
Allah Subhanahu wa Ta’ala mengancam orang yang bermu’amalah
dengan riba dengan ancaman yang yang sangat berat, Dia berfirman:
“Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri
melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan setan karena
(tekanan) penyakit gila.” (QS. Al Baqarah: 275). Di ayat tersebut
Allah Subhanahu wa Ta’ala memberitahukan bahwa orang yang
bermu’amalah dengan riba tidak dapat bangkit dari kuburnya pada
hari Kiamat melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan setan
karena (tekanan) penyakit gila, hal ini disebabkan mereka memakan
riba ketika di dunia. Allah Subhanahu wa Ta’ala menamai pemakan
riba sebagai “Kaffaar” (Al Baqarah ayat 276), yang artinya sangat
kufur terhadap nikmat Allah, karena ia tidak kasihan kepada orang
yang lemah, tidak membantu orang fakir, tidak memberi tempo
kepada orang yang kesusahan. Dan bisa mengeluarkannya dari Islam,
jika ia menganggap halal melakukan riba. Allah Subhanahu wa Ta’ala
juga mengumumkan perang dari-Nya dan dari Rasul-Nya kepada
orang-orang yang memakan riba, dan menyifati orang-orang yang
memakan riba sebagai orang yang zalim (lihat Al Baqarah: 279)
َسو ُل لَ َعن َّ صلَّى
ُ ّللاِ َر َّ سلَّ َم َعلَ ْي ِه
َ ُّللا ِ ُس َواء ُه ْم َوقَا َل َوشَا ِهدَ ْي ِه َوكَاتِبَهُ َو ُمؤْ ِكلَه
َ الربَا آ ِك َل َو َ
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melaknat pemakan riba,
pemberinya, dua saksinya dan penulisnya. Beliau juga bersabda,
“Mereka sama (dosanya).”
3. Jenis Riba
Para ulama membagi Riba mejadi 2, yaitu:
a. Riba Jahiliyah atau Riba Al Qard (Hutang)
Yaitu pertambahan dalam hutang sebagai imbalan tempo
pembayaran (Ta’khir), baik disyaratkan ketika jatuh tempo
pembayaran atau di awal tempo pembayaran. Inilah riba yang
pertama kali diharamkan Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam
11
firmanNya. Pada masa jahiliyyah riba memiliki beberapa bentuk
aplikatif, diantaranya adalah:
1) Bentuk pertama: Riba pinjaman. Yakni yang direfleksikan
dalam satu kaidah di masa jahiliyyah: “Tangguhkanlah
hutangku, aku akan menambahnya.”
2) Bentuk kedua: Pinjaman dengan pembayaran tertunda,
namun dengan syarat harus dibayar dengan bunganya.
Hutang itu dibayar sekaligus pada saat berakhirnya masa
pembayaran.
3) Bentuk ketiga: Pinjaman Berjangka dan Berbunga dengan
Syarat Dibayar Perbulan (kredit bulanan)
b. Riba Jual Beli
Yaitu riba yang terdapat pada penjualan komoditi riba fadhal.
Komoditi riba fadhal yang disebutkan dalam nash ada enam: Emas,
perak, gandum, kurma, garam dan jewawut. Riba jual beli ini terbagi
dua, yaitu riba fadhal dan riba nasii-ah.
1) Riba Fadhal
Kata Fadhl dalam bahasa Arab bermakna Tambahan,
sedangkan dalam terminologi ulama adalah
الحالين الجنس المتحدي الربويين أحد في الزيادة
(Tambahan pada salah satu dari dua barang ribawi yang sama jenis
secara kontan).
2) Riba Nasii-ah ( )النسيئة ربا
Nasii-ah dalam etimologi bahasa Arab bermakna Pengakhiran.
Sedangkan dalam pengertian etimologi ahli fikih adalah
pengakhiran serah terima pada salah satu komoditi ribawi yang
satu illaat-nya pada riba fadhl (في المتحدين الربويين أحد في القبض تأخير
)الفضل ربا علةatau penerimaan salah satu dari barang yang dibarter
atau dijual secara tertunda dalam jual beli komoditi riba fadhal.
12
Pada zaman sekarang teknologi hampir tidak bisa dipisahkan lagi
dengan kehidupan masyarakat. Dalam kehidupan sehari – hari, tak
terkecuali dalam bidang perdagangan dan jasa, telah terjadi berbagai
kemajuan yang diakibatkan oleh teknologi. Salah satu kemajuan dalam
bidang jual beli adalah adanya transaksi belanja secara online. Kegiatan
jual beli melalui media internet perlahan mulai menggeser sistem
bertransaksi jual beli masyarakat yang pada mulanya dengan cara offline ke
sistem jual beli online. Sistem transaksi offline merupakan adanya
perjumpaan langsung antara penjual dan pembeli dimana pihak pembeli
dapat memilih secara langsung barang yang akan dibeli. Saat ini sistem
offline telah banyak tergantikan dengan sistem online dimana antara penjual
dan pembeli tidak diharuskan untuk bertatap muka. Jual beli atau
perdagangan menggunakan media internet juga disebut dengan electronic
commerce (e-commerce) (Jusmaliani, 2008).
Bisnis online (e-commerce) telah ditetapkan dalam Undang-Undang
Nomor 11 Tahun 2008 atau UU ITE adalah undang-undang yang mengatur
tentang informasi serta transaksi elektronik, atau teknologi secara umum.
Bunyi dari Undang-Undang pasal 19 UU ITE “para pihak yang melakukan
transaksi elektronik harus menggunakan sistem elektronik yang disepakati”.
Jadi sebelum melakukan transaksi elektronik maka para pihak menyepakati
sistem elektronik yang akan digunakan untuk melakukan transaksi, kecuali
ditentukan lain oleh pihak, transaksi elektronik terjadi pada saat penawaran
transaksi yang dikirim pengirim telah diterima dan disetujui oleh penerima
sebagaimana yang ditentukan dalam pasal 20 ayat 1 UU ITE.
Islam memandang bahwa bisnis online sebagai bentuk transaksi bisnis
yang dibolehkan namun masih dalam konteks syari’ah. Bagi Islam
kemajuan teknologi tidak boleh dijadikan sebagai celah oleh seseorang
untuk mengeksploitasi yang lainnya dan harus aman digunakan karena
prinsip syari’ahnya terpenuhi. Berdasarkan prinsip tersebut maka Islam
memberi kesempatan yang luas untuk mengembangkannya. Untuk menilai
apakah kegiatan bisnis online sesuai dengan syari’ah dapat dilihat dari
aktivitasnya, konsep usaha islami dapat dijadikan sebagai acuan. Bisnis
13
online tidak mengenal ruang dan waktu, dapat dilakukan dimanapun
dengan rentan waktu hampir 24 jam. Adapun dalam bisnis online juga
terdapat beberapa kelemahan yaitu kesalahan pencatuman harga dalam
sebuah produk dapat mendatangkan kerugian pada penjual, walau
secanggih apapun sebuah teknologi yang digunakan oleh manusia tetap
tidak bisa menghindar dari sebuah masalah teknis yang mengakibatkan
kerugian salah satu pihak atau kedua pihak yang bertransaksi (Suhandang,
2004).
BAB III
14
METODOLOGI PENELITIAN
A. Lokasi Penelitian
Penelitian yang berjudul “Jual Beli VS Riba dalam Perspektif Islam”
ini akan dilaksanakan di MUI Provinsi Jawa Barat, Jl. RE. Martadinata
No.105 Kota Bandung Jawa Barat; NU Provinsi Jawa Barat, Jl.
Galunggung No.9 Kota Bandung Jawa Barat; Muhammadiyah Provinsi
Jawa Barat, Jl. Sancang No.6 Kota Bandung Jawa Barat; dan Persis
Pusat, Jl. Perintis Kemerdekaan No.2 Kota Bandung Jawa Barat.
B. Pendekatan Penelitian
Pendekatan yang kami gunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
kualitatif. Pendekatan kualititatif merupakan suatu cara yang digunakan
untuk menjawab masalah penelitian yang berkaitan dengan data berupa
narasi yang bersumber dari aktivitas wawancara, pengamatan, pengalian
dokumen. Untuk dapat menjabarkan dengan baik tentang pendekatan dan
jenis penelitian, kehadiran peneliti, lokasi penelitian, sumber data, teknik
pengumpulan data, analisis data, dan pengecekan keabsahan temuan dalam
suatu proposal dan/atau laporan penelitian diperlukan pemahaman yang
baik tentang masing-masing konsep tersebut. Hal ini penting untuk
memastikan bahwa jenis penelitian sampai dengan pengecekan keabsahan
temuan yang dituangkan dalam proposal dan laporan penelitian telah
sesuai dengan kaidah penulisan karya ilmiah yang dipersyaratkan
(Wahidmurni, 2017, hlm. 7).
Dalam penelitian ini masalah yang dikaji oleh peneliti adalah
masalah yang besifat sosial, dinamis, dan sangat penting. Oleh karena
itu, peneliti memilih menggunakan pendekatan kualitatif untuk
memperoleh data yang lebih mendalam dalam mengembangkan teori
dan mendeskripsikan realitas serta kompleksitas fenomena yang diteliti.
C. Metode Penelitian
15
Metode penelitian yang kami lakukan adalah metode deskriptif.
Penelitian deskriptif adalah penelitian yang berusaha mendeskripsikan
suatu gejala, peristiwa, kejadian yang terjadi pada saat sekarang. (Sujana
dkk., 1989, hlm. 65). Peneliti berusaha memotret peristiwa dan kejadian
yang menjadi pusat perhatiannya, kemudian menggambarkan atau
melukiskannya sebagaimana adanya, sehingga pemanfaatan temuan
penelitian ini berlaku pada saat itu pula yang belum tentu relevan bila
digunakan untuk waktu yang akan datang.
16
Alamat : Jl. Perintis Kemerdekaan No. 2 Kota Bandung
No Telepon : 022-4220702 / 022-422070
17
mencatatan hal-hal yang penting dari narasumber dan informan
(Arikunto, 2006, hlm. 76).
G. Langkah-Langkah Penelitian
1. Perencanaan
Menentukan judul penelitian dengan mengidentifikasi dan
merumuskan masalah mengenai jual beli dalam islam dan riba.
Melakukan studi literatur tentang jual beli dalam islam dan riba.
Pembuatan proposal dan surat izin observasi.
2. Pelaksanaan
Melakukan observasi mengenai jual beli dalam islam dan riba
dengan melakukan wawancara dengan MUI Provinsi Jawa Barat, PW
Muhammadiyah Jawa Barat, PW Nahdlatul Ulama Jawa Barat dan PP
Persatuan Islam.
3. Seminar dan Pelaporan Hasil Penelitian
Pengolahan dan Analisis Data, Pembuatan Laporan Penelitian dan
Pelaksanaan Seminar.
BAB IV
18
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Wawancara dengan Majelis Ulama Indonesia (MUI) Provinsi Jawa
Barat
Nama : Ayat Dimiati
Posisi : Wakil Ketua
Hasil Wawancara :
Menurut MUI, jual beli sudah menjadi kegiatan sehari-hari setiap
manusia karena berorientasi kepada usaha dalam memenuhi kebutuhan
hidup. Jual beli merupakan suatu interaksi antara pemilik barang
sebagai penjual dan seseorang yang ingin memiliki barang atau disebut
sebagai pembeli. Terdapat empat syarat utama dalam kegiatan jual
beli, yaitu :
1. Terdapat penjual dan pembeli,
2. Barang, dapat berupa barang atau jasa,biayanya obyek jual berupa
barang namun bisa juga jasa yang berupa sewa-menyewa.
3. Harga, kesepakatan nilai tukar,harga bisa berupa senilai barang dan
senilai uang
4. Transaksi, adanya penyerahan uang dari pembeli dan penyerahan
barang dari penjual.
Adapula etika kegiatan jual beli dalam perspektif Islam menurut
MUI, yaitu tidak boleh adanya saling tipu muslihat. Dalam kegiatan
jual beli harus adanya nilai kejujuran, karena khianat itu sangat tidak
dianjurkan, bahkan dalam kegiatan sosial lainnya. Khianat ini akan
menimbulkan persepsi buruk bagi seseorang yang melakukannya.
Sehingga dalam kegiatan jual beli dalam kehidupan sehari-hari, salah
satu pihak yang berkhianat tidak akan diberikan kepercayaan oleh
pihak lainnya. Apabila ternyata ada kecacatan barang dari penjual, ia
harus menginformasikannya kepada pembeli secara terbuka kepada
pembeli. Sehingga apabila pembeli dapat menilai sendiri untuk
menerima barang itu dengan senang hati dan ridho (antarodhin).
19
Sebagaimana seorang gadis dilamar oleh seorang pria, orang tua dari
kedua belah pihak harus menyampaikan kekurangannya masing-
masing, sehingga adanya keterbukaan. Diterima atau tidak menjadi
keputusan final yang sudah dipertimbangkan secara matang.
Dewasa ini marak sekali kegiatan jual beli secara online. Menurut
MUI, kegiatan jual beli secara online ini digolongkan ke dalam jual
beli salam yang secara istilah mudahnya merupakan jual beli dimana
dimana si pembeli memesan barang tersebut dan melakukan
pembayaran terlebih dahulu, barang yang ia pesan diterima kepada
pembeli dikemudian hari sesuai dengan kesepakatan diawal. Jadi, jual
beli secara online ini diperbolehkan asalkan jangan adanya
ketidaksesuaian antara kesepakatan awal berupa spesifikasi barang
yang sudah disampaikan penjual kepada pembeli dengan hasil atau
barang yang diterima oleh pembeli pada kemudian hari. Oleh karena
itu, sikap keterbukaan dalam menawarkan barang harus dimiliki oleh
penjual. Setelah pembeli memiliki keinginan setelah melihat
spesifikasi yang sudah ditawarkan, akan terjadi transaksi antara
penjual dan pembeli. Kemudian barang datang sesuai dengan
spesifikasi yang ada (barang real), maka kegiatan jual beli berjalan
sebagaimana mestinya. Akan tetapi, apabila adanya penyimpangan
dari ketentuan yang sudah ditetapkan, maka kegiatan jual beli itu tidak
diperbolehkan. Maka dari itu, kegiatan jual beli secara online
dibutuhkan nilai kejujuran yang tinggi.
Menurut MUI, yang disebut dengan riba adalah ketika merugikan
salah satu pihak. Ketika pembeli mendapatkan rugi, maka disebut riba.
Maka bila transaksi sudah dilakukan, maka apabila ada kecacatan.
Barang harus dapat di kembalikan. Batasan riba menurut MUI, yaitu
tidak merugikan salah satu pihak. Dari awal transaksi sebetulnya sudah
dapat diteliti adanya cikal bakal riba atau tidak adanya riba. Termasuk
dalam mengambil untung 100% apabila pembeli tidak ridho, maka itu
dapat disebut riba.
20
Menurut MUI, transaksi jual beli dengan uang elektronik
diperbolehkan dengan syarat dapat dipertanggung jawabkan. Sehingga
antara kedua pihak mengetahui karakter-karakternya. Begitu pula
dengan adanya diskon melalui uang elektronik, diperbolehkan karena
adanya keridhoan diantara kedua belah pihak (tidak merugikan).
Riba itu transaksi antara individu dengan individu. Kalo dengan
sebuah instansi salah satunya adalah bank, maka harus dibantu dan
dipahami sistemnya. Oleh karena kita tidak memahami sistemnya
maka ada perbedaan pandangan mengenai istilah, selama ini lembaga
ada yang mengatakan riba dan ada yang tidak. Bunga di bank
konvensional dan bank syariah, karena itu kelembagaan maka tidak
ada riba karena jelas pemilik uangnya. Pengurangan dan penambahan
harus digolangkan oleh pemilik uang bukan oleh direktur perusahan.
Direktur sebagai petugas di kantor dan hanya menerima, karena ketika
adanya pengurangan uang kita dengan bahasa biaya administrasi,
sebetulnya perusahaan tidak mengambil uang kita secara diam-diam.
Akan tetapi itu sudah tertera dalam peraturan atau ketentuan yang
berlaku, yang pastinya sudah disetujui nasabah ketika bergabung
menjadi nasabah bank tersebut.
Mereka berpegangan pada firman Allah dalam Surat an-Nisa’ ayat
29: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan
harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan
perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka di antara kamu.”
Pada ayat di atas, Allah melarang memakan harta orang lain
dengan cara yang batil, seperti mencuri, menggasab, dan dengan cara
riba. Sebaliknya, Allah menghalalkan hal itu jika dilakukan dengan
perniagaan yang berjalan dengan saling ridha. Karenanya, keridhaan
kedua belah pihak yang bertransaksi untuk menentukan besaran
keuntungan di awal, sebagaimana yang terjadi di bank, dibenarkan
dalam Islam. Maka dari itu, tidak disebut riba. Singkatnya, individu
mempunyai harta, maka harus membantu kolektif atau kepentingan
21
umum. Yang salah itu koruptor yang tidak punya uang tetapi
mengambil uang kelembagaan yang sudah jelas bukan haknya.
22
Di dalam salah satu hadis Rasulullah saw. dijelaskan:
“Nabi Muhammad saw pernah ditanya. Apakah profesi yang paling
baik? Rasulullah menjawab: “Usaha tangan manusia tersendiri dan
setiap jual beli yang diberkati”. (H.R. al-Barzar dan Al-Hakim)
Para ulama fiqh ber’ijma bahwa hukum dari jual beli adalah mubah
(boleh). Karena manusia sebagai makhluk sosial yang saling
membutuhkan satu sama lain. Oleh karena itu, hikmah dari jual beli itu
sendiri dapat membantu manusia untuk kelangsungan hidupnya. Dan
manusia tidak bisa hidup tanpa saling membantu sesamanya.
Cara bertransaksi jual beli dalam islam dengan terpenuhinya syarat
dan rukun, yang artinya kita harus memenuhi rukun dalam jual beli
kemudian dalam rukun tersebut ada syarat. Rukun dalam jual beli
diantaranya ada pembeli, penjual, dan barang atau harta yang akan
diperjual belikan. Masing-masing dari rukun tersebut ada syarat yang
harus terpenuhi. Beberapa syarat penjual yaitu harus sudah baligh,
berakal, dan mengerti jual beli. Jual beli yang sesuai dengan Syariat
Islam harus memenuhi rukun dan syarat dari jual beli sementara rukun
dan syarat adalah sesuatu yang harus dipenuhi agar jual beli itu
dipandang sah. Karena jual beli merupakan suatu akad, maka harus
dipenuhi rukun dan syaratnya. Mengenai rukun dan syarat jual beli,
menurut PWNU membagi rukun jual beli menjadi empat:
1. Adanya penjual
2. Adanya pembeli
3. Ada barang yang dibeli.
4. Ada nilai tukar pengganti barang.
Syarat orang yang berakad Ulama fiqih sepakat, bahwa orang yang
melakukan transaksi jual beli harus memenuhi syarat-syarat :
1. Berakal, bahwa orang yang melakukan transaksi jual beli itu
harus telah akil baliqh dan berakal
Syarat yang terkait dengan ijāb dan qabūl. Kabul harus sesuai
dengan ijab. Sebagai contoh : “saya jual mobil ini dengan harga seratus
23
juta rupiah”, lalu pembeli menjawab : “saya beli dengan harga seratus
juta rupiah”.
Syarat yang diperjual belikan yaitu barangnya itu ada, barang
tersebut dapat dimanfaatkan dan bermanfaat bagi manusia, milik
seseorang (barang yang belum milik seseorang tidak boleh menjadi
objek jual beli), dan apat diserahkan pada saat akad berlangsung, atau
pada waktu yang telah disepakati.
Syarat nilai tukar (harga barang):
1. Harga yang disepakati kedua belah pihak harus jelas jumlahnya.
2. Dapat diserahkan pada saat waktu transaksi, sekalipun secara
hukum seperti pembayaran dengan cek atau kartu kredit. Apabila
barang dibayar kemudian (berhutang), maka waktu
pembayarannya harus jelas waktunya.
3. Jika jual beli itu dilakukan dengan cara barter, maka barang yang
dijadikan nilai tukar, bukan barang yang diharamkan syara’
seperti babi dan khamar.
Di masa modern sekarang jual beli banyak dilakukan secara online.
Hal ini terjadi karena kemajuan teknologi dan manusia sudah mulai
ingin praktis. Jual beli biasanya dilakukan secara tatap muka antara
penjual dan pembeli. Namun apabila secara online, penjual dan
pembeli tidak ada tatap muka. Menurut PWNU Jual beli secara online
diperbolehkan, apabila memenuhi persyaratan. Salah satu persyaratan
yang harus dipenuhi adalah mencantumkan spesifikasi atau detail
barang yang dijualnya. Kedua akad jual beli online itu menggunakan
akad salam, yaitu akad yang tidak langsung. Apabila tidak ada
spesifikasi tidak diperbolehkan adanya jual beli.
Qiyas jual beli online dengan akad salam, bahwa dalam konteks
ini, mekanisme jual beli online dapat diqiyaskan dengan jual beli
salam/salaf di mana harga/uangnya didahulukan, sedangkan barangnya
diserahkan kemudian dapat dinyatakan pula pembiayaan di mana
pembeli diharuskan untuk membayar sejumlah uang tertentu untuk
pengiriman barang. Atau dalam kata lain pembayaran dalam transaksi
24
salam dilakukan di muka. Dikatakan salam karena ia menyerahkan
uangnya terlebih dahulu sebelum menerima barang dagangannya.
Berkaitan dengan jual beli, karena jual beli merupakan salah satu
perbuatan muamalah maka hukumnya boleh sepanjang tidak ada dalil
yang mengharamkannya. Kemudian jual beli online juga termasuk
dalam kegiatan jual beli, sehingga selama tidak ada dalil yang
mengharamkannya maka hukumnya boleh.
Selain itu sedang trend menggunakan uang elektronik berbasis
aplikasi yang banyak digunakan oleh masyarakat. Menurut PWNU
penggunaan uang elektronik di Indonesia, MUI belum menfatwakan
itu, selama tidak melanggar prinsip jual beli itu diperbolehkan. Namun
apabila dalam hal tersebut ada pemaksaan dan uang kita yang ada
dalam dompet eletronik tersebut sisa, dan sisanya tidak bisa
digunakan, maka itu termasuk ke dalam riba. Menurut NU Lebih baik
dihindari menggunakan dompet online seperti itu. Untuk aplikasi yang
peminjaman uang, itu termasuk riba nasyiah.
Menurut PWNU dompet online berupa aplikasi itu meragukan,
lebih baik jangan menggunakan aplikasi. Tinggalkan lah yang
meragukan menuju yang tidak meragukan. Diskon dalam aplikasi
dompet online menurut PWNU itu bukan termasuk ke dalam riba, akan
tetapi cenderung seperti “penipuan”. Karena hanya merekayasa harga
saja, untuk menarik minat konsumen. Ini merupakan haram.
Dalam jual beli erat kaitannya dengan riba. Riba menurut PWNU
yaitu melebihi apa yang seharusnya. Riba bagian dari jual beli yang
melebihkan diluar kesepakatan yang sudah disepakati. Riba ini terbagi
menjadi 3 macam diantaranya riba aliyad, riba nasyiah, dan riba fadl.
Contoh riba fadl yaitu menukar beras bagus dengan beras berkutu
dengan besaran yang berbeda, yang lebihnya termasuk riba. Contoh
riba kontan yaitu menjual barang yang sudah disepakati dengan
pembeli, namun si penjual tidak langsung memberikan barang tersebut
karena menunggu adanya kenaikan harga. Harga yang dinaikkan itu
termasuk riba, kecuali apabila dari awal sudah ada kesepakatan antara
25
penjual dan pembeli akan ada kenaikan harga maka itu dinyatakan
bukan riba. Contoh dalam riba nasyiah seperti utang piutang. Batasan
dalam riba tercantum dalam Al Quran surat Al Baqarah ayat 275,
orang yang melakukan riba maka dia sama dengan api neraka.
Berbeda kasus dengan hukum bunga bank itu termasuk haram.
Namun tetap masih banyak bank-bank yang menggunakan sistem
seperti itu yang menurutnya itu tidak merugikan siapapun.
Menggunakan uang riba, apabila tidak disengaja itu hukumnya tidak
apa apa. Namun kita tidak boleh mengulanginya lagi karena itu
termasuk dilarang atau haram. Upaya untuk menghentikan riba bunga
bank di Indonesia kembali lagi ke aturan hukum yang berlaku di
Indonesia, adanya penegak hukum, dan kesadaran hukum masyarakat.
26
Jual beli pada prinsipnya adalah antarodhin dimana antarodhin
ini diartikan sebagai “saling meridhoi” sementara riba tidak mungkin
ada antarodhin (yang ridho hanya yang meminjamkan sementara yang
dipinjamkan tidak bahkan merasa tersiksa). Oleh karenanya beberapa
kegiatan ekonomi disarankan selain adanya antarodhin yaitu tidak
boleh adanya manipulasi, tidak boleh ada gurur dimana gurur ini
diartikan sebagai “angan-angan” atau ketidakpastian. Contohnya
adalah misal mangga yang masih di pohon kita jual. Maka syarat
utama dari jual beli adalah antarodhin dan di dalam riba tidak mungkin
ada antarodhin (saling meridhoi). Jual beli dapat dikatakan riba
apabila dalam jual beli terdapat unsur-unsur gurur dan manipulasi yang
dimana hal ini dapat dikatakan termasuk riba.
Problematika jual beli VS riba di Indonesia sangat beragam.
Salah satu yang paling trend saat ini adalah jual beli online. Menurut
Muhammadhiyah jual beli apapun baik itu face to face ataupun jual
beli online boleh dilakukan asalkan mengacu pada 3 prinsip utama jual
beli yaitu antarodhin, tidak adanya manipulasi, dan tidak adanya gurur
karena walaupun tidak secara face to face atau secara online jual beli
tersebut masih dapat memungkinkan. Misal ketika kita ingin membeli
sepatu secara online, di penjual tersebut pasti diperlihatkan mengenai
harganya, kualitas sepatu, produk sepatu, kemudian bahannya dari apa,
bahkan kita lebih bisa teliti ketimbang misalkan kita masuk ke toko
atau ke pasar secara langsung.
Dalam jual beli online dikenal dengan adanya istilah pre order,
mengenai hal tersebut apakah termasuk manipulasi?
Menurut Muhammadhiyah, yang namanya order itu murni keinginan
kita. Order ini artinya “kita ingin barang ini, ini, dan lain sebagainya”,
dari situ kita sudah melemparkan karakter dari barang yang ingin kita
beli. Hal tersebut menjadi terbalik karena biasanya ketika kita hendak
membeli sesuatu itu sesuai atau tidak dengan keinginan kita tetapi ini
malah sebaliknya kita yang mengorder barang yang sesuai dengan apa
yang ingin kita beli, tinggal si produsen tersebut bisa atau tidak
27
menyediakan barangnya. Terdapat berbagai macam permasalahan
dalam sistem pre order ini yang paling utama adalah dalam hal
kejujuran perihal persoalan produk yang ditawarkan atau yang akan di
jual. Produsen tersebut mampu atau tidak membuat sesuai dengan
barang yang akan di order oleh konsumen tersebut. Kemudian yang
kedua biasanya ada semacam DP dimana ketika kita sudah memberi
DP baru produsen tersebut akan mengerjakan barang yang kita
inginkan. Kalau penjual menyalahi, itu termasuk salah satu dosa yang
harus di tanggung oleh penjual tersebut.
Problematika selanjutnya mengenai pinjaman elektronik seperti
pada aplikasi-aplikasi yang saat ini mudah digunakan, apakah hal
tersebut termasuk riba?
Menurut Muhammadhiyah, pinjamannya boleh saja, yang tidak boleh
adalah di ribanya (ada bunga dari pinjaman). Sama saja dengan kita
meminjam uang di bank, meminjamnya boleh tetapi bunganya yang
tidak boleh. Itulah salah satu alasan mengapa sebagian besar ulama
mengharamkan kita berhubungan dengan bank konvensional. Jadi
apapun bentuknya, entah itu dengan menyimpan atau meminjam uang
dari suatu bank itu bukan pinjamannya atau simpanannya yang
dipermasalahkan tetapi riba atau bunganya tersebut yang menjadi
persoalannya.Yang justru dikedepankan itu adalah ikatannya yaitu dia
di ikat dengan bunga yang besar, ketika kita lambat membayar
bunganya akan semakin besar, semakin besar, dan semakin besar.
Lalu jika bunga bank dianggap riba, bagaimana dengan bunga
bank yang digunakan oleh nasabah, dibolehkan atau tidak?
Muhammadhiyah sudah menganjurkan sepanjang tidak darurat maka
segera tinggalkan bank konvensional dan masuk ke bank syari’ah.
Misal kita dapat beasiswa dan yang mengharuskan penerimaan
beasiswa tersebut adalah bank konvensional. Ketika beasiswa tersebut
menjadi salah satu untuk biaya hidup maka kita harus
memindahkannya ke bank syari’ah agar terhindar dari bunga bank
yang digunakan oleh nasabah. Lalu apakah bunga bank boleh
28
digunakan nasabah? Kalau memang sudah dihukumi tidak boleh maka
sebisa mungkin hindari dan tinggalkan.
Ada beberapa yang berpendapat bahwa jual beli yang
melibatkan lebih dari satu akad itu haram, bagaimana menurut
Muhammadhiyah?
Menurut Muhammadhiyah semuanya dikembalikan ke prinsip awal
jual beli dimana harus ada antharodhin, tidak boleh adanya
manipulasi, dan tidak boleh adanya gurur. Sepanjang itu terlalui maka
boleh-boleh saja sekalipun melalui beberapa akad. Misal kita
menyuruh orang lain membeli ikan asin di pasar (sudah termasuk akad
satu kali), nanti orang tersebut beli ke warung “beli ikan asin” lalu
penjual tersebut bilang “nampi artosna, nyanggakeun barangna”
(sudah termasuk akad 2 kali). Yang jual beli tetap kita dengan tukang
warung, hanya saja melalui pembantu, dan itu hukumnya boleh selama
keduanya saling ridho ketika melakukan transaksi tersebut.
B. Pembahasan
1. Konsep dan Etika Jual Beli dalam Islam
Berdasarkan hasil wawancara dari ketiga ormas Islam, yaitu MUI,
PWNU, dan Muhammadiyyah, secara umum kegiatan jual beli
merupakan kegiatan tukar menukar antara seseorang yang memiliki
barang atau biasa kita sebut sebagai penjual, dan ada seseorang yang
ingin memiliki barang yang biasa kita sebut sebagai pembeli. Dalam
Islam, terdapat etika jual beli dimana kegiatan jual beli ini harus
memenuhi rukun dan syaratnya. Menurut hasil wawancara dari ketiga
ormas, terdapat kesamaan diantara ketiganya. Dimana rukun jual beli
dalam Islam, yaitu: adanya kedua belah pihak yang akan bertransaksi
(penjual dan pembeli), adanya harga atau ketentuan lain yang
disepakati, adanya barang, dan adanya kegiatan transaksi atau serah
terima. Sedangkan syarat jual beli dalam Islam, yaitu adanya
kesadaran, keridhoan, keterbukaan, kejujuran, dan sesuai dengan
kesepakatan yang telah disepakati antara kedua belah pihak. Sehingga
29
antara penjual dan pembeli ini harus saling terbuka dan tetap
terhubung dengan baik.
2. Pandangan Islam mengenai Batasan Riba dalam Kegiatan Jual Beli
Berdasarkan hasil wawancara dari ketiga ormas Islam, yaitu MUI,
PWNU, dan Muhammadiyah, dinyatakan bahwa riba ini merupakan
suatu tambahan yang bersifat melebih-lebihkan. Dalam kegiatan jual
beli, ini sangat erat kaitannya dengan melebihkan harga yang terlalu
jauh, atau melebih-lebihkan kesepakatan yang telah dibuat sehingga
tidak adanya prinsip antarodhin yang seharusnya dipenuhi dalam
kegiatan jual beli. Menurut ketiga ormas, riba ini tidak akan terjadi
apabila adanya sikap saling meridhoi diantaraa penjual dan pembeli.
Apabila kedua belah pihak sudah menyetujui kesepakatan yang telah
dibuat, maka bila penjual melebih-lebihkan harga pun tidak disebut
sebagai riba apabila pembeli juga menyetujuinya.
3. Problematika Jual Beli di Masyarakat Indonesia Saat ini
Berdasarkan hasil wawancara dari ketiga ormas Islam, yaitu MUI,
PWNU, dan Muhammadiyah, dinyatakan bahwa dewasa ini banyak
sekali perkembangan dalam kegiatan jual beli di masyarakat Indonesia.
Tanggapan dari ketiga ormas Islam murujuk pada hasil yang serupa
mengenai kegiatan jual beli online atau dengan penggunaan uang
elektronik (e-money). Berkaitan dengan jual beli, karena jual beli
merupakan salah satu perbuatan muamalah maka hukumnya boleh
sepanjang tidak ada dalil yang mengharamkannya. Kemudian jual beli
online juga termasuk dalam kegiatan jual beli, sehingga selama tidak
ada dalil yang mengharamkannya dan masih memenuhi rukun dan
syaratnya maka hukumnya boleh dan tidak termasuk riba. Terlebih lagi
apabila penjual dan pembeli memahami sistem online yang
digunakannya, contohnya dalam transaksi melalui perusahaan GO-JEK
atau GRAB yang biasa kita lakukan dalam kehidupan sehari-hari.
Menurut ketiga ormas, selama tidak melanggar prinsip kegiatan jual
beli, maka transaksi yang dilakukan tidak termasuk riba, sehingga
diperbolehkan.
30
Berbeda dengan bahasan mengenai kegiatan jual beli online atau
dengan penggunaan uang elektronik (e-money), bahasan mengenai
bunga bank memiliki perbedaan antara ketiga ormas. Secara umum,
menurut PWNU dan Muhammadiyah, bunga bank itu termasuk haram.
Menurut PWNU, tetap masih banyak bank-bank yang menggunakan
sistem seperti itu yang menurutnya itu tidak merugikan siapapun.
Menggunakan uang riba, apabila tidak disengaja itu hukumnya tidak
apa apa. Namun kita tidak boleh mengulanginya lagi karena itu
termasuk dilarang atau haram. Upaya untuk menghentikan riba bunga
bank di Indonesia kembali lagi ke aturan hukum yang berlaku di
Indonesia, adanya penegak hukum, dan kesadaran hukum masyarakat.
Menurut Muhammadiyah, Muhammadhiyah sudah menganjurkan
sepanjang tidak darurat maka segera tinggalkan bank konvensional
untuk menghindari riba dan masuk ke bank syari’ah. Karena di bank
syari’ah ini memiliki ketentuan-ketentuan sesuai pandangan dalam
Islam, berbeda dengan bank konvensional. Sedangkan menurut MUI,
riba itu transaksi antara individu dengan individu. Kalo dengan sebuah
instansi salah satunya adalah bank, maka harus dibantu dan dipahami
sistemnya. Oleh karena kita tidak memahami sistemnya maka ada
perbedaan pandangan mengenai istilah, selama ini lembaga ada yang
mengatakan riba dan ada yang tidak. Bunga di bank konvensional dan
bank syariah, karena itu kelembagaan maka tidak ada riba karena jelas
pemilik uangnya. Pengurangan dan penambahan harus digolangkan
oleh pemilik uang bukan oleh direktur perusahan. Direktur sebagai
petugas di kantor dan hanya menerima, karena ketika adanya
pengurangan uang kita dengan bahasa biaya administrasi, sebetulnya
perusahaan tidak mengambil uang kita secara diam-diam. Akan tetapi
itu sudah tertera dalam peraturan atau ketentuan yang berlaku, yang
pastinya sudah disetujui nasabah ketika bergabung menjadi nasabah
bank tersebut.
31
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Kegiatan jual beli merupakan kegiatan tukar menukar antara seseorang
yang memiliki barang atau biasa kita sebut sebagai penjual, dan ada
seseorang yang ingin memiliki barang yang biasa kita sebut sebagai
pembeli. Rukun jual beli dalam Islam, yaitu: adanya kedua belah pihak
yang akan bertransaksi (penjual dan pembeli), adanya harga atau ketentuan
lain yang disepakati, adanya barang, dan adanya kegiatan transaksi atau
serah terima. Sedangkan syarat jual beli dalam Islam, yaitu adanya
kesadaran, keridhoan, keterbukaan, kejujuran, dan sesuai dengan
kesepakatan yang telah disepakati antara kedua belah pihak.
2. Riba merupakan suatu tambahan yang bersifat melebih-lebihkan. Dalam
kegiatan jual beli dan sangat erat kaitannya dengan melebihkan harga yang
terlalu jauh, atau melebih-lebihkan kesepakatan yang telah dibuat sehingga
tidak adanya prinsip antarodhin yang seharusnya dipenuhi dalam kegiatan
jual beli.
3. Jual beli online termasuk dalam kegiatan jual beli, selama tidak ada dalil
yang mengharamkannya dan masih memenuhi rukun dan syaratnya maka
hukumnya boleh dan tidak termasuk riba. Sedangkan mengenai bunga
bank, itu termasuk haram. Menggunakan uang riba, apabila tidak disengaja
itu hukumnya tidak apa apa. Namun kita tidak boleh mengulanginya lagi
karena itu termasuk dilarang atau haram. Upaya untuk menghentikan riba
bunga bank di Indonesia kembali lagi ke aturan hukum yang berlaku di
Indonesia, adanya penegak hukum, dan kesadaran hukum masyarakat.
Sepanjang tidak darurat maka segera tinggalkan bank konvensional untuk
menghindari riba dan masuk ke bank syari’ah.
32
B. Saran
Dengan adanya laporan ini, setelah memahami isi dari laporan
diharapkan kepada pembaca agar dapat menghindari Riba dalam
kehidupan sehari-hari dan berhati-hati ketika akan melakukan transaksi
jual beli. Tentunya kita harus memahami ilmu dan hukumnya terlebih
dahulu. Jadikan problematika jual beli dan riba di kalangan masyarakat
sebagai sarana untuk menjalankan perintah dan larangan Allah SWT agar
terhindar dari laknat Allah SWT dan sebagai sarana untuk mendekatkan
diri kepada Allah SWT.
33
DAFTAR PUSTAKA
34
LAMPIRAN - LAMPIRAN
1. Personalia Penelitian
Ketua
Nama Lengkap : Luniar Abdullah
NIM : 1700677
TTL : 07 Maret 2000
Alamat : Geger Kalong Girang No.25 Kota Bandung
No. HP : 085774096907
Anggota
1. Nama Lengkap : Dini Asryani
NIM : 1702005
TTL : Bandung, 13 Februari 1998
Alamat : Jl. Sariwangi No. 24 RT 03/10 Kab. Bandung
Barat
No. HP : 081222219472
2. Nama Lengkap : Della Frisca Damayanti
NIM : 1700069
TTL : Bandung, 19 Juli 1999
Alamat : Jl. Cianjur No. 10 CA Kota Bandung
No. HP : 082273374161
3. Nama Lengkap : Tika Triwahyuni
NIM : 1703681
TTL : 14 November 1999
Alamat : Jl. Cigadung Raya Timur No.110 Kota Bandung
No. HP : 087735517765
35
2. Pedoman Wawancara
36
3. Jadwal Pelaksanaan
Tabel 1. Jadwal Pelaksanaan Penelitian Kelompok 6
September Oktober November
No. Kegiatan
3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Perencanaan
Melakukan studi literatur
1. tentang jual beli dalam islam
dan riba
Pembuatan proposal dan surat
2.
izin observasi
Pelaksanaan
Melakukan observasi mengenai
jual beli dalam islam dan riba
dengan melakukan wawancara
3. pada MUI Provinsi Jawa Barat
dan Ormas Islam di Provinsi
Jawa Barat: Muhammadiyah,
NU dan Persis.
Melakukan wawancara pada
MUI Provinsi Jawa Barat dan
4. Ormas Islam di Provinsi Jawa
Barat: Muhammadiyah, NU dan
Persis
Analisis data dan pelaporan
5. Pengolahan dan Analisis Data
6. Pembuatan Laporan Observasi
7. Pelaksanaan Seminar
37
4. Surat Pengantar Penelitian
38
39
40
5. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian
41
42
43
44
45
46
6. Dokumentasi
47
48