Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Salah satu di antara sederetan musibah atau fitnah besar yang pernah menimpa umat
Islam sejak abad pertama hijriah adalah tersebarnya hadits-hadits dha'if dan maudhu' di
kalangan umat. Hal itu juga menimpa para ulama kecuali sederetan pakar hadits dan kritikus
yang dikehendaki Allah seperti Imam Ahmad, Bukhari, Ibnu Muin, Abi Hatim ar-Razi, dan
lain-lain. Tersebarnya hadits-hadits semacam itu di seluruh wilayah Islam telah meninggalkan
dampak negatif yang luar biasa.
Di antaranya adalah terjadinya perusakan segi akidah terhadap hal-hal gaib, segi
syariat, dan sebagainya. Telah menjadi kehendak Illahi Yang Maha Bijaksana untuk tidak
membiarkan hadits-hadits semacam itu berserakan di sana-sini tanpa mengutus atau
memberikan keistimewaan pada sekelompok orang berkemampuan tinggi untuk menghentikan
dampak negatif serta menyingkap tabirnya, kemudian menjelaskan hakikatnya kepada
khalayak. Mereka itulah para pakar hadits asy syarif, para pengemban panji sunnah
nabawiyyah yang telah didoakan Rasulullah saw. dengan sabdanya: ,
"Allah SWT membaikkan kedudukan seseorang yang mendengar sabdaku,
memahaminya, menjaganya, dan kemudian menyampaikannya kepada orang lain.
Boleh jadi pengemban fiqih akan menyampaikannya kepada yang lebih pandai
darinya." (HR Abu Daud dan Tirmidzi serta Ibnu Hibban).
Para pakar hadits telah melakukan penelitian dan menjelaskan keadaan hadits- hadits
Rasullah dengan menghukuminya sebagai hadits sahih, dha'if,dan maudhu'. Mereka pun
membuat aturan dan kaidah-kaidah, khususnya yang berkenaan dengan ilmu tersebut. Siapa
pun yang berpengetahuan luas dalam ilmu ini akan mudah mengenali derajat suatu hadits,
sekalipun tanpa adanya nash. Inilah yang dikenal dengan nama ilmu Mushthalah Hadits.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian hadits maudlu’ ?


2. Apa penyebab munculnya hadits maudlu’ ?
3. Bagaimana cara mengatasi munculnya hadits maudlu’ ?
4. Apa saja cara mengetahui hadist maudlu’ ?

1
C. Manfaat dan Tujuan
1. Mengetahui pengertian hadits maudlu’.
2. Mengetahui penyebab munculnya hadits maudlu’.
3. Mengetahui cara mengatasi munculnya hadits maudlu’.
4. Mengetahui cara mengetahui hadits maudlu’.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Hadis Maudlu’

“Hadis maudhu’ adalah hadis yang diada-adakan dan dibuat-buat.”

Yakni hadis yang disandarkan kepada Rasulullah SAW dengan dusta dan tidak ada kaitan
yang hakiki dengan Rasulullah. Bahkan sebenarnya ia bukan hadis, hanya saja para ulama
menamainya hadis mengingat adanya anggapan rawinya bahwa hal itu adalah hadis.

Banyak sekali kata-kata ahli hikmah, kata-kata mutiara para sahabat dinisbatkan kepada Nabi
SAW oleh para pemalsu hadis. Banyak pula mereka memalsukan hadits dengan kata-kata yang
mereka ciptakan dan mereka rangkai sendiri.

Hadis maudhu’ adalah hadis dhaif yang paling jelek dan paling membahayakan bagi agama
Islam dan pemeluknya. Para ulama sepakat bahwa tidak halal meriwayatkan hadis maudhu’ bagi
seseorang yang mengetahui keadaannya, apapun misi yang diembannya kecuali disertai penjelasan
tentang ke-maudhu-annya dan disertai peringatan untuk tidak mempergunakannya.1

Hadits maudhu’ ialah :

“Hadits yang diciptakan serta dibuat oleh seseorang (pendusta), yang diciptaan itu dibangsakan
kepada Rasulullah SAW secara palsu dan dusta, baik hal itu disengaja, maupun tidak.”

Yang dikatakan dangan rawi yang berdusta kepada Rasulullah SAW ialah mereka yang pernah
berdusta dalam membuat hadits, walaupun hanya sekali seumur hidupnya. Hadits yang mereka
riwayatkan tidak dapat diterima, biar mereka telah tobat sekalipun. Berlainan halnya dengan
periwayatan orang yang pernah bersaksi palsu, jika ia telah bertobat dengan sungguh-sungguh,
maka dapat diterima.2

B. Sebab-Sebab Timbulnya Hadits Maudhu’

Adanya motif-motif yang mendorong para pendusta membuat hadits maudhu’ adalah :

 Perselisihan Politik Atau Madzhab

1
. Dr. Nuruddin ‘Itr, ‘Ulumul Hadis, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2012, hal.308-309
2
Drs. Fatchur Rahman, Ikhtisar Mushthalahu’l Hadits, PT Alma’arif, Bandung, 1974, hal.168-169
3
Pemalsuan hadis disinyalir mulai muncul sejak tahun 41 Hijriyyah, pada masa
pemerintahan khalifah Ali bin Abi Tholib r.a yakni ketika kaum muslimin saling berselisih
dan terpecah belah dalam beberapa kelompok, mayoritas muslimin, golongan syi’ah,
golongan mu’awiyyah, serta golongan khowarij yang mendeklarasikan diri pasca pecahnya
perang “Shiffin”. Demi memperjuangkan idiologi dan tujuan politiknya, tidak jarang
mereka yang selalu menuruti hawa nafsu dari masing-masing aliran, membuat hadis-hadis
palsu dengan mengatasnamakan Rasulullah SAW.

 Sengaja Merusak Tatanan Islam

Diantara contoh hadis palsu yang mereka susupkan untuk merusak kemurnian dan
keluhuran Islam :

“Aku adalah pungkasan para Nabi, tidak ada Nabi setelahku, kecuali Allah berkehendak
(lain)”

 Ta’ashshub (fanatik)

Ta’ashshub disini bisa berupa fanatisme kebangsaan, suku, bahasa, atau kultus individu
para imam madzhab. Sikap fanatik terhadap suku atau bahasa tertentu, pernah mengemuka
pada era kepemimpinan dinasti Umaiyyah, ketika terjadi kesenjangan antara warga Arab
dan non Arab, yang dipicu oleh perlakuan diskriminatif sebagian pemegang kekuasaan.

 Mencari Murka di Hadapan Penguasa

Memang sangat menyedihkan bila ada segelintir ulama’ yang rela mempertaruhkan akhir
demi kepentingan dunia. Kisah kisah Ghiats bin Ibrahim an Nakho’iy Al Kuffi ketika
menghadap khalifah Al Mahdi adalah salah satu contohnya. Suatu hari Ghiats mau
menghadap amirul mukminin Al mahdi yang menyukai burung merpati, dan kebetulan
pada saat itu al mahdi sedang bemain-main dengan merpatinya. Lalu ada seseorang yang
mengatakan pada Ghiats :”terangkanlah sebuah hadis pada amirul mukminin !” Ghiats
kemudian berkata “Fullan menceritakan kepadaku dari si fullan bahwa nabi SAW pernah
bersabda : “Tidak boleh ada perlombaan kecuali dalam panah, unta, kuda atau burung”.

 Menarik Minat Pendengar Dengan Mengetengahkan Dongeng-Dongeng Atau Kisah


Menakjubkan

Tukang dongeng yang berlagak pintar dan ingin membuat terkesima para pendengarnya
kadang juga menjadi sebab pemalsuan hadits, dengan menceritakan hadits yang aneh-aneh.

4
Dalam hal ini, ada kisah menarik yang disampaikan Abu Ja’far Ath Thoyalisi. Suatu ketika
Imam Ahmad bin Hanbal dan Yahya bin Ma’in melaksanakan sholat di masjid Ar-
Roshofah, lalu berdirilah seorang pendongeng dan berkata “Menceritakan kepadaku
Ahmad bin Hanbal dan Yahya bin Ma’in, mereka berdua berkata : Abdurrozaq
menceritakan kepadaku dari Ma’nar dari Qotadah dari An-Nas r.a berkata : Rosululloh
SAW bersabda :

“Barangsiapa mengucapakan Laa Ilaaha Illallah maka dari setiap kalimat itu, Alloh
menciptakan seekor burung berparuh emas dan berbulu marjan... dan seterusnya ”

 Bertujuan Targhib Atau Tarhib

Para ahli hadits menilai, dari sekian sebab munculnya hadits-hadits maudhu’, yang paling
berbahaya dan lebih besar dampak buruknya adalah hadits palsu yang dilatar belakangi
unsur targhib atau tarhib (merangsang masyarakat untuk melakukan amalan baik atau
meninggalkan amalan buruk).3

C. Usaha Mengatasi Munculnya Hadits Maudlu


1. Pengakuan dari si pembuat sendiri atas kedustaannya, seperti yang dilakukan oleh
Abdul Karim bin Auja’ atau Nuh bin Maryam.
2. Adanya fakta sejarah bahwa seorang perowi tidak mungkin bertemu syaikul hadisnya
(nara sumber hadis). Seperti ia sebenarnya tidak pernah berjumpa.
3. Perowi itu memang dikenal sebagai pembohong atau suka membuat hadis-hadis palsu,
sementara pada hadis bersangkutan tidak ada rowi tsiqqah lain yang meriwayatkannya.
4. Terdapat motivasi tertentu pada pribadi perowi yang tipis imannya, dan tidak takut
membuat hadis palsu.4
D. Beberapa cara untuk mengetahui sebuah hadits adalah merupakan hadits palsu
(maudhu’)

1. Menyelisihi Al Qur’an dan As Sunnah Ash Shahihah dalam hukum dan lafazhnya.
2. Lafazh hadits yang berlebihan dalam penentuan pahala bagi suatu amalan dan pula sebaliknya.
3. Makna yang fasid dan bathil dikarenakan menyelisihi akal dan syari’at.
Misalnya perkataan Ar Rabi’ bin Khutsaim bin ‘Aidz Abu Yazid Al Kufi: “Sesungguhnya
hadits Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam memiliki cahaya bagaikan cahaya malam hari, dan
diketahui kegelapan semisal kegelapan malam yang engkau ingkari.”
4. Pengakuan dari Al Wadho’ (pemalsu hadits) sendiri disertai qarinah/indikasi yang kuat atas
benarnya pengakuan dia.
Semisal penyebutan syaikh yang ia meriwayatkan dari syaikh itu, namun ketika ditanyakan

3
Misbah A.B, Mutiara Ilmu Hadis, Mitra Pesantren, Kediri-Jatim, 2010, hal.94-100
4
. Ibid, hal.103-104
5
tentang tahun wafatnya syaikh tadi, ia menyebutkan tahun yang mana mustahil baginya
berjumpa dengan syaikh itu, dikarenakan ia meninggal jauh sebelum perawi itu dilahirkan.

Akan tetapi, khabar maudhu’ yang banyak dimasukkan ke dalam periwayatan hadits nabawi, tidaklah
menjadikan syariat Islam yang putih bersih ini menjadi ternoda, dikarenakan Allah Subhanahu wa
ta’ala telah menjanjikan untuk menjaga syariat Islam ini selamanya.

Berkata Al Imam Ibnul Mubarak rahimahullah sewaktu dikatakan kepada beliau: “Inilah hadits-hadits
yang telah dibuat-buat (maudhu’)..?!” Beliau berkata: “Akan selalu ada para ulama-ulama ahli hadits
yang akan menyingkap semuanya, Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman:

ُ ‫إِنَّا نَحْ نُ نَ َّز ْلنَا ال ِذِّك َْر َو إِنَّا لَهُ لَحَا ِف‬
َ‫ظ ْون‬

“Sesungguhnya Kami yang telah menurunkan Adz Dzikr dan Kami pulalah yang akan menjaganya.”5

5
. http://kautsarku.wordpress.com/2012/07/27/sebab-sebab-adanya-hadits-maudhu-hadits-palsu-di-kalangan-kaum-
muslimin/
6
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Penyebutan istilah maudhu’ sebagai hadits – padahal ia jelas bukan hadits Nabi SAW, -
hanyalah sebatas penamaan yang didasarkan pada istilah yang dibuat para pembikinnya. Hadis
semacam ini, tentu saja bathil dan tertolak dengan sendirinya tanpa terkecuali, sebab tindakan
demikian nyata-nyata merupakan pendustaan terhadap Rasulullah saw. Bila digabungkan dalam
kualifikasi hadits dloif, ia merupakan jenis hadits paling buruk dan haram untuk disampaikan pada
khalayak umum kecuali sebatas pemberitahuan bahwa hadits dimaksud adalah maudlu’ (palsu).

B. Saran

Disarankan untuk berhati-hati dalam memilah dan memahami hadits, bisa jadi hadits tersebut
tergolong hadits maudlu’ (palsu). Baca ciri-ciri hadits maudlu’ agar tidak salah dalam mengamati
hadits.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk kehidupan beragama kita semua. Aamiin.

Anda mungkin juga menyukai