Anda di halaman 1dari 21

1.

KESEHATAN MASYARAKAT INDONESIA

A. Masalah Kesehatan Masyarakat di Indonesia


Dewasa ini di Indonesia terdapat beberapa masalah kesehatan penduduk yang
masih perlu mendapat perhatian secara sungguh-sungguh dari semua pihak antara lain:
anemia pada ibu hamil, kekurangan kalori dan protein pada bayi dan anak-anak,
terutama di daerah endemic, kekurangan vitamin A pada anak, anemia pada kelompok
mahasiswa, anak-anak usia sekolah, serta bagaimana mempertahankan dan
meningkatkan cakupan imunisasi. Permasalahan tersebut harus ditangani secara
sungguh-sungguh karena dampaknya akan mempengaruhi kualitas bahan baku sumber
daya manusia Indonesia di masa yang akan datang.
Perubahan masalah kesehatan ditandai dengan terjadinya berbagai macam
transisi kesehatan berupa transisi demografi, transisi epidemiologi, transisi gizi dan
transisi perilaku. Transisi kesehatan ini pada dasarnya telah menciptakan beban ganda
(double burden) masalah kesehatan.
1) Transisi demografi, misalnya mendorong peningkatan usia harapan hidup yang
meningkatkan proporsi kelompok usia lanjut sementara masalah bayi dan
BALITA tetap menggantung.
2) Transisi epidemiologi, menyebabkan beban ganda atas penyakit menular yang
belum pupus ditambah dengan penyakit tidak menular yang meningkat dengan
drastis.
3) Transisi gizi, ditandai dengan gizi kurang dibarengi dengan gizi lebih.
4) Transisi perilaku, membawa masyarakat beralih dari perilaku tradisional
menjadi modern yang cenderung membawa resiko.

Masalah kesehatan tidak hanya ditandai dengan keberadaan penyakit, tetapi gangguan
kesehatan yang ditandai dengan adanya perasaan terganggu fisik, mental dan spiritual.
Gangguan pada lingkungan juga merupakan masalah kesehatan karena dapat memberikan
gangguan kesehatan atau sakit. Di negara kita mereka yang mempunyai penyakit diperkirakan
15% sedangkan yang merasa sehat atau tidak sakit adalah selebihnya atau 85%. Selama ini
nampak bahwa perhatian yang lebih besar ditujukan kepada mereka yang sakit. Sedangkan
mereka yang berada di antara sehat dan sakit tidak banyak mendapat upaya promosi. Untuk itu,
dalam penyusunan prioritas anggaran, peletakan perhatian dan biaya sebesar 85 % seharusnya
diberikan kepada 85% masyarakat sehat yang perlu mendapatkan upaya promosi kesehatan.
Dengan adanya tantangan seperti tersebut di atas maka diperlukan suatu perubahan
paradigma dan konsep pembangunan kesehatan. Beberapa permasalahan dan tantangan yang
dihadapi dalam pembangunan kesehatan antara lain :

1) Masih tingginya disparitas status kesehatan. Meskipun secara nasional kualitas


kesehatan masyarakat telah meningkat, akan tetapi disparitas status kesehatan antar
tingkat sosial ekonomi, antar kawasan, dan antar perkotaan-pedesaan masih cukup
tinggi.
2) Status kesehatan penduduk miskin masih rendah.
3) Beban ganda penyakit. Dimana pola penyakit yang diderita oleh masyarakat adalah
penyakit infeksi menular dan pada waktu yang bersamaan terjadi peningkatan penyakit
tidak menular, sehingga Indonesia menghadapi beban ganda pada waktu yang
bersamaan (double burden)
4) Kualitas, pemerataan dan keterjangkauan pelayanan kesehatan masih rendah.
5) Terbatasnya tenaga kesehatan dan distribusinya tidak merata.
6) Perilaku masyarakat yang kurang mendukung pola hidup bersih dan sehat.
7) Kinerja pelayanan kesehatan yang rendah.
8) Rendahnya kondisi kesehatan lingkungan. Masih rendahnya kondisi kesehatan
lingkungan juga berpengaruh terhadap derajat kesehatan masyarakat. Kesehatan
lingkungan merupakan kegiatan lintas sektor belum dikelola dalam suatu sistem
kesehatan kewilayahan.
9) Lemahnya dukungan peraturan perundang-undangan, kemampuan sumber daya
manusia, standarisasi, penilaian hasil penelitian produk, pengawasan obat tradisional,
kosmetik, produk terapetik/obat, obat asli Indonesia, dan sistem informasi.

B. Strategi Paradigma Kesehatan

Paradigma berkembang sebagai hasil sintesa dalam kesadaran manusia terhadap


informasi-informasi yang diperoleh baik dari pengalaman ataupun dari penelitian. Dalam
perkembangan kebijaksanaan pembangunan kesehatan maka memasuki era reformasi untuk
Indonesia baru telah terjadi perubahan pola pikir dan konsep dasar strategis pembangunan
kesehatan dalam bentuk paradigma sehat. Sebelumnya pembangunan kesehatan cenderung
menggunakan paradigma sakit dengan menekankan upaya-upaya pengobatan (kuratif) terhadap
masyarakat Indonesia.nPerubahan paradigma kesehatan dan pengalaman kita dalam menangani
masalah kesehatan di waktu yang lalu, memaksa kita untuk melihat kembali prioritas dan
penekanan program dalam upaya meningkatkan kesehatan penduduk yang akan menjadi pelaku
utama dan mempertahankan kesinambungan pembangunan.

Indonesia menjadi sumber daya manusia sehat-produktif-kreatif, kita harus berfikir dan
agak berbeda dengan apa yang kita lakukan sekarang. Kita perlu re-orientasi dalam strategi dan
pendekatan. Pembangunan penduduk yang sehat tidak bisa dilakukan melalui pengobatan yang
sedikit saja.

Perubahan paradigma dan re-orientasi mendasar yang perlu dilakukan adalah paradigma
atau konsep yang semula menekankan pada penyembuhan penyakit berupa pengobatan dan
meringankan beban penyakit diubah ke arah upaya peningkatan kesehatan dari sebagian besar
masyarakat yang belum jatuh sakit agar bias lebih berkontribusi dalam pembangunan.

C. Konsep Baru Tentang Makna Sehat

Konsep sakit-sehat senantiasa berubah sejalan dengan pengalaman kita tentang nilai,
peran penghargaan dan pemahaman kita terhadap kesehatan. Dimulai pada zaman keemasan
Yunani bahwa sehat itu sebagai virtue, sesuatu yang dibanggakan sedang sakit sebagai sesuatu
yang tidak bermanfaat.

Filosofi yang berkembang pada saat ini adalah filosofi Cartesian yang berorientasi pada
kesehatan fisik semata-mata yang menyatakan bahwa seseorang disebut sehat bila tidak
ditemukan disfungsi alat tubuh. Mental dan roh bukan urusan dokter-dokter melainkan urusan
agama. Setelah ditemukan kuman penyebab penyakit batasan sehat juga berubah. Seseorang
disebut sehat apabila setelah diadakan pemeriksaan secara seksama tidak ditemukan penyebab
penyakit.

Di tahun lima puluhan kemudian definisi sehat WHO mengalami perubahan seperti
yang tertera dalam UU kesehatan RI No. 23 tahun 1992 telah dimasukkan unsur hidup produktif
sosial dan ekonomi. Definisi terkini yang dianut di beberapa negara maju seperti Kanada yang
mengutamakan konsep sehat produktif. Sehat adalah sarana atau alat untuk hidup sehari-hari
secara produktif.

1. Paradigma Baru Kesehatan

Setelah tahun 1974 terjadi penemuan bermakna dalam konsep sehat serta memiliki
makna tersendiri bagi para ahli kesehatan masyarakat di dunia tahun 1994 dianggap sebagai
pertanda dimulainya era kebangkitan kesehatan masyarakat baru, karena sejak tahun 1974
terjadi diskusi intensif yang berskala nasional dan internasional tentang karakteristik, konsep
dan metode untuk meningkatkan pemerataan pelayanan kesehatan bagi masyarakat.

Setelah deklarasi Alma HFA-Year 2000 (1976), pertemuan Mexico (1990) dan Saitama (1991)
para ahli kesehatan dan pembuat kebijakan secara bertahap beralih dari orientasi sakit ke
orientasi sehat. Perubahan tersebut antara lain disebabkan oleh :

a. Transisi epidemiologi pergeseran angka kesakitan dan kematian yang semula


disebabkan oleh penyakit infeksi ke penyakit kronis, degeneratif dan kecelakaan.
b. Batasan tentang sehat dari keadaan atau kondisi ke alat/sarana.
c. Makin jelasnya pemahaman kita tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan
penduduk.
2. Upaya Kesehatan

Program kesehatan yang mengutamakan upaya penyembuhan penyakit dalam jangka


panjang dapat menjadi bumerang terhadap program kesehatan itu sendiri, maka untuk
menyongsong PJP-II program kesehatan yang diperlukan adalah program kesehatan yang lebih
“efektif” yaitu program kesehatan yang mempunyai model-model pembinaan kesehatan (Health
Development Model) sebagai paradigma pembangunan kesehatan yang diharapkan mampu
menjawab tantangan sekaligus memenuhi PJP-II. Model ini menekankan pada upaya kesehatan
dan mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :

a. Mempersiapkan bahan baku sumber daya manusia yang berkualitas untuk 20-25 tahun
mendatang.
b. Meningkatkan produktivitas sumber daya manusia yang ada.
c. Melindungi masyarakat luas dari pencemaran melalui upaya promotif-preventif-
protektif dengan pendekatan pro-aktif.
d. Memberi pelayanan kesehatan dasar bagi yang sakit.
e. Promosi kesehatan yang memungkinkan penduduk mencapai potensi kesehatannya
secara penuh (peningkatan vitalitas) penduduk yang tidak sakit (85%) agar lebih tahan
terhadap penyakit.
f. Pencegahan penyakit melalui imunisasi : bumil (ibu hamil), bayi, anak, dan juga
melindungi masyarakat dari pencemaran.
g. Pencegahan, pengendalian, penanggulangan pencemaran lingkungan serta perlindungan
masyarakat terhadap pengaruh lingkungan buruk (melalui perubahan perilaku)
h. Penggerakan peran serta masyarakat.
i. Penciptaan lingkungan yang memungkinkan masyarakat dapat hidup dan bekerja secara
sehat.
j. Pendekatan multi sektor dan inter disipliner.
k. Pengembangan kebijakan yang dapat memberi perlindungan pada kepentingan
kesehatan masyarakat luas (tidak merokok di tempat umum).
l. Penyelenggaraan pelayanan kesehatan dasar bagi yang sakit.

3. Kebijakan Kesehatan Baru

Perubahan paradigma kesehatan yang kini lebih menekankan pada upaya promotif-
preventif dibandingkan dengan upaya kuratif dan rehabilitatif diharapkan merupakan titik balik
kebijakan Depkes dalam menangani kesehatan penduduk yang berarti program kesehatan yang
menitikberatkan pada pembinaan kesehatan bangsa bukan sekedar penyembuhan penyakit.
Thomas Kuha menyatakan bahwa hampir setiap terobosan baru perlu didahului dengan
perubahan paradigma untuk merubah kebiasaan dan cara berpikir yang lama. Upaya kesehatan
di masa dating harus mampu menciptakan dan menghasilkan SDM Indonesia yang sehat
produktif sehingga obsesi upaya kesehatan harus dapat mengantarkan setiap penduduk memiliki
status kesehatan yang cukup.

4. Konsekuensi Implikasi dari Perubahan Paradigma

Perubahan paradigma kesehatan apabila dilaksanakan dapat membawa dampak yang


cukup luas. Hal itu disebabkan karena pengorganisasian upaya kesehatan yang ada, fasilitas
pelayanan kesehatan yang ada, adalah merupakan wahana dan sarana pendukung dari
penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang berorientasi pada upaya penyembuhan penyakit,
maka untuk mendukung terselenggaranya paradigma sehat yang berorientasi pada upaya
promotif-preventif proaktif, community centered, partisipasi aktif dan pemberdayaan
masyarakat, maka semua wahana tenaga dan sarana yang ada sekarang perlu dilakukan
penyesuaian atau bahkan reformasi termasuk reformasi kegiatan dan program di pusat
penyuluhan kesehatan.

5. Indikator Kesehatan

Untuk mengukur status kesehatan penduduk yang tepat digunakan adalah indikator
positif, bukan hanya indikator negatif (sakit, mati) yang dewasa ini masih dipakai. WHO
menyarankan agar sebagai indikator kesehatan penduduk harus mengacu pada empat hal
sebagai berikut :

a. Melihat ada tidaknya kelainan patosiologis pada seseorang


b. Mengukur kemampuan fisik
c. Penilaian atas kesehatan sendiri
d. Indeks massa tubuh

6. Tenaga Kesehatan

Peranan dokter, dokter gigi, perawat dan bidan dalam upaya kesehatan yang
menekankan penyembuhan penyakit adalah sangat penting. Pengelolaan upaya kesehatan dan
pembinaan bangsa yang sehat memerlukan pendekatan holistic yang lebih luas, menyeluruh,
dan dilakukan terhadap masyarakat secara kolektif dan tidak individual. Tenaga kesehatan harus
mampu mengajak, memotivasi dan memberdayakan masyarakat, mampu melibatkan kerjasama
lintas sektoral, mampu mengelola system pelayanan kesehatan yang efisien dan efektif, mampu
menjadi pemimpin, pelopor, pembinaan dan teladan hidup sehat.

7. Pemberdayaan Masyarakat

Dalam pembinaan dan pemberdayaan masyarakat yang sangat penting adalah


bagaimana mengajak dan menggairahkan masyarakat untuk dapat tertarik dan
bertanggungjawab atas kesehatan mereka sendiri dengan memobilisasi sumber dana yang ada
pada mereka.

8. Kesehatan dan Komitmen Politik

Masalah kesehatan pada dasarnya adalah masalah politik oleh karena itu untuk
memecahkan masalah kesehatan diperlukan komitmen politik. Dewasa ini masih terasa adanya
anggapan bahwa unsur kesehatan penduduk tidak banyak berperan terhadap pembangunan
sosial ekonomi. Para penentu kebijakan banyak beranggapan sektor kesehatan lebih merupakan
sektor konsumtif ketimbang sektor produktif sebagai penyedia sumber daya manusia yang
berkualitas, sehingga apabila ada kegoncangan dalam keadaan ekonomi negara alokasi terhadap
sektor ini tidak akan meningkat.

2. KONSEP SEHAT DAN SAKIT


A. Pengertian Sehat
Pendekatan yang digunakan pada abad ke-21, sehat dipandang dengan perspektif yang
Iebih Iuas. Luasnya aspek itu meliputi rasa memiliki kekuasaan, hubungan kasih sayang,
semangat hidup, jaringan dukungan sosial yang kuat, rasa berarti dalam hidup, atau tingkat
kemandirian tertentu (Haber, 1994).
Pengertian sehat dikemukakan oleh beberapa ahli, diantaranya adalah:
1) WHO (1947)
Sehat adalah keadaan yang sempurna dari fisik, mental, social tidak hanya bebas dari
penyakit atau kelemahan.
2) White (1977)
Sehat adalah suatu keadaan di mana seseorang pada waktu diperiksa tidak mempunyai
keluhan ataupun tidak terdapat tanda-tanda suatu penyakit dan kelainan.
3) Pender (1982)
Sehat adalah perwujudan individu yang diperoleh melalui kepuasan dalam berhubungan
dengan orang lain (aktualisasi).
4) Paune (1983)
Sehat adalah fungsi efektif dari sumber-sumber perawatan diri yang menjamin tindakan
untuk perawatan diri secara adekuat.
5) UU No.23 (1992) tentang Kesehatan
Sehat adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan hidup
produktif secara sosial dan ekonomi.
6) UU N0. 36 (2009) tentang kesehatan
Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial yang
memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis.
Menurut UU No.36/2009, kesehatan itu mencakup 5 aspek, yakni: fisik, mental,
spiritual, sosial dan ekonomi. Wujud atau lndikator dari 5 dimensi sehat, antara lain:
1. Kesehatan Fisik
Kesehatan fisik mengandung arti bahwa seseorang tidak merasa sakit dan memang
secara klinis tidak ada penyakit atau dengan kata lain semua organ tubuh normal
dan tidak ada gangguan fungsi tubuh.
2. Kesehatan Mental
Kesehatan liwa (Mental Health) adalah suatu kondisi yang memungkinkan
perkembangan fisik, intelektual dan emosional yang optimal dari seseorang dan
perkembangan itu berjalan selaras dengan keadaan orang-orang lain (Pasal 1 UU N0.
3 Tahun 1966 tentang Kesehatan Jiwa).
3. Kesehatan spiritual
Kesehatan spiritual mengandung arti bahwa seseorang mampu mengekspresikan rasa
syukur, pujian atau penyembahan terhadap sang pencipta.
4. Kesehatan Sosial
Kesehatan Sosial adalah perikehidupan dalam masyarakat sedemikian rupa sehingga
setiap warga negara mempunyai cukup kemampuan untuk memelihara dan
memajukan kehidupannyasendiri serta kehidupan keluarganya dalam masyarakat
yang memungkinkannya bekerjadan menikmati hiburan pada waktunya (Penjelasan
Pasal 3 UU N0. 9 Tahun 1960 tentang Pokok-Pokok Kesehatan).
5. Kesehatan Ekonomi
Kesehatan ekonomi terlihat dari produktivitas seseorang yang sudah dewasa,
mempunyai pekerjaan atau menghasilkan secara ekonomi. Bagi yang belum
memasuki usia kerja, anak dan remaja atau bagi yang sudah pensiun atau usia lanjut,
sehat ekonomi terlihat dari perilaku produktif secara sosial, yakni mempunyai
kegiatan.

B. Definisi Sakit
a) Parkins (1937)
Sakit adalah suatu keadaan yang tidak menyenangkan yang menimpa seseorang
sehingga menimbulkan gangguan aktivitas sehari-hari baik aktivitas jasmani,
rohani dan sosial.
b) Reverlly Susan
Sakit adalah tidak adanya keselarasan antara Iingkungan dengan individu.
c) Bauman (1965)
Seseorang menggunakan 3 kriteria untuk menentukan apakah mereka sakit:
1. Adanya gejala seperti Naiknya suhu, rasa nyeri, mual.
2. Persepsi tentang bagaimana mereka merasakan apakah baik, buruk, atau
sakit.
3. Kemampuan untuk melaksanakan aktivitas sehari-hari apakah mengganggu
aktivitas bekerja, sekolah atau aktivitas sehari-hari.

d). Pemons (1972)

Sakit adalah gangguan dalam fungsi normal individu sebagai totalitas termasuk
keadaan organisme sebagai sistem biologis dan penyesuaian sosialnya.
e). New Webster Dictionary

Sakit adalah suatu keadaan yang ditandai dengan suatu perubahan gangguan nyata
yang normal.

C. Definisi Penyakit
1. Cassell
Penyakit adalah sesuatu yang didapatkan oleh seorang pasien sepulang dari
dokter setelah merasakan gejala-gejala. Jadi penyakit adalah sesuatu yang dimiliki dan
dirasakan oleh suatu organ. Kleinmen Penyakit adalah gangguan fungsi atau adaptasi
dari proses-proses biologis dan psikofisiologis pada seseorang.

Dari definisi di atas, dapat dibedakan konsep antara sakit dan penyakit seperti berikut:
a. Penyakit (disease) adalah suatu bentuk reaksi biologis terhadap suatu organisme,
benda asing atau lika (injury). Hal ini adalah suatu fenomena objektif yang ditandai
oleh perubahan fungsi tubuh sebagai organisme biologis.
b. Sakit (Hines) adalah penilaian seseorang terhadap penyakit sehubungan dengan
pengalaman yang langsung dialaminya. Hal ini merupakan fenomena subjektif
yang ditandai dengan perasaan tidak enak (feeling unwell).
2. Kombinasi Alternatif Antara Sakit Dan Penyakit

Kombinasi alternative Tidak ada penyakit Ada penyakit


Tidak dirasa sakit Area 1 Area 2
Dirasakan sakit Area 3 Area 4

Interprestasi dari tabel di atas adalah:


Area 1 (No disease and no illness) Seseorang tidak menderita penyakit (secara klinis) dan tidak
merasa sakit, dalam arti seseorang sehat.

Area 2 (Disease but no illness) Seseorang menderita penyakit, tetapi tidak merasakan sakit,
kenyataan ini banyak terjadi dalam masyarakat. Dari hal ini muncul konsep sehat-sakit menurut
masyarakat yaitu:

1. Konsep sehat masyarakat, menyatakan bahwa sehat adalah orang yang dapat bekerja
atau menjalankan pekerjaannya sehari-hari.
2. Konsep sakit masyarakat menyatakan bahwa sakit adalah seseorang yang tidak dapat
bangkit dari tempat tidur, tidak dapat menjalankan pekerjaannya sehari-hari.
Area 2 ini yang menyebabkan munculnya perbedaan konsep sehat-sakit antara masyarakat
dengan petugas kesehatan.

Area 3 (illness but no disease) Seseorang merasa sakit, tetapi secara klinis tidak ada penyakit di
tubuhnya, kenyataan ini banyak dalam masyarakat karena gangguan psikis, umumnya ditemui
di negara maju.
Area 4 (illness with disease) Seseorang merasa sakit dan secara klinis memang ada penyakit di
tubuhnya, dalam arti seseorang sakit.

D. Konsep Sehat-sakit Secara Umum Yang Berada Di Masyarakat

Konsep sehat secara umum yang berada di masyarakat adalah bila seseorang tidak ada
gangguan fisik; masih mampu beraktivitas walaupun ada ganggun fisik; masih mampu
beraktivitas walaupun ada ganggun psikis; melakukan aktivitas dengan anggota fisik yang tidak
lengkap.

Konsep sakit secara umum yang berada di masyarakat adalah bila seseorang tidak
mampu melaksanakan aktivitas sehari-hari; bila fisik terasa tidak nyaman dan benar-benar sakit;
bila psikis merasa ada gangguan; bila terdapat ketidakseimbangan antara fisik dengan psikis
sehingga tidak mampu mengendalikan aktivitas.

E. Perbedaan Persepsi Sehat-sakit Antara Petugas Dan Masyaraka

Persepsi Sehat-Sakit Menurut Petugas Kesehatan, adalah:

1. Deteksi kebutuhan masyarakat akan upaya kesehatan merupakan tahap awal.


2. Orang masih sehat membutuhkan upaya kesehatan untuk mencegah timbulnya
penyakit.

Persepsi Sehat-Sakit Menurut Masyarakat, adalah:

1. Baru merasa membutuhkan upaya kesehatan bila dalam tahap parah.


2. Tidak bisa diatasi dengan beristirahat dan minum jamu saja atau obat-obatan
tradisional Iainnya.
3. Setelah tidak sembuh dengan pengobatan dukun atau ahli obat tradisional Iainya.
F. Dampak Sakit

Dampak sakit terhadap seseorang adalah:

1. Terhadap Perilaku individu sakit


Ketika seseorang sakit maka Setiap orang memiliki reaksi yang berbeda-beda
tergantung pada asal penyakit. Penyakit dengan jangka waktu yang singkat dan tidak
mengancam kehidupannya akan menimbulkan sedikit perubahan perilaku dalam fungsi
klien dan keluarga. Misalnya seorang lbu yang mengalami sakit gigi, akan merasakan
nyeri yang hebat dan mengalami penurunan kesabaran dan mungkin akan Iebih
memilih menyendiri.Sedangkan penyakit berat, apalagi jika mengancam kehidupannya
dapat menimbulkan perubahan perilaku yang lebih luas, seperti penolakan, marah, dan
menarik diri.
2. Terhadap Emosi individu sakit
Respon seseorang terhadap penyakit yang dideritanya dapat menimbulkan
perubahan emosi. Penyakit dengan jangka waktu yang singkat dan tidak mengancam
kehidupannya akan menimbulkan sedikit perubahan emosi pada klien dan keluarga.
Misalnya seorang Ayah yang mengalami radang sendi mempunyai dampak bersifat
emosional dan mungkin mempunyai keterkaitan dengan rasa takut dan perasaan
menderita fisik maupun mental yang Iebih kuat daripada rasa sakit yang dialami.
Sedangkan penyakit berat, apalagi jika mengancam kehidupannya dapat menimbulkan
perubahan emosi dan perilaku yang Iebih Iuas, seperti ansietas, syok, penolakan,
marah.
3. Terhadap Peran dan Dinamika Keluarga
Peran seseorang dalam keluarga bervariasi, seperti pencari nafkah, pengambil
keputusan, seorang profesional, atau sebagai orang tua. Ketika mengalami penyakit,
peran-peran tersebut dapat mengalami perubahan, di mana perubahan tersebut mungkin
tidak terlihat dan berlangsung singkat atau terlihat secara drastis dan berlangsung lama.
Perubahan jangka pendek, biasanya klien tidak mengalami tahap penyesuaian yang
berkepanjangan, tetapi pada perubahan jangka panjang klien memerlukan proses
penyesuaian yang lama.
Dinamika Keluarga merupakan proses di mana keluarga melakukan fungsi
keluarga, seperti mengambil keputusan, memberi dukungan kepada anggota
keluarganya, dan melakukan koping terhadap perubahan dan tantangan hidup sehari-
hari. Misalnya jika Ayah sakit maka pengambilan keputusan akan tertunda. jika
penyakitnya berkepanjangan, seringkali keluarga harus membuat pola fungsi yang baru
sehingga bisa menimbulkan stress emosional. Misalnya: seorang anak akan mengalami
rasa kehilangan yang besar jika ibunya sakit, karena tidak mampu memberikan kasih
sayang dan rasa aman pada anak.
4. Terhadap Konsep Diri
Konsep Diri adalah citra subyektif dari diri dan pencampuran yang kompleks dari
perasaan, sikap dan persepsi bawah sadar maupun sadar. Konsep diri terdiri dari 5
komponen yaitu:
a. Citra tubuh (body image)
Citra tubuh adalah cara individu melihat dan berpikir mengenai dirinya sendiri
pada waktu sekarang ini. Sering juga disebut cermin diri. lndividu bertindak sesuai
dengan bayangan/gambar yang muncul di dalam cermin.
b. Peran diri (role)
Peran adalah Serangkaian pola perilaku yang diharapkan di berbagai Iingkungan
sosial yang berhubungan dengan fungsi individu di berbagai kelompok sosial.
c. ldentitas diri (identity)
ldentitas diri adalah prinsip pengorganisasian kepribadian yang bertanggung jawab
terhadap kesinambungan, kesatuan, konsistensi dan keunikan individu.
d. Ideal diri (self ideal)
Ideal diri adalah gabungan dari semua kualitas serta ciri kepribadian orang yang
sangat dikagumi atau merupakan gambaran dari sosok yang sangat diinginkan
untuk menjadi sepertinya.
e. Harga diri (self esteem)
Harga diri adalah komponen yang bersifat emosional dan paling penting dalam
menentukan sikap dan kepribadian individu atau bisa disebut seberapa suka dan
hormat seseorang terhadap dirinya sendiri.
Konsep diri tidak hanya bergantung pada gambaran tubuh dan peran yang
dimilikinya tetapi juga bergantung pada aspek psikologis dan spiritual diri.
Perubahan konsep diri akibat sakit mungkin bersifat kompleks dan kurang bisa
terobservasi dibandingkan perubahan peran. Konsep diri berperan penting dalam
hubungan seseorang dengan anggota keluarganya yang lain. Klien yang mengalami
perubahan konsep diri karena sakitnya mungkin tidak mampu lagi memenuhi
harapan keluarganya, yang akhirnya menimbulkan ketegangan dan konflik.
Akibatnya anggota keluarga akan merubah interaksi mereka dengan klien.
Misalnya Klien yang menderita kanker payudara dan dilakukan operasi
pengangkatan payudara akan merasa konsep diri dan citra tubuh terganggu karena
merasa setelah payudaranya diangkat dia tidak menjadi wanita seutuhnya.
G. Faktor Yang Mempengaruhi Keyakinan Dan Tindakan Seseorang Tentang Sehat
Ada 2 faktor yang mempengaruhi keyakinan dan tindakan seseorang tentang sehat yaitu
faktor internal dan faktor eksternal.
1. Faktor Internal
Faktor internal merupakan faktor dari dalam diri seseorang yang mempengaruhi keyakinan dan
tindakan terhadap kesehatan.
a. Tahap Pertumbuhan dan Perkembangan
Keyakinan dan tindakan seseorang tentang kesehatan dapat ditentukan oleh faktor tahap
pertumbuhan dan perkembangan yang berkaitan dengan usia seseorang.
Contoh: Balita dapat merasakan sakit, tetapi tidak dapat mengungkapkan dan
mengatasinya sehingga perlu dibantu untuk mendapatkan penanganan atau
mengembangkan perilaku pencegahan penyakit.
a. Pendidikan atau Tingkat Pengetahuan
Keyakinan dan tindakan seseorang terhadap kesehatan dipengaruhi oleh
pengetahuan tentang berbagai fungsi tubuh dan penyakit, latar belakang
pendidikan, dan pengalaman masa lalu.
Contoh: seseorang yang mengetahui cara penyebaran TBC melalui percikan air
Iudah maka orang tersebut akan melakukan upaya pencegahan dengan menutup
hidung ketika ada orang yang batuk atau bersin.
b. Cara seseorang merasakan fungsi fisiknya
Keyakinan dan tindakan seseorang terhadap kesehatan dipengaruhi oleh cara
seseorang merasakan fungsi fisiknya, apakah merasakan fungsi organ-organ
tubuhnya penting atau tidak. Contoh: seseorang dengan penyakit ginjal yang
kronis merasa bahwa tingkat kesehatan mereka berbeda dengan orang yang hanya
menderita batuk dan pilek biasa. Akibatnya, keyakinan terhadap kesehatan dan
cara melaksanakan kesehatan pada masing-masing orang tersebut cenderung
berbeda-beda. Selain itu, individu yang sudah sembuh dari penyakit yang parah
mungkin akan mengubah keyakinan mereka terhadap kesehatan dan tindakan
mereka dalam memandang fungsi tubuhnya.
c. Faktor Emosi
Keyakinan dan tindakan seseorang terhadap kesehatan dipengaruhi oleh
faktor emosi yang berbeda-beda. Contoh:
1. Seseorang yang memiliki emosi yang tenang cenderung mempunyai respon
emosional yang kecil selama ia sakit.
2. Seseorang yang memiliki emosi yang tidak stabil cenderung menyalahkan
keadaan ketika sakit.
d. Spiritual
Keyakinan dan tindakan seseorang terhadap kesehatan dipengaruhi oleh
faktor spiritual seseorang karena hal ini akan mempengaruhi cara pandangnya
terhadap kesehatan dilihat dari perspektif yang luas. Ada beberapa agama yang
melarang penggunaan bentuk tindakan pengobatan tertentu, seperti KB,
euthanasia, imunisasi.
2. Faktor Eksternal
Faktor eksternal merupakan faktor dari luar diri seseorang yang mempengaruhi
keyakinan dan tindakan terhadap kesehatan.
a. Kebiasaan di Keluarga
Keyakinan dan tindakan seseorang terhadap kesehatan dipengaruhi oleh faktor
kebiasaan di keluarga dalam cara keluarga dalam melaksanakan kesehatannya.
Contoh: Jika seorang ibu sering mengajak anaknya melakukan pemeriksaan gigi
rutin, maka ketika punya anak dia akan melakukan hal yang sama.
b. Faktor Sosioekonomi
Keyakinan dan tindakan seseorang terhadap kesehatan dipengaruhi oleh faktor
sosioekonomi, di mana yang termasuk faktor sosial adalah stabilitas perkawinan,
gaya hidup, dan lingkungan kerja sedangkan yang termasuk faktor ekonomi
adalah penghasilan, pekerjaan.
Faktor sosioekonomi dapat meningkatkan risiko terjadinya penyakit dan
mempengaruhi cara seseorang mengartikan dan bereaksi terhadap penyakitnya.
Contohnya: Orang yang status sosial ekonominya rendah biasanya kurang
memahami
mengenai kesehatan, tidak mampu membeli makanan yang bergizi, tidak mampu
membeli obat dan tidak mampu mengakses pelayanan kesehatan.
c. Budaya/kultur
Keyakinan dan tindakan seseorang terhadap kesehatan dipengaruhi oleh faktor
budaya/kultur, di mana tiap-tiap kultur memiliki pandangan tentang sehat dan
diturunkan dari orang tua ke anak-anak. Contoh: ada budaya tertentu yang
melakukan penanganan terhadap kejang dengan cara mengikat penderita dan
menyembunyikannya di bawah tempat tidur.
H. Riwayat Alamiah Penyakit
1. Definisi
Riwayat alamiah penyakit (natural history of disease) adalah deskripsi tentang
perjalanan waktu dan perkembangan penyakit pada individu, dimulai sejak terjadinya
paparan dengan agen kausal hingga terjadinya akibat penyakit, seperti kesembuhan atau
kematian, tanpa terinterupsi oleh suatu intervensi preventif maupun terapetik (CDC,
2010c). Riwayat alamiah penyakit merupakan salah satu elemen utama epidemiologi
deskriptif. Riwayat alamiah penyakit perlu dipelajari. Pengetahuan tentang riwayat
alamiah penyakit sama pentingnya dengan kausa penyakit untuk upaya pencegahan dan
pengendalian penyakit.
Proses perjalanan penyakit secara umum dapat dibedakan atas :
a. Tahap Pre Patogenesis (Stage Of Susceptibility)
Terjadi interaksi antara host – bibit penyakit –lingkungan , interaksi di luar tubuh
manusia. Penyakit belum ditemukan, daya tahan tubuh host masih kuat, sudah terancam
dengan adanya interaksi tersebut.(tahap ini kondisi masih sehat)
b. Tahap Inkubasi (Stage Of Presymtomatic Disease)
Bibit penyakit sudah masuk ke dalam tubuh host, gejala penyakit belum nampak. Tiap
penyakit mempunyai masa inkubasi berbeda-beda. Beberapa jam, hari, minggu,
bulan sampai bertahun-tahun. Tahap inkubasi dimulai dari masuknya bibit penyakit
sampai sesaat sebelum timbulnya gejala. Daya tahan tubuh tidak kuat, penyakit
berjalan terus terjadi gangguan pada bentuk dan fungsi tubuh, sehingga penyakit makin
bertambah hebat dan timbul gejala. Horison Klinik ialah garis yang membatasi antara
tampak atau tidaknya gejala penyakit.
c. Tahap Penyakit Dini (Stage Of Clinical Disease)
1). Dihitung dari munculnya gejala penyakit.
2). Tahap ini pejamu sudah merasa sakit (masih ringan), penderita masih dapat
melakukan aktifitas (tidak berobat).
d. Tahap Penyakit Lanjut
a. Penyakit makin bertambah hebat
b. Penderita tidak dapat melakukan pekerjaan
c. Jika berobat umumnya telah memerlukan perawatan (bad rest).
1. Tahap Akhir Penyakit
a. Perjalanan penyakit akan berhenti.
b. Berakhirnya perjalanan penyakit dengan beberapa keadaan yaitu :
1) Sembuh sempurna baik bentuk dan fungsi tubuh kembali semula seperti
keadaan sebelum sakit;
2) Sembuh dengan cacat
Penderita sembuh kesembuhan tidak sempurna ditemukan cacat pada
pejamu. Kondisi cacat cacat fisik, fungsional dan sosial.
3) Karier
Perjalanan penyakit seolah‐olah terhenti gejala penyakit tidak tampak
(dalam diri pejamu masih ditemukan bibit penyakit) suatu saat penyakit
dapat timbul kembali (daya tahan tubuh menurun).
4) Kronis
Perjalanan penyakit tampak berhenti, gejala penyakit tidak berubah, tidak
bertambah berat ataupun ringan.
5) Meninggal Dunia
Terhentinya perjalanan penyakit, pejamu meninggal dunia.(keadaan yang
tidak diharapkan).

Informasi riwayat alamiah penyakit bermanfaat untuk:

a. Diagnostik : Masa inkubasi pedoman penentuan jenis penyakit


b. Pencegahan : Mengetahui rantai perjalanan penyakit mudah dicari titik potong yg
penting dalam upaya pencegahan penyakit
c. Terapi : fase paling awal, lebih awal diberikan lebih baik hasil yang diharapkan.

3. PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

A. Pengertian Pemberdayaan masyarakat


Pemberdayaan masyarakat adalah suatu upaya atau proses untuk menumbuhkan
kesadaran, kemauan, dan kemampuan masyarakat dalam mengenali,mengatasi,memelihara,
melindungi, dan meningkatkan kesejahteraan mereka sendiri.
Pemberdayaan masyarakat adalah upaya fasilitas yang bersifat non instruktif guna
meningkatkan pengetahuan dan kemampuan masyarakat agar mampu mengidentifikasi masalah,
merencanakan, dan melakukan pemecahannya dengan memanfaatkan potensi setempat dan fasilitas
yang ada, baik dari instansi lintas sektoral maupun LSM dan tokoh masyarakat.
Di bidang kesehatan, pemberdayaan masyarakat adalah suatu upaya atau proses untuk
menumbuhkan kesadaran, kemauan dan kemampuan masyarakat dalam memelihara, dan
meningkatkan kesehatan.

B. Tujuan Pemberdayaan masyarakat

1. Tumbuhnya kesadaran, pengetahuan, dan pemahaman akan kesehatan bagi individu,


kelompok, atau masyarakat
2. Timbulnya kemauan dan kehendak ialah sebagai bentuk lanjutan dari kesadaran dan
pemahaman terhadap objek, dalam hal ini kesehatan
3. Timbulnya kemampuan masyarakat di bidang kesehatan yang berarti masyarakat, baik
secara individu maupun kelompok telah mampu mewujudkan kemauan atau niat
kesehatan mereka dalam bentuk tindakan atau perilaku sehat

C. Prinsip-prinsip pemberdayaan masyarakat

1. Menumbuhkembangkan potensi masyarakat


2. Mengembangkan gotong royong masyarakat
3. Menggali konstribusi masyarakat
4. Menjalin kemitraan
5. Desentralisasi

D. Peran petugas atau sektor kesehatan dalam pemberdayaan masyarakat

1. Memfasilitasi masyarakat terhadap kegiatan-kegiatan atau program-program


pemberdayaan
2. Memotivasi masyarakat untuk bekerja sama atau bergotong-royong dalam
melaksanakan kegiatan-kegiatan atau program-program bersama untuk kepentingan
bersama dalam masyarakat tersebut
3. Mengalihkan pengetahuan, ketrampilan, dan teknologi kepada masyarakat

E. Sasaran

1. Individu
2. Keluarga
3. Kelompok masyarakat
4. Organisasi masyarakat
5. Masyarakat umum

F. Ciri pemberdayaan masyarakat

1. Community leader: petugas kesehatan melakukan pendekatan kepada tokoh masyarakat


atau pemimpin terlebih dahulu. Misalnya Camat, lurah, kepala adat, ustad, dan
sebagainya.
2. Community organization: organisasi seperti PKK, karang taruna, majlis taklim,dan
lainnnya merupakan potensi yang dapat dijadikan mitra kerja dalam upaya
pemberdayaan masyarakat.
3. Community Fund: Dana sehat atau Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat
(JPKM) yang dikembangkan dengan prinsip gotong royong sebagai salah satu prinsip
pemberdayaan masyarakat.
4. Community material : setiap daerah memiliki potensi tersendiri yang dapat digunakan
untuk memfasilitasi pelayanan kesehatan. Misalnya, desa dekat kali pengahsil pasir
memiliki potensi untuk melakukan pengerasan jalan untuk memudahkan akses ke
puskesmas.
5. Community knowledge: pemberdayaan bertujuan meningkatkan pengetahuan
masyarakat dengan berbagai penyuluhan kesehatan yang menggunakan pendekatan
community based health education.
6. Community technology: teknologi sederhana di komunitas dapat digunakan untuk
pengembangan program kesehatan misalnya penyaringan air dengan pasir atau arang.

G. Penyelenggaraan
1. Pos Pelayanan Terpadu (POSYANDU)
Lima program prioritas: KB, KIA, Imunisasi, dan penanggulangan diare, perbaikan
Gizi. Kegiatan posyandu lebih dikenal dengan sistem lima meja:
a. Meja satu: pendaftaran
b. Meja dua: penimbangan
c. Meja tiga: pengisian kartu menuju sehat
d. Meja empat: penyuluhan kesehatan, pemberian oralit, vit A, dan Tablet Fe
e. Meja lima: pelayanan kesehatan yang meliputi imunisasi, pemeriksaan
kesehatan dan pengobatan serta pelayanan keluarga berencana.
2. Pondok Bersalin Desa (POLINDES)
Kegiatan POLINDES antara lain: melakukan pemeriksaan (ibu hamil, ibu nifas, ibu
menyusui, bayi dan balita), memberikan imunisasi, penyuluhan kesehatan masyarakat
terutama kesehatan ibu dan anak, serta pelatihan dan pembinaan kepada kader dan
masyarakat.
3. Pos Obat Desa (POD) atau Warung Obat Desa (WOD)
POD merupakan perwujudan peran serta masyarakat dalam pengobatan sederhana
terutama penyakit yang sering terjadi pada masyarakat setempat (penyakit rakyat atau
penyakit endemik).
4. Dana Sehat
a. Usaha Kesehatan Sekolah (UKS), dilaksanakan pada 34 kabupaten dan telah
mencakup 12.366 sekolah
b. Pembangunan Kesehatan Masyarakat Desa (PKMD), dilaksankan pada 96 kabupaten
c. Pondok Sehat, dilaksanakan pada 39 kabupaten atau kota
d. Organisasi atau Kelompok lainnya (seperti tukang becak, supir angkutan kota,dll.),
telah dilaksanakan pada 10 kabupaten atau kota.
5. Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM)
Kebijakan LSM :
a. Meningkatkan peran serta masyarakat termasuk swasta pada semua tingkatan
b. Membina kepemimpinan yang berorientasi kesehatan dalam setiap organisasi
kemasyarakatan
c. Memberi kemampuan, kekuatan, dan kesempatan yang lebih besar kepada organisasi
kemasyarakatan untuk berkiprah dalam pembangunan kesehatan dengan kemampuan
sendiri
d. Meningkatkan kepedulian LSM terhadap upaya pemerataan pelayanan kesehatan
e. Masih merupakan tugas berat untuk melibatkan semua LSM untuk berkiprah dalam
bidang kesehatan
6. Upaya Kesehatan Tradisional

Tanaman Obat Keluarga (TOGA) adalah sebidang tanah dihalaman atau ladang
yang dimanfaatkan untuk menanam yang berkhasiat sebagai obat. TOGA merupakan
wujud partisipasi masyarakat dalam bidang peningkatan kesehatan dan pengobatan
sederhana dengan memanfaatkan obat tradisional. Fungsi utama TOGA adalah
menghasilkan tanaman yang dapat dipergunakan antara lain untuk menjaga
meningkatkan kesehatan dan mengobati gejala (keluhan) dari beberapa penyakit yang
ringan, serta untuk perbaikan gizi masyarakat, upaya pelestarian alam, dan memper
indah tanam dan pemandangan.
7. Pos Gizi (pos timbangan)
8. Pos KB desa (RW)
9. Pos Kesehatan Pesantren (POSKESTREN)
10. Saka Bhakti Husada (SBH)
11. Pos Upaya Kesehatan Kerja (Pos UKK)
12. Kelompok Masyarakat Pemakai Air (POKMAIR)
13. Karang Taruna Husada
14. Pelayanan Puskesmas dan Puskesmas Pembantu

I. Wujud peran serta masyarakat


1. Sumber daya masyarakat
Peran serta masyarakat dibidang kesehatan antara lain sebagai berikut:
a. Pemimpin masyarakat yang berwawasan kesehatan
b. Tokoh masyarakat yang berwawasan kesehatan, baik tokoh agama, politisi,
cendikiawan, artis atau seniman, budayawan, pelawak,dll.
c. Kader kesehatan, yang sekarang banyak sekali ragamnya misalnya: kader
Posyandu, kader lansia, kader kesehatan lingkungan, kader kesehatan gigi,
kader KB, dokter kecil, saka bakti husada, santri husada, taruna husada,dll.
2. Institusi/lembaga/organisasi masyarakat
Semua jenis institusi, lembaga atau kelompok masyarakat yang mempunyai aktivitas
masyarakat kesehatan. Beberapa contohnya adalah sebagai berikut:
“Upaya Kesehatan bersumber daya masyarakat (UKBM) yaitu segala bentuk
kegiatan kesehatan yang bersifat dari, oleh, dan untuk masyarakat”

I. Sanksi Pemberdayaan Kesehatan

Pelayanan Kesehatan masyarakat dalam Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009


Tentang Kesehatan: pasal 52 ayat (1) Mengatakan bahwa pelayanan kesehatan terdiri atas:
pelayanan kesehatan perseorangan dan pelayanan kesehatan masyarakat. Pasal 53 ayat (2)
lebih tegas juga mengatakan bahwa “pelayanan kesehatan masyarakat ditujukan untuk
memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah penyakit suatu kelompok dan
masyarakat”, hal ini sangat jelas bahwa dalam keadaan bagaimanapun teanga kesehatan
harus mendahulukan pertolongan dan keselamatan jiwa pasien.

Anda mungkin juga menyukai