Anda di halaman 1dari 27

ACARA III

“SISTEM PELISTRIKAN PADA TRAKTOR”

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pelistrikan digunakan untuk menghidupkan ala-alat yang terdapat pada
mesin pertanian yang menggunakan tenaga listrik. Di mana kita ketahui listrik
merupakan salah satu alat yang sering dipergunakan oleh masyarakat sehari-
hari baik sebagai penerangan, pada alat elektronik, dan lain sebagainya.
Namun dalam praktikum ini kita membicarakan pelistrikan yang berkaitan
dengan alat yang digunakan dalam proses pertanian. Misalnya motor
penggerak yang digunakan untuk menggerakkan traktor, alat penghancur
buah, dan lain-lain. Sehingga kita sebagai mahasisswa tehnik pertanian wajib
mengetahui dan memahami sistem pelistrikan yang ada pada alat dan mesin
pertanian.
1.2 Tujuan praktikum
Adapun tujuan dari praktikum Mekanisasi Pertanian Acara III “Sistem
Pelistrikan Pada Traktor” adalah untuk mempelajari bagian-bagian sistem
pelistrikan dan fungsinya pada traktor.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Bagian Sistem Pelistrikan
Sistem pelistrikan terdiri dari dua komponen dan empat sistem
pemisah, komponen sistem kelistrikan tersebut adalah komponen utama
meliputi baterei dan kabel atau kawat kelistrikan, pemisahan sistem
kelistrikan meliputi penyalaan, starter, pengisian, dan peringatan (Agus,
2009).
2.2 Fungsi Baterai
Baterai umumnya ditempatkan pada rangkaian mesin atau sering juga
diletakkan padda panahan dalam. Fungsi baterai adalah mensuplai tenaga
listrik yang diperlukan untuk memutar mesin pada waktu starter atau awal,
untuk sisstem penyalaan, dan mensuplai klistrikan lainnya (Exitren, 2008).
2.3 Sistem Pengapian
Sistem pengapian bertujuan untuk menimbulkan loncatan api listrik
pada busi pada akhir langkah konversi. Arus litrik yang timbul berada dari
koil yang terdri dari dua golongan kawat, yang disebut kumparan primer dan
kumparan sekunder. Kedua macam kawat tersebut dikumparkan pada elemen-
elemen besi lunak (Hardjosentono, 2002).
2.4 Sistem penyalaan listrik pengapian
Sistem penyalaan listrik pengapian yang terdapat pada motor bakar
bertujuan untuk menghasilkan suhu tinggi tersebut pada motor bensin yang
diperoleh dari percikan atau loncatan bunga api listrik pada busi. Bunga api
listrik dihasilkan oleh sistem penyalaan listrik berupa unit penyalaan listrik
yang terdiri atas dua jenis yaitu unit penyalaan baterai dan unit penyalaan
magnet (Hardjosentono, 2002).
2.5 Fungsi Alat Penyala Listrik
Fungsi alat penyala listrik suhu yang tinggi, untuk memulai
pembkaran tersebut, diperoleh dari loncatan bunga api listrik antara elektroda
busi pada saat torak menjelang TMA pada akhir langkah kompresi, hal ini
terjadi pada motor bensin. Rangkaian ialah pengisian sistem pelistrikan juga
berfungsi untuk pengisian kembali ke sistem pengisian kembali ada 2 yaiu
generator dan generator regulator (Hardjosentono, 2002).
BAB III
METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat Praktikum


Praktikum Mekanisasi Pertanian Acara III “Sistem Pelistrikan Pada
Traktor” dilakukan pada hari Kamis, 28 November 2019 di ruang L2.02
Laboratorium Fakultas Pertanian, Universitas Tidar.
3.2 Alat dan Bahan Praktikum
3.2.1 Alat Praktikum
Adapun alat-alat yang digunakan dalam Acara III “Sistem
Pelistrikan Pada Traktor” antara lain
3.2.1.1 Gambar rangkaian sistem pelistrikan pada traktor
3.2.1.2 Prototipe sistem pelistrikan pada traktor
3.2.2 Bahan Praktikum
Adapun bahan yang digunakan dalam Acara III “Sistem
Pelistrikan Pada Traktor” antara lain
3.2.2.1 Alat tulis
3.2.2.2 Perlengkapan gambar
3.3 Prosedur Kerja
Adapun langkah-langkah kerja dalam Acara III “Sistem Pelistrikan
Pada Traktor” antara lain
3.3.1 Mendengarkan penjelasan dari Co.ass.
3.3.2 Menyiapkan alat dan bahan praktikum.
3.3.3 Mengamati mengenai sistem pelistrikan pada traktor.
3.3.4 Mencatat dan mengambar hasil praktikum sistem pelistrikan
pada traktor.
BAB IV
HASIL PENGAMATAN

4.1 Gambar Sistem Pelistrikan

Keterangan :
1. Distributor 7. Coil
2. SumberArus 8. Kondensator
3. Ground 9. PorosNoil
4. Saklar 10. Platina
5. Kumparan Primer 11. Busi
6. Kumparan Sekunder 12. Mesin
BAB V
PEMBAHASAN

Sistem penyalaan listrik yang terdapat pada traktor bertujuan untuk


menghasilkan suhu yang cukup tinggi untuk memulai pembakaran dengan cara
menyalakan api busi diruang bakar didalam silinder. Namun, pada motor diesel
tidak dilengkapi dengan sistem penyalaan listrik karena menghasilkan suhu ynag
cukup tinggi guna memulai pembakaran di tempuh dengan cara memapatkan
udara yang masuk ke ruang bakar dalam silinder. Pada motor bensin terjadi
diruang bakar dalam yaitu didalam silinder, fungsi sistem pelistrikan pada motor
traktor antar lain untuk penerangan pada waktu digunakan bekerja di malam hari,
sebagai sumber daya bagi peralatan-peralatan yang memerlukan tenaga listrik
seperti klakson, radio, dan untuk mengengkol motor sewaktu nilai menjalankan.
Komponen-komponen dari sistem pelistrikan antara lain, generator yaitu magnet
kumparan kawat, magnet, magnet permanen, saklar, accu, sikat dan komulator
yang merupakan bagian-bagian dari generator berfungsi untuk pengisian baterai
guna menghasilkan listrik, generator regulator berfungsi sebagai penghasil
tegangan, cut out relay yang berfungsi untuk mencegah meengalirnya arus listrik
dari baterai ke generator pada saat tegangan baterai lebih besar dari pada
generator.

Mekanisme sistem pelistrikan dimulai saat kunci kontak on dan mesin


mati, ketika kontak diputar ke posisi on, arus dari baterai akan mengalir ke rotor
dan merangsang rotor coil. Pada waktu yang sama, arus baterai juga mengalir ke
lampu pengisian dan akibatnya lampu menjadi nyala. Sistem pengisisan dapat
dikatakan normal bila mampu mengisi baterai yang terkuras akibat starting setelah
mesin hidup, mampu menyerahkan arus dari baterai ( AC-DC ) melalui diode atau
re C tifier, mampu mengubah energi gerak menjadi energi listrik untuk mengisi
kembali tenaga listrik menyuplai kebutuhan tegangan ke komponen listrik
lainnya.

Fungsi dari sistem pelistrikan pada traktor antara lain untuk penerangan
pada waktu digunakan bekerja di malam hari, sebagai sumber daya bagi peralatan-
peralatan yang memerlukan tenaga listrik seperti klakson, radio, peralatan ukur
dan lainnya, untuk penyalaan campuran udara-bahan bakar pada motor bensin
(pada motor diesel penyalaannya bukan secara listrik tetapi dengan kompresi) dan
untuk mengengkol motor sewaktu mulai menjalankan (untuk motor yang cukup
besar).
Proses terjadinya listrik akibat perputaran benda atau magnet akan lahir
listrik dengan nama AC, sumber arus listrik AC ini tidak dapat diketahui kutub
positif dan negatifnya walaupun listrik tersebut mempunyai dua ujung pengantar
atau dua ujung saluran, hal ini disebabkan listrik AC akan mengalir bergantian
diantara kedua ujungnya, yang kadang-kadang berada dalam keadaan positif dan
kadang – kadang dalam posisi negatif.
Gangguan yang terjadi pada sistem pelistrikan sangat beragam, gangguan
dalam sistem listrik adalah keadaan tidak normal dimana keadaan ini dapat
mengakibatkan terganggunya kontinuitas pelayanan tenaga listrik, secara umum
klasifikasi gangguan pada sistem pelistrikan disebabkan oleh dua faktor yaitu
faktor sistem dan faktor luat sistem. Dimana penyebab gangguan yang berasal dari
sistem adalah tegangan, arus abnormal, pemasangan yang kurang baik, kesalahan
mekanis karena proses penuaan dan beban berlebih. Sedangkan untuk gangguan
yang berasal dari luar sistem adalah gangguan-gangguan mekanis karena
pekerjaan galian saluran lain, pengaruh cuaca seperti hujan, angin serta petir dan
dapat menyebabkan gangguan hubungan singkat karena tembus isolasi peralatan.
BAB VI
PENUTUP

6.1 Kesimpulan
Berdasarkan pada hasil pengamatan dan pembahasan dapat ditarik
beberapa kesimpulan sebagai berikut
1. Sistem penyalaan listrik yang terdapat pada traktor bertujuan untuk
menghasilkan suhu yang cukup tinggi untuk memulai pembakaran
dengan cara menyalakan api busi diruang bakar didalam silinder.
2. Sistem pelistrikan antara lain, generator yaitu magnet kumparan
kawat, magnet, magnet permanen, saklar, accu, sikat dan
komulator.
3. Sistem pengisisan dapat dikatakan normal bila mampu mengisi
baterai yang terkuras akibat starting setelah mesin hidup.
4. Gangguan dalam sistem listrik adalah keadaan tidak normal dimana
keadaan ini dapat mengakibatkan terganggunya kontinuitas
pelayanan tenaga listrik.
5. Fungsi dari sistem pelistrikan pada traktor antara lain untuk
penerangan pada waktu digunakan bekerja di malam hari, sebagai
sumber daya bagi peralatan-peralatan yang memerlukan tenaga
listrik seperti klakson, radio, peralatan ukur dan lainnya.
DAFTAR PUSTAKA

Agus. 2009. Petunjuk Praktikum Mesin dan Peralatan. Fakultas Pertanian


Universitas Mataram. Mataram.

Harjosentono, 1978. Mesin-Mesin Pertanian. Jakarta : CV. Yasaguna.


ACARA IV
“SISTEM TRANSMISI GERAK”

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sistem transmisi merupakan sistem yang berfungsi untuk
konversi torsi dan kecepatan (putaran) dari mesin menjadi torsi dan kecepatan
yang berbeda-beda untuk diteruskan ke penggerak akhir. Konversi ini
mengubah kecepatan putar yang tinggi menjadi lebih rendah tetapi lebih
bertenaga, atau sebaliknya pada mesin pertanian yang membutuhkan tenaga
listrik.
Torsi pada sistem transmisi berfungsi untuk menarik, menggerakkan
atau menjalankan sesuatu. Pada suatu kendaraan yang mulai bergerak dan
berjalan membutuhkan torsi tertinggi. Torsi tersebut jika tidak maka suatu
kendaraan tidak dapat berjalan. Sehingga perlu dilakukan praktikum
mekanisasi pertanian acara IV “Sistem Transmisi Gerak” untuk mengetahui
bagian-bagian sistem transmisi dan cara kerjanya.
1.2 Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari praktikum Mekanisasi Pertanian Acara IV “Sistem
Transmisi Gerak” adalah untuk mengetahui bagian-bagian sistem transmisi
pada traktor dan cara kerjanya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Sistem Transmisi merupakan salah satu dari sistem pemindah tenaga


dari mesin ke diferensial kemudian keporos axle yang mengakibatkan roda
dapat berputar dan menggerakkan traktor, yang berfungsi mendapatkan variasi
momen dan kecepatan sesuai dengan kondisi jalan dan kondisi pembebanan,
yang pada umumnya dengan menggunakan perbandingan-perbandingan roda
gigi dan untuk mereduksi putaran sehingga diperoleh kesesuaian tenaga mesin
dengan beban kendaraan. Transmisi diperlukan karena mesin pembakaran
yang umumnya digunakan dalam traktor merupakan mesin pembakaran
internal yang menghasilkan putaran rotasi. Adapun bagian utama sistem
transmisi adalah kopling, gigi perseneling dan differensial (Hutauruk, 1996).
Kopling merupakan suatu bagian yang mutlak diperlukan pada
kendaraan di mana penggerak utamanya diperoleh dari hasil pembakaran di
dalam mesin silinder. Pada tahap pertama mesin dihidupkan tanpa digunakan
tenaganya. Oleh karena itu mesin pada tahap pertama harus dapat berputar
dahulu dan kemudian memindahkan tenaganya perlahan-lahan pada roda
belakang sehingga kendaraan akan bergerak perlahan-lahan dan juga mesin
harus bebas (tidak berhubungan) bila mengganti gigi transmisi. Adapun fungsi
dari kopling seperti meneruskan atau memutuskan putaran dari mesin ke
transmisi sehingga memungkinkan kendaraan atau unit untuk bergerak atau
berjalan ataupun berhenti. Untuk mempermudah ketika melakukan
perpindahan kecepatan dan juga ketika perlambatan atau pengereman. Untuk
memungkinkan kendaraan atau unit berhenti tanpa harus mematikan mesin,
sementara gigi transmisi tetap terpasang atau masuk. Berkaitan dengan
fungsinya dalam suatu sistem power train, kopling harus dapat memenuhi
persyaratan tertentu agar kendaraan dapat bergerak atau berjalan dengan baik
dan pengoperasiannya juga tidak menyusahkan operator (Sularso dkk, 1983).
Perseneling merupakan sistem roda gigi dan hidrolik yang
menghantarkan tenaga mekanis dari penggerak ke roda dengen kecepatan
lebih rendah tetapi gaya putar lebih tinggi. Sistem ini juga memungkinkan
pergantian perbandingan kecepatan-tenaga atau arah putaran. Guna
perseneling adalah untuk menyesuaikan kecepatan dengan gaya penarikan.
Hal ini berpijak pada prinsip bahwa daya adalah tetap, maka kecepatan harus
disesuaikan dengan beban. Jika traktor naik pada tanjakan, maka gaya lebih
besar, maka kcepatan harus diperkecil (Setiyana, 2007).
Differensial merupakan salah satu bagian dari mekanisme pemindahan
daya yang bertugas untuk memindahkan tenaga putar dan propeller shaft ke
poros roda belakang yang memungkinkan adanya perbedaan putaran antara
roda kiri dan roda kanan belakang saat berbelok, baik ke kiri atau
kekanan. Fungsi utamanya adalah membedakan putaran roda kiri dan kanan
pada saat sedang membelok tanpa membuat kedua ban menjadi slip
(Setiyawan, 2009).

BAB III
METODE PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum Mekanisasi Pertanian Acara IV “Sistem Transmisi Gerak”
dilakukan pada hari Kamis, 21 November 2019 di ruang L2.02 Laboratorium
Fakultas Pertanian, Universitas Tidar.
3.2 Alat dan Bahan Praktikum
3.2.1 Alat Praktikum
Adapun alat-alat yang digunakan dalam Acara IV “Sistem
Transmisi Gerak” antara lain
3.2.1.1 Satu Set Kopling Piringan
3.2.1.2 Satu Set Pasang Gigi Perseneling
3.2.1.3 Satu Set Gigi Differention
3.2.2 Bahan Praktikum
Adapun bahan yang digunakan dalam Acara IV “Sistem
Transmisi Gerak” antara lain
3.2.2.1 Alat tulis
3.2.2.2 Perlengkapan gambar
3.3 Prosedur Kerja
Adapun langkah-langkah kerja dalam Acara IV “Sistem Transmisi
Gerak” antara lain
3.3.1 Mendengarkan penjelasan dari Co.ass.
3.3.2 Menyiapkan alat dan bahan praktikum.
3.3.3 Melakukan praktikum Acara IV “Sistem Transmisi Gerak”.
3.3.4 Mencatat dan mengambar hasil praktikum sistem transmisi
gerak.

BAB IV
HASIL PENGAMATAN

Sistem Transmisi Gerak


Sumber : Rochim (1993)

Sumber : Rochim (1993)


Keterangan :
a. Poros Engkol f. Poros Utama
b. Kopling g. Poros Penggerak
c. Pedal Kopling h. Kopling Silang
d. Bak Perseneling i. Roda Dinion
e. Tuas Perseneling j. Roda Ulir

BAB V
PEMBAHASAN
Transmisi merupakan salah satu dari sistem pemindah tenaga dari
mesin ke diferensial kemudian keporos axle. Transmisi diperlukan karena
mesin pembakaran yang umumnya digunakan dalam traktor merupakan mesin
pembakaran internal yang menghasilkan putaran rotasi (Hutauruk, 1996).
Dalam sebuah rangkaian transmisi terdapat bagian utama antara lain
kopling, gigi perseneling dan differensial. Sedangkan untuk komponen-
komponen pendukung diantaranya Transmission Case, Shift Fork, Input Shaft,
Counter Gear, Gigi percepatan, Hub Sleave, Sinkronizer ring or Singkromes,
Reverse Gear, Main Bearing, Output shaft, Extension Housing (Hutauruk,
1996).
Kopling merupakan suatu bagian yang mutlak diperlukan pada
kendaraan di mana penggerak utamanya diperoleh dari hasil pembakaran di
dalam mesin silinder (Sularso dkk, 1983). Adapun jenis kopling yaitu
1. Kopling dengan menggunakan gigi, kopling jenis ini banyak
digunakan untuk hubungan gigi transmisi jenis Syncronmesh.

2. Kopling Gesek adalah proses pemindahan tenaga melalui gesekan


antara bagian penggerak dengan yang akan digerakkan. Konsep
kopling ini banyak digunakan pada sistem pemindahan tenaga
kendaraan.

3. Kopling hidrolis banyak digunakan pada kendaraan pada


kendaraan dengan transmisi otomatis. Proses kerjanya
memanfaatkan tekanan hidrolis, dan pemindahan dari satu kopling
ke kopling yang lainnya, dilakukan dengan mengatur aliran
hidrolisnya.

Kopling ini mempunyai fungsi meneruskan atau memutuskan putaran


dari mesin ke transmisi sehingga memungkinkan kendaraan atau unit untuk
bergerak atau berjalan ataupun berhenti. Untuk mempermudah ketika
melakukan perpindahan kecepatan dan juga ketika perlambatan atau
pengereman. Untuk memungkinkan kendaraan atau unit berhenti tanpa harus
mematikan mesin, sementara gigi transmisi tetap terpasang atau masuk
(Sularso dkk, 1983).
Bagian utama sistem transmisi yang lain adalah Perseneling.
Perseneling merupakan sistem roda gigi dan hidraolik yang
menghantarkan tenaga mekanis dari penggerak ke roda dengan kecepatan
lebih rendah tetapi gaya putar lebih tinggi. Sistem ini juga memungkinkan
pergantian perbandingan kecepatan-tenaga atau arah putaran. Guna
perseneling adalah untuk menyesuaikan kecepatan dengan gaya penarikan.
Hal ini berpijak pada prinsip bahwa daya adalah tetap, maka kecepatan harus
disesuaikan dengan beban. Jika traktor naik pada tanjakan, maka gaya lebih
besar, maka kcepatan harus diperkecil (Setiyana, 2007).
Sedangkan membedakan putaran roda kiri dan kanan pada saat sedang
membelok tanpa membuat kedua ban menjadi slip merupakan fungsi utama
dari differential. Differensial sendiri merupakan salah satu bagian dari
mekanisme pemindahan daya yang bertugas untuk memindahkan tenaga putar
dan propeller shaft ke poros roda belakang yang memungkinkan adanya
perbedaan putaran antara roda kiri dan roda kanan belakang saat berbelok,
baik ke kiri atau kekanan (Setiyawan, 2009).
BAB VI
PENUTUP

6.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari praktikum Mekanisasi
Pertanian Acara IV “Sistem Transmisi Gerak” antara lain
1. Sistem transmisi merupakan sistem pemindah tenaga dari mesin ke
diferensial kemudian keporos axle.
2. Pada sistem transmisi ada yang dinamakan dengan torsi berfungsi
untuk menarik, menggerakkan atau menjalankan sesuatu.
3. Pada rangkaian transmisi terdapat bagian utama antara lain kopling,
gigi perseneling dan differensial.
4. Terdapat tiga jenis macam kopling antara lain kopling gigi, kopling
gesek dan kopling hidrolis.
5. Sistem transmisi pada traktor ini hampir sama dengan sistem
transmisi pada kendaraan yang lain.

DAFTAR PUSTAKA

Hutauruk, T.S. 1996. Transmisi Daya Listrik. Jakarta : Erlangga.


Rochim, T. 1993. Proses Pemesinan, Higher Education Development Support
Project. Bandung : ITB.
Setiyana, B. 2007. Perencanaan Roda Gigi Metode Niemann. Semarang :
Universitas Diponegoro.
Setiyawan Heri. 2009. Mekanisme dan Trouble Shooting Sistem Differential.
Semarang : Universitas Negeri Semarang.
Sularso dan Kiyokatsu Suga, 1983. Dasar Perencanaan dan Pemeliharaan
Elemen Mesin. Jakarta : PT. Pradnya Paramita.

ACARA V
“SISTEM PENDINGINAN DAN PELUMASAN”

BAB I
PENDAHULUAN

1.3 Latar Belakang


Mesin dapat bekerja dengan jalan merubah energi panas menjadi
energi mekanik, tetapi dari seluruh energi panas yang dihasilkan hanya
seperempat saja yang digunakan untuk usaha berguna, yang artinya adalah
hanya seperempatnya dari keseluruhan energi panas yang dihasilkan
digunakan untuk mejalankan kendaraan. Adapun energi panas yang dibuang
melalui emisi gas buang sebanyak 36%, hilang akibat gesekan dan
memanaskan minyak pelumas sebesar 7% dan sisanya sekitar 33% hilang
diserap oleh sistem pendingin mesin (Soedarmanto, 1977).
Sistem pendingin pada mesin ada dua tipe yaitu sistem pendingin
langsung yang digunakan hembusan udara pada sirip-sirip pendingin mesin
dan sistem pendingin tidak langsung yang digunakan air pendingin.
Sedangkan untuk menanggulangi timbulnya gesekan yang akan
mengakibatkan mesin panas, kehilangan daya dan aus. Maka perlu adanya
pelumas. Pelumasan ini digunakan untuk menstabilkan kerja mesin. Sehingga
untuk lebih mengetahui bagian-bagian dan cara kerja sistem pendingin dan
pelumasan maka dilakukan praktikum acara V “Sistem Pendinginan dan
Pelumasan”.
1.4 Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari praktikum Mekanisasi Pertanian Acara V “Sistem
Pendinginan dan Pelumasan” adalah untuk mempelajari bagian-bagian dan
cara kerja sistem pendingin dan pelumasan.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Sistem pendinginan dipasang untuk mendinginkan mesin agar tidak


kelebihan panas. Pendinginan mesin biasanya menggunakan sistem
pendinginan udara atau pendinginan air. Pada umumnya mesin otomotif
menggunakan sistem pendinginan air. Sistem pendinginan air lebih sulit dan
lebih mahal dari pada sistem pendinginan udara. Tetapi sistem pendinginan air
mempunyai beberapa keuntungan. Air pendingin mesin aman sebab ruang
pembakaran dikelilingi oleh air pendingin yang juga sebagai peredam suara.
Pada kendaraan sepeda motor maupun mobil radiator pada umumnya terletak
di depan dan berada di dekat mesin atau pada posisi tertentu yang menguntungkan
bagi system pendinginan. Hal ini bertujuan agar mesin mendapatkan pendinginan
yang maksimal sesuai yang dibutuhkan mesin (Hardjosentono, 1979).
Menurut Maleev (1982) sistem pendinginan yang biasa digunakan pada
motor bakar ada dua macam antara lain
1. Sistem Pendinginan Udara (Air Cooling System)
Pada Sistem pendinginan jenis udara, panas yang dihasilkan
dari pembakaran gas dalam ruang bakar dan silinder sebagian
dirambatkan keluar dengan menggunakan sirip-sirip pendingin
yang dipasangkan di bagian luar dari silinder dan ruang bakar.
Panas yang dihasilkan ini selanjutnya diserap oleh udara luar yang
memiliki temperatur yang jauh lebih rendah daripada temperatur
pada sirip pendingin. Bagian mesin yang memiliki temperatur
tinggi memiliki sirip pendinginan yang lebih panjang daripada sirip
pendingin yang terdapat di sekitar silinder yang bertemperatur lebih
rendah. Udara yang berfungsi menyerap panas dari sirip-sirip
pendingin harus berbentuk aliran atau harus mengalir, hal ini
dimaksudkan agar temperatur udara sekitar sirip lebih rendah
sehingga penyerapan panas tetap berlangsung secara baik. Untuk
menciptakan keadaan itu maka aliran udara harus dibuat dengan
jalan menciptakan gerakan relatif antara sirip dengan udara.
Keadaan ini dapat ditempuh dengan cara menggerakkan sirip
pendingin atau udaranya. Ada dua kemungkinan: apabila sirip
pendingin yang digerakkan berarti mesinnya bergerak seperti mesin
-mesin yang dipakai pada sepeda motor secara umum. Untuk
mesin-mesin yang secara konstruksi diam/stasioner dan mesin-
mesin yang penempatannya sedemikian rupa sehingga sulit untuk
mendapatkan aliran udara, udara yang dibutuhkan diciptakan
dengan cara dihembuskan oleh blower yang dihubungkan langsung
dengan poros engkol hasil putaran akibat langkah kerja siklus
motor bakar. Penghembusan udara oleh blower hasil putaran poros
engkol juga akan menciptakan aliran udara yang sebanding dengan
kecepatan mesin sehingga pendinginan sempurna dapat terjadi pada
mesin tersebut (Maleev, 1982).
2. Sistem pendinginan Air (Water Cooling System)
Sistem pendinginan air panas yang berasal dari pembakaran
gas dalam ruang bakar dan silinder sebagian diserap oleh air
pendingin yang bersirkulasi melalui dinding silinder dan ruang
bakar. Keadaan ini dapat terjadi karena adanya mantel air
pendingin (water jacket). Panas yang diserap oleh air pendingin
pada mantel-mantel air selanjutnya akan menaikkan temperatur air
pendingin tersebut. Jika air pendingin itu tetap berada pada water
jacket maka air itu cenderung akan mendidih dan menguap. Hal
tersebut sangat merugikan, oleh karena itu untuk menghindarinya air
tersebut disirkulasikan. Air yang memiliki temperatur yang masih
dingin dialirkan mengganti air yang memiliki temperatur lebih panas
dengan kata lain air yang lebih panas dialirkan keluar (Maleev, 1982).
Adapun penanggulangan saat timbulnya gesekan yang akan
mengakibatkan mesin panas, kehilangan daya dan aus dengan cara pelumasan.
Sistem pelumasan merupakan suatu sistem pemeliharaan atau perawatan
terhadap perangkat mesin yang selalu menampilkan masalah-masalah gerak,
gesekan dan panas yang ketiga proses tersebut erat hubungannya dan
memegang peranan penting dalam menjaga kestabilan mesin. Fungsi sistem
pelumasan antara lain mengurangi gesekan antara bagian-bagian yang
bergerak, menyerap dan menyalurkan panas, sebagai perapat, membersihkan
bagian-bagian yang bergerak dan membantu menghilangkan suara berisik
(Daryanto, 2004).
BAB III
METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat Praktikum


Praktikum Mekanisasi Pertanian Acara V “ Sistem Pendinginan dan
Pelumasan” dilakukan pada hari Kamis, 28 November 2019 di ruang L2.02
Laboratorium Fakultas Pertanian, Universitas Tidar.
3.2 Alat dan Bahan Praktikum
3.2.1 Alat Praktikum
Adapun alat-alat yang digunakan dalam Acara V “ Sistem
Pendinginan dan Pelumasan” antara lain
3.2.1.1 Motor dengan pendingin air
3.2.1.2 Motor dengan pendingin udara
3.2.1.3 Termoster
3.2.1.4 Poros engkol
3.2.1.5 Batang torak
3.2.1.6 Piston
3.2.2 Bahan Praktikum
Adapun bahan yang digunakan dalam Acara V “ Sistem
Pendinginan dan Pelumasan” antara lain
3.2.2.1 Alat tulis
3.2.2.2 Perlengkapan gambar
3.3 Prosedur Kerja
Adapun langkah kerja dalam Acara V “ Sistem Pendinginan dan
Pelumasan” antara lain
3.3.1 Mempersiapkan alat tulis dan buku gambar.
3.3.2 Mendengarkan penjelasan dari Co.ass.
3.3.3 Mengamati sistem pendinginan dan sistem pelumasan pada
motor.
3.3.4 Menggambar sistem pendinginan dan sistem pelumasan beserta
bagiannya.

BAB IV
HASIL PENGAMATAN

Sistem Pendinginan

Keterangan :
a. Tempat Pemasukan Air f. Katup Pengatur
b. Radiator g. Thermostat
c. Kipas h. Motor Air
d. Selang Air Masuk Mesin i. Torak atau Piston
e. Bel atau Puley j. Mesin
Sistem Pelumasan

Keterangan :
a. Pintu atau Katup Pemasukan Oli e. Oli
b. Torak atau piston f. Bak Oli
c. Mesin g.Tuas atau Sendok Oli
d. Tangkai Torak
BAB V
PEMBAHASAN

Sistem pendinginan digunakan agar temperatur mesin terjaga pada


batas kerja temperatur yang ideal. Sistem pendinginan ini ada dua jenis yaitu
pendinginan udara dan pendinginan air. Pada sistem pendinginan terdapat
bagian-bagian seperti tempat pemasukan air, katup pengatur, radiator,
thermostat merupakan katup otomatis yang digunakan sebagai alat untuk
mengatur aliran air pendingin dari mesin ke radiator. Bila mesin dalam keadaan
dingin, katup thermostat menutup untuk menjaga agar air dari selubung air
(mesin) tidak mengalir keradiator, kipas angin berfungsi untuk menarik atau
mendorong udar luar agar melalui inti radiator sehingga terjadi perpindahan
panas dari air keudara, motor air, selang air masuk mesin, torak atau piston, bel
atau puley dan mesin (Maleev, 1982).
Sedangkan sistem pelumasan merupakan suatu sistem pemeliharaan
atau perawatan terhadap perangkat mesin yang selalu menampilkan masalah-
masalah gerak, gesekan dan panas yang ketiga proses tersebut erat
hubungannya dan memegang peranan penting dalam menjaga kestabilan
mesin. Fungsi sistem pelumasan antara lain mengurangi gesekan antara bagian-
bagian yang bergerak, menyerap dan menyalurkan panas, sebagai perapat,
membersihkan bagian-bagian yang bergerak dan membantu menghilangkan
suara berisik (Daryanto, 2004). Pada sistem pelumasan terdapat bagian-bagian
seperti pintu atau katup pemasukan oli, oli, torak atau piston, bak oli, mesin,
tuas atau sendok oli dan tangkai torak.

BAB VI
PENUTUP

6.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari praktikum Mekanisasi
Pertanian Acara V “ Sistem Pendinginan dan Pelumasan” antara lain
1. Sistem pendinginan merupakan sistem untuk mendinginkan mesin
agar tidak kelebihan panas. Sistem pendinginan dibagi menjadi
dua yaitu sistem pendinginan udara dan sistem pendinginan air.
2. Sistem pelumasan merupakan suatu perawatan untuk
menanggulangi akibat terjadinya gesekan yang menyebabkan aus
dan untuk menstabilkan mesin.
3. Pada sistem pendinginan terdapat bagian-bagian seperti tempat
pemasukan air, katup pengatur, radiator, thermostat, kipas, motor
air, selang air masuk mesin, torak atau piston, bel atau puley dan
mesin.
4. Pada sistem pelumasan terdapat bagian-bagian seperti pintu atau
katup pemasukan oli, oli, torak atau piston, bak oli, mesin, tuas
atau sendok oli dan tangkai torak.
DAFTAR PUSTAKA

Daryanto. 2004. Buku Reparasi Sistem Pelumas Mesin Mobil. Jakarta : Bumi
Aksara.
Hardjosentono, M., dkk., 1979. Mesin-Mesin Pertanian. Jakarta : CV yasaguna.
Maleev N.L. 1982. Internal Combustion Engine. Singapore : Mc Graw-Hill Book
Company.
Soedarmanto, 1977. Motor Bakar Jilid I. Bandung : Karya Remadja.

Anda mungkin juga menyukai