2 PB PDF
2 PB PDF
Cara sitasi: Afriani S, Uju, Setyaningsih I. 2018. Komposisi kimia Spirulina platensis yang dikultivasi dalam
fotobioreaktor dengan fotoperiode berbeda. Jurnal Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia. 21(3): 471-479.
Abstrak
Spirulina platensis dikenal sebagai mikroalga berwarna hijau-biru yang digolongkan ke dalam
cyanobacteria, bersel satu dan berbentuk spiral. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan pengaruh
fotoperode terhadap karakteristik S. platensis yang dikultivasi dalam fotobioreaktor terkontrol (FK) dan
fotobioreaktor tidak terkontrol (FTK). Karakteristik yang diamati meliputi kurva pertumbuhan, rendemen
biomassa kering, kandungan karbohidrat, protein, lemak dan komponen aktif. Rancangan penelitian yang
digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan dua kali ulangan. S. platensis dikultur dengan
volume masing-masing 10 L menggunakan media pertumbuhan berupa kombinasi antara pupuk Urea,
pupuk organik RI1 Plant catalyst (URC) dengan perlakuan lama pencahayaan (fotoperiode) 24:0, 16:8,
12:12 dan 6:18 (jam terang:jam gelap). Hasil penelitian menunjukkan bahwa fotobioreaktor terkontrol (FK)
dengan fotoperiode 24:0 memiliki nilai OD (0,882), rendemen biomassa kering 0,31 g/L dan kandungan
karbohidrat 25,85% tertinggi dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Fotobioreaktor tanpa kontrol (FTK)
dengan fotoperiode 12:12 (58,44%) mengandung protein lebih tinggi dari perlakuan lainnya, sedangkan
kandungan lemak tertinggi pada fotoperiode 6:18 yaitu 6,60%. Hasil analisis komponen aktif berdasarkan uji
fitokimia positif mengandung senyawa flavonoid, fenol, steroid dan saponin untuk keseluruhan perlakuan.
Abstract
Spirulina platensis known as filamentous cyanobacteria, single-celled and spiral-shaped. It is
often called blue-green microalgae. This study aimed to determine the effect of photoperiod on the
characteristic of S. platensis which were cultivated in a controlled photobioreactor (FK) and uncontrolled
photobioreactor (FTK). The observed characteristics include the growth curves, dried weight of biomass,
carbohydrates content, protein, fat and bioactive compounds. The research used Completely Randomized
Design (CRD) with two replications. S. platensis was cultured in 10 L volume using combination of urea,
organic fertilizer RI1 and Plant catalyst (URC medium) at 24:0, 16:8, 12:12 and 6:18 (light hours:dark
hours) photoperiods. The results showed the controlled photobioreactor (FK) with 24:0 photoperiods had
Optical Density (0.882), dried biomass (0.31 g/L) and carbohydrate (25.85%) highest than those of other
treatments. Uncontrolled photobioreactor (FTK) with photoperiods 12:12 and 16:8 had the higher protein
content (58.44%) than of other treatments. The highest total fat (6.60%) occurred in photoperiod 6:18.
The results of bioactive compounds based on phytochemical analysis for the whole treatment positively
contained flavonoids, phenols, steroids and saponins.
karakteristik S. platensis yang dikultivasi lux dan aerasi secara terus-menerus selama
dalam fotobioreaktor terkontrol (FK) dan tujuh hari (Fahleny et al. 2014).
fotobioreaktor tidak terkontrol (FTK).
Karakteristik yang diamati meliputi kurva Kultivasi S. platensis
pertumbuhan, rendemen biomassa kering, Persiapan peralatan kultivasi S. platensis
kandungan karbohidrat, protein, lemak dan dalam jumlah banyak (scale up) sama dengan
komponen aktif. saat penyegaran bibit. Total volume kultur
yaitu 10 L, media yang digunakan berupa
BAHAN DAN METODE kombinasi urea dengan media organik yang
Bahan dan Alat terdiri dari pupuk RI1 dan Plant Catalyst
Bahan-bahan yang digunakan terdiri (URC). Kultivasi menggunakan fotobioreaktor
dari bahan untuk proses kultivasi meliputi terkontrol (FK) dan fotobioreaktor tak
air tawar, air laut, bibit mikroalga Spirulina terkontrol (FTK) dengan perlakuan lama
platensis yang diperoleh dari koleksi pencahayaan (fotoperiode) masing-masing
mikroalga Balai Besar Perikanan Budidaya Air 24:0, 16:8, 12:12 dan 6:18 (jam terang:jam
Payau (BBPBA), Jepara Jawa Tengah, media gelap). Kultivasi menggunakan FTK dilakukan
Walne, media organik (kombinasi pupuk dalam sebuah toples kaca yang diletakkan
urea, pupuk organik RI1 dan plant catalyst). dalam ruangan dengan pencahayaan (lampu)
Bahan-bahan yang digunakan dalam analisis hanya pada salah satu sisinya dan pencahayaan
meliputi akuades, reagen uji komponen aktif cenderung menyebar ke seluruh ruangan.
(Merck), larutan alkaline chopper, Bovine Kultivasi dengan FK dilakukan dengan cara
Serum Albumine (Merck), Folin-Ciocalteu- toples kaca untuk kultivasi dimasukkan ke
Fenol (Merck), kloroform (Merck), metanol dalam sebuah kotak berbahan kayu dengan
(Merck), H2SO4 (Merck), larutan fenol ukuran 40cm × 40cm × 80cm, dengan kondisi
(Merck), bufer fosfat dan gas N2 murni. tertutup dan lampu berada di sekeliling toples
Alat-alat yang digunakan meliputi kaca sehingga cahaya terfokus hanya di dalam
peralatan kultivasi yaitu seperangkat peralatan kotak kayu tersebut. Intensitas cahaya, suhu
fotobioreaktor terkontrol, toples kaca, selang, dan lama waktu pencahayaan (fotoperiode)
aerator, lampu TL (Philips 40 watt), light meter pada sistem FK dikendalikan/dikontrol
(Lutron), stop kontak timer otomatis, hand dengan sistem elektronik. Intensitas cahaya
refraktometer (Atago), batang pengaduk, nylon yang digunakan 3.000 lux dan diberikan aerasi
mesh berukuran 20 mikron dan oven (Ehret) terus menerus selama kultivasi berlangsung.
untuk pengeringan biomassa. Alat pengujian Kurva pertumbuhan S. platensis dibuat
meliputi timbangan digital (Sartorius), berdasarkan nilai Optical Density (OD), yang
spektrofotometer (Spectro UV Vis RS UV- diukur menggunakan spektrofotometer pada
2500 Labomed), perangkat HPLC (Shimadzu panjang gelombang (λ) 670 nm.
CBM-20A), perangkat kromatogafi gas (Xevo
TQ-S), desikator, vortex (Velp Scientifica), Pemanenan dan Pengeringan
sentrifuse (Centurion Scientific Ltd), Biomassa S. platensis
mikropipet (Eppendorf), peralatan gelas S. platensis dipanen dengan cara disaring
(Pyrex), erlenmeyer (Pyrex). menggunakan nylon mesh. Biomassa yang
dihasilkan dari tiap perlakuan dikeringkan
Metode Penelitian dalam oven pada suhu 40°C selama ±24 jam.
Penyegaran bibit S. platensis Biomassa kering ditimbang untuk menghitung
Penyegaran bibit S. platensis dilakukan rendemen biomassa S. platensis dan dilakukan
dalam toples kaca dengan total volume kultur analisis total kandungan karbohidrat, protein,
2 L. Air laut yang digunakan bersalinitas 15 ppt, lemak dan fitokimia. Biomassa dari kultivasi
dengan media Walne. Bibit yang digunakan dengan perlakuan fotoperiode terpilih
sebanyak 20% dari total volume kultur. berdasarkan kandungan nutrisi tertinggi serta
Penyegaran dilakukan dengan pencahayaan dilanjutkan dengan analisis asam amino dan
24 jam terang, intensitas cahaya 2.500-3.000 asam lemak.
(a) (b)
Figure 1 (a) A controlled photobioreactor (FK) and (b) Uncontrolled photobioreactor (FTK)
1.0
0.9
0.8
0.7
Optical Density
0.6
0.5
0.4
0.3
0.2
0.1
0.0
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Observation (Day)
Figure 2 Growth curve of S. platensis based on OD values, ( )FTK 24:0, ( )FK 24:0, ( )
FTK 16:8, ( )FK 16:8, ( )FTK 12:12, ( )FK 12:12, ( )FTK 6:18, ( )FTK 6:18
nilai OD tertinggi atau telah mencapai OD faktor utama yang menentukan tingkat
≥ 0,5 karena pada saat itu merupakan akhir pertumbuhan mikroalga adalah cahaya, baik
fase pertumbuhan eksponensial (logaritmik), intensitas cahaya maupun periode terang
menuju fase stasioner. gelap. Mikroalga menangkap energi cahaya
Sistem kultivasi menggunakan FK melalui fotosintesis dan menggunakan energi
memiliki nilai OD lebih tinggi dibandingkan tersebut untuk mengkonversi zat anorganik
dengan FTK. Hal ini karena kondisi cahaya menjadi gula sederhana. Wahidin et al. (2013)
pada sistem kultivasi FK lebih terfokus menambahkan bahwa, waktu pencahayaan
dibandingkan pada sistem kultivasi FTK. yang lebih pendek dan ketersediaan cahaya
Cahaya merupakan faktor utama dalam yang tidak cukup dapat menyebabkan
pertumbuhan melalui proses fotosintesis. rendahnya tingkat pertumbuhan mikroalga,
Sistem kultivasi FK diduga memberikan sebaliknya waktu pencahayaan yang lebih
ketersediaan cahaya yang cukup banyak banyak dengan intensitas cahaya yang
sehingga energi dari cahaya tersebut akan optimum akan memberikan kesempatan
diubah menjadi energi kimia oleh mikroalga mikroalga untuk tumbuh dan berkembang
melalui proses fotosintesis. Energi kimia lebih cepat.
ini digunakan oleh mikroalga untuk
menghasilkan S. platensis yang optimal. Rendemen Biomassa S. platensis
Richmond (2004) menjelaskan, cahaya adalah Hasil analisis sidik ragam pada semua
kebutuhan utama dari mikroalga karena perlakuan fotoperiode menunjukkan metode
mikroalga merupakan organisme fotoautotrof kultivasi FK berbeda nyata dengan metode
yang menggunakan cahaya sebagai sumber kultivasi FTK (p<0.05) terhadap rendemen
energi. biomassa S. platensis (Figure 3a). S. platensis
Richmond (2004) menjelaskan, cahaya yang dikultivasi FK menghasilkan rendemen
adalah kebutuhan utama dari mikroalga biomassa lebih tinggi dibanding FTK. Hasil
karena mikroalga merupakan organisme ini memiliki pola yang selaras dengan kurva
fotoautotrof yang menggunakan cahaya pertumbuhan. Sistem kultivasi menggunakan
sebagai sumber energi. FK menyediakan ketersedian cahaya yang
Perlakuan FK dengan fotoperiode optimum bagi pertumbuhan S. platensis
24:0 memiliki nilai OD tertinggi dibanding untuk memproduksi biomassa. Behrens
perlakuan lain, yaitu mencapai 0,882. Parmar (2005) menyatakan bahwa, salah satu faktor
et al. (2011) menjelaskan bahwa, salah satu yang memengaruhi pertumbuhan mikroalga
30
0.35 a
a
25 a
0.30
a
0.25 a
Yield of biomass (g/L)
20
Total carbohydrate (%)
a b b b
b
b
0.20
15 a
b a
0.15
b 10 b
0.10
0.05 5
0.00 0
24:0 16:8 12:12 6:18 24:0 16:8 12:12 6:18
Photoperiod (light hours:dark hours) Photoperiod (light hours:dark hours)
(a) (b)
70
a a a 8
60 a
a a a a
7
50 a
Total protein (%)
6
40 a
Total Lipid (%)
5 a a
30 4
3
20
b b b b
2
10
1
0 0
24:0 16:8 12:12 6:18 24:0 16:8 12:12 6:18
Photoperiod (light hours:dark hours) Photoperiod (light hours:dark hours)
(c) (d)
Figure 3 Effect of photobioreactor and photoperiod on: (a) yield of biomass (b) carbohydrate
content (c) protein content (d) fat content, ( ) FTK, ( )FK.
Parmar A, Singh, NK, Pandey A, Gnansounou Setyaningsih I, Saputra AT, Uju. 2011.
E, Madamwar D. 2011. Cyanobacteria Komposisi kimia dan kandungan pigmen
and microalgae: a positive prospect Spirulina fusiformis pada umur panen
for biofuels (a review). Bioresource yang berbeda dalam media pupuk. Jurnal
Technology. 102: 10163–10172. Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia.
Richmond A. (2004). Biological Principles of 14(1):63-69.
Mass Cultivation. Di dalam: A Handbook Singh RN, Sharma S. 2012. Development
of Microalgae Culture Biotechnology and of suitable photobioreactor for algae
Applied Phycology (125-217). Editor: production-a review. Renew Sust
Richmond A. Oxford (UK): Blackwell Energ Rev. 16: 2347-2353.
Science Ltd. Sukadarti S, Murni SW, Nur MMA. 2016.
Saputra JSE, Agustini TW, Dewi EN. 2014. Peningkatan phycocyanin pada Spirulina
pengaruh penambahan biomassa serbuk platensis dengan media limbah virgin
Spirulina platensis terhadap sifat fisik, coconut oil pada photobioreactor tertutup.
kimia, dan sensori pada tablet hisap Eksergi. 13(2): 1-6.
(Lozenges). Jurnal Pengolahan Hasil Trilaksani W, Setyaningsih I, Masluha D. 2015.
Perikanan Indonesia. 17(3): 281-291. Formulasi jelly drink berbasis rumput
Sastrahidayat IR. 2014. Peranan Mikroba Bagi laut merah dan Spirulina platensis. Jurnal
Kesehatan Tanaman dan Lingkungan. Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia.
Malang (ID): UB Press. 18(1): 74-82.
Setyaningsih I, Tarman K, Satyantini WH, Wulandari DA, Setyaningsih I, Syafrudin D.
Barus DA. 2013. Pengaruh waktu 2016. Ekstraksi fikosianin dari Spirulina
panen dan nutrisi media terhadap platensis dan aktivitas antimalaria
biopigmen Spirulina platensis. Jurnal secara invitro. Jurnal Pengolahan Hasil
Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia. Perikanan Indonesia. 19(1): 17-25.
16(3): 191-198.