KELOMPOK 2
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami
tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga
terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-
natikan syafa’atnya di akhirat nanti.
Makalah yang kami susun ini menjelaskan tentang “Dasa Dasar Pemeriksaan Pajak” yang
terdiri dari berbagi pembahasan.
Kami mengucapkan terimakasih kepada dosen pembimbing dan pengajar yaitu Ibu
Winda Wulandari SE,MM
Makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak
yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan malah ini. Dan semoga
dengan selesainnya makalah ini dapat memberikan wawasan yang luas bagi pembaca.
Terima Kasih,
Kelompok 5
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……….…………………………………………………………….
.i
DAFTAR
ISI………………….………………………………………………………….....ii
BAB I PENDAHULUAN
Latar
Belakang……………….……………………………………………………………...1
Rumusan
Masalah………….……………………………………………………………......1
BAB II PEMBAHASAN
Just In
Time……………….………………………………………………………………2-7
BAB III
KESIMPULAN….………………………………………………………………..13
BAB 1
PENDAHULUAN
Sistem perpajakan yang kita anut adalah self assessment system di mana wajib pajak
diberi kepercayaan penuh untuk menghitung, memperhitungkan, menyetor, dan melaporkan
pajaknya sendiri. Dalam system self assessment murni, yang dimaksud dengan kepercayaan
penuh adalah segala sesuatunya telah dipercayakan kepada Wajib Pajak tanpa adanya suatu
kecurigaan atau semacam pengujian kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan lagi. Dengan
demikian, sebenarnya tindakan pemeriksaan yang tujuannya adalah untuk menguji kepatuhan
pemenuhan kewajiban perpajakan dan untuk tujuan lain sesuai peraturan perundang-undangan
perpajakan, tidak ada dalam penerapan system self assessment murni.
Akan tetapi, dalam rangka mewujudkan system self assessment itu sendiri agar berjalan
efektif, perlu dilakukan pemeriksaan pada tahap awal pemberlakukan system self assessment
karena tidak semua Wajib Pajak patuh akan kewajiban perpajakanya. Mungkin setelah Wajib
Pajak semuanya patuh, pemeriksaan tidak diperlukan lagi tetapi entah kapan dan kemungkinan
besar tak pernah terjadi karena kecenderungan Wajib Pajak adalah selalu memeinimalisir beban
pajak dan memperlambat pembayaran pajak.
Karena kecenderungan Wajib pajak yang demikian itu tetap ada dari dulu sampai
sekarang, maka tindakan pemeriksaan pun menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari system
self assessment ini meskipun dapat dikatakan bahwa system self assessment yang ada sudah
tidak murni lagi.
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang yang telah di paparkan di atas , maka dapat diidentifikasi beberapa
masalah yang dapat di rumuskan sebaga berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan Pemeriksaan Pajak ?
2. Apa tujuan dari pemeriksaaan pajak?
3. Apasaja Jenis dan jangka waktu pemeriksaan pajak?
4. Ruang lingkup dan kriteria, pemeriksaaan pajak?
5. Standar apa saja yang di gunakan dalam pemeriksaan pajak ?
Harus dilakukan dalam hal wajib pajak mengajukan permohonan restitusi sebagaimana dimaksud dalam
pasal 17B Undang-Undang KUP
1. menyampaikan SPT LB, termasuk yang telah diberikan pengembalian pendahuluan kelebihan
pembayaran pajak;
3. tidak menyampaikan SPT atau menyampaikan SPT tetapi melampau jangka waktu yang telah
ditetapkan dalam Surat teguran;
2. penghapusan NPWP
10. penentuan saat produksi dimulai atau memperpanjang jangka waktu kompensasi kerugian
sehubungan dengan pemberian fasilitas perpajakan; dan/atau
11. memenuhi permintaan informasi dari negara mitra Perjanjian Penghindaran Pajak Berganda
1. Pemeriksaan Kantor
Pemeriksaan Kantor adalah Pemeriksaan yang dilakukan di kantor Direktorat Jenderal Pajak.
Pemeriksaan Kantor terkait dengan pemeriksaan dalam rangka menguji kepatuhan pemenuhan
kewajiban perpajakan dilakukan dalam jangka waktu paling lama paling lama 4 (empat) bulan, yang
dihitung sejak tanggal Wajib Pajak memenuhi Surat Panggilan Dalam Rangka Pemeriksaan Kantor sampai
dengan tanggal Surat Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan (SPHP) disampaikan kepada Wajib Pajak. dapat
diperpanjang untuk jangka waktu paling lama 2 (dua) bulan, kecuali untuk Pemeriksaan atas keterangan
lain berupa data konkret yang dilakukan dengan Pemeriksaan Kantor tidak dapat diperpanjang.
1.1 Perpanjangan jangka waktu pengujian Pemeriksaan Kantor dilakukan dalam hal :
1. Pemeriksaan Kantor diperluas ke Masa Pajak, Bagian Tahun Pajak, atau Tahun Pajak
lainnya
2. Terdapat konfirmasi atau permintaan data dan/atau keterangan kepada pihak ketiga
3. Ruang lingkup Pemeriksaan Kantor meliputi seluruh jenis pajak dan/atau
4. Berdasarkan pertimbangan kepala unit pelaksana Pemeriksaan.
2. Pemeriksaan Lapangan
2.1 Selanjutnya dapat diperpanjang untuk jangka waktu paling lama 2 (dua) bulan.
dilakukan dalam hal:
1. Pemeriksaan Lapangan diperluas ke Masa Pajak, Bagian Tahun Pajak, atau Tahun Pajak
lainnya
2. terdapat konfirmasi atau permintaan data dan/atau keterangan kepada pihak ketiga
3. ruang lingkup Pemeriksaan Lapangan meliputi seluruh jenis pajak dan/atau
4. berdasarkan pertimbangan kepala unit pelaksana Pemeriksaan.
1. Wajib Pajak Kontraktor Kontrak Kerja Sama Minyak dan Gas Bumi
2. Wajib Pajak dalam satu grup atau
3. Wajib Pajak yang terindikasi melakukan transaksi transfer pricing dan/atau transaksi khusus
lain yang berindikasi adanya rekayasa transaksi keuangan
Dapat diperpanjang untuk jangka waktu paling lama 6 (enam) bulan dan dapat dilakukan paling
banyak 3 (tiga) kali sesuai dengan kebutuhan waktu untuk melakukan pengujian.
Jangka waktu untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dalam rangka Pembahasan
Akhir Hasil Pemeriksaan dan pelaporan paling lama 2 (dua) bulan, yang dihitung sejak tanggal SPHP
disampaikan kepada Wajib Pajak sampai dengan tanggal LHP.
Pemeriksaan Lapangan terkait dengan pemeriksaan untuk tujuan lain dilakukan paling lama 4 (empat)
bulan yang dihitung sejak tanggal Surat Pemberitahuan Pemeriksaan Lapangan disampaikan kepada
Wajib Pajak sampai dengan tanggal LHP.
Pemeriksaan dapat dilakukan terhadap Wajib Pajak, termasuk terhadap instansi pemerintah dan badan
lain sebagai pemungut pajak atau pemotong pajak.
Berdasarkan jenis dan periode pencatatan, ruang lingkup pemeriksaan pajak memiliki cakupan
objek pemeriksaan, antara lain:
d. Tahun Pajak
2.6 Kriteria Pemeriksaan Pajak
Pemeriksaan pajak, bisa dilakukan dengan dua kriteria berdasarkan latar belakang alasan dilakukannya
pemeriksaan, yaitu:
1. Pemeriksaan Rutin
Pemeriksaan pajak rutin ini dilakukan karena berhubungan dengan pemenuhan hak atau
pelaksanaan kewajiban perpajakan WP, antara lain:
a. Menyampaikan SPT Tahunan PPh atau SPT Masa PPN yang menyatakan LB restitusi
b. Menyampaikan SPT Tahunan PPh atau SPT Masa PPN yang menyatakan LB tidak disertai
permohonan pengembalian kelebihan.
g. Melakukan perubahan tahun buku, metode pembukuan, dan penilaian aktiva tetap
2. Pemeriksaan Khusus
Pemeriksaan pajak khusus ini dilakukan berdasarkan hasil analisis risiko yang menunjukkan
adanya indikasi ketidakpatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan. Pemeriksaan khusus
dijalankan dengan mengacu pada beberapa ketentuan, seperti:
a. Berdasarkan analisis risiko yang dibuat berdasarkan profil WP atau data internal lainnya serta
data eksternal secara manual ataupun komputerisasi
b. Ruang lingkupnya dapat meliputi satu, beberapa, atau seluruh jenis pajak
1. Pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan oleh WP harus dilaksanakan
sesuai dengan standar pemeriksaan.
2. Standar pemeriksaan tersebut terdiri dari standar umum, standar pelaksanaan pemeriksaan,
dan standar pelaporan hasil pemeriksan.
a. Standar umum pemeriksaan ini merupakan standar yang bersifat pribadi dan berkaitan dengan persyaratan
pemeriksa pajak dan mutu pekerjaannya.
1. Telah mendapat pendidikan dan pelatihan teknis yang cukup serta memilki keterampilan sebagai
pemeriksa pajak, dan menggunakan keterampilannya secara cermat dan seksama.
2. Jujur dan bersih dari tindakan-tindakan tercela serta senantiasa mengutamakan kepentingan negara.
3. Taat terhadap berbagai ketentuan perpu, termasuk taat terhadap batasan waktu yang ditetapkan.
4. Jika diperlukan, pemeriksaan dapat dilaksanakan oleh tenaga ahli dari luar DJP yang ditunjuk oleh Dirjen
Pajak.
1. Pelaksanaan pemeriksaan harus didahului dengan persiapan yang baik, sesuai dengan tujuan pemeriksaan,
dan mendapat pengawasan yang seksama.
2. Luas pemeriksaan (audit scope) ditentukan berdasarkan petunjuk yang diperoleh yang harus
dikembangkan melalui pencocokan data, pengamatan, permintaan keterangan, konfirmasi, teknik
sampling, dan pengujian lainnya berkenaan dengan pemeriksaan.
3. Temuan pemeriksaan harus didasarkan pada bukti kompeten yang cukup dan berdasarkan ketentuan perpu
perpajakan.
4. Pemeriksaan dilakukan oleh suatu tim pemeriksa pajak yang terdiri dari seorang supervisor, seorang ketua
tim, dan seorang atau lebih anggota tim.
5. Tim pemeriksa pajak dapat dibantu oleh seorang atau lebih yang memiliki keahlian tertentu yang bukan
merupakan pemeriksa pajak, baik yang berasal dari DJP maupun yang berasal dari instansi di luar DJP
yang telah ditunjuk oleh Dirjen Pajak sebagai tenaga ahli seperti penterjemah bahasa, ahli di bidang
teknologi informasi, dan pengacara.
6. Apabila diperlukan, pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dapat
dilakukan secara bersama-sama dengan tim pemeriksa dari instansi lain.
7. Pemeriksaan dapat dilaksanakan di kantor DJP, tempat kegiatan usaha atau pekerjaan bebas WP, tempat
tinggal WP, atau ditempat lain yang dianggap perlu oleh pemeriksa pajak.
8. Pemeriksaan dilaksanakan pada jam kerja dan apabila diperlukan dapat dilanjutkan di luar jam kerja.
10. Laporan hasil pemeriksaan (LHP) digunakan sebagai dasar penerbitan surat ketetapan pajak dan/atau
surat tagihan pajak.
11. Kegiatan pemeriksaan untuk menguji kepatuhan harus didokumentasikan dalam bentuk kertas kerja
pemeriksaan (KKP) dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
12. Kertas kerja pemeriksaan (KKP) harus disusun oleh pemeriksa pajak dan berfungsi sebagai :
13. Bukti bahwa pemeriksaan telah dilaksanakan sesuai standar pelaksanaan pemeriksaan.
14. Bahan dalam melakukan pembahasan akhir hasil pemeriksaan dengan WP mengenai temuan
pemeriksaan.
16. Sumber data atau informasi bagi penyelesaian keberatan atau banding yang diajukan oleh WP.
a. Kegiatan pemeriksaan untuk menguji kepatuhan harus dilaporkan dalam bentuk laporan hasil
pemeriksaan (LHP) yang disusun sesuai standar pelaporan hasil pemeriksaan, yaitu :
b. Laporan hasil pemeriksaan (LHP) disusun secara ringkas dan jelas, memuat ruang lingkup atau pos-pos
yang diperiksa sesuai dengan tujuan pemeriksaan, memuat simpulan pemeriksa pajak yang didukung
temuan yang kuat tentang ada atau tidak adanya penyimpangan terhadap perpu perpajakan, dan memuat
pula pengungkapan informasi lain yang terkait dengan pemeriksaan.
c. Laporan hasil pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan antara lain
mengenai :
1. Penugasan pemeriksaan.
2. Identitas WP.
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pemeriksaan pajak adalah serangkaian kegiatan mencari, mengumpulkan,mengolah data dan atau
keterangan lainnya untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dan tujuan lain dalam
rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undang perpajakan.
Jenis pemeriksaan pajak ada dua yaitu pemeriksaan kantor dan pemeriksaan lapangan.
Kriteria pemeriksaan pajak yaitu ada dua pemeriksaan rutinan dan pemeriksaan khusus
Serta standar pemeriksaan meliputi Standar umum pemeriksaan pajak ,standar pelaksanaan pemeriksaan
pajak dan standar pelaporan hasil pemeiksaan pajak .
DAFTAR PUSTAKA
https://www.v2cconsultant.com/id/news-detail/ruang-lingkup-kriteria-dan-jenis-pemeriksaan-
pajak-168
https://www.cermati.com/artikel/jenis-jenis-pemeriksaan-pajak-yang-perlu-diketahui-wajib-pajak
https://www.ortax.org/ortax/?mod=studi&page=show&id=113
https://ortax.org/ortax/?mod=studi&page=show&id=108
http://indrarayhaji.blogspot.com/2012/04/standar-pemeriksaan-pajak.html
Buku Paket Pemeriksaan Pajak karya Dr. Wirawan B Ilyas Ak., M.Si., MH., CPA dan Pandu
Wicaksono, SST., M.Acc Penerbit Mitra Wacana Media