Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

DASAR DASAR PEMERIKSAAN PAJAK

KELOMPOK 2

1. Arizka Vuji Pratiwi (2301160156)


2. Herwi Cahya Dwiana (3201160158)
3. Ulfyana Putri Handayani (3201160159)

UNIVERSITAS BUNG KARNO


FAKULTAS EKONOMI – AKUNTANSI
2019
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami
tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga
terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-
natikan syafa’atnya di akhirat nanti.

Makalah yang kami susun ini menjelaskan tentang “Dasa Dasar Pemeriksaan Pajak” yang
terdiri dari berbagi pembahasan.

Kami mengucapkan terimakasih kepada dosen pembimbing dan pengajar yaitu Ibu
Winda Wulandari SE,MM

Makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak
yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan malah ini. Dan semoga
dengan selesainnya makalah ini dapat memberikan wawasan yang luas bagi pembaca.

Terima Kasih,

Jakarta, 14 Oktober 2019

Kelompok 5
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……….…………………………………………………………….
.i

DAFTAR
ISI………………….………………………………………………………….....ii

BAB I PENDAHULUAN

Latar
Belakang……………….……………………………………………………………...1

Rumusan
Masalah………….……………………………………………………………......1

BAB II PEMBAHASAN

Just In
Time……………….………………………………………………………………2-7

Total Quality Management.……………………………………………………………....8-


12

BAB III
KESIMPULAN….………………………………………………………………..13
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sistem perpajakan yang kita anut adalah self assessment system di mana wajib pajak
diberi kepercayaan penuh untuk menghitung, memperhitungkan, menyetor, dan melaporkan
pajaknya sendiri. Dalam system self assessment murni, yang dimaksud dengan kepercayaan
penuh adalah segala sesuatunya telah dipercayakan kepada Wajib Pajak tanpa adanya suatu
kecurigaan atau semacam pengujian kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan lagi. Dengan
demikian, sebenarnya tindakan pemeriksaan yang tujuannya adalah untuk menguji kepatuhan
pemenuhan kewajiban perpajakan dan untuk tujuan lain sesuai peraturan perundang-undangan
perpajakan, tidak ada dalam penerapan system self assessment murni.

Akan tetapi, dalam rangka mewujudkan system self assessment itu sendiri agar berjalan
efektif, perlu dilakukan pemeriksaan pada tahap awal pemberlakukan system self assessment
karena tidak semua Wajib Pajak patuh akan kewajiban perpajakanya. Mungkin setelah Wajib
Pajak semuanya patuh, pemeriksaan tidak diperlukan lagi tetapi entah kapan dan kemungkinan
besar tak pernah terjadi karena kecenderungan Wajib Pajak adalah selalu memeinimalisir beban
pajak dan memperlambat pembayaran pajak.

Karena kecenderungan Wajib pajak yang demikian itu tetap ada dari dulu sampai
sekarang, maka tindakan pemeriksaan pun menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari system
self assessment ini meskipun dapat dikatakan bahwa system self assessment yang ada sudah
tidak murni lagi.
1.2 Rumusan Masalah

Dari latar belakang yang telah di paparkan di atas , maka dapat diidentifikasi beberapa
masalah yang dapat di rumuskan sebaga berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan Pemeriksaan Pajak ?
2. Apa tujuan dari pemeriksaaan pajak?
3. Apasaja Jenis dan jangka waktu pemeriksaan pajak?
4. Ruang lingkup dan kriteria, pemeriksaaan pajak?
5. Standar apa saja yang di gunakan dalam pemeriksaan pajak ?

1.3 Tujuan Rumusan Masalah

2. Menjelaskan definisi dari pemeriksaan pajak .


3. Menjelaskan tujuan dari pemeriksaan pajak.
4. Menjelaskan jenis dan jangka waktu pemeiksaan pajak.
5. Menjelaskan ruang lingkup dan kriteria pemeriksaan pajak Menjelaskan standar-
standar apa saja yang digunakaan dalam pemeiksaan pajak.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Pemeriksaan pajak

Pemeriksaan pajak adalah serangkaian kegiatan mencari, mengumpulkan,mengolah data


dan atau keterangan lainnya untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dan
tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undang perpajakan.

Sedangkan definisi pemeriksaan dijelaskan pada Peraturan Menteri Keuangan Nomor


82/PMK.03/2011 tentang Tata Cara Pemeriksaan Pajak Pasal 1 ayat (2) yang berbunyi:

Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan menghimpun dan mengolah data, keterangan,


dan/atau bukti yang dilaksanakan secara objektif dan profesional berdasarkan suatu standar
pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dan/atau untuk tujuan
lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan

2.2 Tujuan pemeriksaan pajak

Menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan:

Harus dilakukan dalam hal wajib pajak mengajukan permohonan restitusi sebagaimana dimaksud dalam
pasal 17B Undang-Undang KUP

Dapat dilakukan dalam hal wajib pajak :

1. menyampaikan SPT LB, termasuk yang telah diberikan pengembalian pendahuluan kelebihan
pembayaran pajak;

2. menyampaikan SPT rugi;

3. tidak menyampaikan SPT atau menyampaikan SPT tetapi melampau jangka waktu yang telah
ditetapkan dalam Surat teguran;

4. melakukan penggabungan, peleburan, pemekaran, likuidasi, pembubaran usaha;

5. WP OP yang akan meninggalkan Indonesia untuk selama-lamanya; atau


6. menyampaikan Surat Pemberitahuan yang memenuhi kriteria seleksi berdasarkan hasil analisis risiko
(risk based selection) mengindikasikan adanya kewajiban perpajakan Wajib Pajak yang tidak dipenuhi
sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

2.3 Tujuan lain, yaitu:

1. pemberian NPWP secara jabatan

2. penghapusan NPWP

3. pengukuhan atau pencabutan pengukuhan pengusaha kena pajak

4. Wajib pajak mengajukan keberatan

5. pengumpulan bahan guna menyusun Norma Perhitungan Penghasilan Netto

6. pencocokan data dan/atau alat keterangan

7. penentuan wajib pajak berlokasi di daerah terpencil

8. penentuan satu atau lebih tempat terutang PPN

9. pemeriksaan dalam rangka penagihan pajak

10. penentuan saat produksi dimulai atau memperpanjang jangka waktu kompensasi kerugian
sehubungan dengan pemberian fasilitas perpajakan; dan/atau

11. memenuhi permintaan informasi dari negara mitra Perjanjian Penghindaran Pajak Berganda

2.4 Jenis Pemeriksaan dan Jangka Waktunya

Jenis Pemeriksaan sehubungan dengan pengujian kepatuhan pemenuhan kewajiban


perpajakan Wajib Pajak :

1. Pemeriksaan Kantor

Pemeriksaan Kantor adalah Pemeriksaan yang dilakukan di kantor Direktorat Jenderal Pajak.
Pemeriksaan Kantor terkait dengan pemeriksaan dalam rangka menguji kepatuhan pemenuhan
kewajiban perpajakan dilakukan dalam jangka waktu paling lama paling lama 4 (empat) bulan, yang
dihitung sejak tanggal Wajib Pajak memenuhi Surat Panggilan Dalam Rangka Pemeriksaan Kantor sampai
dengan tanggal Surat Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan (SPHP) disampaikan kepada Wajib Pajak. dapat
diperpanjang untuk jangka waktu paling lama 2 (dua) bulan, kecuali untuk Pemeriksaan atas keterangan
lain berupa data konkret yang dilakukan dengan Pemeriksaan Kantor tidak dapat diperpanjang.
1.1 Perpanjangan jangka waktu pengujian Pemeriksaan Kantor dilakukan dalam hal :

1. Pemeriksaan Kantor diperluas ke Masa Pajak, Bagian Tahun Pajak, atau Tahun Pajak
lainnya
2. Terdapat konfirmasi atau permintaan data dan/atau keterangan kepada pihak ketiga
3. Ruang lingkup Pemeriksaan Kantor meliputi seluruh jenis pajak dan/atau
4. Berdasarkan pertimbangan kepala unit pelaksana Pemeriksaan.

2. Pemeriksaan Lapangan

Pemeriksaan Lapangan adalah Pemeriksaan yang dilakukan di tempat kedudukan, tempat


kegiatan usaha atau pekerjaan bebas, tempat tinggal Wajib Pajak, atau tempat lain yang
ditentukan oleh Direktur Jenderal Pajak.

Pemeriksaan Lapangan terkait dengan pemeriksaan dalam rangka menguji kepatuhan


pemenuhan kewajiban perpajakan dilakukan dalam jangka waktu paling lama 6 (enam) bulan,
yang dihitung sejak Surat Pemberitahuan Pemeriksaan Lapangan disampaikan kepada Wajib
Pajak sampai dengan tanggal SPHP disampaikan kepada Wajib Pajak.

2.1 Selanjutnya dapat diperpanjang untuk jangka waktu paling lama 2 (dua) bulan.
dilakukan dalam hal:

1. Pemeriksaan Lapangan diperluas ke Masa Pajak, Bagian Tahun Pajak, atau Tahun Pajak
lainnya
2. terdapat konfirmasi atau permintaan data dan/atau keterangan kepada pihak ketiga
3. ruang lingkup Pemeriksaan Lapangan meliputi seluruh jenis pajak dan/atau
4. berdasarkan pertimbangan kepala unit pelaksana Pemeriksaan.

Sedangkan terkait dengan:

1. Wajib Pajak Kontraktor Kontrak Kerja Sama Minyak dan Gas Bumi
2. Wajib Pajak dalam satu grup atau
3. Wajib Pajak yang terindikasi melakukan transaksi transfer pricing dan/atau transaksi khusus
lain yang berindikasi adanya rekayasa transaksi keuangan

Dapat diperpanjang untuk jangka waktu paling lama 6 (enam) bulan dan dapat dilakukan paling
banyak 3 (tiga) kali sesuai dengan kebutuhan waktu untuk melakukan pengujian.
Jangka waktu untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dalam rangka Pembahasan
Akhir Hasil Pemeriksaan dan pelaporan paling lama 2 (dua) bulan, yang dihitung sejak tanggal SPHP
disampaikan kepada Wajib Pajak sampai dengan tanggal LHP.

Pemeriksaan Lapangan terkait dengan pemeriksaan untuk tujuan lain dilakukan paling lama 4 (empat)
bulan yang dihitung sejak tanggal Surat Pemberitahuan Pemeriksaan Lapangan disampaikan kepada
Wajib Pajak sampai dengan tanggal LHP.

Pemeriksaan dapat dilakukan terhadap Wajib Pajak, termasuk terhadap instansi pemerintah dan badan
lain sebagai pemungut pajak atau pemotong pajak.

2.5 Ruang Lingkup Pemeriksaan Pajak

Berdasarkan jenis dan periode pencatatan, ruang lingkup pemeriksaan pajak memiliki cakupan
objek pemeriksaan, antara lain:

1. Berdasarkan Jenis Pajaknya,


meliputi:

a. Satu Jenis Pajak

b. Beberapa Jenis Pajak

c. Seluruh Jenis Pajak

2. Berdasarkan Periode Pencatatannya,


meliputi:

a. Satu Masa Pajak

b. Beberapa Masa Pajak

c. Bagian Tahun Pajak

d. Tahun Pajak
2.6 Kriteria Pemeriksaan Pajak

Pemeriksaan pajak, bisa dilakukan dengan dua kriteria berdasarkan latar belakang alasan dilakukannya
pemeriksaan, yaitu:

1. Pemeriksaan Rutin

Pemeriksaan pajak rutin ini dilakukan karena berhubungan dengan pemenuhan hak atau
pelaksanaan kewajiban perpajakan WP, antara lain:

a. Menyampaikan SPT Tahunan PPh atau SPT Masa PPN yang menyatakan LB restitusi

b. Menyampaikan SPT Tahunan PPh atau SPT Masa PPN yang menyatakan LB tidak disertai
permohonan pengembalian kelebihan.

c. Menyampaikan SPT Masa PPN LB kompensasi.

d. Sudah mendapat pengembalian pendahuluan kelebihan pembayaran pajak

e. Menyampaikan SPT rugi

f. Melakukan penggabungan, peleburan, pemekaran, likuidasi, atau akan meninggalkan Indonesia


selamanya

g. Melakukan perubahan tahun buku, metode pembukuan, dan penilaian aktiva tetap

2. Pemeriksaan Khusus

Pemeriksaan pajak khusus ini dilakukan berdasarkan hasil analisis risiko yang menunjukkan
adanya indikasi ketidakpatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan. Pemeriksaan khusus
dijalankan dengan mengacu pada beberapa ketentuan, seperti:

a. Berdasarkan analisis risiko yang dibuat berdasarkan profil WP atau data internal lainnya serta
data eksternal secara manual ataupun komputerisasi

b. Ruang lingkupnya dapat meliputi satu, beberapa, atau seluruh jenis pajak

c. Pemeriksaannya menggunakan pemeriksaan lapangan.


2.7 Standar Pemeriksaan Pajak

1. Pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan oleh WP harus dilaksanakan
sesuai dengan standar pemeriksaan.
2. Standar pemeriksaan tersebut terdiri dari standar umum, standar pelaksanaan pemeriksaan,
dan standar pelaporan hasil pemeriksan.

1.1 Standar Umum Pemeriksaan

a. Standar umum pemeriksaan ini merupakan standar yang bersifat pribadi dan berkaitan dengan persyaratan
pemeriksa pajak dan mutu pekerjaannya.

b. Pemeriksaan dilaksanakan oleh pemeriksa pajak yang :

1. Telah mendapat pendidikan dan pelatihan teknis yang cukup serta memilki keterampilan sebagai
pemeriksa pajak, dan menggunakan keterampilannya secara cermat dan seksama.
2. Jujur dan bersih dari tindakan-tindakan tercela serta senantiasa mengutamakan kepentingan negara.
3. Taat terhadap berbagai ketentuan perpu, termasuk taat terhadap batasan waktu yang ditetapkan.
4. Jika diperlukan, pemeriksaan dapat dilaksanakan oleh tenaga ahli dari luar DJP yang ditunjuk oleh Dirjen
Pajak.

1.2 Standar Pelaksanaan Pemeriksaan

1. Pelaksanaan pemeriksaan harus didahului dengan persiapan yang baik, sesuai dengan tujuan pemeriksaan,
dan mendapat pengawasan yang seksama.

2. Luas pemeriksaan (audit scope) ditentukan berdasarkan petunjuk yang diperoleh yang harus
dikembangkan melalui pencocokan data, pengamatan, permintaan keterangan, konfirmasi, teknik
sampling, dan pengujian lainnya berkenaan dengan pemeriksaan.

3. Temuan pemeriksaan harus didasarkan pada bukti kompeten yang cukup dan berdasarkan ketentuan perpu
perpajakan.

4. Pemeriksaan dilakukan oleh suatu tim pemeriksa pajak yang terdiri dari seorang supervisor, seorang ketua
tim, dan seorang atau lebih anggota tim.

5. Tim pemeriksa pajak dapat dibantu oleh seorang atau lebih yang memiliki keahlian tertentu yang bukan
merupakan pemeriksa pajak, baik yang berasal dari DJP maupun yang berasal dari instansi di luar DJP
yang telah ditunjuk oleh Dirjen Pajak sebagai tenaga ahli seperti penterjemah bahasa, ahli di bidang
teknologi informasi, dan pengacara.

6. Apabila diperlukan, pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dapat
dilakukan secara bersama-sama dengan tim pemeriksa dari instansi lain.

7. Pemeriksaan dapat dilaksanakan di kantor DJP, tempat kegiatan usaha atau pekerjaan bebas WP, tempat
tinggal WP, atau ditempat lain yang dianggap perlu oleh pemeriksa pajak.

8. Pemeriksaan dilaksanakan pada jam kerja dan apabila diperlukan dapat dilanjutkan di luar jam kerja.

9. Pelaksanaan pemeriksaan didokumentasikan dalam bentuk kertas kerja pemeriksaan (KKP).

10. Laporan hasil pemeriksaan (LHP) digunakan sebagai dasar penerbitan surat ketetapan pajak dan/atau
surat tagihan pajak.

11. Kegiatan pemeriksaan untuk menguji kepatuhan harus didokumentasikan dalam bentuk kertas kerja
pemeriksaan (KKP) dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut :

12. Kertas kerja pemeriksaan (KKP) harus disusun oleh pemeriksa pajak dan berfungsi sebagai :

13. Bukti bahwa pemeriksaan telah dilaksanakan sesuai standar pelaksanaan pemeriksaan.

14. Bahan dalam melakukan pembahasan akhir hasil pemeriksaan dengan WP mengenai temuan
pemeriksaan.

15. Dasar pembuatan laporan hasil pemeriksaan.

16. Sumber data atau informasi bagi penyelesaian keberatan atau banding yang diajukan oleh WP.

17. Referensi untuk pemeriksaan berikutnya.

1.3 Kertas kerja pemeriksaan (KKP) harus memberikan gambaran mengenai :

1. Prosedur pemeriksaan yang dilaksanakan.


2. Data, keterangan, dan/atau bukti yang diperoleh.
3. Pengujian yang telah dilakukan.
4. Simpulan dan hal-hal lain yang dianggap perlu yang berkaitan dengan pemeriksaan.

1.4 Standar Pelaporan Hasil Pemeriksaan

a. Kegiatan pemeriksaan untuk menguji kepatuhan harus dilaporkan dalam bentuk laporan hasil
pemeriksaan (LHP) yang disusun sesuai standar pelaporan hasil pemeriksaan, yaitu :

b. Laporan hasil pemeriksaan (LHP) disusun secara ringkas dan jelas, memuat ruang lingkup atau pos-pos
yang diperiksa sesuai dengan tujuan pemeriksaan, memuat simpulan pemeriksa pajak yang didukung
temuan yang kuat tentang ada atau tidak adanya penyimpangan terhadap perpu perpajakan, dan memuat
pula pengungkapan informasi lain yang terkait dengan pemeriksaan.

c. Laporan hasil pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan antara lain
mengenai :

1. Penugasan pemeriksaan.

2. Identitas WP.

3. Pembukuan atau pencatatan WP.

4. Pemenuhan kewajiban perpajakan.

5. Data/informasi yang tersedia.

6. Buku dan dokumen yang dipinjam.

7. Materi yang diperiksa.

8. Uraian hasil pemeriksaan.

9. Ikhtisar hasil pemeriksaan.

10. Penghitungan pajak terutang.

11. Simpulan dan usul pemeriksa pajak.

1.5 pelaporan hasil pemeriksaan


a. LHP ( Laporan Hasil Pemeriksaan ) disusun secara ringkas dan jelas, memuat ruang lingkup dan
pos-pos yang diperiksa sesuai dengan tujuan Pemeriksaan, memuat simpulan Pemeriksa Pajak
yang didukung temuan yang kuat tentang ada atau tidak adanya penyimpangan terhadap
peraturan perundang-undangan perpajakan, dan memuat pula pengungkapan informasi lain yang
terkait dengan Pemeriksaan.
b. LHP untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan sekurang-
kurangnya memuat:
1. penugasan Pemeriksaan
2. identitas Wajib Pajak
3. pembukuan atau pencatatan Wajib Pajak
4. pemenuhan kewajiban perpajakan
5. data/informasi yang tersedia
6. buku dan dokumen yang dipinjam
7. materi yang diperiksa
8. uraian hasil Pemeriksaan
9. ikhtisar hasil Pemeriksaan
10. penghitungan pajak terutang dan
11. simpulan dan usul Pemeriksa Pajak.
c. LHP disusun dan ditandatangani oleh tim Pemeriksa Pajak.
d. LHP ditandatangani oleh Kepala UP2 untuk mengetahui apakah:
1. Pos-pos yang diperiksa telah sesuai dengan Rencana Pemeriksaan dan
perubahannya.
2. Dasar hukum koreksi telah sesuai dengan ketentuan perundang-undangan
perpajakan.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Pemeriksaan pajak adalah serangkaian kegiatan mencari, mengumpulkan,mengolah data dan atau
keterangan lainnya untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dan tujuan lain dalam
rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undang perpajakan.

Tujuan Pemeriksaan pajak adalah Menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan

Jenis pemeriksaan pajak ada dua yaitu pemeriksaan kantor dan pemeriksaan lapangan.

Kriteria pemeriksaan pajak yaitu ada dua pemeriksaan rutinan dan pemeriksaan khusus

Serta standar pemeriksaan meliputi Standar umum pemeriksaan pajak ,standar pelaksanaan pemeriksaan
pajak dan standar pelaporan hasil pemeiksaan pajak .
DAFTAR PUSTAKA

https://www.v2cconsultant.com/id/news-detail/ruang-lingkup-kriteria-dan-jenis-pemeriksaan-
pajak-168

https://www.cermati.com/artikel/jenis-jenis-pemeriksaan-pajak-yang-perlu-diketahui-wajib-pajak

https://www.ortax.org/ortax/?mod=studi&page=show&id=113

https://ortax.org/ortax/?mod=studi&page=show&id=108

http://indrarayhaji.blogspot.com/2012/04/standar-pemeriksaan-pajak.html

Buku Paket Pemeriksaan Pajak karya Dr. Wirawan B Ilyas Ak., M.Si., MH., CPA dan Pandu
Wicaksono, SST., M.Acc Penerbit Mitra Wacana Media

Anda mungkin juga menyukai