LP Perinatologi
LP Perinatologi
RUANGAN PERINATOLOGI
OLEH:
NAMA : ST.AISYA
NIM : B0216303
CI LAHAN CI INSTITUSI
TAHUN 2019/2020
LAPORAN PENDAHULUAN
c. Merintih
Menurut Petty dan Asbaugh (1971), definisi dan kriteria RDS bila didapatkan
sesak nafas berat (dyspnea ), frekuensi nafas meningkat (tachypnea), sianosis yang
menetap dengan terapi oksigen, penurunan daya pengembangan paru, adanya gambaran
infiltrat alveolar yang merata pada foto thorak dan adanya atelektasis, kongesti vascular,
perdarahan, edema paru, dan adanya hyaline membran pada saat otopsi.
Menurut Murray et.al (1988) disebut RDS apabila ditemukan adanya kerusakan
paru secara langsung dan tidak langsung, kerusakan paru ringan sampai sedang atau
kerusakan yang berat dan adanya disfungsi organ non pulmonary.
Menurut Bernard et.al (1994) apabila onset akut, ada infiltrat bilateral pada foto
thorak, tekanan arteri pulmonal =18mmHg dan tidak ada bukti secara klinik adanya
hipertensi atrium kiri, adanya kerosakan paru akut dengan PaO2 : FiO2 kurang atau sama
dengan 300, adanya sindrom gawat napas akut yang ditandai PaO2 : FiO2 kurang atau
sama dengan 200, menyokong suatu RDS.
2. Etiologi
c. Pneumonia
d. Asfiksia
h. Pneumonia
i. Asidosis
j. Kelainan atau malformasi kongenital
b. Transient Tachypnoe of the Newborn (TTN) paru-paru terisi cairan, sering terjadi
pada bayi caesar karena dadanya tidak mengalami kompresi oleh jalan lahir
sehingga menghambat pengeluaran cairan dari dalam paru.
c. Infeksi (Pneumonia),
d. Sindroma Aspirasi,
e. Hipoplasia Paru,
f. Hipertensi pulmonal,
h. Pleural Effusion,
Penyebab kelainan ini secara garis besar adalah kekurangan surfaktan, suatu zat
aktif pada alveoli yang mencegah kolaps paru. RDS seringkali terjadi pada bayi
prematur, karena produksi surfaktan, yang dimulai sejak kehamilan minggu ke-22,
baru mencapai jumlah cukup menjelang cukup bulan. Makin muda usia kehamilan,
makin besar pula kemungkinan terjadinya RDS. Kelainan merupakan penyebab
utama kematian bayi prematur.
Adapun penyebab-penyebab lain yaitu:
Bila bayi mengalami sesak napas begitu lahir atau 1-2 hari kemudian,
biasanya disebabkan adanya kelainan jantung atau paru-paru. Hal ini bisa
terjadi pada bayi dengan riwayat kelahiran normal atau bermasalah, semisal
karena ketuban pecah dini atau lahir premature
f. Tersedak makanan.
Bila anak mengalami ISPA (Infeksi saluran Pernapasan Akut) bagian atas,
semisal flu harus ditangani dengan baik.
4. Patofisiologi
Telah diketahui bahwa surfaktan mengandung 90% fosfolipid dan 10% protein ,
lipoprotein ini berfungsi menurunkan tegangan permukaan dan menjaga agar alveoli
tetap mengembang.
Pada RDS terjadi atelektasis yang sangat progresif, yang disebabkan kurangnya
zat yang disebut surfaktan. Surfaktan adalah zat aktif yang diproduksi sel epitel
saluran nafas disebut sel pnemosit tipe II. Zat ini mulai dibentuk pada kehamilan 22-
24 minggu dan mencapai max pada minggu ke 35. Zat ini terdiri dari fosfolipid (75%)
dan protein (10%).
Sel tipe II ini sangat sensitif dan berkurang pada bayi dengan asfiksia pada
periode perinatal, dan kematangannya dipacu dengan adanya stress intrauterine
seperti hipertensi, IUGR dan kehamilan kembar.Gambaran radiologi tampak
adanya retikulogranular karena atelektasis,dan air bronchogram.
5. Manifestasi Klinis
Berat dan ringannya gejala klinis pada penyakit RDS ini sangat dipengaruhi oleh
tingkat maturitas paru. Semakin rendah berat badan dan usia kehamilan, semakin
berat gejala klinis yang ditujukan.
Menurut Surasmi, dkk (2003) tanda dan gejala yang muncul adalah sebagai
berikut :
b. Pernafasan dangkal
c. Mendengkur
d. Sianosis
e. Pucat
f. Kelelahan
Gejala klinis yang timbul yaitu : adanya sesak napas pada bayi prematur segera
setelah lahir, yang ditandai dengan takipnea (> 60 x/menit), pernapasan cuping
hidung, grunting, retraksi dinding dada, dan sianosis, dan gejala menetap dalam 48-
96 jam pertama setelah lahir.
Gejala klinis yang progresif dari RDS adalah :
b. Grunting ekspiratoar
d. Cyanosis
e. Nasal flaring
Pada bayi extremely premature (berat badan lahir sangat rendah) mungkin
dapat berlanjut apnea, dan atau hipotermi. Pada RDS yang tanpa komplikasi maka
surfaktan akan tampak kembali dalam paru pada umur 36-48 jam. Gejala dapat
memburuk secara bertahap pada 24-36 jam pertama. Selanjutnya bila kondisi stabil
dalam 24 jam maka akan membaik dalam 60-72 jam. Dan sembuh pada akhir minggu
pertama.
Berdasarkan foto thorak, menurut kriteria Bomsel ada 4 stadium RDS yaitu:
d. Stadium 4 : Seluruh thorax sangat opaque (white lung) sehingga jantung tak
dapat dilihat.
6. Klasifikasi
7. Komplikasi
8. Penatalaksanaan
Menurut Suriadi dan Yuliani (2001) dan Surasmi,dkk (2003) tindakan untuk
mengatasi masalah RDS meliputi :
e. Mencegah hipotermia.
a. Pasang jalur infus intravena, sesuai dengan kondisi bayi, yang paling sering dan
bila bayi tidak dalam keadaan dehidrasi berikan infus dektrosa 5 %
b. Bila dalam pengamatan ganguan nafas memburuk atau timbul gejala sepsis
lainnya. Terapi untuk kemungkinan kesar sepsis dan tangani gangguan nafas
sedang dan dan segera dirujuk di rumah sakit rujukan.
c. Berikan ASI bila bayi mampu mengisap. Bila tidak berikan ASI peras dengan
menggunakan salah satu cara alternatif pemberian minuman.
a. Lakukan pemberian O2 2-3 liter/ menit dengan kateter nasal, bila masih sesak
dapat diberikan O2 4-5 liter/menit dengan sungkup
f. Riwayat infeksi intrauterin, demam curiga infeksi berat atau ketuban pecah
dini (> 18 jam)
g. Bila suhu aksiler 34- 36,5 ˚C atau 37,5-39˚C tangani untuk masalah suhu
abnormal dan nilai ulang setelah 2 jam:
h. Bila suhu masih belum stabil atau gangguan nafas belum ada perbaikan,
berikan antibiotika untuk terapi kemungkinan besar seposis
i. Jika suhu normal, teruskan amati bayi. Apabila suhu kembali abnormal ulangi
tahapan tersebut diatas.
j. Bila tidak ada tanda-tanda kearah sepsis, nilai kembali bayi setelah 2 jam
m. Amati bayi selama 24 jam setelah pemberian antibiotik dihentikan. Bila bayi
kembali tampak kemerahan tanpa pemberian O2 selama 3 hari, minum baik
dan tak ada alasan bayi tatap tinggal di Rumah Sakit bayi dapat dipulangkan.
Beberapa bayi cukup bulan yang mengalami gangguan napas ringan pada
waktu lahir tanpa gejala-gejala lain disebut “Transient Tacypnea of the Newborn”
(TTN). Terutama terjadi setelah bedah sesar. Biasanya kondisi tersebut akan
membaik dan sembuh sendiri tanpa pengobatan. Meskipun demikian, pada
beberapa kasus. Gangguan napas ringan merupakan tanda awal dari infeksi
sistemik.
Penatalaksanaan medis:
Pengobatan yang biasa diberikan selama fase akut penyakit RDS adalah:
3. Fenobarbital
6. Salah satu pengobatan terbaru dan telah diterima penggunaan dalam pengobatan
RDS adalah pemberian surfaktan eksogen (derifat dari sumber alami misalnya
manusia, didapat dari cairan amnion atau paru sapi, tetapi bisa juga berbentuk
surfaktan buatan
9. Pathway
B. KONSEP DASAR KEPERAWATAN
1. Pengkajian Keperawatan
d. Bila penyakit berlanjut ; lemah dan lesu, tidak responsif, sering mengalami
episode apnea, penurunan fungsi nafas, gangguan termoregulasi
e. Penyakit yang berat berhubungan dengan hal berikut ; keadaan seperti syok,
penurunan curah jantung, rendahnya tekanan darah sistemik
f. Sesak nafas (takipnea) Cyanosis, nafas cepat, tampak pucat, hasil pemeriksaan
AGD PaO2 menurun, PaCO2 meningkat, PH menurun, kerusakan pertukaran
gas.
g. Dyspnea ada perubahan frekwensi nafas, terdengar ronchi hampir seluruh paru,
tampak infiltrat alveolar bersihan jalan nafas tidak efektif, gelisah dan resiko
terhadap cedera.
Pengkajian Fisik
a. Refleks
- Refleks moro adalah reflek memeluk pada saat bayi dikejutkan dengan
tangan. Reflek moro (+) ditandai dengan ketika dikejutkan oleh bunyi yang
keras dan tiba – tiba bayi beraksi dengan mengulurkan tangan dan tungkainya
serta memanjangkan lehernya.
- Refleks palmar graps (menggenggam) (+) tapi lemah, ditandai dengan
membelai telapak tangan, bayi menggenggam tangan gerakan tangan lemah.
- Refleks rooting (+) ditandai dengan bayi menoleh saat tangan ditempelkan di
pipi bayi.
b. Tonus otot
Gerakan bayi sangat lemah tetapi pergerakan bayi aktif ditandai dengan bayi
sering menggerek-gerakan tangan dan kakinya.
Pengkajian fisik pada bayi dan anak dengan kegawatan nafas dapat dilihat
dari penilaian fungsi respirasi dan penilaian fungsi kardiovaskuler. Penilaian fungsi
respirasi meliputi:
a. Frekuensi Nafas
Pada keadaan perfusi dan hipoksemia, warna kulit tubuh terlihat berbecak
(mottled), tangan dan kaki terlihat kelabu, pucat dan teraba dingin.
2) Kualitas nadi
3. Intervensi Keperawatan
NO DIAGNOSA PERENCANAAN
TUJUAN DAN INTERVENSI
KEPERAWATAN
KRITERIA HASIL
1. Ketidakefektifan pola Setelah dilakukan Airway management
nafas asuhan keperawatan - Posisikan pasien
Definisi: inspirasi dan / selama 3x24 jam di untuk
atau ekspirasi yang tidak harapkan pola nafas memaksimalkan
memberi ventilasi normal dengan ventilasi
Batasan karakteristik : kriteria hasil: - Identifikasi pasien
Perubahan kedalaman Suara nafas yang perlunya
pernafasan bersih pemasangan alat
Perubahan ekskursi Tidak ada sianosis jalan nafas buatan
dada dan dispneau - Keluarkan sekret
Mengambil posisi tiga Menunjukkan dengan suction
titik jalan nafas yang - Auskultasi suara
RUANGAN PERINATOLOGI
OLEH:
NIM : B0216002
CI LAHAN CI INSTITUSI
TAHUN 2019/2020
LAPORAN KASUS
A. PENGKAJIAN PERINATOLOGI
I. IDENTITAS PASIEN
1. Nama : By. “R”
2. Tanggal lahir : 09 November 2019
3. Umur : 0 tahun
4. Jenis Kelamin : laki-laki
5. Alamat : palece
6. Usia Gestasi : 30 minggu
7. Tanggal Pengkajian : 26 November 2019
Umur : 24 tahun
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Palece
2. Ibu
Nama : Ny “R”
Umur : 24 tahun
Pekerjaan : URT
Alamat : Palece
Status gravida : G1P1A0
--------------------------------------------------------------------------------------------
--------------------------------------------------------------------------------------------
Keterangan :
: laki-laki
: perempuan
: garis perkawinan
: garis keturunan
: pasien
: Laki-laki yang sudah meninggal
V. PENGKAJIAN FISIK
Panjang badan : 43 cm
JANTUNG & PARU
Suhu : 35,9 ºC
Dada [ ] Simetris
KEPALA
[ ] Asimetris
Lingkar Kepala : 30 cm
[ ] Retraksi
Bentuk [ ] Bulat [ ] Kaput
Lingkar dada : 27 cm
[ ] Cepal [ ] Lain-
lain Pernapasan : 70 x/menit
[ ] Menonjol [ ] Rales
[ ] Cekung [ ] Wheesing
[ ] Menjauh [ ]>3”
[ ] Tumpang tindih Bunyi jantung [ ] S1/S2
Hidung [ ] Pilonidal
[ ] Pucat
[ ] Sianosis
[ ] Kuning
EKSTRIMITAS NUTRISI
[ ] Menonjol [ ] PASI
[ ] Tremor
[ ] Rotaso Ket :
[ + ] Moro
DATA LAIN YANG MENUNJANG
[ ] Rooting
[ +] Swallowing
[+] Babinski
[ +] Palmar graps
[ ] Stepping
[ + ] Tonic neck
[ ] Eye blink
[ ] puppilary
Ballard Score
Kulit
Lanugo
Payudara
Telinga
Genitalia
Sikap
Jendela pergelangan
Recoil lengan
Sudut popliteal
Tanda scarf
Tumit ke telinga
Total
Skor maturitas :
DATA OBYEKTIF
DATA SUBYEKTIF
d. P : 70 x/i
1 2 3 4
Hipoksemia
DO:
- Bayi tidak segera
Ketidakefektifan pola nafas
menangis
- Bayi premature
- Asfiksia
- P : 70 x/
2. DS : Timbul serangan Ketidakefektifan bersihan jalan
nafas
- Ibu pasien mengatakan Trauma type II pneumocytes
sering memeriksakan
Kerusakan jaringan paru
kehamilannya di
puskesmas
Penurunan pengembangan
- Ibu pasien mengatakan Paru
usia gestasinya 30
‘peningkatan produksi sekret
minggu
Ketidakefektifan bersihan
DO:
jalan nafas
- Bayi tidak
segera
menangis
- Bayi premature
- Terlihat adanya
sekret
DIAGNOSA KEPERAWATAN
RENCANA KEPERAWATAN
Nama Pasien : By. “R” Dx. Medik : RDS
NO DIAGNOSA PERENCANAAN
KEPERAWATAN TUJUAN & INTERVENSI RASIONAL
KRITERIA
HASIL
1 2 3 4 5
1. Ketidakefektifan Setelah Airway
pola nafas b/d dilakukan asuhan management
adanya asfiksia keperawatan - Posisikan pasien Posisikan pasien
selama 3x24 jam untuk dengan semi
fowler untuk
di harapkan pola memaksimalkan mengurangi sesak
nafas normal ventilasi Pemasangan alat
jalan nafas buatan
dengan kriteria - Identifikasi yang dapat
hasil: pasien perlunya memperlebar luas
permukaan
Suara nafas pemasangan alat bronkus dan
yang bersih jalan nafas buatan bronkiolus pada
paru-paru, dan
Tidak ada - Keluarkan sekret membuat
sianosis dan dengan suction kapasitas serapan
oksigen paru-paru
dispneau - Auskultasi suara meningkat
Menunjukkan nafas, catat Mengeluarkan
sekret dengan
jalan nafas adanya suara suction dapat
yang paten tambahan memperlancar
jalan nafas
(klien tidak - Atur intake untuk
Untuk
merasa cairan mengetahui
perkembangan
tercekik, mengoptimalkan
status kesehatan
irama nafas, keseimbangan pasien dan
mencegah
frekuensi - Monitor respirasi
komplikasi
pernafasan dan status O2 Untuk
mengoptimalkan
dalam rentang
keseimbangan
normal, tidak Oxygen therapy cairan
ada suara - Bersihkan mulut,
Untuk
nafas hidung dan sekret mengetahui
abnormal) trakea perkembangan
status pernafasan
Tanda-tanda - Pertahankan jalan Untuk
vital dalam nafas yang paten memaksimalkan
pernafasan
rentang - Atur peralatan Untuk mencegah
normal oksigenasi adanya
komplikasi
(tekanan - Monitor aliran Untuk mencegah
darah, nadi, oksigen sesak
Untuk
pernafasan) - Pertahankan posisi memaksimalkan
pasien pernafasan
Untuk
- Observasi adanya
mengetahui
tanda-tanda perkembangan
status kesehatan
hipoventilasi
pasien
Untuk
mengurangi sesak
Vital sign
untuk mengetahui
monitoring perkembangan
- Monitor TD, suhu, status kesehatan
pasien
nadi dan RR Untuk
- Monitor frekuensi mengetahui
tanda-tanda vital
dan irama pasien
pernafasan
- Monitor suara paru
- Monitor pola
pernafasan
abnormal
- Monitor suhu,
warna dan
kelembaban kulit
- Monitor sianosis
perifer
-
- Identifikasi
penyebab dari
perubahan vital
sign