1 PB PDF
1 PB PDF
2, November 2018 1
Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk melihat status hiperurisemia di pedesaan. Metode penelitian
ini dilakukan dengan cara cross-sectional studi yang dilakukan di pedesaan Kabupaten Cianjur.
Pemilihan subjek penelitian dengan teknik random sampling dan diperoleh 116 subjek terpilih yang
berpartisipasi dalam penelitian. Data penelitian yang dikumpulkan adalah pengetahuan terkait asam
urat, asupan purin subjek dengan menggunakan kuesioner dengan teknik wawancara. Data status gizi
berupa Indeks Massa Tubuh (IMT) dikumpulkan melalui berat badan (kg) dan tinggi badan (m2)
dikumpulkan melalui pengukuran antropomteri gizi serta serta data kadar asam urat sampel diperoleh
melalui pengambilan darah vena subjek. Hasil studi menunjukkan bahwa subjek dengan IMT normal
sebanyak 58,6% kadar asam urat subjek menunjukan normal (< 500 mg) sedangkan rata-rata
pengetahuan asam urat subjek terkategorikan rendah (< 60 ). Asupan purin subjek tergolong rendah.
Hasil uji hubungan menunjukkan bahwa kejadian hiperurisemia berhubungan signifikan dengan
tingkat asupan purin subjek. Hasil uji regresi berdasarkan jenis kelamin, pada pria dengan rentang usia
dewasa menengah menunjukkan bahwa asupan purin merupakan faktor risiko hiperurisemia p = 0.001
(OR = 24,5; 95% CI: 1.80-332.46).
dengan penyakit sendi. Pada usia 55- kadar asam urat berhubungan dengan
64 jumlah penyakit sendi sekitar 45%. indeks massa tubuh (IMT). Menurut
Prevalensi hiperurisemia memiliki Schlesinger (2005) kadar asam urat
angka yang cukup beragam. Banyak menurun seiring dengan penurunan
studi melaporkan bahwa hiperurisemia berat badan seseorang. Pengetahuan
merupakan prediktor penyakit berperan dalam perilaku seseorang
hipertensi, risiko penyakit jantung, dalam menjaga kesehatan dan memilih
metabolik sindrom, bahkan bisa jenis makanan yang baik untuk tubuh.
mengakibatkan kematian. (Juraschek Hasil penelitian Runtuwene (2016)
et al. 2014; Jin et al. 2013; Tsan et al. subjek yang mendapatkan konseling
2012). Penyakit lainnya yang dan pengetahuan terakait asam urat
diindikasikan berkaitan dengan mengalami penurunan setelah
hiperurisemia adalah gagal ginjal dan diberikan konseling dan informasi
obesitas (Harris et al. 1999; Choi et al. terakait asam urat baik sumber
2005; Cicero et al. 2016). makanan penyebab asam urat.
Obesitas mulai meningkat Berdasarkan latar belakang
sejak beberapa dekade terakhir. diatas rumusan penelitian ini adalah
Obesitas merupakan salah satu untuk mengetahui penderita
indikator metabolik sindrom dan hiperurisemia di perdesaan Kabupaten
faktor risiko diabetes melitus tipe-2. Cianjur. Tujuan umum penelitian ini
Studi yang dilakukan Takahashi et al. adalah menganalisis hubungan status
(1997) menyebutkan studi pada pria gizi, asupan purin serta pengetahuan
obesitas di Jepang terdapat asam urat terhadap kejadian
penumpukan lemak subkutan atau hiperurisemia pada masyarakat
lemak visceral dan meningkatkan perdesaan.
indeks massa tubuh serta
mempengaruhi metabolisme asam urat METODE
di dalam tubuh. Obesitas memiliki Metode penelitian yang digunakan
dampak pada metabolisme asam urat adalah studi deskriptif dengan metode
termasuk peningkatan produksi asam cross sectional study. Penelitian ini
urat serta penurunan ekskresi asam dilakukan di Kabupaten Cianjur,
urat melalui ginjal (Nan 2008). Provinsi Jawa Barat pada bulan
Faktor risiko yang November 2014 - April 2015. Data
berhubungan dengan peningkatan penelitian ini merupakan bagian dari
kadar asam urat di dalam darah penelitian Sosio-Economic,
diantaranya, faktor genetik, tingginya Demographic, Dietary and Lifestyle
konsumsi makanan seafood, daging- Characteristic and The Prevalence of
dagingan, makanan sumber fruktosa. Metabolic Syndrom of Middle Aged
(Choi et al. 2005; Johnson et al. 2005; Rural People (Nurdin et al. 2014).
Doherty 2009). Hiperurisemia Sebagian data diperoleh dari penelitian
diketahui berhubungan dengan indeks utama dan pengetahuan asam urat
massa tubuh, pada penelitian Jiang et merupakan variabel tambahan.
al. (2015) menyatakan bahwa indeks Penelitian ini dilakukan untuk melihat
massa tubuh (IMT) berpengaruh gambaran penderita hiperurisemia di
terhadap kadar asam urat. Studi perdesaan Kabupaten Cianjur.
sebelumnya yang dilakukan Conen et Populasi target dari penelitian
al. (2004) menyatakan peningkatan ini adalah pria dan wanita perdesaan
Media Pendidikan, Gizi dan Kuliner. Vol. 7, No. 2, November 2018 3
dengan rentang usia 40 - 60 tahun atau dan persentase. Hal ini menunjukkan
usia dewasa madya. Populasi gambaran karakteristik subjek (jenis
terjangkau diambil dari sebagian kelamin, usia, tingkat pendidikan,
subjek di salah satu perdesaan di pekerjaan, pendapatan), pengetahuan
Kecamatan Karang Tengah Kabupaten asam urat, asupan purin dan status gizi
Cianjur yang dipilih secara purposive (indeks massa tubuh). Uji bivariat
sampling. Cara pengambilan subjek menggunakan uji chi-square dengan
usia dewasa madya dengan rumus taraf kepercayaan (α) 0,05 atau 95%.
estimasi rata-rata populasi (Lwanga & Uji ini digunakan untuk mengetahui
Lemeshow et al. 1997). Pengambilan hubungan variabel yang diteliti dengan
sampel berdasarkan prevalensi kejadian hiperurisemia. Uji beda
hiperurisemia di perdesaan Jawa menggunakan uji mann-whitney, uji
Tengah (Hidayat 2009) sebesar 47.2%. ini bertujuan untuk mengetahui
Sampel minimal penelitian diperoleh terdapat perbedaan atau tidak beberapa
96 orang. Sampel yang berpartisipasi variabel berdasarkan jenis kelamin.
pada penelitian ini sebanyak 116 Uji multivariat untuk melihat faktor
subjek dengan asumsi subjek melebihi yang paling berpengaruh terhadap
sampel minimal. kejadian hiperurisemia pada kedua
Data yang dikumpulkan jenis kelamin. Selain uji multivariat,
meliputi karakteristik subjek (usia, untuk melihat faktor risiko pada setiap
pendidikan, pekerjaan, pendapatan), jenis kelamin menggunakan uji
pengetahuan gizi terkait asam urat, pearson-chi square.
asupan purin, status gizi (indeks massa
tubuh). Data katakteristik subjek, HASIL DAN PEMBAHASAN
pengetahuan asam urat dengan PENELITIAN
pernyataan 10 pertanyaan (B-S), data Karakteristik Subjek
asupan purin diperoleh dari data FFQ Kabupaten Cianjur merupakan
(Food Frequency Quessinaire) semi salah satu Kabupaten di Jawa Barat
kuantitatif melalui metode wawancara. yang memiliki luas 3.594.65 km2.
Data status gizi diperoleh melalui Menurut data BPS (2014)
pengukuran antropometri, indeks menyebutkan bahwa rata-rata jumlah
massa tubuh diperoleh dari tinggi pendududk di Jawa Barat lebih banyak
badan dan berat badan (kg/m2). Berat pria dibandingkan wanita dengan sex
badan diukur dengan menggunakan rasio 102.98. Sekitar 369.529 jiwa
timbangan digital dengan tingkat bekerja di sektor pertanian sebagai
ketelitian 0,1 kg dan tinggi badan pekerjaan utama atau sekitar 41,96%
menggunakan alat ukur microtoise atau kabupaten/kota kedua tertinggi
dengan tingkat ketelitian 0,01 cm. yang rata-rata pekerjaan utamanya
Pengukuran kadar asam urat dengan bergerak disektor pertanian. Lahan
menggunakan metode pengambilan pesawahan di Jawa Barat sekitar
darah vena oleh tenaga kesehatan. 938.000 Ha. Lahan pesawahan di
Semua data dianalisis Kabupaten Cianjur sekitar 66.283 Ha
menggunakan program Microsoft atau urutan ketiga dari seluruh
Office 2013 dan SPSS versi 16.0 for kabupaten/kota di Jawa Barat (BPS
Windows. Analisis deskriptif 2014). Hasil penelitian yang
digunakan untuk mengetahui distribusi dilakukan, berdasarkan karakteristik
frekuensi, rata-rata, standar deviasi subjek, usia subjek rta-rata sekitar
Media Pendidikan, Gizi dan Kuliner. Vol. 7, No. 2, November 2018 4
Pendapatan perkapita/bulan
> Rp. 264.580,- 58 100
Rataan±SD 429 872±396 846
Asupan Purin Subjek terhadap purin. Baik pria maupun wanita tidak
kejadian Hiperurisemia terdapat perbedaan yang nyata dalam
konsumsi makanan sumber purin
Penelitian Kusmayanti et al (p>0,05).
(2015) salah satu faktor penyebab Bahan makanan tinggi purin
hiperurisemia adalah konsumsi bahan diantaranya adalah daging-dagingan,
makanan mengandung purin tinggi makanan laut, sayuran tanaman hijau
atau sekitar >1000 mg/hari. Asupan pekat, kacang-kacangan. Berdasarkan
makanan tinggi purin, tingkat data penelitian yang dikumpulkan
konsumsi purin dan serta frekuensi asupan makanan sumber purin
konsumsi bahan makanan sumber termasuk rendah (100-500 mg)
purin signifikan terhadap kejadian sedangkan makanan yang disebutkan
hiperurisemia. Berdasarkan Tabel 6 di atas rata-rata termasuk pada
diketahui bahwa sebagian besar subjek makanan sumber purin tinggi (>1000
rendah mengonsumsi makanan sumber mg) dalam 100 gram makanan (Garrel
purin, hampir sebagian besar (96,6%) et al 1991). Hal ini disebabkan
subjek mengonsumsi purin 100- kemampuan subjek dalam memenuhi
500mg/hari. Hanya 3,4% subjek kebutuhan pangan yang cukup
gemar mengonsumsi makanan sumber terbatas.
bahwa asupan purin berhubungan erat asam urat dalam darah ( p< 0,05; r=
dengan kejadian hiperurisemia. 0,01). Asam urat di dalam tubuh tidak
hanya bersumber dari asupan tinggi
Faktor-faktor yang berhubungan dengan purin saja, akan tetapi asam urat
kejadian Hiperurisemia diketahui merupakan hasil degradasi
Berbagai penelitian materi genetik yang terjadi secara
menyebutkan banyak faktor yang terus menerus dalam proses
berhubungan dengan kejadian metabolisme di dalam tubuh. Sehingga
hiperurisemia. Hasil uji bivariat (uji tidak menjadi dasar bahwa kadar asam
chi-square) menunjukan bahwa subjek urat bersumber dari asupan purin
penelitian di perdesaan Kabupaten tinggi saja.
Cianjur, asupan purin berkorelasi
positif terhadap peningkatan kadar