Anda di halaman 1dari 37

Buku Panduan Keterampilan Klinis

ETHIC MEDICOLEGAL AND


5.2 PATIENT SAFETY

TA 2019-2020

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI
CIREBON
TIM PENYUSUN
PPENYUSUNpPP
PENYUSUNdr. Vivi Meidianawaty, MMed.Ed
dr. Tissa Octavira Permatasari, MMed.Ed
dr. Kati Sriwiyati, M.Biomed
dr. Moh. Irwan Dharmansyah

2
VISI DAN MISI

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER UNSWAGATI CIREBON

Visi Program Studi Pendidikan Dokter Unswagati Cirebon :

Terwujudnya Program Studi Pendidikan dokter yang unggul di bidang pendidikan


kedokteran berbasis masyarakat yang bereputasi nasional pada tahun 2025

Misi Program Studi Pendidikan Dokter Unswagati Cirebon :

1. Melaksanakan pendidikan yang unggul dlam bidang pendidikan kedokteran


berbasis masyarakat

2. Melaksanakan penelitian kedokteran dasar dan terapan berbasis masyarakat

3. Melaksanakan pengabdian kepada masyarakat berlandaskan pendidikan


kedokteran berbasis masyarakat

3
DAFTAR ISI

Visi dan Misi Program Studi Kedokteran Unswagati .............................................. 3

Daftar Isi ................................................................................................................ 4

Deskripsi Modul ..................................................................................................... 5

Tata Tertib Laboratorium Keterampilan Klinik ........................................................ 6

Aspek Penilaian ..................................................................................................... 8

Daftar Keterampilan ............................................................................................... 10

integrated patient management (IPM) .................................................................... 11

Keterampilan Bedah Minor III ( pengenalan Vulnus) .............................................. 12

Keterampilan Klinik Sirkumsisi ............................................................................... 29

4
DESKRIPSI MODUL

Kemampuan keterampilan klinik yang baik ditunjang dengan kemampuan


procedural dan tingkah laku professional dan merupakan bekal utama menjadi
seorang dokter yang berkompeten. Untuk mencapai hal tersebut, maka disusunlah
buku panduan keterampilan klinik blok 5.2 “Ethicmedicolegal and Patient Safety”.
Pada blok 5.2 ini mahasiswa semester 5 akan mempelajari keterampilan bedah
minor III dengan melakukan penjahitan luka dan sirkumsisi. Pada blok ini juga akan
kembali berlatih mengelola pasien melalui integrated patient management (IPM)
untuk kasus-kasus pada sistem kardiorespirasi, digestive, integumen dan saraf.
Penilaian praktikum keterampilan klinis ini akan dinilai melalui OSCE yang akan
dilaksanakan pada akhir semester.

5
TATA TERTIB

LABORATORIUM KETERAMPILAN KLINIK

( SKILLS LAB )

1. Di laboratorium para mahasiswa/i harus memakai jas praktikum dan name


tag.
2. Mahasiswa/i yang akan mengikuti kegiatan skills lab harus menggunakan
pakaian yang rapih, tidak menyolok, sederhana dan sopan.
3. Mahasiswa/i tidak diperbolehkan memakai celana jeans dan memakai
sandal/sepatu sandal. Untuk mahasiswi yang berambut panjang, rambutnya
harus terikat rapi.
4. Mahasiswa/i datang tepat waktu dengan membawa buku panduan praktikum.
Mahasiswa/i yang datang terlambat lebih dari 15 menit atau tidak membawa
buku panduan keterampilan klinis, tidak diperbolehkan mengikuti
keterampilan klinis pada hari itu
5. Setiap mahasiswa/i berhak untuk melakukan kegiatan di skills lab sesuai
ketentuan dan jadwal yang berlaku. Mahasiswa/i yang akan melakukan
latihan diluar jadwal harus seijin Kepala Bagian Keterampilan Klinis/ Skills
Lab.
6. Mahasiswa/i harus mengikuti semua materi kegiatan skills lab ,apabila
mahasiswa/i tidak mengikuti kegiatan keterampilan klinis maka harus
menunjukkan surat keterangan sakit atau surat keterangan yang dapat
dipertanggungjawabkan. Kemudian mahasiswa/i harus mengikuti open lab
yang harus berkoordinasi dengan bagian skills lab untuk melengkapi materi
yang belum diikuti oleh mahasiswa/i.
7. Mahasiswa/i dibagi atas kelompok dengan masing-masing kelompok
sebanyak kurang lebih 10 mahasiswa/i yang dipimpin oleh satu orang
instruktur.
8. Semua mahasiswa/i harus aktif dalam mengikuti kegiatan keterampilan klinis.
9. Selama kegiatan keterampilan klinis mahasiswa/i dilarang menyalakan atau
menggunakan telepon seluler, PDA, dan alat elektronik lainnya. Mahasiswa/i

6
juga dilarang merokok, makan dan minum di dalam laboratorium, serta
meninggalkan laboratorium tanpa seijin instruktur.
10. Setiap mahasiswa/i wajib menjaga alat kerja dan ruang laboratorium untuk
selalu rapih dan bersih serta mengembalikan ke keadaan semula setelah
kerja. Kelalaian dalam melakukan hal tersebut akan mengakibatkan sanksi
sesuai ketentuan laboratorium.
11. Tiap kerusakan/kehilangan alat atau fasilitas laboratoruim yang dilakukan
mahasiswa/i harus dibuatkan berita acara yang diketahui oleh ketua
kelompok dan instruktur untuk kemudian dilaporkan kepada koodinator alat
dan perlengkapan Skills Lab.

7
ASPEK PENILAIAN

Aspek yang dinilai dengan adalah:


1. Kemampuan anamnesis: mahasiswa melakukan anamnesis yang lengkap
dan terarah sesuai kasus(keluhan utama, riwayat penyakit sekarang, riwayat
penyakit dahulu, riwayat pengobatan, riwayat penyakit keluarga, riwayat
kebiasaan, keadaan sosial). Termasuk bisa membedakan keadaan gawat
atau tanda bahaya pada pasien.
2. Kemampuan pemeriksaan fisik: kandidat melakukan pemeriksaan fisik
sesuai kasus dengan lengkap dan prosedur yang benar, bisa mengatur waktu
dengan baik,serta termasuk penggunaan peralatan yang tepat.

3. Melakukan tes/prosedur klinik atau intepretasi data untuk menunjang


diagnosis banding/diagnosis: kemampuan mahasiswa melakukan
tes/prosedur yang lengkap dan menyampaikan hasil prosedur atau
mengintepretasikan hasil pemeriksaan penunjang dengan lengkap dan
menjelaskan kepada pasien dengan tepat
4. Penegakkan diagnosis/diagnosis banding: kemampuan mahasiswa
mengambil kesimpulan diagnosis/diagnosis banding berdasarkan informasi
yang didapat.
5. Penentuan penanganan selanjutnya (pengobatan atau rencana
pemeriksaan penunjang): kemampuan kandidat membuat perencanaan
penanganan berdasarkan informasi yang didapat.
6. Kemampuan berkomunikasi: mahasiswa mampu menunjukkan kemampuan
berkomunikasi dengan baik dan memberikan rasa yang nyaman kepada
pasien, penjelasan lengkap dan jelas, termasuk penggunaan bahasa yang
mudah dipahami pasien, tata bahasa yang baik, menjaga kontak mata
dengan pasien, menunjukkan komunikasi non verbal yang baik, serta
menunjukkan ketertarikan terhadap masalah pasien.
7. Profesionalisme: mahasiswa menunjukkan semua aspek profesionalisme
dengan baik diantaranya empati, meminta ijin sebelum melakukan
pemeriksaan, tidak menyakiti pasien pada saat pemeriksaan, menunjukkan

8
minat terhadap masalah pasien, tenang, sopan, ramah, mengembalikan
peralatan yang telah digunakan.
8. Prosedur tindakan klinik: mahasiswa melakukan tindakan keterampilan
klinik dengan lengkap dan prosedur yang benar, bisa mengatur waktu dengan
baik, merapikan kembali perlatan yang telah digunakan, memperhatikan
aseptik dan antiseptik.

9
DAFTAR KETERAMPILAN

TINGKAT
NO KETERAMPILAN
KOMPETENSI

Menyelenggarakan komunikasi lisan dan


1 4A
tulisan

2 Jahit luka 4A

3 Pengambilan benang jahitan 4A

4 Sirkumsisi 4A

Penilaian sensasi nyeri, sensasi suhu, sensasi


5 4A
raba halus, rasa dan posisi (proprioseptif)
Refleks tendon (bisep, trisep, pergelangan,
6 platela, tumit) dan Respon plantar (termasuk 4A
grup Babinski)
Penilaian Respirasi ( Inspeksi, palpasi,
7 4A
Perkusi, Auskultasi dada)
Penilaian jantung (Inspeksi dada, Palpasi
8 denyut apeks jantung, Perkusi ukuran jantung, 4A
Auskultasi jantung)
Pemeriksaan Abdomen (Inspeksi abdomen,
Palpasi dinding perut, kolon, hepar, lien, aorta,
9 rigiditas dinding perut, Perkusi abdomen, 4A

Auskultasi bising usus )

Inspeksi kulit dan Deskripsi lesi kulit dengan


perubahan primer dan
10 4A
sekunder, misal ukuran, distribusi, penyebaran,
konfigurasi
ori

10
INTEGRATED PATIENT MANAGEMENT (IPM)

Tujuan Pembelajaran

Setelah mengikuti latihan keterampilan IPM, diharapkan mahasiswa mampu:

1. Menggali dan bertukar informasi secara verbal dan non verbal dengan pasien
pada pengelolaan kasus-kasus yang terkait kelainan/penyakit kardiorespirasi
2. Memanfaatkan keterampilan pengelolaan informasi untuk menambah
pengetahuan mengenai kelainan/ penyakit kardiorespirasi
3. Menggali riwayat penyakit pasien melalui faktor risiko pada kasus-kasus yang
terkait kelainan/penyakit kardiorespirasi
4. Melakukan pemeriksaan fisik dasar pada kasus-kasus yang terkait
kelainan/penyakit kardiorespirasi
5. Menginterpretasikan hasil anamnesis serta pemeriksaan fisik pada kasus-kasus
yang terkait kelainan/ penyakit kardiorespirasi
6. Melakukan dan menginterpretasikan pemeriksaan penunjang dasar, serta
mengusulkan pemeriksaan penunjang lainnya yang rasional untuk kasus-kasus
yang terkait kelainan/penyakit kardiorespirasi
7. Menginterpretasi data klinis dan merumuskannya menjadi diagnosis sementara
dan diagnosis banding untuk kasus-kasus yang terkait kelainan/penyakit
kardiorespirasi

11
BEDAH MINOR III
(Pengenalan Vulnus)

Tujuan Pembelajaran :

Setelah mendapat pelatihan keterampilan ini, mahasiswa diharapkan :

1. Mengetahui jenis-jenis luka (Vulnus)


2. Mahasiswa mampu melakukan teknik menjahit simpul tunggal
3. Mahasiswa mampu melakukan teknik menjahit jelujur
4. Mahasiswa mampu melakukan pengangkatan jahitan

Jenis-Jenis Luka (Vulnus)

Luka adalah terjadinya gangguan atau kerusakan kontinuitas jaringan pada


kulit yang semula normal menjadi tidak normal sehingga dapat menimbulkan trauma
dan gangguan aktifitas bagi penderitanya. Kerusakan jaringan tersebut bisa berupa
goresan kecil pada jari atau bahkan luka bakar derajat III yang meliputi hampir
seluruh bagian tubuh.

Jenis-jenis luka berdasarkan tingkat kontaminasinya dapat dibagi menjadi:

1. Luka bersih (clean Wounds)

Luka bedah tidak terinfeksi dan tidak tidak mengalami inflamasi Luka bersih
biasanya menghasilkan luka yang tertutup, jika diperlukan dimasukkan drainase
tertutup. Kemungkinan terjadinya infeksi luka sekitar 1% – 5%.

2. Luka bersih terkontaminasi (Clean-Contaminated Wounds)

luka pembedahan dimana saluran respirasi, pencernaan, genital atau


perkemihan dalam kondisi terkontrol, kontaminasi tidak selalu terjadi,
kemungkinan timbulnya infeksi luka adalah 3% – 11%.

12
3. Luka terkontaminasi (Contaminated Wounds)

Luka ini mencakup luka terbuka baru, luka akibat kecelakaan dan prosedur
bedah yang tidak melakukan prinsip aseptic atau kontaminasi dari saluran cerna
dan biasanya terjadi inflamasi akut nonpurulen. Kemungkinan terjadinya infeksi
luka sekitar 10% - 17%.

4. Luka kotor atau terinfeksi (Dirty or Infected Wounds)

Luka dimana terdapat organisme yang bisa menyebabkan infeksi pascaoperatif.


Hal ini mencakup luka traumatic yang sudah lama dengan jaringan yang
terkelupas dan luka yang melibatkan infeksi klinis yang sudah ada atau viscera
yang mengalami perforasi. Kemungkinan terjadinya infeksi luka sekitar lebih dari
27%.

Jenis-jenis luka berdasarkan mekanismenya dapat dibagi menjadi:

1. Luka tertutup yaitu luka yang terjadi dibawah kulit sehingga tidak terjadi
hubungan antara luka dengan dunia luar. Terdiri dari:

a. Luka memar (Vulnus Contusum) yaitu luka yang disebabkan oleh dorongan
tumpul, kulit tidak mengalami cidera, akan tetapi terjadi cidera pada jarigan
lunak, pembuluh darah subkutan sehingga terjadi hematom dan
pembengkakan. Luka memar memiliki ciri : dengan atau tanpa edema disertai
eritema.

Gambar 1. Luka memar

13
2. Luka terbuka yaitu luka yang menimbulkan kerusakan dikulit sehingga terjadi
hubungan langsung antara luka dengan dunia luar. Terdiri dari:

a. Luka Lecet (Vulnus Excoratio) merupakan luka yang paling ringan dan paling
mudah sembuh. Luka ini ditandai oleh hilang atau terkelupasnya lapisan
epidermis maupun dermis dengan dasar eritema. Luka tersebut disebabkan
karena adanya gesekan tubuh dengan benda-benda rata seperti aspal atau
tanah.

Gambar 2. Luka lecet

b. Luka Sayat (Vulnus Scissum/Incisivum) merupakan luka dengan tepi yang


tajam dan licin, biasanya disebabkan oleh potongan menggunakan alat tajam.

Gambar 3. Luka sayat

c. Luka Robek (Vulnus Laceratum) merupakan luka dengan tepi yang bergerigi
atau tidak teratur, seperti luka yang disebabkan oleh kaca atau goresan
kawat. Biasanya perdarahan lebih sedikit karena mudah terbentuk cincin
thrombosis akibat pembuluh darah yang hancur dan memar.

14
Gambar 4. Luka robek

d. Luka Tusuk (Vulnus Punctum/Penetrosum) luka ini merupakan luka terbuka


pada kulit yang disebabkan oleh benda runcing memanjang.luka ini biasanya
terlihat kecil dari bagian luar tetapi dalam sampai mencapai organ. Luka ini
memiliki ciri kedalaman luka lebih besar dari pada lebar luka.

Gambar 5. Luka tusuk

e. Luka Potong (Vulnus Caesum/Amputatum) merupakan luka yang disebabkan


oleh tekanan benda tajam misalnya pedang, pisau dll. Ditandai tepi luka yang
tajam dan rata. Kemungkinan infeksi pada luka ini besar karena luka lebih
sering terkontaminasi.

15
Gambar 6. Luka potong

f. Luka Tembak (Vulnus Sclopetorum) luka ini ditandai dengan tepi luka bisa
tidak teratur dan sering ditemukan benda asing didalam luka misalnya peluru
sehingga kemungkinan infeksi lebih besar.

Gambar 7. Luka tembak

g. Luka Gigit (Vulnus Morsum) disebabkan oleh gigitan binatang maupun


manusia. Bentuk luka tergantung gigi penggigit dan kemungkinan infeksi lebih
besar.

16
Gambar 8. Luka gigit

h. Luka Bakar (Vulnus Combustion) luka yang di akibatkan rusaknya jaringan


kulit akibat thermis, radiasi, elektrik ataupun kimia.

Gambar 9. Luka bakar

Deskripsi luka

1. Jenis luka
Tuliskan jenis luka yang ditemukan. Misalnya vulnus laceratum

2. Regio
Menunjukkan bagian tubuh mana yang terkena luka. Misalnya region cruris,
antebrachii.
3. Jumlah

4. Ukuran/Dimensi

• Dengan satuan yang konsisten, sebaiknya seluruh ukuran dengan sentimeter.


• Panjang luka adalah jarak dua titik terpanjang pada tepi luka.
• Lebar luka adalah jarak dua titik yang kurang dari titik terpanjang pada tepi
luka.
17
• Untuk luka multipel/sekumpulan maka diambil jarak dua titik terpanjang.

5. Kondisi (warna, bentuk, dasar luka, kotor/bersih, arah)


• Warna : kemerahan, coklat, pucat,dll
• Bentuk : bulat, lonjong, tidak beraturan,dll.
• Dasar luka : kulit, jaringan bawah kulit, otot, atau tulang
• Tepi luka beratura atau tidak beraturan.
• Kotor jika terdapat kontaminasi luka
• Bersih jika luka terlihat tidak terkontaminasi dan/atau rapi.

Menjahit Luka ( Wound Suture )

1. Jenis jahitan Terputus (Simple Interrupted Suture )

Merupakan jenis jahitan yang sering dipakai. Digunakan juga untuk jahitan situasi
Teknik : Melakukan penusukan jarum dengan jarak antara setengah sampai 1 cm
ditepi luka dan sekaligus mengambil jaringan subkutannya sekalian dengan
menusukkan jarum secara tegak lurus pada atau searah garis luka. Simpul
tunggal dilakukan dengan benang absorbable dengan jarak antara 1cm. Simpul
diletakkan ditepi luka pada salah satu tempat tusukan. Benang dipotong kurang
lebih 1 cm.

Gambar 10. Jahit Simpel Sederhana

18
2. Jahitan Jelujur sederhana (Simple running suture, Simple continous,
Continous over and over)
Jahitan ini sangat sederhana, sama dengan kita menjelujur baju. Biasanya
menghasilkan hasiel kosmetik yang baik, tidak disarankan penggunaannya pada
jaringan ikat yang longgar.

Gambar 11. Teknik Jelujur Sederhana

Faktor yang mempengaruhi penyembuhan luka dan pembentukan jaringan parut:


• Regangan jahitan
• Infeksi
• Epitelisasi yang tertunda
• Penyejajaran tepi luka yang tidak akurat
• Gangguan aliran darah menuju luka
• Faktor-faktor genetik di luar kontrol

19
TEKNIK MENJAHIT LUKA

- PROSEDUR/CARA KERJA

• Melakukan anamnesis
• Jelaskan prosedur yang akan dilakukan kepada pasien
• Tanyakan riwayat alergi tentang obat anestesi atau povidone iodine
• Melakukan pemeriksaan fisik (deskripsi luka) meliputi : jenis luka, region,
jumlah, ukuran/dimensi, kondisi (warna, bentuk, dasar luka, kotor/bersih,
arah)
• Menentukan diagnosis
• Cuci tangan dan keringkan,kemudian pakai sarung tangan steril
• Bila perlu bersihkan luka dengan cairan normal saline(Nacl 0.9%)
• Bersihkan luka menggunakan cairan antiseptic (Povidon Iodine)
• Pasang duk lobang
• Berikan anestesi infiltrasi, tunggu sampai anestesi bekerja
• Gunakan jarum untuk menjahit kulit, masukan benang ke lubang jarum,pada
penggunaan jarum melengkung (curved needle) dari arah dalam keluar.
• Pegang jarum dengan menggunakan needle holder, kemudian mulai menjahit
luka. Jika luka dalam sampai jaringan otot, maka jahit lapis demi lapis (jenis
benang disesuaikan dengan jaringan yang robek. contoh: catgut, chromic,
side, dll)
• Ikat benang dengan membentuk simpul.
• Lakukan teknik menjahit simpel/ jelujur sederhana
• Lanjutkan menjahit luka sampai luka tertutup.
• Potong benang,sisakan sepanjang 1mm(untuk jahitan dalam),0.65cm (jahitan
luar)
• Oleskan normal salin/desinfectan pada jahitan.
• Tutup dengan kassa steril.
• Pasang plester/hipafix
• Merapihkan alat yang telah digunakan
• Edukasi ( perawatan jahitan dan kontrol luka)

20
TEKNIK MENGANGKAT JAHITAN PADA LUKA YANG DIJAHIT

A. PERSIAPAN PERALATAN
1. Pinset anatomis
2. Pinset Chirurgis
3. Gunting angkat jahit
4. Kassa steril
5. Sarung tangan steril
6. Gunting verband
7. Plester
8. Alkohol 70% dalam tempatnya
9. Iodin povidon solution 10% atau sejenisnya
10. NaCl 0,9%
11. Bengkok
12. Kain pembalut atau verband secukupnya

B. PROSEDUR PELAKSANAAN PENGANGKATAN JAHITAN

1. Informed consent
2. Deskripsi luka jahitan
3. Mempersiapkan alat
4. Mencuci tangan
5. Memakai sarung tangan steril
6. Membasahi plester dengan alcohol/wash bensin dan buka dengan
menggunakan pinset
7. Membuka balutan lapis terluar
8. Membersihkan sekitar luka dan bekas plester
9. Membuka balutan lapisan dalam
10. Menekan kedua tepi luka (sepanjang luka)
11. Membersihkan luka dengan menggunakan cairan NaCl 0,9%
12. Mendesinfeksi luka dengan Iodine Povidone
13. Meletakkan kassa steril dekat luka

21
14. Menarik simpul jahitan sedikit keatas secara hati-hati dengan memakai pinset
chirurgis, sehingga benang yang berada di dalam kulit kelihatan
15. Menggunting benang dan tarik hati-hati, buang ke kassa
16. Membilas dengan menggunakan cairan NaCl 0,9%
17. Melakukan kompres betadine pada luka / memberi obat / menutup dengan
kassa steril
18. Memasang plester
19. Merapihkan alat yang telah digunakan
20. Edukasi (perawatan setelah pengangkatan jahitan)

22
Lesson Plan Pertemuan I

NO KEGIATAN WAKTU
- Instruktur memperkenalkan diri
1 5 menit
- Mengenal nama mahasiswa
- Menjelaskan tujuan latihan
2 - Menilai persiapan mahasiswa mengenai topik 5 menit
keterampilan yang akan dipelajari
- Meminta salah seorang mahasiswa untuk mencoba
melakukan penjahitan luka
3 - Meminta mahasiswa untuk refleksi 15 menit
- Meminta mahasiswa lain untuk memberikan feedback
- Instruktur memberikan feedback
- Memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk
mencoba secara bergantian kemudian memberikan
4 feedback 70 menit
- Instruktur mengobservasi dan memberikan feedback
pada masing-masing mahasiswa
Penutup
5 5 menit
Diskusi, penugasan, rencana untuk pertemuan II

REFERENSI

Brown JS. Bedah Minor: buku ajar dan atlas (Minor Surgery: A Text and Atlas),
Jakarta : EGC, 1995.
Epstein, Owen. Clinical Examination. 3rd edition. Mosby Company; 2003.

Konsil Kedokteran Indonesia. Standar Kompetensi Dokter Indonesia, Jakarta; 2006.

Santosa, Budihardjo. Skills Lab Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada Jilid
6 tahun akademik 2004/2005. Yogyakarta; 2013.

23
LEMBAR KERJA MENJAHIT LUKA

NO KEGIATAN YA TIDAK

1 Melakukan anamnesis

2 Lakukan Informed consent kepada pasien :

- jelaskan tujuan, prosedur, sera resiko tindakan


kepada pasien
- Meminta ijin kepada pasien sebelum
melakukan tindakan
- Memastikan pasien telah memahami yang telah
dijelaskan
3 Melakukan pemeriksaan fisik (deskripsi luka)
meliputi : jenis luka, region, jumlah,
ukuran/dimensi, kondisi (warna, bentuk, dasar
luka, kotor/bersih, arah)
4 Menentukan diagnosis

5 Lakukan persiapan peralatan :

1. Needle Holder
2. Scalpel/bisturi
3. Klem Arteri
4. Klem Vena
5. Klem kohler
6. Pinset Cirurgis
7. Pinset Anatomis
8. Gunting Jaringan
9. Comb betadine
10. Needle
11. Cairan Povidone Iodine
12. Alkohol 70 %
13. Cairan NaCl
14. H2O2 (Peroksida) atau sabun
15. Benang Jahit (Silk, Nylon, Cutgut), Uk.
Sesuai dengan letak lukanya
16. Spuit 3 cc
17. Lidocain HCl
24
18. Kassa Steril
19. Plester
20. Duk steril
6 Lakukan cuci tangan dan menggunakan sarung
tangan steril
7 • Bila perlu bersihkan luka dengan cairan normal
saline(Nacl 0.9%)
• Bersihkan luka menggunakan cairan antiseptic
(Povidon Iodine)
8 Pasang duk lobang

9 Lakukan Anestesi infiltrasi :

- Tusukkan jarum menyusuri tepi luka sampai


seluruh luka teranestesi dengan baik
- Lakukan aspirasi untuk memastikan bahwa
ujung jarum tidak masuk ke pembuluh darah
- Infiltrasikan obat anestesi lokal bersamaan
waktu menarik mundur jarum
10 Lakukan teknik menjahit :

a. Simpul terputus
Melakukan penusukan jarum dengan jarak
antara setengah sampai 1 cm ditepi luka dan
sekaligus mengambil jaringan subkutannya
sekalian dengan menusukkan jarum secara
tegak lurus pada atau searah garis luka.
Simpul tunggal dilakukan dengan benang
absorbable dengan jarak antara 1cm. Simpul
diletakkan ditepi luka pada salah satu tempat
tusukan. Benang dipotong kurang lebih 1 cm.
b. Jelujur
• Buat simpul hanya pada ujung-ujung jahitan
• Lanjutkan menjahit luka dan buat simpul

25
pada akhir jahitan. Pada teknik jelujur
hanya 2 simpul. Bila salah satu simpul
terbuka, maka jahitan akan terbuka
seluruhnya
11 Setelah selesai menjahit, berilah pavidone iodine
dan tutuplah dengan kasa steril yang di plester.

12 Merapikan alat-alat yang telah digunakan

13 Edukasi ( perawatan jahitan dan kontrol luka)

26
LEMBAR KERJA PENGANGKATAN JAHITAN

NO KEGIATAN YA TIDAK

1 Informed consent

2 Deskripsi luka jahitan

3 Mempersiapkan alat :
1. Pinset anatomis
2. Pinset Chirurgis
3. Gunting angkat jahit
4. Kassa steril
5. Sarung tangan steril
6. Gunting verband
7. Plester
8. Alkohol 70% dalam tempatnya
9. Iodin povidon solution 10% atau sejenisnya
10. NaCl 0,9%
11. Bengkok
12. Kain pembalut atau verband secukupnya
4 Mencuci tangan

5 Memakai sarung tangan steril

6 Membasahi plester dengan alcohol/wash bensin dan


buka dengan menggunakan pinset
7 Membuka balutan lapis terluar

8 Membersihkan sekitar luka dan bekas plester

9 Membuka balutan lapisan dalam

10 Menekan kedua tepi luka (sepanjang luka)

11 Membersihkan luka dengan menggunakan cairan NaCl


0,9%

27
12 Mendesinfeksi luka dengan Iodine Povidone

13 Meletakkan kassa steril dekat luka

14 Menarik simpul jahitan sedikit keatas secara hati-hati


dengan memakai pinset chirurgis, sehingga benang
yang berada di dalam kulit kelihatan
15 Menggunting benang dan tarik hati-hati, buang ke kassa

16 Membilas dengan menggunakan cairan NaCl 0,9%

17 Melakukan kompres betadine pada luka / memberi obat


/ menutup dengan kassa steril
18 Memasang plester

19 Merapihkan alat yang telah digunakan

20 Edukasi (perawatan setelah pengangkatan jahitan)

28
SIRKUMSISI

TUJUAN PEMBELAJARAN

Setelah menyelesaikan modul sirkumsisi, mahasiswa diharapkan mampu :


1. Menjelaskan kepentingan sirkumsisi secara medis
2. Menjelaskan teknik-teknik sirkumsisi
3. Melakukan sirkumsisi dengan benar

Sirkumsisi atau yang dikenal oleh masyarakat dengan khitanan, atau sunat
atau sumpit, pada dasarnya adalah pemotongan sebagian dari preputium penis
hingga keseluruhan glands penis dan corona radiata terlihat jelas. Penis berfungsi
sebagai saluran kencing dan saluran untuk menyalurkan semen ke dalam vagina
selama berlangsungnya hubungan seksual.
Penis dibagi menjadi tiga region : pangkal penis, korpus penis dan glands
penis. Pangkal penis adalah bagian yang melekat pada tubuh di daerah simpisis
pubis. Korpus penis merupakan bagian yang di dalamnya terdapat saluran,
sedangkan glands penis adalah bagian paling distal yang melingkupi meatus uretra
eksterna. Corona radiate merupakan bagian “ leher “ yang terletak antara korpus
penis dan glands penis.

Kulit yang menutupi penis adalah kulit scrotum, terdiri dari lapisan otot polos
dan jaringan areolar yang memungkinkan kulit bergerak elastic tanpa merusak
striktur di bawahnya. Lapisan subkutannya juga mengandung banyak arteri, vena
dan pembuluh limfe superficial. Jauh dibawah jaringan alveolar, terdapat kumparan
jaringan elastic yang merupakan struktur internal penis. Sebagian besar korpus
penis terdiri dari jaringan erektil, corpora cavernosa dan corpus spongiosum.
Lipatan kulit yang menutupi ujung penis disebut preputium . Preputium
melekat di sekitar corona radiate , melanjut menutupi glands. Kelenjar-kelenjar
preputium yang terdapat disepanjang kulit dan mukosa preputium mensekresikan
waxy material yang dinamakan smegma. Sayangnya smegma merupakan media
yang paling baik bagi perkembangan bakteri. Inflamasi dan infeksi sering terjadi di

29
daerah ini khususnya bila higienitasnya tidak dijaga dengan baik. Salah satu cara
untuk mengatasi problem ini adalah dengan sirkumsisi.

Indikasi Sirkumsisi :
• Agama, sosial dan budaya
• Medis ( fimosis, parafimosis, balanitis)

Kontraindikasi Sirkumsisi :
• Hipospadia
• Epispadia
• Kelainan hemostasis

Alat dan bahan :


Alat yang dibutuhkan dalam sirkumsisi adalah :

1. Klem hemostat (3 buah): 1 buah klem lurus, 2 buah klem bengkok


2. Needle holder
3. Spuit 3 cc
4. Jarum jahit jaringan
5. Benang jahit
6. Duk steril
7. Obat anestesi local ( Lidokain, Prokain, Buvikain )
8. Povidone Iodine
9. Alkohol 70%
10. Kassa steril
11. Cat gut plain
12. Plester
13. Hanscoen
14. Gunting jaringan
15. Duk steril
16. Bengkok

30
Prosedur tindakan pelaksanan
1. Melakukan anamnesis singkat ( identitas, riwayat penyakit, riwayat luka,
kelainan epispadia dan hipospadia)
2. Mempersiapkan dan mengecek semua alat dan bahan yang diperlukan
3. Menempatkan alat dan bahan pada tempat yang mudah dijangkau
4. Mempersiapkan pasien ( menyapa dengan ramah dan mempersilahkan
pasien untuk berbaring)
5. Meminta pasien membuka celana/sarung dan menenangkan pasien dengan
sopan.
6. Melakukan cuci tangan
7. Memakai handscoen steril
8. Desinfeksi daerah operasi mulai dari preputium sampai pubis secara
sentrifugal
9. Memasang duk steril dengan benar
10. Melakukan anestesi blok nervus pudendus.
Patokan kedalaman yang sering diambil adalah perasaan “menembus
kertas”. Anestesi tidak boleh diberikan pada lokasi terlalu dalam (biasanya
tidak lebih dari setengah jarum) karena tidak akan mengenai saraf.
Dianjurkan memblok pada tiga titik: Caranya jarum pertama kali ditusukkan
pada garis medial di bawah simphisis pubis sampai menembus fasia.
Disuntikkan lidocain 2% sebanyak 1,5 cc. Kemudian jarum ditarik sedemikian
rupa hingga berada di antara fasia dan jaringan lemak (tidak ditarik keluar),
kemudian ditusukkan miring ke kiri dan ke kanan kembali menembus fasia.
Untuk daerah samping kiri dan kanan ini cukup masing-masing 0,5 cc.
Selanjutnya daerah anestesinya dimassage.

Gambar 12. Anestesi Blok

31
11. Melakukan anestesi infiltrasi sub cutan pada korpus penis ke arah proximal
Dilakukan subkutis ventral penis. Caranya jarum ditusukkan di garis medial
sepertiga proksimal. Lalu dimiringkan menyusur subkutis sampai posisi jam 3.
Lidocain dimasukkan sambil menarik mundur jarum. Hal sama dilakukan pada
sisi kanan sampai posisi jam 9. Dengan demikian terbentuk infiltrasi setengah
cincin di daerah ventral penis

Gambar 13. Anestesi Infiltrasi


12. Melakukan konfirmasi apakah anestesi telah berhasil
Setelah ditunggu 3-5 menit dapat diuji efeknya dengan cara menjepit ujung
preputium.
13. Membuka preputium perlahan-lahan dan bersihkan penis dari smegma
menggunakan kasa povidone iodine sampai corona glandis terlihat.

Gambar 14. Corona dan Frenulum Glandis


14. Kembalikan preputium pada posisi semula.
15. Klem preputium pada jam 11, 1 dan 6
16. Gunting preputium pada jam 12 sampai corona glandis
32
Gambar 15. Teknik Menggunting Preputium
17. Lakukan jahit kendali mukosa-kulit , pada jam 12
18. Gunting preputium secara melingkar kanan dan kiri , dengan menyisakan
frenulum pada klem jam 6.
19. Observasi perdarahan (bila ada perdarahan,klem arteri/vena, ligasi dengan
jahitan melingkar)
20. Jahit angka 8 pada frenulum
21. Lakukan pemotongan frenulum di distal jahitan
22. Control luka dan jahitan, oleskan salep antibiotic disekeliling luka jahitan
23. Balut luka dengan kasa steril
24. Buka duk dan hanscon, cek alat dan rapikan kembali semua peralatan
25. Pemberian obat dan edukasi pasien

33
Lesson Plan Pertemuan I

NO KEGIATAN WAKTU
- Instruktur memperkenalkan diri
1 5 menit
- Mengenal nama mahasiswa
- Menjelaskan tujuan latihan
2 - Menilai persiapan mahasiswa mengenai topik 5 menit
keterampilan yang akan dipelajari
- Meminta salah seorang mahasiswa untuk mencoba
melakukan keterampilan sirkumsisi
3 - Meminta mahasiswa untuk refleksi 15 menit
- Meminta mahasiswa lain untuk memberikan feedback
- Instruktur memberikan feedback
- Memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk
mencoba secara bergantian kemudian memberikan
4 feedback 70 menit
- Instruktur mengobservasi dan memberikan feedback
pada masing-masing mahasiswa
Penutup 5 men
5
Diskusi, penugasan, rencana untuk pertemuan II it

Lesson Plan Pertemuan II

NO KEGIATAN WAKTU
1 - Mereview kegiatan pembelajaran pada pertemuan I 5 menit
- Meminta salah seorang mahasiswa untuk mencoba
melakukan keterampilan sirkumsisi
2 - Meminta mahasiswa untuk refleksi 15 menit
- Meminta mahasiswa lain untuk memberikan feedback
- Instruktur memberikan feedback
- Memberikan kesempatan kepada mahasiswa secara
3 bergantian untuk berlatih kemudian saling memberikan 75 menit
feedback

34
- Instruktur mengobservasi dan memberikan feedback
4 Penutup 5 menit

DAFTAR PUSTAKA
1. Syamsuhidayat R, Wim de jong 2004, Buku ajar Ilmu Bedah Ed 2 Jakarta
EGC
2. Citra utama, Ananda 1990, Sirkumsisi. Jakarta: Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia

35
LANGAH-LANGKAH SIRKUMSISI

NO KEGIATAN YA TIDAK

1 Melakukan anamnesis singkat ( identitas, riwayat


penyakit, riwayat luka, kelainan epispadia dan
hipospadia)

2 Mempersiapkan dan mengecek semua alat dan bahan


yang diperlukan

3 Menempatkan alat dan bahan pada tempat yang mudah


dijangkau

4 Mempersiapkan pasien ( menyapa dengan ramah dan


mempersilahkan pasien untuk berbaring)

5 Meminta pasien membuka celana/sarung dan


menenangkan pasien dengan sopan.

6 Melakukan cuci tangan

7 Memakai handscoen steril

8 Desinfeksi daerah operasi mulai dari preputium sampai


pubis secara sentrifugal

9 Memasang duk steril dengan benar

10 Melakukan anestesi blok nervus pudendus : Patokan


kedalaman yang sering diambil adalah perasaan
“menembus kertas”

11 Melakukan anestesi infiltrasi sub cutan pada korpus


penis ke arah proximal : Caranya jarum ditusukkan di
garis medial sepertiga proksimal. Lalu dimiringkan
menyusur subkutis sampai posisi jam 3. Lidocain
dimasukkan sambil menarik mundur jarum. Hal sama

36
dilakukan pada sisi kanan sampai posisi jam 9.

12 Melakukan konfirmasi apakah anestesi telah berhasil


dengan cara Setelah ditunggu 3-5 menit dapat diuji
efeknya dengan cara menjepit ujung preputium.

13 Membuka preputium perlahan-lahan dan bersihkan


penis dari smegma menggunakan kasa povidone iodine
sampai corona glandis terlihat.

14 Kembalikan preputium pada posisi semula.

15 Klem preputium pada jam 11, 1 dan 6

16 Gunting preputium pada jam 12 sampai corona glandis

17 Lakukan jahit kendali mukosa-kulit , pada jam 12

18 Gunting preputium secara melingkar kanan dan kiri ,


dengan menyisakan frenulum pada klem jam 6.

19 Observasi perdarahan (bila ada perdarahan,klem


arteri/vena, ligasi dengan jahitan melingkar)

20 Jahit angka 8 pada frenulum

21 Lakukan pemotongan frenulum di distal jahitan

22 Control luka dan jahitan, oleskan salep antibiotic


disekeliling luka jahitan

23 Balut luka dengan kasa steril

24 Buka duk dan hanscon, cek alat dan rapikan kembali


semua peralatan

25 Pemberian obat dan edukasi pasien

37

Anda mungkin juga menyukai