RINGKASAN
RINGKASAN
I. PENDAHULUAN
1
2
tahunnya. Selain memiliki estetika yang tinggi, tanaman hias bisa menghasilkan
rupiah yang tidak sedikit. Anggrek merupakan salah satu tanaman hias yang
eksklusif dari banyaknya jenis tanaman hias. Meskipun harga mahal tanaman
anggrek tidak pernah kehilangan peminat. Hal ini terbukti dari peningkatan
produksi tanaman anggrek daripada tanaman hias lainnya. Penjelasan
selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 2.
Tahun Pertumbuhan
No. Komoditas (%)
2007 2008 2009 2010 2011
1 Anggrek 9.484 15.309 16.205 14.050 15.490 10,25
2 Anthurium 2.198 2.627 3.833 7.655 4.724 -38,28
3 Anyelir 1.901 3.024 5 .320 7.607 5.130 -32,56
4 Gladiol 11.271 8.581 9 .775 10.064 5 .448 -45,86
5 Mawar 59.492 39.265 60.191 82.351 74.319 -9,75
6 Sedap Malam 21.687 25.598 51.047 59.298 62.535 5,46
Sumber Data: Data Sekunder. BPS dan Direktorat Jenderal Hortikultura (2011)
Faktor risiko yang muncul dari proses penjualan dapat disebabkan oleh
permintaan rendah, daya beli masyarakat, pesaing, kurangnya promosi serta
fluktuasi harga jual. Disisi lain ketidakpastian harga jual juga sulit di prediksi
secara tepat, mengingat begitu rumit faktor yang menyebabkan fluktuasi harga.
Adanya spekulasi pedagang yang cenderung ingin memperoleh keuntungan besar
merupakan faktor yang berpengaruh terhadap turun naiknya harga. Fluktuasi
harga juga merupakan peluang, misalnya dengan melakukan penyimpanan dalam
jangka waktu tertentu untuk mendapatkan harga yang lebih baik, tetapi
penyimpanan juga mengandung risiko yaitu risiko yang berhubungan dengan
perubahan harga, menurunnya kualitas dan berkurangnya jumlah barang. Jadi
fluktuasi harga merupakan suatu peluang untuk mendapatkan keuntungan yang
lebih tetapi penyimpanan juga dapat memiliki kemungkinan rugi (Soekartawi dkk,
1993).
Probabilitas adalah kemungkinan seberapa besar suatu kejadian akan
menimbulkan risiko yang mungkin akan terjadi. Semakin besar probabilitas dari
kejadian risiko, maka semakin besar risiko yang dihadapi. Setelah mengetahui
probabilitas dan dampak kerugian risiko yang terjadi maka perlu dilakukan
pengendalian risiko untuk meminimalkan risiko tersebut, sehingga agribisnis
anggrek di Srigading Orchids dapat berhasil dan memberikan keuntungan sesuai
yang diharapkan. Probabilitas dan dampak merupakan faktor penting dalam
pengukuran risiko, dengan mengetahui probabilitas dan dampak dari risiko
tersebut maka dapat diketahui sumber risiko yang akan menimbulkan kerugian
terbesar, sehingga dapat dilakukan pengendalian terhadap risiko tersebut terlebih
dahulu. Manajemen risiko merupakan alat bantu bagi pelaku bisnis dalam proses
pengambilan keputusan sehingga produsen mampu mengatasi risiko-risiko yang
terjadi waktu mendatang. Penanganan risiko dapat dianggap sebagai salah satu
fungsi dari manajemen.
7
8
9
perusahaan produsen dan distributor tanaman anggrek yang berdiri pada tahun
2006, tetapi pemilik usaha anggrek Bapak Setyabudi telah menekuni anggrek
lebih dari 10 tahun dan telah menghasilkan ribuan bibit anggrek berkualitas
dengan perbanyakan anggrek secara vegetatif dan generatif. Langkah pertama
yang dilakukan dalam penelitian ini adalah mengidentifikasi risiko. Identifikasi
risiko yang berasal dari proses produksi dan penjualan ini dilakukan mulai dari
proses persilangan hingga penjualan. Dalam menjalankan bisnis Srigading
Orchids juga menghadapi risiko, yaitu risiko yang berasal dari proses produksi
dan risiko yang berasal dari proses penjualan.
Mengidentifikasi risiko produksi dilakukan karena produksi tanaman hias
anggrek membutuhkan waktu lama (1 - 2 tahun) hingga menghasilkan bunga.
Selain itu, anggrek merupakan tanaman yang membutuhkan ketelitian dan
kedisplinan agar anggek tidak mengalami kegagalan atau mengalami kematian.
Kematian anggrek akan berdampak langsung terhadap pendapatan yang diterima
oleh Srigading Orchids, sehingga perlu dilakukan identifikasi sumber risiko yang
berasal selama produksi. Sumber-sumber yang menyebabkan kematian anggrek di
Srigading Orchids antara lain cuaca, hama penyakit tanaman, serta kontaminasi
alat dan kerusakan bangunan.
Risiko yang berasal dari proses penjualan. Penjualan hasil produksi di
Srigading Orchids selanjutnya didistribusikan kepada pelanggan, baik pelanggan
dalam kota maupun luar kota. Pelanggan Srigading Orchids merupakan pengusaha
penghasil, pembesaran anggrek (grower) ataupun pengusaha pembungaan
anggrek (flowering). Pelanggan anggrek di Srigading Orchids biasanya membeli
anggrek botolan dalam jumlah besar namun Srigading Orchids juga melayani
pembelian dalam jumlah kecil dan juga melayani pembelian selain anggrek
botolan. Tanaman anggrek botolan dipasarkan di dalam maupun di luar kota,
jumlah yang dipasarkan biasanya berdasarkan pesanan. Saat ini terjadi penurunan
permintaan anggrek di Srigading Orchids. Penurunan permintaan anggrek ini
mengakibatkan anggrek yang tidak terjual yang berdampak langsung terhadap
kerugian anggrek. Sehingga sangat penting dilakukan identifikasi risiko selama
penjualan. Dalam proses penjualan terdapat sumber risiko yaitu permintaan
rendah, perubahan selera masyarakat dan faktor-faktor lainnya. Dalam
10
negatif tersebut dapat berupa kerugian finansial. Dengan demikian apabila terjadi
risiko yang terjadi selama proses produksi dan penjualan yang diakibatkan oleh
sumber-sumber risiko yang telah teridentifikasi, kerugian yang diderita dapat
diperkirakan. Perhitungan dampak risiko yang terjadi di Srigading Orchids
dilakukan dengan menggunakan metode Value at Risk (VaR). Perhitungan yang
dilakukan terhadap dampak risiko yang berasal dari proses produksi dan dampak
risiko yang berasal selama proses penjualan yang terjadi di Srigading Orchids
menggunakan tingkat keyakinan 95% dan 5% sisanya adalah galat atau error.
Masing-masing sumber risiko dihitung dengan metode z-score dengan mencari
rata-rata dari semua periode, selanjutnya mencari standar deviasi lalu mencari
nilai z dari galat error yaitu 0,05 yaitu 1,645 yang merupakan nilai tetap untuk
mencari Value at Risk masing-masing sumber risiko.
Langkah yang terakhir adalah mengidentifikasi manajemen risiko yang
terjadi selama proses produksi dan penjualan anggrek yang diterapkan untuk
mengatasi risiko yang dihadapi Srigading Orchids. Urutan proses yang akan
dilakukan sebelum merumuskan strategi penanganan risiko adalah melakukan
pengukuran risiko sehingga akan menghasilkan status risiko dan peta risiko.
Sebelum dapat menangani risiko, terlebih dahulu yang perlu dilakukan adalah
membuat status risiko. Status risiko adalah ukuran yang menunjukkan tingkatan
risiko dari beberapa sumber risiko produksi yang telah terlebih dahulu
diidentifikasi. Dari status risiko akan diketahui mana risiko-risiko yang paling
besar sampai yang paling kecil. Status risiko hanya menggambarkan urutan risiko
dari yang paling berisiko sampai yang paling tidak berisiko. Selain itu, status
risiko juga untuk memperkirakan penempatan sumber-sumber risiko pada peta
risiko. Status risiko didapat dari perkalian antara probabilitas dengan dampak.
Langkah selanjutnya adalah membuat peta risiko. Peta risiko adalah gambaran
tentang posisi risiko pada suatu peta. Sumbu vertikal merupakan probabilitas dan
horizontal merupakan dampak. Pada sumbu probabilitas dibagi menjadi dua
bagian yaitu probablitas besar dan probablitas kecil. Pada sumbu dampak juga
dibagi menjadi dua bagian yaitu dampak besar dan dampak kecil. Dengan batas
antara dampak dan probabilitas besar atau kecil ditetapkan oleh pemilik Srigading
Orchids.
12
Srigading Orchids
Risiko
Identifikasi Risiko
Standar z:
Probabilitas terjadinya - Rata-rata kejadian risiko
Risiko (%) - Standar deviasi
- Z-score
Manajemen risiko
diterapkan untuk mengatasi - Status Risiko
risiko yang dihadapi - Peta Risiko
Srigading Orchids
Mitigasi Preventif
15
16
Tabel 3. (Lanjutan)
No. Konsep Dimensi Variabel Definisi Operasional
3 Dampak 1. Kondisi Cuaca 𝑥: Rata-rata kerugian anggrek 1. Kerugian dapat diukur dengan perkalian antara
Risiko 2. Serangan hama x : Jumlah kematian anggrek per periode. jumlah kematian anggrek dengan harga
penyakit p : Harga anggrek per periode anggrek per periode (Rp)
3. Kersakan xi : Jumlah kerugian anggrek per 2. Harga adalah jumlah nilai pertukaran yang
bangunan & periode.
kontaminasi n : Periode diberikan pada suatu produk pada konsumen
alat 𝑧 : nilai tabel z dari galat eror (1,645) (Rp).
𝑠 : Standar deviasi kerugian 3. VaR merupakan alat ukur dampak dan
Anggrek yang 𝑥 : Rata-rata kerugian anggrek kerugian terbesar yang mungkin terjadi dalam
tidak terjual x : Jumlah anggrek yang tidak terjual per rentang waktu tertentu (Rp).
periode. 4. Rata-rata kerugian anggrek diukur dengan
p : Harga Anggrek per periode jumlah kematian atau anggrek yang tidak
xi : Jumlah Kerugian Anggrek Per
terjual dibagi dengan total periode.
Periode.
n : periode 5. Standard deviation dapat diukur dari akar
𝑧 : nilai tabel z dari galat eror (1,645) kuadrat dari nilai variance kerugian.
𝑠 : Standar deviasi kerugian
4 Manajemen Preventif 1. Strategi preventif merupakan strategi
Risiko pencegahan terjadinya risiko, dilakukan untuk
-
risiko yang tergolong dalam probabilitas risiko
yang besar
Mitigasi 2. Strategi mitigasi merupakan strategi
- penanganan risiko digunakan untuk
meminimalkan dampak risiko yang terjadi
16
17
17
18
anggrek yang tidak terjual serta data-data lainnya yang diperlukan dalam analisis
risiko, literatur dan instansi yang terkait seperti BPS, Departemen Pertanian,
Direktorat Budiadaya Tanaman Hias, Direktorat Jenderal Pengolahan dan
Pemasaran Tanaman Hias, perpustakaan Universitas Brawijaya, internet dan
literatur lain yang relevan.
3. Menghitung z-score
𝑥−𝑥
𝑧=
𝑠
Keterangan :
z : Nilai z-score dari kematian anggrek dan anggrek yang tidak terjual
x : Batas jumlah kematian anggrek yang dianggap masih dalam taraf normal
(ditentukan oleh Srigading Orchids)
Probabilitas (%)
Kuadran 1 Kuadran 2
Besar
Probabilitas (%)
Kuadran 3 Kuadran 4
Kecil
Dampak (Rp)
Kecil Besar
2. Mitigasi Risiko
Strategi mitigasi digunakan untuk meminimalkan dampak risiko yang
terjadi. Risiko yang berada pada kuadran dengan dampak yang besar diusahakan
dengan menggunakan strategi mitigasi dapat bergeser ke kuadran yang memiliki
dampak risiko yang kecil. Strategi mitigasi akan menangani risiko sedemikian
rupa sehingga risiko yang berada pada kuadran 2 bergeser ke kuadran 1 dan risiko
yang berada pada kuadran 4 bergeser ke kuadran 3 (Kountur 2006). Mitigasi dapat
dilihat pada Gambar 4.
Probabilitas (%)
Dampak (Rp)
Kecil Besar
Probabilitas (%)
Kuadran 1 Kuadran 2
Besar
Monitor Prevent at Source
Kuadran 3 Kuadran 4
Kecil
Low control Detect and monitor
Dampak (Rp)
Kecil Besar
25
26
Orchids memiliki arah bisnis pada proses pembudidayaan tanaman anggrek dari
tahapan botolan sampai berbunga. Jika dihitung secara keseluruhan proses ini
memakan waktu sekitar dua sampai tiga tahun. Sehingga pada tahun pertama
tanaman anggrek yang diusahakan oleh Srigading Orchids belum dapat
dipasarkan.
Srigading Orchids memiliki lahan berukuran 300 m² untuk pembesaran
anggrek dari tahapan botolan, sedangkan untuk memenuhi permintaan konsumen
akan tanaman berbunga pihak Srigading Orchids menambah lahannya seluas 240
m² di depan lahan awal. Total lahan yang dimiliki Srigading Orchids seluas 540
m².
Pelanggan di Srigading Orchids kebanyakan memilih untuk membeli
anggrek jenis botolan. Hal ini dikarenakan Srigading Orchids merupakan supplier
anggrek untuk usaha-usaha anggrek lainnya, tetapi Srigading Orchids masih tetap
menjual seeding, anggrek remaja, dan juga anggrek yang telah berbunga. Untuk
menghasilkan tanaman anggrek yang berkualitas tinggi dan sesuai selera
masyarakat, Srigading Orchids menghasilkan anggrek dengan persilangan hasil
sendiri. Awalnya pemilik merasa kesulitan melakukan persilangan sendiri karena
anggrek yang dihasilkan banyak yang tidak berhasil sebab Bapak Setyabudi
pemilik Srigading Orchids yang berprofesi sebagai dokter gigi tidak memiliki
latar belakang pertanian. Namun, karena Bapak Setyabudi sangat tertarik terhadap
anggrek akhirnya belajar pada teman dan kerabat serta bergabung dengan PAI
(Perhimpunan Anggrek Indonesia) Malang. Setelah bergabung dengan PAI
(Perhimpunan Anggrek Indonesia) Malang, Bapak Setyabudi mulai banyak
mengetahui tentang anggrek dan perkembangan anggek.
Dalam menjalankan usahanya Srigading Orchids juga dihadapkan pada
perubahan kondisi pasar. Kondisi ini berdampak langsung terhadap
perkembangan usaha. Srigading Orchids menyebutkan bahwa pada awal pendirian
perusahaan pada tahun 2006 hingga tahun 2009 merupakan periode keemasan
bagi para pebisnis anggrek, terbukti pada tahun tersebut ada banyak pengusaha-
pengusaha anggrek baru yang muncul dan ikut berpartisipasi memperkenallkan
anggrek. Srigading Orchids juga sempat merasakan pertumbuhan industri anggrek
tersebut. Puncak pertumbuhan pasar tanaman anggrek terjadi pada tahun 2009
27
pada saat usaha tanaman hias lainnya seperti anthurium tinggi permintaannya.
Akan tetapi, sejak akhir tahun 2009 pasar tanaman hias dan anggrek dalam negeri
mulai berkurang. Hal ini diakibatkan oleh penurunan pasar tanaman hias secara
keseluruhan. Penurunan pasar anggrek ini disebabkan perubahan gaya hidup
masyarakat. Pada masa itu, menanam tanaman hias dirumah merupakan suatu
bentuk hiburan bagi masyarakat. Tetapi, saat ini dengan perkembangan teknologi
yang semakin mudah didapatkan maka gaya hidup pun mulai berubah. Perubahan
pasar anggrek juga semakin sulit untuk diatasi karena perubahan iklim dan cuaca
pada tahun 2010 yang tidak dapat dikendalikan. Kondisi ini mengakibatkan
budidaya tanaman anggrek semakin sulit khususnya untuk tahapan pembungaan.
Implikasi dari perubahan anomali cuaca dan penurunan pasar anggrek
mengakibatkan para pengusaha anggrek khususnya pengusaha pembibitan dan
seedling anggrek mengurangi jumlah produksinya. Fenomena ini juga berdampak
secara langsung kepada Srigading Orchids, dengan semakin sulitnya industri
anggrek pada tahun 2010 Srigading Orchids memilih untuk melakukan tindakan
efisiensi biaya yaitu dengan mengurangi jumlah produksi anggrek dan
mengurangi luasan lahan yang awalnya 540 m² menjadi 300 m² saja yang
digunakan untuk proses produksi anggrek.
pukul 07.00 WIB sampai 12.00 WIB. Dalam satu minggu para tenaga kerja hanya
bekerja selama enam hari.
telepon Srigading Orchids tertera pada label. Dengan ciri khas tersebut maka
perusahaan dapat membedakan diri dari para pesaingnya. Produk yang dikirim
adalah produk berkualitas yang telah melalui tahapan pengawasan mutu mulai
dari pra produksi sampai pasca produksi.
Pembayaran dapat dilakukan secara langsung ataupun dengan tempo waktu
tertentu. Untuk distributor (pemasaran dalam kota) biasanya diberikan tenggang
waktu sekitar dua minggu. Sedangkan untuk pemasaran luar kota diberikan waktu
selama satu minggu dengan ongkos kirim di tanggung pembeli. Pembayaran
untuk pelanggan dalam kota bisa dengan transfer dari bank atau bayar tunai tetapi
jika dari luar kota biasanya menggunakan transfer dari bank atau jika pembeli luar
kota datang langsung ke Srigading Orchids bisa dengan membayar langsung
ditempat. Harga yang ditetapkan oleh Srigading Orchids disesuaikan dengan
biaya-biaya yang dikeluarkan untuk proses produksi dan pemasaran.
Pemasaran anggrek Srigading Orchids ke luar kota meliputi wilayah
Surabaya, Bogor, Kalimantan dan lain-lain. Pengiriman bunga dilakukan langsung
ke distributor menggunakan mobil box untuk jarak dekat dan menggunakan
pesawat untuk jarak jauh.
Promosi lainnya yang dilakukan oleh Srigading Orchids adalah dengan iklan
media elektronik seperti internet. Srigading Orchids juga pernah melakukan
promosi melalu media cetak seperti majalah khusus tanaman anggrek. Selain itu
perusahaan juga membuat pamflet yang berisi logo perusahaan, profil perusahaan,
alamat, nomer telepon, jenis produk yang dijual untuk memudahkan konsumen
dalam mendapatkan informasi produk. Selain pamflet Srigading Orchids juga
melakukan promosi dengan media internet yaitu pada salah satu sosial media
internet. Berikut gambar adalah media promosi yang digunakan oleh Srigading
Orchids.
Gambar 14. Logo Srigading Orchids Gambar 15. Anggrek dengan Logo
36
yang menurun karena krisis ekonomi dan lain-lain. Dari beberapa sumber risiko,
sumber risiko yang terjadi di Srigading Orchids hanya dua, yaitu sumber risiko
produksi dan sumber risiko penjualan. Penjelasan selangkapnya dapat dilihat
dibawah ini.
identifikasi sumber risiko dan seberapa besar pengaruh sumber risiko tersebut
terhadap kematian anggrek. Penjelasan dari faktor sumber risiko yang berasal dari
produksi pada anggrek di Srigading Orchids yang telah teridentifikasi adalah
sebagai berikut.
1. Kondisi Cuaca
Faktor utama penyebab munculnya risiko yamg berasal dari produksi
anggrek adalah kondisi cuaca. Hal ini dikarenakan kondisi cuaca yang semakin
sulit diprediksi, dan cuaca sudah tidak sesuai dengan siklus normalnya. Selain itu
perubahan cuaca harian yang terlalu ekstrim juga menciptakan kondisi yang tidak
menguntungkan bagi Srigading Orchids. Pada saat ini kondisi cuaca (kemarau
dan penghujan) yang terjadi tidak tertentu, terkadang terjadi lebih lama atau
bahkan bisa terjadi lebih cepat. Berikut ini penjelasan terhadap faktor-faktor
mempengaruhi risiko dari sumber risiko kondisi cuaca.
a. Musim Kemarau
Pada kondisi kemarau tanaman anggrek menjadi sangat rentan terhadap
kekeringan, sedangkan anggrek juga membutuhkan air dalam pertumbuhannya.
Sepanjang siang tanaman malakukan fotosintesis dengan bantuan sinar matahari.
Proses ini menghasilkan energi untuk membangun tubuh tanaman, memperbaiki
bagian-bagian tanaman yang rusak dan untuk penyimpanan makanan. Namun
cuaca terlalu panas akan menyebabkan daun menjadi layu dan juga gosong, selain
itu pembungaan anggrek juga tidak akan merata pertumbuhannya serta bunga
menjadi cepat layu yang kemudian menjadi gugur. Begitu juga jika musim hujan,
air hujan merupakan salah satu air yang baik untuk menyiram anggrek tetapi tidak
boleh berlebihan karena akan menjadi lembab dan anggrek tidak menyenangi
kondisi yang lembab (Sarwono, 2002).
b. Musim Hujan
Pada musim penghujan anggrek kurang mendapatkan pasokan sinar
matahari sehingga proses fotosintesis menjadi kurang optimal. Curah hujan yang
tinggi akan menjadi penghambat proses pertumbuhan bunga anggrek dan
persentase keberhasilan produksi tanaman anggrek menurun. Hal ini dikarenakan
pada curah hujan yang tinggi akan menyebabkan tanaman anggrek rentan
39
terhadap serangan penyakit, seperti penyakit layu (fusarium) dan busuk akar.
Selain itu, curah hujan yang tinggi menyebabkan aerasi dan drainase udara
menjadi terganggu. Akibatnya, proses fisiologis tanaman menjadi terhambat dan
bunga akan mudah rontok. Selain itu hujan lebat dan berkepanjangan dapat
menyebabkan patahnya tangkai bunga.
c. Suhu
Selain kondisi kemarau atau hujan, suhu juga mempengaruhi keberhasilan
pertumbuhan anggrek. Berbagai jenis anggrek pada umumnya diusahakan
didataran rendah yang memiliki suhu siang hari rata-rata 25° C, dan suhu rata-rata
malam hari 15° C. Pengaruh suhu udara sangat besar terhadap proses pembuatan
cadangan makanan dan pembentukan material untuk pertumbuhan (asimilasi).
Selain itu suhu juga berpengaruh terhadap proses pernapasan dan penguraian
bahan makanan menjadi energi. Kegiatan produksi yang terganggu akan
berimplikasi pada keberhasilan pertumbuhan anggrek, sehingga secara langsung
akan berpengaruh pada jumlah pendapatan yang akan diterima oleh Srigading
Orchids. Turunnya jumlah pendapatan yang diterima oleh Srigading Orchids
merupakan kerugian bagi perusahaan tersebut. Data jumlah kematian anggrek
yang disebabkan oleh cuaca dapat dilihat pada Tabel 4.
perak dan bagian atas berwarna kuning semu. Pada tingkat serangan lanjut daun
akan berbercak coklat dan berubah menjadi hitam kemudian gugur. Hama ini
dapat berjangkit baik pada musim hujan maupun musim kemarau, namun
umumnya serangan meningkat pada musim kemarau, sedangkan pada musim
hujan serangan berkurang karena terbawa air. Hama selanjutnya yaitu kutu gajah,
kutu gajah menyerang tanaman anggrek dengan cara bertelur pada daun atau
melubangi batang tanaman anggrek. Kerusakan terjadi karena larvanya
menggerek daun dan memakan jaringan di bagian dalam batang sehingga
mengakibatkan aliran air dan hara dari akar terputus serta daun-daun menjadi
kuning dan layu. Kerusakan pada daun menyebabkan daun berlubang-lubang.
Larva juga menggerek batang umbi, pucuk dan batang untuk membentuk
kepompong, sedangkan kumbang dewasa memakan epdermis/permukaan daun
muda, jaringan/tangkai bunga dan pucuk/kuntum sehingga dapat mengakibatkan
kematian bagian tanaman yang dirusak. dan hama yang menyerang tanamana
anggrek selanjutnya adalah siput tanpa cangkang. Siput tanpa cangkang
menyerang tanaman anggrek dengan memakan daun dan membuat lubang-lubang
tidak beraturan. Seringkali ditandai dengan adanya bekas lendir sedikit mengkilat
dan kotoran. Akar dan tunas anakan juga diserang. Seringkali merusak pesemaian
atau tanaman yang baru saja tumbuh. Siput juga makan bahan organik yang telah
membusuk ataupun tanaman yang masih hidup.
Sedangkan penyakit yang menyerang tanaman anggrek adalah penyakit
busuk akar. Penyakit ini disebabkan oleh cendawan Rhizoctonia solani. Gejala
yang muncul akar leher membusuk hingga umbi batang. Daun dan umbi batang
akan menguning, keriput, tipis dan bengkok. Tanaman akan menjadi kerdil dan
tidak sehat. Penyakit yang menyerang tanaman anggrek di Srigading Orchids
selanjutnya yaitu penyakit layu, penyebabnya adalah cendawan (jamur) Fusarium
oxyporium. Gejala yang muncu hampir sama dengan serangan busuk akar, yang
membedakannya adalah pada rhizoma terdapat garis atau lingkaran berwarna
ungu. Jika serangan yang terjadi berat, maka seluruh rhizoma akan berwarna
ungu, lalu akan terjadi pembusukan pada umbi batang, yang menyebabkan
tanaman sangat tidak sehat. Lalu penyakit penyakit Cymbidium juga menyerang
anggrek di Srigading Orchids, virus Mozaic cymbidium merupakan penyebab
45
penyakit ini. Akan muncul bercak kekuningan pada awalnya yang diikuti jaringan
mati berbintik, bergaris atau lingkaran. Kadang ada gejala kematian jaringan di
tengah daun yang dilingkari jaringan normal. Pada daun tua banyak bintik
jaringan yang mati.
dari alat atau buah anggrek maka anggrek dalam botol yang sudah ditanam akan
mengalami kematian. Tetapi semakin lama Bapak Setyabudi semakin terampil
dalam melakukan persilangan dan penebaran anggrek kedalam botol sehingga
terjadi penurunan kegagalan produksi anggrek atau kematian anggrek. Selain itu,
sulitnya mendapatkan bahan baku formalin untuk proses sterilisasi peralatan dan
enkas menjadi salah satu faktor terjadinya risiko kematian anggrek. Sehingga saat
proses penebaran, penggunaan formalin akan digunakan seefisien mungkin.
Formalin mulai sulit untuk didapatkan di pasaran karena penyalahgunaan bahan
senyawa kimia ini oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab. Jadi untuk
mendapatkan formalin, perlu menyertakan surat pernyataan dengan jelas tujuan
penggunaannya. Selain itu, dan harga senyawa kimia ini juga sangat mahal.
Sedangkan faktor kerusakan bangunan tidak terlalu berpengaruh terhadap
kematian anggrek. Kerusakan bangunan memang menyebabkan beberapa anggrek
mati tetapi tidak sebanyak kontaminasi dari alat yang tidak steril pada saat proses
penebaran benih anggrek.
secara langsung kepada Srigading Orchids dengan semakin sulitnya anggrek pada
tahun 2010. Srigading Orchids memilih untuk melakukan tindakan efisiensi biaya
yaitu dengan mengurangi jumlah produksi anggrek. Data tentang peningkatan
jumlah anggrek yang tidak terjual di Srigading Orchids dapat dilihat pada Tabel 7.
Dari data tersebut diketahui bahwa selama 3 tahun terakhir terjadi fluktuasi
dan peningkatan jumlah anggrek yang tidak terjual pada usaha anggrek yang
dilakukan Srigading Orchids. Timbulnya risiko yang berasal dari penjualan yang
dihadapi oleh Srigading Orchids ini umumnya disebabkan oleh permintaan
masyarakat yang rendah karena perubahan selera masyarakat. Srigading Orchids
mempunyai pelanggan tetap, tetapi beberapa dari pelanggan tetap Srigading
Orchids sudah menutup usaha anggrek karena perubahan selera masyarakat. Dari
data di atas, pada periode 3,5 tahun pertama anggrek Srigading Orchids selalu
terjual (baik berupa anggrek botolan, seedling, remaja, & berbunga), walau ada 2
pot anggrek yang tidak terjual pada periode Juni – Desember 2007, dan 5 pot
anggrek, 3 pot anggrek, 9 pot anggrek pada periode 5, periode 6 dan periode 7
namun masih dibawah batas normal. Peningkatan anggrek yang tidak terjual
drastis terjadi pada periode ke 8 yaitu Juni – Desember 2010 yaitu sebanyak 50
tanaman dan mulai meningkat hingga mencapai 150 tanaman anggrek.
51
Peningkatan jumlah anggrek yang tidak terjual akan secara langsung akan
berpengaruh terhadap penerimaan Srigading Orchids. Jumlah anggrek yang tidak
terjual yang cenderung meningkat akan menyebabkan penerimaan Srigading
Orchids berkurang atau menimbulkan kerugian. Adanya peningkatan jumlah
anggrek yang tidak terjual merupakan salah satu risiko yang terjadi selama proses
penjualan dalam pengusahaan anggrek. Perubahan selera masyarakat dari tanaman
khususnya tanaman anggrek kepada hal lain menjadi faktor utama dalam risiko
yang berasal dari penjualan ini.
Hal tersebut berhubungan juga terhadap konsumen tetap Srigading Orchids.
Konsumen di Srigading Orchids biasanya membeli anggrek di Srigading Orchids
berupa anggrek botol, namun ada konsumen yang membeli anggrek remaja, dan
anggrek yang telah berbunga. Konsumen anggrek botol biasanya membuka usaha
agribisnis anggrek juga. Konsumen yang membeli anggrek botol biasanya akan
merawat anggrek hingga berbunga dan dijual kembali. Srigading Orchids
memiliki beberapa konsumen tetap yang membuka usaha penjualan anggrek.
Terdapat beberapa konsumen tetap Srigading Orchids dari yang sudah menutup
usaha anggrek, dan berhenti usaha anggrek karena berkurangnya permintaan dari
masyarakat. Tetapi Srigading Orchids tidak berniat menutup dan berhenti usaha
anggrek walau permintaan anggrek menurun, walaupun tidak banyak masih ada
beberapa konsumen yang datang karena kualitas dari anggrek di Srigading
Orchids. Selain itu, Srigading Orchids juga menjual anggrek hasil persilangan
sendiri dengan mempunyai kualitas baik sebagai indukan ataupun sebagai
tanaman yang hasil bunganya beranekaragam.
Peningkatan jumlah anggrek yang tidak terjual juga disebabkan karena
kurangnya promosi dari Srigading Orchids. Srigading Orchids sudah melakukan
promosi sederhana kepada konsumen. Promosi telah dilakukan oleh Srigading
Orchids, namun belum terlalu maksimal. Promosi yang sudah dilakukan oleh
Srigading Orchids adalah dengan media internet dan pamflet yaitu berupa leaflet
dan flyer. Srigading Orchids melakukan promosi dengan media internet dan
pamflet karena dianggap tidak banyak menghabiskan biaya. Pada promosi media
internet memiliki kekurangan yaitu jangkauan konsumen, karena promosi melalui
media internet yang dilakukan oleh Srigading Orchids hanya pada salah satu situs
52
jejaring sosial yang tidak dapat terlihat oleh semua orang. Selain itu, promosi pada
media ini memiliki kekurangan yaitu pengguna dari situs jejaring sosial ini
cenderung mengabaikan iklan karena lebih fokus pada konten lain pada situs
jejaring sosial media tersebut. Pamflet yang menjadi alat promosi juga belum
menjadi alat promosi yang maksimal. Pamflet menjadi kurang efektif karena
penerima pamflet membuang pamflet dan tidak pernah membaca pamflet kerena
menerima pamflet pada waktu yang salah. Selain itu penerima pamflet juga
mungkin memahami hanya sebagian pesan yang disampaikan.
1. Kondisi Cuaca
Perubahan cuaca yang pada daerah Malang dapat berdampak negatif
terhadap pertumbuhan tanaman anggrek, bahkan dapat meyebabkan kematian.
Pada awalnya tanaman anggrek yang terkena dampak kondisi cuaca pada musim
kemarau memiliki ciri-ciri antara lain daun akan layu, tanaman akan mengering,
dan anggrek akan mengalami kematian. Sedangkan pada musim hujan anggrek
akan rentan terhadap serangan penyakit. Hal ini terjadi karena anggrek kurang
mendapatkan pasokan sinar matahari. Keberhasilan pertumbuhan anggrek juga
akan berpengaruh terhadap jumlah pendapatan yang akan diterima oleh Srigading
Orchids. Hasil perhitungan probabiltas risiko kematian anggrek yang disebabkan
oleh cuaca dapat dilihat pada Tabel 8.
54
Jumlah Kematian
Periode
Anggrek (Pot)
1 Januari-Juni 2007 100
2 Juni-Desember 2007 80
3 Januari-Juni 2008 60
4 Juni-Desember 2008 64
5 Januari-Juni 2009 40
6 Juni-Desember 2009 20
7 Januari-Juni 2010 13
8 Juni-Desember 2010 9
9 Januari-Juni 2011 9
10 Juni-Desember 2011 6
11 Januari-Juni 2012 2
12 Juni-Desember 2012 1
Total 404
Rata-rata 34
Standar Deviasi 34
X 9
Z-score -0,72
Nilai Tabel 0,236
Probabilitas Risiko (%) 23.6
Sumber Data: Data Sekunder. Diolah 2013
Keterangan:
X = Batas normal kematian anggrek di Srigading Orchids yang disebabkan oleh
kondisi cuaca
Jumlah Kematian
Periode
Anggrek (Pot)
1 Januari-Juni 2007 30
2 Juni-Desember 2007 24
3 Januari-Juni 2008 30
4 Juni-Desember 2008 30
5 Januari-Juni 2009 45
6 Juni-Desember 2009 30
7 Januari-Juni 2010 186
8 Juni-Desember 2010 190
9 Januari-Juni 2011 188
10 Juni-Desember 2011 124
11 Januari-Juni 2012 179
12 Juni-Desember 2012 200
Total 1256
Rata-rata 105
Standar Deviasi 79
X 35
Z-score -0,88
Nilai Tabel 0.189
Probabilitas Risiko (%) 18.9
Sumber Data: Data Sekunder. Diolah 2013
Keterangan:
X = Batas normal kematian anggrek di Srigading Orchids yang disebabkan oleh
serangan hama dan penyakit tanaman
Pada Tabel 9 dapat dilihat z-score yang diperoleh untuk risiko kematian
anggrek yang disebabkan oleh hama dan penyakit adalah sebesar -0,88. Proses
perhitungan probabilitas kematian anggrek disebabkan serangan hama penyakit
selangkapnya dapat dilihat pada Lampiran 3. Nilai z-score yang bertanda negatif
menunjukkan bahwa nilai tersebut berada di sebelah kiri dari nilai rata-rata di
kurva distribusi normal. Nilai z untuk sumber risiko produksi penyakit tersebut
apabila dipetakan pada Tabel distribusi z akan menunjukkan nilai 0,189. Untuk
mencari nilai dari tabel z dapat dilihat pada Lampiran 6. Nilai 0,189 menunjukkan
bahwa probabilitas kematian anggrek akibat serangan hama dan penyakit melebihi
35 tanaman anggrek adalah 18,9 persen. Hama yang menyerang anggrek di
Srigading Orchids pada umumnya adalah tungau merah (Tennuipalvus
57
Jumlah Kematian
Periode
Anggrek (Pot)
1 Januari-Juni 2007 310
2 Juni-Desember 2007 296
3 Januari-Juni 2008 205
4 Juni-Desember 2008 210
5 Januari-Juni 2009 130
6 Juni-Desember 2009 150
7 Januari-Juni 2010 80
8 Juni-Desember 2010 90
9 Januari-Juni 2011 60
10 Juni-Desember 2011 70
11 Januari-Juni 2012 89
12 Juni-Desember 2012 90
Total 1780
Rata-rata 148
Standar Deviasi 88
X 115
Z-score -0.38
Nilai Tabel 0,352
Probabilitas Risiko (%) 35,2
Sumber Data: Data Sekunder. Diolah 2013
Keterangan:
X = Batas normal kematian anggrek di Srigading Orchids yang disebabkan
kerusakan bangunan dan kontaminasi alat
tinggi nilai standar deviasi maka semakin besar sumber risiko. Nilai standar
deviasi dari sumber risiko kerusakan bangunan dan kontaminasi alat lebih tinggi
dari nilai standar deviasi sumber risiko lainnya.
Nilai z yang diperoleh dari hasil perhitungan menggunakan metode nilai
standar z untuk sumber risiko berupa kerusakan bangunan dan kontaminasi alat
adalah sebesar -0,38. Nilai z yang bertanda negatif menunjukkan bahwa nilai
tersebut berada di sebelah kiri dari nilai rata-rata di kurva distribusi normal.
Berdasarkan nilai z untuk kematian anggrek yang disebabkan oleh kerusakan
bangunan dan kontaminasi alat tersebut apabila dipetakan pada Tabel distribusi z
akan menunjukkan nilai yaitu 0,352. Untuk mendapatkan nilai tabel distribusi
normal tersebut dapat dilihat pada Lampiran 6. Nilai 0,352 menunjukkan bahwa
probabilitas kematian anggrek akibat kerusakan bangunan dan kontaminasi alat
melebihi batas normal (115 tanaman anggrek) sebesar 35,2 persen.
Besarnya probabilitas risiko kematian anggrek melebihi batas normal yang
ditentukan dapat disebabkan selama proses penebaran benih anggrek peralatan
yang digunakan oleh Srigading Orchids masih sangat sederhana. Untuk
melakukan penebaran benih kedalam botol dibutuhkan peralatan yang steril.
Dengan menggunakan peralatan yang sederhana, diperlukan ketelitian untuk
melakukan penebaran benih anggrek agar alat tidak terkontaminasi oleh
mikroorganisme. Pada awal pembukaan usaha, Srigading Orchids sering
mengalami kematian anggrek karena kontaminasi alat yang tidak steril. Hal ini
dikarenakan Bapak Setyabudi belum terlalu berpengalaman dalam proses
penebaran benih. Jika saat penebaran benih, peralatan terkontaminasi maka
anggrek yang berada di dalam botol akan berjamur dan mati. Selain itu, sulitnya
mendapatkan bahan baku formalin untuk proses sterilisasi peralatan dan enkas
menjadi salah satu faktor terjadinya risiko kematian anggrek. Sehingga saat proses
penebaran, penggunaan formalin akan digunakan seefisien mungkin. Formalin
mulai sulit untuk didapatkan di pasaran karena penyalahgunaan bahan senyawa
kimia ini oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab. Jadi untuk
mendapatkan formalin, perlu menyertakan surat pernyataan dengan jelas tujuan
penggunaannya. Selain itu, dan harga senyawa kimia ini juga sangat mahal.
Sedangkan faktor kerusakan bangunan tidak terlalu berpengaruh terhadap
60
4. Risiko Penjualan
Terdapat beberapa jenis anggrek di Srigading Orchids yaitu anggrek
Dendrobium, Oncidium, dan Cymbidum. Jenis anggrek tersebut dipasakan dalam
beberapa bentuk yaitu botol, kompot, anggrek remaja, anggrek dewasa tanpa
bunga dan dengan bunga tergantung permintaan dan ketersediaan produk. Ciri
dari anggrek Dendrobium, Oncidium, dan Cymbidum di Srigading Orchids adalah
adanya simbol dan nama perusahaan pada setiap pot bunga yang dipasarkan.
Simbol yang digunakan berupa simbol, alamat, nomer telepon Srigading Orchids
tertera pada label. Dengan ciri khas tersebut maka perusahaan dapat membedakan
diri dari para pesaingnya. Produk yang dikirim adalah produk berkualitas yang
telah melalui tahapan pengawasan mutu mulai dari pra produksi sampai pasca
produksi.
Dalam menjalankan usahanya Srigading Orchids juga dihadapkan pada
perubahan kondisi pasar. Kondisi ini berdampak langsung terhadap
perkembangan usaha. Srigading Orchids juga sempat merasakan pertumbuhan
usaha anggrek tersebut. Akan tetapi, sejak akhir tahun 2009 penjualan tanaman
anggrek di Srigading Orchids mulai menurun. Hal ini dapat disebabkan oleh
penurunan pasar tanaman anggrek karena perubahan selera masyarakat secara
keseluruhan dan kurangnya promosi. Hasil perhitungan probabilitas risiko dari
penjualan ini dapat dilihat pada Tabel 11.
61
Tabel 11. Hasil Perhitungan Probabilitas Jumlah Anggrek yang Tidak Terjual
Keterangan:
X = Batas normal jumlah anggrek yang tidak terjual di Srigading Orchids karena
perubahan selera masyarakat
selera masyarakat yang ditentukan oleh Srigading Orchids adalah 10 pot anggrek.
Hal ini berdasarkan pada periode penjualan terdahulu.
Nilai z untuk risiko dari proses penjualan berupa anggrek yang tidak terjual
yang diperoleh dari hasil perhitungan menggunakan metode z-score yaitu sebesar
-0,54. Nilai z yang bertanda negatif menunjukkan bahwa nilai tersebut berada di
sebelah kiri dari nilai rata-rata di kurva distribusi normal. Nilai z untuk risiko dari
proses penjualan yang berupa anggrek yang tidak terjual apabila dipetakan pada
Tabel distribusi z akan menunjukkan nilai yaitu 0,295. Untuk mencari nilai dari
tabel z dapat dilihat pada Lampiran 6. Nilai 0,295 menunjukkan bahwa
probabilitas terjadinya risiko proses penjualan berupa anggrek yang tidak terjual
melebihi 10 pot anggrek adalah 29,5 persen.
Tabel 12. Hasil Analisis Probabilitas Sumber Risiko Produksi dan Penjualan
dengan tingkat probabilitas sebesar 29,5 persen. Kemudian pada urutan ketiga,
sumber risiko terbesar adalah kondisi cuaca dengan tingkat probablitas sebesar
23,6 persen. Kemudian pada urutan terakhir atau probabilitas terkecil adalah
serangan hama penyakit yang memiliki tingkat probabilitas sebesar 18,9 persen.
1. Kondisi Cuaca
Kondisi cuaca merupakan sumber risiko yang dapat menimbulkan
kematian terhadap anggrek di Srigading Orchids. Pada kondisi kemarau tanaman
anggrek menjadi sangat rentan terhadap kekeringan, sedangkan anggrek juga
membutuhkan air dalam pertumbuhannya. Namun cuaca terlalu panas akan
menyebabkan daun menjadi layu dan juga gosong, Begitu juga jika musim hujan,
air hujan merupakan salah satu air yang baik untuk menyiram anggrek tetapi tidak
boleh berlebihan karena akan menjadi lembab dan anggrek tidak menyenangi
kondisi yang lembab (Sarwono, 2002). Pada musim penghujan anggrek kurang
mendapatkan pasokan sinar matahari sehingga proses fotosintesis menjadi kurang
optimal. Selain itu hujan lebat dan berkepanjangan dapat menyebabkan patahnya
tangkai bunga. Kematian anggrek karena kondisi cuaca yang berubah-ubah
tercatat didata produksi milik Srigading Orchids setiap periode. Hal ini dapat
dilihat pada Tabel 13.
Berdasarkan Tabel 13, kematian anggrek yang terjadi akibat kondisi cuaca
pada periode pertama sampai periode keduabelas berturut-turut adalah 100
tanaman anggrek, 80 tanaman anggrek, 60 tanaman anggrek, 64 tanaman anggrek,
40 tanaman anggrek, 20 tanaman anggrek, 13 tanaman anggrek, 9 tanaman
anggrek, 9 tanaman anggrek, 6 tanaman anggrek, 2 tanaman anggrek, dan 1
tanaman anggrek. Setelah itu, jumlah kematian anggrek per periode akan
dikalikan dengan harga rata-rata per periode yang kemudian akan didapatkan hasil
kerugian kematian anggrek akibat cuaca setiap periodenya. Untuk proses
perhitungan dampak kerugian dari kematian anggrek karena sumber risiko kondisi
cuaca selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 4.
Perhitungan terhadap dampak risiko pada kegiatan produksi yang bersumber
dari kondisi cuaca dengan memakai metode Value at Risk menghasilkan nilai
sebesar Rp 2.724.076 dengan tingkat keyakinan 95 persen. Nilai VaR ini berarti
kerugian maksimal yang akan diderita Srigading Orchids yang disebabkan
pengaruh kondisi cuaca adalah sebesar Rp 2.724.076, namun ada 5 persen
kemungkinan lebih besar dari Rp 2.724.076.
Risiko ini terjadi setiap periode produksi dengan tingkat kematian cukup
besar. Terjadi peningkatan jumlah kematian anggrek karena serangan hama dan
penyakit. Jumlah anggrek yang mengalami kematian masing-masing per periode
secara berurutan akibat serangan hama dan penyakit tersebut adalah 30 tanaman
anggre, 24 tanaman anggrek, 30 tanaman anggrek, 30 tanaman anggrek, 45
tanaman anggrek, 30 tanaman anggrek, 186 tanaman anggrek, 190 tanaman
anggrek, 188 tanaman anggrek, 124 tanaman anggrek, 179 tanaman anggrek, dan
200 tanaman anggrek. Setelah itu jumlah kematian anggrek per periode akan
67
dikalikan dengan harga per periode. Harga di Srigading Orchids ditentukan oleh
pemilik Srigading Orchids dengan melihat harga pasaran anggrek di Malang. Pada
periode pertama hingga periode 6 harga di Srigading Orchids cukup tinggi.
Kemudian terjadi penurunan harga pada periode ketujuh hingga periode
keduabelas.
Dampak masing masing kerugian yang terjadi di Srigading Orchids pada
periode pertama sebesar Rp 1.650.000, pada periode kedua sebesar Rp 1.320.000,
pada periode ketiga Rp 1.650.000, pada periode keempat sebesar Rp 1.650.000,
pada periode kelima sebesar Rp 2.475.000, pada periode keenam adalah sebesar
Rp 1.650.000, pada periode ketujuh sebesar Rp 8.370.000, pada periode
kedelapan sebebsar Rp 8.550.000, pada periode kesembilan sebesar Rp 8.460.000,
pada periode kesepuluh sebesar Rp 5.580.000, pada periode kesebelas sebesar Rp
8.055.000, dan pada periode keduabelas sebesar Rp 9.000.000.
Perhitungan terhadap dampak risiko kematian anggrek yang disebabkan
hama dan penyakit yang dilakukan dengan metode Value at Risk menghasilkan
nilai Rp 6.475.940 dengan tingkat keyakinan 95 persen. Untuk proses perhitungan
dampak kerugian dari kematian anggrek karena sumber risiko serangan hama
penyakit selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 4. Nilai Value at Risk berarti
kerugian maksimal yang diderita akibat adanya serangan hama dan penyakit
adalah sebesar Rp 6.475.940, akan tetapi ada kemungkinan 5 persen kerugian
lebih besar dari angka tersebut.
dampak yang paling besar daripada sumber risiko yang lain yaitu sebesar Rp
10.205.873. Angka tersebut mengindikasikan bahwa kerusakan bangunan dan
kontaminasi alat merupakan sumber risiko yang paling berpengaruh terhadap
usaha agribisnis anggrek di Srigading Orchids. Proses perhitungan dampak risiko
kematian anggrek yang disebabkan kerusakan bangunan dan kontaminasi alat
dapat dilihat pada Tabel 15.
Tabel 15. Hasil Perhitungan Dampak Risiko Kematian Anggrek yang disebabkan
Kerusakan Bangunan dan Kontaminasi Alat
alat mulai dari periode 1 sampai periode 12 adalah sebagai berikut: 310 pot, 296
pot, 205 pot, 210 pot, 130 pot, 150 pot, 80 pot, 90 pot, 60 pot, 70 pot, 89 pot dan
90 pot tanaman anggrek. Dari jumlah kematian anggrek tersebut kemudian
dikalikan dengan harga rata-rata anggrek pada masing-masing periode. Jadi,
masing-masing kerugian yang diderita Srigading Orchids selama 12 periode
adalah sebagai berikut, Rp 17.050.000-, Rp 16.280.000, Rp 11.275.000, Rp
11.550.000, Rp 7.150.000, Rp 8.250.000, Rp 3.600.000, Rp 4.050.000, Rp
2.700.000, Rp 3.150.000, Rp 3.150.000, Rp 4.005.000, dan yang terakhir Rp
4.050.000.
Dampak risiko kematian anggrek yang disebabkan oleh kerusakan bangunan
dan kontaminasi alat dihitung dengan menggunakan metode Value at Risk (VaR)
dan menghasilkan nilai Rp 10.205.873, dengan tingkat keyakinan 95 persen.
Untuk proses perhitungan dampak kerugian dari kematian anggrek karena sumber
risiko kerusakan bangunan dan kontaminasi alat selengkapnya dapat dilihat pada
Lampiran 4. Nilai Value at Risk (VaR) berarti kerugian maksimal yang diderita
karena sumber risiko yang terjadi. Jadi, dengan tingkat keyakinan 95 persen
kerugian maksimal dari kematian anggrek yang disebabkan kerusakan bangunan
dan kontaminasi alat adalah sebesar Rp 10.205.873. Namun ada 5 persen
kemungkinan kerugian lebih besar dari Rp 10.205.873.
4. Risiko Penjualan
Kasus anggrek yang tidak terjual kemungkinan disebabkan oleh perubahan
selera masyarakat dan kurangnya promosi di Srigading Orchids. Dari data risiko
dari proses penjualan hanya terjadi pada beberapa periode, yaitu pada periode
kedua, kelima, keenam, ketujuh, kedelapan, kesembilan, kesepuluh, kesebelas,
dan keduabelas. Hasil perhitungan dampak kerugian penjualan pada beberapa
periode dapat dilihat pada Tabel 16.
70
Jumlah
Periode Harga (Rp) Kerugian (Rp)
Anggrek (Pot)
2 Juni-Desember 2007 2 55.000 110.000
5 Januari-Juni 2009 5 55.000 275.000
6 Juni-Desember 2009 3 55.000 165.000
7 Januari-Juni 2010 9 45.000 405.000
8 Juni-Desember 2010 50 45.000 2.250.000
9 Januari-Juni 2011 53 45.000 2.385.000
10 Juni-Desember 2011 65 45.000 2.925.000
11 Januari-Juni 2012 90 45.000 4.050.000
12 Juni-Desember 2012 150 45.000 6.750.000
Jumlah 19.315.000
Rata-rata 2.146.111
Standar Deviasi 2.238.811
z 1,645
VaR (Rp) 3.373.726
Sumber Data: Data Sekunder. Diolah 2013
Berdasarkan Tabel 16, jumlah anggrek yang tidak terjual karena perubahan
selera masyarakat pada beberapa periode adalah sebagai berikut pada periode
kedua anggrek yang tidak terjual sebanyak 2 tanaman anggrek, pada periode
kelima sebanyak 5 tanaman anggrek, pada periode keenam sebanyak 3 tanaman
anggrek, pada periode ketujuh sebanyak 9 tanaman anggrek, pada periode
kedelapan sebanyak 50 tanaman anggrek, pada periode kesembilan sebanyak 53
tanaman anggrek, pada periode kesepuluh sebanyak 65 tanaman anggrek, pada
periode kesebelas sebanyak 90 tanaman anggrek, dan yang terakhir pada periode
keduabelas sebanyak 150 tanaman anggrek. Berdasarkan data tersebut terjadi
peningkatan yang cukup signifikan pada periode kedelapan yaitu pada
pertengahan tahun 2010. Menurut Pemilik Srigading Orchids, pada tahun ini
permintaan anggrek menurun secara signifikan. Dari pengamatan Srigading
Orchids, terjadinya perubahan selera masyarakat terhadap tanaman hias terutama
anggrek karena perubahan trend yang terjadi.
Dampak masing masing kerugian yang diderita oleh Srigading Orchids pada
periode kedua sebesar Rp 110.000, pada periode kelima sebesar Rp 275.000, pada
periode keenam adalah sebesar Rp 165.000, pada periode ketujuh sebesar Rp
405.000, pada periode kedelapan sebebsar Rp 2.250.000, pada periode kesembilan
71
Tabel 17. Hasil Analisis Dampak Sumber Risiko Produksi dan Penjualan
bahwa kerusakan bangunan dan kontaminasi alat merupakan sumber risiko yang
paling berpengaruh terhadap usaha agribisnis anggrek di Srigading Orchids. Pada
urutan kedua setelah kerusakan bangunan dan kontaminasi alat, dampak kerugian
sumber risiko bertinggi kedua adalah sumber risiko serangan hama penyakit
dengan kerugian sebesar Rp 6.475.940. jika sumber risiko ini terjadi, maka
sumber risiko serangan hama penyakit memiliki tingkat kerugian terbesar kedua
setelah kerusakan bangunan dan kontaminasi alat. Kemudian pada urutan ketiga,
sumber risiko terbesar adalah risiko penjualan yaitu anggrek yang tidak terjual
dengan dampak kerugian sebesar Rp 3.373.726. Kemudian pada urutan terakhir
atau sumber risiko dengan dampak kerugian terkecil adalah kondisi cuaca yang
memiliki tingkat kerugian sebesar Rp 2.724.076. Walaupun kondisi cuaca
memiliki tingkat kerugian terkecil, sumber risiko ini tetap perlu dilakukan
pengawasan agar tidak menjadi sumber risiko yang memiliki kerugian besar.
Nilai dari perhitungan dampak risiko yang dilakukan akan memiliki makna
yang lebih besar ketika hasil tersebut diplotkan kedalam peta risiko. Hal ini
bertujuan agar manajemen dapat lebih mudah menentukan strategi penanganan
risiko yang paling efektif. Jadi, dapat disimpulkan sumber risiko yang
memberikan dampak terbesar adalah sumber risiko kerusakan bangunan dan
kontaminasi alat yang memberikan dampak sebesar Rp 10.205.873. Akan tetapi
dampak risiko yang berasal dari sumber risiko yang lain harus tetap diperhatikan
oleh Srigading Orchids walaupun dampaknya terhitung lebih kecil. Selanjutnya
hasil dari perhitungan dampak risiko selama kegiatan produksi dan penjualan akan
dikombinasikan dengan hasil perhitungan analisis probabilitas risiko dari masing-
masing sumber risiko. Hal tersebut bertujuan untuk melihat gambaran bagaimana
status masing-masing sumber risiko serta posisinya pada peta risiko.
mencapai tujuan. Penanganan risiko dapat dianggap sebagai salah satu fungsi dari
manajemen (Kountur, 2008). Pentingnya manajemen risiko diantaranya adalah
untuk menerapkan tata kelola usaha yang baik, menghadapi kondisi lingkungan
usaha yang cepat berubah, mengukur risiko usaha, pengelolaan risiko yang
sistematis, serta memaksimumkan laba.
Tujuan utama dari manajemen risiko adalah untuk dapat meningkatkan
semaksimal mungkin keuntungan perusahaan. Keuntungan dapat ditingkatkan jika
kerugian-kerugian yang mengakibatkan biaya tinggi diperkecil. Keuntungan dapat
ditingkatkan dengan meningkatkan penjualan. Apabila risiko yang ditimbulkan
akibat tidak dapat menjual produk dapat diminimalkan maka lebih banyak produk
yang dapat terjual dan itu berarti ada peningkatan penjualan, jika penjualan
meningkatkan dan biaya semakin kecil, profit akan semakin meningkat.
Penanganan risiko akan sia-sia apabila tidak dapat memaksimalkan profit. Tidak
ada gunanya menjalankan manajemen risiko jika tidak dapat memberikan
keuntungan bagi perusahaan. Sebelum dapat menangani risiko, terlebih dahulu
yang perlu dilakukan adalah membuat peta risiko. Setelah semua risiko diukur
baik kemungkinannya maupun dampaknya, maka selanjutnya yang dilakukan
adalah membuat peta risiko. Peta risiko adalah gambaran tentang posisi risiko
pada suatu peta dari dua sumbu yaitu sumbu vertikal menggambarkan
probabilitas, dan sumbu horizontal menggambarkan dampak.
Namun sebelum membuat peta risiko, yang perlu dilakukan terlebih dahulu
adalah membuat status risiko. Status risiko adalah ukuran yang menunjukkan
tingkatan risiko dari beberapa sumber risiko produksi yang telah terlebih dahulu
diidentifikasi. Dari status risiko akan diketahui mana risiko-risiko yang paling
besar sampai yang paling kecil. Status risiko hanya menggambarkan urutan risiko
dari yang paling berisiko sampai yang paling tidak berisiko. Selain itu, status
risiko juga untuk memperkirakan penempatan sumber-sumber risiko pada peta
risiko. Status risiko didapat dari perkalian antara probabilitas dengan dampak.
Metode nilai standar digunakan untuk mengetahui nilai probabilitas dan metode
Value at Risk untuk menghitung dampak terjadinya risiko.
Probabilitas dan dampak dari masing-masing sumber risiko yang terjadi
selama proses produksi dan penjualan di Srigading Orchids telah dianalisis dan
dihitung nilainya. Urutan proses selanjutnya yang akan dilakukan sebelum
merumuskan strategi penanganan risiko adalah melakukan pengukuran risiko
sehingga akan menghasilkan status risiko dan peta risiko. Status risiko dari
masing-masing sumber risiko yang terjadi selama proses produksi dan penjualan
yang terjadi di Srigading Orchids dapat dilihat pada Tabel 18.
Tabel 18. Status Risiko Dari Sumber Risiko Produksi dan Penjualan
Nilai status risiko pada Tabel 18 menunjukkan tingkatan status risiko mulai
dari yang terbesar sampai yang terkecil. Kerusakan bangunan dan kontaminasi
alat merupakan sumber risiko dengan status risiko terbesar dengan nilai
3.592.467. Kerusakan bangunan dan kontaminasi alat memiliki nilai status yang
cukup tinggi disebabkan oleh nilai probabilitas dan dampak yang besar. Tingkat
status risiko selanjutnya adalah hama dan penyakit berada pada dengan nilai
75
1.223.953, hama penyakit tanaman merupakan sumber risiko yang memiliki nilai
status risiko tertinggi kedua disebabkan dampak yang ditimbulkan cukup besar.
Dan tingkat risiko yang ketiga adalah anggrek yang tidak terjual dengan nilai
995.249 dan yang terakhir adalah kondisi cuaca dengan nilai 642.882.
Prioritas utama yang perlu dipertimbangkan untuk menghindari kerugian
besar adalah penanganan pada kegiatan yang berhubungan dengan sumber risiko
kerusakan bangunan dan kontaminasi alat yang menjadi sumber risiko terbesar di
Srigading Orchids. Penanganan sumber risiko berlanjut ke sumber risiko lainnya
hingga pada sumber risiko dengan nilai status terendah, yaitu sumber risiko
kondisi cuaca. Setelah diketahui status risiko untuk masing-masing risiko,
diperlukan alternatif penanganan yang tepat berdasarkan pemetaan risiko.
Alternatif penanganan risiko dapat dijadikan rekomendasi bagi Srigading Orchids
untuk menangani risiko sesuai dengan prioritas utamanya.
Setelah menganalisis probabilitas dan dampak sumber-sumber risiko yang
terjadi selama proses kegiatan produksi dan penjualan, serta membuat status risiko
yang perlu dilakukan selanjutnya adalah membuat peta risiko. Batas antara
probabilitas besar dan kecil serta batas dampak besar dan kecil dari suatu sumber
risiko ditentukan dari rata-rata probabilitas dan rata-rata dampak risiko yang
terjadi di Srigading Orchids. Penentuan menggunakan rata-rata ini dilakukan agar
batasan risiko dapat lebih objekif dan sesuai dengan kondisi. Perhitungan
penentuan batas probabilitas besar dan kecil serta batas dampak besar dan kecil
selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 7. Perhitungan untuk menentukan batas
antara probabilitas dan dampak besar atau kecil dapat dilihat pada Tabel 19.
Tabel 19. Penentuan Batas antara Probabilitas dan Dampak Besar atau Kecil dari
Sumber Risiko Produksi dan Penjualan
Probabilitas Dampak
No. Sumber Risiko
(%) (Rp)
1. Kerusakan Bangunan dan Kontaminasi Alat 35,2 10.205.873
2. Anggrek Yang Tidak Terjual 29,5 3.373.726
3. Serangan Hama Dan Penyakit 18,9 6.475.940
4. Kondisi Cuaca 23,6 2.724.076
Rata-rata 26,8 5.694.904
76
Probabilitas (%)
Kuadran 1 Kuadran 2
Besar
Kerusakan bangunan dan
Anggrek yang tidak terjual
kontaminasi alat
26,8 %
Kuadran 3 Kuadran 4
Kecil
Kondisi Cuaca Serangan Hama dan Penyakit
Berdasarkan hasil pemetaan risiko pada Gambar 16, dapat dilihat bahwa
sumber-sumber risiko yang dipetakan tersebar pada semua kuadran. Sumber risiko
yang terdapat pada kuadran 1 merupakan sumber risiko yang probabilitasnya
besar sedangkan dampaknya yang ditimbulkan kecil. Pada kuadran 1 terdapat
sumber risiko anggrek yang tidak terjual. Anggrek yang tidak terjual berada pada
kuadran 1 karena nilai probabilitasnya sebesar 29,5 persen atau lebih besar dari
26,8 persen. Lalu dampak yang ditimbulkan oleh sumber risiko anggrek yang
tidak terjual Rp 3.373.726 dan lebih kecil dari Rp 5.694.904. Pada kuadran ini
mengindikasikan bahwa risiko anggrek yang tidak terjual tidak terlalu
77
kuadran ini jarang terjadi, mungkin hanya sesekali namun apabila terjadi maka
maka akan menimbulkan dampak yang cukup besar bagi Srigading Orchids. Hasil
pemetaan risiko yang sudah di buat dapat digunakan untuk menentukan strategi
yang tepat untuk penanganan sumber risiko yang terjadi, selama proses produksi
maupun penjualan yang dihadapi Srigading Orchids.
yang jelas. Strategi preventif dilakukan untuk menangani sumber risiko produksi
dan penjualan yang terletak pada kuadran 2, yaitu kerusakan bangunan dan
kontaminasi alat serta anggrek yang tidak terjual. Strategi preventif untuk
menangani kedua sumber risiko tersebut dapat dilihat pada Gambar 17.
Probabilitas (%)
Preventif 26,8 %
Kecil
Kecil Rp 5.694.904
Besar
Dampak (Rp)
kerusakan bangunan. Selain itu, pondasi greenhouse juga harus tahan terhadap
berbagai macam keadaan, meskipun ukuran pondasi tergantung kepada ukuran
dan tipe greenhouse. Beban yang diterima oleh semua pondasi greenhouse yang
permanen harus terbuat dari bahan yang tahan lama dan ditanam pada kedalaman
yang sesuai. Selain itu, kerusakan greenhouse juga bisa dihindari dengan
melakukan pengawasan, jika sudah mulai terlihat tanda-tanda greenhouse akan
rusak, maka dapat segera diperbaiki sehingga tidak terjadi kerusakan. Lalu untuk
menghindari kontaminasi alat yang digunakan tidak steril, Srigading Orchids
sudah melakukan perbaikan terhadap sumberdaya manusia. Bapak Setyabudi
sebagai penebar anggrek dalam botol sudah melakukan pengembangan dengan
cara mengikuti pelatihan-pelatihan serta bergabung dalam PAI (Perhimpunan
Anggrek Indonesia) di Malang, sehingga Bapak Setyabudi sudah mulai terampil
dalam melakukan penebaran anggrek. Selain itu, sumber risiko ini dapat dihindari
dengan menjaga alat agar tetap steril dengan membersihkan alat yang digunakan
secara rutin. Hal yang bisa dilakukan oleh Srigading Orchids adalah
menggunakan alat baru apabila alat yang digunakan sudah terlalu lama dan terlalu
sering digunakan. Mikroorganisme bisa saja masih berada pada alat yang
digunakan walaupun sudah dibersihkan.
Probabilitas (%)
26,8%
Mitigasi
Berdasarkan Gambar 18, terdapat dua sumber risiko yang harus dilakukan
strategi mitigasi. Yang pertama sumber risiko kerusakan bangunan dan
kontaminasi alat berada pada kuadran 2 dan sumber risiko hama penyakit yang
berada pada kuadran 4. Kuadran 4 merupakan kuadran dengan probabilitas risiko
cenderung rendah sedangkan dampak akibat terjadinya risiko cederung sedang
sampai besar, sehingga diperlukan strategi untuk penanganan agar bisa
meminimalkan dampak dari sumber risiko tersebut. Berikut ini adalah penjelasan
strategi mitigasi untuk menangani sumber-sumber risiko yang berada pada
kuadran 1 dan kuadran 2
menyebabkan kerusakan greenhouse dalam skala yang besar. Sementara ini upaya
penanganan yang dilakukan oleh Srigading Orchids dalam kerusakan bangunan
adalah melakukan perbaikan pada atap yang bocor. Setelah itu, Srigading Orchids
juga melakukan penyemprotan pestisida agar hama yang berada dalam
greenhouse tidak berkembang lebih banyak yang akan mengakibatkan kematian
anggrek dalam jumlah besar. Selain itu, tindakan mitigasi yang dapat dilakukan
oleh Srigading Orchids adalah dengan cara memindahkan anggrek yang berada
pada greenhouse yang mengalami kerusakan ketempat yang tidak terkena air
hujan atau sinar matahari secara langsung.
b. Kondisi Cuaca
Kondisi cuaca merupakan sumber risiko yang berada pada kuadran 3. Pada
kuadran 3 tidak dilakukan strategi penanganan risiko karena pada kuadran 3
probabilitas terjadinya sumber risiko kecil dan dampak yang diakibatkan juga
kecil jadi tidak terlalu merugikan perusahaan. Perusahaan juga tidak perlu
mengalokasikan sumberdayanya untuk menangani risiko tersebut. Namun, sumber
risiko yang berada pada kuadran 3 tidak bisa diabaikan. Kondisi cuaca tetap perlu
dilakukan pengawasan sumber risiko karena suatu sumber risiko cenderung
bersifat dinamis. Karena sumber risiko yang saat ini termasuk ke dalam kuadran 3
bisa pindah ke kuadran lain bila ada perubahan kondisi eksternal maupun internal
secara signifikan. Srigading Orchids telah melakukan beberapa strategi
penanganan untuk sumber risiko kondisi cuaca. Pada kondisi kemarau, Srigading
Orchids telah membuat sumur bor sebagai salah satu alternatif solusi untuk
menurunkan risiko tanaman bunga anggrek mengalami kekeringan. Menurut
Srigading Orchids kondisi kemarau masih dapat ditolerir karena pengadaan air
masih dapat diusahakan, namun jika musim penghujan dengan intensitas matahari
yang berkurang secara drastis masih sulit dicari alternatif solusinya sebagai
pengganti cahaya matahari.
Pada musim hujan Srigading Orchids melakukan penyiraman tanaman dua
atau tiga hari sekali. Hal ini dilakukan untuk mengurangi kelembaban yang tinggi.
Perubahan cuaca harian yang terlalu cepat juga dapat memicu berkembang
biaknya hama dan penyakit dengan baik. Sehingga Srigading Orchids
85
V. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di Srigading Orchids, dapat
diambil kesimpulan yaitu:
1. Sumber-sumber risiko yang terjadi di Srigading Orchids terdapat empat
sumber risiko terjadi mulai dari proses produksi hingga penjualan. Hasil
identifikasi risiko produksi di Srigading Orchids yaitu berupa kegagalan
dalam proses budidaya anggrek, mulai dari tahap awal sampai pada tahap
akhir. Risiko selama proses produksi adalah kematian anggrek, yang
disebabkan oleh tiga sumber yaitu adalah kondisi cuaca, hama penyakit
tanaman, kerusakan bangunan dan kontaminasi alat. Selain risiko selama
proses produksi, risiko yang terjadi di Srigading Orchids adalah risiko selama
proses penjualan. Dalam menjalankan usahanya Srigading Orchids juga
dihadapkan pada perubahan kondisi pasar. Risiko selama proses penjualan
yang telah teridentifikasi adalah anggrek yang tidak terjual. Hal ini
kemungkinan disebabkan oleh penurunan permintaan anggrek di Srigading
Orchids karena perubahan gaya hidup, perubahan selera masyarakat dan
kurangnya promosi.
2. Probabilitas terjadinya risiko dengan menggunakan alat analisis nilai z-score
sumber risiko kerusakan bangunan dan kontaminasi alat merupakan sumber
risiko yang memiliki probabilitas tertinggi yaitu sebesar 35,2 persen. Setelah
kerusakan bangunan dan kontaminasi alat, probabiltas sumber risiko yang
probabilitas terjadinya risiko tertinggi kedua yaitu anggrek yang tidak terjual
yaitu sebesar 29,5 persen. Kemudian pada urutan ketiga setelah anggrek yang
tidak terjual, sumber risiko dengan tingkat probabilitas sebesar 23,6 persen
terjadi pada sumber risiko kondisi cuaca. Dan pada urutan terakhir atau
probabilitas terkecil adalah serangan hama dan penyakit yang memiliki
probabilitas sebesar 18,9 persen.
3. Berdasarkan metode Value at Risk, diketahui dampak yang paling besar dari
keempat sumber risiko adalah kerusakan bangunan dan kontaminasi alat yang
memberikan dampak sebesar Rp 10.205.873. Sumber risiko yang
menimbulkan dampak terbesar kedua adalah serangan hama dan penyakit
87
88
5.2 Saran
1. Sebaiknya lebih diperhatikan lagi kebersihan dalam penggunaan alat untuk
penanaman anggrek botol. Selain itu, perlu dilakukan pengawasan terhadap
greenhouse agar kondisi di dalam greenhouse tetap terjaga. Jadi, perusahaan
dapat meminimalkan terjadinya kematian anggrek karena sumber risiko
kontaminasi alat dan kerusakan bangunan.
2. Sebaiknya diperlukan pengaturan jadwal persilangan dan penanaman anggrek
agar tidak terjadi peningkatan jumlah anggrek tidak terjual yang
menyebabkan kerugian pada perusahaan. Dan sebaiknya dilakukan
diferensiasi terhadap tanaman anggrek, misalnya dengan menjual anggrek
dalam bentuk bunga potong.
3. Agar strategi penanganan risiko yang sudah dipetakan dapat menganggulangi
probabilitas dan dampak yang ditimbulkan dari sumber risiko yang terjadi
sebaiknya biaya yang dikeluarkan untuk menangani sumber risiko harus lebih
kecil dari dampak yang ditimbulkan.
89
DAFTAR PUSTAKA
Adisarwanto, T. 2005. Buku Kenangan Pameran & Bursa Anggrek Malang Raya.
PAI Malang
Barron, 1993. Agricultural Risk. New York : Macmilllan Publishing Co, Inc.
Batuparan, D.S. 2001. Kerangka Kerja Risk Management. news edisi 5. Jakarta.
Departemen Pertanian. 2012. Buku Saku Statistik Makro Sektor Pertanian Volume
4 No. 2 Tahun 2012. http://www.deptan.go.id/. Diakses 14 Juli 2013
Elton, Edwin., and Gruber. 1995. Modern Portfolio Theory And Investment
Analysis.Fifth Edition. New York: Jhon Wiley And Sons, Inc.
89
90
Eva, P. 2009. Analisis Risiko Produksi Sayuran Organik Pada Permata Hati
Organic Farm Di Bogor, Jawa Barat. [Skripsi]. IPB. Bogor
Robinson, L.J and P.J Barry.1987. The Competitive Firm’s Response To Risk.
London : Macmillan Publisher.
Robert Charette. 2010. Risk, Lean Development & Profit: Getting Back to
Basics._______________________
Ruky, SA. 2002. Sukses Sebagai Manajer Profesional Tanpa Gelar MM atau
MBA. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Safitri, N.A. 2009. Analisis Risiko Produksi Daun Potong di PT Pesona Daun
Mas Asri, Ciawi Kabupaten Bogor. [Skripsi]. Fakultas Ekonomi dan
Manajemen IPB. Bogor.
Tirza, F. 2009. Analisis Usahatani Tanaman Hias Anggrek Dan Anthurium, Studi
Kasus Usaha Tanaman Hias Di Kota Medan. [Skripsi]. USU. Medan
LAMPIRAN
93
93
94
1. Kondisi Cuaca
a. Rata-Rata Probabilitas Risiko
∑𝑛𝑖=1 𝑥𝑖
𝑥=
𝑛
∑12
i=1 100 + 80 + 60 + 64 + 40 + 20 + 13 + 9 + 9 + 6 + 2 + 1
x=
12
404
x= = 34
12
b. Standar Deviasi
∑𝑛𝑖=1(𝑥𝑖 − 𝑥)²
𝑠= √
𝑛−1
∑12 (100-34)2 +(80-34)2 +(60-34)2 +(64-34)2 +(40-34)2 +(20-34)2 +(13-34)2 +(9-34)2 +(9-34)2 +(6-34)2 +(2-34)2 +(1-34)2
s = √ i=1
12-1
12867
𝑠= √
11
𝑠 = √1170 = 34
94
95
Lampiran 2. (Lanjutan)
c. Menghitung z-score
𝑥−𝑥
𝑧=
𝑠
9 − 34
𝑧= = −0,72
34
∑12
i=1 30 + 24 + 30 + 30 + 45 + 30 + 186 + 190 + 188 + 124 + 179 + 200
x=
12
1256
x= = 105
12
95
96
Lampiran 2. (Lanjutan)
b. Standar Deviasi
∑𝑛𝑖=1(𝑥𝑖 − 𝑥)²
𝑠= √
𝑛−1
∑12 (30-105)2 + (24-105)2 + (30-105)2 + (30-105)2 + (45-105)2 + (30-105)2 +(186-105)2 +(190-105)2 +(188-105)2 +(124-105)2 +(179-105)2 +(200-105)2
S = √ i=1
12-1
68198
𝑠= √
11
𝑠 = √6200 = 79
c. Menghitung z-score
𝑥−𝑥
𝑧=
𝑠
35 − 105
𝑧= = −0,88
79
96
97
Lampiran 2. (Lanjutan)
∑12
i=1 310 + 296 + 205 + 210 + 130 + 150 + 80 + 90 + 60 + 70 + 89 + 90
x=
12
1780
x= = 148
12
b. Standar Deviasi
∑𝑛 (𝑥𝑖 − 𝑥)²
𝑠 = √ 𝑖=1
𝑛−1
∑12 (310-148)2 + (296-148)2 + (205-148)2 + (210-148)2 + (130-148)2 + (150-148)2 +(80-148)2 +(90-148)2 +(60-148)2 +(70-148)2 +(89-148)2 +(90-148)2
S = √ i=1
12-1
84230
𝑠= √
11
𝑠 = √7657 = 88
97
98
Lampiran 2. (Lanjutan)
c. Menghitung z-score
𝑥−𝑥
𝑧=
𝑠
115 − 148
𝑧= = −0,38
88
∑12
i=1 0 + 2 + 0 + 0 + 5 + 3 + 9 + 50 + 53 + 65 + 90 + 150
x=
12
420
x= = 36
12
98
99
Lampiran 2. (Lanjutan)
b. Standar Deviasi
∑𝑛 (𝑥𝑖 − 𝑥)²
𝑠 = √ 𝑖=1
𝑛−1
∑12 (0 − 36)2 + (2 − 36)2 + (0 − 36)2 + (0 − 36)2 + (5 − 36)2 + (3 − 36)2 + (9 − 36)2 + (50 − 36)2 + (53 − 36)2 + (65 − 36)2 + (90 − 36)2 + (150 − 36)2
𝑆 = √ 𝑖=1
12 − 1
1296 + 1156 + 1296 + 1296 + 961 + 1089 + 729 + 196 + 289 + 841 + 2916 + 12996
𝑠= √
12 − 1
25061
𝑠= √
11
𝑠 = √2278 = 48
c. Menghitung z-score
𝑥−𝑥
𝑧=
𝑠
10−36
𝑧= = −0,54
48
99
100
100
101
1. Kondisi Cuaca
a. Rata-Rata Kerugian
∑𝑛𝑖=1 𝑥𝑖
𝑥=
𝑛
∑12
𝑖=1 5.500.000 + 4.400.000 + 3.300.000 + 3.520.000 + 2.200.000 + 1.100.000 + 585.000 + 405.000 + 405.000 + 270.000 + 90.000 + 45.000
𝑥=
12
21.820.000
𝑥= = 𝑅𝑝 1.818.333
12
b. Standar Deviasi
∑𝑛 (𝑥𝑖 − 𝑥)²
𝑠 = √ 𝑖=1
𝑛−1
∑12 (5.500.000 − 1.818.333)2 + (4.400.000 − 1.818.333)2 + (3.300.000 − 1.818.333)2 + ⋯ ⋯ ⋯ + (90.000 − 1.818.333)2 + (45.000 − 1.818.333)2
𝑆 = √ 𝑖=1
12 − 1
40.017.666.666.668
𝑠= √
11
𝑠 = √3.637.969.696.970 = 1.907.346
101
102
Lampiran 4. (Lanjutan)
c. Value at Risk
𝑠
𝑉𝑎𝑅 = 𝑥̅ + 𝑧 ( )
√𝑛
1.907.346
𝑉𝑎𝑅 = 1.818.333 + 1,645 ( )
√12
𝑉𝑎𝑅 = 1.818.333 + 1,645 (550.603)
∑𝑛𝑖=1 𝑥𝑖
𝑥=
𝑛
∑12
i=1 1.650.000+1.320.000+1.650.000+1.650.000+2.475.000+1.650.000 + 8.370.000 +8.550.000+8.460.000+5.580.000+8.055.000+9.000.000
x=
12
58.410.000
𝑥= = 𝑅𝑝 4.867.000
12
102
103
Lampiran 4. (Lanjutan)
b. Standar Deviasi
∑𝑛𝑖=1(𝑥𝑖 − 𝑥)²
𝑠= √
𝑛−1
∑12 (1.650.000 − 4.867.500)2 + (1.320.000 − 4.867.500)2 + (1.650.000 − 4.867.500)2 + ⋯ ⋯ + (8.055.000 − 4.867.500)2 + (9.000.000 − 4.867.500)2
𝑆 = √ 𝑖=1
12 − 1
126.197.775.000.000
𝑠= √
11
𝑠 = √11.472.525.000.000 = 3.387.112
c. Value at Risk
𝑠
𝑉𝑎𝑅 = 𝑥̅ + 𝑧 ( )
√𝑛
3.387.112
𝑉𝑎𝑅 = 4.867.500 + 1,645 ( )
√12
𝑉𝑎𝑅 = 4.867.500 + 1,645 (977.775)
103
104
Lampiran 4. (Lanjutan)
∑𝑛𝑖=1 𝑥𝑖
𝑥=
𝑛
∑12
i=1 17.050.000+16.280.000+11.275.000+11.550.000+7.150.000+8.250.000 + 3.600.000 +4.050.000+2.700.000+3.150.000+4.005.000+4.050.000
x=
12
93.110.000
𝑥= = 𝑅𝑝 7.759.167
12
b. Standar Deviasi
∑𝑛 (𝑥𝑖 − 𝑥)²
𝑠 = √ 𝑖=1
𝑛−1
∑12 (17.050.000 − 7.759.167)2 + (16.280.000 − 7.759.167)2 + (11.275.000 − 7.759.167)2 + ⋯ ⋯ + (4.005.000 − 7.759.167)2 + (4.050.000 − 7.759.167)2
𝑆 = √ 𝑖=1
12 − 1
292.015.541.666.668
𝑠= √
11
𝑠 = √26.546.867.424.243 = 5.152.365
104
105
Lampiran 4. (Lanjutan)
c. Value at Risk
𝑠
𝑉𝑎𝑅 = 𝑥̅ + 𝑧 ( )
√𝑛
5.152.365
𝑉𝑎𝑅 = 7.759.167 + 1,645 ( )
√12
𝑉𝑎𝑅 = 7.759.167 + 1,645 (1.487.360)
∑𝑛𝑖=1 𝑥𝑖
𝑥=
𝑛
∑12
𝑖=1 110.000 + 275.000 + 1.65.000 + 405.000 + 2.250.000 + 2.385.000 + 2.925.000 + 4.050.000 + 6.750.000
𝑥=
12
19.315.000
𝑥= = 𝑅𝑝 2.146.111
12
105
106
Lampiran 4. (Lanjutan)
b. Standar Deviasi
∑𝑛𝑖=1(𝑥𝑖 − 𝑥)²
𝑠= √
𝑛−1
∑9𝑖=1(110.000 − 2.146.111)2 + (275.000 − 2.146.111)2 + (165.000 − 2.146.111)2 + ⋯ ⋯ + (4.050.000 − 2.146.111)2 + (6.750.000 − 2.146.111)2
𝑆 = √
9−1
40.098.188.888.889
𝑠= √
8
𝑠 = √5.012.273.611.11 = 2.238.811
c. Value at Risk
𝑠
𝑉𝑎𝑅 = 𝑥̅ + 𝑧 ( )
√𝑛
2.238.811
𝑉𝑎𝑅 = 2.146.111 + 1,645 ( )
√12
𝑉𝑎𝑅 = 7.759.167 + 1,645 (746.270)
𝑉𝑎𝑅 = 7.759.167 + 1.227.615 = 𝑅𝑝 3.373.726
106
107
Jumlah
Periode Anggrek Harga (Rp) Kerugian (Rp)
(Pot)
1 Januari-Juni 2007 100 55.000 5.500.000
2 Juni-Desember 2007 80 55.000 4.400.000
3 Januari-Juni 2008 60 55.000 3.300.000
4 Juni-Desember 2008 64 55.000 3.520.000
5 Januari-Juni 2009 40 55.000 2.200.000
6 Juni-Desember 2009 20 55.000 1.100.000
7 Januari-Juni 2010 13 45.000 585.000
8 Juni-Desember 2010 9 45.000 405.000
9 Januari-Juni 2011 9 45.000 405.000
10 Juni-Desember 2011 6 45.000 270.000
11 Januari-Juni 2012 2 45.000 90.000
12 Juni-Desember 2012 1 45.000 45.000
Jumlah 21.820.000
Rata-rata 1.818.333
Standar Deviasi 1.907.346
z 1,645
VaR (Rp) 2.724.076
Keterangan:
z: Nilai tabel z dari galat eror yaitu 5 % atau 0,05
108
Lampiran 5. (Lanjutan)
Jumlah
Harga Kerugian
Periode Anggrek
(Rp) (Rp)
(Pot)
1 Januari-Juni 2007 30 55.000 1.650.000
2 Juni-Desember 2007 24 55.000 1.320.000
3 Januari-Juni 2008 30 55.000 1.650.000
4 Juni-Desember 2008 30 55.000 1.650.000
5 Januari-Juni 2009 45 55.000 2.475.000
6 Juni-Desember 2009 30 55.000 1.650.000
7 Januari-Juni 2010 186 45.000 8.370.000
8 Juni-Desember 2010 190 45.000 8.550.000
9 Januari-Juni 2011 188 45.000 8.460.000
10 Juni-Desember 2011 124 45.000 5.580.000
11 Januari-Juni 2012 179 45.000 8.055.000
12 Juni-Desember 2012 200 45.000 9.000.000
Jumlah 58.410.000
Rata-rata 4.867.500
Standar Deviasi 3.387.112
z 1,645
VaR (Rp) 6.475.940
Keterangan:
z: Nilai tabel z dari galat eror yaitu 5 % atau 0,05
109
Lampiran 5. (Lanjutan)
Jumlah
Harga Kerugian
No Periode Anggrek
(Rp) (Rp)
(Pot)
1 Januari-Juni 2007 310 55.000 17.050.000
2 Juni-Desember 2007 296 55.000 16.280.000
3 Januari-Juni 2008 205 55.000 11.275.000
4 Juni-Desember 2008 210 55.000 11.550.000
5 Januari-Juni 2009 130 55.000 7.150.000
6 Juni-Desember 2009 150 55.000 8.250.000
7 Januari-Juni 2010 80 45.000 3.600.000
8 Juni-Desember 2010 90 45.000 4.050.000
9 Januari-Juni 2011 60 45.000 2.700.000
10 Juni-Desember 2011 70 45.000 3.150.000
11 Januari-Juni 2012 89 45.000 4.005.000
12 Juni-Desember 2012 90 45.000 4.050.000
Total Jumlah 93.110.000
Rata-rata 7.759.167
Standar Deviasi 5.152.365
z 1,645
VaR (Rp) 10.205.873
Keterangan:
z: Nilai tabel z dari galat eror yaitu 5 % atau 0,05
110
Lampiran 5. (Lanjutan)
Jumlah
Harga Kerugian
Periode Anggrek
(Rp) (Rp)
(Pot)
2 Juni-Desember 2007 2 55.000 110.000
5 Januari-Juni 2009 5 55.000 275.000
6 Juni-Desember 2009 3 55.000 165.000
7 Januari-Juni 2010 9 45.000 405.000
8 Juni-Desember 2010 50 45.000 2.250.000
9 Januari-Juni 2011 53 45.000 2.385.000
10 Juni-Desember 2011 65 45.000 2.925.000
11 Januari-Juni 2012 90 45.000 4.050.000
12 Juni-Desember 2012 150 45.000 6.750.000
Jumlah 19.315.000
Rata-rata 2.146.111
Standar Deviasi 2.238.811
z 1,645
VaR (Rp) 3.373.726
Keterangan:
z: Nilai tabel z dari galat eror yaitu 5 % atau 0,05
111
1. Rata-Rata Probabilitas
∑𝑛𝑖=1 𝑝𝑟𝑜𝑏𝑎𝑏𝑖𝑙𝑖𝑡𝑎𝑠
𝑥=
𝑛
2. Rata-Rata Dampak
∑𝑛𝑖=1 𝑑𝑎𝑚𝑝𝑎𝑘
𝑥=
𝑛
Lampiran 8. Dokumentasi
Lampiran 8. (Lanjutan)
s : Standar deviasi
115
116
116