Anda di halaman 1dari 12

Ada banyak penyakit kelainan darah, mulai dari yang paling umum seperti anemia,

sampai yang cukup jarang terdengar seperti polisitemia vera. Pengobatan untuk
masing-masing kondisi kelainan darah tidak selalu sama, beberapa di antaranya
kadang harus menempuh prosedur flebotomi demi memulihkan kondisinya. Ya,
flebotomi adalah salah satu jenis prosedur laboratorium yang memang dikhususkan
untuk mengobati beberapa penyakit kelainan darah, seperti polisitemia vera. Agar
lebih paham, berikut ulasan lengkapnya.

Flebotomi adalah salah satu cara atasi penyakit kelainan darah

Seperti yang sempat disinggung sebelumnya, phlebotomy atau flebotomi adalah


prosedur laboratorium yang dilakukan dengan mengeluarkan sejumlah darah. Jadi,
flebotomi dilakukan dengan cara memasukkan jarum ke dalam pembuluh darah
vena guna mengeluarkan darah dari dalam tubuh.

Proses ini sebenarnya bisa dilakukan pada bagian tubuh mana pun. Namun
biasanya, akan dipilih area lipatan siku karena memiliki ukuran pembuluh darah
vena yang cukup besar. Seperti proses pengambilan darah pada umumnya, kulit
akan dibersihkan terlebih dahulu dengan cairan antiseptik.

Selanjutnya, jarum berukuran agak besar mulai dimasukkan secara perlahan ke


dalam kulit. Ukuran jarum yang dipakai dalam flebotomi cukup besar, sehingga
berbeda dengan jarum yang biasanya digunakan untuk mengambil darah dalam
jumlah sedikit.

Ukuran jarum yang besar ini bertujuan untuk melindungi komponen sel yang
diambil agar tidak mudah hancur dan rusak. Semua prosedur ini dilakukan oleh
seorang ahli yang disebut flebotomist atau phlebotomist.

Flebotomist akan membantu mengeluarkan darah di dalam tubuh tergantung dari


berat dan tinggi badan Anda. Umumnya, mulai dari 450-500 mililiter (ml) atau
bahkan sekitar 1 liter darah, yang akan disesuaikan dengan kondisi tubuh Anda.

Darah yang sengaja dikeluarkan adalah komponen darah yang memang


bermasalah. Entah itu sel darah merah (eritrosit), sel darah putih (leukosit), plasma
darah, trombosit (keping darah), atau zat besi sebagai pembentuk sel darah merah.
Keputusan untuk mengeluarkan sejumlah komponen darah tersebut bukan tanpa
alasan. Pasalnya, jika terus dibiarkan berada di dalam tubuh untuk waktu lama,
tentu akan membawa dampak buruk yang mengancam kesehatan tubuh.

Apa saja penyakit yang membutuhkan tindakan flebotomi?

Ada beberapa kondisi yang membutuhkan prosedur flebotomi sebagai


perawatannya, yakni:

1. Polisitemia vera

Polsitemia vera adalah kondisi yang terjadi ketika terlalu banyaknya produksi sel
darah merah, sel darah putih, dan trombosit dari sumsum tulang belakang.
Akibatnya, jumlah komponen penyusun darah, terutama sel darah merah, yang
melebih batas normal tersebut akan membuat darah menjadi lebih kental.

Itulah mengapa nantinya laju aliran darah di dalam tubuh menjadi jauh lebih
lambat. Prosedur flebotomi adalah salah satu tindakan yang setidaknya mampu
mencegah perkembangan penyakit, sekaligus menurunkan jumlah produksi sel
darah merah.

2. Hemokromatosis

Hemokromatosis adalah suatu kondisi medis yang disebabkan oleh terlalu


banyaknya penyerapan zat besi dari makanan sehari-hari. Zat besi dalam jumlah
banyak ini kemudian disimpan di dalam organ tubuh, seperti jantung, hati, serta
pankreas.

Pengobatan dengan flebotomi diyakini dapat membantu mengurangi jumlah zat


besi yang berlebihan, dengan cara mengeluarkan sejumlah sel darah merah dari
dalam tubuh. Cara tersebut juga merangsang sumsum tulang belakang untuk
menghasilkan sel darah merah baru, menggunakan zat besi yang disimpan oleh
tubuh.

Jika tidak segera diobati, hemokromatosis berisiko merusak fungsi jantung, hati,
dan pankreas. Lebih dari itu, kondisi ini pun dapat mengancam nyawa karena
menyebabkan penyakit kanker, sirosis hati, hingga aritmia.
3. Porfiria

Porfiria adalah suatu kondisi langka yang terjadi karena proses pembentukan heme
(komponen dari sel darah merah), terhambat karena tubuh kekurangan enzim
tertentu. Normalnya, ada banyak enzim yang terlibat untuk mendukung proses
pembentukan heme.

Kekurangan salah satu enzim dapat mengakibatkan senyawa kimia menumpuk di


dalam tubuh, yang dikenal sebagai porfirin. Itu sebabnya, gejala dari porfirin ini
disebut porfiria, yang membuat kulit terbakar dan melepuh saat terkena sinar
matahari.

Dalam kasus ini, prosedur flebotomi akan membantu mengeluarkan sejumlah sel
darah merah dari tubuh.

Adakah efek samping dari tindakan flebotomi?

Setiap prosedur kesehatan yang dilakukan tentu memiliki efek samping tertentu,
tak terkecuali dengan flebotomi. Efek samping utama dari prosedur pengeluaran
darah dari dalam tubuh ini dapat mengubah volume darah dalam tubuh.

Atas dasar inilah, beberapa orang mengeluhkan pusing karena hemoglobin darah
merosot rendah (anemia) usai melakukan flebotomi.

Inilah mengapa setelah donor darah, teknisi meminta Anda untuk duduk perlahan
sebelum berdiri. Anda harus minum banyak air sesudahnya. Jika gejalanya
menetap atau tidak dapat ditoleransi, setelah darah dikeluarkan, cairan normal salin
dapat diberikan melalui infus untuk menggantikan volume yang dihilangkan.

Baca Juga:

 Berbagai Penyakit Kelainan Darah yang Paling Umum, Selain Anemia


 8 Jenis Kanker Ini Ternyata Bisa Dideteksi Lewat Tes Darah
 Berkenalan Dengan Spesialis Hematologi, Dokter yang Menangani Masalah
Darah
Leukosit adalah satu dari empat komponen darah manusia.

Leukosit adalah nama lain dari sel darah putih yang menjadi bagian dari sistem
kekebalan tubuh alias sistem imun.

Sel darah putih berfungsi melacak kemudian melawan mikroorganisme atau


molekul asing penyebab penyakit atau infeksi, seperti bakteri, virus, jamur, atau
parasit. Tidak hanya memerangi kuman yang menyebabkan penyakit dan infeksi,
sel darah putih juga berusaha melindungi kita terhadap agen asing yang menjadi
ancaman.

Sementara beberapa sel leukosit langsung bekerja membunuh kuman penyakit


sampai tuntas, ada beberapa sel darah putih lainnya yang menghasilkan senjata
dalam bentuk antibodi untuk melindungi tubuh. Ada pula sel darh putih yang
fungsinya sebatas memberi tahu pasukan leukosit “penyerang” bahwa penyakit
telah terjadi.

Nah dari penjelasan di atas, Anda kini tahu bahwa sel darah putih ada banyak
jenisnya. Mari kita selidiki masing-masing secara detail.

Jenis leukosit dan fungsinya masing-masing

Ada lima jenis leukosit berbeda yang mengembang tugas spesifik berdasarkan
kemampuan masing-masing dan jenis molekul asing yang dilawan. Lima
komponen sel darah putih ini disebut neutrofil, basofil, eosinofil, monosit, dan
limfosit.

1. Neutrofil

Hampir setengah dari jumlah sel darah putih dalam tubuh adalah sel neutrofil.
Neutrofil adalah sel pertama dari sistem kekebalan tubuh yang merespons dengan
cara menyerang bakteri atau virus.

Sebagai tameng utama, neutrofil juga akan mengirimkan sinyal yang memperingati
sel-sel lain dalam sistem kekebalan tubuh untuk merespons bakteri atau virus
tersebut. Neutrofil umumnya ada pada nanah yang keluar dari infeksi atau luka di
tubuh Anda.

Sel darah putih ini akan keluar setelah dilepaskan dari sumsum tulang, dan
bertahan di tubuh hanya sekitar 8 jam. Tubuh Anda dapat memproduksi sekitar 100
miliar sel neutrofil tiap hari.
2. Eosinofil

Eosinofil adalah bagian dari leukosit yang berfungsi melawan bakteri dan infeksi
parasit (seperti cacing). Eosinofil juga bekerja ketika seseorang mengalami reaksi
alergi. Apabila jumlah sel eosinofil berlebihan, maka umumnya ini adalah hasil
dari respon imun terhadap zat penyebab alergi.

Eosinofil jumlahnya hanya sekitar 1 persen dari sel darah putih dalam aliran darah
Anda, namun pada sistem pencernaan Anda jumlahnya lebih tinggi.

3. Basofil

Basofil adalah sel darah putih yang jumlahnya hanya sekitar 1 persen. Basofil
berfungsi untuk meningkatkan respons imun non-spesifik terhadap patogen.
Basofil adalah sel yang paling dikenal karena perannya memunculkan asma.

Ketika dirangsang dengan adanya pemicu asma, seperti debu, sel basofil akan
melepaskan histamin. Basofil inilah yang dapat menyebabkan peradangan dan
bronkokonstriksi di saluran pernapasan Anda.

4. Limfosit (limfosit B dan limfosit T)

Limfosit adalah sel darah putih yang penting untuk menjaga sistem kekebalan
tubuh. Limfosit T bertanggung jawab untuk membunuh bakteri dan virus secara
langsung. Sedangkan limfosit B fungsinya membuat antibodi untuk melawan
antigen.

5. Monosit

Monosit adalah sel darah putih yang bisa dibilang sebagai truk sampah. Sel
leukosit ini jumlahnya ada sekitar 5 persen dari keseluruhan sel darah putih. Fungsi
truk sampah monosit ini adalah berpindah ke jaringan-jaringan dalam tubuh
sembari membersihkan sel-sel mati di dalamnya.

Penting untuk melakukan tes darah apabila ditemukan gejala penyakit seperti
infeksi virus dan bakteri. Anda bisa melakukan tes sel darah putih di puksesmas,
klinik atau pun rumah sakit.

Menurut standar American Associaton of Family Physician (AAFP), berikut


adalah kadar normal leukosit apabila dihitung berdasarkan kategori usia:
 Anak bayi baru lahir kadar sel darah putih normalnya sebanyak 13.000 –
38.000/mm3
 Bayi dan anak-anak kadar normalnya 5.000 – 20.000/mm3
 Orang dewasa kadar sel darah putih normalnya berkisar 4.500 –
11.000/mm3
 Wanita hamil (trimester tiga) beriksar5.800 – 13.200/mm3

Apabila jumlah sel darah putih berlebih, umumnya hal itu disebut leukositosis.
Melacak jumlah sel darah putih umumnya dibarengi juga dengan tes sel darah
merah.

Penyebab jumlah leukosit naik atau turun

Seperti yang telah dijelaskan di atas, bahwa sel darah putih penting untuk menjaga
sistem kekebalan imun tubuh. Apabila sel darah putih jumlahnya sedikit, Anda jadi
rentan kena penyakit. Apabila sel darah putih berlebih hal itu juga berbahaya.

Tes darah yang menunjukkan jumlah sel darah putih kurang dari 4.000 per
mikroliter (beberapa ahli ada juga yang mengatakan bahwa batas minimalnya
kurang dari 4.500) dapat menandakan bahwa tubuh Anda mungkin tidak dapat
melawan infeksi seperti seharusnya. Jumlah leukosit rendah ini juga disebut
sebagai leukopenia.

Sedangkan sel darah putih berlebih disebut leukositosis. Umumnya, leukositosis


yang serius dan perlu dikhawatirkan adalah bila jumlah sel darah putih naik sampai
di atas 100.000/mm3

Penyakit yang ditandai dengan jumlah sel darah putih tinggi

Beberapa kondisi berikut ini juga bisa menyebabkan sel darah putih berlebih:

 Infeksi.
 Adanya kanker seperti leukemia, limfoma, dan mieloma. Kondisi tersebut
terjadi ketika banyak sel darah putih diproduksi.
 Peradangan seperti penyakit radang usus dan gangguan autoimun.
 Trauma tubuh atau mental, seperti adanya patah tulang dan stres.
 Anda sedang hamil. kehamilan bisa membuat jumlah sel darah putih
meningkat.
 Asma dan alergi yang ditandai dengan meningkatnya sel darah putih
eosinofil.
Penyebab sel darah putih rendah

Kondisi yang dapat menyebabkan jumlah sel darah putih rendah meliputi:

 Infeksi parah
 Kerusakan atau gangguan sumsum tulang, termasuk anemia aplastik.
 Penyakit autoimun seperti lupus

Baca Juga:

 Apa Artinya Kalau Jumlah Sel Darah Putih Naik Waktu Tes Darah?
 6 Buah-buahan yang Bisa Meningkatkan Jumlah Sel Darah Merah
 Apa yang Akan Terjadi Setelah Transplantasi Sel Darah dan Batang
Sumsum
 Phlebotomi berkaitan dengan kegiatan mendapatkan spesimen darah dari pasien untuk
diperiksa secara laboratorium. Di dalam tindakan phlebotomi, seorang phlebotomis
(pelaksana phlebotomi) perlu mengetahui darah apa yang akan diambil, peralatan apa yang
akan dipakai, dibagian anatomi mana mengambilnya, adakah iv-line yang sudah terpasang,
bagaimana mencegah infeksi, bagaimana mencegah atau mengurangi rasa sakit, bagaimana
berkomunikasi dengan pasien - termasuk memperoleh persetujuannya, bagaimana
prosedur pelaksanaan yang benar agar tepat mengenai vena, dan faktor keselamatan
(safety). Oleh sebab itu, masalah medikolegal yang dapat ditarik adalah masalah siapa
pelaksana phlebotomi (kompetensi dan kewenangannya), bagaimana prosedur standarnya,
perlukah supervisi, dan siapa yang bertanggungjawab atas risiko yang terjadi.

Di dalam praktek, phlebotomi di rumah sakit atau di laboratorium dapat dilakukan oleh
perawat atau analis laboratorium atau orang yang dilatih khusus untuk itu, yang selanjutnya
akan disebut sebagai teknisi phlebotomi.

Kemampuan atau kompetensi diperoleh seseorang dari pendidikan atau pelatihannya,


sedangkan kewenangan atau authority diperoleh dari penguasa atau pemegang otoritas di
bidang tersebut melalui pemberian ijin. Kewenangan memang hanya diberikan kepada
mereka yang memiliki kemampuan, namun adanya kemampuan tidak berarti dengan
sendirinya memiliki kewenangan.

Sebagai dokter, perawat, dan bidan, kompetensi dalam melakukan tindakan phlebotomi
telah dimilikinya dan kewenangan melakukannya pun telah dimilikinya, tanpa disebutkan
secara eksplisit di dalam sertifikasi kompetensinya dan atau surat ijin praktek profesinya.
Sedangkan bagi analis laboratorium dan teknisi phlebotomi, kompetensi mereka diperoleh
dari pendidikan menengah atau pelatihan atau kursus, sehingga kompetensinya harus
dinyatakan secara tegas di dalam sertifikat kompetensinya. Sertifikat kompetensi tersebut
harus dikeluarkan oleh lembaga pendidikan yang terakreditasi atau oleh lembaga sertifikasi
tertentu. Pendidikan analis laboratorium dan teknisi phlebotomi bukanlah pendidikan
profesi, bukan pula pendidikan vokasi.
Dalam peraturan perundangundangan di Indonesia belum diatur tenaga kesehatan yang
disebut sebagai teknisi phlebotomi, oleh karena itu teknisi phlebotomi belum sah sebagai
salah satu tenaga kesehatan. Ada kecenderungan bahwa suatu pekerja di bidang kesehatan
akan lebih mudah diakui sebagai tenaga kesehatan apabila pendidikannya setidaknya
mencapai D3. Hal ini perlu dilakukan agar konsumen kesehatan terjamin kepentingan dan
keselamatannya. Sementara itu analis kesehatan telah merupakan tenaga kesehatan
sebagaimana diatur dalam PP 32 tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan, meskipun belum
ada permenkes yang mengaturnya lebih lanjut, terutama yang berkaitan dengan
kewenangannya melakukan phlebotomi.

Dengan demikian kewenangan melakukan oleh teknisi phlebotomi ataupun oleh analis
kesehatan belum diakui sebagai suatu kewenangan yang mandiri, namun harus dianggap
sebagai kewenangan yang memerlukan supervisi dari keprofesian yang menjadi "pemberi
kerjanya" sebagai penanggung-jawabnya. Etika dan standar pekerjaannya pun harus
ditetapkan, diatur dan ditegakkan oleh penanggungjawabnya.

Menurut UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional disebutkan bahwa :
sertifikat kompetensi diberikan oleh penyelenggara pendidikan dan lembaga pelatihan
kepada peserta didik dan warga masyarakat sebagai pengakuan terhadap kompetensi untuk
melakukan pekerjaan tertentu setelah lulus uji kompetensi yang diselenggarakan oleh
satuan pendidikan yang terakreditasi atau lembaga sertifikasi (Pasal 61 ayat 3). Lalu dalam
penjelasan Pasal 15 disebutkan bahwa pendidikan profesi merupakan pendidikan tinggi
setelah program sarjana yang mempersiapkan peserta didik untuk memiliki pekerjaan
dengan persyaratan keahlian khusus. Pendidikan vokasi merupakan pendidikan tinggi yang
mempersiapkan peserta didik untuk memiliki pekerjaan dengan keahlian terapan tertentu
maksimal setara dengan program sarjana

Etika Profesi dan Standar Profesi


Etika profesi dibuat oleh organisasi profesi, atau tepatnya masyarakat profesi, untuk
mengatur sikap dan tingkah-laku para anggotanya, terutama berkaitan dengan moralitas.
Etika profesi di bidang kesehatan mendasarkan ketentuan-ketentuan di dalamnya kepada
etika umum dan sifat-sifat khusus moralitas profesi pengobat pada umumnya, seperti
patient autonomy, beneficence, non maleficence, justice, truth telling, privacy,
confidentiality, loyality, dll. Etika profesi bertujuan untuk mempertahankan keluhuran
profesi dan melindungi masyarakat yang berhubungan dengan profesi tersebut. Etika
profesi umumnya dituliskan dalam bentuk Kode Etik dan pelaksanaannya diawasi oleh
sebuah Majelis atau Dewan Kehormatan Etik

Standar Profesi terdiri dari 3 bagian, yaitu (a) standar kompetensi yang telah dibahas di
atas sebagai bagian dari persyaratan profesi, (b) standar perilaku yang sebagian diatur
dalam kode etik, dan (c) standar pelayanan. Standar pelayanan, yang dalam UU Kesehatan
disebut sebagai standar profesi, diartikan sebagai pedoman yang harus dipergunakan
sebagai petunjuk dalam menjalankan profesi secara baik.

UU No.18 tahun 2002 tentang IPTEK menjelaskan bahwa Dewan Kehormatan Kode Etik
dibentuk oleh organisasi profesi untuk menegakkan etika, pelaksanaan kegiatan profesi
serta menilai palanggaran profesi yang dapat merugikan masyarakat atau kehidupan
profesionalisme di lingkungannya (Pasal 25). Ketentuan dalam ayat ini dimaksudkan untuk
memberikan landasan di bidang profesi untuk menjamin perlindungan masyarakat atas
penyimpangan pelaksanaan profesi.

Pembinaan dan Pengawasan Pelaksanaan Phlebotomi


Organisasi profesi membuat kode etik dan standar profesi, mengawasi pelaksanaannya, dan
memberikan sanksi bagi mereka yang melanggarnya dengan atau tanpa adanya korban atau
kerugian. Semuanya itu ditujukan untuk melindungi masyarakat, khususnya pengguna jasa
profesi. Upaya itu merupakan bagian dari akuntabilitas profesi. Majelis atau Dewan
Kehormatan Etik-lah yang melakukan pengawasan, pemeriksaan dan pemberian sanksi
atas pelanggaran etik dan disiplin profesi.

Sebuah profesi dikatakan akuntabel apabila organisasinya dapat memastikan bahwa


pelayanan profesional di bidang itu hanya dilaksanakan oleh orang-orang yang kapabel
atau kompeten. Organisasi profesi dapat membentuk Dewan Kehormatan Kode Etik yang
akan melaksanakan proses persidangan, pemberian sanksi dan pembinaan.

Tanggung Jawab Hukum


Tanggung jawab hukum kepada pasien dapat terjadi sebagai akibat dari suatu tindakan
yang melanggar hukum atau merugikan pasien. Sifatnya pun merupakan kesengajaan atau
kelalaian. Pelanggaran hukum dapat berupa tindakan tanpa informfed concent,
pelanggaran susila, pengingkaran atas janji atau jaminan, dsb.

Kelalaian diartikan sebagai suatu perbuatan yang seharusnya tidak dilakukan atau tidak
melakukan perbuatan yang seharusnya dilakukan oleh orang-orang yang berkualifikasi
sama pada situasi dan kondisi yang identik. Pertanggung jawabannya dapat berupa pidana
dengan ancaman hukuman tertentu dan dapat pula perdata dalam bentuk ganti rugi.

Tanggung jawab pidana diberikan langsung kepada pelakunya apabila kompetensi itu telah
sah atau terakreditasi, atau menjadi tanggung jawab pemberi perintah apabila dalam
kondisi sebaliknya. Penanggung jawab dianggap telah lalai memberikan perintah kepada
orang untuk melakukan tindakan di luar kompetensinya, padahal diketahuinya bahwa
kesalahan atau kerugian dapat terjadi karenanya.
Tanggung jawab perdatanya menjadi beban pemberi kerja berdasarkan doktrin respondeat
superior atau Pasal 1367 KUH Perdata.

Inform Concent (Persetujuan Medik)


Inform concent adalah persetujuan yang diberikan oleh pasien atau keluarganya atas dasar
penjelasan mengenai tindakan medik yang akan dilakukan terhadap pasien tersebut.
Dasar hukum dari inform concent adalah : (1) Keputusan Menteri Kesehatan No.
585/Menkes/PER/IX/1989 Tentang Persetujuan Tindakan Medik, (2) UU No. 23 tahun
1992 tentang Kesehatan, pada Pasal 53 ayat (2) dan penjelasannya, dan (3) PP No. 18 tahun
1981 tentang Bedah Mayat Anatomis serta Transplantasi Alat atau Jaringan Tubuh
Manusia.

Unsur-unsur yang terdapat dalam informed concent meliputi : (1) etiologi/patogenesis


penyakit, berisikan tentang mengapa penyakit itu muncul, kemungkinan lanjut penyakit itu
jika tidak dilakukan perawatan, (2) diagnosis penyakit, merupakan sebutan nama dari
penyakit yang diderita menurut bahasa kedokteran, (3) rencana perawatan, berisikan
penjelasan tentang jalannya perawatan dan pengobatan yang akan dilakukan, dan (4) risiko,
kemungkinan yang bisa muncul dari upaya perawatan yang dilakukan.

Fungsi dari informed concent adalah : (1) promosi dari hak otonomi perorangan, (2)
proteksi dari pasien dan subyek, (3) mencegah terjadinya penipuan dan paksaan, (4)
menimbulkan rangsangan kepada profesi medis untuk introspeksi diri, (5) promosi dari
keputusan yang rasional, dan (6) keterlibatan masyarakat dalam memajukan prinsip
otonomi sebagai suatu nilai sosial dan mengadakan pengawasan dalam penyelidikan
biomedik.

Hak pasien dalam inform concent : (1) hak untuk memperoleh informasi mengenai
penyakitnya dan tindakan apa yang hendak dilakukan dokter terhadap dirinya, (2) hak
untuk memperoleh jawaban atas pertanyaan yang diajukan, (3) hak untuk memilih
alternatif lain (jika ada), dan (4) hak untuk menolak usul tindakan yang hendak dilakukan

Dasar adanya inform concent adalah : (1) hubungan dokter pasien berdasarkan atas
kepercayan, (2) hak pasien untuk menentukan apa yang dikehendaki terhadap dirinya
sendiri, dan (3) adanya hubungan kontrak terapeutik antara dokter dan pasien.

Dengan demikian, aspek medikolegal phlebotomi yang utama adalah pertanggungjawaban


atau akuntabilitas profesi patologi klinik beserta SDM yang bekerja dalam lingkup
keprofesiannya kepada masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai