Anda di halaman 1dari 24

LABORATORIUM 2

MIKROBIOLOGI 0
1
9
-

MIKROBIOLOGI
TERAPAN

DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
i
DAFTAR ISI

SAMPUL

DAFTAR ISI................................................................................................ i

BAB I MATERI PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI PANGAN .....................1

BAB II MATERI PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI INDUSTRI ....................6

II.1 Teknik Pembuatan Yoghurt .....................................................6

II.2 Teknik Pembuatan Nata ............................................................8

II.3 Teknik Pembuatan Roti ...........................................................13

II.4 Teknik Pembuatan Virgin Coconut Oil .....................................15

II.5 Teknik Pembuatan Tempe.......................................................17

BAB III MATERI PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI LINGKUNGAN ...........18

III.1 Teknik Pembuatan Kompos Cair .............................................18

III.2 Teknik Pembuatan Bioethanol dari Singkong ..........................19

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................21

i
MATERI PRAKTIKUM
MIKROBIOLOGI PANGAN

Preparasi Praktikum Mikrobiologi Pangan


1. Penyiapan / sterilisasi alat alat yang digunakan dalam praktikum
2. Penyiapan / sterilisasi media pertumbuhan mikroba pangan
3. Pengolahan sampel praktikum
4. Pengenceran sampel praktikum
5. Isolasi dan identifikasi sampel praktikum
a. Jumlah total mikroba
b. Jumlah total bakteri Coliform
c. Deteksi jamur
d. Isolasi bakteri patogen pada bahan pangan
e. Identifikasi bakteri patogen bahan pangan

Pembagian Kelompok dan Materi Praktikum


Kelompok 1 Pengujian mikrobiologis es poteng
Kelompok 2 Pengujian mikrobiologi bumbu siomay
Kelompok 3 Pengujian mikrobiologi susu kedelai (air tahu)

Materi Pengujian
Bahan Uji Standar Uji
ALT maks 2.102 kol/ml
MPN Coliform maks 20 APM/ml
MPN E. coli < 3 APM/ml
Salmonella neg/ 25 ml
Angka S. Aureus 0 kol/ml
Pseudomonas 0 kol/ml
Vibrio sp. neg/ 25 ml
Angka Kapang/Khamir maks 50 kol/ml

1. Penyiapan / sterilisasi alat alat yang digunakan dalam praktikum


Sebelum melakukan kegiatan praktikum maka perlu diperhatikan
sampel yang akan diperiksa terutama pada materi yang akan diujikan.
Hal ini akan berkaitan dengan jumlah alat yang akan digunakan.

1
Prediksi alat gelas yang disiapkan :
Alat untuk pengenceran
Pengenceran sampai tingkat 5 dibutuhkan ;
Botol /tabung pengencer 5 buah
Pipet 4 buah

Pengujian total bakteri


Cawan petri tiga pengenceran bertingkat 3 buah

Pengujian total koliform


Tabung reaksi 9 buah
Tabung durham 9 buah

Deteksi mikroba patogen ( untuk satu jenis bakteri patogen )


Tabung reaksi untuk media pengaya 1 buah
Cawan petri untuk media selektif 1 buah
Erlenmeyer :
1. Pembuatan pengujian total bakteri 1 buah (media Nutrient Agar)
2. Pembuatan pengujian total koilform 1 buah (media Laktosa Broth)
3. Deteksi satu bakteri patogen 2 buah (media pengaya dan media
selektif)

Alat non gelas


Kapas, kertas, aluminium foil, plastik, karet gelang, keranjang plastik

Sterilisasi alat
Alat alat gelas disterilkan dengan oven dan media pertumbuhan
mikroba disterilkan dalam autoklaf.
Sterilisasi dilakukan pada alat alat gelas seperti cawan petri yang telah
dibungkus sebelumnya dengan kertas . Tabung reaksi yang berisi
media pertumbuhan ditutup kapas dan dibungkus plastik disterilkan
dengan autoklaf.

2
2. Penyiapan / sterilisasi media pertumbuhan mikroba pangan
Pemilihan media
Media dipilih sesuai dengan uji yang akan dilakukan, sebaiknya
diperhatikan media yang dapat diautoklaf atau yang tidak dapat
disterilkan dalam autoklaf. Media ditimbang sesuai dengan yang akan
digunakan.
Contoh :
Jika kebutuhan media yang akan digunakan 50 ml maka diperhatikan
jumlah berat setiap 1000 ml .Misalnya media pembuatan SSA 25 gram
untuk 1000 ml makan jumlah yang ditimbang adalah 50/1000 x 25 gram
= 1,25 gram .
Perlu pula diperhatikan bahan bahan yang harus ditambahkan misalnya
untuk Lactosa Broth maka perlu ditambahkan brom thymol blue. Pada
umumnya media dengan akhiran base misalnya Cetrimide Agar Base
diperlukan bahan bahan tambahan.

3. Pengolahan sampel praktikum


Dalam pengolahan sampel diperhatikan bahan dari sampel tersebut.
Sampel cair tidak diperlukan pengolahan terlebih dahulu dan dapat
langsung diencerkan misalnya dipipet 10 ml dan dimasukkan ke dalam
90 ml aquadest steril. Sebelum dilakukan pengolahan sampel harus
dibersihkan permukaannya dengan alkohol. Untuk sampel padat perlu
ditimbang sesuai dengan tingkat pengenceran. Dilakukan pengolahan
dengan menghaluskan sampel tersebut misalnya dengan diblender
atau dengan cara lain.

4. Pengenceran sampel praktikum


Pengenceran sampel dengan pengenceran bertingkat. Sebanyak 10 ml
sampel cair atau 10 mg sampel padat sampel diencerkan ke dalam 90
ml aquadest atau Nacl 0,85% untuk pengenceran tingkat satu. Untuk
tingkat pengenceran selanjutnya dipipet 1 ml dimasukkan dalam 9 ml
pengencer. Pengenceran bertingkat disesuaikan dengan tingkat
kontaminasi bahan.
3
5. Isolasi dan identifikasi sampel praktikum
Setelah pembuatan media maka dilakukan kegiatan praktikum sesuai
dengan pengujian yang akan dilakukan.

Untuk pengujian total bakteri.


Media yang digunakan adalah Nutrien Agar atau Plate Count agar dan
dimasukkan kedalam cawan petri sebanyak 3 buah dengan volume 15 -20
ml. Jumlah media yang dipakai dapat dihitung dengan cara setiap cawan
petri membutuhkan 20 ml medium maka untuk 3 buah cawan petri
dibutuhkan 3 x 20 ml media = 60 ml media Nutrien Agar.
Sampel dipipet sebanyak 1 ml dimasukkan ke dalam cawan petri dan
selanjutnya dituang media Nutrien Agar sebanyak 20 ml. Diputar ke kiri
dan ke kanan untuk meratakan sampel. Media ditunggu memadat dan
selanjutnya diinkubasi dalam inkubator selama 24 – 48 jam. Kemudian
dihitung jumlah total mikroba.

Untuk pengujian total Kapang/Khamir


Media yang digunakan adalah Potato Dextrose Agar dan dimasukkan
kedalam cawan petri sebanyak 3 buah dengan volume 15 -20 ml. Jumlah
media yang dipakai dapat dihitung dengan cara setiap cawan petri
membutuhkan 20 ml medium maka untuk 3 buah cawan petri dibutuhkan
3 x 20 ml media = 60 ml media Potato Dextrose Agar.
Sampel dipipet sebanyak 1 ml dimasukkan ke dalam cawan petri dan
selanjutnya dituang media Potato Dextrose Agar sebanyak 20 ml. Diputar
ke kiri dan ke kanan untuk meratakan sampel. Media ditunggu memadat
dan selanjutnya diinkubasi dalam inkubator selama 24 – 48 jam.
Kemudian dihitung jumlah total jamur.

Untuk pengujian total bakteri koliform


Media yang digunakan adalah Lactosa Broth dimasukkan ke tabung reaksi
yang sudah berisi tabung durham yang diletakkan terbalik. Volumenya
sebanya 5 – 9 ml. Sebelum digunakan disterilkan terlebih dahulu, warna
4
media akan tampak berwarna hijau. Selanjutnya sampel dimasukkan
sebanyak masing masing 1 ml ke dalam 9 buah tabung reaksi. Inkubasi
selama 24 jam dan diperhatikan perubahan warna hijau menjadi kuning
dan ada atau tidak terbentuk gas yang dapat terlihat pada tabung durham.

Deteksi mikroba patogen


Untuk deteksi mikroba patogen, sampel dimasukkan ke masing masing
media pengaya yang sudah disterilkan terlebih dahulu sebanyak 1 ml.
Inkubasi selama 24 jam dan jika terjadi kekeruhan atau perubahan warna
maka dilanjukan diisolasi kedalam media selektif .Koloni yang positif
adalah koloni yang memeperlihatkan warna koloni yang spesifik yang
dipersyaratkan yang tumbuh ke dalam media selektif.
Contoh : Deteksi E. coli
Media pengaya adalah Lactosa Broth. Perubahan media menjadi kuning
atau ada gasmenunjukkan diperkirakan positif adanya E.coli. Dapat
dilanjutkan dalam media EMBA dan setelah inkubasi koloni positif adalah
yang tampak berwarna hijau metalik. Untuk uji penguat dilakukan uji
IMVIC (lihat penuntun praktikum) dan uji uji biokimia lainya.

Tahap akhir dalam kegiatan praktikum


Semua hasil kegiatan praktikum disusun dan dibuatkan laporan praktikum
yang dibuat sesuai dengan aturan pembuatan laporan praktikum dan
ditanda tangani oleh asisten praktikum.

5
MATERI PRAKTIKUM
MIKROBIOLOGI INDUSTRI

Preparasi Praktikum Mikrobiologi Industri


1. Penyiapan / sterilisasi alat alat yang digunakan dalam praktikum
2. Penyiapan / sterilisasi bahan yang digunakan
3. Pengolahan sampel praktikum
4. Pembuatan produk bioindustri
5. Analisis hasil produk bioindustri

II.1 TEKNIK PEMBUATAN YOGHURT


II.1.1 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam pembuatan Yoghurt diantaranya panci
penangas, seperangkat alat titrasi, erlenmeyer 500 ml, thermometer,
pengaduk kaca, pembakar spiritus, dan gelas ukur. Sedangkan, bahan
yang digunakan yaitu, kertas alumunium foil, susu sapi, susu skim, starter
Streptococcus thermophilus dan Lactobacillus bulgaricus, NaOH dan
indikator phenopthalein.

II.1.2 Prosedur Pembuatan


II.1.2.1 Pembuatan yoghurt
1. Panaskan 500 ml susu segar dengan cara memasukkan susu kedalam
erlenmeyer, kemudian erlenmeyer ini dimasukan kedalam panci besar
yang telah berisi air (seperti membuat nasi tim) hingga suhunya kurang
lebih 90 0C selama 15 menit., , gelatin 1 gram, bisa tambah gula 40
gram.
2. Susu didinginkan sampai suhu mencapai 45 0C, lalu ditambahkan
starter Streptococcus thermophilus dan Lactobacillus bulgaricus
sebanyak 3-5 % sedikit demi sedikit sambil diaduk supaya larut.
3. Campuran diletakkan kedalam wadah-wadah steril yang sudah
disiapkan, kemudian tutup dengan aluminium foil dan di inkubasikan
pada suhu 43 0C selama 4 jam atau pada suhu kamar selama 18 jam.

6
4. Setelah inkubasi selesai, yougurt yang dihasilkan segera didinginkan
dalam lemari es atau dipasteurisasikan pada suhu 65 0C selama 30
menit agar fermentasi tidak terus berlanjut.
5. Pengamatan dilakukan dengan melihat harga pH, kandungan asam
laktat, rasa, jumlah mikroba, protein dan kadungan laktosanya.
6. Bila akan dikonsumsi bisa dicampur dengan sirup atau dengan gula
secukupnya.

II.1.2.2 Pembuatan Bibit (Starter) Yoghurt


1. Campuran susu segar dan susu bubuk skim (7,5% dari susu segar)
hingga merata.
2. Panaskan campuran susu tersebut dengan cara memasukkan susu
kedalam erlenmeyer, kemudian erlenmeyer ini dimasukkan kedalam
panci besar yang telah berisi air hingga suhunya kurang lebih 90 0C
selama 15 menit.
3. Selanjutnya dilakukan pendinginan sampai suhu mencapai kurang lebih
43 0C.
4. Masukan bibit (starter) sebanyak 3 – 5 % sedikit demi sedikit sambil
diaduk supaya larut.
5. Tutup dengan aluminium foil, peram hingga terjadi gumpalan padat,
pada suhu 43 0C selama 4 jam atau pada suhu kamar selama 18 – 20
jam.
6. Setelah pemeraman selesai, simpan dalam lemari es dan dikeluarkan
hanya pada saat digunakan.

II.1.2.3 Kotak Inkubasi Yoghurt


Kotak inkubasi yoghurt dibuat dari kardus yang dilubangi, lalu
dipasang bohlam. Kardus, ditempeli lampu bohlam (yang diatur agar
lampu bohlam tersebut bisa dinyalakan sehingga mampu memberikan
kehangatan kepada susu tersebut) lalu diberi dua lubang untuk ventilasi.
Masukan susu yang sudah dikulturkan ke dalam botol atau Tupperware
lalu taruh di dalam kardus tersebut selama 8 jam. Nyalakan lampunya
selama susu berada di dalam kardus tersebut.
7
Bahan penstabil pada yoghurt yang digunakan untuk memperlembut
tekstur membuat struktur gel yang mengurangi atau mencegah pemisahan
cairan dari yoghurt gelatin atau CMC sebesar 0,5 – 0,7 %.

Hasil yang akan dicapai


Mahasiswa diharapkan sudah mempunyai ketrampilan untuk
memproduksi yoghurt sebagai produk fermentasi bioindustri

Rancangan Evaluasi
Evaluasi dilakukan dengan responsi sebelum praktikum dan ujian
praktikum di akhir kegiatan praktikum berupa ujian aktif dan ujian pasif di
Laboratorium Mikrobiologi.

II.2 TEKNIK PEMBUATAN NATA


Nata adalah biomassa yang sebagian besar terdiri dari selulosa,
berbentuk agar dan berwarna putih. Massa ini berasal pertumbuhan
Acetobacter xylinum pada permukaan media cair yang asam dan
mengandung gula. Nata dapat dibuat dari bahan baku air kelapa, dan
limbah cair pengolahan tahu (whey tahu). Nata yang dibuat dari air kelapa
disebut dengan nata de coco, dan yang dari whey tahu disebut dengan
nata de soya. Bentuk, warna, tekstur dan rasa kedua jenis nata tersebut
tidak berbeda.
Tahapan dalam pembuatan Nata sebagai berikut:
1. Pemeliharaan Biakan Murni
2. Fermentasi
Pemeliharaan Biakan Murni Acetobacter xylinum.
Fermentasi nata memerlukan biakan murni Acetobacter xylinum.
Biakan murni ini harus dipelihara sehingga dapat digunakan setiap saat
diperlukan.
Pemeliharan tersebut meliputi:
1. Proses penyimpanan sehingga dalam jangka waktu yang cukup lama
viabilitas (kemampuan hidup) mikroba tetap dapat dipertahankan, dan

8
2. Penyegaran kembali mikroba yang telah disimpan sehingga terjadi
pemulihan viabilitas dan mikroba dapat disiapkan sebagai inokulum
fermentasi.
3. Penyimpanan.
A.xylinum biasanya disimpan pada agar miring yang terbuat dari media
Hassid dan Barker yang dimodifikasi dengan komposisi diantaranya,
Glukosa (100 gram), ekstrak khamir (2,5 gram), K2HPO4 (5 gram),
(NH4)2SO4 (0,6 gram), MgSO4 (0,2 gram), agar (18 gram) dan air
kelapa (1 liter). Pada agar miring dengan suhu penyimpanan 4-7°C,
mikroba ini dapat disimpan selama 3-4 minggu.
4. Penyegaran.
Setiap 3 atau 4 minggu, biakan A. xylinum harus dipindahkan kembali
pada agar miring baru. Setelah 3 kali penyegaran, kemurnian biakan
harus diuji dengan melakukan isolasi biakan pada agar cawan. Adanya
koloni asing pada permukaan cawan menunjukkan bahwa kontaminasi
telah terjadi. Biakan pada agar miring yang telah terkontaminasi, harus
diisolasi dan dimurnikan kembali sebelum disegarkan.
Starter adalah populasi mikroba dalam jumlah dan kondisi fisiologis
yang siap diinokulasikan pada media fermentasi. Mikroba pada starter
tumbuh dengan cepat dan fermentasi segera terjadi. Media starter
biasanya identik dengan media fermentasi. Media ini diinokulasi dengan
biakan murni dari agar miring yang masih segar (umur 6 hari). Starter baru
dapat digunakan 6 hari setelah diinokulasi dengan biakan murni. Pada
permukaan starter akan tumbuh mikroba membentuk lapisan tipis
berwarna putih. Lapisan ini disebut dengan nata. Semakin lama lapisan ini
akan semakin tebal sehingga ketebalannya mencapai 1,5 cm. Starter
yang telah berumur 9 hari (dihitung setelah diinokulasi dengan biakan
murni) tidak dianjurkan digunakan lagikarenakondisifisiologis mikroba
tidak optimum bagi fermentasi, dan tingkat kontaminasi mungkin sudah
cukup tinggi. Volume starter disesuaikan dengan volume media fermentasi
yang akan disiapkan. Dianjurkan volume starter tidak kurang dari 5%
volume media yang akan difermentasi menjadi nata. Pemakaian starter
yang terlalu banyak tidak dianjurkan karenatidak ekonomis.
9
Fermentasi
Fermentasi dilakukan pada media cair yang telah diinokulasi dengan
starter. Fermentasi berlangsung pada kondisi aerob (membutuhkan
oksigen). Mikroba tumbuh terutama pada permukaan media. Fermentasi
dilangsungkan sampai nata yang terbentuk cukup tebal (1,0 – 1,5 cm).
Biasanya ukuran tersebut tercapai setelah 10 hari (semenjak diinokulasi
dengan starter), dan fermentasi diakhiri pada hari ke 15. Jika fermentasi
tetap diteruskan, kemungkinan permukaan nata mengalami kerusakan
oleh mikroba pencemar. Nata berupa lapisan putih seperti agar. Lapisan
ini adalah massa mikroba berkapsul dari selulosa. Lapisan nata
mengandung sisa media yang sangat masam. Rasa dan bau masam
tersebut dapat dihilangkan dengan perendaman dan perebusan dengan
air bersih.

II.2.1 Bahan dan Alat :


1. Penyimpanan Biakan Murni:
Biakan murni Axylinum, Glukosa (100 gram), Ekstrak khamir (5 gram),
K2HPO4 (5 gram), (NH4)2SO4 (0,6 gram), MgSO4 (0,2 gram), agar (18
gram), Air kelapa (1 liter), Asam Asetat 25% untuk mengatur pH
meenjadi 3-4, tabung reaksi dan kapas, Jarum ose, Kotk inokulasi,
Lampu spiritus, Gelas piala, kompor, Kotak inkubasi, Lemari pendingin
(kulkas), Timbangan, pH meter
2. Pembuatan Starter :
Biakan murni A. xylinum, Glukosa 100 gram, Urea 5 gram, Air kelapa 1
liter, Asam Asetat 25% untuk mengatur pH menjadi 3-4, Botol bermulut
lebar, Kertas, Ruang inkubasi, Wadah perebus media, Timbangan, pH
meter.
3. Fermentasi Nata :
Starter, Glukosa, Urea, Air kelapa, Asam Asetat 25% untuk mengatur
pH menjadi 3-4, Wadah fermentasi, Wadah perebus media, Ruang
fermentsi, Timbangan, Kompor, pH meter
4. Pemanenan Hasil :
Wadah perendam dan perebus, pemotong nata
10
II.2.2 Prosedur Kerja :
II.2.2.1 Penyiapan Biakan Murni
1. Agar (15-18 gram) dimasukkan ke dalam 500 ml air kelapa, kemudian
dipanaskan sampai larut. Setelah itu tambahkan ekstrak ragi (5 gram)
dan diaduk sampai larut (larutan a)
2. Gula (75 gram) dan asam asetat (15 ml) dimasukkan ke dalam 500 ml
air kelapa segar yang lain dan diaduk sampai gula larut (larutan b)
3. Larutan (a) sebanyak 3-4 ml dimasukkan ke dalam tabung reaksi,
kemudian tutup dengan kapas. Larutan (b) 3-4 ml juga dimasukkan ke
dalam tabung reaksi yang lain, kemudian ditutup dengan kapas.
Masing-masing disterilkan pada suhu 121°C selama 20 menit.
4. Setelah selesai sterilisasi dan larutan tidak terlalu panas lagi, larutan (a)
dituangkan ke larutan (b) secara aseptis. Setelah itu 1 tabung berisi
larutan b diletakkan secara miring untuk membuat agar miring dan
ditunggu sampai agar mengeras.
5. Inokulum Acetobacter xylinum diinokulasikan pada agar miring diatas.
Kemudian diinkubasikan pada suhu kamar atau pada suhu 30°C
sampai tampak pertumbuhan bakteri serupa keloid mengkilat dan
bening pada permukaan agar

II.2.2.2 Pembuatan Starter


1. Air kelapa diendapkan, kemudian disaring dengan beberapa lapis kain
kasa, kemudian dipanaskan sampai mendidih dengan api besar sambil
diaduk-aduk. Setelah mendidih, ditambahkan asam asetat glasial (10-
20 ml asam asetat untuk setiap 1 liter air kelapa), dan gula (75-100,0
gram gula untuk tiap 1 liter air kelapa) campuran ini diaduk sampai gula
larut. Larutan ini disebut air kelapa asam bergula.
2. Urea (sebanyak 3 gram urea untuk setiap 1 liter air kelapa asam
bergula yang disiapkan pada no.1 diatas) dilarutkan di dalam sedikit air
kelapa (Setiap 1 gram urea membutuhkan 20 ml air kelapa). Larutan ini
dididihkan, kemudian dituangkan ke dalam air kelapa asam bergula.
3. Ketika masih panas, media dipindahkan ke dalam beberapa botol
bermulut lebar, masing-masing sebanyak 200 ml. Botol ditutup dengan
11
kapas steril. Setelah dingin, ditambahkan 4 ml suspensi mikroba.
Setelah itu, media diinkubasi pada suhu kamar selama 6-8 hari (sampai
terbentuk lapisan putih pada permukaan media).

II.2.2.3 Fermentasi Nata


1. Air kelapa segar diendapkan, dan disaring dengan beberapa lapis kain
kassa, kemudian dipanaskan sampai mendidih dengan api besar
sambil diaduk-aduk. Setelah mendidih, ditambahkan asam asetat
glasial (10 ml asam asetat untuk setiap 1 liter air kelapa), dan gula (80
gram gula untuk setiap liter air kelapa). Campuran ini diaduk sampai
gula larut.
2. Urea (sebanyak 5 gram urea untuk setiap 1 liter air kelapa yang
disiapkan pada no. 1 diatas) dilarutkan di dalam sedikit air kelapa yang
telah dimasak (setiap 1 gram urea membutuhkan 20 ml air kelapa).
Larutan ini dididihkan, kemudian dituangkan ke dalam air kelapa yang
bergula. didinginkan sampai suam-suam kuku.
3. Media nata ditambah dengan starter (setiap 1 liter media nata
membutuhkan 50-100 ml starter), kemudian dipindahkan ke dalam
wadah-wadah fermentasi dengan ketinggian media 4 cm. Wadah
ditutup dengan kertas yang telah dipanaskan di dalam oven pada suhu
140°C selama 2 jam. Wadah berisi media ini disimpan di ruang
fermentasi selama 12-15 hari sampai terbentuk lapisan nata yang
cukup tebal (1,5 – 2,0 cm).

II.2.2.4 Panen dan Pencucian


1. Pembuatan sirup :
Gula yang putih bersih dilarutkan ke dalam air (setiap 2 kg gula
dilarutkan ke dalam 4 liter air bersih), kemudian ditambahkan vanilie
(secukupnya) danbenzoat (1 gram untuk setiap liter larutan gula).
Larutan sirup ini direbus sampai mendidih selama 30 menit.
2. Pengemasan :
Nata yang masih panas segera dimasukkan ke dalam sirup, kemudian
didinginkan sampai suam-suam kuku. Setelah itu nata dikemas di
12
dalam kantong plastik rangkap dua, atau di dalam gelas plastik dan
kemasan ditutup dengan rapat (kantong plastik diikat dengan karet, dan
gelas plastik di seal).

Hasil yang akan dicapai


Mahasiswa diharapkan sudah mempunyai ketrampilan untuk
memproduksi nata de coco sebagai produk fermentasi dengan substrat air
kelapa

Rancangan Evaluasi
Evaluasi dilakukan dengan responsi sebelum praktikum dan ujian
praktikum di akhir kegiatan praktikum berupa ujian aktif dan ujian pasif di
Laboratorium Mikrobiologi

II.3 TEKNIK PEMBUATAN ROTI


Pembuatan roti merupakan bentuk lain dari pemanfaatan proses
fermentasi yang dilakukan oleh jamur ragi (Saccharomyces sp). dalam
proses fermentasi, Saccharomyces sp merubah karbohidrat menjadi
karbondiokasida dan alkohol. Karbondioksida merupakan gas yang dapat
dilepaskan ke udara bebas. Di dalam sebuah adonan, gas yang dihasilkan
dari proses fermentasi oleh Saccharomyces sp terjebak oleh pekatnya
adonan tersebut, sehingga gas tersebut tidak dapat dilepaskan ke udara
bebas. Gas yang dihasilkan dari proses fermentasi ini dimanfaatkan untuk
mengembangkan adonan. Dengan pemanasan pada oven dengan suhu
tinggi gas akan memuai, sehingga adonan akan tambah mengembang.
Pemanasan juga berfungsi untuk mematikan sel-sel ragi.
Selain hal tersebut, terbentuknya alkohol dari proses fermentasi juga
dapat meberikan aroma khas pada adonan. Dengan demikian pemberian
Saccharomyces sp dalam pembuatan roti selain berperan dalam
mengembangkan adonan juga dapat menambah aroma, sehingga
meningkatkan cita rasa konsumen.

13
II.3.1 Bahan dan Alat
Tepung terigu, ragi roti instan,gula pasir, telur ayam, mentega, garam
dapur, susu tepung. Alat yang digunakan yaitu, oven dengan suhu 1800C,
loyang atau cetakan roti, waskom, panci, ember, baki, gelas minum,
sendok makan dan sendok teh, beker glass, gelas ukur, pengaduk.

II.3.2 Prosedur Kerja :


1. Siapkan bahan-bahan dengan takaran sebagai berikut:
500 g tepung terigu, 75 gram gula pasir, 1 butir kuning telur ayam, 50
gram mentega, 1 gram garam , 300 ml air hangat yang matang.
2. Campurkan ragi instan, tepung roti, dan gula, aduk sampai rata
3. Masukkan margarin, kuning telur, susu, air aduk selama 30 menit
hingga kalis
4. Biarkan adonan selama 30 menit hingga mengembang
5. Bagilah adonan menjadi beberapa bagian
6. Isi adonan dengan coklat, keju, pisang, dan lain-lain.
7. Diamkan adonan yang telah diisi sampai mengembang, kemudian
masukan adonan ke dalam oven dengan suhu sekitar 180 0C. Biarkan
selama 1 sampai 2 jam. (bila oven yang digunakan tanpa jendela
kontrol, sesekali amati adonan yang sedang dibakar. Hal ini perlu
diperhatikan untuk mencegah pembakaran yang berlebih).

Hasil yang akan dicapai


Mahasiswa diharapkan sudah mempunyai ketrampilan untuk
memproduksi roti sebagai produk fermentasi dari Saccharomyces
cereviceae.

Rancangan Evaluasi
Evaluasi dilakukan dengan responsi sebelum praktikum dan ujian
praktikum diakhir kegiatan praktikum berupa ujian aktif dan ujian pasif di
Laboratorium Mikrobiologi.

14
II.4 TEKNIK PEMBUATAN VIRGIN COCONUT OIL
Virgin Coconut Oil adalah minyak yang dihasilkan dari buah kelapa,
VCO dihasilkan tidak melalui penambahan bahan kimia ataupun proses
yang melibatkan panas yang tinggi. VCO bermanfaat untuk tubuh karena
mengandung banyak asam lemak rantai menengah (medium Chain Fatty
Acid = MCFA) yang mudah diserap sampai ke mitokondria dan
meningkatkan metabolism tubuh. Penambahan energy yang dihasilkan
oleh metabolism itu menghasilkan efek stimulasi dalam seluruh tubuh
manusia. MCFA yang paling banyak terkandung dalam VCO adalah asam
laurat. Banyaknya manfaat VCO disebbakan oleh tingginya kadar asam
lemak jenuh yang tinggi. Asam lemak ang bersifat jenuh ini
mengakibatkan tidak mudahnya asam lemak ini untuk teroksidasi oleh
radikal bebas.
Asam lemak yang teroksidasi oleh radikal bebas mengakibatkan
terbentuknya LDL kolesterol teroksidasi yang dapat menyumbat pembuluh
darah. Seperti diketahui bahwa komposisi asam lemak jenuh terdiri dari
asam lemak berantai rendah, medium, panjang. Asam lemak jenuh yang
berantai rendah dan medium memiliki sifat antimicrobial dan menunjang
sistim kekebalan tubuh.

II.4.1 Bahan dan Alat


Buah kelapa, wadah plastik untuk memeras santan, saringan, botol
stoples.

II.4.2 Prosedur Kerja


II.4.2.1 Fermentasi
Buah kelapa yang telah diparut diberi air, kemudian parutan daging
diperas. Santan yang dihasilkan disaring dan ditampung dalam wadah
transparan lalu ditutup dan didiamkan. Satu jam berselang krim yang
terbentuk dipisahkan dari air. Setelah ditambahkan mikroba dan diaduk,
krim didiamkan selama 10 jam hingga menghasilkan minyak. Mikroba
membantu penggumpalan protein agar terpisah dengan minyak.

15
Kelapa

Pengupasan kulit dan cangkang

Pemarutan Daging Buah

Penyantanan Air

Penyaringan Ampas Kelapa

Air santan didiamkan Air Dibuang

Krim Mikroba

VCO Sisa Krim

II.4.2.2 Sentrifugasi
Buah kelapa yang telah diparut diberi air kemudian parutan
dagingnya diperas. Setelah dihasilkan santan, kemudian disaring dan
ditampung dalam wadah. Proses selanjutnya , santan disentrifugasi
sehingga menghasilkan tiga lapisan yaitu lapisan protein, air serta minyak.
Terbentuknya ketiga lapisan tersebut merupakan pemanfaatan beda berat
jenis komponen dalam santan. Lapisan paling atas yang berupa minyak
merupakan produk hasil yang diinginkan, yaitu VCO.

Hasil yang akan dicapai


Mahasiswa diharapkan sudah mempunyai ketrampilan untuk
memproduksi Virgin Coconut Oil sebagai produk fermentasi Bioindustri.

Rancangan Evaluasi
Evaluasi dilakukan dengan responsi sebelum praktikum dan ujian
praktikum di akhir kegiatan praktikum berupa ujian aktif dan ujian pasif di
Laboratorium Mikrobiologi.

16
II.5 TEKNIK PEMBUATAN TEMPE
II.5.1 Alat dan Bahan
Baskom, Saringan, Dandang, Kipas angin, Sotel kayu, Tampah,
Kompor, Kacang Kedelai, Ragi tempe, Daun pisang/kantong plastik

II.5.2 Prosedur Kerja


Cuci bersih semua peralatan terlebih dahulu, keringkan. Kemudian
lakukan tahapan sebagai berikut :
1. Cuci bersih kacang kedelai.
2. Rendamlah kacang kedelai kurang lebih selama 13 - 18 jam.
3. Jika sudah lunak, kelupas kulitnya.
4. Bilas menggunakan air.
5. Rebus kembali biji kedelai yang sudah dibilas air tadi.
6. Tiriskan pada tampah. Kipasi menggunakan kipas angin hingga tidak
terlalu panas.
7. Masukkan ragi tempe ke biji kedelai secara merata, aduk rata.
8. Masukkan biji kedelai yang sudah diberi ragi pada daun pisang atau
kantong plastik. Untuk tebal tipisnya sesuai dengan selera anda.
9. Untuk mendapatkan tempe yang baik, waktu yang dibutuhkan untuk
proses fermentasi adalah 2 hari dengan suhu kamar. Usahakan kacang
kedelai anda sudah tertutupi jamurnya.

Hasil yang akan dicapai


Mahasiswa diharapkan sudah mempunyai keterampilan untuk
memproduksi tempe sebagai produk fermentasi Bioindustri.

Rancangan Evaluasi
Evaluasi dilakukan dengan responsi sebelum praktikum dan ujian
praktikum di akhir kegiatan praktikum berupa ujian aktif dan ujian pasif di
Laboratorium Mikrobiologi.

17
MATERI PRAKTIKUM
MIKROBIOLOGI LINGKUNGAN

III.1 TEKNIK PEMBUATAN KOMPOS CAIR


Pupuk merupakan salah satu faktor pendukung yang dibutuhkan
sebagai penambah unsur hara bagi pertumbuhan tanaman. Penggunaan
pupuk organik bertujuan untuk mengurangi penggunaan unsur kimia yang
dapat mengganggu kestabilan kondisi tanah dan lingkungan. Pembuatan
pupuk organik dibuat dengan cara pengomposan sehingga dikenal juga
dengan istilah pupuk kompos. Pupuk organik sangat berpotensi untuk
dikembangkan dalam rangka mengurangi laju peningkatan limbah sampah
organik, di mana limbah sampah organik dapat menyebabkan polusi
udara dan terlepasnya gas metana ke udara.

III.1.1 Alat
1. Ember cat / Ember bertutup = 2 buah/Klp
2. Gelas Ukur 1 L ; 500 ml = 1 buah
3. Timbangan = 1 buah
4. Pisau / Cutter Besar (sesuai jumlah kelompok)
5. Pengaduk kayu
6. Kain saring / Penyaring
7. pH Meter
8. Termometer
9. Botol Plastik

III.1.2 Bahan
1. Bahan Limbah = 10 Kg
2. Air
3. Dedak 10 % (1 Kg x jumlah Klp)
4. Molase 5 % (500 ml x jumlah Klp)
5. EM-4 5 % (500 ml x jumlah Klp)

18
III.1.3 Prosedur Kerja
III.1.3.1 Pembuatan Bahan Limbah Cair
1. Bahan limbah sebanyak 10 Kg + Air 10 Liter.
Catatan :
a. Untuk bahan limbah seperti batang, kulit buah, atau yang keras
dicacah dengan pisau/cutter hingga berukuran 0,5 cm – 1 cm
b. Untuk bahan yang tidak keras dicacah hingga berukuran 5 cm
2. Aduk rata, sambil dilakukan peremasan hingga bahan padat dan cair
tercampur rata kemudian diperam selama 24 jam
3. Setelah masa pemeraman 24 jam, bahan kemudian disaring
menggunakan penyaring / kain saring hingga diperoleh bahan berupa
Limbah Cair dengan Volume 10 Liter.
4. Tempatkan bahan Limbah cair tersebut ke dalam ember bertutup.

Hasil yang akan dicapai


Mahasiswa diharapkan sudah mempunyai keterampilan untuk membuat
kompos cair.

Rancangan Evaluasi
Evaluasi dilakukan dengan responsi sebelum praktikum dan ujian
praktikum di akhir kegiatan praktikum berupa ujian aktif dan ujian pasif di
Laboratorium Mikrobiologi.

III.2 TEKNIK PEMBUATAN BIOETANOL DARI SINGKONG


Bioethanol merupakan salah satu energi alternatif yang bahan
utamanya dari tumbuhan serta melalui proses fermentasi. Ethanol atau
ethyl alkohol C5H5OH merupakan cairan bening tak berwarna, terurai
secara biologis (biodegradable), toksisitas rendah dan dapan
menimbulkan polusi udara.
Bahan yang mengandung karbohidrat dapat diperoleh dari umbi-
umbian misalnya singkong (Manihot esculenta crantz atau Manihot
utilisima). Singkong merupakan tanaman dalam family Euphorbiaceae dan
tergolong tanaman tropis. Ubi kayu (singkong) berpotensi sebagai bahan
19
baku pembuatan ethanol karena kandungan pati yang tinggi pada
singkong merupakan substrat yang baik untuk menghasilkan glukosa
sebagai produk antara dalam menghasilkan ethanol.

III.2.1 Alat
Parutan, panci, wadah fermentasi, kompor, singkong, dan ragi

III.2.3 Prosedur Kerja


1. Kupas singkong dan bersihkan dengan cara mencuci
2. Parut 1 kg singkong, masukan ke dalam panci, kemudian tambahkan 4
liter Air.
3. Panaskan pada suhu 100 oC selama 30 menit sambil diaduk hingga
mengental menjadi bubur pati, kemudian dinginkan.
4. Pindahkan bubur pati ke wadah fermentasi dan tambahkan ragi
Saccharomyces cerevisiae sebanyak 10% dari total bubur pati sedikit
demi sedikit sambal diaduk agar tercampur
5. Tutup rapat wadah fermentasi dan biarkan selama 2 – 3 hari
6. Terbentuk 3 lapisan, lapisan paling bawah adalah endapan protein, di
atasnya air dan etanol.
7. Pisahkan etanol dan endapan protein dengan penyaringan sehingga
menghasilkan etanol yang masih bercampur air.
8. Ukur kadar etanol dengan menggunakan refraktometer dan pH
menggunakan pH meter

Hasil yang akan dicapai


Mahasiswa diharapkan sudah mempunyai keterampilan untuk membuat
bioethanol dari singkong.

Rancangan Evaluasi
Evaluasi dilakukan dengan responsi sebelum praktikum dan ujian
praktikum di akhir kegiatan praktikum berupa ujian aktif dan ujian pasif di
Laboratorium Mikrobiologi.

20
DAFTAR PUSTAKA

Anonimous, Syarat Mutu Minyak Goreng. SNI No. 01 - 3741 – 1995,


Dewan Standar Nasional, Jakarta

Astawan, M dan Astawan, M.W. 1991, Teknologi Pengolahan Pngan


Nabati Tepat Guna Edisi Pertama Penerbit Akademika Pressindo

Azmi, J, 2006, Penentuan kondisi optimum fermentasi Aspergillus oryzae


untuk isolasi enzim amylase pada medium pati biji nangka
(arthocarphus heterophilus lmk) Jurnal biogenesis vol. 2(2):55-58,
2006

Bekasem ikan. Selera, X (2), Februari 1991: 16-17 Berbagai cara


pengolahan dan pengawetan ikan. Yogyakarta: Proyek Informasi
Pertanian, Departemen Pertanian, 1987

Berbagai cara pengolahan dan pengawetan ikan. Yogyakarta : Proyek


Pengembangan Penyuluhan Pertanian Pusat, Departemen
Pertanian, 1987. Hal. 27-28

Crueger,W. and A.Crueger. 1984. Biotechnology A Tex Book of Industrial


Mikrobiology. Science Tech. Inc. Madison, WI 53705. U.S.A

Djide, N, 1997, Bioteknologi Farmasi, jurusan Farmasi Universitas


Hasanuddin

Djoni, Royen, dan Enri, 2013, Pembuatan Etanol Dari Tepung Ubi Kayu
Dengan Menggunakan Metode Hidrolisa, Jurnal Teknik Kimia No.
3, Vol. 19, Agustus 2013

Erliana, Titik, dan Nasir, 2009, Ubi Kayu Sebagai Bahan Baku Industri
Bioetanol, Buletin Palawija No. 17 : 9 – 18 (2009)

Erna, Irwan, dan Hengky, 2016, Bioetanol Dari Limbah Kulit Singkong
(Manihot Esculenta Crantz) Melalui Proses Fermentasi, Jurnal
Akademika Kimia Volume 5, No. 3, 2016: 121 – 126

Fardiaz, S. 1988. Fisiologi fermentasi. PAU Lembaga Sumber Daya


Informasi. Institut Pertanian Bogor. Bogor

Lateng, P. N., Prospek Teknologi Fermentasi Beberapa Jenis Limbah


sebagai Substrat Produksi Bahan Pangan, Makalah pada kursus
Singkat Pemanfaatan Mikroorganisme untuk Produksi bahan
Pangan, UNHAS, 2002

Rikana H. Dan Adam R., Pembuatan Bioethanol Dari Singkong Secara


Fermentasi Menggunakan Ragi Tape, UNDIP
21
Riyadi, S. 1987. Telaah Mengenai Mikroflora yang Berperan dalam
Pembuatan "Nata de Coco". Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Santoso, B,H ( 1995 ) ., Cuka Pisang , edisi teknologi tepat guna, Penerbit
Kanisius Yokyakarta

Santoso, B.H. Anggur Pisang ,Teknologi Tepat Guna , Penerbit Kanisius


Yokyakarta

Saragih, Y.P. Pembuatan anggur pisang klutuk. Buletin Pusbangtepa, 4


(14),Mei 1982 : 29-36

Satuhu,S., dan A. Supriyadi. Pisang. Budidaya, Pengolahan dan Prospek


Pasar. Penebar Swadaya. 1993

Siti Sofiah dan Subardjo. Pembuatan anggur buah pala. Bogor : Balai
Besar Litbang Industri Hasil Pertanian. Badan Litbang Industri.
Departemen Perindustrian, 1984. Hal 5

Sukendar, N.K. 2002. Teknologi Fermentasi. Kursus Singkat


Pemanfatan Mikroorganisme dalam Memproduksi Bahan Pangan.
Makassar

Tawali, A.B., 2002. Teknologi Fermentasi Produksi Bahan Pangan dari


Substrat Kacang Kedelai. Kursus Singkat Pemanfatan
Mikroorganisme dalam Memproduksi Bahan Pangan. Makassar

Teknologi Tepat Guna, Departemen Perindustrian dan Perdagangan,


Http:// www.dprin.go.id

Teknologi Tepat Guna Agroindustri Kecil Sumatera Barat, Hasbullah,


Dewan Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Industri Sumatera Barat

Timoti, H, 2005, Aplikasi Teknologi Membran pada pembuatan Virgin


Coconut oil Nawapanca Adicipta

Utomo,B. 1989. Pemanfaatan Air Kelapa untuk Pembuatan Kecap. Di


dalam Bulletin Penelitian Departemen Perindustrian. Badan
Penelitian dan Pengembangan Industri. Balai Besar Industri Kimia
Jakarta. Jakarta.

Widya, I.W. 1984. Mempelajari Pengaruh Penambahan Skim Milk Kelapa


dan Jenis Gula dengan Berbagai Konsentrasi pada Pembuatan
"Nata de Coco". Departemen Teknologi Hasil Pertanian. Institut
Pertanian Bogor. Bogor.

Winarno, F.G. dan Mardjuki. Paket industri anggur pisang


klutuk.Pusbangtepa, Bogor, 1979.
22

Anda mungkin juga menyukai