Lpfix
Lpfix
1
7. Laktasi;keadaan buah dada pada dua hari pertama nifas sama dengan keadaan
dalam kehamilan pada waktu ini .buah dada belum mengandung susu melainkan
colostrum.colostrum adalah cairan kuning yang mengandung banyak protein
dan garam.
b) Psikologi
Perubahan psikologi masa nifas menurut Reva- Rubin terbagi menjadi dalam 3
tahap yaitu:
1. Periode Taking In
Periode ini terjadi setelah 1-2 hari dari persalinan.Dalam masa ini
terjadi interaksi dan kontak yang lama antara ayah, ibu dan bayi. Hal ini dapat
dikatakan sebagai psikis honey moon yang tidak memerlukan hal-hal yang
romantis, masing-masing saling memperhatikan bayinya dan menciptakan
hubungan yang baru.
2. Periode Taking Hold
Berlangsung pada hari ke – 3 sampai ke- 4 post partum. Ibu berusaha
bertanggung jawab terhadap bayinya dengan berusaha untuk menguasai
ketrampilan perawatan bayi. Pada periode ini ibu berkosentrasi pada
pengontrolan fungsi tubuhnya, misalnya buang air kecil atau buang air besar.
3. Periode Letting Go
Terjadi setelah ibu pulang ke rumah. Pada masa ini ibu mengambil tanggung
jawab terhadap bayi.( Persis Mary H, 1995: ) Sedangkan stres emosional
pada ibu nifas kadang-kadang dikarenakan kekecewaan yang berkaitan dengan
mudah tersinggung dan terluka sehingga nafsu makan dan pola tidur terganggu.
Manifestasi ini disebut dengan post partum blues dimana terjadi pada hari ke 3-
5 post partum.
C. Tanda dan Gejala
1. Peningkatan perdarahan : bekuan darah dan keluarnya jaringan
2. Keluar darah segar terus menerus setelah ppersalinan
3. Nyeri yang hebat
4. Peningkatan suhu
5. Perasaan kandug kemih yang penuh dan ketidakmampuan mengosongkan
6. Perluasan hematoma
7. Muka pucat,dingin, kulit lembab,peningkatan HR ,chest pain,batuk.
D. Patofisiologi
2
Dalam masa post partum atau masa nifas, alat-alat genetalia interna maupun
eksterna akan berangsur-angsur pulih kembali seperti keadaan sebelum hamil.
Perubahan-perubahan alat genetal ini dalam keseluruhannya disebut “involusi”.
Disamping involusi terjadi perubahan-perubahan penting lain yakni memokonsentrasi
dan timbulnya laktasi yang terakhir ini karena pengaruh lactogenik hormon dari
kelenjar hipofisis terhadap kelenjar-kelenjar mama.
Otot-otot uterus berkontraksi segera post psrtum, pembuluh-pembuluh darah
yang ada antara nyaman otot-otot uretus akan terjepit. Proses ini akan menghentikan
pendarahan setelah plasenta lahir.
Perubahan-perubahan yang terdapat pada serviks ialah segera post partum bentuk
serviks agak menganga seperticorong, bentuk ini disebabkan oleh korpus uteri
terbentuk semacam cincin.
Peruabahan-perubahan yang terdapat pada endometrium ialah timbulnya
trombosis, degenerasi dan nekrosis ditempat implantasi plasenta pada hari pertama
endometrium yang kira-kira setebal 2-5 mm itu mempunyai permukaan yang kasar
akibat pelepasan desidua dan selaput janin regenerasi endometrium terjadi dari sisa-sisa
sel desidua basalis yang memakai waktu 2 sampai 3 minggu.
Ligamen-ligamen dan diafragma palvis serta fasia yang merenggang sewaktu
kehamilan dan pertu setelah janin lahir berangsur-angsur kembali seperti sedia kala.
Nifas dibagi dalam tiga periode:
1. Post partum daini yaitu keputihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri, berjalan-
jalan. Dalam agama Isalam dianggap telah bersih dan boleh bekerja setelah 40 hari.
2. Post partum intermedial yaitu keputihan menyeluruh alat-alat genetalia yang lamanya
6-8 minggu.
3. Post partum terlambat yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna
terutama bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai komplikasi untuk
sehat sempurna bisa berminggu-minggu, bulanan atau tahunan.
3
4
E. Penatalaksanaan
1. Observasi ketat 2 jam post partum (adanya komplikasi perdarahan)
2. 6-8 jam pasca persalinan : istirahat dan tidur tenang, usahakan miring
kanan kiri
3. Hari ke- 1-2 : memberikan KIE kebersihan diri, cara menyusui yang
benar dan perawatan payudara, perubahan-perubahan yang terjadi pada
masa nifas, pemberian informasi tentang senam nifas.
4. Hari ke- 2 : mulai latihan duduk
5. Hari ke- 3 : diperkenankan latihan berdiri dan berjalan
F. Komplikasi
a. Pembengkakan payudara
b. Mastitis (peradangan pada payudara)
c. Endometritis (peradangan pada endometrium)
d. Post partum blues
e. Infeksi puerperalis ditandai dengan pembengkakan, rasa nyeri,
kemerahan pada jaringan terinfeksi atau pengeluran cairan berbau dari
jalan lahir selam persalinan atau sesudah persalinan.
G. Pemeriksaan Diagnostik
1. Darah: Hemoglobin dan hematokrit 12-24 jam postpartum (jika
HB<10gr% dibutuhkan suplemen FE), eritrosit, leukosit dan trombosit
2. Klien dengan dower kateter diperlukan cultur urine
5
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA IBU
POST PARTUM
A. PENGKAJIAN
1. Identitas
Meliputi identitas klien, yang terdiri dari nama, umur, alamat, status
perkawinan. Terdapat juga identitas penanggung, misal suami.
2. Status Kesehatan Saat Ini
3. Meliputi keluhan saat MRS dan keluhan utama saat ini.
4. Riwayat Obstetri
a. Riwayat menstruasi
b. Riwayat kehamilan, persalinan, nifas yang lalu
5. Riwayat Persalinan dan Kelahiran Saat Ini
a. Tipe persalinan
b. Lama persalinan (kala I, kala II, kala III, kala IV)
c. Penggunaan analgesik dan anastesi
d. Apakah terdapat masalah dalam persalinan.
e. Kesanggupan dan pengetahuan dalam perawatan bayi, seperti breast
care, perineal care, nutrisi, senam nifas, KB, menyusui
6. Keadaan Bayi
Meliputi BB, PB, apakah ada kelainan atau tidak.
7. Riwayat Keluarga Berencana
Apakah klien melaksanakan KB
a. Bila ya, jenis kontrasepsi apa yang digunakan.
b. Sudah berapa lama menggunakan kontrasepsi.
c. Apakah terdapat masalah dalam penggunaan kontrasepsi.
8. Riwayat Kesehatan
a. Penyakit yang pernah dialami klien.
b. Pengobatan yang pernah didapat.
c. Apakah ada riwayat penyakit keluarga seperti penyakit diabetes mellitus,
penyakit jantung, penyakit hipertensi.
6
9. Kebutuhan Dasar Khusus
a. Pola nutrisi.
Nafsu makan meningkat, Kehilangan rata-rata berat badan 5,5 kg.
b. Pola eliminasi/sistem urogenital.
a) Konstipasi, tidak mampu berkemih, retensi urine.
b) Edema pada kandung kemih, urethra dan meatus urinarius terjadi
karena trauma.
c) Pada fungsi ginjal: proteinuria, diuresis mulai 12 jam.
d) Fungsi kembali normal dalam 4 minggu.
c. Pola personal hygiene.
Bagaimana frekuensi personal hygiene klien, seperti mandi, oral
hygiene, maupun cusi rambut.
d. Pola istirahat dan tidur.
Kurang tidur, mengantuk.
e. Pola aktivitas dan latihan.
Terganggu karena nyeri.
f. Pola kebiasaan yang mempengaruhi kesehatan
Apakah klien merokok, minum-minuman keras, ataupun
ketergantungan obat.
g. Seksualitas/reproduksi
Ketakutan melakukan hubungan seksual karena nyeri.
h. Peran
Perubahan peran sebagai ibu.
i. Persepsi diri/konsep diri
Penilaian citra tubuh terganggu.
j. Kognitif perceptual
Kurang pengetahuan tentang perawatan bayi, ibu post partum.
10. Pemeriksaan Fisik
a. Kepala
Memeriksa apakah terjadi edema pada wajah.
b. Wajah
7
Memeriksa apakah konjungtiva pucat, apakah skelera ikterus
c. Leher
a) Hiperpigmentasi perlahan berkurang.
b) Memeriksa dan meraba leher untuk mengetahui apakah kelejar
tiroid membesar, pembuluh limfe, pelebaran vena jugularis.
d. Thorak
a) Payudara
Terdapat perubahan payudara, payudara membesar. Putting
mudah erektil.
Pruduksi colostrums 48 jam.
Memeriksa pada payudara jika terdapat massa, atau pembesaran
pembuluh limfe.
b) Tanda-tanda vital
Tekanan darah sama saat bersalin, suhu meningkat karena
dehidrasi pada awal post partum terjadi bradikardi
c) Volume darah
Menurun karena kehilangan darah dan kembali normal 3-4
minggu
persalinan normal : 200 – 500 cc.
d) Perubahan hematologic
Ht meningkat, leukosit meningkat, neutrophil meningkat.
e) Jantung
Kembali ke posisi normal, COP meningkat dan normal 2-3 minggu.
f) Paru
Fungsi paru kembali normal, RR : 16-24 x/menit, keseimbangan
asam-basa kembali setelah 3 minggu post partum.
g) Abdomen
Memeriksa bising usus pada empat kuadran.
Memeriksa fundus uteri, konsistensi, kekuatan kontraksi,
posisi, tinggi fundus.
8
Terjadi relaksasi pada otot abdomen karena terjadi tarikan saat
hamil. Diastasis rekti 2-4 cm, kembali normal 6-8 minggu post
partum.
Terdapat linea gravidarum, strie alba, albican.
h) Genetalia
Uterus: memeriksa apakah kondisi uterus sudah kembali dalam
kondisi normal.
Lochea
Memeriksa lochea : tipe, jumlah, bau.
Komposisi : Jaringan endometrial, darah, limfe.
Tahap
- Rubra (merah) : 1-3 hari.
- Serosa (pink kecoklatan)
- Alba (kuning-putih) : 10-14 hari
Lochea terus keluar sampai 3 minggu.
Bau normal seperti menstruasi, jumlah meningkat saat
berdiri.
Jumlah keluaran rata-rata 240-270 ml.
Serviks
Segera setelah lahir terjadi edema, bentuk distensi untuk
beberapa hari, struktur internal kembali dalam 2 minggu,
struktur eksternal melebar dan tampak bercelah.
Vagina
Nampak berugae kembali pada 3 minggu, kembali mendekati
ukuran seperti tidak hamil, dalam 6 sampai 8 minggu, bentuk
ramping lebar, produksi mukus normal dengan ovulasi.
Perinium dan Anus
Pemeriksaan perineum : REEDA (red, edema, ecchymosis,
discharge, loss of approximation)
Pemeriksaan adanya hemoroid.
9
Ekstremitas
Memeriksa apakah tangan dan kaki edema, pucat pada kuku
jari, hangat, adanya nyeri dan kemerahan.
Apakah ada varises.
Memeriksa refleks patella untuk mengetahui apakah terjadi
hypo atau hyper.
Memeriksa homans’ sign (nyeri saat kaki dorsofleksi pasif).
B. DIAGNOSE KEPERAWATAN
1. Nyeri akut b/d agen injuri fisik (trauma jalan lahir, epiostomi)
2. Perubahan pola eleminasi BAK (disuria) b/d trauma perineum dan
saluran kemih.
3. Perubahan pola eleminasi BAB (konstipasi) b/d kurangnya mobilisasi;
diet yang tidak seimbang; trauma persalinan.
4. Gangguan rasa nyaman (nyeri) b/d peregangan perineum; luka
episiotomi; involusi uteri; hemoroid; pembengkakan payudara.
5. Gangguan pemenuhan ADL b/d kelemahan; kelelahan post partum.
6. Resiko defisit volume cairan b/d pengeluaran yang berlebihan;
perdarahan; diuresis; keringat berlebihan.
7. Resiko infeksi b/d trauma jalan lahir
10
C. INTERVENSI KEPERWATAN
Diagnosa Perencanaan
Keperawatan Tujuan Intervensi
Nyeri akut b/d NOC : Pain Management
agen injuri fisik Pain Level, 1. Lakukan pengkajian nyeri secara
(peregangan Pain control, komprehensif termasuk lokasi,
perineum; luka Comfort level karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas
episiotomi; Setelah dilakukan askep dan faktor presipitasi (PQRST)
involusi uteri; selama …x 24 jam, Observasi reaksi nonverbal dari
hemoroid; diharapkan nyeri berkurang ketidaknyamanan
pembengkakan Kriteria Hasil : 2. Gunakan teknik komunikasi terapeutik
payudara). 1. Mampu mengontrol nyeri untuk mengetahui pengalaman nyeri
(tahu penyebab nyeri, pasien
mampu menggunakan 3. Ajarkan tentang teknik non farmakologi
tehnik nonfarmakologi 4. Evaluasi keefektifan kontrol nyeri
untuk mengurangi nyeri, 5. Motivasi untuk meningkatkan asupan
mencari bantuan) nutrisi yang bergizi.
2. Melaporkan bahwa nyeri 6. Tingkatkan istirahat
berkurang dengan 7. Latih mobilisasi miring kanan miring
menggunakan kiri jika kondisi klien mulai membaik
manajemen nyeri 8. Kaji kontraksi uterus, proses involusi
3. Mampu mengenali nyeri uteri.
(skala, intensitas, 9. Anjurkan pasien untuk membasahi
frekuensi dan tanda perineum dengan air hangat sebelum
nyeri) berkemih.
4. Menyatakan rasa nyaman 10. Anjurkan dan latih pasien cara merawat
setelah nyeri berkurang payudara secara teratur.
5. Tanda vital dalam rentang 11. Jelaskan pada ibu tetang teknik merawat
normal luka perineum dan mengganti PAD
11
TD : 120-140 /80 – 90 secara teratur setiap 3 kali sehari atau
mmHg setiap kali lochea keluar banyak.
RR : 16 – 24 x/mnt 12. Kolaborasi dokter tentang pemberian
N : 80- 100 x mnt analgesik
T : 36,5o C – 37,5 oC
Resiko defisit Fluid balance Fluid management
volume cairan Hydration 1. Observasi Tanda-tanda vital setiap 4
b/d pengeluaran Setelah dilakukan askep jam.
yang berlebihan; selama …x 24 jam, Pasien 2. Observasi Warna urine.
perdarahan; dapat mendemostrasikan 3. Status umum setiap 8 jam.
diuresis; status cairan membaik. 4. Pertahankan catatan intake dan output
keringat Kriteria evaluasi: tak ada yang akurat
berlebihan. manifestasi dehidrasi, resolusi 5. Monitor status hidrasi ( kelembaban
oedema, haluaran urine di atas membran mukosa, nadi adekuat, tekanan
30 ml/jam, kulit kenyal/turgor darah ortostatik ), jika diperlukan
kulit baik. 6. Monitor masukan makanan / cairan dan
hitung intake kalori harian
7. Lakukan terapi IV
8. Berikan cairan
9. Dorong masukan oral
10. Beritahu dokter bila: haluaran urine < 30
ml/jam, haus, takikardia, gelisah, TD di
bawah rentang normal, urine gelap atau
encer gelap.
11. Konsultasi dokter bila manifestasi
kelebihan cairan terjadi.
12. Pantau: cairan masuk dan cairan keluar
setiap 8 jam.
Perubahan pola Setelah dilakukan askep 1. Kaji haluaran urine, keluhan serta
eleminasi BAK selama …x 24 jam, Pola keteraturan pola berkemih.
12
(disuria) b/d eleminasi (BAK) pasien 2. Anjurkan pasien melakukan ambulasi
trauma teratur. dini.
perineum dan Kriteria hasil: eleminasi BAK 3. Anjurkan pasien untuk membasahi
saluran kemih. lancar, disuria tidak ada, perineum dengan air hangat sebelum
bladder kosong, keluhan berkemih.
kencing tidak ada. 4. Anjurkan pasien untuk berkemih secara
teratur.
5. Anjurkan pasien untuk minum 2500-
3000 ml/24 jam.
6. Kolaborasi untuk melakukan
kateterisasi bila pasien kesulitan
berkemih.
Perubahan pola Setelah dilakukan askep 1. Kaji pola BAB, kesulitan BAB, warna,
eleminasi BAB selama …x 24 jam, Pola bau, konsistensi dan jumlah.
(konstipasi) b/d eleminasi (BAB) teratur. 2. Anjurkan ambulasi dini.
kurangnya Kriteria hasil: pola eleminasi 3. Anjurkan pasien untuk minum banyak
mobilisasi; diet teratur, feses lunak dan warna 2500-3000 ml/24 jam.
yang tidak khas feses, bau khas feses,
seimbang; tidak ada kesulitan BAB, tidak 4. Kaji bising usus setiap 8 jam.
trauma ada feses bercampur darah dan 5. Pantau berat badan setiap hari.
persalinan. lendir, konstipasi tidak ada. 6. Anjurkan pasien makan banyak serat
seperti buah-buahan dan sayur-sayuran
hijau.
13
immobilisasi; Kriteria hasil: kelelahan berat, kelemahan, berkeringat,
kelemahan. - Menunjukkan peningkatan pusing atau pinsan.
dalam beraktifitas. 2. Tingkatkan istirahat, batasi aktifitas
- Kelemahan dan kelelahan pada dasar nyeri/respon hemodinamik,
berkurang. berikan aktifitas senggang yang tidak
- Kebutuhan ADL terpenuhi berat.
secara mandiri atau dengan 3. Kaji kesiapan untuk meningkatkan
bantuan. aktifitas contoh: penurunan
- frekuensi jantung/irama dan kelemahan/kelelahan, TD stabil/frek
Td dalam batas normal. nadi, peningaktan perhatian pada
- kulit hangat, merah muda dan aktifitas dan perawatan diri.
kering 4. Dorong memajukan aktifitas/toleransi
perawatan diri.
Resiko infeksi Setelah dilakukan askep 1. Pantau: vital sign, tanda infeksi.
b/d trauma jalan selama …x 24 jam, Infeksi 2. Kaji pengeluaran lochea, warna, bau dan
lahir. tidak terjadi. jumlah.
Kriteria hasil: tanda infeksi 3. Kaji luka perineum, keadaan jahitan.
tidak ada, luka episiotomi 4. Anjurkan pasien membasuh vulva setiap
kering dan bersih, takut habis berkemih dengan cara yang benar
berkemih dan BAB tidak ada. dan mengganti PAD setiap 3 kali perhari
atau setiap kali pengeluaran lochea
banyak.
14
5. Pertahnakan teknik septik aseptik dalam
merawat pasien (merawat luka
perineum, merawat payudara, merawat
bayi).
15
DAFTAR PUSTAKA
Hacker Moore. 1999. Esensial Obstetri dan Ginekologi Edisi 2. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC
16