Case Report Dr. Simon - BPPV
Case Report Dr. Simon - BPPV
Pembimbing:
dr. Halomoan Simon Tambunan, Sp.S, M.Si, Med
Disusun oleh:
Ahmad Alvin Dictara, S.Ked
Arinda Stefani, S.Ked
Dicky Auliansyah, S.Ked
Fidya Cahya Sabila, S.Ked
Fitri Nadia Silvani, S.Ked
Hanifah Salma Ramadhani, S.Ked
Haula Rizqiyah, S.Ked
Nabila Casogi A, S.Ked
Okta Della Susmitha, S.Ked
Ria Andriana, S.Ked
Pertama saya ucapkan terima kasih kepada Allah SWT. karena atas rahmat-
Nya sehingga kami dapat menyelesaikan laporan kasus yang berjudul
“Benign Paroxysmal Positional Vertigo” tepat pada waktunya. Adapun
tujuan pembuatan laporan kasus ini adalah sebagai salah satu syarat dalam
mengikuti dan menyelesaikan Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Syaraf
Rumah Sakit Umum Ahmad Yani Metro.
Penulis
BAB I
STATUS PASIEN
A. Identitas Pasien
Nama : Tn. E
Umur : 51 tahun
Alamat : Yosomulyo, Metro Pusat
Agama : Islam
Pekerjaan : Pensiun PNS
Status : Menikah
Suku : Jawa
Tanggal Masuk : 9 Desember 2019
Tanggal Anamnesis : 9 Desember 2019
No. MR : 277442
Riwayat Pengobatan
Aspilet
Furosemide
ISDN
Spironolaktone
Ramipril
Status Generalis
Kepala
Rambut : Hitam, lurus, tidak mudah dicabut
Mata : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik
Telinga : Liang lapang, simetris, serumen minimal
Hidung : Sekret (-), pernafasan cuping hidung (-)
Mulut : Sianosis (-)
Leher
Pembesaran KGB : tidak ada pembesaran KGB
Pembesaran Tiroid : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
Trakhea : di tengah
Cor
Inspeksi : Iktus kordis tidak tampak
Palpasi : Iktus kordis teraba ICS V axilla anterior
Perkusi : Batas jantung melebar
Auskultasi : Bunyi jantung I-II reguler, murmur(-), gallop(-)
Pulmo
Inspeksi : Normothorax, pergerakan dinding dada simetris
Palpasi : Nyeri tekan (-/-)
Perkusi : Sonor pada seluruh lapangan paru
Auskultasi : Vesikuler (+/+), wheezing (-/-), ronkhi (-/-)
Abdomen
Inspeksi : Datar
Auskultasi : BU (+) 8/menit
Perkusi : Timpani
Palpasi : Nyeri tekan (-), organomegali (-)
Extremitas
Superior : oedem (-/-), sianosis (-/-), turgor kulit baik
Inferior : oedem (-/-), sianosis (-/-), turgor kulit baik
Status Neurologis
Saraf Kranialis N.Olfactorius (N.I)
Daya penciuman : Normosmia
N.Opticus (N.II)
Tajam penglihatan : Normal
Lapang penglihatan : Sama dengan pemeriksa
Tes warna : tidak buta warna
Fundus oculi : tidak dilakukan
N.Trigeminus (N.V)
Sensibilitas
Ramus oftalmikus : +/+
Ramus maksilaris : +/+
Ramus mandibularis : +/+
Motorik
M. masseter :+
M. temporalis :+
M. pterygoideus :+
Refleks
Refleks kornea : (+/+)
Refleks bersin : Tidak dilakukan
N.Fascialis (N.VII)
Inspeksi Wajah Sewaktu
Diam : simetris
Tertawa : simetris
Meringis : simetris
Bersiul : simetris
Menutup mata : simetris
Sensoris
Pengecapan 2/3 depan lidah : normal
N.Acusticus (N.VIII)
N.cochlearis
Ketajaman pendengaran : baik
Tinitus : (-/-)
N.vestibularis
Test vertigo : Dix Hallpike tidak dilakukan, test romberg tidak
dilakukan
Nistagmus : Horizontal
N.Accesorius (N.XI)
M.Sternocleidomastodeus: simetris
M.Trapezius : simetris
N.Hipoglossus (N.XII)
Atropi : (-)
Fasikulasi : (-)
Deviasi : (-)
Koordinasi
Tes telunjuk hidung : Tidak dilakukan
Tes pronasi supinasi : Tidak dilakukan
HEMATOLOGI
Hematokrit 43.7 41 – 54 %
MCV 85.9 80 – 92 fL
MCH 30,6 27 – 31 pg
E. Resume
Telah diperiksa pasien atas nama Tn. E usia 51tahun dengan hasil
anamnesis pasien mengeluhkan keluhan pusing berputar yang dirasakan
sejak 1 jam SMRS secara tiba-tiba dan serangan hilang timbul selama 3 jam.
Perubahan posisi ke arah kiri memperberat keluhan. Keluhan berkurang
apabila pasien menutup mata. Gejala penyerta berupa muntah sebanyak 5x
didahului dengan mual. Keluhan dirasakan baru pertama kali.
Penurunan pendengaran ataupun telinga berdenging (-). Riwayat batuk pilek
(-). Pada saat ini pasien mengatakan keluhan pusing berputar sudah
berkurang. Pasien memiliki riwayat penyakit jantung.
Dari pemeriksaan fisik didapatkan tanda tanda vital dalam batas normal,
status gizi dalam batas normal, pemeriksaan neurologis ditemukan adanya
nistagmus horizontal, sistem motorik dan sensibilitas dalam batas normal.
F. Diagnosis
G. Diagnosis Banding
BPPV
Meniere
Neuritis vestibuler
H. Penatalaksanaan
Rehidrasi Cairan
Asering + sohobion = 20 tpm
Antiemetic
Ondansetron 2x4mg
PPI
Omeprazole 1x40mg
Antivertigo
Betahistin mesylate 3x6mg
Analgetik
Paracetamol 3x500mg
Muscle relaxants
Eperisone 3x50mg
I. Prognosis
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Vertigo berasal dari bahasa latin vertere yang artinya memutar – merujuk
pada sensasi berputar sehingga mengganggu rasa keseimbangan seseorang,
umumnya disebabkan oleh gangguan pada sistem keseimbangan.
2.2 Etiologi
VERTIGO PERIFER
Penyebab vertigo dapat berasal dari perifer yaitu dari organ vestibuler
sampai ke inti nervus VIII sedangkan kelainan sentral dari inti nervus VIII
sampai ke korteks. Berbagai penyakit atau kelainan dapat menyebabkan
vertigo. Penyebab vertigo serta lokasi lesi :
1. Labirin, telinga dalam
a. vertigo posisional paroksisimal benigna
b. pasca trauma
c. penyakit menierre
d. labirinitis (viral, bakteri)
e. toksik (misalnya oleh aminoglikosid, streptomisin, gentamisin)
f. oklusi peredaran darah di labirin
g. fistula labirin
VERTIGO SENTRAL
1. Supratentorial
a. Trauma
b. Epilepsi
2. Infratentorial
a. Insufisiensi vertebrobasiler
3. Obat
c. Vertigo ketinggian
Adalah suatu instabilitas subjektif dari keseimbangan postural dan
lokomotor oleh karena induksi visual, disertai rasa takut jatuh, dan
gejala-gejala vegetatif.
2. Patologik
a. Sentral: diakibatkan oleh kelainan pada batang otak atau cerebellum.
2. Meniere Disease
Ménière’s disease ditandai dengan vertigo yang intermiten diikuti
dengan keluhan pendengaran. Gangguan pendengaran berupa
tinnitus (nada rendah), dan tuli sensoris pada fluktuasi frekuensi
yang rendah, dan sensasi penuh pada telinga. Ménière’s disease
terjadi pada sekitar 15% pada kasus vertigo otologik. Ménière’s
disease merupakan akibat dari hipertensi endolimfatik. Hal ini
terjadi karena dilatasi dari membrane labirin bersamaan dengan
kanalis semisirularis telinga dalam dengan peningkatan volume
endolimfe. Hal ini dapat terjadi idiopatik atau sekunder akibat
infeksi virus atau bakteri telinga atau gangguan metabolic.
3. Vestibular Neuritis
Vestibular neuritis ditandai dengan vertigo, mual, ataxia, dan
nistagmus. Hal ini berhubungan dengan infeksi virus pada nervus
vestibularis. Labirintis terjadi dengan komplek gejala yang sama
disertai dengan tinnitus atau penurunan pendengaran. Keduanya
terjadi pada sekitar 15% kasus vertigo otologik.
Vertigo Sentral
Beberapa peyakit yang menyebabkan vertigo sentral:
1. Migraine
Vertigo menjadi gejala yang sering dilaporkan pada 27-33% pasien
dengan migraine.Sebelumnya telah dikenal sebagai bagian dari aura
(selain kabur, penglihatan ganda dan disarthria) untuk basilar
migraine dimana juga didapatkan keluhan sakit kepala sebelah.
Vertigo pada migraine lebih lama dibandingkan aura lainnya, dan
seringkali membaik dengan terapi yang digunakan untuk migraine.
2. Vertebrobasiler Insufficiency
Vertebrobasilar insufficiency biasanya terjadi dengan episode
rekuren dari suatu vertigo dengan onset akut dan spontan pada
kebanyakan pasien terjadi beberapa detik sampai beberapa menit.
Lebih sering pada usia tua dan pada paien yang memiliki factor
resiko cerebrovascular disease. Sering juga berhungan dengan gejala
visual meliputi inkoordinasi, jatuh, dan lemah. Pemeriksaan
diantara gejala biasanya normal.
3. Tumor Intrakranial
Tumor intracranial jarang memberi manifestasi klinik vertigo
dikarenakan kebanyakan adalah tumbuh secara lambat sehingga ada
waktu untuk kompensasi sentral. Gejala yang lebih sering adalah
penurunan pendengaran atau gejala neurologis. Tumor pada fossa
posterior yang melibatkan ventrikel keempat atau Chiari
malformation sering tidak terdeteksi di CT scan dan butuh MRI
untuk diagnosis. Multipel sklerosis pada batang otak akan ditandai
dengan vertigo akut dan nistagmus walaupun biasanya didaptkan
riwayat gejala neurologia yang lain dan jarang vertigo tanpa gejala
neurologia lainnya.
Tabel 1. Perbedaan Vertigo Perifer Dan Vertigo Sentral
2.4 Patofisiologi
Vertigo timbul jika terdapat gangguan alat keseimbangan tubuh yang
mengakibatkan ketidakcocokan antara posisi tubuh (informasi aferen) yang
sebenarnya dengan apa yang dipersepsi oleh susunan saraf pusat (pusat
kesadaran). Susunan aferen yang terpenting dalam sistem ini adalah susunan
vestibuler atau keseimbangan yang secara terus menerus menyampaikan
impulsnya ke pusat keseimbangan. Susunan lain yang berperan ialah
sistem optik dan pro-prioseptik, jaras-jaras yang menghubungkan nuklei
vestibularis dengan nuklei N.III, IV dan VI, susunan vestibuloretikularis,
dan vestibulospinalis. Informasi yang berguna untuk keseimbangan tubuh
akan ditangkap oleh reseptor vestibuler, visual, dan proprioseptik; reseptor
vestibuler memberikan kontribusi paling besar, yaitu lebih dari 50% disusul
kemudian reseptor visual dan yang paling kecil kontribusinya adalah
proprioseptik.
4. Teori Otonomik
Teori ini menekankan perubahan reaksi susunan saraf otonom sebagai
usaha adaptasi gerakan/perubahan posisi, gejala klinis timbul jika sistim
simpatis terlalu dominan, sebaliknya hilang jika sistim parasimpatis
mulai berperan.
5. Teori Neurohormonal
Di antaranya teori histamin (Takeda), teori dopamin (Kohl) dan teori
serotonin (Lucat) yang masing-masing menekankan peranan
neurotransmiter tertentu dalam mempengaruhi sistim saraf otonom yang
menyebabkan timbulnya gejala vertigo
6. Teori Sinap
Merupakan pengembangan teori sebelumnya yang meninjau peranan
neurotransmisi dan perubahan-perubahan biomolekuler yang terjadi pada
proses adaptasi, belajar dan daya ingat. Rangsang gerakan menimbulkan
stres yang akan memicu sekresi CRF (corticotropin releasing factor),
peningkatan kadar CRF selanjutnya akan mengaktifkan susunan saraf
simpatik yang selanjutnya mencetuskan mekanisme adaptasi berupa
meningkatnya aktivitas sistim saraf parasimpatik. Teori ini dapat
menerangkan gejala penyerta yang sering timbul berupa pucat,
berkeringat di awal serangan vertigo akibat aktivitas simpatis, yang
berkembang menjadi gejala mual, muntah dan hipersalivasi setelah
beberapa saat akibat dominasi aktivitas susunan saraf parasimpatis.
Perifer Sentral
Bangkitan vertigo Mendadak Lambat
Derajat vertigo Berat Ringan
Pengaruh gerakan kepala (+) (-)
Gejala otonom (++) (-)
Gangguan pendengaran (+) (-)
Selain itu kita bisa membedakan vertigo sentral dan perifer berdasarkan
nystagmus. Nystagmus adalah gerakan bola mata yang sifatnya involunter,
bolak balik, ritmis, dengan frekuensi tertentu. Nystagmus merupakan
bentuk reaksi dari refleks vestibulo oculer terhadap aksi tertentu.
Nystagmus bisa bersifat fisiologis atau patologis dan manifes secara
spontan atau dengan rangsangan alat bantu seperti test kalori, tabung
berputar, kursi berputar, kedudukan bola mata posisi netral atau
menyimpang atau test posisional atau gerakan kepala.
Pada vertigo sentral mual dan muntah tidak terlalu parah. Gejala neurologis
berupa kelemahan, disarthria, gangguan penglihatan dan pendengaran,
parestesia, penurunan kesadaran, ataksia atau perubahan lain pada fungsi
sensori dan motoris lebih mengarahkan diagnosis ke vertigo sentral
misalnya penyakit cererovascular, neoplasma, atau multiple sklerosis. Pasien
dengan migraine biasanya merasakan gejala lain yang berhubungan dengan
migraine misalnya sakit kepala yang tipikal (throbbing, unilateral, kadnag
disertai aura), mual, muntah, fotofobia, dan fonofobia. 21-35 persen pasien
dengan migraine mengeluhkan vertigo
2.7 Diagnosis
A. BPPV
Gejala Klinis yang akan timbul :
a. Pusing seperti berputar, langsung dalam waktu singkat, biasanya
kurang dari 30 detik, bisa disertai dengan keluhan mual dan muntah.
b. Memberat pada perubahan posisi kepala dan tubuh, kelelahan dan
ketegangan.
c. Tidak didapatkan gangguan pendengaran.
d. Tidak didapatkan defisit neurologis lainnya.
e. Serangan. Umumnya BPPV menghilang sendiri dalam beberapa hari
sampai minggu dan kadang-kadang bisa kambuh lagi.
Pemeriksaan fisik
a. Diagnosis dengan hidrops endolimfatik didasarkan pada gejala klinis.
Tidak ada tes diagnostik khusus untuk penyakit meniere dan diagnosis
definitif hanya dapat dibuat postmortem.
b. Diagnosis klinis pada sebagian pasien adalah berdasarkan riwayat,
evaluasi neurologik dan respon klinis untuk manajemen medis.
Pemeriksaan penunjang
a. Audiometri : didapatkan tuli sensorineural pada frekuensi rendah, atau
kombinasi frekuensi rendah dan tinggi.
b. Test vestibular : abnormal pada sisi yang terkena. Menggunakan tes
elektronistagmografi (ENG), test kursi berputar, dan dinamik
posturografi komputerisasi.
c. Tes Gliserin : pasien diberikan minum gliserin 1,2ml/kgbb setelah itu
diperiksa tes kalori dan audiogram. Setelah 2 jam diperiksa kembali
dan dibandingkan. Adanya perbedaan bermakna menunjukkan adanya
hydrops endolimfe.
2.8 Penatalaksanaan
Karena penyebab vertigo beragam, sementara penderita seringkali merasa
sangat terganggu dengan keluhan vertigo tersebut, seringkali menggunakan
pengobatan simptomatik. Lamanya pengobatan bervariasi. Sebagian besar
kasus terapi dapat dihentikan setelah beberapa minggu. Beberapa golongan
yang sering digunakan:
Non Medikamentosa
Pasien dilakukan latihan vestibular (vestibular exercise) dengan metode
BrandDaroff. Pasien duduk tegak di pinggir tempat tidur dengan kedua
tungkai tergantung, dengan kedua mata tertutup kemudian baringkan tubuh
dengan cepat kesalah satu sisi. Pertahankan selama 30 detik, kemudian
duduk kembali. Setelah 30 detik, baringkan dengan cepat ke sisi lain.
Pertahankan selama 30 detik, lalu duduk kembali. Lakukan latihan sebanyak
3 kali pada pagi, siang, dan malam hari masing-masing diulang 5 kali selama
2 minggu atau 3 minggu dengan latihan pagi dan sore hari.
Medikamentosa
Penyebab vertigo yang beragam, sering kali membuat penderita vertigo
merasa sangat terganggu dengan keluhan tersebut, dan membuat
seringkali menggunakan pengobatan simptomatik.Lamanya pengobatan
bervariasi, sebagian kasus terapi dapat dihentikan setelah beberapa minggu.
Beberapa golongan obat yang sering digunakan:
1. Antihistamin (Dimenhidrinat atau Difenhidramin)
a. Dimenhidrinat, bekerja selama 4-6 jam. Obat ini diberikan per oral
atau parenteral (suntikan intravena atau intramuscular) dengan
dosis 25mg-50mg per tablet, 4 kali sehari
b. Difenhidramin HCl, bekerja selama 4-6 jam, diberikan dengan
dosis 25mg-50mg per kapsul, 4 kali sehari peroral
c. Betahistine mesylate dengan dosis 12mg, diberikan peroral 3 kali
sehari. Betahistine HCl dengan dosis 8-24mg, 3 kali sehari dibagi
menjadi maksimum 6 tablet dalam beberap dosis
2. Kalsium antagonis
Cinnarizine, mempunyai khasiat menekan fungsi vestibular dan
dapat mengurangi respon terhadap akselerasi angular dan linier.
Dosisnya 15-30mg, diberikan 3 kali sehari atau 1x75mg sehari
Terapi BPPV
1. Komunikasi dan informasi
Karena gejala yang timbul merupakan nyeri yang hebat, pasien akan
menjadi cemas dan khawatir akan adanya penyakit berat seperti stroke
atau tumor otak. Oleh karena itu, pasien perlu diberikan penjelasan
bahwa BPPV bukan sesuatu yang berbahaya dan prognosisnya dapat
baik serta hilang spontan setelah beberapa waktu, namun kadang-kadang
dapat berlangsung lama dan dapat kambuh kembali
2. Obat antivertigo seringkali tidak diperlukan, namu apabila terjadi dis-
ekuilibrium pasca BPPV, pemberian betahistine akan berguna untuk
mempercepat kompensasi
3. Terapi BPPV kanal posterior: Manuver epley, prosedur semont,
metode brand daroff
Kriteria Rujukan
1. Vertigo vestibular tipe sentral harus segera dirujuk
2. Tidak terdapat perbaikan pada vertigo vestibular setelah diterapi
farmakologi dan non farmakologi
DAFTAR PUSTAKA
Munir, Badrul. 2017. Neurologi dasar edisi ke-2. Malang: Sagung seto.