Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN DISPNEA

RUANGAN IGD
RSUD POLEWALI MANDAR

NAMA : NURHIDAYAH
NIM : B0216305
PROGRAM : S1 KEPERAWATAN

CI LAHAN CI INSTITUSI

PRODI S1 KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU ILMU KESEHATAN
UNIVERTSITAS SULAWESI BARAT
2019
LAPORAN PENDAHULUAN
A. Definisi
Nishino (2011) menyebutkan sesak nafas atau dyspnea adalah perasaan sulit bernapas
yang biasanya terjadi ketika kita melakukan aktivitas fisik. Sesak napas adalah suatu gejala dari
beberapa penyakit yang dapat bersifat kronis. Sesak napas juga dikenal dengan istilah
“Shortness Of Breath”. Kejadian-kejadian sesak nafas bergantung dari tingkat keparahan dan
sebabnya. Perasaan itu sendiri merupakan hasil dari kombinasi impuls (rangsangan) ke otak
dari saraf yang berakhir di paru-paru, tulang iga, otot dada, atau diafragma, ditambah dengan
persepsi dan interpretasi pasien. Pada pasien dengan sesak napas, frekuensi pernapasan
meningkat di atas 24 kali per menit. Sesak napas merupakan gejala dari suatu penyakit serius
yang tidak boleh diremehkan karena dapat menyebabkan kematian..

1.1 Etiologi
Oksigen adalah kebutuhan pokok tubuh, maka oksigen sangat diperlukan dalam jumlah
yang banyak agar setiap sel dapat melakukan metabolisme. Jumlah oksigen yang tidak sesuai
dengan kebutuhan tubuh akan mengakibatkan munculnya respon adaptif tubuh, dan muncul
tanda gejala sesak nafas unutuk meningkatkan jumlah oksigen yang masuk dalam tubuh.
Berikut merupakan etiologi dari sesak nafas, antaralain:
1. Faktor Herediter/ Keturunan
Individu yang memiliki paru-paru dan organ pernafasan lemah memiliki resiko
dispnea yang lebih tinggi dari individu yang lain. Jika individu dengan resiko tersebut
kelelahan saat bekerja dan sering gelisah, maka bagian-bagian tubuh akan memulai
fungsi tidak normal. Sehingga, sistem pertahanan tubuh akan bekerja ekstra, bahkan
kadang-kadang alergi dan asma timbul sebagai reaksi dari sistem pertahanan tubuh
yang bekerja terlalu keras.
2. Faktor lingkungan
Udara dingin dan lembab dapat menyebabkan sesak nafas. Demikian pula
dengan serbuk sari bunga (pollen) dan partikel lain. Bekerja di lingkungan berdebu atau
asap dapat memicu sesak nafas atau dispnea berkepanjangan. Polusi pada saluran
hidung juga disebabkan oleh rokok yang dengan langsung dapat mengurangi suplai
oksigen.
3. Kurangnya Asupan Cairan
Sesak nafas karena kurangnya asupan cairan sehingga lendir pada paru-paru
dan saluran nafas akan mengental. Kondisi ini juga menjadi situasi yang
menyenangkan bagi mikroba untuk berkembang biak. Masalah pada susunan tulang
atau otot tegang pada punggung bagian atas akan menghambat sensor syaraf dan
bioenergi dari dan menuju paru-paru sehingga akan menunculkan manifestasi sesak
nafas/ dispnea.
4. Ketidakstabilan Emosi
Orang-orang yang gelisah, depresi, ketakutan, rendah diri cenderung untuk
sering menahan nafas atau justru menarik nafas terlalu sering dan dangkal sehingga
terengah-engah dan memunculkan menifestasi dispnea atau sesak nafas. Dalam waktu
yang lama, kebiasaan ini berpengaruh terhadap produksi kelenjar adrenal dan hormon,
yang berkaitan langsung dengan sistem pertahanan tubuh. Kurang pendidikan bisa juga
menyebabkan sesak nafas. Pengetahuan akan cara bernafas yang baik dan benar akan
bermanfaat dalam jangka panjang baik terhadap fisik maupun emosi seseorang.
5. Penyakit Penyerta
Penyakit yang diderita individu memiliki manifestasi sesak nafas atau dispnea.
Beberapa penyakit penyerta tersebut antaralain:
a. Asma
Sesak napas pada asma muncul saat saluran pernapasan (bronkus)
mengalami peradangan dan menyempit. Gejalanya berupa sesak napas yang
disertai bunyi napas tambahan yang tidak normal seperti suara bersiul yang
kasar, biasa disebut mengi (wheezing), gejala lainnya adalah batuk dan nyeri
dada. Orang yang mempunyai riwayat asma dalam keluarga memiliki rasiko
tinggi untuk menderita sesak nafas atau dispnea.
b. Penyakit Infeksi Paru
Penyakit infeksi paru seperti pneumonia, TBC, flu babi, dan flu burung
sering disertai dengan gejala sesak napas. Selain itu pasien juga akan
mengalami demam, batuk, nyeri dada, dan badan lemas.
c. Penyakit Jantung
Gangguan fungsi pompa jantung dalam mengisi dan memompa darah
dari paru akan mengakibatkan penumpukan darah di paru (edema paru) dan
menyebabkan peningkatan tekanan pada pembuluh darah paru. Maka, fungsi
paru akan terganggu dan terjadilah sesak napas. Keluhan sesak napas ini
muncul saat beraktivitas, misalnya naik tangga.
d. GERD (Gastro-Esophageal Reflux Disease)
Pada gangguan saluran pencernaan bagian atas yaitu Gastro-
Esophageal Reflux Disease (GERD) dan dyspepsia, dapat terjadi keluhan sesak
napas. Peningkatan asam lambung yang kemudian naik dan masuk ke
esophagus (kerongkongan), menimbulkan rasa sakit dan nyeri terutama saat
bernapas pada pasien penderita GERD. Sesak napas pada dyspepsia timbul
karena perut yang terisi penuh oleh gas dan angin menyebabkan rasa kembung
dan begah sehingga diafragma (otot pemisah antara rongga dada dan perut)
terdesak ke arah rongga dada.
e. Gangguan Ginjal
Pada kelainan ginjal, sesak napas terjadi karena adanya gangguan
keseimbangan asam-basa yang menyebabkan darah menjadi lebih asam
(asidosis). Darah menjadi asam sehingga tubuh mengkompensasi dengan cara
napas yang dalam dan cepat untuk mengeluarkan asam di dalam darah.
Pernapasan seperti ini disebut pernapasan kussmaul.

1.2 Klasifikasi
Klasifikasi sesak nafas berdasarkan onset penyakit, antaralain:
1. Dyspnea atau Sesak Nafas Akut
Dyspnea akut dengan awal yang tiba-tiba merupakan penyebab umum
kunjungan ke ruang gawat darurat. Penyebab dyspnea akut diantaranya penyakit
pernapasan (paru-paru dan pernapasan), penyakit jantung atau trauma dada.
2. Dyspnea atau Sesak Nafas Kronis
Dyspnea kronis (menahun) dapat disebabkan oleh penyakit asma, Penyakit
Paru Obstruktif Kronis (PPOK), emfisema, inflamasi paru-paru, tumor, dan pita suara.

Gb. Saluran
Pernafasan yang
mengalami
inflamasi

Klasifikasi sesak nafas berdasarkan skala ringan-berat antaralain:


Tingkat Derajat Kriteria
0 Normal Tidak ada kesulitan bernapas kecuali saat aktivitas berat
Terdapat kesulitan bernapas, napas pendek-pendek ketika
1 Ringan
terburu-buru atau ketika berjalan menuju puncak landai.
Berjalan lebih lambat daripada kebanyakan orang berusia
2 Sedang sama karena sulit bernapas atau berhenti berjalan untuk
bernapas.
Berhenti berjalan setelah 90 m (100yard) untuk bernapas
3 Berat
atau setelah berjalan beberapa menit.
Terlalu sulit untuk bernapas bila meniggalkan rumah atau
4 Sangat berat
sulit bernapas ketika memakai/membuka baju.

1.3 Patofisiologi

Sesak napas merupakan keluhan subjektif dari seorang yang menderita

penyakit paru. Keluhan ini mempunyai jangkauan yanga luas, sesuai dengan

interpretasi seseorang mengenai arti sesak napas tadi. Pada dasarnya, sesak napas baru

akan timbul bila kebutuhan ventilasi dapat meningkat pada beberapa keadaan seperti

aktivitas jasmani yang bertambah atau panas badan yang meningkat.

Patofisiologi sesak napas dibagi sebagai berikut :


Oksigenasi jaringan menurun

Kebutuhan oksigenasi meningkat

Kerja Pernapasan Meningkat

Kejadian sesak napas tergantung dari tingkat keparahan dan sebabnya. Perasaan

itu sendiri merupakan hasil dari kombinasi impuls ke otak dari saraf yang berakhir di

paru – paru, tulang iga, otot dada atau diafragma, ditambah dengan persepsi dan

interpretasi pasien. Pada bebrapa kasus, sesak napas diperhebat karena kegelisahan

memikirkan penyebabnya. Pasien mendeskripsikan dyspnea dengan berbagai cara,

sesak napas yang tidak menyenangkan, merasa sulit untuk menggerakkan otot dada,

merasa tercekik, atau rasa kejang di otot dada.

2.5 Manifestasi Klinis


Tanda gejala sesak nafas antaralain:
1. Peningkatan jumlah frekuensi napas:
 Dewasa >20x/menit,
 Anak >30x/menit,
 Bayi >40x/menit.
2. Sianosis atau kebiruan pada sekitar bibir dan ujung-ujung jari,
3. Adanya suara napas tambahan seperti ngorok, serak, grok-grok, mengi,
4. Pasien mendeskripsikan dyspnea dengan berbagai cara yaitu, sesak napas yang tidak
menyenangkan, merasa sulit untuk menggerakkan otot dada, merasa tercekik, atau rasa
kejang di otot dada.

2.6 Pemeriksaan Diagnostik


Pemeriksaan Diagnostik yang dapat dilakukan pada pasien sesak nafas atau dispnea
antaralain:
1. Foto Rontgen; selama episode akut rontgen dada dapat menunjukkan hiperinflasi dan
pendataran pada bagian diafragma.
2. Pemeriksaan Fungsi Paru, dapat ditemukan menurunnya volume tidal, kapasitas vital,
eosinofil biasanya meningkat dalam darah atau sputum.
3. Pemeriksaan Alergi; test kulit (+) yang menyebabkan reaksi melepuh dan hebat yang
dapat mengidentifikasikan allergen spesifik,
4. Pulse Oximetry; ditemukan saturasi O2 perifer menurun (sianosis), dan
5. Analisa Gas Darah; menunjukkan hipoksia selama serangan akut, awalnya terdapat
hipokapnea dan respirasi alkalosis serta PCO2 yang rendah.

2.7 Penatalaksanaan
Penanganan sesak napas pada dasarnya mencakup tatalaksana yang tepat atas penyakit
dasar yang melatarbelakangi serta komplikasinya. Akan tetapi, apabila kondisi memburuk
hingga mungkin terjadi gagal napas akut, maka lebih baik perhatian ditujukan pada keadaan
daruratnya dulu sebelum dicari penyebab yang melatar belakanginya. Berikut penatalaksanaan
yang dapat dilakukan pada klien dengan sesak nafas atau dispnea:
a. Berikan O2 2-4 liter/min tergantung derajat sesaknya (secara intermiten).
b. Infus D5% 8 tetes/menit, jika bukan payah jantung maka tetesan dapat lebih cepat.
c. Posisi setengah duduk atau berbaring dengan bantal tinggi. Bila syok, maka jangan
tinggikan posisi kepala klien.
d. Mengurangi kebutuhan ventilasi dengan cara mengurangi beban metabolik,
meningkatkan efisiensi eliminasi CO2,
e. Memberikan terapi O2, atau terapi farmakologi seperti; Opiat, anxiolitik/ sedatives,
dan
f. Melatih pernapasan (contoh: pursed-lip breathing)

2.8 Komplikasi
Berbagai komplikasi menurut Mansjoer (2008) yang mungkin timbul akibat sesak
nafas atau dispnea antaralain:
1) Pneumothoraks
Pneumothoraks adalah keadaan adanya udara di dalam rongga pleura yang
dicurigai bila terdapat benturan atau tusukan dada. Keadaan ini dapat menyebabkan
kolaps paru yang lebih lanjut lagi dapat menyebabkan kegagalan napas.
2) Atelektasis
Atelektasis adalah pengkerutan sebagian atau seluruh paru-paru akibat
penyumbatan saluran udara (bronkus maupun bronkiolus) atau akibat pernafasan yang
sangat dangkal.
3) Gagal napas Gagal napas dapat tejadi bila pertukaran oksigen terhadap karbodioksida
dalam paru-paru tidak dapat memelihara laju konsumsi oksigen dan pembentukan
karbondioksida dalam sel-sel tubuh.
4) Bronkhitis
Bronkhitis atau radang paru-paru adalah kondisi di mana lapisan bagian dalam
dari saluran pernapasan di paru-paru yang kecil (bronkhiolis) mengalami bengkak.
Selain bengkak juga terjadi peningkatan produksi lendir (dahak). Akibatnya penderita
merasa perlu batuk berulang-ulang dalam upaya mengeluarkan lendir yang berlebihan,
atau merasa sulit bernapas karena sebagian saluran udara menjadi sempit oleh adanya
lendir.
5) Status asthmaticus
Merupakan kondisi dimana sserangan asma yang parah dan tidak dapat
merespon pada perawatan tertentu.
LAPORAN KASUS BAYI DISPNEA
RUANGAN IGD
RSUD POLEWALI MANDAR

NAMA : NURHIDAYAH
NIM : B0216305
PROGRAM : S1 KEPERAWATAN

CI LAHAN CI INSTITUSI

PRODI S1 KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU ILMU KESEHATAN
UNIVERTSITAS SULAWESI BARAT
2019
LAPORAN ANALISIS KASUS (IRD)

1. IdentitasKlien
Nama : Muh. Farid yusuf Pekerjaan : Pelajar
Umur : 15 thn No. RM :
Alamat : Bulukumba Tgl. Masuk : 30 November 2019
J.Kelamin : Laki-laki Tgl. Pengkajian : 30 November 2019
2. Tindakan Pra Hospital
[ ] CPR [ ] PT
[ ] Oksigen [ ] Suction
[ ] Infus [ ] BebatTekan
[ ] NGT [ ] Bidai
[ ] ETT [ ] Penjahitan
[ ] OPT [ ] Obat-obatan
3. Triage
a. Keluhan utama : Nyeri ulu hati
b. Riwayat keluhan utama : pasien mengatakan sesak beberapa jam yang lalu, muntah 3x
dan nyeri kepala.

c. TTV :
- Tekanan darah : 100/90 mmHg
- Nadi : 110 x/menit
o
- Suhu : 36,0 C
- Pernafasan : 26 x/menit
d. Berat badan : 56 kg
4. Pengkajian Primer
Airway : Bebas
Breathing : Spontan
Circulation : Normal, perdarahan tidak ada, dan turgor kulit baik, akral hangat,irama
reguler
Disintegrity : Respon alert, pupil isokor
GCS : E : 4, C: 5, M: 6
Exprosure : Baik
5. Pengkajian Sekunder: (Pengkajian riwayat keperawatan dan head to toe)
Kepala : Normal
Mata : Simetris
Hidung : Simetris
Mulut : Mukosa mulut kering
Telinga : Posisi simetris,
Leher : Normal
Dada : Simetris
Abdomen : Nyeri pada abdomen bagian atas (ulu hati)
 Ekstremitas atas : ROM baik
Ekstremitas Bawah : ROM baik
6. Pemeriksaan Penunjang: (Pemeriksaan laboratorium, rontgen, CT Scan, dll)
Tidak ada
7. Terapi Medikasi :
- Terpasang infus RL 28 tpm
DATA FOKUS

Nama Pasien : Muh. Farid yusuf Dx. Medik :


Umur : 15 tahun Ruangan : IRD
Jenis Kelamin : Laki-laki Tanggal :

DATA SUBYEKTIF DATA OBYEKTIF

1. Pasien mengatakan nyeri ulu hati TTV : TD : 110/90


2. Pasien mengatakan sesak beberapa jam N : 110x/mnt
yang lalu S : 36,0 OC
3. Pasien mengatakan muntah 3x RR : 26x/mnt
4. Pasien mengatakan nyeri kepala. Tampak terpasang infus

ANALISA DATA
Nama Pasien : Muh. Farid yusuf Dx. Medik :
Umur : 15 tahun Ruangan : IRD
Jenis Kelamin : Laki-laki Tanggal :
MASALAH
No. DATA
KEPERAWATAN
1 2 4
1 DS : -Pasien mengatakan nyeri Nyeri akut berhubungan
ulu hati dengan peradangan/iritasi
- Pasien mengatakan nyeri mukosa lambung
kepala
DO : Pasien tampak meringis
memegang abdomen bagian atas.

2 DS : Pasien mengatakan muntah Resiko Kekurangan cairan


3x berhubungan dengan intake
DO : Tampak terpasang infus cairan yang tidak adekuat
(muntah).
3. DS : Pasien mengatakan sesak Pola nafas tidak efektif
beberapa jam yang lalu berhubungan dengan
DO : - Klien tampak bernafas hiperventilasi.
tersengal-sengal.
- TTV : TD : 110/90
N : 110x/mnt
S : 36,0 OC
RR : 26x/mnt
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Nama Pasien : Muh. Farid yusuf Dx. Medik :
Umur : 15 tahun Ruangan : IRD
Jenis Kelamin : Laki-laki Tanggal :
TGL TGL
No. DIAGNOSA KEPERAWATAN
DITEMUKAN TERATASI
1 Nyeri akut berhubungan dengan
peradangan/iritasi mukosa lambung

2 Resiko Kekurangan cairan


berhubungan dengan intake cairan
yang tidak adekuat ( muntah)

3. Pola nafas tidak efektif


berhubungan dengan hiperventilasi
RENCANA KEPERAWATAN
Nama Pasien : Muh. Farid yusuf Dx. Medik :
Umur : 15 tahun Ruangan : IRD
Jenis Kelamin : Laki-laki Tanggal :
PERENCANAAN
DIAGNOSA TUJUAN &
NO
KEPERAWATAN KRITERIA INTERVENSI RASIONAL
HASIL
1 2 3 4 5
1 Nyeri akut Setelah - Melakukan - Klien
berhubungan dilakukan pengkajian nyeri mengatakan
dengan tindakan secara nyeri seperti
peradangan/iritasi selama komprehensif tertusuk tusuk
mukosa lambung 2x24jam nyeri seperti lokasi, pada ulu hati
sudah karakteristik, dan nyerinya
berkurang durasi. hilang timbul.
dengan kriteria - Observasi reaksi - Klien tampak
hasil : non verbal dari meringis.
- Mampu ketidaknyamanan
mengontrol - Memberikan - Klien lebih
nyeri posisi yang nyaman dengan
- Menyatakan nyaman posisi semi
rasa - Mengajarkan fowler
nyaman tentang teknik - klien
setelah non farmakologi: mengatakan
nyeri napas dalam. mengerti dan
berkurang. melakukan
tehnik napas
dalam jika
sakitnya mulai.
2 Resiko Kekurangan Setelah - Memonitor status - Turgo kulit
cairan berhubungan dilakukan hidrasi. nampak baik dan
dengan intake tindakan mukosa mulut
cairan yang tidak selama 24 jam kering
adekuat ( muntah) volume cairan - Mendorong klien - Klien nampak
terpenuhi untuk asupan cairan mulai minum.
dengan kriteria yang adekuat.
hasil : - Berikan cairan IV - Terpasang infus
- TTV dalam - Monitor vital sign - TTV dalam
batas batas normal
normal - Monitor status nutrisi
- Tidak ada - Asupan nutrisi
tanda-tanda klien baik
dehidrasi:
elastisitas
turgor kulit
baik,
membran
mukosa
lembab,
tidak ada
rasa haus
yang
berlebihan.

3 Pola nafas tidak Setalah


1. Posisikan pasien untuk 1. Untuk
efektif berhubungan dilakukan
memaksimalkan memudahkan
dengan tindakan selama
ventilasi (semi fowler). pasien dalam
hiperventilasi 2x24 jam pasien
2. Dukung untuk nafas bernafas
menunjukkan
dalam pelan 2. Untuk
pola nafas
3. Monitor TTV Membuka
jalan nafas
kembali efektif 4. Identifikasi pasien 3. TTV dalam
Kriteria Hasil: perlunya pemasangan batas normal
1. pola alat jalan nafas. 4. Untuk
nafas mengetahui
efektif, perlunya
2. bunyi pemasangan
nafas alat jalan
normal, nafas.
3. TTV
dalam
batas
normal

Anda mungkin juga menyukai