Anda di halaman 1dari 9

Komposisi kimia Spirulina platensis yang dikultivasi, Afriani et al.

JPHPI 2018, Volume 21 Nomor 3


Available online: journal.ipb.ac.id/index.php/jphpi

KOMPOSISI KIMIA Spirulina platensis YANG DIKULTIVASI DALAM


FOTOBIOREAKTOR DENGAN FOTOPERIODE BERBEDA

Sari Afriani1*, Uju1,2, Iriani Setyaningsih1,


1
Departemen Teknologi Hasil Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor
2
Surfactant and Bioenergy Research Center (SBRC), Institut Pertanian Bogor Institut Pertanian Bogor
Kampus IPB Dramaga, Jalan Agatis 1, Bogor 16680 Jawa Barat
Telepon (0251) 8622909-8622906, Faks. (0251) 8622915
*Korespondensi: sariafriani.86@gmail.com
Diterima: 28 Agustus 2018 / Disetujui: 7 Desember 2018

Cara sitasi: Afriani S, Uju, Setyaningsih I. 2018. Komposisi kimia Spirulina platensis yang dikultivasi dalam
fotobioreaktor dengan fotoperiode berbeda. Jurnal Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia. 21(3): 471-479.

Abstrak
Spirulina platensis dikenal sebagai mikroalga berwarna hijau-biru yang digolongkan ke dalam
cyanobacteria, bersel satu dan berbentuk spiral. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan pengaruh
fotoperode terhadap karakteristik S. platensis yang dikultivasi dalam fotobioreaktor terkontrol (FK) dan
fotobioreaktor tidak terkontrol (FTK). Karakteristik yang diamati meliputi kurva pertumbuhan, rendemen
biomassa kering, kandungan karbohidrat, protein, lemak dan komponen aktif. Rancangan penelitian yang
digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan dua kali ulangan. S. platensis dikultur dengan
volume masing-masing 10 L menggunakan media pertumbuhan berupa kombinasi antara pupuk Urea,
pupuk organik RI1 Plant catalyst (URC) dengan perlakuan lama pencahayaan (fotoperiode) 24:0, 16:8,
12:12 dan 6:18 (jam terang:jam gelap). Hasil penelitian menunjukkan bahwa fotobioreaktor terkontrol (FK)
dengan fotoperiode 24:0 memiliki nilai OD (0,882), rendemen biomassa kering 0,31 g/L dan kandungan
karbohidrat 25,85% tertinggi dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Fotobioreaktor tanpa kontrol (FTK)
dengan fotoperiode 12:12 (58,44%) mengandung protein lebih tinggi dari perlakuan lainnya, sedangkan
kandungan lemak tertinggi pada fotoperiode 6:18 yaitu 6,60%. Hasil analisis komponen aktif berdasarkan uji
fitokimia positif mengandung senyawa flavonoid, fenol, steroid dan saponin untuk keseluruhan perlakuan.

Kata kunci: Biomasa, fotobioreaktor, fotoperiod, komposisi kimia, Spirulina platensis.

Chemical Composition of Spirulina platensis which Cultivated in Photobioreactors


with Different Photoperiodes

Abstract
Spirulina platensis known as filamentous cyanobacteria, single-celled and spiral-shaped. It is
often  called  blue-green microalgae. This study aimed to determine the effect of photoperiod on the
characteristic of S. platensis which were cultivated in a controlled photobioreactor (FK) and uncontrolled
photobioreactor (FTK). The observed characteristics include the growth curves, dried weight of biomass,
carbohydrates content, protein, fat and bioactive compounds. The research used Completely Randomized
Design (CRD) with two replications. S. platensis was cultured in 10 L volume using combination of urea,
organic fertilizer RI1 and Plant catalyst (URC medium) at 24:0, 16:8, 12:12 and 6:18 (light hours:dark
hours) photoperiods. The results showed the controlled photobioreactor (FK) with 24:0 photoperiods had
Optical Density (0.882), dried biomass (0.31 g/L) and carbohydrate (25.85%) highest than those of other
treatments. Uncontrolled photobioreactor (FTK) with photoperiods 12:12 and 16:8 had the higher protein
content (58.44%) than of other treatments. The highest total fat (6.60%) occurred in photoperiod 6:18.
The results of bioactive compounds based on phytochemical analysis for the whole treatment positively
contained flavonoids, phenols, steroids and saponins.

Keywords: Biomass, chemical composition, photobioreactors, photoperiods, Spirulina platensis

Masyarakat Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia 471


JPHPI 2018, Volume 21 Nomor 3 Komposisi kimia Spirulina platensis yang dikultivasi, Afriani et al.

PENDAHULUAN kondisi lingkungan serta mudah masuknya


Mikroalga merupakan salah satu kontaminasi dari luar karena tempat kultivasi
komoditi hasil perairan yang memiliki yang cenderung terbuka. Kondisi lingkungan
potensi besar untuk dimanfaatkan sebagai yang terkontrol dan pencegahan terhadap
bahan pangan, pakan maupun obat-obatan. dampak negatif dari lingkungan yang
Mikroalga yang banyak diteliti dan relatif mengganggu pertumbuhan mikroalga dapat
mudah untuk dibudidayakan salah satunya diperoleh dengan penggunaan fotobioreaktor.
adalah Spirulina sp. Spirulina merupakan Singh dan Sharma (2012) melaporkan
mikroalga berwarna hijau-biru yang bahwa, fotobioreaktor dapat digambarkan
digolongkan ke dalam cyanobacteria, bersel sebagai sebuah bejana kultur tertutup
satu dan berbentuk spiral (Budiardi et al. yang diberi cahaya dan dirancang untuk
2010). Spirulina memiliki nutrisi yang tinggi mengontrol produksi biomassa. Keunggulan
serta kaya akan vitamin B12 (De et al. 2011). dari fotobioreaktor selain meminimalkan
Biomassa S. platensis mengandung senyawa- kontaminasi juga memungkinkan monokultur
senyawa yang diperlukan oleh tubuh manusia mikroalga yang terkontrol terhadap kondisi
diantaranya protein 55-70%, lipid 4-6%, cahaya, suhu dan pH. Fotobioreaktor dapat
karbohidrat 17-25%, asam lemak tidak jenuh mengendalikan hilangnya CO2 yang lebih
majemuk misalnya asam linoleat (LA) dan sedikit, mencegah penguapan air dan
gamma linolenat (GLA), beberapa vitamin menghasilkan pertumbuhan sel yang lebih
contohnya asam nikotinat, riboflavin (vitamin tinggi.
B2), thiamin (vitamin B1), sianokobalamin Pemenuhan kebutuhan nutrien dalam
(vitamin B12), mineral, asam-asam media kultivasi juga memegang peranan
amino, karotenoid, klorofil dan fikosianin penting terhadap pertumbuhan S. platensis.
(Christwardana et al. 2013). S. platensis telah Kultivasi S. platensis selama ini menggunakan
diaplikasikan pada berbagai produk pangan media Walne sebagai media pertumbuhan.
maupun non pangan, di antaranya bahan Media Walne yang mahal menjadi dasar
tambah pada jelly drink (Trilaksani et al. pencarian sumber nutrien alternatif yang lebih
2015), tablet hisap (Saputra et al. 2014) dan murah dan efektif, salah satunya penggunaan
antimalaria (Wulandari et al. 2019). media organik (Setyaningsih et al. 20013).
Faktor-faktor yang memengaruhi Fahleny et al. (2014) melaporkan bahwa
produktivitas biomassa Spirulina adalah S. platensis mengalami peningkatan
cahaya, nutrien dan suhu (Richmond 2004). pertumbuhan yang baik menggunakan media
Diharmi (2001) melaporkan bahwa perlakuan pupuk URC yang merupakan kombinasi
manipulasi lama pencahayaan (fotoperiode) antara pupuk urea dan pupuk organik (plant
dan intensitas cahaya memberikan pengaruh catalyst dan RI1). Berdasarkan hal tersebut,
yang nyata terhadap kandungan pigmen maka perlu dilakukan kajian lebih lanjut untuk
bioaktif dan protein S. platensis, kandungan melihat pengaruh penggunaan fotobioreaktor,
fikosianin tertinggi yaitu 0,135 mg/L dan baik fotobioreaktor terkontrol (FK) maupun
protein 49,79% pada intensitas cahaya 3.000 fotobioreaktor tanpa kontrol (FTK) dengan
lux dengan lama pencahayaan 16 jam. Santosa perlakuan fotoperiode yang berbeda terhadap
(2010) melaporkan Spirulina air tawar dengan kurva pertumbuhan dan produksi biomassa,
pencahayaan 12 jam terang dan 12 jam gelap komposisi kimia, kandungan senyawa aktif,
menghasilkan kandungan protein yaitu serta konsentrasi dan rendemen fikosianin
39,73%, lebih tinggi dari perlakuan lainnya. dari S. platensis yang dikultivasi dalam media
Kandungan lemak tertinggi terdapat pada organik. Pengembangan penelitian dengan
perlakuan 6 jam terang dan 18 jam gelap yaitu berbagai teknik kultivasi ini diharapkan dapat
10,35%. meningkatkan produktivitas, efisiensi dan
Kultivasi S. platensis konvensional kualitas S. platensis.
yang telah dilakukan sebelumnya memiliki Penelitian ini bertujuan untuk
kekurangan berupa sulitnya mengatur menentukan pengaruh fotoperode terhadap

472 Masyarakat Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia


Komposisi kimia Spirulina platensis yang dikultivasi, Afriani et al. JPHPI 2018, Volume 21 Nomor 3

karakteristik S. platensis yang dikultivasi lux dan aerasi secara terus-menerus selama
dalam fotobioreaktor terkontrol (FK) dan tujuh hari (Fahleny et al. 2014).
fotobioreaktor tidak terkontrol (FTK).
Karakteristik yang diamati meliputi kurva Kultivasi S. platensis
pertumbuhan, rendemen biomassa kering, Persiapan peralatan kultivasi S. platensis
kandungan karbohidrat, protein, lemak dan dalam jumlah banyak (scale up) sama dengan
komponen aktif. saat penyegaran bibit. Total volume kultur
yaitu 10 L, media yang digunakan berupa
BAHAN DAN METODE kombinasi urea dengan media organik yang
Bahan dan Alat terdiri dari pupuk RI1 dan Plant Catalyst
Bahan-bahan yang digunakan terdiri (URC). Kultivasi menggunakan fotobioreaktor
dari bahan untuk proses kultivasi meliputi terkontrol (FK) dan fotobioreaktor tak
air tawar, air laut, bibit mikroalga Spirulina terkontrol (FTK) dengan perlakuan lama
platensis yang diperoleh dari koleksi pencahayaan (fotoperiode) masing-masing
mikroalga Balai Besar Perikanan Budidaya Air 24:0, 16:8, 12:12 dan 6:18 (jam terang:jam
Payau (BBPBA), Jepara Jawa Tengah, media gelap). Kultivasi menggunakan FTK dilakukan
Walne, media organik (kombinasi pupuk dalam sebuah toples kaca yang diletakkan
urea, pupuk organik RI1 dan plant catalyst). dalam ruangan dengan pencahayaan (lampu)
Bahan-bahan yang digunakan dalam analisis hanya pada salah satu sisinya dan pencahayaan
meliputi akuades, reagen uji komponen aktif cenderung menyebar ke seluruh ruangan.
(Merck), larutan alkaline chopper, Bovine Kultivasi dengan FK dilakukan dengan cara
Serum Albumine (Merck), Folin-Ciocalteu- toples kaca untuk kultivasi dimasukkan ke
Fenol (Merck), kloroform (Merck), metanol dalam sebuah kotak berbahan kayu dengan
(Merck), H2SO4 (Merck), larutan fenol ukuran 40cm × 40cm × 80cm, dengan kondisi
(Merck), bufer fosfat dan gas N2 murni. tertutup dan lampu berada di sekeliling toples
Alat-alat yang digunakan meliputi kaca sehingga cahaya terfokus hanya di dalam
peralatan kultivasi yaitu seperangkat peralatan kotak kayu tersebut. Intensitas cahaya, suhu
fotobioreaktor terkontrol, toples kaca, selang, dan lama waktu pencahayaan (fotoperiode)
aerator, lampu TL (Philips 40 watt), light meter pada sistem FK dikendalikan/dikontrol
(Lutron), stop kontak timer otomatis, hand dengan sistem elektronik. Intensitas cahaya
refraktometer (Atago), batang pengaduk, nylon yang digunakan 3.000 lux dan diberikan aerasi
mesh berukuran 20 mikron dan oven (Ehret) terus menerus selama kultivasi berlangsung.
untuk pengeringan biomassa. Alat pengujian Kurva pertumbuhan S. platensis dibuat
meliputi timbangan digital (Sartorius), berdasarkan nilai Optical Density (OD), yang
spektrofotometer (Spectro UV Vis RS UV- diukur menggunakan spektrofotometer pada
2500 Labomed), perangkat HPLC (Shimadzu panjang gelombang (λ) 670 nm.
CBM-20A), perangkat kromatogafi gas (Xevo
TQ-S), desikator, vortex (Velp Scientifica), Pemanenan dan Pengeringan
sentrifuse (Centurion Scientific Ltd), Biomassa S. platensis
mikropipet (Eppendorf), peralatan gelas S. platensis dipanen dengan cara disaring
(Pyrex), erlenmeyer (Pyrex). menggunakan nylon mesh. Biomassa yang
dihasilkan dari tiap perlakuan dikeringkan
Metode Penelitian dalam oven pada suhu 40°C selama ±24 jam.
Penyegaran bibit S. platensis Biomassa kering ditimbang untuk menghitung
Penyegaran bibit S. platensis dilakukan rendemen biomassa S. platensis dan dilakukan
dalam toples kaca dengan total volume kultur analisis total kandungan karbohidrat, protein,
2 L. Air laut yang digunakan bersalinitas 15 ppt, lemak dan fitokimia. Biomassa dari kultivasi
dengan media Walne. Bibit yang digunakan dengan perlakuan fotoperiode terpilih
sebanyak 20% dari total volume kultur. berdasarkan kandungan nutrisi tertinggi serta
Penyegaran dilakukan dengan pencahayaan dilanjutkan dengan analisis asam amino dan
24 jam terang, intensitas cahaya 2.500-3.000 asam lemak.

Masyarakat Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia 473


JPHPI 2018, Volume 21 Nomor 3 Komposisi kimia Spirulina platensis yang dikultivasi, Afriani et al.

Prosedur Analisis Analisis Data


Analisis karbohidrat dilakukan Analisis data yang digunakan untuk
menggunakan metode Kochert (1978). menentukan pengaruh metode kultivasi
Larutan standar yang digunakan yaitu glukosa fotobioreaktor (FTK dan FK) pada masing-
yang dilarutkan dalam larutan H2SO4 2 N. masing fotoperiode terhadap rendemen
Sampel S. platensis diekstraksi dengan H2SO4 biomassa panen, total karbohidrat, protein
2 N. Sampel dan larutan standar ditambahkan dan lemak adalah Rancangan Acak Lengkap
larutan fenol dan H2SO4 98%. Absorbansi (RAL) dengan dua kali ulangan. Pengaruh
diukur pada panjang gelombang (λ) 485 perbedaan fotoperiode terhadap rendemen
nm. Kandungan karbohidrat pada sampel biomassa panen, total karbohidrat, protein
ditentukan berdasakan kurva grafik larutan dan lemak dianalisis secara deskriptif. Analisis
standar. data secara deskriptif secara keseluruhan
Analisis protein menggunakan metode juga digunakan pada tahap penentuan kurva
Lowry et al. (1951). Larutan alkaline copper pertumbuhan dan komponen aktif.
(Cu-alkalin) dipersiapkan terlebih dahulu
dan Bovine Serum Albumin (BSA) digunakan HASIL DAN PEMBAHASAN
sebagai larutan standar. Sampel dan larutan Kurva Pertumbuhan S. platensis
standar ditambahkan larutan Cu-alkalin S. platensis dikultivasi menggunakan
Folin-Ciocalteu-Fenol kemudian diukur pada sistem fotobioreaktor terkontrol (FK) dan
panjang gelombang (λ) 660 nm. fotobioreaktor tanpa kontrol (FTK) disajikan
Analisis total lipid menggunakan metode pada Figure 1. Sistem fotobioreaktor terkontrol
Bligh dan Dyer (1959), sampel dikeringkan (FK) menghasilkan pencahayaan lebih fokus
secara evaporasi dengan gas N2 murni. daripada fotobioreaktor tanpa kontrol (FTK).
Lemak kering kemudian ditimbang. Analisis Pertumbuhan S. platensis dapat ditentukan
profil asam lemak dilakukan dengan prinsip dari perubahan warna pada media kultivasi
mengubah asam lemak menjadi turunannya yang menandakan peningkatan jumlah
(metil ester) sehingga mampu dideteksi oleh populasi atau kepadatan sel yang ditunjukkan
alat kromatografi gas yang mengacu pada dengan pertambahan nilai Optical Density
AOAC (2005). Analisis kualitatif komponen (OD). Nilai OD dapat dilihat pada Figure
aktif S. platensis dilakukan dengan uji 2. Nilai OD semakin meningkat dengan
fitokimia mengacu pada Harborne (1987) bertambahnya waktu kultivasi. Nilai OD
yang meliputi uji alkaloid, fenol hidrokuinon, tertinggi diperoleh pada waktu kultivasi antara
steroid, flavonoid dan saponin. 9-11 hari. Waktu panen dipilih berdasarkan

(a) (b)

Figure 1 (a) A controlled photobioreactor (FK) and (b) Uncontrolled photobioreactor (FTK)

474 Masyarakat Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia


Komposisi kimia Spirulina platensis yang dikultivasi, Afriani et al. JPHPI 2018, Volume 21 Nomor 3

1.0
0.9
0.8
0.7

Optical Density
0.6
0.5
0.4
0.3
0.2
0.1
0.0
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Observation (Day)

Figure 2 Growth curve of S. platensis based on OD values, ( )FTK 24:0, ( )FK 24:0, ( )
FTK 16:8, ( )FK 16:8, ( )FTK 12:12, ( )FK 12:12, ( )FTK 6:18, ( )FTK 6:18

nilai OD tertinggi atau telah mencapai OD faktor utama yang menentukan tingkat
≥ 0,5 karena pada saat itu merupakan akhir pertumbuhan mikroalga adalah cahaya, baik
fase pertumbuhan eksponensial (logaritmik), intensitas cahaya maupun periode terang
menuju fase stasioner. gelap. Mikroalga menangkap energi cahaya
Sistem kultivasi menggunakan FK melalui fotosintesis dan menggunakan energi
memiliki nilai OD lebih tinggi dibandingkan tersebut untuk mengkonversi zat anorganik
dengan FTK. Hal ini karena kondisi cahaya menjadi gula sederhana. Wahidin et al. (2013)
pada sistem kultivasi FK lebih terfokus menambahkan bahwa, waktu pencahayaan
dibandingkan pada sistem kultivasi FTK. yang lebih pendek dan ketersediaan cahaya
Cahaya merupakan faktor utama dalam yang tidak cukup dapat menyebabkan
pertumbuhan melalui proses fotosintesis. rendahnya tingkat pertumbuhan mikroalga,
Sistem kultivasi FK diduga memberikan sebaliknya waktu pencahayaan yang lebih
ketersediaan cahaya yang cukup banyak banyak dengan intensitas cahaya yang
sehingga energi dari cahaya tersebut akan optimum akan memberikan kesempatan
diubah menjadi energi kimia oleh mikroalga mikroalga untuk tumbuh dan berkembang
melalui proses fotosintesis. Energi kimia lebih cepat.
ini digunakan oleh mikroalga untuk
menghasilkan S. platensis yang optimal. Rendemen Biomassa S. platensis
Richmond (2004) menjelaskan, cahaya adalah Hasil analisis sidik ragam pada semua
kebutuhan utama dari mikroalga karena perlakuan fotoperiode menunjukkan metode
mikroalga merupakan organisme fotoautotrof kultivasi FK berbeda nyata dengan metode
yang menggunakan cahaya sebagai sumber kultivasi FTK (p<0.05) terhadap rendemen
energi. biomassa S. platensis (Figure 3a). S. platensis
Richmond (2004) menjelaskan, cahaya yang dikultivasi FK menghasilkan rendemen
adalah kebutuhan utama dari mikroalga biomassa lebih tinggi dibanding FTK. Hasil
karena mikroalga merupakan organisme ini memiliki pola yang selaras dengan kurva
fotoautotrof yang menggunakan cahaya pertumbuhan. Sistem kultivasi menggunakan
sebagai sumber energi. FK menyediakan ketersedian cahaya yang
Perlakuan FK dengan fotoperiode optimum bagi pertumbuhan S. platensis
24:0 memiliki nilai OD tertinggi dibanding untuk memproduksi biomassa. Behrens
perlakuan lain, yaitu mencapai 0,882. Parmar (2005) menyatakan bahwa, salah satu faktor
et al. (2011) menjelaskan bahwa, salah satu yang memengaruhi pertumbuhan mikroalga

Masyarakat Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia 475


JPHPI 2018, Volume 21 Nomor 3 Komposisi kimia Spirulina platensis yang dikultivasi, Afriani et al.

adalah ketersediaan cahaya. Ketersediaan Kandungan Protein


cahaya berupa pencahayaan kontinyu akan Hasil analisis sidik ragam pada semua
memengaruhi perubahan konsentrasi sel perlakuan fotoperiode menunjukkan metode
dalam kultur. kultivasi menggunakan FK maupun FTK
Rendemen biomasa pada perlakuan FK tidak memberikan pengaruh yang signifikan
dengan fotoperiode 24:0 lebih tinggi daripada (p>0.05) terhadap kandungan protein
perlakuan lainnya, yaitu 0,31 g/L. Nugraha dan (Figure 3c). Metode kultivasi dengan FTK
Purba (2015) melaporkan bahwa fotoperiode menghasilkan nilai total protein lebih tinggi
24 jam S. Spirulina lebih optimum dalam dibandingkan FK.
menghasilkan biomassa kering (0,76 g/L). Metode kultivasi FTK dengan
Barra et al. (2014) menjelaskan, fotoperiode pencahayaan yang lebih singkat yaitu pada
memengaruhi pertumbuhan mikroalga fotoperiode 12 jam:12 jam dan 16 jam:8 jam
dan kecepatan fotosintesis. Pertumbuhan (terang:gelap) menghasilkan kandungan
mikroalga dapat diketahui dari sintesis protein lebih tinggi dari perlakuan lainnya,
biomassa. Sintesis biomassa kemungkinan masing-masing 58,44% dan 57,24%. Hu
terjadi lebih tinggi pada pencahayaan terus (2004) menjelaskan, cahaya merupakan faktor
menerus dibandingkan pada fase gelap terang yang memengaruhi fotosintesis sehingga
yang bergantian. memengaruhi pula pertumbuhan, susunan
biokimia dan genetik pada sel. Respon seluler
Kandungan Karbohidrat mikroalga ketika intensitas cahaya berkurang
Hasil analisis sidik ragam pada semua adalah meningkatkan klorofil-a dan pigmen-
perlakuan fotoperiode menunjukkan pigmen lain yang berfungsi sebagai pemanen
metode kultivasi FK memberikan pengaruh cahaya.
signifikan (p<0,05) terhadap kandungan Perlakuan pencahayaan yang singkat
karbohidrat S. platensis. Kandungan seperti pada perlakuan FTK dan FK dengan
karbohidat S. platensis pada perlakuan FK fotoperiode 6:18 memiliki kandungan protein
dengan fotoperiode 24:0 lebih tinggi daripada paling kecil. Penelitian Budiardi et al. (2010)
perlakuan lainnya, yaitu 25,85%. Hal ini melaporkan bahwa perlakuan pencahayaan
karena cahaya sangat berpengaruh dalam 6:18 pada kultivasi Spirulina, menghasilkan
pembentukan karbohidrat. Cahaya digunakan kandungan oprotein yang cenderung lebih
sebagai sumber energi untuk mensintesis rendah dibandingkan perlakuan lainnya.
zat-zat organik dalam proses fotosintesis. Hal ini terjadi karena protein diurai kembali
Kandungan karbohidrat yang tinggi diduga akibat cadangan makanan hasil fotosintesis
karena banyaknya cahaya yang terdapat kurang memenuhi kebutuhan.
pada sistem kultivasi FK memengaruhi
banyaknya energi yang diserap S. platensis Kandungan Lemak
dalam melakukan fotosintesis. Sukadarti et Hasil analisis sidik ragam pada semua
al. (2016) menyatakan bahwa, laju reaksi perlakuan fotoperiode menunjukkan metode
fotosintesis dipengaruhi oleh jumlah energi kultivasi menggunakan FTK berbeda
yang diserap oleh suatu organisme. Campbell nyata/signifikan dengan metode kultivasi
menggunakan FK (p<0,05) terhadap
et al. (2008) menjelaskan bahwa fotosintesis
kandungan lipid S. platensis (Figure 3d).
terbagi menjadi dua tahap, tahap pertama
Metode kultivasi FTK dengan pencahayaan
reaksi terang dan tahap kedua reaksi gelap. yang cenderung lebih sedikit dan menyebar
Reaksi terang meliputi penyerapan cahaya menghasilkan kandungan lipid lebih tinggi
oleh klorofil untuk menghasilkan NADPH, dari pada kandungan lipid yang dihasilkan
ATP, dan O2. Pembentukan karbohidrat oleh sistem kultivasi FK. Banyaknya
terjadi pada tahap kedua fotosintesis yaitu cahaya yang diserap oleh S. platensis pada
pada siklus Calvin. Reaksi gelap terjadi di kultivasi diduga dapat memengaruhi total
stroma, menggunakan NADPH dan ATP yang lipid yang terbentuk. Richmond (2004)
diproduksi di reaksi terang untuk mereduksi menyatakan bahwa, efisiensi pencahayaan
karbondioksida dan mensintesis karbohidrat. dapat memaksimalkan pertumbuhan dan

476 Masyarakat Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia


Komposisi kimia Spirulina platensis yang dikultivasi, Afriani et al. JPHPI 2018, Volume 21 Nomor 3

kemampuan mikroalga dalam mengkonversi Meyer dan Wagner. Perbedaan perlakuan


energi cahaya menjadi energi biokimia yang tidak berpengaruh terhadap komponen aktif
tersimpan dalam bentuk karbohidrat, protein yang terkandung dalam biomassa kering S.
dan lemak. platensis. Firdiyani et al. (2015) melaporkan
Kultivasi S. platensis menggunakan bahwa, uji skrining fitokimia dari ekstrak S.
FTK dengan fotoperiode 6:18 memiliki nilai
platensis menggunakan pelarut aseton dan
tertinggi dibandingkan perlakuan lainnya
yaitu 6,60%. Penelitian Budiardi et al. (2010) pelarut etil asetat menunjukkan hasil positif
terhadap Spirulina air tawar menunjukkan pada uji senyawa fenolik, triterpenoid, steroid,
perlakuan pencahayaan 6:18 menghasilkan flavonoid, dan saponin, serta tidak ditemukan
kandungan lipid 10,35% menghasilkan total senyawa alkaloid, sedangkan Sudha et al.
lipid lebih tinggi dibandingkan perlakuan (2011) melaporkan S. platensis yang diekstrak
dengan pencahayaan terus menerus (24 jam). dengan pelarut etanol menunjukkan adanya
senyawa terpenoid, saponin, protein,
Komponen Aktif karbohidrat, asam amino dan tidak terdapat
Hasil analisis kualitatif komponen senyawa alkaloid. Sastrahidayat (2014)
aktif terhadap biomassa kering S. platensis melaporkan bahwa alkaloid merupakan
pada penelitian ini positif pada senyawa senyawa yang mengandung atom nitrogen
flavonoid, fenol, steroid dan saponin, serta yang tersebar secara terbatas pada tumbuhan
tidak terdeteksi senyawa alkaloid setelah dan kebanyakan ditemukan pada tanaman
direaksikan dengan pereaksi Dragendorf, tingkat tinggi Angiospermae.

30
0.35 a
a
25 a
0.30
a

0.25 a
Yield of biomass (g/L)

20
Total carbohydrate (%)

a b b b
b
b
0.20
15 a
b a
0.15
b 10 b
0.10

0.05 5

0.00 0
24:0 16:8 12:12 6:18 24:0 16:8 12:12 6:18
Photoperiod (light hours:dark hours) Photoperiod (light hours:dark hours)

(a) (b)

70
a a a 8
60 a
a a a a
7
50 a
Total protein (%)

6
40 a
Total Lipid (%)

5 a a
30 4
3
20
b b b b
2
10
1
0 0
24:0 16:8 12:12 6:18 24:0 16:8 12:12 6:18
Photoperiod (light hours:dark hours) Photoperiod (light hours:dark hours)

(c) (d)
Figure 3 Effect of photobioreactor and photoperiod on: (a) yield of biomass (b) carbohydrate
content (c) protein content (d) fat content, ( ) FTK, ( )FK.

Masyarakat Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia 477


JPHPI 2018, Volume 21 Nomor 3 Komposisi kimia Spirulina platensis yang dikultivasi, Afriani et al.

KESIMPULAN Christwardana M, Nur MA, Hadiyanto. 2013.


Penggunaan fotobioreaktor terkontrol Spirulina platensis: Potensinya sebagai
(FK) dan fotobioreaktor tanpa kontrol (FTK) bahan pangan fungsional. Jurnal Aplikasi
memberikan pengaruh yang signifikan Teknologi Pangan. 2(1): 1-4.
terhadap kurva pertumbuhan, total rendemen De M, Halder A, Chakraborty T, Das U, Paul
biomassa, kandungan karbohidrat dan lemak, S, De A, Banerjee J, Chatterjee T, De S.
sedangkan perlakuan perbedaan fotoperiode 2011. Incidence of anemia and effect of
berpengaruh terhadap kurva pertumbuhan, nutritional supplementation on women
total rendemen biomassa, kandungan in rural and tribal populations of eastern
karbohidrat, protein dan lemak. Hasil uji and northeastern India. Hematology. 16:
fitokimia positif mengandung senyawa 190-192.
flavonoid, fenol, steroid dan saponin. Diharmi A. 2001. Pengaruh pencahayaan
terhadap kandungan pigmen bioaktif
UCAPAN TERIMA KASIH mikroalga Spirulina platensis strain
Ucapan terima kasih disampaikan lokal (INK) [Tesis]. Bogor (ID): Institut
kepada Kementerian Riset, Teknologi, dan Pertanian Bogor.
Pendidikan Tinggi Republik Indonesia yang Fahleny R, Trilaksani W, Setyaningsih
telah mendanai penelitian ini melalui Program I. 2014. Aktivitas antioksidan pada
Penelitian Unggulan Perguruan Tinggi. formula terpilih tablet hisap S. platensis
berdasarkan karakter fisik. Jurnal Ilmu
DAFTAR PUSTAKA dan Teknologi Kelautan Tropis. 6(2): 427-
[AOAC] Association of Official Analytical 444.
Chemyst. 1984. Official Method of Firdiyani F, Agustini TW, Ma’ruf WF. 2015.
Analysis of The Association of Official Ekstraksi senyawa bioaktif sebagai
Analytical of Chemist. Virginia (USA): antioksidan alami Spirulina platensis
AOAC Inc. segar dengan pelarut yang berbeda. Jurnal
Barra L, Chandrasekaran R, Corato F, Brunet Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia.
C. 2014. The challenge of ecophysiological 18(1): 28-37.
biodiversity for biotechnological Harborne JB. 1987. Metode Fitokimia.
applications of marine microalgae Penuntun Cara Modern Menganalisis
(a review). Marine Drugs. 12: Tumbuhan. Ed  ke-2.  Padmawinata
1641-1675. K,  Soediro I, penerjemah; Niksolihin S,
Behrens PW. 2005. Photobioreactors and editor. Bandung (ID): Penerbit ITB.
Fermentors: the Light and Dark Sides Hu Q. 2004. Environmental effects on cell
of Growing Algae. Di dalam: Algal composition. Di dalam: A Handbook
Culturing Techniques. Andersen RA, of Microalgae Culture Biotechnology
editor. California (USA): Elsevier and Applied Phycology (83-93). Editor:
Academic Press. Richmond A. Oxford (UK): Blackwell
Bligh EG, Dyer WJ. 1959. A rapid method of Science Ltd.
total lipid extraction and purification. Kochert G. 1978. Quantitation of The
Canadian Journal of Biochemistry Macromolecular Components of
Physiology. 37:911-917. Microalgae. Di dalam: Handbook of
Budiardi T, Utomo NBP, Santosa A. 2010. Phycological Methods. Physiological and
Pertumbuhan dan kandungan nutrisi Biochemical Methods (189-195). Editor :
Spirulina sp. pada fotoperiode yang Hellebust JA, Craigie SS. London (UK):
berbeda. Jurnal Akuakultur Indonesia. Cambridge University Press.
9(2): 146-156. Lowry OH, NJ. Rosebrough, AL Farr, RJ
Campbell NA, Reece JB, Mitchell LG. 2008. Randall. 1951. Protein measurement
Biologi Jilid 1.Ed Ke-8. Rahayu L, with the folin phenol reagent. Journal of
penerjemah. Jakarta (ID): Erlangga. Biological Chemistry. 193(1): 265-275.

478 Masyarakat Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia


Komposisi kimia Spirulina platensis yang dikultivasi, Afriani et al. JPHPI 2018, Volume 21 Nomor 3

Parmar A, Singh, NK, Pandey A, Gnansounou Setyaningsih I, Saputra AT, Uju. 2011.
E, Madamwar D. 2011. Cyanobacteria Komposisi kimia dan kandungan pigmen
and microalgae: a positive prospect Spirulina fusiformis pada umur panen
for biofuels (a review). Bioresource yang berbeda dalam media pupuk. Jurnal
Technology. 102: 10163–10172. Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia.
Richmond A. (2004). Biological Principles of 14(1):63-69.
Mass Cultivation. Di dalam: A Handbook Singh RN, Sharma S. 2012. Development
of Microalgae Culture Biotechnology and of suitable photobioreactor for algae
Applied Phycology (125-217). Editor: production-a review. Renew  Sust
Richmond A. Oxford (UK): Blackwell Energ Rev. 16: 2347-2353.
Science Ltd. Sukadarti S, Murni SW, Nur MMA. 2016.
Saputra JSE, Agustini TW, Dewi EN. 2014. Peningkatan phycocyanin pada Spirulina
pengaruh penambahan biomassa serbuk platensis dengan media limbah virgin
Spirulina platensis terhadap sifat fisik, coconut oil pada photobioreactor tertutup.
kimia, dan sensori pada tablet hisap Eksergi. 13(2): 1-6.
(Lozenges). Jurnal Pengolahan Hasil Trilaksani W, Setyaningsih I, Masluha D. 2015.
Perikanan Indonesia. 17(3): 281-291. Formulasi jelly drink berbasis rumput
Sastrahidayat IR. 2014. Peranan Mikroba Bagi laut merah dan Spirulina platensis. Jurnal
Kesehatan Tanaman dan Lingkungan. Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia.
Malang (ID): UB Press. 18(1): 74-82.
Setyaningsih I, Tarman K, Satyantini WH, Wulandari DA, Setyaningsih I, Syafrudin D.
Barus DA. 2013. Pengaruh waktu 2016. Ekstraksi fikosianin dari Spirulina
panen dan nutrisi media terhadap platensis dan aktivitas antimalaria
biopigmen Spirulina platensis. Jurnal secara invitro. Jurnal Pengolahan Hasil
Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia. Perikanan Indonesia. 19(1): 17-25.
16(3): 191-198.

Masyarakat Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia 479

Anda mungkin juga menyukai