MIKROBIOLOGI 0
1
9
-
MIKROBIOLOGI
TERAPAN
DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
i
DAFTAR ISI
SAMPUL
DAFTAR ISI................................................................................................ i
i
MATERI PRAKTIKUM
MIKROBIOLOGI PANGAN
Materi Pengujian
Bahan Uji Standar Uji
ALT maks 2.102 kol/ml
MPN Coliform maks 20 APM/ml
MPN E. coli < 3 APM/ml
Salmonella neg/ 25 ml
Angka S. Aureus 0 kol/ml
Pseudomonas 0 kol/ml
Vibrio sp. neg/ 25 ml
Angka Kapang/Khamir maks 50 kol/ml
1
Prediksi alat gelas yang disiapkan :
Alat untuk pengenceran
Pengenceran sampai tingkat 5 dibutuhkan ;
Botol /tabung pengencer 5 buah
Pipet 4 buah
Sterilisasi alat
Alat alat gelas disterilkan dengan oven dan media pertumbuhan
mikroba disterilkan dalam autoklaf.
Sterilisasi dilakukan pada alat alat gelas seperti cawan petri yang telah
dibungkus sebelumnya dengan kertas . Tabung reaksi yang berisi
media pertumbuhan ditutup kapas dan dibungkus plastik disterilkan
dengan autoklaf.
2
2. Penyiapan / sterilisasi media pertumbuhan mikroba pangan
Pemilihan media
Media dipilih sesuai dengan uji yang akan dilakukan, sebaiknya
diperhatikan media yang dapat diautoklaf atau yang tidak dapat
disterilkan dalam autoklaf. Media ditimbang sesuai dengan yang akan
digunakan.
Contoh :
Jika kebutuhan media yang akan digunakan 50 ml maka diperhatikan
jumlah berat setiap 1000 ml .Misalnya media pembuatan SSA 25 gram
untuk 1000 ml makan jumlah yang ditimbang adalah 50/1000 x 25 gram
= 1,25 gram .
Perlu pula diperhatikan bahan bahan yang harus ditambahkan misalnya
untuk Lactosa Broth maka perlu ditambahkan brom thymol blue. Pada
umumnya media dengan akhiran base misalnya Cetrimide Agar Base
diperlukan bahan bahan tambahan.
5
MATERI PRAKTIKUM
MIKROBIOLOGI INDUSTRI
6
4. Setelah inkubasi selesai, yougurt yang dihasilkan segera didinginkan
dalam lemari es atau dipasteurisasikan pada suhu 65 0C selama 30
menit agar fermentasi tidak terus berlanjut.
5. Pengamatan dilakukan dengan melihat harga pH, kandungan asam
laktat, rasa, jumlah mikroba, protein dan kadungan laktosanya.
6. Bila akan dikonsumsi bisa dicampur dengan sirup atau dengan gula
secukupnya.
Rancangan Evaluasi
Evaluasi dilakukan dengan responsi sebelum praktikum dan ujian
praktikum di akhir kegiatan praktikum berupa ujian aktif dan ujian pasif di
Laboratorium Mikrobiologi.
8
2. Penyegaran kembali mikroba yang telah disimpan sehingga terjadi
pemulihan viabilitas dan mikroba dapat disiapkan sebagai inokulum
fermentasi.
3. Penyimpanan.
A.xylinum biasanya disimpan pada agar miring yang terbuat dari media
Hassid dan Barker yang dimodifikasi dengan komposisi diantaranya,
Glukosa (100 gram), ekstrak khamir (2,5 gram), K2HPO4 (5 gram),
(NH4)2SO4 (0,6 gram), MgSO4 (0,2 gram), agar (18 gram) dan air
kelapa (1 liter). Pada agar miring dengan suhu penyimpanan 4-7°C,
mikroba ini dapat disimpan selama 3-4 minggu.
4. Penyegaran.
Setiap 3 atau 4 minggu, biakan A. xylinum harus dipindahkan kembali
pada agar miring baru. Setelah 3 kali penyegaran, kemurnian biakan
harus diuji dengan melakukan isolasi biakan pada agar cawan. Adanya
koloni asing pada permukaan cawan menunjukkan bahwa kontaminasi
telah terjadi. Biakan pada agar miring yang telah terkontaminasi, harus
diisolasi dan dimurnikan kembali sebelum disegarkan.
Starter adalah populasi mikroba dalam jumlah dan kondisi fisiologis
yang siap diinokulasikan pada media fermentasi. Mikroba pada starter
tumbuh dengan cepat dan fermentasi segera terjadi. Media starter
biasanya identik dengan media fermentasi. Media ini diinokulasi dengan
biakan murni dari agar miring yang masih segar (umur 6 hari). Starter baru
dapat digunakan 6 hari setelah diinokulasi dengan biakan murni. Pada
permukaan starter akan tumbuh mikroba membentuk lapisan tipis
berwarna putih. Lapisan ini disebut dengan nata. Semakin lama lapisan ini
akan semakin tebal sehingga ketebalannya mencapai 1,5 cm. Starter
yang telah berumur 9 hari (dihitung setelah diinokulasi dengan biakan
murni) tidak dianjurkan digunakan lagikarenakondisifisiologis mikroba
tidak optimum bagi fermentasi, dan tingkat kontaminasi mungkin sudah
cukup tinggi. Volume starter disesuaikan dengan volume media fermentasi
yang akan disiapkan. Dianjurkan volume starter tidak kurang dari 5%
volume media yang akan difermentasi menjadi nata. Pemakaian starter
yang terlalu banyak tidak dianjurkan karenatidak ekonomis.
9
Fermentasi
Fermentasi dilakukan pada media cair yang telah diinokulasi dengan
starter. Fermentasi berlangsung pada kondisi aerob (membutuhkan
oksigen). Mikroba tumbuh terutama pada permukaan media. Fermentasi
dilangsungkan sampai nata yang terbentuk cukup tebal (1,0 – 1,5 cm).
Biasanya ukuran tersebut tercapai setelah 10 hari (semenjak diinokulasi
dengan starter), dan fermentasi diakhiri pada hari ke 15. Jika fermentasi
tetap diteruskan, kemungkinan permukaan nata mengalami kerusakan
oleh mikroba pencemar. Nata berupa lapisan putih seperti agar. Lapisan
ini adalah massa mikroba berkapsul dari selulosa. Lapisan nata
mengandung sisa media yang sangat masam. Rasa dan bau masam
tersebut dapat dihilangkan dengan perendaman dan perebusan dengan
air bersih.
Rancangan Evaluasi
Evaluasi dilakukan dengan responsi sebelum praktikum dan ujian
praktikum di akhir kegiatan praktikum berupa ujian aktif dan ujian pasif di
Laboratorium Mikrobiologi
13
II.3.1 Bahan dan Alat
Tepung terigu, ragi roti instan,gula pasir, telur ayam, mentega, garam
dapur, susu tepung. Alat yang digunakan yaitu, oven dengan suhu 1800C,
loyang atau cetakan roti, waskom, panci, ember, baki, gelas minum,
sendok makan dan sendok teh, beker glass, gelas ukur, pengaduk.
Rancangan Evaluasi
Evaluasi dilakukan dengan responsi sebelum praktikum dan ujian
praktikum diakhir kegiatan praktikum berupa ujian aktif dan ujian pasif di
Laboratorium Mikrobiologi.
14
II.4 TEKNIK PEMBUATAN VIRGIN COCONUT OIL
Virgin Coconut Oil adalah minyak yang dihasilkan dari buah kelapa,
VCO dihasilkan tidak melalui penambahan bahan kimia ataupun proses
yang melibatkan panas yang tinggi. VCO bermanfaat untuk tubuh karena
mengandung banyak asam lemak rantai menengah (medium Chain Fatty
Acid = MCFA) yang mudah diserap sampai ke mitokondria dan
meningkatkan metabolism tubuh. Penambahan energy yang dihasilkan
oleh metabolism itu menghasilkan efek stimulasi dalam seluruh tubuh
manusia. MCFA yang paling banyak terkandung dalam VCO adalah asam
laurat. Banyaknya manfaat VCO disebbakan oleh tingginya kadar asam
lemak jenuh yang tinggi. Asam lemak ang bersifat jenuh ini
mengakibatkan tidak mudahnya asam lemak ini untuk teroksidasi oleh
radikal bebas.
Asam lemak yang teroksidasi oleh radikal bebas mengakibatkan
terbentuknya LDL kolesterol teroksidasi yang dapat menyumbat pembuluh
darah. Seperti diketahui bahwa komposisi asam lemak jenuh terdiri dari
asam lemak berantai rendah, medium, panjang. Asam lemak jenuh yang
berantai rendah dan medium memiliki sifat antimicrobial dan menunjang
sistim kekebalan tubuh.
15
Kelapa
Penyantanan Air
Krim Mikroba
II.4.2.2 Sentrifugasi
Buah kelapa yang telah diparut diberi air kemudian parutan
dagingnya diperas. Setelah dihasilkan santan, kemudian disaring dan
ditampung dalam wadah. Proses selanjutnya , santan disentrifugasi
sehingga menghasilkan tiga lapisan yaitu lapisan protein, air serta minyak.
Terbentuknya ketiga lapisan tersebut merupakan pemanfaatan beda berat
jenis komponen dalam santan. Lapisan paling atas yang berupa minyak
merupakan produk hasil yang diinginkan, yaitu VCO.
Rancangan Evaluasi
Evaluasi dilakukan dengan responsi sebelum praktikum dan ujian
praktikum di akhir kegiatan praktikum berupa ujian aktif dan ujian pasif di
Laboratorium Mikrobiologi.
16
II.5 TEKNIK PEMBUATAN TEMPE
II.5.1 Alat dan Bahan
Baskom, Saringan, Dandang, Kipas angin, Sotel kayu, Tampah,
Kompor, Kacang Kedelai, Ragi tempe, Daun pisang/kantong plastik
Rancangan Evaluasi
Evaluasi dilakukan dengan responsi sebelum praktikum dan ujian
praktikum di akhir kegiatan praktikum berupa ujian aktif dan ujian pasif di
Laboratorium Mikrobiologi.
17
MATERI PRAKTIKUM
MIKROBIOLOGI LINGKUNGAN
III.1.1 Alat
1. Ember cat / Ember bertutup = 2 buah/Klp
2. Gelas Ukur 1 L ; 500 ml = 1 buah
3. Timbangan = 1 buah
4. Pisau / Cutter Besar (sesuai jumlah kelompok)
5. Pengaduk kayu
6. Kain saring / Penyaring
7. pH Meter
8. Termometer
9. Botol Plastik
III.1.2 Bahan
1. Bahan Limbah = 10 Kg
2. Air
3. Dedak 10 % (1 Kg x jumlah Klp)
4. Molase 5 % (500 ml x jumlah Klp)
5. EM-4 5 % (500 ml x jumlah Klp)
18
III.1.3 Prosedur Kerja
III.1.3.1 Pembuatan Bahan Limbah Cair
1. Bahan limbah sebanyak 10 Kg + Air 10 Liter.
Catatan :
a. Untuk bahan limbah seperti batang, kulit buah, atau yang keras
dicacah dengan pisau/cutter hingga berukuran 0,5 cm – 1 cm
b. Untuk bahan yang tidak keras dicacah hingga berukuran 5 cm
2. Aduk rata, sambil dilakukan peremasan hingga bahan padat dan cair
tercampur rata kemudian diperam selama 24 jam
3. Setelah masa pemeraman 24 jam, bahan kemudian disaring
menggunakan penyaring / kain saring hingga diperoleh bahan berupa
Limbah Cair dengan Volume 10 Liter.
4. Tempatkan bahan Limbah cair tersebut ke dalam ember bertutup.
Rancangan Evaluasi
Evaluasi dilakukan dengan responsi sebelum praktikum dan ujian
praktikum di akhir kegiatan praktikum berupa ujian aktif dan ujian pasif di
Laboratorium Mikrobiologi.
III.2.1 Alat
Parutan, panci, wadah fermentasi, kompor, singkong, dan ragi
Rancangan Evaluasi
Evaluasi dilakukan dengan responsi sebelum praktikum dan ujian
praktikum di akhir kegiatan praktikum berupa ujian aktif dan ujian pasif di
Laboratorium Mikrobiologi.
20
DAFTAR PUSTAKA
Djoni, Royen, dan Enri, 2013, Pembuatan Etanol Dari Tepung Ubi Kayu
Dengan Menggunakan Metode Hidrolisa, Jurnal Teknik Kimia No.
3, Vol. 19, Agustus 2013
Erliana, Titik, dan Nasir, 2009, Ubi Kayu Sebagai Bahan Baku Industri
Bioetanol, Buletin Palawija No. 17 : 9 – 18 (2009)
Erna, Irwan, dan Hengky, 2016, Bioetanol Dari Limbah Kulit Singkong
(Manihot Esculenta Crantz) Melalui Proses Fermentasi, Jurnal
Akademika Kimia Volume 5, No. 3, 2016: 121 – 126
Santoso, B,H ( 1995 ) ., Cuka Pisang , edisi teknologi tepat guna, Penerbit
Kanisius Yokyakarta
Siti Sofiah dan Subardjo. Pembuatan anggur buah pala. Bogor : Balai
Besar Litbang Industri Hasil Pertanian. Badan Litbang Industri.
Departemen Perindustrian, 1984. Hal 5