Anda di halaman 1dari 42

LAPORAN PENDAHULUAN

RESPIRATORI DISTRES SYNDROM (RDS)

RUANGAN PERINATOLOGI

RSUD POLEWALI MANDAR

OLEH:

NAMA : ST.AISYA

NIM : B0216303

CI LAHAN CI INSTITUSI

FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS SULAWESI BARAT

TAHUN 2019/2020
LAPORAN PENDAHULUAN

A. KONSEP DASAR MEDIS


1. Definisi
Respiratory Distress Syndrome (RDS) disebut juga Hyaline Membrane Disease
(HMD), merupakan sindrom gawat napas yang disebabkan defisiensi surfaktan
terutama pada bayi yang lahir dengan masa gestasi yang kurang (Mansjoer, 2002).
Whalley dan Wong dalam (Surasmi, Asrining, dkk. 2003) istilah yang digunakan
untuk disfungsi pernafasan pada neonatus. Gangguan ini merupakan penyakit yang
berhubungan dengan perkembangan maturitas paru.
Sindrom gawat nafas (Respiratory Distress Syndroma/RDS) adalah kumpulan
gejala yang terdiri dari dispnea atau hiperpnea dengan frekuensi pernafasan besar 60
x/i, sianosis, merintih waktu ekspirasi dan retraksi di daerah epigastrium,
suprosternal, interkostal pada saat inspirasi (Ngatisyah, 2005).
Kumpulan gejala yang terdiri dari frekuensi nafas bayi lebih dari 60x/i atau
kurang dari 30x/i dan mungkin menunjukan satu atau lebih dari gejala tambahan
gangguan nafas (PONED, 2004) sebagai berikut:
a. Bayi dengan sianosis sentral (biru pada lidah dan bibir)

b. Ada tarikan dinding dada

c. Merintih

d. Apnea (nafas berhenti lebih dari 20 detik)

Menurut Petty dan Asbaugh (1971), definisi dan kriteria RDS bila didapatkan
sesak nafas berat (dyspnea ), frekuensi nafas meningkat (tachypnea), sianosis yang
menetap dengan terapi oksigen, penurunan daya pengembangan paru, adanya gambaran
infiltrat alveolar yang merata pada foto thorak dan adanya atelektasis, kongesti vascular,
perdarahan, edema paru, dan adanya hyaline membran pada saat otopsi.

Menurut Murray et.al (1988) disebut RDS apabila ditemukan adanya kerusakan
paru secara langsung dan tidak langsung, kerusakan paru ringan sampai sedang atau
kerusakan yang berat dan adanya disfungsi organ non pulmonary.
Menurut Bernard et.al (1994) apabila onset akut, ada infiltrat bilateral pada foto
thorak, tekanan arteri pulmonal =18mmHg dan tidak ada bukti secara klinik adanya
hipertensi atrium kiri, adanya kerosakan paru akut dengan PaO2 : FiO2 kurang atau sama
dengan 300, adanya sindrom gawat napas akut yang ditandai PaO2 : FiO2 kurang atau
sama dengan 200, menyokong suatu RDS.

2. Etiologi

a. Kelainan paru: pneumonia

b. Kelainan jantung: penyakit jantung bawaan, disfungsi miokardium

c. Kelainan susunan syaraf pusat akibat: Aspiksia, perdarahan otak

d. Kelainan metabolik: hipoglikemia, asidosis metabolic

e. Kelainan bedah: pneumotoraks, fistel trakheoesofageal, hernia diafragmatika

f. Kelainan lain: sindrom Aspirasi mekonium, penyakit membran hialin.

Bila menurut masa gestasi penyebab gangguan nafas adalah :

a. Pada bayi kurang bulan

b. Penyakit membran hialin

c. Pneumonia

d. Asfiksia

e. Kelainan atau malformasi kongenital

f. Pada bayi cukup bulan

g. Sindrom aspirasi meconium

h. Pneumonia

i. Asidosis
j. Kelainan atau malformasi kongenital

Gangguan traktus respiratorius:

a. Hyaline Membrane Disease (HMD) berhubungan dengan kurangnya masa gestasi


(bayi prematur)

b. Transient Tachypnoe of the Newborn (TTN) paru-paru terisi cairan, sering terjadi
pada bayi caesar karena dadanya tidak mengalami kompresi oleh jalan lahir
sehingga menghambat pengeluaran cairan dari dalam paru.

c. Infeksi (Pneumonia),

d. Sindroma Aspirasi,

e. Hipoplasia Paru,

f. Hipertensi pulmonal,

g. Kelainan kongenital (Choanal Atresia, Hernia Diafragmatika, Pierre-robin


syndrome),

h. Pleural Effusion,

i. Kelumpuhan saraf frenikus.

j. Luar traktus respiratoris: kelainan jantung kongenital, kelainan metabolik, darah


dan SSP.

3. Etiologi (Faktor Predisposisi)

Penyebab kelainan ini secara garis besar adalah kekurangan surfaktan, suatu zat
aktif pada alveoli yang mencegah kolaps paru. RDS seringkali terjadi pada bayi
prematur, karena produksi surfaktan, yang dimulai sejak kehamilan minggu ke-22,
baru mencapai jumlah cukup menjelang cukup bulan. Makin muda usia kehamilan,
makin besar pula kemungkinan terjadinya RDS. Kelainan merupakan penyebab
utama kematian bayi prematur.
Adapun penyebab-penyebab lain yaitu:

a. Kelainan bawaan/kongenital jantung atau paru-paru.

Bila bayi mengalami sesak napas begitu lahir atau 1-2 hari kemudian,
biasanya disebabkan adanya kelainan jantung atau paru-paru. Hal ini bisa
terjadi pada bayi dengan riwayat kelahiran normal atau bermasalah, semisal
karena ketuban pecah dini atau lahir premature

b. Kelainan pada jalan napas/trakea.

Kelainan bawaan/kongenital ini pun paling banyak ditemui pada bayi.


Gejalanya, napas sesak dan napas berbunyi "grok-grok". Kelainan ini terjadi
karena adanya hubungan antara jalan napas dengan jalan makanan/esophagus.
Kelainan ini dinamakan dengan trackeo esophageal fistula.

c. Tersedak air ketuban.

Ada juga penyakit-penyakit kelainan perinatologi yang didapat saat kelahiran.


Misalnya stres pada janin, ketuban jadi keruh dan air ketuban ini masuk ke
paru-paru bayi.

d. Pembesaran kelenjar thymus.

Penyebabnya biasanya karena ada kelainan pada jalan napas, yaitu


penyempitan trakea. Ini dikarenakan adanya pembesaran kelenjar thymus.

e. Kelainan pembuluh darah.

Kelainan yang gejalanya seperti mendengkur atau napasnya bunyi (stridor),


yang dinamakan dengan vascular ring. Yaitu, adanya pembuluh darah jantung
yang berbentuk seperti cincin (double aortic arch) yang menekan jalan napas
dan jalan makan.

f. Tersedak makanan.

Bisa karena tersedak susu atau makanan lain, semisal kacang.


g. Infeksi.

Bila anak mengalami ISPA (Infeksi saluran Pernapasan Akut) bagian atas,
semisal flu harus ditangani dengan baik.

4. Patofisiologi

Faktor-faktor yang memudahkan terjadinya RDS pada bayi prematur disebabkan


oleh alveoli masih kecil sehingga sulit berkembang, pengembangan kurang sempurna
karena dinding thorax masih lemah, produksi surfaktan kurang sempurna.

Kekurangan surfaktan mengakibatkan kolaps pada alveolus sehingga paru-paru


menjadi kaku. Hal tersebut menyebabkan perubahan fisiologi paru sehingga daya
pengembangan paru (compliance) menurun 25% dari normal, pernafasan menjadi
berat, shunting intrapulmonal meningkat dan terjadi hipoksemia berat, hipoventilasi
yang menyebabkan asidosis respiratorik.

Telah diketahui bahwa surfaktan mengandung 90% fosfolipid dan 10% protein ,
lipoprotein ini berfungsi menurunkan tegangan permukaan dan menjaga agar alveoli
tetap mengembang.

Secara makroskopik, paru-paru tampak tidak berisi udara dan berwarna


kemerahan seperti hati. Oleh sebab itu paru-paru memerlukan tekanan pembukaan
yang tinggi untuk mengembang. Secara histologi, adanya atelektasis yang luas dari
rongga udara bagian distal menyebabkan edem interstisial dan kongesti dinding
alveoli sehingga menyebabkan desquamasi dari epithel sel alveoli type II. Dilatasi
duktus alveoli, tetapi alveoli menjadi tertarik karena adanya defisiensi surfaktan ini.
Dengan adanya atelektasis yang progresif dengan barotrauma atau volutrauma dan
toksisitas oksigen, menyebabkan kerusakan pada endothelial dan epithelial sel jalan
napas bagian distal sehingga menyebabkan eksudasi matriks fibrin yang berasal dari
darah. Membran hyaline yang meliputi alveoli dibentuk dalam satu setengah jam
setelah lahir. Epithelium mulai membaik dan surfaktan mulai dibentuk pada 36-72
jam setelah lahir. Proses penyembuhan ini adalah komplek; pada bayi yang immatur
dan mengalami sakit yang berat dan bayi yang dilahirkan dari ibu dengan
chorioamnionitis sering berlanjut menjadi Bronchopulmonal Displasia (BPD).

Pada RDS terjadi atelektasis yang sangat progresif, yang disebabkan kurangnya
zat yang disebut surfaktan. Surfaktan adalah zat aktif yang diproduksi sel epitel
saluran nafas disebut sel pnemosit tipe II. Zat ini mulai dibentuk pada kehamilan 22-
24 minggu dan mencapai max pada minggu ke 35. Zat ini terdiri dari fosfolipid (75%)
dan protein (10%).

Peranan surfaktan ialah merendahkan tegangan permukaan alveolus sehingga


tidak terjadi kolaps dan mampu menahan sisa udara fungsional pada sisa akhir
expirasi. Kolaps paru ini akan menyebabkan terganggunya ventilasi sehingga terjadi
hipoksia, retensi CO2 dan asidosis.

Hipoksia akan menyebabkan terjadinya :

a. Oksigenasi jaringan menurun → metabolisme anerobik dengan penimbunan


asam laktat asam organic → asidosis metabolik.

b. Kerusakan endotel kapiler dan epitel duktus alveolaris → transudasi kedalam


alveoli → terbentuk fibrin → fibrin dan jaringan epitel yang nekrotik →
lapisan membrane hialin.

Asidosis dan atelektasis akan menyebabkan terganggunya jantun, penurunan


aliran darah keparum, dan mengakibatkan hambatan pembentukan surfaktan, yang
menyebabkan terjadinya atelektasis.

Sel tipe II ini sangat sensitif dan berkurang pada bayi dengan asfiksia pada
periode perinatal, dan kematangannya dipacu dengan adanya stress intrauterine
seperti hipertensi, IUGR dan kehamilan kembar.Gambaran radiologi tampak
adanya retikulogranular karena atelektasis,dan air bronchogram.

5. Manifestasi Klinis
Berat dan ringannya gejala klinis pada penyakit RDS ini sangat dipengaruhi oleh
tingkat maturitas paru. Semakin rendah berat badan dan usia kehamilan, semakin
berat gejala klinis yang ditujukan.

Menurut Surasmi, dkk (2003) tanda dan gejala yang muncul adalah sebagai
berikut :

a. Takhipneu (> 60 kali/menit)

b. Pernafasan dangkal

c. Mendengkur

d. Sianosis

e. Pucat

f. Kelelahan

g. Apneu dan pernafasan tidak teratur

h. Penurunan suhu tubuh

i. Retraksi suprasternal dan substernal

j. Pernafasan cuping hidung

Manifestasi dari RDS disebabkan adanya atelektasis alveoli, edema, dan


kerusakan sel dan selanjutnya menyebabkan bocornya serum protein ke dalam
alveoli sehingga menghambat fungsi surfaktan.

Gejala klinis yang timbul yaitu : adanya sesak napas pada bayi prematur segera
setelah lahir, yang ditandai dengan takipnea (> 60 x/menit), pernapasan cuping
hidung, grunting, retraksi dinding dada, dan sianosis, dan gejala menetap dalam 48-
96 jam pertama setelah lahir.
Gejala klinis yang progresif dari RDS adalah :

a. Takipnea diatas 60 x/menit

b. Grunting ekspiratoar

c. Subkostal dan interkostal retraksi

d. Cyanosis

e. Nasal flaring

Pada bayi extremely premature (berat badan lahir sangat rendah) mungkin
dapat berlanjut apnea, dan atau hipotermi. Pada RDS yang tanpa komplikasi maka
surfaktan akan tampak kembali dalam paru pada umur 36-48 jam. Gejala dapat
memburuk secara bertahap pada 24-36 jam pertama. Selanjutnya bila kondisi stabil
dalam 24 jam maka akan membaik dalam 60-72 jam. Dan sembuh pada akhir minggu
pertama.

Berdasarkan foto thorak, menurut kriteria Bomsel ada 4 stadium RDS yaitu:

a. Stadium 1 : Terdapat sedikit bercak retikulogranular dan sedikit


bronchogram udara

b. Stadium 2 :Bercak retikulogranular homogen pada kedua lapangan paru


dan gambaran airbronchogram udara terlihat lebih jelas dan meluas sampai
ke perifer menutupi bayangan jantung dengan penurunan aerasi paru.

c. Stadium 3 : Kumpulan alveoli yang kolaps bergabung sehingga kedua


lapangan paru terlihat lebih opaque dan bayangan jantung hampir tak
terlihat, bronchogram udara lebih luas.

d. Stadium 4 : Seluruh thorax sangat opaque (white lung) sehingga jantung tak
dapat dilihat.
6. Klasifikasi

Secara klinis gangguan nafas dibedakan menjadi 3 kelompok, yaitu:

a. Gangguan nafas ringan

b. Gangguan nafas sedang

c. Gangguan nafas berat

Klasifikasi Gangguan Nafas

Klasifikasi Frekuensi Nafas Gejala Tambahan

Gangguan Nafas 60-90 kali/ menit Tanpa tarikan dinding


Ringan dada atau merintih saat
ekspirasi atau sianosis
sentral

Gangguan Nafas 60-90 kali/ menit Dengan tarikan dinding


Sedang dada atau merintih saat
ekspirasi tetapi tanpa
sianosis sentral

> 90 kali/ menit Tanpa tarikan dinding


dada atau merintih saat
ekspirasi atau sianosis
sentral

Gangguan Nafas 60 kali/ menit Dengan sianosis sentral


Berat dan tarikan dinding dada
atau merintih saat
ekspirasi
90 kali/ menit Dengan sianosis sentral
atau tarikan dinding dada
atau merintih saat
ekspirasi

7. Komplikasi

Dampak lanjut dari RDS, yaitu :

a. Komplikasi jangka pendek ( akut ) dapat terjadi :

1) Ruptur alveoli, bila dicurigai terjadi kebocoran udara ( pneumothorak,


pneumomediastinum, pneumopericardium, emfisema intersisiel ), pada
bayi dengan RDS yang tiba2 memburuk dengan gejala klinis hipotensi,
apnea, atau bradikardi.

2) Dapat timbul infeksi yang terjadi karena keadaan penderita yang


memburuk dan adanya perubahan jumlah leukosit dan thrombositopeni.
Infeksi dapat timbul karena tindakan invasiv seperti pemasangan jarum
vena, kateter, dan alat respirasi.

3) Perdarahan intrakranial dan leukomalacia periventrikular terjadi pada 20-


40% bayi prematur dengan frekuensi terbanyak pada bayi RDS dengan
ventilasi mekanik.

4) PDA dengan peningkatan shunting dari kiri ke kanan merupakan


komplikasi bayi dengan RDS terutama pada bayi yang dihentikan terapi
surfaktannya.
b. Komplikasi jangka panjang yang sering terjadi :

1) Bronchopulmonary Dysplasia (BPD) merupakan penyakit paru kronik


yang disebabkan pemakaian oksigen pada bayi dengan masa gestasi 36
minggu. BPD berhubungan dengan tingginya volume dan tekanan yang
digunakan pada waktu menggunakan ventilasi mekanik, adanya infeksi,
inflamasi, dan defisiensi vitamin A.

2) Retinopathy premature, kegagalan fungsi neurologi, terjadi sekitar 10-70%


bayi yang berhubungan dengan masa gestasi, adanya hipoxia, komplikasi
intrakranial, dan adanya infeksi.

8. Penatalaksanaan

Menurut Suriadi dan Yuliani (2001) dan Surasmi,dkk (2003) tindakan untuk
mengatasi masalah RDS meliputi :

a. Mempertahankan ventilasi dan oksigenasi adekuat.

b. Mempertahankan keseimbangan asam basa.

c. Mempertahankan suhu lingkungan netral.

d. Mempertahankan perfusi jaringan adekuat.

e. Mencegah hipotermia.

f. Mempertahankan cairan dan elektrolit adekuat.

Penatalaksanaan secara umum :

a. Pasang jalur infus intravena, sesuai dengan kondisi bayi, yang paling sering dan
bila bayi tidak dalam keadaan dehidrasi berikan infus dektrosa 5 %

1) Pantau selalu tanda vital

2) Jaga patensi jalan nafas

3) Berikan Oksigen (2-3 liter/menit dengan kateter nasal)


b. Jika bayi mengalami apneu

1) Lakukan tindakan resusitasi sesuai tahap yang diperlukan

2) Lakukan penilaian lanjut

c. Bila terjadi kejang potong kejang

d. Segera periksa kadar gula darah

e. Pemberian nutrisi adekuat

Setelah menajemen umum, segera dilakukan menajemen lanjut sesuai dengan


kemungkinan penyebab dan jenis atau derajat gangguan nafas. Menajemen spesifik atau
menajemen lanjut:

1. Gangguan Nafas Ringan

a. Amati pernafasan bayi setiap 2 jam selama 6 jam berikutnya.

b. Bila dalam pengamatan ganguan nafas memburuk atau timbul gejala sepsis
lainnya. Terapi untuk kemungkinan kesar sepsis dan tangani gangguan nafas
sedang dan dan segera dirujuk di rumah sakit rujukan.

c. Berikan ASI bila bayi mampu mengisap. Bila tidak berikan ASI peras dengan
menggunakan salah satu cara alternatif pemberian minuman.

d. Kurangi pemberian O2 secara bertahap bila ada perbaikan gangguan napas.


Hentikan pemberian O2 jika frekuensi napas antara 30-60 kali/menit.

2. Gangguan Nafas Sedang

a. Lakukan pemberian O2 2-3 liter/ menit dengan kateter nasal, bila masih sesak
dapat diberikan O2 4-5 liter/menit dengan sungkup

b. Bayi jangan diberi minum


c. Jika ada tanda berikut, berikan antibiotika (ampisilin dan gentamisin) untuk
terapi kemungkinan besar sepsis.

d. Suhu aksiler > 39˚C

e. Air ketuban bercampur meconium

f. Riwayat infeksi intrauterin, demam curiga infeksi berat atau ketuban pecah
dini (> 18 jam)

g. Bila suhu aksiler 34- 36,5 ˚C atau 37,5-39˚C tangani untuk masalah suhu
abnormal dan nilai ulang setelah 2 jam:

h. Bila suhu masih belum stabil atau gangguan nafas belum ada perbaikan,
berikan antibiotika untuk terapi kemungkinan besar seposis

i. Jika suhu normal, teruskan amati bayi. Apabila suhu kembali abnormal ulangi
tahapan tersebut diatas.

j. Bila tidak ada tanda-tanda kearah sepsis, nilai kembali bayi setelah 2 jam

k. Apabila bayi tidak menunjukan perbaikan atau tanda-tanda perburukan


setelah 2 jam, terapi untuk kemungkinan besar sepsis

l. Bila bayi mulai menunjukan tanda-tanda perbaikan kurangai terapi o2secara


bertahap . Pasang pipa lambung, berikan ASI peras setiap 2 jam. Jika tidak
dapat menyusu, berikan ASI peras dengan memakai salah satu cara
pemberian minum.

m. Amati bayi selama 24 jam setelah pemberian antibiotik dihentikan. Bila bayi
kembali tampak kemerahan tanpa pemberian O2 selama 3 hari, minum baik
dan tak ada alasan bayi tatap tinggal di Rumah Sakit bayi dapat dipulangkan.

3. Gangguan Nafas Berat

Beberapa bayi cukup bulan yang mengalami gangguan napas ringan pada
waktu lahir tanpa gejala-gejala lain disebut “Transient Tacypnea of the Newborn”
(TTN). Terutama terjadi setelah bedah sesar. Biasanya kondisi tersebut akan
membaik dan sembuh sendiri tanpa pengobatan. Meskipun demikian, pada
beberapa kasus. Gangguan napas ringan merupakan tanda awal dari infeksi
sistemik.

Penatalaksanaan medis:

Pengobatan yang biasa diberikan selama fase akut penyakit RDS adalah:

1. Antibiotika untuk mencegah infeksi sekunder

2. Furosemid untuk memfasilitasi reduksi cairan ginjal dan menurunkan caiaran


paru

3. Fenobarbital

4. Vitamin E menurunkan produksi radikalbebas oksigen

5. Metilksantin (teofilin dan kafein) untuk mengobati apnea dan untuk


pemberhentian dari pemakaian ventilasi mekanik. (cusson,1992)

6. Salah satu pengobatan terbaru dan telah diterima penggunaan dalam pengobatan
RDS adalah pemberian surfaktan eksogen (derifat dari sumber alami misalnya
manusia, didapat dari cairan amnion atau paru sapi, tetapi bisa juga berbentuk
surfaktan buatan
9. Pathway
B. KONSEP DASAR KEPERAWATAN
1. Pengkajian Keperawatan

a. Lakukan pengkajian fisik BBL dan pengkajian gestasi

b. Lakukan pengkajian sistemik dengan penekanan khusus pada pengkajian


pernafasan

c. Observasi adanya ; takipneu, retraksi substernal, krekel inspirasi, pernapasan


mengorok, pernapasan cuping hidung eksternal, sianosis, sulit bernapas.

d. Bila penyakit berlanjut ; lemah dan lesu, tidak responsif, sering mengalami
episode apnea, penurunan fungsi nafas, gangguan termoregulasi

e. Penyakit yang berat berhubungan dengan hal berikut ; keadaan seperti syok,
penurunan curah jantung, rendahnya tekanan darah sistemik

f. Sesak nafas (takipnea) Cyanosis, nafas cepat, tampak pucat, hasil pemeriksaan
AGD PaO2 menurun, PaCO2 meningkat, PH menurun, kerusakan pertukaran
gas.

g. Dyspnea ada perubahan frekwensi nafas, terdengar ronchi hampir seluruh paru,
tampak infiltrat alveolar bersihan jalan nafas tidak efektif, gelisah dan resiko
terhadap cedera.

Pengkajian Fisik

a. Refleks

- Refleks moro adalah reflek memeluk pada saat bayi dikejutkan dengan
tangan. Reflek moro (+) ditandai dengan ketika dikejutkan oleh bunyi yang
keras dan tiba – tiba bayi beraksi dengan mengulurkan tangan dan tungkainya
serta memanjangkan lehernya.
- Refleks palmar graps (menggenggam) (+) tapi lemah, ditandai dengan
membelai telapak tangan, bayi menggenggam tangan gerakan tangan lemah.

- Refleks sucking (menghisap) (+) ditandai dengan meletakan tangan pada


mulut bayi, bayi menghisap jari, hisapan lemah.

- Refleks rooting (+) ditandai dengan bayi menoleh saat tangan ditempelkan di
pipi bayi.

- Refleks babynsky (+) ditandai dengan menggerakan ujung hammer pada


bilateral telapak kaki.

b. Tonus otot

Gerakan bayi sangat lemah tetapi pergerakan bayi aktif ditandai dengan bayi
sering menggerek-gerakan tangan dan kakinya.

Pada pemeriksaan fisik ditemukan takhipneu (>60x/i), pernafasan


mendengkur,retraksi subkostal/interkostal, pernafasan cuping hidung, sianosis dan
pucat, hipotonus, apneu, gerakan tubuh berirama, sulit bernafas dan sentakan dagu.
Pada awalnya suara nafas mungkin normal kemudian dengan menurunnya pertukaran
udara, nafas menjadi parau dan pernafasan dalam.

Pengkajian fisik pada bayi dan anak dengan kegawatan nafas dapat dilihat
dari penilaian fungsi respirasi dan penilaian fungsi kardiovaskuler. Penilaian fungsi
respirasi meliputi:

a. Frekuensi Nafas

Takhipneu adalah manifestasi awal distress pernafasan pada bayi. Takhipneu


tanpa tanda lain berupa distress pernafasan merupakan usaha kompensasi
terhadap terjadinya asidosis metabolik seperti pada syok,dehidrasi. Frekuensi
nafas yang sangat lambat dan ireguler sering terjadi pada hipotermi, kelelahan
dan depresi SSP yang merupakan tanda memburuknya keadaan klinik.

b. Mekanika Usaha Pernafasan


Meningkatnya usaha nafas ditandai dengan respirasi cuping hidung, retraksi
dinding dada, yang sering dijumpai pada obstruksi jalan nafas dan penyakit
alveolar. Anggukan kepala keatas, merintih, stridor dan akspansi memanjang
menandakan terjadi gangguan mekanik usaha pernafasan.

c. Warna Kulit/Membran Mukosa

Pada keadaan perfusi dan hipoksemia, warna kulit tubuh terlihat berbecak
(mottled), tangan dan kaki terlihat kelabu, pucat dan teraba dingin.

Penilaian fungsi kardiovaskuler meliputi:

1) Frekuensi jantung dan tekanan darah.

Adanya sinus tachikardi merupakan respon umum adanya stress,


ansietes, nyeri, demam, hiperkapnia, dan atau kelainan fungsi jantung.

2) Kualitas nadi

Pemeriksaan kualitas nadi sangat penting untuk mengetahui volume dan


aliran sirkulasi perifer nadi yang tidak adekuat dan tidak teraba pada
satu sisi menandakan berkurangnya aliran darah atau tersumbatnya
aliran darah pada daerah tersebut. Perfusi kulit yang memburuk dapat
dilihat dengan adanya bercak, pucat dan sianosis.

Pemeriksaan kapiler dapar dilakukan dengan cara:

- Nail bed pressure (Tekan pada kuku)

- Blancing skin test, caranya dengan meninggikan sedikit ekstremitas


dibandingkan jantung kemudian tekan telapak tangan atau kaki
tersebut selama 5 detik, biasanya tampak kepucatan. Selanjutnya
tekanan dilepaskan pucat akan menghilang 2-3 detik.

3) Perfusi pada otak dan respirasi.


Gangguan fungsi serebral awalnya adalah gaduh, gelisah diselingi agitasi dan
latergi. Pada iskemia otak mendadak selain terjadi penurunan kesadaran juga
terjadi kelemahan otot, kejang dan dilatasi pupil.

2. Diagnosa Keperawatan ( NANDA)

a. Ketidakefektifan pola nafas b/d adanya asfiksia

b. Bersihan jalan nafas tidak efektif b/d obstruksi jalan nafas.

3. Intervensi Keperawatan

NO DIAGNOSA PERENCANAAN
TUJUAN DAN INTERVENSI
KEPERAWATAN
KRITERIA HASIL
1. Ketidakefektifan pola Setelah dilakukan Airway management
nafas asuhan keperawatan - Posisikan pasien
Definisi: inspirasi dan / selama 3x24 jam di untuk
atau ekspirasi yang tidak harapkan pola nafas memaksimalkan
memberi ventilasi normal dengan ventilasi
Batasan karakteristik : kriteria hasil: - Identifikasi pasien
 Perubahan kedalaman  Suara nafas yang perlunya
pernafasan bersih pemasangan alat
 Perubahan ekskursi  Tidak ada sianosis jalan nafas buatan
dada dan dispneau - Keluarkan sekret
 Mengambil posisi tiga  Menunjukkan dengan suction
titik jalan nafas yang - Auskultasi suara

 Bradipneau paten (klien tidak nafas, catat adanya

 Penurunan tekanan merasa tercekik, suara tambahan

ekspirasi irama nafas, - Atur intake untuk

 Penurunan ventilasi frekuensi cairan

semenit pernafasan dalam mengoptimalkan


rentang normal, keseimbangan
 Penurunan kapasitas
tidak ada suara - Monitor respirasi
vital nafas abnormal) dan status o2
 Dipneau  Tanda-tanda vital
 Peningkatan diameter dalam rentang Oxygen therapy
anterior-posterior normal (tekanan - Bersihkan mulut,
 Pernapasan cuping darah, nadi, hidung dan sekret
hidung pernafasan) trakea

 Ortopneau - Pertahankan jalan

 Fase ekspirasi nafas yang paten

memenjang - Atur peralatan


oksigenasi
 Pernapasan bibir
- Monitor aliran
 Takipneau
oksigen
 Penggunaan otot
- Pertahankan posisi
aksesorius untuk
pasien
bernafas
- Observasi adanya
Faktor yang berhubungan:
tanda-tanda
 Ansietas
hipoventilasi
 Posisi tubuh
 Deformitas tulang
Vital sign monitoring
 Deformitas dinding
- Monitor TD, suhu,
dada
nadi dan RR
 Keletihan - Monitor frekuensi dan
 Hiperventilasi irama pernafasan
 Sindrom hipoventilasi - Monitor suara paru
 Gangguan - Monitor pola
musculoskeletal pernafasan abnormal
 Kerusakan neurologis - Monitor suhu, warna
 Imaturitas neurologis dan kelembaban kulit
 Disfungsi - Monitor sianosis
neuromuscular perifer
 Obesitas - Identifikasi penyebab
 Nyeri dari perubahan vital
 sign
2. Ketidakefektifan Setelah dilakukan Airway suction
bersihan jalan nafas asuhan keperawatan - Pastikan kebutuhan
Definisi : selama 3x24 jam oral/ tracheal
ketidakmampuan untuk diharapkan jalan suctioning
membersihkan sekresi atau napas paten dengan - Auskultasi suara
obstruksi dari saluran kriteria hasil : napas sebelum dan
pernafasan untuk  Suara napas yang sesudah suctioning
mempertahankan bersih, tidak ada - Berikan o2 dengan
kebersihan jalan nafas sianosis dan dispeu menggunakan nasal
Batasan karakteristik:  Menunjukkan untuk memfasilitasi
 Suara nafas tambahan jalan napas yang suksion nasotrakeal
 Perubahan frekwensi paten (klien tidak - Gunakan alat steril
napas merasa tercekik, setiap melakukan
 Perubahan irama nafas irama napas, tindakan

 Sianosis frekwensi - Monitor status

 Kesulitan berbicara pernapasan dalam oksigen pasien

atau mengeluarkan rentang normal, - Hentikan suction dan

suara tidak ada suara berikan oksigen


napas abnormal apabila pasien
 Penurunan bunyi nafas
 Mampu menunjukkan
 Dispneu
mengidentifikasi bradikardi,
 Sputum dalam jumlah
dan mencegah peningkatan saturasi
berlebihan
faktor-faktor yang O2, dll
 Orthopneu
dapat menghambat
 Gelisah
jalan napas Airway management
- Buka jalan napas,
Faktor-faktor yang
gunakan teknik chin
berhubungan:
lift atau jaw trust bila
 Obstruksi jalan napas:
perlu
- Spasme jalan napas
- Mokus dalam - Posisikan pasien
jumlah berlebihan untuk
- Materi asing dalam memaksimalkan
jalan napas ventilasi
- Adanya jalan napas - Identifikasi pasien
buatan perlunya pemasangan
- Sekresi bertahan/ alat jalan napas
sisa sekresi buatan
- Sekresi dalam - Keluarkan sekret
bronki dengan suction
 Fisiologis: - Auskultasi suara
- Jalan napas alergik nafas, catat adanya
- Infeksi suara napas tambahan
- Disfungsi - Atur intake untuk
neuromuscular cairan
- Monitor respirasi dan
status O2
LAPORAN KASUS

RESPIRATORI DISTRES SYNDROM (RDS)

RUANGAN PERINATOLOGI

RSUD POLEWALI MANDAR

OLEH:

NAMA : ANNA AULIA

NIM : B0216002

CI LAHAN CI INSTITUSI

FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS SULAWESI BARAT

TAHUN 2019/2020
LAPORAN KASUS

A. PENGKAJIAN PERINATOLOGI

I. IDENTITAS PASIEN
1. Nama : By. “R”
2. Tanggal lahir : 09 November 2019
3. Umur : 0 tahun
4. Jenis Kelamin : laki-laki
5. Alamat : palece
6. Usia Gestasi : 30 minggu
7. Tanggal Pengkajian : 26 November 2019

II. IDENTITAS ORANG TUA


1. Ayah
Nama : Tn. “S”

Umur : 24 tahun

Pekerjaan : Wiraswasta

Alamat : Palece

2. Ibu
Nama : Ny “R”

Umur : 24 tahun

Pekerjaan : URT

Alamat : Palece
Status gravida : G1P1A0

III. RIWAYAT PERSALINAN


1. Prenatal care

a. Ibu memeriksakan kehamilannya setiap bulan di Puskesmas


Keluhan selama hamil yang dirasakan oleh ibu, tapi oleh dokter dianjurkan untuk
istirahat

Riwayat terkena radiasi : tidak ada riwayat radiasi

b. Riwayat berat badan selama hamil : 35 Kg


c. Riwayat Imunisasi TT : ada imunisasi TT
d. Golongan darah ibu: A Golongan darah ayah: -
2. Natal
a. Tempat melahirkan : PKM Limboro
b. Jenis persalinan : Pervaginam
c. Penolong persalinan : Bidan
d. Komplikasi yang dialami oleh ibu pada saat melahirkan dan setelah melahirkan :
3. Post natal
a. Kondisi bayi : tidak segera menangis APGAR : 5/7
b. Anak pada saat lahir mengalami : post partum BBLR + premature dan asfiksia
IV. GENOGRAM ANAK

--------------------------------------------------------------------------------------------

--------------------------------------------------------------------------------------------
Keterangan :

: laki-laki

: perempuan

: garis perkawinan

: garis keturunan

----- : tinggal dalam satu rumah

: pasien
: Laki-laki yang sudah meninggal

: perempuan yang sudah meninggal

V. PENGKAJIAN FISIK

G:1 P:1 A :0 Pergerakan [ ] Aktif

Berat badan : 1700 gr [ ] Kurang

Panjang badan : 43 cm
JANTUNG & PARU
Suhu : 35,9 ºC
Dada [ ] Simetris
KEPALA
[ ] Asimetris
Lingkar Kepala : 30 cm
[ ] Retraksi
Bentuk [ ] Bulat [ ] Kaput
Lingkar dada : 27 cm
[ ] Cepal [ ] Lain-
lain Pernapasan : 70 x/menit

Fontanel Anterior [ ] Lunak [ ] Spontan [ ] Alat bantu

[ ] Tegas Bunyi napas [ ] Bronko Vesikuler

[ ] Datar [ ] Vesikuler / Ronkhi

[ ] Menonjol [ ] Rales

[ ] Cekung [ ] Wheesing

Sutura Sagitalis [ ] Tepat Denyut jantung : 105 x/menit

[ ] Terpisah Waktu pengisian kapiler : [ ]<3”

[ ] Menjauh [ ]>3”
[ ] Tumpang tindih Bunyi jantung [ ] S1/S2

Hematom [ ] Ada [ ] Tidak [ ] Murmur


ada
[ ] Gallop
Wajah [ ] Simetris
ABDOMEN
[ ] Asimetris
Lingkar Perut : 26 cm
Mata Posisi :
[ ] Lunak [ ] Datar [ ] Distensi
[ ] Bersih
[ ] Pembesaran hati/limfe
[ ] Kotor
[ ] Lain-lain
[ ] Pengeluaran sekret
Bising usus : x/menit
Sclera [ ] Ikterik
Lanugo [ ] Ada [ ] Tidak ada
[ ] Perdarahan
Vernix [ ] Ada [ ] Tidak ada’
[ ] Lain-lain
UMBILIKUS
Telinga
[ ] Belum puput [ ] Sudah puput
Posisi [ ] Simetris [ ]
[ ] Perdarahan,..............
Asimetris
[ ] basah [ ] Kering [ ] Bau
Bentuk [ ] Normal [ Tidak
Normal Warna :

[ ] Kelainan Kongeital PUNGGUNG

[ ] Pengeluaran Cairan, Sebutkan ..... Keadaan punggung [ ] Asimetris

Hidung [ ] Pilonidal

Posisi [ ] Simetris [ ] Fleksibilitas


Asimetris
Tulang Punggung [ ] Normal
[ ] Kelainan Kongeital [ ] Kelainan

[ ] Pengeluaran Cairan, Sebutkan ..... GENITALIA

[ ] Nafas cuping hidung Laki-laki [ ]


Hypospadius
Mulut
[ ] Epispadius
Posisi [ ] Simetris [ ]
Asimetris Testis:

Mukosa [ ] Lembap [ ] Kering Perempuan

[ ] Palatum mole [ ] Palatum durum Labia minora [ ] Menonjol

[ ] Bibir sumbing [ ]Sumbing langit- [ ] Tertutup


langit
[ ] Labia mayor
Pergerakan Leher [ ] Aktif
Keluaran:
[ ] Kurang
[ ] Anus paten
TUBUH
Kelainan :
Warna [ ] Pink

[ ] Pucat

[ ] Sianosis

[ ] Kuning

EKSTRIMITAS NUTRISI

Jari tangan [ ] Ka/ki lengkap Jenis makanan [ ] ASI

[ ] Menonjol [ ] PASI

Jari kaki [ ] Ka/ki lengkap [ ] Lain-lain:

Pergerakan [ ] Bebas PASI diberikan sesuai kebutuhan cairan


[ ] ROM terbatas dengan perhitungan :

[ ] Tremor

[ ] Rotaso Ket :

: BB bayi dalam gram.

Garis telapak kaki [ ] jelas : Kebutuhan cairan bayi .

[ ] Tidak jelas : Pemberian cairan pada bayi dengan


partus Aterm.

Garis telapak kaki [ ] jelas


ELIMINASI
[ ] Tidak jelas
[ ] BAB
Kelaina n:
Mekonium [ ] Ada [ ] Tidak ada
Warna :
STATUS NEUROLOGI
[ ] BAK
Refleks: [ + ] Suckling

[ + ] Moro
DATA LAIN YANG MENUNJANG
[ ] Rooting

[ +] Swallowing

[+] Babinski

[ +] Palmar graps

[ ] Stepping

[ + ] Tonic neck

[ ] Eye blink
[ ] puppilary

Ballard Score

Usia gestasi : 30 minggu

Penggunaan alat : Ballard Skor

Ballard skor Skor

Kulit

Lanugo

Garis telapak kaki

Payudara

Telinga

Genitalia

Sikap

Jendela pergelangan

Recoil lengan

Sudut popliteal

Tanda scarf

Tumit ke telinga

Total

Skor maturitas :

Tingkat kematangan ………minggu

Diagnosa : Respriratori Distress Syndrom


VI. TERAPI
1. IVFD :D10%
2. OGT : +
3. Ventilator mode CPAP F1O2 21% peeps
4. Injeksi diropenem 65 mg/iv
5. Injeksi amikacin 25 mg/iv
6. Injeksi aminophylin 4 mg/iv
7. Metronidazole 13 mg/iv
B. DATA FOKUS

Nama Pasien : By “R” Dx. Medik : Respiratori Distress Syndrom

Umur : 0 tahun Ruangan : Perinatologi

Jenis Kelamin : laki-laki Tanggal : 26 November 2019

DATA OBYEKTIF
DATA SUBYEKTIF

a. Ibu pasien mengatakan sering a. Bayi tidak segera


memeriksakan kehamilannya di puskesmas menangis

b.Ibu pasien mengatakan usia gestasinya 30 b. Bayi premature


minggu
c. Asfiksia

d. P : 70 x/i

e. Terlihat adanya sekret


C. ANALISA DATA

Nama Pasien : By. “R” Dx. Medik : RDS

Umur : 0 tahun Ruangan : Perinatologi

Jenis Kelamin : laki-laki Tanggal : 26 November 2019

No. DATA ETIOLOGI MASALAH KEPERAWATAN

1 2 3 4

1. DS : Timbul serangan Ketidakefektifan pola nafas

- Ibu pasien mengatakan Trauma endothelium paru


sering memeriksakan dan epithelium alveolar
kehamilannya di
Peningkatan permeabilitas
puskesmas

- Ibu pasien mengatakan Edema pulmonal


usia gestasinya 30
Alveoli terendam
minggu

Hipoksemia
DO:
- Bayi tidak segera
Ketidakefektifan pola nafas
menangis

- Bayi premature

- Asfiksia

- P : 70 x/
2. DS : Timbul serangan Ketidakefektifan bersihan jalan
nafas
- Ibu pasien mengatakan Trauma type II pneumocytes
sering memeriksakan
Kerusakan jaringan paru
kehamilannya di
puskesmas
Penurunan pengembangan
- Ibu pasien mengatakan Paru
usia gestasinya 30
‘peningkatan produksi sekret
minggu

Ketidakefektifan bersihan
DO:
jalan nafas
- Bayi tidak
segera
menangis

- Bayi premature

- Terlihat adanya
sekret
DIAGNOSA KEPERAWATAN

Nama Pasien : By. “R” Dx. Medik : RDS

Umur : 0 tahun Ruangan : Perinatologi

Jenis Kelamin : laki-laki Tanggal : 26 November 2019

No. DIAGNOSA KEPERAWATAN TGL TGL


DITEMUKAN TERATASI

1. Ketidakefektifan pola nafas b/d 26 November 2019 Belum teratasi


adanya asfiksia

2. Bersihan jalan nafas tidak efektif 26 November 2019 Belum teratasi


b/d obstruksi jalan nafas

RENCANA KEPERAWATAN
Nama Pasien : By. “R” Dx. Medik : RDS

Umur : 0 tahun Ruangan : Perinatologi

Jenis Kelamin : laki-laki Tanggal : 26 November 2019

NO DIAGNOSA PERENCANAAN
KEPERAWATAN TUJUAN & INTERVENSI RASIONAL
KRITERIA
HASIL

1 2 3 4 5
1. Ketidakefektifan Setelah Airway
pola nafas b/d dilakukan asuhan management
adanya asfiksia keperawatan - Posisikan pasien  Posisikan pasien
selama 3x24 jam untuk dengan semi
fowler untuk
di harapkan pola memaksimalkan mengurangi sesak
nafas normal ventilasi  Pemasangan alat
jalan nafas buatan
dengan kriteria - Identifikasi yang dapat
hasil: pasien perlunya memperlebar luas
permukaan
 Suara nafas pemasangan alat bronkus dan
yang bersih jalan nafas buatan bronkiolus pada
paru-paru, dan
 Tidak ada - Keluarkan sekret membuat
sianosis dan dengan suction kapasitas serapan
oksigen paru-paru
dispneau - Auskultasi suara meningkat
 Menunjukkan nafas, catat  Mengeluarkan
sekret dengan
jalan nafas adanya suara suction dapat
yang paten tambahan memperlancar
jalan nafas
(klien tidak - Atur intake untuk
 Untuk
merasa cairan mengetahui
perkembangan
tercekik, mengoptimalkan
status kesehatan
irama nafas, keseimbangan pasien dan
mencegah
frekuensi - Monitor respirasi
komplikasi
pernafasan dan status O2  Untuk
mengoptimalkan
dalam rentang
keseimbangan
normal, tidak Oxygen therapy cairan
ada suara - Bersihkan mulut,
 Untuk
nafas hidung dan sekret mengetahui
abnormal) trakea perkembangan
status pernafasan
 Tanda-tanda - Pertahankan jalan  Untuk
vital dalam nafas yang paten memaksimalkan
pernafasan
rentang - Atur peralatan  Untuk mencegah
normal oksigenasi adanya
komplikasi
(tekanan - Monitor aliran  Untuk mencegah
darah, nadi, oksigen sesak
 Untuk
pernafasan) - Pertahankan posisi memaksimalkan
pasien pernafasan
 Untuk
- Observasi adanya
mengetahui
tanda-tanda perkembangan
status kesehatan
hipoventilasi
pasien
 Untuk
mengurangi sesak
Vital sign
 untuk mengetahui
monitoring perkembangan
- Monitor TD, suhu, status kesehatan
pasien
nadi dan RR  Untuk
- Monitor frekuensi mengetahui
tanda-tanda vital
dan irama pasien
pernafasan
- Monitor suara paru
- Monitor pola
pernafasan
abnormal
- Monitor suhu,
warna dan
kelembaban kulit
- Monitor sianosis
perifer
-
- Identifikasi
penyebab dari
perubahan vital
sign

2. Bersihan jalan nafas Setelah Airway suction


tidak efektif b/d dilakukan asuhan - Pastikan kebutuhan
 Memastikan
obstruksi jalan keperawatan oral/ tracheal
dengan benar apa
nafas selama 3x24 jam suctioning
yang menjadi
diharapkan jalan - Auskultasi suara
kebutuhan pasien
napas paten napas sebelum dan
 Mengetahui
dengan kriteria sesudah suctioning
perbedaan suara
hasil : - Berikan O2 dengan
nafas sebelum dan
 Suara napas menggunakan nasal
sesudah di
yang bersih, untuk memfasilitasi
berikan suction
tidak ada suksion nasotrakeal
 Mencegah
sianosis dan - Gunakan alat steril
terjadinya
dispeu setiap melakukan
kekurangan
 Menunjukkan tindakan
oksigen yang
jalan napas - Monitor status
dapat
yang paten oksigen pasien
menyebabkan
(klien tidak - Hentikan suction
terjadinya
merasa dan berikan
hipoksia
tercekik, oksigen apabila
 Mencegah
irama napas, pasien
terjadinya infeksi
frekwensi menunjukkan
 Mengetahui
pernapasan bradikardi,
kebutuhan
dalam rentang peningkatan
oksigen pada
normal, tidak saturasi O2, dll pasien
ada suara  Untuk mencegah
napas Airway sesak
abnormal management  Jalan nafas yang
 Mampu - Buka jalan napas, paten dapat
mengidentifik gunakan teknik memberikan
asi dan chin lift atau jaw kebutuhan
mencegah trust bila perlu oksigen di semua
faktor-faktor - Posisikan pasien jaringan tubuh
yang dapat untuk secara adekuat
menghambat memaksimalkan  Posisi semifowler
jalan napas ventilasi membantu klien
- Identifikasi pasien memaksimalkan
perlunya ventilasi
pemasangan alat  Oksigen yang
jalan napas buatan diperlukan
- Keluarkan sekret tercukupi
dengan suction  Untuk
- Auskultasi suara mempermudah
nafas, catat adanya suara nafas
suara napas  Memastikan suara
tambahan nafas vasikuler
- Atur intake untuk
 Untuk
cairan
memaksimalkan
- Monitor respirasi
status kesehatan
dan status O2
 Untuk
memaksimalkan
kesehatan

Anda mungkin juga menyukai