Anda di halaman 1dari 116

1

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Di Indonesia pertanian menjadi sektor yang memiliki peran penting dalam
perkembangan ekonomi nasional. Sektor pertanian mampu mendapat keuntungan
dan memiliki potensi besar dalam meningkatkan pendapatan Indonesia. Beberapa
produk pertanian Indonesia merupakan produk-produk andalan ekspor, oleh
karena itu upaya peningkatan dan pengembangan produk pertanian diharapkan
dapat meningkatkan stabilitas ekonomi. Salah satu sektor pertanian yang menjadi
pusat perhatian adalah sektor hortikultura. Hortikultura merupakan komoditas
yang akan memiliki keunggulan dalam pemulihan perekonomian Indonesia waktu
mendatang. Akhir-akhir ini tanaman hortikultura mendapatkan perhatian lebih
dari pemerintah. Tanaman hortikultura memperoleh perhatian lebih karena telah
membuktikan bahwa tanaman hotikultura dapat dipakai sebagai sumber
pertumbuhan baru di sektor pertanian (Soekartawi, 1996). Hal ini dapat dilihat
pada Tabel 1.

Tabel 1. Nilai Ekspor Komoditas Hortikultura Indonesia

Nilai Ekspor (000 US $)


No Komoditas
2009 2010 2011 2012
1. Sayuran 3391,403 2612,131 1267,763 1386,233
2. Buah 839,533 478,82 769,022 347,458
3. Tanaman Hias 8,717 9,042 18,155 298,261
Total 4239,653 3099,993 2054,94 2031,952
Sumber Data: Data Sekunder. Deptan (2012). Diolah 2013

Komoditas hortikultura yang terdiri dari buah-buahan, sayuran, dan


tanaman hias yang mempunyai potensi besar untuk dikembangkan sebagai usaha
agribisnis. Dari keempat jenis komoditi hortikultura tersebut, tanaman hias
mengalami peningkatan cukup signifikan dalam memberikan nilai ekspor. Pada
Tabel 1 juga dijelaskan nilai ekspor dari subsektor hortikultura pada tahun 2012
mencapai US$ 298261 dan kontribusi dari tanaman hias mencapai US$ 334.175
subsektor hortikultura.
Tanaman hortikultura memiliki nilai estetika yang tinggi khususnya
tanaman hias, yang menjadikan tanaman hias permintaannya meningkat setiap

1
2

tahunnya. Selain memiliki estetika yang tinggi, tanaman hias bisa menghasilkan
rupiah yang tidak sedikit. Anggrek merupakan salah satu tanaman hias yang
eksklusif dari banyaknya jenis tanaman hias. Meskipun harga mahal tanaman
anggrek tidak pernah kehilangan peminat. Hal ini terbukti dari peningkatan
produksi tanaman anggrek daripada tanaman hias lainnya. Penjelasan
selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Produksi Tanaman Hias di Indonesia Tahun 2007-2011

Tahun Pertumbuhan
No. Komoditas (%)
2007 2008 2009 2010 2011
1 Anggrek 9.484 15.309 16.205 14.050 15.490 10,25
2 Anthurium 2.198 2.627 3.833 7.655 4.724 -38,28
3 Anyelir 1.901 3.024 5 .320 7.607 5.130 -32,56
4 Gladiol 11.271 8.581 9 .775 10.064 5 .448 -45,86
5 Mawar 59.492 39.265 60.191 82.351 74.319 -9,75
6 Sedap Malam 21.687 25.598 51.047 59.298 62.535 5,46
Sumber Data: Data Sekunder. BPS dan Direktorat Jenderal Hortikultura (2011)

Bedasarkan Tabel 2, dibandingkan dengan tanaman hias lainya,


pertumbuhan produksi anggrek cukup signifikan mencapai 10,25%. Selain itu
tingkat penerimaan masyarakat yang tinggi menjadikan anggrek sebagai salah
satu tanaman hias yang mempunyai keunggulan komparatif, yaitu
keanekaragaman ukuran, bentuk dan warna yang unik dengan daya tahan
kesegaran yang cukup panjang dan harga yang membumbung tinggi juga menjadi
alasan bagi para petani untuk mengusahakan komoditas agribisnis ini secara
intensif.
Permintaan anggrek yang terus meningkat disebabkan karena berbagai
keperluan seperti upacara keagamaan, hiasan dan dekorasi ruangan, ucapan
selamat serta untuk ungkapan dukacita. Hongkong, Singapura dan Amerika
Serikat merupakan negara yang banyak mengimpor anggrek asal Indonesia,
karena bunga anggrek Indonesia memiliki keunikan warna dan bentuk yang
berbeda dengan anggrek manapun di dunia selain itu umur simpan bunga segar
lebih panjang. Sebagai negara yang memiliki jumlah varian anggrek terbanyak
dan memiliki kontribusi besar terhadap penyediaan anggrek, tentu saja hasil
tersebut menjadikan Indonesia yang mempunyai prospek untuk dikembangkan.
3

Sehingga menarik minat petani serta pengusaha untuk membudidayakan anggrek


secara komersial.
Seluruh daya tarik tersebut menjadikan anggrek sebagai komoditas
agribisnis unggul dan memungkinkan adanya perbaikan tata perekonomian
Indonesia, khususnya dari bidang pertanian. Penerapan sistem agribisnis akan
mendorong partisipasi aktif petani dalam menerapkan teknologi inovatif secara
dinamis untuk menghasilkan anggrek yang berdaya saing tinggi. Hal ini akan
berdampak positif terhadap kontinuitas produksi dan pemasaran hasil. Pada
gilirannya petani akan memperoleh pendapatan yang lebih tinggi dan
kesejahteraan yang lebih baik dibandingkan dengan kondisi saat ini dan masa lalu.
Pengembangan usahatani anggrek akan berhasil apabila mampu mengelola
usahanya dengan baik. Pengelolaan usahatani anggrek harus didukung dengan
kemampuan manajemen yang baik, mulai dari manajemen produksi, keuangan,
sumberdaya manusia, dan manajemen pemasaran. Produsen sebagai pengambil
keputusan bisnis harus memiliki kompetensi yang baik untuk mengelola seluruh
perusahaan, yang akan berpengaruh besar terhadap keberhasilan usahanya.
Usahatani anggrek biasanya terdapat beberapa kendala yang menjadi hambatan
karena anggrek memiliki karakteristik yang berbeda dengan tanaman hias lainnya.
Pengusahaan budidaya anggrek membutuhkan waktu yang lama mulai dari
pembibitan sampai tanaman mulai berbunga yaitu kurang lebih dua tahun, selain
itu dibutuhkan pemeliharaan khusus serta pengelolaan risiko produksi yang tepat
agar pengusahaan anggrek untuk menghasilkan produk yang berkualitas dan
menguntungkan. Risiko yang sering ditemukan dalam usahatani anggrek adalah
risiko produksi, dan risiko penjualan jadi pelaku bisnis ini harus disertai dengan
pengetahuan dan kemampuan dalam meminimalkan risiko.
Kemampuan mengelola risiko yang baik sangat diperlukan pelaku bisnis
untuk meminimalkan risiko, sehingga usaha ini dapat berpengaruh besar terhadap
keberhasilan usahanya dan memberikan keuntungan sesuai yang diharapkan.
Manajemen risiko adalah alat bantu bagi pelaku bisnis dalam proses pengambilan
keputusan. Manajemen yang diterapkan haruslah efektif agar tujuan perusahaan
dapat tercapai. Sumber-sumber risiko yang biasa dihadapi dalam agribisnis
anggrek adalah risiko yang terjadi selama produksi, risiko penjualan, risiko
4

kelembagaan, dan risiko finansial. Beberapa faktor yang menyebabkan agribisnis


anggrek ini menghadapi tingkat sumber risiko yang cukup tinggi antara lain
sumber risiko dari produksi dan penjualan.
Sumber risiko yang dihadapi dalam agribisnis anggrek di Srigading antara
lain sumber risiko yang berasal dari proses produksi dan sumber risiko yang
berasal dari proses penjualan. Risiko yang terjadi selama proses penjualan adalah
risiko kematian anggrek, rendahnya mutu, dan rendahnya produktivitas. Untuk
sumber-sumber yang mempengaruhi risiko dalam proses produksi anggrek adalah
cuaca yang tidak menentu, hama penyakit, dan kontaminasi alat dan kerusakan
bangunan, serta perbedaan iklim. Sedangkan risiko selama proses penjualan
anggrek diantaranya adalah anggrek yang tidak dapat dijual yang disebabkan
permintaan rendah, persaingan, kurangnya promosi, flutuasi harga jual dan
perubahan selera masyarakat.
Probabilitas adalah kemungkinan akan terjadinya risiko. Semakin besar
probabilitas dari sumber risiko, maka semakin besar risiko yang dihadapi. Setelah
mengetahui probabilitas dan dampak kerugian risiko yang terjadi maka perlu
dilakukan pengendalian risiko untuk meminimalkan risiko tersebut, sehingga
agribisnis anggrek di Srigading Orchids dapat berhasil dan memberikan
keuntungan sesuai yang diharapkan. Probabilitas dan dampak merupakan faktor
penting dalam pengukuran risiko, dengan mengetahui probabilitas dan dampak
dari risiko tersebut maka dapat diketahui sumber risiko yang akan menimbulkan
kerugian terbesar, sehingga dapat dilakukan pengendalian terhadap risiko tersebut
terlebih dahulu
Dari uraian di atas diketahui bahwa usaha anggrek mulai berkembang
dengan banyaknya permintaan baik dalam negeri atau luar negeri, dengan banyak
kelebihan yang dimiliki oleh anggrek yang lain menjadikan anggrek tanaman hias
unggul dibandingkan tanaman hias lainnya. Tetapi dalam proses produksi anggrek
sangat rentan terhadap risiko. Adanya risiko hasil produksi anggrek menimbulkan
ketidakpastian terhadap keuntungan yang akan diperoleh, sehingga manajemen
risiko penting untuk dilakukan dimulai dari mengidentifikasi sumber-sumber
risiko yang muncul, besar probabilitas dan dampak hingga menyiapkan
pengendalian atau respons terhadap risiko dalam agribisnis anggrek.
5

1.2 Perumusan Masalah


Usahatani anggrek mempunyai potensi untuk berkembang,s dan untuk dapat
memenuhi peluang di pasar kota Malang perlu dilakukan terobosan baru berupa
menciptakan tanaman anggrek spesies baru. Salah satu usahatani anggrek yang
ada dimalang dan sudah menciptakan spesies baru adalah Srigading Orchids.
Srigading Orchids merupakan usahatani anggrek yang bergerak dibidang
pembibitan dan produksi tanaman anggrek di Jawa Timur. Srigading Orchids
merupakan usahatani anggrek yang sudah memiliki jaringan distribusi yang cukup
luas terbukti dengan banyaknya pemesanan anggrek hingga ke Bogor. Tetapi saat
menjalankan agribisnis anggrek, Srigading Orchids juga menghadapi beberapa
risiko dalam menjalankan usahanya.
Risiko yang muncul pada agribisnis anggrek dapat disebabkan dari risiko
selama proses produksi dan risiko pada proses penjualan. Sumber risiko yang
berasal dari risiko produksi antara lain faktor kontaminasi alat dan kerusakan
bangunan, cuaca, hama penyakit tanaman yang bisa menyebabkan kematian
anggrek. Risiko yang berasal dari produksi merupakan risiko yang berpengaruh
signifikan bagi usaha anggrek Srigading Orchids. Pertama sumber risiko yang
berasal dari produksi adalah perubahan cuaca yang semakin tidak menentu.
Perubahan cuaca yang tidak menentu juga akan sangat berpengaruh terhadap
pertumbuhan bunga anggrek. Sepanjang siang tanaman anggrek melakukan
fotosintesis dengan cahaya matahari untuk menghasilkan energi membangun
tubuh tanaman, memperbaiki bagian-bagian tanaman yang rusak dan untuk
menyimpan makanan. Tetapi jika terlalu banyak sinar matahari akan
menyebabkan daun menjadi layu dan gosong. Begitu juga jika musim hujan, air
hujan merupakan salah satu air yang baik untuk menyiram anggrek, tetapi tidak
boleh berlebihan karena akan menjadi lembab dan anggrek tidak menyenangi
kondisi yang lembab. (Sarwono, 2004). Sumber risiko produksi selain cuaca
adalah hama penyakit tanaman. Salah satu penyebab rentannya anggrek terhadap
hama penyakit tanaman adalah karena perubahan cuaca dan iklim yang tidak
menentu. Tanda umum serangan hama penyakit tanaman antara lain menyebabkan
perubahan warna bunga, bentuk bunga, ukuran bunga, terhambatnya pertumbuhan
serta menghasilkan produksi bunga yang rendah dibandingkan tanaman yang
sehat.
6

Faktor risiko yang muncul dari proses penjualan dapat disebabkan oleh
permintaan rendah, daya beli masyarakat, pesaing, kurangnya promosi serta
fluktuasi harga jual. Disisi lain ketidakpastian harga jual juga sulit di prediksi
secara tepat, mengingat begitu rumit faktor yang menyebabkan fluktuasi harga.
Adanya spekulasi pedagang yang cenderung ingin memperoleh keuntungan besar
merupakan faktor yang berpengaruh terhadap turun naiknya harga. Fluktuasi
harga juga merupakan peluang, misalnya dengan melakukan penyimpanan dalam
jangka waktu tertentu untuk mendapatkan harga yang lebih baik, tetapi
penyimpanan juga mengandung risiko yaitu risiko yang berhubungan dengan
perubahan harga, menurunnya kualitas dan berkurangnya jumlah barang. Jadi
fluktuasi harga merupakan suatu peluang untuk mendapatkan keuntungan yang
lebih tetapi penyimpanan juga dapat memiliki kemungkinan rugi (Soekartawi dkk,
1993).
Probabilitas adalah kemungkinan seberapa besar suatu kejadian akan
menimbulkan risiko yang mungkin akan terjadi. Semakin besar probabilitas dari
kejadian risiko, maka semakin besar risiko yang dihadapi. Setelah mengetahui
probabilitas dan dampak kerugian risiko yang terjadi maka perlu dilakukan
pengendalian risiko untuk meminimalkan risiko tersebut, sehingga agribisnis
anggrek di Srigading Orchids dapat berhasil dan memberikan keuntungan sesuai
yang diharapkan. Probabilitas dan dampak merupakan faktor penting dalam
pengukuran risiko, dengan mengetahui probabilitas dan dampak dari risiko
tersebut maka dapat diketahui sumber risiko yang akan menimbulkan kerugian
terbesar, sehingga dapat dilakukan pengendalian terhadap risiko tersebut terlebih
dahulu. Manajemen risiko merupakan alat bantu bagi pelaku bisnis dalam proses
pengambilan keputusan sehingga produsen mampu mengatasi risiko-risiko yang
terjadi waktu mendatang. Penanganan risiko dapat dianggap sebagai salah satu
fungsi dari manajemen.
7

Berdasarkan uraian di atas, maka pertanyaan penelitian yang dapat diangkat


dalam penelitian ini adalah:
1. Apa saja sumber-sumber risiko agribisnis anggrek di Srigading Orchids?
2. Bagaimana probabilitas terjadinya risiko agribisnis anggrek di Srigading Orchids?
3. Bagaimana dampak kerugian yang ditimbulkan sumber risiko agribisnis anggrek di
Srigading Orchids?
4. Bagaimana manajemen risiko agribisnis anggrek di Srigading Orchids?

1.3 Tujuan Penelitian


Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah, maka tujuan dari
penelitian ini adalah:
1. Mengidentifikasi sumber-sumber risiko agribisnis anggrek di Srigading Orchids.
2. Menganalisis probabilitas terjadinya risiko agribisnis anggrek di Srigading Orchids.
3. Menganalisis dampak kerugian yang ditimbulkan sumber risiko agribisnis anggrek
di Srigading Orchids.
4. Mengidentifikasi manajemen risiko agribisnis anggrek di Srigading Orchids.

1.4 Kegunaan Penelitian


Penelitian ini diharapkan mempunyai beberapa kegunaan, yaitu:
1. Penelitian ini diharapkan berguna sebagai masukan dan pertimbangan bagi
perusahaan khususnya dalam pengambilan kebijakan dan keputusan dalam
manajemen risiko agar tepat sasaran.
2. Sebagai bahan informasi yang bisa menunjang penelitian selanjutnya
khususnya berkaitan dengan analisis risiko.
8

II. KERANGKA KONSEP PENELITIAN

2.1 Kerangka Teoritis


Anggrek merupakan salah satu komoditas unggulan pertanian yang
memiliki nilai ekonomi tinggi. Produksi anggrek di Indonesia pada tahun
1997−2002 saat krisis ekonomi melanda Indonesia mengalami penurunan. Seiring
dengan membaiknya kondisi perekonomian sekitar tahun 2003 perkembangan
anggrek mulai menunjukkan peningkatan, namun mulai tahun 2007 menurun
kembali dan meningkat kembali sampai 2011 dengan perkembangan sebesar
10,25% (Deptan, 2011). Potensi Indonesia di dunia juga mempunyai harapan baik,
selain mempunyai nilai ekonomis yang tinggi, anggrek juga memiliki peluang
pasar yang luas, bisa dijual dalam bentuk bibit dalam botol, kompot, tanaman hias
pot, juga sebagai bunga potong, parsel bunga dan rangkaian bunga. Potensi itu
ditunjang oleh kecocokan iklim Indonesia dan sudah terbukti anggrek Indonesia
merupakan bahan indukan untuk mendapatkan silangan berpotensi tinggi untuk
menghasilkan spesies baru. Kota Malang memiliki potensi baik dalam usahatani
anggrek karena kota Malang merupakan daerah yang bersuhu 25-30º C dengan
sirkulasi udara yang baik yang cocok untuk pertanian anggrek ditunjang dengan
fasilitas yang lengkap dan banyaknya lembaga riset, yang mendukung jalannya
agribisnis anggrek di Malang. Berdasarkan hal tersebut, dapat disimpulkan bahwa
anggrek seharusnya memiliki prospek yang baik untuk dikembangkan di Malang.
Saat ini di Malang semakin banyak pengembang anggrek baru yang
diharapkan dapat menjadi pelaku usaha pendukung untuk perkembangan anggrek
dimasa mendatang khususnya untuk kota Malang. Tekanan akibat banyaknya
anggrek-anggrek impor tentunya tidak akan melemahkan kondisi anggrek dalam
negeri akan tetapi justru menjadi pemacu bagi penggemar dan penyilang untuk
mengembangkan kreativitas dalam meningkatkan kualitas anggrek (Adisarwanto,
2005). Potensi tanaman anggrek di Malang sangat tinggi, dimulai dari jenis
tanaman anggrek yang melimpah, kondisi alam, tanah dan iklim yang
mendukung, dan ketersediaan tenaga kerja yang cukup
Srigading Orchids merupakan salah satu perusahaan agribisnis yang
mengusahakan komoditas anggrek. Srigading orchids merupakan sebuah

8
9

perusahaan produsen dan distributor tanaman anggrek yang berdiri pada tahun
2006, tetapi pemilik usaha anggrek Bapak Setyabudi telah menekuni anggrek
lebih dari 10 tahun dan telah menghasilkan ribuan bibit anggrek berkualitas
dengan perbanyakan anggrek secara vegetatif dan generatif. Langkah pertama
yang dilakukan dalam penelitian ini adalah mengidentifikasi risiko. Identifikasi
risiko yang berasal dari proses produksi dan penjualan ini dilakukan mulai dari
proses persilangan hingga penjualan. Dalam menjalankan bisnis Srigading
Orchids juga menghadapi risiko, yaitu risiko yang berasal dari proses produksi
dan risiko yang berasal dari proses penjualan.
Mengidentifikasi risiko produksi dilakukan karena produksi tanaman hias
anggrek membutuhkan waktu lama (1 - 2 tahun) hingga menghasilkan bunga.
Selain itu, anggrek merupakan tanaman yang membutuhkan ketelitian dan
kedisplinan agar anggek tidak mengalami kegagalan atau mengalami kematian.
Kematian anggrek akan berdampak langsung terhadap pendapatan yang diterima
oleh Srigading Orchids, sehingga perlu dilakukan identifikasi sumber risiko yang
berasal selama produksi. Sumber-sumber yang menyebabkan kematian anggrek di
Srigading Orchids antara lain cuaca, hama penyakit tanaman, serta kontaminasi
alat dan kerusakan bangunan.
Risiko yang berasal dari proses penjualan. Penjualan hasil produksi di
Srigading Orchids selanjutnya didistribusikan kepada pelanggan, baik pelanggan
dalam kota maupun luar kota. Pelanggan Srigading Orchids merupakan pengusaha
penghasil, pembesaran anggrek (grower) ataupun pengusaha pembungaan
anggrek (flowering). Pelanggan anggrek di Srigading Orchids biasanya membeli
anggrek botolan dalam jumlah besar namun Srigading Orchids juga melayani
pembelian dalam jumlah kecil dan juga melayani pembelian selain anggrek
botolan. Tanaman anggrek botolan dipasarkan di dalam maupun di luar kota,
jumlah yang dipasarkan biasanya berdasarkan pesanan. Saat ini terjadi penurunan
permintaan anggrek di Srigading Orchids. Penurunan permintaan anggrek ini
mengakibatkan anggrek yang tidak terjual yang berdampak langsung terhadap
kerugian anggrek. Sehingga sangat penting dilakukan identifikasi risiko selama
penjualan. Dalam proses penjualan terdapat sumber risiko yaitu permintaan
rendah, perubahan selera masyarakat dan faktor-faktor lainnya. Dalam
10

menjalankan usahanya Srigading Orchids juga dihadapkan pada perubahan


kondisi pasar. Kondisi ini berdampak langsung terhadap perkembangan usaha.
Srigading Orchids menyebutkan bahwa pada awal pendirian perusahaan pada
tahun 2006 hingga tahun 2009 merupakan periode keemasan bagi para pebisnis
anggrek, terbukti pada tahun tersebut ada banyak pengusaha-pengusaha anggrek
baru yang muncul dan ikut meramaikan industri anggrek. Srigading Orchids juga
sempat merasakan pertumbuhan industri anggrek tersebut. Puncak pertumbuhan
pasar tanaman anggrek terjadi pada tahun 2009 pada saat usaha tanaman hias
lainnya seperti anthurium tinggi permintaannya. Akan tetapi, sejak akhir tahun
2009 pasar tanaman hias dan anggrek dalam negeri mulai berkurang. Salah satu
faktor menurunnya pasar anggrek ini disebabkan perubahan gaya hidup
masyarakat. Fenomena ini juga berdampak secara langsung kepada Srigading
Orchids. Namun risiko selama penjualan tidak di analisis berdasarkan sumber
risiko, karena untuk menganalisis berdasarkan sumber risiko penjualan
dibutuhkan waktu yang panjang. Sehingga analisis risiko penjualan tidak
berdasarkan sumber risiko.
Setelah mengetahui risiko yang terjadi kemudian dilakukan analisis
probabilitas sumber risiko yang berasal dari produksi dan yang berasal dari
penjualan. Analisis probabilitas ini dilakukan untuk mengetahui mana saja sumber
risiko yang probabilitas terjadinya kecil dan mana sumber risiko yang probabilitas
terjadinya besar, sehingga kemudian dapat ditentukan prioritas dalam menangani
sumber risiko tersebut. Selain itu, mengetahui besarnya probabilitas terjadinya
risiko dapat digunakan juga sebagai petunjuk strategi untuk menangani sumber
risiko. Perhitungan analisis probabilitas adalah dengan menggunakan metode z-
score. Masing-masing sumber risiko dihitung dengan metode z-score dengan
mencari rata-rata dari semua periode, selanjutnya mencari standar deviasi lalu
mencari nilai z-score dan tahap yang terakhir mencari nilai z-score di tabel
distribusi z.
Tahap selanjutnya adalah menganalisis dampak kerugian yang ditimbulkan
akibat terjadinya sumber risiko. Sumber-sumber risiko yang berasal dari proses
produksi dan penjualan yang telah teridentifikasi di Srigading Orchids akan
berdampak negatif bagi kelangsungan usaha agribisnis anggrek ini. Dampak
11

negatif tersebut dapat berupa kerugian finansial. Dengan demikian apabila terjadi
risiko yang terjadi selama proses produksi dan penjualan yang diakibatkan oleh
sumber-sumber risiko yang telah teridentifikasi, kerugian yang diderita dapat
diperkirakan. Perhitungan dampak risiko yang terjadi di Srigading Orchids
dilakukan dengan menggunakan metode Value at Risk (VaR). Perhitungan yang
dilakukan terhadap dampak risiko yang berasal dari proses produksi dan dampak
risiko yang berasal selama proses penjualan yang terjadi di Srigading Orchids
menggunakan tingkat keyakinan 95% dan 5% sisanya adalah galat atau error.
Masing-masing sumber risiko dihitung dengan metode z-score dengan mencari
rata-rata dari semua periode, selanjutnya mencari standar deviasi lalu mencari
nilai z dari galat error yaitu 0,05 yaitu 1,645 yang merupakan nilai tetap untuk
mencari Value at Risk masing-masing sumber risiko.
Langkah yang terakhir adalah mengidentifikasi manajemen risiko yang
terjadi selama proses produksi dan penjualan anggrek yang diterapkan untuk
mengatasi risiko yang dihadapi Srigading Orchids. Urutan proses yang akan
dilakukan sebelum merumuskan strategi penanganan risiko adalah melakukan
pengukuran risiko sehingga akan menghasilkan status risiko dan peta risiko.
Sebelum dapat menangani risiko, terlebih dahulu yang perlu dilakukan adalah
membuat status risiko. Status risiko adalah ukuran yang menunjukkan tingkatan
risiko dari beberapa sumber risiko produksi yang telah terlebih dahulu
diidentifikasi. Dari status risiko akan diketahui mana risiko-risiko yang paling
besar sampai yang paling kecil. Status risiko hanya menggambarkan urutan risiko
dari yang paling berisiko sampai yang paling tidak berisiko. Selain itu, status
risiko juga untuk memperkirakan penempatan sumber-sumber risiko pada peta
risiko. Status risiko didapat dari perkalian antara probabilitas dengan dampak.
Langkah selanjutnya adalah membuat peta risiko. Peta risiko adalah gambaran
tentang posisi risiko pada suatu peta. Sumbu vertikal merupakan probabilitas dan
horizontal merupakan dampak. Pada sumbu probabilitas dibagi menjadi dua
bagian yaitu probablitas besar dan probablitas kecil. Pada sumbu dampak juga
dibagi menjadi dua bagian yaitu dampak besar dan dampak kecil. Dengan batas
antara dampak dan probabilitas besar atau kecil ditetapkan oleh pemilik Srigading
Orchids.
12

Setelah melakukan analisis status risiko dan pemetaan risiko proses


selanjutnya yang harus dilakukan adalah mengidentifikasi strategi untuk
menangani risiko yang terjadi selama proses produksi dan penjualan yang terjadi
di Srigading Orchids. Strategi penanganan risiko selama proses produksi dan
penjualan yang terjadi di Srigading Orchids berdasarkan hasil pemetaan sumber-
sumber risiko dapat disesuaikan dengan posisi sumber-sumber risiko pada
kuadran peta risiko agar mendapatkan strategi penanganan yang tepat.
Berdasarkan peta risiko dapat diketahui strategi penanganan risiko seperti apa
yang paling tepat untuk diterapkan. strategi penanganan risiko dapat dilakukan
dengan dua cara yaitu strategi preventif dan strategi mitigasi. Strategi preventif
dilakukan untuk menghindari terjadinya risiko. Strategi preventif juga dilakukan
untuk sumber risiko yang tergolong dalam probabilitas yang besar yang mampu
memperkecil probabilitas terjadinya risiko. Sedangkan strategi mitigasi adalah
strategi penanganan risiko yang dimaksudkan untuk memperkecil dampak yang
ditimbulkan dari risiko. Strategi mitigasi dilakukan untuk sumber risiko yang
memiliki dampak cukup besar. Alur kerangka pemikiran dapat dilihat pada
Gambar 1.
13

Potensi tanaman anggrek

Srigading Orchids

Risiko

Identifikasi Risiko

Berasal dari Proses Berasal dari Proses


Penjualan Produksi

Risiko produksi disebabkan


Risiko penjualan yaitu oleh faktor cuaca, hama
penyakit kontaminasi alat
anggrek yang tidak
terjual dan kerusakan bangunan

Standar z:
Probabilitas terjadinya - Rata-rata kejadian risiko
Risiko (%) - Standar deviasi
- Z-score

Dampak Value at Risk


Risiko (Rp)

Manajemen risiko
diterapkan untuk mengatasi - Status Risiko
risiko yang dihadapi - Peta Risiko
Srigading Orchids

Mitigasi Preventif

Meminimalkan biaya risiko untuk mengoptimalkan pendapatan

Keterangan : : Alur Penelitian


: Metode Penelitian
: Proses dalam Mengidentifikasi

Gambar 1. Alur Kerangka Pemikiran Penelitian Analisis Risiko Agribisnis


di Srigading Orchids
14

2.2 Hipotesis Penelitian


Berdasarkan kerangka pemikiran yang telah diuraikan maka dalam
penelitian ini diajukan beberapa hipotesis untuk menjawab tujuan penelitian
kedua dan ketiga adalah sebagai berikut:
1. Diduga probabilitas terjadinya masing-masing sumber risiko agribisnis
anggrek di Srigading Orchids tinggi
2. Diduga dampak tingginya sumber-sumber risiko (kondisi cuaca, serangan
hama penyakit, kontaminasi alat dan kerusakan bangunan dan risiko
penjualan) agribisnis anggrek mengakibatkan pengurangan keuntungan.

2.3 Batasan Masalah


Agar dalam penulisan ini tidak terlalu luas maka perlu batasan
permasalahan. Adapun batasan tersebut adalah:
1. Studi kasus dari tempat penelitian ini hanya dibatasi pada Srigading Orchids.
2. Penelitian hanya terbatas pada 12 periode mulai dari tahun 2007 sampai tahun
2012.
3. Penelitian dibatasi pada sumber risiko yang berasal selama proses produksi
dan dari penjualan anggrek.
4. Penelitian hanya terbatas pada analisis, probabilitas, dampak dan manajemen
risiko dalam proses produksi dan penjualan anggrek di Srigading Orchids.

2.4 Definisi Operasional


Definisi Operasional merupakan penjelasan istilah-istilah dalam penelitian
untuk mendapatkan keseragaman pengertian istilah, definisi operasional dapat
dilihat pada tabel 3:
1. z-score merupakan metode yang digunakan untuk mengetahui kemungkinan
terjadinya risiko dapat di ukur dengan pengurangan risiko dengan rata-rata
kejadian risiko dibagi dengan standar deviasi (%).
2. Probabilitas merupakan kemungkinan atau peluang kejadian yang dapat
terjadi dalam suatu peristiwa tertentu (%).
3. Deskriptif merupakan mendeskripsikan seperangkat peristiwa atau kondisi.
4. VaR merupakan alat ukur dampak dan kerugian terbesar yang mungkin terjadi
dalam rentang waktu tertentu (Rp).
15

Tabel 3. Definisi Operasional

No. Konsep Dimensi Variabel Definisi Operasional


1. Risiko Produksi 1. Risiko produksi adalah risiko yang terjadi
selama proses produksi yaitu berupa kematian
- anggrek dan disebabkan oleh sumber risiko
kondisi cuaca, serangan hama penyakit, dan
kerusakan bangunan dan kontaminasi alat
Penjualan 2. Risiko Penjualan adalah risiko yang terjadi
selama proses penjualan yaitu anggrek yang
-
tidak terjual disebabkan oleh perubahan selera
masyarakat, kurangnya promosi, dan lain-lain.
2. Probabilitas 1. Kondisi Cuaca 𝑥: Rata-rata probabilitas 5. Probabilitas merupakan kemungkinan atau
Risiko 2. Serangan hama xi: Jumlah kematian anggrek per periode peluang kejadian yang dapat terjadi dalam suatu
penyakit n: periode peristiwa tertentu (%).
3. Kersakan s :Standar deviasi 6. Rata-rata probabilitas diukur dengan jumlah
bangunan & x : Batas normal jumlah kematian
kematian atau anggrek yang tidak terjual
kontaminasi alat anggrek (ditentukan oleh Srigading
Orchids) dibagi dengan jumlah periode.
Anggrek yang 𝑥: Rata-rata probabilitas 7. Standard deviation dapat diukur dari akar
tidak terjual xi: Jumlah anggrek yang tidak terjual per kuadrat dari nilai variance probabilitas.
periode. 8. z-score merupakan metode yang digunakan
n : periode untuk mengetahui kemungkinan terjadinya
s : Standar deviasi risiko dapat di ukur dengan pengurangan risiko
x : Batas normal jumlah anggrek yang
dengan rata-rata kejadian risiko dibagi dengan
tidak terjual (ditentukan Srigading
Orchids) standar deviasi (%).

15
16

Tabel 3. (Lanjutan)
No. Konsep Dimensi Variabel Definisi Operasional
3 Dampak 1. Kondisi Cuaca 𝑥: Rata-rata kerugian anggrek 1. Kerugian dapat diukur dengan perkalian antara
Risiko 2. Serangan hama x : Jumlah kematian anggrek per periode. jumlah kematian anggrek dengan harga
penyakit p : Harga anggrek per periode anggrek per periode (Rp)
3. Kersakan xi : Jumlah kerugian anggrek per 2. Harga adalah jumlah nilai pertukaran yang
bangunan & periode.
kontaminasi n : Periode diberikan pada suatu produk pada konsumen
alat 𝑧 : nilai tabel z dari galat eror (1,645) (Rp).
𝑠 : Standar deviasi kerugian 3. VaR merupakan alat ukur dampak dan
Anggrek yang 𝑥 : Rata-rata kerugian anggrek kerugian terbesar yang mungkin terjadi dalam
tidak terjual x : Jumlah anggrek yang tidak terjual per rentang waktu tertentu (Rp).
periode. 4. Rata-rata kerugian anggrek diukur dengan
p : Harga Anggrek per periode jumlah kematian atau anggrek yang tidak
xi : Jumlah Kerugian Anggrek Per
terjual dibagi dengan total periode.
Periode.
n : periode 5. Standard deviation dapat diukur dari akar
𝑧 : nilai tabel z dari galat eror (1,645) kuadrat dari nilai variance kerugian.
𝑠 : Standar deviasi kerugian
4 Manajemen Preventif 1. Strategi preventif merupakan strategi
Risiko pencegahan terjadinya risiko, dilakukan untuk
-
risiko yang tergolong dalam probabilitas risiko
yang besar
Mitigasi 2. Strategi mitigasi merupakan strategi
- penanganan risiko digunakan untuk
meminimalkan dampak risiko yang terjadi

16
17

III. METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penentuan Lokasi


Metode Penentuan tempat penelitian dilaksanakan dengan metode
purposive. Penentuan lokasi ini dilakukan atas pertimbangan bahwa Srigading
Orchids merupakan salah satu pengembangan anggrek yang berada di Kota
Malang yang memiliki data produksi dan penjualan. Selain itu atas pertimbangan
pemilik hanya menjalankan usaha agribisnis anggrek karena hobi tetapi telah
menghasilkan banyak bibit anggrek berkualitas dan telah berhasil mendaftarkan
beberapa hasil persilangan spesies anggrek baru ke internasional. Penelitian ini
dilakukan pada bulan April – Mei 2013.

3.2 Metode Penentuan Responden


Sebelum dilakukan pengambilan sampel terlebih dahulu dilakukan survei
pendahuluan, dari survei pendahuluan diperoleh keterangan bahwa jumlah
responden yang ada di Srigading Orchids berjumlah 3 orang yaitu karyawan dan
pemilik perusahaan. Penentuan responden dilakukan dengan melakukan
penggalian informasi langsung kepada pemilik Srigading Orchids. Penggunaan
informasi ini menggunakan metode key informan yang menjadikan pemilik usaha
Srigading Orchids sebagai sumber informasi utama untuk keperluan penelitian.

3.3 Metode Pengumpulan Data


Metode yang digunakan untuk pengumpulan data adalah dengan metode
wawancara dan pengamatan langsung. Data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari pemilik dan
karyawan perusahaan untuk mengetahui keadaan umum perusahaan, manajemen
perusahaan kegiatan produksi, yang dapat mengetahui risiko yang terjadi di
perusahaan dan penyebabnya serta mengetahui bagaimana proses penanganan
risiko yang selama ini dilakukan perusahaan.
Data sekunder diperoleh dari dokumentasi Srigading Orchids yaitu keadaan
umum perusahaan yang meliputi data luas lahan yang diusahakan, harga produk,
biaya-biaya yang dikeluarkan selama proses produksi berlangsung, jumlah
produksi yang dihasilkan, harga jual anggrek, laporan produksi serta laporan

17
18

anggrek yang tidak terjual serta data-data lainnya yang diperlukan dalam analisis
risiko, literatur dan instansi yang terkait seperti BPS, Departemen Pertanian,
Direktorat Budiadaya Tanaman Hias, Direktorat Jenderal Pengolahan dan
Pemasaran Tanaman Hias, perpustakaan Universitas Brawijaya, internet dan
literatur lain yang relevan.

3.4 Metode Analisis Data


Data yang telah dikumpulkan selanjutnya dilakukan pengolahan data. Data
primer dan data sekunder yang telah didapatkan kemudian diolah dan dianalisis
untuk mengetahui pengaruh risiko terhadap pendapatan dan strategi mengatasi
risiko yang diterapkan oleh usaha anggrek di Srigading Orchids.
Data dan informasi yang telah terkumpul diolah dengan bantuan beberapa
alat analisis. Analisis data yang dilakukan pada penelitian ini terdiri dari analisis
kualitatif dan analisis kuantitatif. Analisis kualitatif dilakukan melalui pendekatan
deskriptif. Analisis deskriptif digunakan untuk menjawab tujuan penelitian yang
pertama dan keempat, yaitu mengidentifikasi sumber-sumber risiko yang ada pada
agribisnis anggrek di Srigading Orchids dan alternatif manajemen risiko yang
diterapkan untuk mengatasi risiko yang dihadapi oleh agribisnis anggrek di
Srigading Orchids. Analisis kuantitatif digunakan untuk menjawab tujuan
penelitian yang kedua dan ketiga, yaitu menganalisis seberapa besar probability
dan dampak risiko produksi anggrek, data untuk analisis ini menggunakan data
kuantitatif. Sumber data kuantitatif adalah laporan biaya, penerimaan dan
pendapatan usaha dan harga anggrek per periode. Laporan ini dapat memberikan
informasi mengenai data yang dicari, karena penilaian risiko digunakan dengan
mengukur nilai penyimpangan terhadap return dari suatu asset. Return dihitung
dari rata-rata pendapatan bersih yang diterima agribisnis anggrek di Srigading
Orchids dari seluruh periode pengamatan yaitu sebanyak 12 periode (6 tahun
terakhir).

3.4.1 Analisis Deskriptif


Metode deskriptif adalah alat analisis untuk mendeskripsikan seperangkat
peristiwa atau kondisi. Analisis deskriptif digunakan untuk mengidentifikasi
sumber-sumber risiko dan alternatif manajemen risiko yang diterapkan oleh
19

agribisnis anggrek di Srigading Orchids untuk meminimalkan risiko dan


ketidakpastian yang dihadapi. Setelah mendapatkan sumber risiko kemudian perlu
mengidentifikasi manajemen risiko yang perlu diterapkan. Identifikasi ini
dilakukan untuk melihat apakah manajemen risiko yang diterapkan efektif untuk
meminimalkan risiko. Hal tersebut didasarkan pada tingkat risiko yang dihadapi
oleh Srigading Orchids.

3.4.2 Analisis Probabilitas Terjadinya Risiko


Risiko dapat diukur jika diketahui kemungkinan terjadinya risiko dan
besarnya dampak risiko terhadap perusahaan. Ukuran pertama dari risiko adalah
besarnya kemungkinan terjadinya yang mengacu pada seberapa besar probabilitas
risiko akan terjadi. Metode yang digunakan untuk mengetahui kemungkinan
terjadinya risiko adalah metode nilai standar atau z-score. Metode ini dapat
digunakan apabila ada data historis dan berbentuk kontinus (desimal). Pada
penelitian ini, yang akan dihitung adalah kemungkinan terjadinya risiko pada
kegiatan produksi adalah data produksi anggrek dari 12 periode terakhir.
Menurut Kountur (2008), langkah yang perlu dilakukan untuk melakukan
perhitungan kemungkinan terjadinya risiko menggunakan metode nilai standar
atau z-score. Langkah yang perlu dilakukan untuk melakukan perhitungan
probabilitas terjadinya risiko agribisnis anggrek Srigading Orchids adalah:
1. Menghitung Rata-Rata Jumlah Kematian dan Anggrek yang Tidak Terjual
Rumus yang digunakan untuk menghitung jumlah kematian dan anggrek
yang tidak terjual adalah:
∑𝑛𝑖=1 𝑥𝑖
𝑥=
𝑛
Keterangan:
𝑥 : Rata-rata probabilitas kematian anggrek dan anggrek yang tidak terjual
xi : Jumlah kematian dan anggrek yang tidak terjual per periode
n : Jumlah periode
20

2. Menghitung Nilai Standar Deviasi Dari Kejadian Berisiko Agribisnis


Anggrek
∑𝑛 (𝑥𝑖 − 𝑥)²
𝑠 = √ 𝑖=1
𝑛−1
Keterangan:
s : Standar deviasi probabilitas
𝑥 : Rata-rata probabilitas
xi : Jumlah kematian anggrek dan anggrek yang tidak terjual per periode
n : Jumlah periode

3. Menghitung z-score
𝑥−𝑥
𝑧=
𝑠
Keterangan :
z : Nilai z-score dari kematian anggrek dan anggrek yang tidak terjual
x : Batas jumlah kematian anggrek yang dianggap masih dalam taraf normal
(ditentukan oleh Srigading Orchids)

𝑥 : Nilai rata-rata probabilitas


s : Standar deviasi probabilitas

4. Mencari Probabilitas pada Tabel z-score


Probabilitas diperoleh dari tabel distribusi z. Setelah nilai z-score dari
produksi anggrek di Srigading Orchids diketahui, maka, selanjutnya dapat dicari
probabilitas terjadinya risiko produksi yang diperoleh dari Tabel distribusi z
(normal) sehingga dapat diketahui berapa persen kemungkinan terjadinya keadaan
dimana produksi anggrek mendatangkan kerugian. Cara mengetahui nilai z adalah
dengan mencari nilai z pada sisi kiri dan bagian atas, lalu pertemuan antara nilai z
pada isi tabel merupakan probabilitas yang dicari.
21

3.4.3 Analisis Dampak Risiko


Metode yang paling efektif digunakan dalam mengukur dampak risiko
adalah VaR (Value at Risk). VaR adalah kerugian terbesar yang mungkin terjadi
dalam rentang waktu tertentu yang diprediksikan dengan tingkat kepercayaan
tertentu. Penggunaan VaR dalam mengukur dampak risiko hanya dapat dilakukan
apabila terdapat data historis sebelumnya. Analisis ini dilakukan untuk mengukur
dampak kerugian yang timbul dalam bentuk rupiah jika risiko terjadi selama
kegiatan produksi anggrek pada usaha agribisnis anggrek Srigading Orchids.
Kejadian yang dianggap merugikan berupa penurunan produksi sebagai akibat
dari terjadinya sumber-sumber risiko. Dalam menghitung VaR terlebih dahulu
dihitung jumlah kematian setiap periode. Jumlah kematian tersebut kemudian
dikalikan dengan harga kepada konsumen pada periode yang sama. Penentuan
harga ini dilakukan dengan pertimbangan kepastian nilai terhadap perhitungan
kerugian. Setelah didapat angka kerugian dari masing-masing periode kemudian
dijumlahkan dan dihitung rata-ratanya, setelah itu dicarai berapa besar nilai
standar deviasi atau penyimpangan. Proses terakhir menetapkan batas toleransi
kevalidan dan mencari nilai VaR. Menurut Kountur, VaR dapat dihitung dengan
rumus berikut:
𝑠
𝑉𝑎𝑅 = 𝑥̅ + 𝑧 ( )
√𝑛
Keterangan:
VaR = Bersarnya dampak kerugian yang ditimbulkan akibat terjadinya risiko
produksi dan penjualan
𝑥 : Rata-rata kerugian akibat kematian anggrek dan anggrek yang tidak terjual
s : Standar deviasi kerugian
z : Nilai z-score yang diambil dari tabel distribusi normal dari galat eror (1,645)
n : Periode

3.4.4 Pemetaan Risiko


Sebelum dapat menangani risiko, hal yang terlebih dahulu perlu dilakukan
adalah membuat peta risiko. Peta risiko adalah gambaran mengenai posisi risiko
pada suatu peta dari dua sumbu, yaitu sumbu vertikal yang menggambarkan
22

probabilitas dan sumbu horizontal yang menggambarkan dampak, ataupun


sebaliknya. Contoh layout peta risiko dapat dilihat pada Gambar 2 (Kountur,
2006).

Probabilitas (%)

Kuadran 1 Kuadran 2
Besar

Kecil Kuadran 3 Kuadran 4

Kecil Besar Dampak (Rp)

Gambar 2. Layout Peta Risiko

Probabilitas atau kemungkinan terjadinya risiko dibagi menjadi dua bagian,


yaitu besar dan kecil. Dampak risiko juga dibagi menjadi dua bagian, yaitu besar
dan kecil. Batas antara probabilitas atau kemungkinan besar dan kecil ditentukan
dari perhitungan rata-rata dari probabilitas dan rata-rata dari kerugian yang terjadi
di Srigading Orchids.

3.4.5 Penanganan Risiko


Berdasarkan hasil pemetaan risiko, maka selanjutnya dapat ditetapkan
strategi penanganan risiko yang sesuai. Terdapat dua strategi yang dapat
dilakukan untuk menangani risiko, yaitu:
1. Penghindaran Risiko (Preventif)
Strategi preventif dilakukan untuk risiko yang tergolong dalam probabilitas
risiko yang besar. Strategi preventif akan menangani risiko yang berada pada
kuadran 1 dan 2. Penanganan risiko dengan menggunakan strategi preventif, maka
risiko yang ada pada kuadran 1 akan bergeser menuju kuadran 3 dan risiko yang
berada pada kuadran 2 akan bergeser menuju kuadran 4 (Kountur 2006). Preventif
dapat dilihat pada Gambar 3.
23

Probabilitas (%)

Besar Kuadran 1 Kuadran 2

Kuadran 3 Kuadran 4
Kecil

Dampak (Rp)
Kecil Besar

Gambar 3. Strategi Preventif

2. Mitigasi Risiko
Strategi mitigasi digunakan untuk meminimalkan dampak risiko yang
terjadi. Risiko yang berada pada kuadran dengan dampak yang besar diusahakan
dengan menggunakan strategi mitigasi dapat bergeser ke kuadran yang memiliki
dampak risiko yang kecil. Strategi mitigasi akan menangani risiko sedemikian
rupa sehingga risiko yang berada pada kuadran 2 bergeser ke kuadran 1 dan risiko
yang berada pada kuadran 4 bergeser ke kuadran 3 (Kountur 2006). Mitigasi dapat
dilihat pada Gambar 4.

Probabilitas (%)

Besar Kuadran 1 Kuadran 2

Kecil Kuadran 3 Kuadran 4

Dampak (Rp)
Kecil Besar

Gambar 4. Strategi Mitigasi


24

Hanafi (2006) dalam Ana Lestari (2009), memberikan alternatif strategi


untuk menghadapi risiko selain dengan cara preventif dan mitigasi. (Gambar 5)

1. Probabilitas besar dan dampak kecil: monitor


Perusahaan bisa memonitor risiko-risiko yang ada pada kuadran ini untuk
memastikan bahwa risiko tersebut masih berada pada wilayah normal
2. Probabilitas besar dan dampak besar: prevent at source
Tipe risiko ini jelas menunjukkan bahwa perusahaan tidak lagi bisa
menghindari risiko dan bisa berdampak terhadap perusahaan.
3. Probabilitas kecil dan dampak kecil: low control
Perusahaan bisa menerapkan pengawasan yang rendah terhadap risiko pada
kategori ini.
4. Probabilitas kecil dan dampak besar: detect and monitor
Jika terjadi risiko dengan jenis ini, maka perusahaan akan mengalami kerugian
yang cukup besar dan kemungkinan mengalami kebangkrutan

Probabilitas (%)

Kuadran 1 Kuadran 2
Besar
Monitor Prevent at Source

Kuadran 3 Kuadran 4
Kecil
Low control Detect and monitor

Dampak (Rp)
Kecil Besar

Gambar 5. Alternatif Strategi Menghadapi Risiko


25

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Wilayah


Kegiatan penelitian ini dilakukan di Srigading Orchids yang berlokasi di
Kota Malang, Jawa Timur. Kota Malang merupakan kota terbesar kedua di Jawa
Timur setelah Surabaya. Kota Malang terletak di selatan Ibu Kota Provinsi Jawa
Timur. Kota Malang merupakan sebuah kota yang memiliki tinggi wilayah di atas
rata-rata dibandingkan kota lain di Provinsi Jawa Timur. Kota Malang yang
terletak ditengah-tengah wilayah Kabupaten Malang secara administrasi memiliki
batas wilayah yaitu batas wilayah sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan
Singosari dan Kecamatan Karangploso, sebelah selatan berbatasan dengan
Kecamatan Tajinan dan Kecamatan Pakisaji, sebelah timur berbatasan dengan
Kecamatan Pakis dan Kecamatan Tumpang dan batas wilayah sebelah barat yaitu
Kecamatan Wagir dan Kecamatan Dau. (Pemerintah Kota Malang, 2013)

4.2 Gambaran Umum Perusahaan


Srigading Orchids merupakan salah satu usaha dibidang pembibitan dan
produksi tanaman anggrek di Jawa Timur yang didirikan oleh Bapak Setyabudi.
Usaha Srigading Orchids dikelola langsung oleh Bapak Setyabudi yang menjabat
sebagai manajer. Srigading orchids berdiri pada tahun 2006, tetapi pemilik usaha
anggrek telah menekuni budidaya anggrek lebih dari 10 tahun dan telah
menghasilkan ribuan bibit anggrek berkualitas dengan perbanyakan anggrek
secara vegetatif dan generatif. Srigading Orchids merupakan salah satu usaha
yang sudah memiliki jaringan distribusi yang cukup luas terbukti dengan
banyaknya pemesanan anggrek hingga ke kota Bogor. Selain itu, Pemilik
Srigading Orchids Bapak Setyabudi juga pernah mendaftarkan tiga anggrek hasil
persilangannya ke Royal Hortikultura Society di Botanical Garden London.
Lokasi Srigading Orchids berada di Kota Malang yaitu tepatnya di Jalan
Srigading Orchids daerah Soekarno Hatta. Sebagian besar konsumen yang datang
memilih untuk membeli anggrek botolan dan juga sudah berbunga. Tingginya
permintaan anggrek pada tahun 2006 menjadi peluang bagi Srigading Orchids,
sehingga bisa menggeser konsep awal yang tadinya hanya hobi membibitkan
tanaman anggrek, menjadi usaha yang dapat memberikan keuntungan. Srigading

25
26

Orchids memiliki arah bisnis pada proses pembudidayaan tanaman anggrek dari
tahapan botolan sampai berbunga. Jika dihitung secara keseluruhan proses ini
memakan waktu sekitar dua sampai tiga tahun. Sehingga pada tahun pertama
tanaman anggrek yang diusahakan oleh Srigading Orchids belum dapat
dipasarkan.
Srigading Orchids memiliki lahan berukuran 300 m² untuk pembesaran
anggrek dari tahapan botolan, sedangkan untuk memenuhi permintaan konsumen
akan tanaman berbunga pihak Srigading Orchids menambah lahannya seluas 240
m² di depan lahan awal. Total lahan yang dimiliki Srigading Orchids seluas 540
m².
Pelanggan di Srigading Orchids kebanyakan memilih untuk membeli
anggrek jenis botolan. Hal ini dikarenakan Srigading Orchids merupakan supplier
anggrek untuk usaha-usaha anggrek lainnya, tetapi Srigading Orchids masih tetap
menjual seeding, anggrek remaja, dan juga anggrek yang telah berbunga. Untuk
menghasilkan tanaman anggrek yang berkualitas tinggi dan sesuai selera
masyarakat, Srigading Orchids menghasilkan anggrek dengan persilangan hasil
sendiri. Awalnya pemilik merasa kesulitan melakukan persilangan sendiri karena
anggrek yang dihasilkan banyak yang tidak berhasil sebab Bapak Setyabudi
pemilik Srigading Orchids yang berprofesi sebagai dokter gigi tidak memiliki
latar belakang pertanian. Namun, karena Bapak Setyabudi sangat tertarik terhadap
anggrek akhirnya belajar pada teman dan kerabat serta bergabung dengan PAI
(Perhimpunan Anggrek Indonesia) Malang. Setelah bergabung dengan PAI
(Perhimpunan Anggrek Indonesia) Malang, Bapak Setyabudi mulai banyak
mengetahui tentang anggrek dan perkembangan anggek.
Dalam menjalankan usahanya Srigading Orchids juga dihadapkan pada
perubahan kondisi pasar. Kondisi ini berdampak langsung terhadap
perkembangan usaha. Srigading Orchids menyebutkan bahwa pada awal pendirian
perusahaan pada tahun 2006 hingga tahun 2009 merupakan periode keemasan
bagi para pebisnis anggrek, terbukti pada tahun tersebut ada banyak pengusaha-
pengusaha anggrek baru yang muncul dan ikut berpartisipasi memperkenallkan
anggrek. Srigading Orchids juga sempat merasakan pertumbuhan industri anggrek
tersebut. Puncak pertumbuhan pasar tanaman anggrek terjadi pada tahun 2009
27

pada saat usaha tanaman hias lainnya seperti anthurium tinggi permintaannya.
Akan tetapi, sejak akhir tahun 2009 pasar tanaman hias dan anggrek dalam negeri
mulai berkurang. Hal ini diakibatkan oleh penurunan pasar tanaman hias secara
keseluruhan. Penurunan pasar anggrek ini disebabkan perubahan gaya hidup
masyarakat. Pada masa itu, menanam tanaman hias dirumah merupakan suatu
bentuk hiburan bagi masyarakat. Tetapi, saat ini dengan perkembangan teknologi
yang semakin mudah didapatkan maka gaya hidup pun mulai berubah. Perubahan
pasar anggrek juga semakin sulit untuk diatasi karena perubahan iklim dan cuaca
pada tahun 2010 yang tidak dapat dikendalikan. Kondisi ini mengakibatkan
budidaya tanaman anggrek semakin sulit khususnya untuk tahapan pembungaan.
Implikasi dari perubahan anomali cuaca dan penurunan pasar anggrek
mengakibatkan para pengusaha anggrek khususnya pengusaha pembibitan dan
seedling anggrek mengurangi jumlah produksinya. Fenomena ini juga berdampak
secara langsung kepada Srigading Orchids, dengan semakin sulitnya industri
anggrek pada tahun 2010 Srigading Orchids memilih untuk melakukan tindakan
efisiensi biaya yaitu dengan mengurangi jumlah produksi anggrek dan
mengurangi luasan lahan yang awalnya 540 m² menjadi 300 m² saja yang
digunakan untuk proses produksi anggrek.

4.2.1 Organisasi dan Manajemen Perusahaan


Organisasi merupakan sebuah bentuk kerjasama dan interaksi antar
sekelompok orang (dua atau lebih) yang bergabung dan bersepakat dalam upaya
mencapai tujuan (Ruky, 2002). Dalam penyusunannya setiap individu yang
terlibat dalam sistem memiliki tugas dan tanggung jawab yang harus dikerjakan
serta kewenangan akan sumberdaya fisik yang ada. Keseluruhan tugas, tanggung
jawab dan kewenangan masing-masing individu ini akan disatukan untuk
pencapaian tujuan dari sistem yang ada. Dalam hal sistem usaha atau bisnis peran
organisasi ini cukup dibutuhkan dan menjadi salah satu kekuatan perusahaan
dalam menghadapi dunia persaingan usaha. Organisasi mempunyai peran besar
dalam mengefektifkan fungsi masing-masing sumberdaya manusia yang dimiliki
perusahaan, khususnya dalam hal perencanaan, pengkoordinasian dan penyatuan
antar individu.
28

Srigading Orchids mempunyai visi usaha yang baik yaitu memperkenalkan


anggrek Indonesia sehingga bisa bersaing dengan anggrek-anggrek dunia.
Indonesia sebenarnya merupakan supplier bahan baku terbesar untuk anggrek
dunia tetapi anggrek Indonesia masih belum terlalu terkenal diluar negeri. Sebagai
bukti, persilangan anggrek yang dihasilkan oleh Indonesia yang terdaftar didunia
masih sangat sedikit dibandingkan dengan Jepang, Singapura, dan negara-negara
lain.
Misi Srigading Orchids adalah memaksimalkan keuntungan dengan menjual
anggrek yang berkualitas dan mengenalkan anggrek ke masyarakat luas sehingga
masyarakat peduli dengan anggrek. Misi ini bukan hanya berorientasi kepada
maksimalisasi keuntungan melainkan dalam hal edukasi dan pengenalan tanaman
anggrek kemasyarakat luas serta pelestarian tanaman anggrek yang pada beberapa
komoditi sudah cukup langka. Dalam menjalankan misi ini Srigading Orchids
juga menyadari pentingnya peranan organisasi, namun dalam penerapannya masih
tergolong sederhana. Hal ini dikarenakan skala usaha Srigading Orchids yang
masih tergolong kecil sehingga belum memiliki struktur organisasi yang cukup
jelas. Pendekatan yang dilakukan dalam penerapan struktur organisasi masih
berdasarkan kekeluargaan bukan secara stuktural. Selain dikarenakan skala
usahanya yang masih kecil struktur organisasi semakin sederhana dikarenakan
usaha anggrek tergolong usaha yang padat modal bukan padat karya. Dalam
prakteknya pembagian kerja dilakukan secara sederhana dan diatur sesuai fungsi
dan tugas masing-masing.
Srigading Orchids dipimpin oleh Bapak Setyabudi yang menjabat sebagai
pemimpin dan pelaksana utama perusahaan. Pada awal berdirinya usaha,
pemimpin dibantu oleh bagian penanggung jawab harian, dan karyawan di bagian
produksi. Namun dengan semakin berkurangnya skala usaha yang diusahakan,
bagian-bagian dalam struktur organisasi ini juga berubah menjadi lebih sederhana
lagi. Pemimpin memiliki peran yang cukup besar dalam proses pengendalian
jalannya usaha, yaitu bertanggung jawab terhadap kemajuan dan pencapaian
target usaha. Tugas pemimpin usaha antara lain:
1. Pemimpin dan pengelola utama usaha
2. Mengatur jalannya usaha dan mengontrol semua kegiatan usaha
29

3. Menentukan target perusahaan baik yang bulanan maupun tahunan


4. Melakukan persilangan anggrek
5. Melatih karyawan baru dalam pemeliharaan anggrek
6. Mengawasi kegiatan pemeliharaan
7. Melakukan pemasaran produk anggrek
8. Membina hubungan dan kerja sama dengan para penyedia sarana input dan
para konsumen besar
9. Menetapkan standar harga jual kepada para konsumen

Srigading Orchids juga sangat bergantung kepada proses produksi dan


pemeliharaan anggrek, oleh karena itu dibutuhkan beberapa karyawan yang
bertugas untuk menjalankan proses pemeliharaan.
Karyawan ini memiliki bidang kerja, antara lain:
a. Perawatan tanaman anggrek berupa penyiraman, pemupukan, penyemprotan
hama dan penggantian media tanam tanaman anggrek
b. Memasarkan tanaman anggrek di dalam kebun
c. Menjaga dan mengusahakan kebersihan kebun secara keseluruhan
d. Melaporkan kondisi baik jumlah tanaman dan kebutuhan akan sarana produksi
kepada pemilik.

4.2.2 Sumberdaya Usaha Srigading Orchids


Sumberdaya yang dimiliki oleh Srigading Orchids secara keseluruhan dapat
dibagi kedalam tiga bagian, yaitu: sumberdaya manusia atau tenaga kerja,
sumberdaya fisik dan sumberdaya keuangan atau permodalan. Sumberdaya
manusia adalah kekuatan tenaga kerja yang dimiliki oleh Srigading Orchids dalam
menjalankan usahanya baik di bidang produksi, pemasaran dan administrasi atau
pencatatan. Sumberdaya fisik adalah keseluruhan aset fisik yang dimiliki oleh
Srigading Orchids untuk menjalankan usahanya berupa bangunan (rumah
anggrek), alat dan perlengkapan produksi. Sumberdaya keuangan merupakan
keragaan sumber-sumber keuangan Srigading Orchids dalam memulai dan
menjalankan usaha.
30

4.2.2.1 Tenaga Kerja


Tenaga kerja memiliki peran yang cukup penting dalam proses berjalannya
usaha dalam pencapaian visi misi perusahaan. Tenaga kerja memiliki fungsi
dalam menjaga efisiensi dan efektivitas dari organisasi. Pemimpin Srigading
Orchids juga menyadari akan peran penting dari tenaga kerja, dan berusaha untuk
mencari tenaga kerja yang sesuai dengan kebutuhan. Srigading Orchids dalam
proses perekrutan tenaga kerjanya memberikan beberapa persyaratan yang
berbeda dan tergantung bidang kerja yang akan dikerjakan.
Saat ini Srigading Orchids hanya memiliki tiga orang tenaga kerja yang
memiliki bidang kerja yang berbeda dan fungsinya dalam struktur organisasi.
Srigading Orchids memiliki 2 tenaga kerja pria dan 1 tenaga kerja wanita. Pada
tahun 2006 jumlah tenaga kerja yang ikut berkontribusi dalam perjalanan usaha
berjumlah lima orang, lalu tahun 2008 jumlah tenaga kerja mulai dikurangi
menjadi 4 orang, dan kemudian pada tahun 2010 tenaga kerja menjadi 3 orang,
dan dengan semakin sulitnya usaha anggrek jumlah tenaga kerja dikurangi demi
tercapainya efisiensi biaya tetapi tetap memprioritaskan kualitas dan kelanjutan
usaha. Sistem penerimaan tenaga kerja di Srigading Orchids yaitu pada 3 bulan
pertama tenaga kerja akan di training, hal ini diterapkan agar dapat tenaga kerja
dapat terampil dalam merawat anggrek. Sistem penggajian tenaga kerja yang
diterapkan oleh Srigading Orchids tergolong sudah efektif untuk luasan lahan
seluas 300 meter². Sistem penggajian Srigading Orchids ditetapkan secara
bulanan. Gaji yang dikeluarkan oleh Srigading Orchids untuk sistem bulanan
sebesar Rp 500.000,- per bulan pada karyawan baru yang tiga bulan kemudian
gaji akan naik menjadi 650.000,- per bulan.
Latar belakang pendidikan tenaga kerja yang dimiliki oleh Srigading
Orchids cukup bervariasi. Ada yang lulusan Sekolah Menegah Atas dan Sekolah
Menengah Kejurusan. Pemilik yang sekaligus menjabat sebagai pemimpin
Srigading Orchids berlatar belakang pendidikan sarjana kedokteran gigi. Latar
belakang pendidikan masing-masing tenaga kerja tidak menjadi dasar penentuan
Srigading Orchids dalam menentukan bidang kerja yang menjadi tanggung jawab
setiap karyawan. Sistem jadwal kerja yang berlaku di Srigading Orchids disusun
secara sistematis. Jadwal kerja yang berlaku di Srigading Orchids dimulai dari
31

pukul 07.00 WIB sampai 12.00 WIB. Dalam satu minggu para tenaga kerja hanya
bekerja selama enam hari.

4.2.2.2 Sumberdaya Modal


Pada awal pendirian usaha Srigading Orchids pemilik mengandalkan modal
sendiri dalam mengusahakan usahanya. Modal awal pada tahun 2006 berjumlah
Rp 80.000.000,- dan semua dana ini digunakan untuk membangun rumah anggrek
serta pembelian tanaman anggrek. Srigading Orchids tidak pernah mendapatkan
tambahan dana dari pihak luar, bantuan yang didapatkan oleh Srigading orchids
hanya berupa penyuluhan dari pemerintah dan dari PAI (Perhimpunan Anggrek
Indonesia) berupa pelatihan menanam dan merawat anggrek.

4.2.3 Unit Bisnis


Unit bisnis yang dijalankan pada Srigading Orchids 70 % diarahkan pada
usaha persilangan, pemeliharaan dan penjualan anggrek Dendrobium. Selain itu
Srigading Orchids juga mengusahakan jenis anggrek lain yaitu anggrek anggrek
Oncidium dan Cymbidium. Lahan Srigading Orchids seluas 300 m² digunakan
oleh perusahaan untuk seedling, anggrek remaja dan anggrek yang sudah
berbunga sedangkan untuk anggrek botolan berada di lantai 2 rumah pemilik.
Srigading Orchids lebih memilih mengusahakan anggrek Dendrobium
dikarenakan harganya yang relatif lebih mahal selain itu anggrek Dendrobium
juga lebih banyak peminat terutama pada saat anggrek mulai menurun peminatnya
seperti sekarang, kecuali yang benar-benar memiliki hobi terhadap anggrek.
Jenis anggrek yang dijual oleh Srigading Orchids terdiri atas botolan,
hybrid, seedling, sinkling, remaja dan berbunga. Masing-masing jenis anggrek ini
memiliki perbedaan pada bentuk fisik dan harganya. Yang sering dijual dan cukup
banyak dicari oleh konsumen adalah kelompok anggrek botolan dan kompot. Saat
ini Srigading Orchids menargetkan untuk menyediakan ≥ 500 pot tanaman
anggrek per 3 bulan. Jenis tanaman yang disediakan adalah anggrek botolan
sampai tanaman siap bunga. Contoh anggrek yang berada di Srigading Orchids
dapat dilihat pada Gambar.
32

Gambar 6. Anggrek Dendrobium

Gambar 7. Anggrek Cymbidium Gambar 8. Anggrek Oncidium

4.2.4 Pemasaran Anggrek di Srigading Orchids


Hasil produksi di Srigading Orchids selanjutnya didistribusikan kepada
pelanggan, baik pelanggan dalam kota maupun luar kota. Pelanggan Srigading
Orchids merupakan pengusaha penghasil, pembesaran anggrek (grower) ataupun
pengusaha pembungaan anggrek (flowering). Pelanggan anggrek di Srigading
Orchids biasanya membeli anggrek botol dalam jumlah besar namun Srigading
Orchids juga melayani pembelian dalam jumlah kecil dan juga melayani
pembelian selain anggrek botolan. Tanaman anggrek botolan dipasarkan di dalam
maupun di luar kota, jumlah yang dipasarkan biasanya berdasarkan pesanan
Anggrek yang dipasarkan oleh Srigading Orchids adalah anggrek
Dendrobium, Oncidium, dan Cymbidum dalam botolan, kompot, anggrek remaja,
anggrek dewasa tanpa bunga dan dengan bunga tergantung permintaan dan
ketersediaan produk. Ciri dari anggrek Dendrobium, Oncidium, dan Cymbidum di
Srigading Orchids adalah adanya simbol dan nama perusahaan pada setiap pot
bunga yang dipasarkan. Simbol yang digunakan berupa simbol, alamat, nomer
33

telepon Srigading Orchids tertera pada label. Dengan ciri khas tersebut maka
perusahaan dapat membedakan diri dari para pesaingnya. Produk yang dikirim
adalah produk berkualitas yang telah melalui tahapan pengawasan mutu mulai
dari pra produksi sampai pasca produksi.
Pembayaran dapat dilakukan secara langsung ataupun dengan tempo waktu
tertentu. Untuk distributor (pemasaran dalam kota) biasanya diberikan tenggang
waktu sekitar dua minggu. Sedangkan untuk pemasaran luar kota diberikan waktu
selama satu minggu dengan ongkos kirim di tanggung pembeli. Pembayaran
untuk pelanggan dalam kota bisa dengan transfer dari bank atau bayar tunai tetapi
jika dari luar kota biasanya menggunakan transfer dari bank atau jika pembeli luar
kota datang langsung ke Srigading Orchids bisa dengan membayar langsung
ditempat. Harga yang ditetapkan oleh Srigading Orchids disesuaikan dengan
biaya-biaya yang dikeluarkan untuk proses produksi dan pemasaran.
Pemasaran anggrek Srigading Orchids ke luar kota meliputi wilayah
Surabaya, Bogor, Kalimantan dan lain-lain. Pengiriman bunga dilakukan langsung
ke distributor menggunakan mobil box untuk jarak dekat dan menggunakan
pesawat untuk jarak jauh.

Gambar 9. Mobil Box Srigading Orchids


Sumber Gambar: Dhina Margrieta, 2007

Dalam memasarkan produknya Srigading Orchids juga melakukan promosi


untuk memperkenalkan anggrek unggul yang dimiliki, sehingga Srigading
Orchids bisa memperluas jaringan pemasaran. Kegiatan promosi yang dilakukan
Srigading Orchids diantaranya adalah mengikuti acara-acara seperti pameran dan
lomba bahkan Srigading Orchids sering memenangkan lomba anggrek terbaik di
34

Malang. Berikut adalah gambar penghargaan kemenangan Srigading Orchids saat


mengikuti lomba yang di adakan saat pemeran dikota Malang.

Gambar 10. Penghargaan yang diterima oleh Srigading Orchids

Promosi lainnya yang dilakukan oleh Srigading Orchids adalah dengan iklan
media elektronik seperti internet. Srigading Orchids juga pernah melakukan
promosi melalu media cetak seperti majalah khusus tanaman anggrek. Selain itu
perusahaan juga membuat pamflet yang berisi logo perusahaan, profil perusahaan,
alamat, nomer telepon, jenis produk yang dijual untuk memudahkan konsumen
dalam mendapatkan informasi produk. Selain pamflet Srigading Orchids juga
melakukan promosi dengan media internet yaitu pada salah satu sosial media
internet. Berikut gambar adalah media promosi yang digunakan oleh Srigading
Orchids.

Gambar 11. Pamflet Srigading Orchids


35

Gambar 12. Profil Perusahaan di Pamflet Srigading Orchids

Gambar 13. Produk Hasil persilangan Anggrek di Pamflet Srigading Orchids


Sumber Gambar: Dhina Margrieta, 2007

Gambar 14. Logo Srigading Orchids Gambar 15. Anggrek dengan Logo
36

4.3 Sumber-Sumber Risiko Agribisnis Anggrek


Identifikasi risiko-risiko merupakan langkah pertama yang dilakukan dalam
manajemen risiko. Hal ini dilakukan untuk memperoleh informasi mengenai
sumber risiko, dampak risiko dan manajemen risiko. Sumber-sumber risiko yang
diidentifikasi pada produksi anggrek dalam penelitian ini adalah kegiatan-kegiatan
yang dilaksanakan oleh Srigading Orchids mulai dari penanaman hingga
penjualan. Identifikasi sumber-sumber risiko produksi dan penjualan yang terjadi
di Srigading Orchids dilakukan dengan melakukan pengamatan, wawancara dan
menganalisis laporan produksi dan penjualan anggrek di Srigading Orchids. Alur
kegiatan produksi anggrek di Srigading Orchids dimulai dari persilangan antara 2
tanaman anggrek (Hibrid) ataupun persilangan dari 1 tanaman anggrek saja,
selanjutnya yaitu penyebaran hasil persilangan anggrek ke dalam botol yang
sudah berisi media agar-agar, zat mikro dan makro berupa Mg, Zn, Copper, dan
NPK. Kemudian beberapa bulan kemudian ditambahkan ZPT (Zat Pengatur
Tumbuh), pupuk. Tahap pertama ini masih berada dalam botol. Lalu tahap
selanjutnya anggrek dikeluarkan dan dibersihkan dari media agar-agar yang
kemudian tanaman dipindahkan dalam pot, dan kompot siap dibesarkan. Tahap
ketiga yaitu seedling, kemudian anggrek remaja, dan yang terakhir anggrek
dewasa.
Menurut Harwood (1999), terdapat beberapa sumber risiko diantaranya
adalah sumber risiko produksi, penjualan, yang ditimbulkan kelembagaan, dan
risiko finansial. Sumber risiko yang berasal dari risiko produksi diantaranya
adalah gagal panen ditimbulkan oleh serangan hama penyakit, perbedaan iklim,
dan lain-lain. Lalu risiko yang ditimbulkan oleh penjualan (pasar dan harga)
diantaranya adalah barang yang tidak dapat dijual yang diakibatkan ketidakpastian
mutu, permintaan rendah, ketidakpastian harga output, inflasi, daya beli
masyarakat, persaingan dan lain-lain. Sedangkan risiko yang ditimbulkan oleh
harga antara lain, harga yang naik karena inflasi. Kemudian risiko yang
ditimbulkan dari kelembagaan antara lain adanya aturan tertentu yang membuat
anggota suatu organisasi menjadi kesulitan untuk memasarkan ataupun
meningkatkan hasil produksinya. Dan sumber risiko terakhir adalah yang
ditimbulkan oleh risiko finansial antara lain, adanya piutang tak tertagih, laba
37

yang menurun karena krisis ekonomi dan lain-lain. Dari beberapa sumber risiko,
sumber risiko yang terjadi di Srigading Orchids hanya dua, yaitu sumber risiko
produksi dan sumber risiko penjualan. Penjelasan selangkapnya dapat dilihat
dibawah ini.

4.3.1 Risiko Produksi


Risiko produksi yang terindetifikasi di Srigading Orchids yaitu kegagalan
dalam proses budidaya anggrek, mulai dari tahap awal sampai pada tahap akhir.
Risiko tersebut terjadi disebabkan oleh beberapa sumber. Terdapat faktor yang
menyebabkan timbulnya sumber-sumber risiko yaitu keberadaan sumberdaya
manusia (SDM). Sumberdaya manusia menjadi peranan penting dalam
mengidentifikasi sumber-sumber risiko produksi. Sumberdaya manusia selalu
memiliki peranan penting dalam setiap kegiatan tidak terkecuali kegiatan
agribisnis seperti yang dijalankan oleh Srigading Orchids. Kegiatan agribisnis
juga tetap mengandalkan keberadaan sumberdaya manusia yang tetap menjadi
prioritas penting dalam setiap proses mulai dari awal hingga akhir, yang tentu
akan membutuhkan kedisiplinan dan keahlian sumberdaya manusia. Sumberdaya
manusia tidak dikategorikan menjadi sumber risiko namun menjadi faktor yang
mendorong timbulnya beberapa sumber risiko produksi, karena ketidakdisiplinan
dan keterampilan. Sumberdaya manusia tersebut tidak memberikan dampak
kerugain langsung terhadap kematian anggrek, tetapi memberikan kontribusi atas
timbulnya sumber risiko produksi. Beberapa sumber risiko produksi pada
agribisnis anggrek di Srigading Orchids adalah cuaca dan hama penyakit tanaman,
kontaminasi alat dan kerusakan bangunan. Proses identifikasi juga harus melihat
urutan terjadinya beberapa sumber risiko karena sumber risiko yang terjadi saling
berhubungan dan tidak bisa dipisah satu sama lain.
Salah satu contoh urutan sumber risiko yang terjadi pada satu waktu adalah
cuaca dengan hama penyakit tanaman anggrek. Sebelum munculnya hama
penyakit yang menyerang anggrek, perubahan cuaca telah berpengaruh terlebih
dahulu terhadap kematian anggrek, jadi walaupun anggrek tidak terkena hama
penyakit tetapi kematian anggrek kemungkinan besar akan tetap terjadi.
Berdasarkan hal tersebut maka sangat dibutuhkan ketelitian dalam proses
38

identifikasi sumber risiko dan seberapa besar pengaruh sumber risiko tersebut
terhadap kematian anggrek. Penjelasan dari faktor sumber risiko yang berasal dari
produksi pada anggrek di Srigading Orchids yang telah teridentifikasi adalah
sebagai berikut.

1. Kondisi Cuaca
Faktor utama penyebab munculnya risiko yamg berasal dari produksi
anggrek adalah kondisi cuaca. Hal ini dikarenakan kondisi cuaca yang semakin
sulit diprediksi, dan cuaca sudah tidak sesuai dengan siklus normalnya. Selain itu
perubahan cuaca harian yang terlalu ekstrim juga menciptakan kondisi yang tidak
menguntungkan bagi Srigading Orchids. Pada saat ini kondisi cuaca (kemarau
dan penghujan) yang terjadi tidak tertentu, terkadang terjadi lebih lama atau
bahkan bisa terjadi lebih cepat. Berikut ini penjelasan terhadap faktor-faktor
mempengaruhi risiko dari sumber risiko kondisi cuaca.
a. Musim Kemarau
Pada kondisi kemarau tanaman anggrek menjadi sangat rentan terhadap
kekeringan, sedangkan anggrek juga membutuhkan air dalam pertumbuhannya.
Sepanjang siang tanaman malakukan fotosintesis dengan bantuan sinar matahari.
Proses ini menghasilkan energi untuk membangun tubuh tanaman, memperbaiki
bagian-bagian tanaman yang rusak dan untuk penyimpanan makanan. Namun
cuaca terlalu panas akan menyebabkan daun menjadi layu dan juga gosong, selain
itu pembungaan anggrek juga tidak akan merata pertumbuhannya serta bunga
menjadi cepat layu yang kemudian menjadi gugur. Begitu juga jika musim hujan,
air hujan merupakan salah satu air yang baik untuk menyiram anggrek tetapi tidak
boleh berlebihan karena akan menjadi lembab dan anggrek tidak menyenangi
kondisi yang lembab (Sarwono, 2002).
b. Musim Hujan
Pada musim penghujan anggrek kurang mendapatkan pasokan sinar
matahari sehingga proses fotosintesis menjadi kurang optimal. Curah hujan yang
tinggi akan menjadi penghambat proses pertumbuhan bunga anggrek dan
persentase keberhasilan produksi tanaman anggrek menurun. Hal ini dikarenakan
pada curah hujan yang tinggi akan menyebabkan tanaman anggrek rentan
39

terhadap serangan penyakit, seperti penyakit layu (fusarium) dan busuk akar.
Selain itu, curah hujan yang tinggi menyebabkan aerasi dan drainase udara
menjadi terganggu. Akibatnya, proses fisiologis tanaman menjadi terhambat dan
bunga akan mudah rontok. Selain itu hujan lebat dan berkepanjangan dapat
menyebabkan patahnya tangkai bunga.
c. Suhu
Selain kondisi kemarau atau hujan, suhu juga mempengaruhi keberhasilan
pertumbuhan anggrek. Berbagai jenis anggrek pada umumnya diusahakan
didataran rendah yang memiliki suhu siang hari rata-rata 25° C, dan suhu rata-rata
malam hari 15° C. Pengaruh suhu udara sangat besar terhadap proses pembuatan
cadangan makanan dan pembentukan material untuk pertumbuhan (asimilasi).
Selain itu suhu juga berpengaruh terhadap proses pernapasan dan penguraian
bahan makanan menjadi energi. Kegiatan produksi yang terganggu akan
berimplikasi pada keberhasilan pertumbuhan anggrek, sehingga secara langsung
akan berpengaruh pada jumlah pendapatan yang akan diterima oleh Srigading
Orchids. Turunnya jumlah pendapatan yang diterima oleh Srigading Orchids
merupakan kerugian bagi perusahaan tersebut. Data jumlah kematian anggrek
yang disebabkan oleh cuaca dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Data Jumlah Kematian Anggrek yang disebabkan oleh Cuaca

Jumlah Kematian Anggrek


Periode
(Pot)
1 Januari-Juni 2007 100
2 Juni-Desember 2007 80
3 Januari-Juni 2008 60
4 Juni-Desember 2008 64
5 Januari-Juni 2009 40
6 Juni-Desember 2009 20
7 Januari-Juni 2010 13
8 Juni-Desember 2010 9
9 Januari-Juni 2011 9
10 Juni-Desember 2011 6
11 Januari-Juni 2012 2
12 Juni-Desember 2012 1
Total 404
Sumber Data: Data Sekunder
40

Berdasarkan data produksi Srigading Orchids dari 12 periode terakhir awal


2007 sampai akhir 2012, diketahui bahwa jumlah kematian anggrek akibat cuaca
di Srigading Orchids terlihat menurun. Pada periode pertama yaitu mulai Januari
hingga Juni 2007 merupakan jumlah kematian anggrek tertinggi yaitu sampai 100
tanaman anggrek. Kemudian mulai menurun hingga periode ke 3 (Januari – Juni
2008) tetapi kemudian jumlah kematian anggrek akibat cuaca naik kembali pada
periode Juni - Desember 2008, kemudian mulai menurun hingga periode 12 (Juni
– Desember 2012) walau terjadi kenaikan sebesar 6 tanaman yang mati pada
periode Juni - Desember 2011. Selain itu, diketahui bahwa beberapa periode pada
bulan Januari – Juni jumlah kematian anggrek selalu lebih tinggi dari periode
bulan Juni – Desember. Dari hasil pengamatan Stasiun Klimatologi Karangploso
curah hujan yang relatif tinggi terjadi pada bulan Januari, Februari, Maret, April,
dan Desember (Setyobudi, 2011). Pada beberapa tahun periode bulan Januari –
Juni anggrek kurang mendapatkan pasokan sinar matahari, sehingga proses
fotosintesis menjadi kurang optimal. Selain itu pada periode tersebut akar
tanaman anggrek terendam air hujan jadi tanaman anggrek semakin rentan
terhadap penyakit terutama penyakit layu fusarium dan busuk akar. Pada
beberapa periode Januari-Juni, anggrek di Srigading Orchids cenderung terkena
penyakit akibat kelembaban yang tinggi. Curah hujan yang tinggi juga akan
menjadi penghambat proses pertumbuhan bunga anggrek dan persentase
keberhasilan pertumbuhan tanaman anggrek.
Selanjutnya pada Juni, Agustus, dan November terjadi musim kemarau.
Pada musim kemarau tanaman menjadi sangat rentan kekeringan, sedangkan
anggrek juga membutuhkan air untuk pertumbuhan, tetapi hal ini bisa di atasi
dengan cara melakukan penyiraman 1 atau 2 hari sekali. Berdasarkan data,
kematian anggrek pada periode Juni – Desember bisa disebabkan penyiraman
anggrek terlalu banyak sehingga tanaman anggrek rentan terhadap penyakit.
Selain itu, kematian anggrek pada periode Juni – Desember biasanya terjadi pada
anggrek botol. karena cuaca yang terlalu panas anggrek botol pun banyak yang
tidak dapat tumbuh.
Penurunan data kematian anggrek disebabkan sumber risiko kondisi cuaca
didukung juga karena kondisi greenhouse di Srigading Orchids. Greenhouse di
41

Srigading Orchids belum memenuhi kebutuhan fungsionalnya. Kebutuhan


fungsional dari greenhouse adalah kekuatan pondasi dan atap untuk menahan
berbagai hal dengan kondisi apapun seperti angin, hujan dan kondisi lainnya. Pada
awal usaha, Srigading Orchids membangun greenhouse tidak sesuai dengan
kebutuhan fungsionalnya. Srigading Orchids pada awal usaha masih
menggunakan greenhouse berupa bangunan dengan atap biasa yang tidak tahan
lama. Hal ini beberapa kali menyebabkan kerusakan pada atap greenhouse di awal
periode usaha Srigading Orchids. Namun, pada tahun 2009 Srigading Orchids
mulai memperbaiki struktur dari atap greenhouse. Jadi, kematian anggrek di
Srigading Orchids mulai menurun sehingga greenhouse bisa memanipulasi
kondisi lingkungan untuk anggrek.

2. Serangan hama dan penyakit


Hama dan penyakit merupakan salah satu sumber risiko yang dapat
menyebabkan munculnya risiko produksi pada tanaman anggrek dan
mempengaruhi keberhasilan produksi tanaman anggrek. Hama dan penyakit
merupakan salah satu sumber timbulnya risiko produksi yang paling sering terjadi
setelah kontaminasi alat yang tidak steril. Meskipun dilakukan di dalam
greenhouse, budidaya bunga anggrek ini tidak terlepas dari serangan hama dan
penyakit. Faktor-faktor yang menyebabkan munculnya sumber risiko ini adalah
perubahan cuaca, kualitas bibit dan sumber daya manusia.
a. Perubahan Cuaca
Perubahan cuaca dapat menjadi perkembangan hama dan penyakit bagi
anggrek. Frekuensi serangan hama terhadap anggrek umumnya lebih sering terjadi
pada musim kemarau dimana curah hujan rendah, sinar matahari panjang dan
suhu udara yang relatif tinggi. Berbeda halnya pada musim hujan, umumnya
penyakit lebih banyak menyerang anggrek dibandingkan serangan hama.
b. Kualitas Bibit
Kualitas bibit anggrek juga akan berpengaruh terhadap perkembangan hama
dan penyakit. Kualitas bibit yang tidak terjamin mengakibatkan kualitas anggrek
rendah, dan rentan terhadap serangan hama dan penyakit sehingga hasil
produktivitas tidak pasti dan akan berpengaruh juga terhadap keberhasilan
42

pertumbuhan anggrek. Mortalitas bibit yang tidak pasti akan mencerminkan


jaminan kualitas yang tidak pasti sehingga hasil panen juga tidak terjamin secara
pasti.
c. Sumberdaya Manusia
Sumberdaya manusia juga menjadi salah satu faktor yang mendorong
timbulnya sumber risiko produksi ini yaitu hama dan penyakit tanaman.
Keterampilan sumberdaya manusia penting dalam kegiatan budidaya anggrek.
Sumberdaya manusia yang terampil sangat mempengaruhi keberhasilan produksi.
Keterampilan dan ketelitian tenaga kerja sangat dibutuhkan, terutama pada
kegiatan pemeliharaan dan perawatan pada saat proses produksi. Kegiatan
pemeliharaan dan perawatan tanaman anggrek terbagi menjadi lima bagian yaitu
pemberian pupuk, pemberian pestisida, dan penyiraman. Kondisi yang terjadi di
Srigading Orchids adalah tenaga kerja yang kurang terampil dan teliti dalam
proses produksi. Hal yang kerap terjadi adalah pada saat pemberian pupuk, nutrisi,
dan pestisida karyawan kurang begitu teliti menakar dosis yang harus diberikan
atau tidak sesuai. Data jumlah kematian anggrek yang disebabkan oleh hama
penyakit tanaman dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Data Jumlah Kematian Anggrek Karena Hama Penyakit Tanaman Di


Srigading Orchids

Periode Jumlah Kematian Anggrek (Pot)


1 Januari-Juni 2007 30
2 Juni-Desember 2007 24
3 Januari-Juni 2008 30
4 Juni-Desember 2008 30
5 Januari-Juni 2009 45
6 Juni-Desember 2009 30
7 Januari-Juni 2010 186
8 Juni-Desember 2010 190
9 Januari-Juni 2011 188
10 Juni-Desember 2011 124
11 Januari-Juni 2012 179
12 Juni-Desember 2012 200
Total 1256
Sumber Data: Data Sekunder
43

Kematian anggrek yang terjadi karena hama penyakit berdasarkan data


Srigading Orchids terjadi setiap periode mulai dari periode 1 hingga periode 12.
Dari data di atas, memperlihatkan fluktuasi jumlah kematian anggrek, jumlah
kematian tertinggi yang disebabkan hama penyakit terjadi pada periode terakhir
yaitu sebanyak 200 tanaman. Data di atas juga memperlihatkan peningkatan hama
penyakit tanaman yang terjadi di Srigading Orchids. Hal ini bisa disebabkan cuaca
yang semakin tidak menentu dan perubahan cuaca harian yang ekstrim sehingga
perkembangan hama penyakit semakin cepat.
Peningkatan jumlah kematian anggrek disebabkan sumber risiko hama
penyakit terjadi karena faktor sumberdaya manusia. Sumberdaya manusia juga
bisa menjadi faktor timbulnya sumber risiko hama penyakit tanaman. Kendala
yang dihadapi oleh Srigading Orchid adalah mendapatkan sumberdaya manusia
yang terampil dan telaten untuk merawat anggrek. Setiap tahunnya tenaga kerja di
Srigading Orchids selalu berkurang. Tenaga kerja di Srigading Orchids mulai
tahun 2010 hanya berjumlah 3 orang hingga tahun 2012. Semakin berkurangnya
tenaga kerja, maka semakin sulit untuk melakukan perawatan yang maksimal.
Selain itu, Srigading Orchids juga mengalami kendala untuk mendapatkan
sumberdaya manusia yang terampil dalam perawatan anggrek. Sumberdaya
manusia yang tidak terampil saat melakukan perawatan dan saat melakukan
penyemprotan pestisida juga bisa menjadi penyebab timbulnya risiko ini. Saat
penyemprotan pestisida jika tidak sesuai dengan dosis, dan tidak tepat sasaran dan
menggunakan pestisida yang di campur dengan jenis pestisida yang lain akan
mennyebabkan kematian anggrek. Hal ini jelas disebabkan kesalahan manusia
yang mengakibatkan tanaman bisa mati, dan hama penyakit kebal terhadap
pestisida tersebut.
Hama yang sering menyerang tanaman anggrek diantaranya adalah tungau
merah (Tennuipalvus orchidarum P.), kutu gajah (Orchidophilus aterrimus) dan
siput tanpa cangkang (Parmarion pupillaris). Tungau merah dapat menyebabkan
kerusakan secara mendadak. Bagian tanaman yang diserang adalah tangkai daun
dan bunga. Tangkai yang diserang akan berwarna seperti perunggu. Pada
permukaan atas daun terdapat bercak berwarna kuning atau coklat, kemudian
meluas dan seluruh daun menjadi kuning. Pada permukaan bawah berwarna putih
44

perak dan bagian atas berwarna kuning semu. Pada tingkat serangan lanjut daun
akan berbercak coklat dan berubah menjadi hitam kemudian gugur. Hama ini
dapat berjangkit baik pada musim hujan maupun musim kemarau, namun
umumnya serangan meningkat pada musim kemarau, sedangkan pada musim
hujan serangan berkurang karena terbawa air. Hama selanjutnya yaitu kutu gajah,
kutu gajah menyerang tanaman anggrek dengan cara bertelur pada daun atau
melubangi batang tanaman anggrek. Kerusakan terjadi karena larvanya
menggerek daun dan memakan jaringan di bagian dalam batang sehingga
mengakibatkan aliran air dan hara dari akar terputus serta daun-daun menjadi
kuning dan layu. Kerusakan pada daun menyebabkan daun berlubang-lubang.
Larva juga menggerek batang umbi, pucuk dan batang untuk membentuk
kepompong, sedangkan kumbang dewasa memakan epdermis/permukaan daun
muda, jaringan/tangkai bunga dan pucuk/kuntum sehingga dapat mengakibatkan
kematian bagian tanaman yang dirusak. dan hama yang menyerang tanamana
anggrek selanjutnya adalah siput tanpa cangkang. Siput tanpa cangkang
menyerang tanaman anggrek dengan memakan daun dan membuat lubang-lubang
tidak beraturan. Seringkali ditandai dengan adanya bekas lendir sedikit mengkilat
dan kotoran. Akar dan tunas anakan juga diserang. Seringkali merusak pesemaian
atau tanaman yang baru saja tumbuh. Siput juga makan bahan organik yang telah
membusuk ataupun tanaman yang masih hidup.
Sedangkan penyakit yang menyerang tanaman anggrek adalah penyakit
busuk akar. Penyakit ini disebabkan oleh cendawan Rhizoctonia solani. Gejala
yang muncul akar leher membusuk hingga umbi batang. Daun dan umbi batang
akan menguning, keriput, tipis dan bengkok. Tanaman akan menjadi kerdil dan
tidak sehat. Penyakit yang menyerang tanaman anggrek di Srigading Orchids
selanjutnya yaitu penyakit layu, penyebabnya adalah cendawan (jamur) Fusarium
oxyporium. Gejala yang muncu hampir sama dengan serangan busuk akar, yang
membedakannya adalah pada rhizoma terdapat garis atau lingkaran berwarna
ungu. Jika serangan yang terjadi berat, maka seluruh rhizoma akan berwarna
ungu, lalu akan terjadi pembusukan pada umbi batang, yang menyebabkan
tanaman sangat tidak sehat. Lalu penyakit penyakit Cymbidium juga menyerang
anggrek di Srigading Orchids, virus Mozaic cymbidium merupakan penyebab
45

penyakit ini. Akan muncul bercak kekuningan pada awalnya yang diikuti jaringan
mati berbintik, bergaris atau lingkaran. Kadang ada gejala kematian jaringan di
tengah daun yang dilingkari jaringan normal. Pada daun tua banyak bintik
jaringan yang mati.

3. Kerusakan Bangunan dan Kontaminasi Alat


Bangunan yang terpelihara dengan baik akan mendukung keberhasilan suatu
usaha. Namun, bangunan dapat menjadi sumber risiko jika kondisi bangunan
kurang terawat atau rusak. Kondisi ini akan berimplikasi pada hasil usaha yang
tidak optimal. Greenhouse merupakan salah satu bangunan utama dalam kegiatan
produksi anggrek yang diusahakan Srigading Orchids. Greenhouse memegang
peran yang cukup krusial dalam keberhasilan produksi anggrek. Fungsi
greenhouse adalah untuk menstabilkan pengaruh cuaca, dan serangan hama dan
penyakit yang berasal dari lingkungan eksternal. Begitu greenhouse mengalami
kerusakan maka fungsinya untuk mengisolasi lingkungan yang kondusif di dalam
greenhouse tidak akan berjalan dengan baik. Srigading Orchids pernah mengalami
kerusakan greenhouse karena terpaan angin yang berakibat atap bocor. Kebocoran
atap greenhouse akan mengakibatkan air hujan yang tidak tertahan atap akan
langsung mengenai anggrek dan akan mengakibatkan rusaknya anggrek tersebut.
Selain itu, rusaknya greenhouse juga menjadi peluang hama untuk masuk
kedalam greenhouse dan menyerang anggrek.
Kontaminasi terjadi apabila alat yang digunakan tidak steril pada saat
melakukan penyilangan anggrek sehingga menyebabkan tanaman terkontaminasi
dan rentan terhadap serangan hama penyakit yang dapat menurunkan keberhasilan
produksi. Saat melakukan persilangan untuk menghasilkan bibit anggrek alat-alat
yang digunakan harus benar-benar steril, jika alat tidak steril akan membawa
mikroorganisme yang dapat mengganggu pertumbuhan biji anggrek saat di dalam
botol. Sterilisasi ini juga berlaku untuk buah anggrek, karena buah anggrek juga
bisa membawa mikroorganisme yang mengganggu pertumbuhan biji anggrek saat
di botol. Sterilisasi alat dan buah anggrek dilakukan dengan menggunakan
alkhohol atau dibakar di atas api busen, selain itu didalam enkas (lemari semai
kultur jaringan) juga terdapat formalin untuk mensterilkan didalam enkas. Tabel 6
46

akan memperlihatkan data jumlah kematian anggrek akibat kerusakan bangunan


dan kontaminasi alat yang terjadi di Srigading Orchids.

Tabel 6. Data Jumlah Kematian Anggrek yang disebabkan oleh Kerusakan


Bangunan dan Kontaminasi Alat

Jumlah Kematian Anggrek


Periode
(Pot)
1 Januari-Juni 2007 310
2 Juni-Desember 2007 296
3 Januari-Juni 2008 205
4 Juni-Desember 2008 210
5 Januari-Juni 2009 130
6 Juni-Desember 2009 150
7 Januari-Juni 2010 80
8 Juni-Desember 2010 90
9 Januari-Juni 2011 60
10 Juni-Desember 2011 70
11 Januari-Juni 2012 89
12 Juni-Desember 2012 90
Total 1780
Sumber Data: Data Sekunder

Dari data di atas, memperlihatkan fluktuasi jumlah kematian anggrek.


Kematian anggrek yang terjadi karena kerusakan bangunan dan kontaminasi alat
berdasarkan data Srigading Orchids terjadi setiap periode mulai dari periode 1 –
periode 12. Sumber risiko produksi ini terlihat sangat tinggi dibandingkan dengan
total sumber risiko produksi lainnya. Pada periode pertama terlihat sangat tinggi
namun jumlah kematian anggrek periode pertama sampai periode ke 3 tidak
terlalu signifikan. Dari data dapat dilihat bahwa terjadi penurunan kematian
anggrek yang disebabkan kerusakan bangunan dan kontaminasi alat walaupun
terdapat beberapa periode yang meningkat yaitu pada periode 4, 6, 8, 10, 11, 12,
tetapi peningkatan tidak terlalu tinggi.
Dari hasil jumlah kematian anggrek tertinggi yang disebabkan kerusakan
bangunan dan kontaminasi alat terjadi pada awal usaha yaitu pada 3 tahun
pertama. Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, kerusakan greenhouse juga
menjadi faktor yang menyebabkan timbulnya kematian anggrek yaitu karena
greenhouse mengalami kebocoran atap. Kebocoran ini terjadi karena kondisi
47

greenhouse belum memenuhi kebutuhan fungsionalnya. Kebutuhan fungsional


dari greenhouse adalah kekuatan pondasi dan atap untuk menahan berbagai hal
dengan kondisi apapun seperti angin, hujan dan kondisi lainnya. Pada awal usaha,
Srigading Orchids membangun greenhouse tidak sesuai dengan kebutuhan
fungsionalnya. Srigading Orchids pada awal usaha masih menggunakan
greenhouse berupa bangunan dengan atap biasa yang tidak tahan lama. Hal ini
beberapa kali menyebabkan kerusakan pada atap greenhouse di awal periode
usaha Srigading Orchids.
Akibat dari kerusakan greenhouse, air hujan yang tidak tertahan atap akan
langsung mengenai anggrek, serta suhu & kelembaban tidak sesuai lagi, hama
bebas masuk kedalam greenhouse dan menyerang anggrek, serta cahaya matahari
akan langsung masuk yang akan menyebabkan mengenai anggrek. Saat bangunan
greenhouse mengalami kerusakan, banyak anggrek yang mengalami kematian
karena suhu dalam greenhouse berubah dan hama bebas masuk kedalam
greenhouse yang mengakibatkan terjadinya serangan hama terhadap anggrek.
Perubahan suhu di dalam greenhouse juga sangat mempengaruhi pertumbuhan
anggrek. Greenhouse yang mengalami kerusakan tidak bisa menyediakan kondisi
suhu dan lingkungan yang sesuai bagi tanaman anggrek yang tumbuh di
dalamnya. Selain itu, akibat dari kerusakan greenhouse anggrek akan mengalami
kematian karena tidak dapat menghindari terpaan air hujan secara langsung yang
dapat menyebabkan tumbuhan tersebut mengalami kematian. Namun, pada tahun
2009 Srigading Orchids mulai memperbaiki struktur dan atap greenhouse. Jadi,
kematian anggrek di Srigading Orchids mulai menurun sehingga greenhouse bisa
memanipulasi kondisi lingkungan untuk anggrek.
Pada awal usaha Srigading Orchids masih belum terlalu terampil melakukan
persilangan anggrek. Pemilik Srigading Orchids yaitu Bapak Setyabudi
melakukan persilangan anggrek sendiri untuk menghasilkan anggrek yang
berkualitas, tetapi karena Bapak Setyabudi tidak memiliki latar belakang pertanian
melainkan hanya karena hobi dan menyukai anggrek jadi Bapak Setyabudi
mempelajari hal tersebut sambil membuka usaha Srigading Orchids. Pada
awalnya terjadi kesulitan dalam menanam anggrek dalam botol karena proses
tersebut harus benar-benar streril dari mikroorganisme, jika terjadi kontaminasi
48

dari alat atau buah anggrek maka anggrek dalam botol yang sudah ditanam akan
mengalami kematian. Tetapi semakin lama Bapak Setyabudi semakin terampil
dalam melakukan persilangan dan penebaran anggrek kedalam botol sehingga
terjadi penurunan kegagalan produksi anggrek atau kematian anggrek. Selain itu,
sulitnya mendapatkan bahan baku formalin untuk proses sterilisasi peralatan dan
enkas menjadi salah satu faktor terjadinya risiko kematian anggrek. Sehingga saat
proses penebaran, penggunaan formalin akan digunakan seefisien mungkin.
Formalin mulai sulit untuk didapatkan di pasaran karena penyalahgunaan bahan
senyawa kimia ini oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab. Jadi untuk
mendapatkan formalin, perlu menyertakan surat pernyataan dengan jelas tujuan
penggunaannya. Selain itu, dan harga senyawa kimia ini juga sangat mahal.
Sedangkan faktor kerusakan bangunan tidak terlalu berpengaruh terhadap
kematian anggrek. Kerusakan bangunan memang menyebabkan beberapa anggrek
mati tetapi tidak sebanyak kontaminasi dari alat yang tidak steril pada saat proses
penebaran benih anggrek.

4.3.2 Risiko Penjualan


Dalam menjalankan usahanya Srigading Orchids juga dihadapkan pada
perubahan kondisi pasar. Kondisi ini berdampak langsung terhadap
perkembangan usaha. Srigading Orchids menyebutkan bahwa pada awal pendirian
perusahaan pada tahun 2006 hingga tahun 2009 merupakan periode keemasan
bagi para pebisnis anggrek, terbukti pada tahun tersebut ada banyak pengusaha-
pengusaha anggrek baru yang muncul dan ikut memulai usaha tanaman anggrek.
Srigading Orchids juga sempat merasakan pertumbuhan usaha anggrek tersebut.
Puncak pertumbuhan pasar tanaman anggrek terjadi pada tahun 2009 pada saat
usaha tanaman hias lainnya seperti anthurium tinggi permintaannya. Akan tetapi,
sejak akhir tahun 2009 pasar tanaman hias dan anggrek dalam negeri mulai
berkurang. Hal ini bisa disebabkan oleh penurunan pasar tanaman hias karena
perubahan selera masyarakat secara keseluruhan dan kurangnya promosi. Berikut
adalah penjelasan dari faktor-faktor yang bisa menimbulkan sumber risiko ini.
49

1. Perubahan Selera Masyarakat


Salah satu faktor penyebab penurunan pasar anggrek dapat disebabkan oleh
perubahan gaya hidup dan perubahan selera masyarakat. Gaya hidup masyarakat
saat ini telah mengalami perubahan. Perubahan yang terjadi di masyarakat yaitu
dari kovensional ke arah digital. Pada masa itu, bagi masyarakat menanam
tanaman hias dirumah merupakan suatu bentuk hiburan. Walau harga anggrek
mahal pada saat itu, permintaan tidak pernah mangalami penurunan. Tetapi, saat
ini dengan perkembangan teknologi yang semakin mudah didapatkan maka gaya
hidup pun mulai berubah sehingga permintaan terhadap anggrek pun perlahan
mulai mengalami penurunan.
2. Promosi
Penurunan penjualan anggrek juga disebabkan karena kurangnya promosi.
Srigading Orchids sudah melakukan promosi sederhana kepada konsumen.
Promosi telah dilakukan oleh Srigading Orchids, namun belum terlalu maksimal.
Promosi yang sudah dilakukan oleh Srigading Orchids adalah dengan media
internet dan pamflet yaitu berupa leaflet dan flyer. Srigading Orchids melakukan
promosi dengan media internet dan pamflet karena dianggap tidak banyak
menghabiskan biaya. Pada promosi media internet memiliki kekurangan yaitu
jangkauan konsumen, karena promosi melalui media internet yang dilakukan oleh
Srigading Orchids hanya pada salah satu situs jejaring sosial yang tidak dapat
terlihat oleh semua orang. Selain itu, promosi pada media ini memiliki
kekurangan yaitu pengguna dari situs jejaring sosial ini cenderung mengabaikan
iklan karena lebih fokus pada konten lain pada situs jejaring sosial media tersebut.
Pamflet yang menjadi alat promosi juga belum menjadi alat promosi yang
maksimal. Pamflet menjadi kurang efektif karena penerima pamflet membuang
pamflet dan tidak pernah membaca pamflet kerena menerima pamflet pada waktu
yang salah. Selain itu penerima pamflet juga mungkin memahami hanya sebagian
pesan yang disampaikan.
Perubahan pasar anggrek semakin sulit untuk diatasi. Penurunan pasar
anggrek mengakibatkan para pengusaha anggrek khususnya pengusaha
pembibitan dan seedling anggrek jumlah aSnggrek yang tidak terjual semakin
meningkat. Begitu juga dengan Srigading Orchids, fenomena ini juga berdampak
50

secara langsung kepada Srigading Orchids dengan semakin sulitnya anggrek pada
tahun 2010. Srigading Orchids memilih untuk melakukan tindakan efisiensi biaya
yaitu dengan mengurangi jumlah produksi anggrek. Data tentang peningkatan
jumlah anggrek yang tidak terjual di Srigading Orchids dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Data Jumlah Anggrek Yang Tidak Terjual

Jumlah Anggrek Yang


Periode
Tidak Terjual (Pot)
1 Januari-Juni 2007 0
2 Juni-Desember 2007 2
3 Januari-Juni 2008 0
4 Juni-Desember 2008 0
5 Januari-Juni 2009 5
6 Juni-Desember 2009 3
7 Januari-Juni 2010 9
8 Juni-Desember 2010 50
9 Januari-Juni 2011 53
10 Juni-Desember 2011 65
11 Januari-Juni 2012 90
12 Juni-Desember 2012 150
Total 427
Sumber Data: Data Sekunder

Dari data tersebut diketahui bahwa selama 3 tahun terakhir terjadi fluktuasi
dan peningkatan jumlah anggrek yang tidak terjual pada usaha anggrek yang
dilakukan Srigading Orchids. Timbulnya risiko yang berasal dari penjualan yang
dihadapi oleh Srigading Orchids ini umumnya disebabkan oleh permintaan
masyarakat yang rendah karena perubahan selera masyarakat. Srigading Orchids
mempunyai pelanggan tetap, tetapi beberapa dari pelanggan tetap Srigading
Orchids sudah menutup usaha anggrek karena perubahan selera masyarakat. Dari
data di atas, pada periode 3,5 tahun pertama anggrek Srigading Orchids selalu
terjual (baik berupa anggrek botolan, seedling, remaja, & berbunga), walau ada 2
pot anggrek yang tidak terjual pada periode Juni – Desember 2007, dan 5 pot
anggrek, 3 pot anggrek, 9 pot anggrek pada periode 5, periode 6 dan periode 7
namun masih dibawah batas normal. Peningkatan anggrek yang tidak terjual
drastis terjadi pada periode ke 8 yaitu Juni – Desember 2010 yaitu sebanyak 50
tanaman dan mulai meningkat hingga mencapai 150 tanaman anggrek.
51

Peningkatan jumlah anggrek yang tidak terjual akan secara langsung akan
berpengaruh terhadap penerimaan Srigading Orchids. Jumlah anggrek yang tidak
terjual yang cenderung meningkat akan menyebabkan penerimaan Srigading
Orchids berkurang atau menimbulkan kerugian. Adanya peningkatan jumlah
anggrek yang tidak terjual merupakan salah satu risiko yang terjadi selama proses
penjualan dalam pengusahaan anggrek. Perubahan selera masyarakat dari tanaman
khususnya tanaman anggrek kepada hal lain menjadi faktor utama dalam risiko
yang berasal dari penjualan ini.
Hal tersebut berhubungan juga terhadap konsumen tetap Srigading Orchids.
Konsumen di Srigading Orchids biasanya membeli anggrek di Srigading Orchids
berupa anggrek botol, namun ada konsumen yang membeli anggrek remaja, dan
anggrek yang telah berbunga. Konsumen anggrek botol biasanya membuka usaha
agribisnis anggrek juga. Konsumen yang membeli anggrek botol biasanya akan
merawat anggrek hingga berbunga dan dijual kembali. Srigading Orchids
memiliki beberapa konsumen tetap yang membuka usaha penjualan anggrek.
Terdapat beberapa konsumen tetap Srigading Orchids dari yang sudah menutup
usaha anggrek, dan berhenti usaha anggrek karena berkurangnya permintaan dari
masyarakat. Tetapi Srigading Orchids tidak berniat menutup dan berhenti usaha
anggrek walau permintaan anggrek menurun, walaupun tidak banyak masih ada
beberapa konsumen yang datang karena kualitas dari anggrek di Srigading
Orchids. Selain itu, Srigading Orchids juga menjual anggrek hasil persilangan
sendiri dengan mempunyai kualitas baik sebagai indukan ataupun sebagai
tanaman yang hasil bunganya beranekaragam.
Peningkatan jumlah anggrek yang tidak terjual juga disebabkan karena
kurangnya promosi dari Srigading Orchids. Srigading Orchids sudah melakukan
promosi sederhana kepada konsumen. Promosi telah dilakukan oleh Srigading
Orchids, namun belum terlalu maksimal. Promosi yang sudah dilakukan oleh
Srigading Orchids adalah dengan media internet dan pamflet yaitu berupa leaflet
dan flyer. Srigading Orchids melakukan promosi dengan media internet dan
pamflet karena dianggap tidak banyak menghabiskan biaya. Pada promosi media
internet memiliki kekurangan yaitu jangkauan konsumen, karena promosi melalui
media internet yang dilakukan oleh Srigading Orchids hanya pada salah satu situs
52

jejaring sosial yang tidak dapat terlihat oleh semua orang. Selain itu, promosi pada
media ini memiliki kekurangan yaitu pengguna dari situs jejaring sosial ini
cenderung mengabaikan iklan karena lebih fokus pada konten lain pada situs
jejaring sosial media tersebut. Pamflet yang menjadi alat promosi juga belum
menjadi alat promosi yang maksimal. Pamflet menjadi kurang efektif karena
penerima pamflet membuang pamflet dan tidak pernah membaca pamflet kerena
menerima pamflet pada waktu yang salah. Selain itu penerima pamflet juga
mungkin memahami hanya sebagian pesan yang disampaikan.

4.4 Analisis Probabilitas Terjadinya Risiko Agribisnis Anggrek


Dalam agribisnis anggrek, Srigading Orchids sering kali dihadapkan pada
risiko yang dapat menimbulkan kerugian. Hasil identifikasi terhadap sumber-
sumber risiko produksi pada agribisnis anggrek Srigading Orchids memberi
informasi bahwa ada tiga jenis sumber risiko yang berasal dari proses produksi
dan satu sumber risiko yang berasal dari proses penjualan. Analisis probabilitas
ini dilakukan untuk mengetahui mana saja sumber risiko yang kemungkinan
terjadinya kecil dan mana sumber risiko yang kemungkinan terjadinya besar,
sehingga kemudian dapat ditentukan prioritas penanganannya. Selain itu,
mengetahui besarnya kemungkinan terjadinya risiko dapat digunakan juga sebagai
petunjuk strategi penanganan risiko.
Risiko yang terjadi pada agribisnis anggrek di Srigading Orchids adalah
risiko yang berasal dari proses produksi antara lain kematian anggrek yang
disebabkan oleh kondisi cuaca, serangan hama dan penyakit, kerusakan bangunan
dan kontaminasi alat. Sedangkan risiko yang berasal dari proses penjualan adalah
anggrek yang tidak terjual. Hal ini dikarenakan adanya perubahan selera
masyarakat sehingga permintaan terhadap anggrek menurun. Data-data yang
digunakan untuk melakukan analisis probabilitas ini adalah data yang diperoleh
dari hasil wawancara dengan pemilik Srigading Orchids dan dari laporan produksi
agribisnis anggrek di Srigading Orchids mulai dari periode 1 sampai dengan
periode 12 yang terjadi pada Januari 2007 sampai Desember 2012. Sementara itu,
penentuan kondisi, batas normal, dan jumlah yang digunakan untuk perhitungan
53

analisis probabilitas ditentukan berdasarkan perhitungan data dari Srigading


Orchids yang mengacu pada data yang terjadi pada periode-periode sebelumnya.
Proses penghitungan probabilitas dari sumber risiko yang berasal dari proses
produksi adalah dengan mengidentifikasi jumlah kematian yang disebabkan oleh
sumber-sumber risiko. Sedangkan untuk risiko penjualan yang diidentifikasi
adalah jumlah anggrek yang tidak terjual. Kemudian jumlah anggrek dari sumber
risiko tersebut ditotalkan dan dihitung rata-ratanya serta besar standar deviasi.
Bagian terpenting dari perhitungan probabilitas adalah penetapan batas normal
yang ditetapkan oleh pemilik agribisnis. Batas normal adalah tingkat kematian
anggrek dan jumlah anggrek yang tidak terjual yang ditoleransi oleh Srigading
Orchids pada setiap periode. Jadi, misalnya probabilitas kerusakan bangunan dan
kontaminasi alat sebesar 35,2 persen berarti kemungkinan kematian anggrek di
Srigading Orchids akibat kerusakan bangunan dan kontaminasi alat melebihi batas
normal yang telah ditetapkan yaitu 115 anggrek adalah sebesar 35,2 persen.
Berikut ini adalah penjelasan probabilitas kematian anggrek berdasarkan sumber-
sumber risiko dan risiko penjualan yang terjadi di Srigading Orchids.

1. Kondisi Cuaca
Perubahan cuaca yang pada daerah Malang dapat berdampak negatif
terhadap pertumbuhan tanaman anggrek, bahkan dapat meyebabkan kematian.
Pada awalnya tanaman anggrek yang terkena dampak kondisi cuaca pada musim
kemarau memiliki ciri-ciri antara lain daun akan layu, tanaman akan mengering,
dan anggrek akan mengalami kematian. Sedangkan pada musim hujan anggrek
akan rentan terhadap serangan penyakit. Hal ini terjadi karena anggrek kurang
mendapatkan pasokan sinar matahari. Keberhasilan pertumbuhan anggrek juga
akan berpengaruh terhadap jumlah pendapatan yang akan diterima oleh Srigading
Orchids. Hasil perhitungan probabiltas risiko kematian anggrek yang disebabkan
oleh cuaca dapat dilihat pada Tabel 8.
54

Tabel 8. Hasil Perhitungan Probabiltas Kematian Anggrek Yang Disebabkan Oleh


Kondisi Cuaca

Jumlah Kematian
Periode
Anggrek (Pot)
1 Januari-Juni 2007 100
2 Juni-Desember 2007 80
3 Januari-Juni 2008 60
4 Juni-Desember 2008 64
5 Januari-Juni 2009 40
6 Juni-Desember 2009 20
7 Januari-Juni 2010 13
8 Juni-Desember 2010 9
9 Januari-Juni 2011 9
10 Juni-Desember 2011 6
11 Januari-Juni 2012 2
12 Juni-Desember 2012 1
Total 404
Rata-rata 34
Standar Deviasi 34
X 9
Z-score -0,72
Nilai Tabel 0,236
Probabilitas Risiko (%) 23.6
Sumber Data: Data Sekunder. Diolah 2013
Keterangan:
X = Batas normal kematian anggrek di Srigading Orchids yang disebabkan oleh
kondisi cuaca

Probabilitas kematian anggrek yang disebabkan oleh kondisi cuaca adalah


sebesar 23,6 persen. Hal ini menunjukkan bahwa kemungkinan terjadinya
kematian anggrek yang disebabkan oleh kondisi cuaca melebihi batas normal
yaitu sebesar 23,6 persen. Batas normal anggrek yang disebabkan oleh kondisi
cuaca di Srigading Orchids ditentukan sendiri oleh pemilik Srigading Orchids
yaitu sebesar 9 tanaman anggrek. Sembilan tanaman ditentukan oleh Srigading
karena berdasarkan pengalaman sebelumnya, cuaca tidak terlalu berpengaruh
besar terhadap kematian anggrek per periodenya. Pada awalnya kematian anggrek
karena cuaca memang cukup besar. Hal tersebut terjadi karena pada periode awal,
greenhouse yang digunakan tidak menggunakan pondasi dan atap yang tahan
terhadap beban seperti hujan dan angin sehingga greenhouse di Srigading Orchids
55

mengalami kerusakan pada awal periode. Namun setelah greenhouse diperbaiki


kematian anggrek karena kondisi cuaca mulai berkurang.
Nilai z yang diperoleh untuk sumber risiko kondisi cuaca setelah dihitung
menggunakan metode z-score adalah sebesar 1,00. Proses perhitungan
probabilitas kematian anggrek disebabkan kondisi cuaca selangkapnya dapat
dilihat pada Lampiran 3. Nilai z yang bertanda positif menunjukkan bahwa nilai
tersebut berada di sebelah kanan dari nilai rata-rata di kurva distribusi normal.
Nilai z untuk sumber risiko dari proses produksi yang disebabkan oleh kondisi
cuaca tersebut apabila dipetakan pada Tabel distribusi z akan menunjukkan nilai
yaitu 0,236. Nilai dari tabel distribusi dapat dilihat pada Lampiran 6. Nilai 0,236
berarti bahwa probabilitas atau kemungkinan terjadinya kematian anggrek karena
kondisi cuaca yang lebih dari 9 tanaman anggrek adalah 23,6 persen. Kondisi
cuaca yang sering terjadi di Malang merupakan faktor alam, sehingga sulit untuk
ditangani. Perubahan cuaca ini juga mempengaruhi pertumbuhan serta
perkembangan tanaman anggrek. Selain itu, hama penyakit pada akhirnya dapat
menyebabkan kematian anggrek dan menyebabkan kerugian.

2. Serangan Hama Penyakit


Hama dan penyakit merupakan salah satu sumber risiko yang dapat
dihilangkan. Salah satu sumber risiko ini menyebabkan munculnya risiko
produksi pada tanaman anggrek dan mempengaruhi keberhasilan produksi
tanaman anggrek. Meskipun anggrek berada di dalam greenhouse, budidaya
bunga anggrek tidak akan terlepas dari serangan hama dan penyakit. Dalam
menghitung jumlah probabilitas, terdapat jumlah kematian angrgek dan batas
normal dari kematian anggrek yang ditentukan sendiri oleh Srigading Orchids.
Batas normal yang ditentukan oleh Srigading Orchids untuk kematian yang
disebabkan oleh serangan hama dan penyakit tanaman ini adalah sebanyak 35
tanaman anggrek. Angka ini diambil berdasarkan tingkat kematian akibat hama
dan penyakit tanaman selama beberapa periode sebelumnya. Pada Tabel 9 dapat
dilihat perhitungan probabilitas risiko dari proses produksi yaitu kematian
anggrek yang disebabkan oleh hama dan penyakit tanaman.
56

Tabel 9. Hasil Perhitungan Probabilitas Kematian Anggrek disebabkan Hama


Penyakit Tanaman

Jumlah Kematian
Periode
Anggrek (Pot)
1 Januari-Juni 2007 30
2 Juni-Desember 2007 24
3 Januari-Juni 2008 30
4 Juni-Desember 2008 30
5 Januari-Juni 2009 45
6 Juni-Desember 2009 30
7 Januari-Juni 2010 186
8 Juni-Desember 2010 190
9 Januari-Juni 2011 188
10 Juni-Desember 2011 124
11 Januari-Juni 2012 179
12 Juni-Desember 2012 200
Total 1256
Rata-rata 105
Standar Deviasi 79
X 35
Z-score -0,88
Nilai Tabel 0.189
Probabilitas Risiko (%) 18.9
Sumber Data: Data Sekunder. Diolah 2013
Keterangan:
X = Batas normal kematian anggrek di Srigading Orchids yang disebabkan oleh
serangan hama dan penyakit tanaman

Pada Tabel 9 dapat dilihat z-score yang diperoleh untuk risiko kematian
anggrek yang disebabkan oleh hama dan penyakit adalah sebesar -0,88. Proses
perhitungan probabilitas kematian anggrek disebabkan serangan hama penyakit
selangkapnya dapat dilihat pada Lampiran 3. Nilai z-score yang bertanda negatif
menunjukkan bahwa nilai tersebut berada di sebelah kiri dari nilai rata-rata di
kurva distribusi normal. Nilai z untuk sumber risiko produksi penyakit tersebut
apabila dipetakan pada Tabel distribusi z akan menunjukkan nilai 0,189. Untuk
mencari nilai dari tabel z dapat dilihat pada Lampiran 6. Nilai 0,189 menunjukkan
bahwa probabilitas kematian anggrek akibat serangan hama dan penyakit melebihi
35 tanaman anggrek adalah 18,9 persen. Hama yang menyerang anggrek di
Srigading Orchids pada umumnya adalah tungau merah (Tennuipalvus
57

orchidarum P.), kutu gajah (Orchidophilus aterrimus = Acythopeus) dan siput


tanpa cangkang (Parmarion pupillaris). Sedangkan penyakit yang menyerang
tanaman anggrek di Srigading Orchids adalah busuk akar yang disebabkan
cendawan Rhizoctonia solani, penyakit layu yang disebabkan cendawan (jamur)
Fusarium oxyporium, dan penyakit Cymbidium yang disebabkan virus Mozaic
cymbidium.

3. Kerusakan Bangunan dan Kontaminasi Alat


Dalam suatu usahatani kondisi greenhouse yang terpelihara dengan baik
akan mendukung keberhasilan pertumbuhan anggrek. Namun, greenhouse juga
dapat menjadi sumber risiko jika kondisi kurang terawat atau rusak. Fungsi
greenhouse adalah untuk menstabilkan pengaruh cuaca, dan serangan hama dan
penyakit yang berasal dari lingkungan eksternal. Namun jika greenhouse
mengalami kerusakan maka fungsinya untuk memanipulasi lingkungan yang
kondusif tidak akan berjalan dengan baik.
Alat yang steril merupakan hal lain yang dapat mendukung keberhasilan
usahatani anggrek. Namun apabila alat yang digunakan tidak steril pada saat
melakukan penyilangan anggrek akan menyebabkan tanaman terkontaminasi dan
rentan terhadap serangan hama penyakit yang dapat menurunkan keberhasilan
produksi. Saat melakukan persilangan untuk menghasilkan bibit anggrek alat-alat
yang digunakan harus benar-benar steril, jika alat tidak steril akan membawa
mikroorganisme yang dapat mengganggu pertumbuhan biji anggrek saat di dalam
botol. Pada Tabel 10 akan memperlihatkan hasil perhitungan probabilitas risiko
kematian anggrek akibat kerusakan bangunan dan kontaminasi alat yang terjadi di
Srigading Orchids.
58

Tabel 10. Hasil Perhitungan Probabilitas Kematian Anggrek yang Disebabkan


Oleh Kerusakan Bangunan dan Kontaminasi Alat

Jumlah Kematian
Periode
Anggrek (Pot)
1 Januari-Juni 2007 310
2 Juni-Desember 2007 296
3 Januari-Juni 2008 205
4 Juni-Desember 2008 210
5 Januari-Juni 2009 130
6 Juni-Desember 2009 150
7 Januari-Juni 2010 80
8 Juni-Desember 2010 90
9 Januari-Juni 2011 60
10 Juni-Desember 2011 70
11 Januari-Juni 2012 89
12 Juni-Desember 2012 90
Total 1780
Rata-rata 148
Standar Deviasi 88
X 115
Z-score -0.38
Nilai Tabel 0,352
Probabilitas Risiko (%) 35,2
Sumber Data: Data Sekunder. Diolah 2013
Keterangan:
X = Batas normal kematian anggrek di Srigading Orchids yang disebabkan
kerusakan bangunan dan kontaminasi alat

Besarnya probabilitas risiko berasal dari proses produksi yang disebabkan


oleh kerusakan bangunan dan kontaminasi alat dikarenakan pada setiap periode
produksi selalu ada kematian anggrek di Srigading Orchids. Jumlah kematian
yang disebabkan oleh kerusakan bangunan dan kontaminasi alat merupakan
sumber risiko tertinggi daripada sumber risiko lain dengan rata-rata sebesar 148
tanaman anggrek per periodenya. Batas normal kematian anggrek di Srigading
Orchids yang disebabkan oleh kerusakan bangunan dan kontaminasi alat yang
ditentukan oleh pemilik Srigading Orchids adalah 115 pot setiap periodenya. Hal
ini berdasarkan pengalaman pada periode produksi terdahulu. Proses perhitungan
analisis probabilitas kematian anggrek disebabkan kerusakan bangunan dan
kontaminasi alat selangkapnya dapat dilihat pada Lampiran 3. Besarnya standar
deviasi menunjukkan besarnya sumber risiko yang harus ditanggung. Semakin
59

tinggi nilai standar deviasi maka semakin besar sumber risiko. Nilai standar
deviasi dari sumber risiko kerusakan bangunan dan kontaminasi alat lebih tinggi
dari nilai standar deviasi sumber risiko lainnya.
Nilai z yang diperoleh dari hasil perhitungan menggunakan metode nilai
standar z untuk sumber risiko berupa kerusakan bangunan dan kontaminasi alat
adalah sebesar -0,38. Nilai z yang bertanda negatif menunjukkan bahwa nilai
tersebut berada di sebelah kiri dari nilai rata-rata di kurva distribusi normal.
Berdasarkan nilai z untuk kematian anggrek yang disebabkan oleh kerusakan
bangunan dan kontaminasi alat tersebut apabila dipetakan pada Tabel distribusi z
akan menunjukkan nilai yaitu 0,352. Untuk mendapatkan nilai tabel distribusi
normal tersebut dapat dilihat pada Lampiran 6. Nilai 0,352 menunjukkan bahwa
probabilitas kematian anggrek akibat kerusakan bangunan dan kontaminasi alat
melebihi batas normal (115 tanaman anggrek) sebesar 35,2 persen.
Besarnya probabilitas risiko kematian anggrek melebihi batas normal yang
ditentukan dapat disebabkan selama proses penebaran benih anggrek peralatan
yang digunakan oleh Srigading Orchids masih sangat sederhana. Untuk
melakukan penebaran benih kedalam botol dibutuhkan peralatan yang steril.
Dengan menggunakan peralatan yang sederhana, diperlukan ketelitian untuk
melakukan penebaran benih anggrek agar alat tidak terkontaminasi oleh
mikroorganisme. Pada awal pembukaan usaha, Srigading Orchids sering
mengalami kematian anggrek karena kontaminasi alat yang tidak steril. Hal ini
dikarenakan Bapak Setyabudi belum terlalu berpengalaman dalam proses
penebaran benih. Jika saat penebaran benih, peralatan terkontaminasi maka
anggrek yang berada di dalam botol akan berjamur dan mati. Selain itu, sulitnya
mendapatkan bahan baku formalin untuk proses sterilisasi peralatan dan enkas
menjadi salah satu faktor terjadinya risiko kematian anggrek. Sehingga saat proses
penebaran, penggunaan formalin akan digunakan seefisien mungkin. Formalin
mulai sulit untuk didapatkan di pasaran karena penyalahgunaan bahan senyawa
kimia ini oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab. Jadi untuk
mendapatkan formalin, perlu menyertakan surat pernyataan dengan jelas tujuan
penggunaannya. Selain itu, dan harga senyawa kimia ini juga sangat mahal.
Sedangkan faktor kerusakan bangunan tidak terlalu berpengaruh terhadap
60

kematian anggrek. Kerusakan bangunan memang menyebabkan beberapa anggrek


mati tetapi tidak sebanyak kontaminasi dari alat yang tidak steril pada saat proses
penebaran benih anggrek.

4. Risiko Penjualan
Terdapat beberapa jenis anggrek di Srigading Orchids yaitu anggrek
Dendrobium, Oncidium, dan Cymbidum. Jenis anggrek tersebut dipasakan dalam
beberapa bentuk yaitu botol, kompot, anggrek remaja, anggrek dewasa tanpa
bunga dan dengan bunga tergantung permintaan dan ketersediaan produk. Ciri
dari anggrek Dendrobium, Oncidium, dan Cymbidum di Srigading Orchids adalah
adanya simbol dan nama perusahaan pada setiap pot bunga yang dipasarkan.
Simbol yang digunakan berupa simbol, alamat, nomer telepon Srigading Orchids
tertera pada label. Dengan ciri khas tersebut maka perusahaan dapat membedakan
diri dari para pesaingnya. Produk yang dikirim adalah produk berkualitas yang
telah melalui tahapan pengawasan mutu mulai dari pra produksi sampai pasca
produksi.
Dalam menjalankan usahanya Srigading Orchids juga dihadapkan pada
perubahan kondisi pasar. Kondisi ini berdampak langsung terhadap
perkembangan usaha. Srigading Orchids juga sempat merasakan pertumbuhan
usaha anggrek tersebut. Akan tetapi, sejak akhir tahun 2009 penjualan tanaman
anggrek di Srigading Orchids mulai menurun. Hal ini dapat disebabkan oleh
penurunan pasar tanaman anggrek karena perubahan selera masyarakat secara
keseluruhan dan kurangnya promosi. Hasil perhitungan probabilitas risiko dari
penjualan ini dapat dilihat pada Tabel 11.
61

Tabel 11. Hasil Perhitungan Probabilitas Jumlah Anggrek yang Tidak Terjual

Jumlah Anggrek yang


Periode
Tidak Terjual (Pot)
1 Januari-Juni 2007 0
2 Juni-Desember 2007 2
3 Januari-Juni 2008 0
4 Juni-Desember 2008 0
5 Januari-Juni 2009 5
6 Juni-Desember 2009 3
7 Januari-Juni 2010 9
8 Juni-Desember 2010 50
9 Januari-Juni 2011 53
10 Juni-Desember 2011 65
11 Januari-Juni 2012 90
12 Juni-Desember 2012 150
Total 427
Rata-rata 36
Standar Deviasi 48
X 10
Z-Score -0,54
Nilai Tabel 0,295
Probabilitas Risiko (%) 29,5
Sumber Data: Data Sekunder. Diolah 2013

Keterangan:
X = Batas normal jumlah anggrek yang tidak terjual di Srigading Orchids karena
perubahan selera masyarakat

Berdasarkan hasil perhitungan probabilitas anggrek yang tidak terjual pada


Tabel 11, jumlah anggrek yang tidak terjual yang disebabkan oleh perubahan
selera masyarakat cukup banyak dengan rata-rata per periodenya sebesar 36
tanaman anggrek. Untuk proses perhitungan probabilitas kematian anggrek
disebabkan serangan hama penyakit selangkapnya dapat dilihat pada Lampiran 3.
Pada awal periode 2007 sampai periode pertengahan 2010, penjualan anggrek
tidak mengalami masalah. Namun pada pertengahan 2010, Srigading Orchids
mulai menyadari adanya perubahan selera masyarakat terhadap anggrek. Sehingga
pada awal periode Juni – Desember 2010 karena terjadi peningkatan jumlah
anggrek tidak terjual, maka Srigading Orchids mulai membuat batas normal dari
risiko penjualan ini. Batas normal anggrek yang tidak terjual akibat perubahan
62

selera masyarakat yang ditentukan oleh Srigading Orchids adalah 10 pot anggrek.
Hal ini berdasarkan pada periode penjualan terdahulu.
Nilai z untuk risiko dari proses penjualan berupa anggrek yang tidak terjual
yang diperoleh dari hasil perhitungan menggunakan metode z-score yaitu sebesar
-0,54. Nilai z yang bertanda negatif menunjukkan bahwa nilai tersebut berada di
sebelah kiri dari nilai rata-rata di kurva distribusi normal. Nilai z untuk risiko dari
proses penjualan yang berupa anggrek yang tidak terjual apabila dipetakan pada
Tabel distribusi z akan menunjukkan nilai yaitu 0,295. Untuk mencari nilai dari
tabel z dapat dilihat pada Lampiran 6. Nilai 0,295 menunjukkan bahwa
probabilitas terjadinya risiko proses penjualan berupa anggrek yang tidak terjual
melebihi 10 pot anggrek adalah 29,5 persen.

1) Urutan Hasil Analisis Dampak Sumber Risiko


Berikut ini adalah urutan hasil analisis probabilitas terhadap masing-masing
sumber risiko. Analisis tersebut untuk mengetahui seberapa besar dan seberapa
kecil probabilitas terjadinya risiko dari masing-masing sumber risiko yang terjadi
di Srigading Orchids.. Metode perhitungan analisis ini mengunakan metode z-
score dan untuk proses perhitungan probabilitas sumber risiko dapat dilihat pada
Lampiran 3. Urutan hasil perhitungan probabilitas dapat dilihat pada Tabel 12.

Tabel 12. Hasil Analisis Probabilitas Sumber Risiko Produksi dan Penjualan

No. Sumber Risiko Probabilitas (%)


1 Kerusakan Bangunan dan Kontaminasi Alat 35.2
2 Anggrek Yang Tidak Terjual 29.5
3 Kondisi Cuaca 23,6
4 Serangan hama dan penyakit 18.9

Pada Tabel 12 menunjukkan nilai probabilitas dari keempat sumber risiko


yang terjadi di Srigading Orchids. Apabila diurutkan dari probabilitas yang
terbesar, maka sumber risiko kerusakan bangunan dan kontaminasi alat
merupakan sumber risiko yang tertinggi dengan tingkat probabilitas sebesar 35,2
persen. Pada urutan kedua setelah kerusakan bangunan dan kontaminasi alat,
probabiltas sumber risiko bertinggi adalah jumlah anggrek yang tidak terjual
63

dengan tingkat probabilitas sebesar 29,5 persen. Kemudian pada urutan ketiga,
sumber risiko terbesar adalah kondisi cuaca dengan tingkat probablitas sebesar
23,6 persen. Kemudian pada urutan terakhir atau probabilitas terkecil adalah
serangan hama penyakit yang memiliki tingkat probabilitas sebesar 18,9 persen.

4.5 Analisis Dampak Risiko Agribisnis Anggrek


Sumber-sumber risiko yang berasal dari proses produksi dan penjualan yang
telah teridentifikasi Srigading Orchids akan berdampak negatif bagi kelangsungan
usaha agribisnis anggrek ini. Pada saat terjadi risiko, maka akan memberikan
dampak kerugian. Analisis dampak risiko menunjukkan bahwa Srigading Orchids
mengalami kerugian ketika risiko terjadi. Dampak negatif tersebut dapat berupa
kerugian finansial. Kerugian finansial yang diakibatkan oleh sumber-sumber
risiko tersebut dapat dihitung berdasarkan nilai rupiah yang merupakan mata uang
Negara Indonesia. Dengan demikian apabila terjadi risiko selama proses produksi
dan penjualan yang diakibatkan oleh sumber-sumber risiko yang telah
teridentifikasi, maka kerugian yang diderita dapat diperkirakan. Besarnya
kerugian yang diperkirakan tentunya tidak akan 100 persen tepat sesuai dengan
kejadian di lapangan. Oleh karena itu perlu dilakukan penetapan besarnya
kerugian dengan suatu tingkat keyakinan.
Perhitungan dampak risiko yang terjadi di Srigading Orchids dilakukan
dengan menggunakan metode Value at Risk (VaR). Perhitungan yang dilakukan
terhadap dampak risiko yang berasal dari proses produksi dan dampak risiko yang
berasal dari proses penjualan yang terjadi di Srigading Orchids menggunakan
tingkat keyakinan 95 persen dan 5 persen sisanya adalah galat atau error.
Perhitungan ini dilakukan untuk mengetahui perkiraan kerugian yang akan
dialami Srigading Orchids saat risiko selama proses produksi dan penjualan
terjadi. Berikut ini adalah penjelasan dampak kerugian akibat kematian anggrek
berdasarkan sumber-sumber risiko dan risiko penjualan yang terjadi di Srigading
Orchids.
64

1. Kondisi Cuaca
Kondisi cuaca merupakan sumber risiko yang dapat menimbulkan
kematian terhadap anggrek di Srigading Orchids. Pada kondisi kemarau tanaman
anggrek menjadi sangat rentan terhadap kekeringan, sedangkan anggrek juga
membutuhkan air dalam pertumbuhannya. Namun cuaca terlalu panas akan
menyebabkan daun menjadi layu dan juga gosong, Begitu juga jika musim hujan,
air hujan merupakan salah satu air yang baik untuk menyiram anggrek tetapi tidak
boleh berlebihan karena akan menjadi lembab dan anggrek tidak menyenangi
kondisi yang lembab (Sarwono, 2002). Pada musim penghujan anggrek kurang
mendapatkan pasokan sinar matahari sehingga proses fotosintesis menjadi kurang
optimal. Selain itu hujan lebat dan berkepanjangan dapat menyebabkan patahnya
tangkai bunga. Kematian anggrek karena kondisi cuaca yang berubah-ubah
tercatat didata produksi milik Srigading Orchids setiap periode. Hal ini dapat
dilihat pada Tabel 13.

Tabel 13. Hasil Perhitungan Dampak Kematian Anggrek yang disebabkan


Kondisi Cuaca

Jumlah Harga Kerugian


Periode
Anggrek (Pot) (Rp) (Rp)
1 Januari-Juni 2007 100 55.000 5.500.000
2 Juni-Desember 2007 80 55.000 4.400.000
3 Januari-Juni 2008 60 55.000 3.300.000
4 Juni-Desember 2008 64 55.000 3.520.000
5 Januari-Juni 2009 40 55.000 2.200.000
6 Juni-Desember 2009 20 55.000 1.100.000
7 Januari-Juni 2010 13 45.000 585.000
8 Juni-Desember 2010 9 45.000 405.000
9 Januari-Juni 2011 9 45.000 405.000
10 Juni-Desember 2011 6 45.000 270.000
11 Januari-Juni 2012 2 45.000 90.000
12 Juni-Desember 2012 1 45.000 45.000
Jumlah 21.820.000
Rata-rata 1.818.333
Standar Deviasi 1.907.346
z 1,645
VaR (Rp) 2.724.076
Sumber Data: Data Sekunder. Diolah 2013
65

Berdasarkan Tabel 13, kematian anggrek yang terjadi akibat kondisi cuaca
pada periode pertama sampai periode keduabelas berturut-turut adalah 100
tanaman anggrek, 80 tanaman anggrek, 60 tanaman anggrek, 64 tanaman anggrek,
40 tanaman anggrek, 20 tanaman anggrek, 13 tanaman anggrek, 9 tanaman
anggrek, 9 tanaman anggrek, 6 tanaman anggrek, 2 tanaman anggrek, dan 1
tanaman anggrek. Setelah itu, jumlah kematian anggrek per periode akan
dikalikan dengan harga rata-rata per periode yang kemudian akan didapatkan hasil
kerugian kematian anggrek akibat cuaca setiap periodenya. Untuk proses
perhitungan dampak kerugian dari kematian anggrek karena sumber risiko kondisi
cuaca selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 4.
Perhitungan terhadap dampak risiko pada kegiatan produksi yang bersumber
dari kondisi cuaca dengan memakai metode Value at Risk menghasilkan nilai
sebesar Rp 2.724.076 dengan tingkat keyakinan 95 persen. Nilai VaR ini berarti
kerugian maksimal yang akan diderita Srigading Orchids yang disebabkan
pengaruh kondisi cuaca adalah sebesar Rp 2.724.076, namun ada 5 persen
kemungkinan lebih besar dari Rp 2.724.076.

2. Serangan Hama Penyakit


Sumber risiko berikutnya adalah serangan hama penyakit tanaman. Hama
yang menyerang anggrek di Srigading Orchids pada umumnya adalah tungau
merah (Tennuipalvus orchidarum P.), kutu gajah (Orchidophilus aterrimus =
Acythopeus), dan siput tanpa cangkang (Parmarion pupillaris). Sedangkan
penyakit yang menyerang tanaman anggrek di Srigading Orchids adalah busuk
akar yang disebabkan cendawan Rhizoctonia solani, penyakit layu yang
disebabkan cendawan (jamur) Fusarium oxyporium, dan penyakit Cymbidium
yang disebabkan virus Mozaic cymbidium. Dari semua jenis hama dan penyakit
tersebut, hama dan penyakit yang lebih sering menyerang anggrek di Srigading
Orchids adalah kutu gajah, tungau merah, penyakit layu, dan busuk akar. Salah
satu faktor meningkatnya jumlah kematian anggrek kaerna sumber risiko hama
penyakit adalah sumberdaya manusia. Srigading Orchids mengalami kesulitan
karena sumberdaya manusia setiap tahun semakin berkurang. Semakin
berkurangnya tenaga kerja, maka semakin sulit untuk melakukan perawatan yang
66

maksimal. Selain itu, Srigading Orchids juga mengalami kendala untuk


mendapatkan sumberdaya manusia yang terampil dalam perawatan anggrek.
Sumberdaya manusia yang tidak terampil saat melakukan perawatan dan saat
melakukan penyemprotan pestisida juga bisa menjadi penyebab timbulnya risiko
ini. Hasil perhitungan dari dampak kerugian kematian anggrek karena serangan
hama dan penyakit dapat dilihat pada Tabel 14.

Tabel 14. Hasil Perhitungan Dampak Kematian Anggrek yang disebabkan


Serangan Hama Penyakit.

Jumlah Harga Kerugian


Periode
Anggrek (Pot) (Rp) (Rp)
1 Januari-Juni 2007 30 55.000 1.650.000
2 Juni-Desember 2007 24 55.000 1.320.000
3 Januari-Juni 2008 30 55.000 1.650.000
4 Juni-Desember 2008 30 55.000 1.650.000
5 Januari-Juni 2009 45 55.000 2.475.000
6 Juni-Desember 2009 30 55.000 1.650.000
7 Januari-Juni 2010 186 45.000 8.370.000
8 Juni-Desember 2010 190 45.000 8.550.000
9 Januari-Juni 2011 188 45.000 8.460.000
10 Juni-Desember 2011 124 45.000 5.580.000
11 Januari-Juni 2012 179 45.000 8.055.000
12 Juni-Desember 2012 200 45.000 9.000.000
Jumlah 58.410.000
Rata-rata 4.867.500
Standar Deviasi 3.387.112
z 1,645
VaR (Rp) 6.475.940
Sumber Data: Data Sekunder. Diolah 2013

Risiko ini terjadi setiap periode produksi dengan tingkat kematian cukup
besar. Terjadi peningkatan jumlah kematian anggrek karena serangan hama dan
penyakit. Jumlah anggrek yang mengalami kematian masing-masing per periode
secara berurutan akibat serangan hama dan penyakit tersebut adalah 30 tanaman
anggre, 24 tanaman anggrek, 30 tanaman anggrek, 30 tanaman anggrek, 45
tanaman anggrek, 30 tanaman anggrek, 186 tanaman anggrek, 190 tanaman
anggrek, 188 tanaman anggrek, 124 tanaman anggrek, 179 tanaman anggrek, dan
200 tanaman anggrek. Setelah itu jumlah kematian anggrek per periode akan
67

dikalikan dengan harga per periode. Harga di Srigading Orchids ditentukan oleh
pemilik Srigading Orchids dengan melihat harga pasaran anggrek di Malang. Pada
periode pertama hingga periode 6 harga di Srigading Orchids cukup tinggi.
Kemudian terjadi penurunan harga pada periode ketujuh hingga periode
keduabelas.
Dampak masing masing kerugian yang terjadi di Srigading Orchids pada
periode pertama sebesar Rp 1.650.000, pada periode kedua sebesar Rp 1.320.000,
pada periode ketiga Rp 1.650.000, pada periode keempat sebesar Rp 1.650.000,
pada periode kelima sebesar Rp 2.475.000, pada periode keenam adalah sebesar
Rp 1.650.000, pada periode ketujuh sebesar Rp 8.370.000, pada periode
kedelapan sebebsar Rp 8.550.000, pada periode kesembilan sebesar Rp 8.460.000,
pada periode kesepuluh sebesar Rp 5.580.000, pada periode kesebelas sebesar Rp
8.055.000, dan pada periode keduabelas sebesar Rp 9.000.000.
Perhitungan terhadap dampak risiko kematian anggrek yang disebabkan
hama dan penyakit yang dilakukan dengan metode Value at Risk menghasilkan
nilai Rp 6.475.940 dengan tingkat keyakinan 95 persen. Untuk proses perhitungan
dampak kerugian dari kematian anggrek karena sumber risiko serangan hama
penyakit selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 4. Nilai Value at Risk berarti
kerugian maksimal yang diderita akibat adanya serangan hama dan penyakit
adalah sebesar Rp 6.475.940, akan tetapi ada kemungkinan 5 persen kerugian
lebih besar dari angka tersebut.

3. Kerusakan Bangunan dan Kontaminasi Alat


Greenhouse memegang peran yang cukup krusial dalam keberhasilan
produksi anggrek. Fungsi greenhouse adalah untuk menstabilkan pengaruh cuaca,
dan serangan hama dan penyakit yang berasal dari lingkungan eksternal. Begitu
greenhouse mengalami kerusakan maka fungsinya untuk mengisolasi lingkungan
yang kondusif di dalam greenhouse tidak akan berjalan dengan baik. Saat
melakukan persilangan untuk menghasilkan bibit anggrek alat-alat yang
digunakan harus benar-benar steril, jika alat tidak steril akan membawa
mikroorganisme yang dapat mengganggu pertumbuhan biji anggrek saat di dalam
botol. Sumber risiko kerusakan bangunan dan kontaminasi alat memberikan
68

dampak yang paling besar daripada sumber risiko yang lain yaitu sebesar Rp
10.205.873. Angka tersebut mengindikasikan bahwa kerusakan bangunan dan
kontaminasi alat merupakan sumber risiko yang paling berpengaruh terhadap
usaha agribisnis anggrek di Srigading Orchids. Proses perhitungan dampak risiko
kematian anggrek yang disebabkan kerusakan bangunan dan kontaminasi alat
dapat dilihat pada Tabel 15.

Tabel 15. Hasil Perhitungan Dampak Risiko Kematian Anggrek yang disebabkan
Kerusakan Bangunan dan Kontaminasi Alat

Jumlah Anggrek Harga Kerugian


No Periode
(Pot) (Rp) (Rp)
1 Januari-Juni 2007 310 55.000 17.050.000
2 Juni-Desember 2007 296 55.000 16.280.000
3 Januari-Juni 2008 205 55.000 11.275.000
4 Juni-Desember 2008 210 55.000 11.550.000
5 Januari-Juni 2009 130 55.000 7.150.000
6 Juni-Desember 2009 150 55.000 8.250.000
7 Januari-Juni 2010 80 45.000 3.600.000
8 Juni-Desember 2010 90 45.000 4.050.000
9 Januari-Juni 2011 60 45.000 2.700.000
10 Juni-Desember 2011 70 45.000 3.150.000
11 Januari-Juni 2012 89 45.000 4.005.000
12 Juni-Desember 2012 90 45.000 4.050.000
Total Jumlah 93.110.000
Rata-rata 7.759.167
Standar Deviasi 5.152.365
z 1,645
VaR (Rp) 10.205.873
Sumber Data: Data Sekunder. Diolah 2013

Dampak risiko yang terjadi saat proses produksi di Srigading Orchids


dimulai dengan perhitungan dari sumber risiko saat kegiatan produksi yang
disebabkan oleh kerusakan bangunan dan kontaminasi alat. Kematian anggrek
disebabkan oleh kerusakan bangunan dan kontaminasi alat sangat berfluktuasi dan
memberikan dampak yang paling besar. Kasus kematian anggrek yang disebabkan
oleh kerusakan bangunan dan kontaminasi alat di Srigading Orchids tercatat pada
setiap periode produksi. Dari tabel di atas, dapat diketahui jumlah kematian
anggrek yang disebabkan oleh pengaruh kerusakan bangunan dan kontaminasi
69

alat mulai dari periode 1 sampai periode 12 adalah sebagai berikut: 310 pot, 296
pot, 205 pot, 210 pot, 130 pot, 150 pot, 80 pot, 90 pot, 60 pot, 70 pot, 89 pot dan
90 pot tanaman anggrek. Dari jumlah kematian anggrek tersebut kemudian
dikalikan dengan harga rata-rata anggrek pada masing-masing periode. Jadi,
masing-masing kerugian yang diderita Srigading Orchids selama 12 periode
adalah sebagai berikut, Rp 17.050.000-, Rp 16.280.000, Rp 11.275.000, Rp
11.550.000, Rp 7.150.000, Rp 8.250.000, Rp 3.600.000, Rp 4.050.000, Rp
2.700.000, Rp 3.150.000, Rp 3.150.000, Rp 4.005.000, dan yang terakhir Rp
4.050.000.
Dampak risiko kematian anggrek yang disebabkan oleh kerusakan bangunan
dan kontaminasi alat dihitung dengan menggunakan metode Value at Risk (VaR)
dan menghasilkan nilai Rp 10.205.873, dengan tingkat keyakinan 95 persen.
Untuk proses perhitungan dampak kerugian dari kematian anggrek karena sumber
risiko kerusakan bangunan dan kontaminasi alat selengkapnya dapat dilihat pada
Lampiran 4. Nilai Value at Risk (VaR) berarti kerugian maksimal yang diderita
karena sumber risiko yang terjadi. Jadi, dengan tingkat keyakinan 95 persen
kerugian maksimal dari kematian anggrek yang disebabkan kerusakan bangunan
dan kontaminasi alat adalah sebesar Rp 10.205.873. Namun ada 5 persen
kemungkinan kerugian lebih besar dari Rp 10.205.873.

4. Risiko Penjualan
Kasus anggrek yang tidak terjual kemungkinan disebabkan oleh perubahan
selera masyarakat dan kurangnya promosi di Srigading Orchids. Dari data risiko
dari proses penjualan hanya terjadi pada beberapa periode, yaitu pada periode
kedua, kelima, keenam, ketujuh, kedelapan, kesembilan, kesepuluh, kesebelas,
dan keduabelas. Hasil perhitungan dampak kerugian penjualan pada beberapa
periode dapat dilihat pada Tabel 16.
70

Tabel 16. Hasil Perhitungan Dampak Anggrek yang Tidak Terjual

Jumlah
Periode Harga (Rp) Kerugian (Rp)
Anggrek (Pot)
2 Juni-Desember 2007 2 55.000 110.000
5 Januari-Juni 2009 5 55.000 275.000
6 Juni-Desember 2009 3 55.000 165.000
7 Januari-Juni 2010 9 45.000 405.000
8 Juni-Desember 2010 50 45.000 2.250.000
9 Januari-Juni 2011 53 45.000 2.385.000
10 Juni-Desember 2011 65 45.000 2.925.000
11 Januari-Juni 2012 90 45.000 4.050.000
12 Juni-Desember 2012 150 45.000 6.750.000
Jumlah 19.315.000
Rata-rata 2.146.111
Standar Deviasi 2.238.811
z 1,645
VaR (Rp) 3.373.726
Sumber Data: Data Sekunder. Diolah 2013

Berdasarkan Tabel 16, jumlah anggrek yang tidak terjual karena perubahan
selera masyarakat pada beberapa periode adalah sebagai berikut pada periode
kedua anggrek yang tidak terjual sebanyak 2 tanaman anggrek, pada periode
kelima sebanyak 5 tanaman anggrek, pada periode keenam sebanyak 3 tanaman
anggrek, pada periode ketujuh sebanyak 9 tanaman anggrek, pada periode
kedelapan sebanyak 50 tanaman anggrek, pada periode kesembilan sebanyak 53
tanaman anggrek, pada periode kesepuluh sebanyak 65 tanaman anggrek, pada
periode kesebelas sebanyak 90 tanaman anggrek, dan yang terakhir pada periode
keduabelas sebanyak 150 tanaman anggrek. Berdasarkan data tersebut terjadi
peningkatan yang cukup signifikan pada periode kedelapan yaitu pada
pertengahan tahun 2010. Menurut Pemilik Srigading Orchids, pada tahun ini
permintaan anggrek menurun secara signifikan. Dari pengamatan Srigading
Orchids, terjadinya perubahan selera masyarakat terhadap tanaman hias terutama
anggrek karena perubahan trend yang terjadi.
Dampak masing masing kerugian yang diderita oleh Srigading Orchids pada
periode kedua sebesar Rp 110.000, pada periode kelima sebesar Rp 275.000, pada
periode keenam adalah sebesar Rp 165.000, pada periode ketujuh sebesar Rp
405.000, pada periode kedelapan sebebsar Rp 2.250.000, pada periode kesembilan
71

sebesar Rp 2.385.000, pada periode kesepuluh sebesar Rp 2.925.000, pada periode


kesebelas sebesar Rp 4.050.000, dan yang terakhir pada periode keduabelas
sebesar Rp 6.750.000. Untuk proses perhitungan dampak kerugian dari kematian
anggrek karena sumber risiko kerusakan bangunan dan kontaminasi alat
selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 4. Dampak risiko anggrek yang tidak
terjual karena perubahan selera masyarakat dihitung dengan menggunakan metode
Value at Risk yang menghasilkan nilai Rp 3.373.726 dengan tingkat keyakinan 95
persen. Nilai VaR berarti kerugian maksimal yang diderita oleh Srigading Orchids
akibat anggrek yang tidak terjual karena perubahan selera masyarakat adalah
sebesar Rp 3.373.726, akan tetapi ada kemungkinan 5 persen kerugian lebih besar
dari Rp 3.373.726.

1) Urutan Hasil Analisis Dampak Sumber Risiko


Berikut ini adalah urutan hasil analisis dampak kerugian terhadap masing-
masing sumber risiko. Analisis tersebut untuk mengetahui seberapa besar dan
seberapa kecil kerugian akibat terjadinya risiko dari masing-masing sumber risiko
yang terjadi di Srigading Orchids. Perhitungan analisis ini mengunakan metode
Value at Risk dan untuk proses perhitungan dampak sumber risiko dapat dilihat
pada Lampiran 4. Perbandingan dampak terjadinya risiko pada kegiatan produksi
dan pemasaran dapat dilihat pada Tabel 17.

Tabel 17. Hasil Analisis Dampak Sumber Risiko Produksi dan Penjualan

No Sumber Risiko Dampak (Rp)


1 Kerusakan Bangunan dan Kontaminasi Alat 10.205.873
2 Serangan Hama dan Penyakit 6.475.940
3 Anggrek yang Tidak Terjual 3.373.726
4 Kondisi Cuaca 2.724.076

Pada Tabel 17 dapat dilihat perbandingan hasil analisis dampak terjadinya


risiko kegiatan produksi dan risiko yang berasal dari proses penjualan yang
disebabkan oleh masing-masing sumber risiko. Berdasarkan Tabel 17 tersebut,
sumber risiko kerusakan bangunan dan kontaminasi alat memberikan dampak
yang paling besar yaitu sebesar Rp 10.205.873. Angka tersebut mengindikasikan
72

bahwa kerusakan bangunan dan kontaminasi alat merupakan sumber risiko yang
paling berpengaruh terhadap usaha agribisnis anggrek di Srigading Orchids. Pada
urutan kedua setelah kerusakan bangunan dan kontaminasi alat, dampak kerugian
sumber risiko bertinggi kedua adalah sumber risiko serangan hama penyakit
dengan kerugian sebesar Rp 6.475.940. jika sumber risiko ini terjadi, maka
sumber risiko serangan hama penyakit memiliki tingkat kerugian terbesar kedua
setelah kerusakan bangunan dan kontaminasi alat. Kemudian pada urutan ketiga,
sumber risiko terbesar adalah risiko penjualan yaitu anggrek yang tidak terjual
dengan dampak kerugian sebesar Rp 3.373.726. Kemudian pada urutan terakhir
atau sumber risiko dengan dampak kerugian terkecil adalah kondisi cuaca yang
memiliki tingkat kerugian sebesar Rp 2.724.076. Walaupun kondisi cuaca
memiliki tingkat kerugian terkecil, sumber risiko ini tetap perlu dilakukan
pengawasan agar tidak menjadi sumber risiko yang memiliki kerugian besar.
Nilai dari perhitungan dampak risiko yang dilakukan akan memiliki makna
yang lebih besar ketika hasil tersebut diplotkan kedalam peta risiko. Hal ini
bertujuan agar manajemen dapat lebih mudah menentukan strategi penanganan
risiko yang paling efektif. Jadi, dapat disimpulkan sumber risiko yang
memberikan dampak terbesar adalah sumber risiko kerusakan bangunan dan
kontaminasi alat yang memberikan dampak sebesar Rp 10.205.873. Akan tetapi
dampak risiko yang berasal dari sumber risiko yang lain harus tetap diperhatikan
oleh Srigading Orchids walaupun dampaknya terhitung lebih kecil. Selanjutnya
hasil dari perhitungan dampak risiko selama kegiatan produksi dan penjualan akan
dikombinasikan dengan hasil perhitungan analisis probabilitas risiko dari masing-
masing sumber risiko. Hal tersebut bertujuan untuk melihat gambaran bagaimana
status masing-masing sumber risiko serta posisinya pada peta risiko.

4.6 Manajemen Risiko Agribisnis Anggrek


Manajemen risiko berfungsi untuk mengenali risiko yang sering muncul,
memperkirakan probabilitas terjadinya risiko, menilai dampak yang menimbulkan
risiko, dan menyiapkan rencana penanggulangan dan respon terhadap risiko.
Manajemen risiko perusahaan (enterprise risk management) adalah cara
bagaimana menangani semua risiko yang ada dalam perusahaan dalam usaha
73

mencapai tujuan. Penanganan risiko dapat dianggap sebagai salah satu fungsi dari
manajemen (Kountur, 2008). Pentingnya manajemen risiko diantaranya adalah
untuk menerapkan tata kelola usaha yang baik, menghadapi kondisi lingkungan
usaha yang cepat berubah, mengukur risiko usaha, pengelolaan risiko yang
sistematis, serta memaksimumkan laba.
Tujuan utama dari manajemen risiko adalah untuk dapat meningkatkan
semaksimal mungkin keuntungan perusahaan. Keuntungan dapat ditingkatkan jika
kerugian-kerugian yang mengakibatkan biaya tinggi diperkecil. Keuntungan dapat
ditingkatkan dengan meningkatkan penjualan. Apabila risiko yang ditimbulkan
akibat tidak dapat menjual produk dapat diminimalkan maka lebih banyak produk
yang dapat terjual dan itu berarti ada peningkatan penjualan, jika penjualan
meningkatkan dan biaya semakin kecil, profit akan semakin meningkat.
Penanganan risiko akan sia-sia apabila tidak dapat memaksimalkan profit. Tidak
ada gunanya menjalankan manajemen risiko jika tidak dapat memberikan
keuntungan bagi perusahaan. Sebelum dapat menangani risiko, terlebih dahulu
yang perlu dilakukan adalah membuat peta risiko. Setelah semua risiko diukur
baik kemungkinannya maupun dampaknya, maka selanjutnya yang dilakukan
adalah membuat peta risiko. Peta risiko adalah gambaran tentang posisi risiko
pada suatu peta dari dua sumbu yaitu sumbu vertikal menggambarkan
probabilitas, dan sumbu horizontal menggambarkan dampak.

4.6.1 Pemetaan Sumber Risiko


Sebelum dapat menangani risiko yang terjadi di Srigading Orchids, yang
perlu dilakukan terlebih dahulu adalah membuat peta risiko. Setelah semua
sumber-sumber risiko diukur probabilitas dan dampaknya, selanjutnya yang
dilakukan adalah membuat peta risiko. Peta risiko merupakan gambaran tentang
posisi risiko pada suatu peta dari dua sumbu yaitu sumbu vertikal dan horizontal.
Sumbu vertikal merupakan probabilitas dan horizontal merupakan dampak. Pada
sumbu probabilitas dibagi menjadi dua bagian yaitu probablitas besar dan
probablitas kecil. Pada sumbu dampak juga dibagi menjadi dua bagian yaitu
dampak besar dan dampak kecil. Batas antara dampak dan probabilitas besar atau
kecil ditetapkan oleh pemilik Srigading Orchids.
74

Namun sebelum membuat peta risiko, yang perlu dilakukan terlebih dahulu
adalah membuat status risiko. Status risiko adalah ukuran yang menunjukkan
tingkatan risiko dari beberapa sumber risiko produksi yang telah terlebih dahulu
diidentifikasi. Dari status risiko akan diketahui mana risiko-risiko yang paling
besar sampai yang paling kecil. Status risiko hanya menggambarkan urutan risiko
dari yang paling berisiko sampai yang paling tidak berisiko. Selain itu, status
risiko juga untuk memperkirakan penempatan sumber-sumber risiko pada peta
risiko. Status risiko didapat dari perkalian antara probabilitas dengan dampak.
Metode nilai standar digunakan untuk mengetahui nilai probabilitas dan metode
Value at Risk untuk menghitung dampak terjadinya risiko.
Probabilitas dan dampak dari masing-masing sumber risiko yang terjadi
selama proses produksi dan penjualan di Srigading Orchids telah dianalisis dan
dihitung nilainya. Urutan proses selanjutnya yang akan dilakukan sebelum
merumuskan strategi penanganan risiko adalah melakukan pengukuran risiko
sehingga akan menghasilkan status risiko dan peta risiko. Status risiko dari
masing-masing sumber risiko yang terjadi selama proses produksi dan penjualan
yang terjadi di Srigading Orchids dapat dilihat pada Tabel 18.

Tabel 18. Status Risiko Dari Sumber Risiko Produksi dan Penjualan

Probabilitas Dampak Status


No Sumber Risiko
(%) (Rp) Risiko
1 Kondisi Cuaca 23,6 2.724.076 642.882
2 Serangan Hama Penyakit 18,9 6.475.940 1.223.953
3 Kerusakan Bangunan dan
35,2 10.205.873 3.592.467
Kontaminasi Alat
4 Anggrek yang Tidak Terjual 29,5 3.373.726 995.249

Nilai status risiko pada Tabel 18 menunjukkan tingkatan status risiko mulai
dari yang terbesar sampai yang terkecil. Kerusakan bangunan dan kontaminasi
alat merupakan sumber risiko dengan status risiko terbesar dengan nilai
3.592.467. Kerusakan bangunan dan kontaminasi alat memiliki nilai status yang
cukup tinggi disebabkan oleh nilai probabilitas dan dampak yang besar. Tingkat
status risiko selanjutnya adalah hama dan penyakit berada pada dengan nilai
75

1.223.953, hama penyakit tanaman merupakan sumber risiko yang memiliki nilai
status risiko tertinggi kedua disebabkan dampak yang ditimbulkan cukup besar.
Dan tingkat risiko yang ketiga adalah anggrek yang tidak terjual dengan nilai
995.249 dan yang terakhir adalah kondisi cuaca dengan nilai 642.882.
Prioritas utama yang perlu dipertimbangkan untuk menghindari kerugian
besar adalah penanganan pada kegiatan yang berhubungan dengan sumber risiko
kerusakan bangunan dan kontaminasi alat yang menjadi sumber risiko terbesar di
Srigading Orchids. Penanganan sumber risiko berlanjut ke sumber risiko lainnya
hingga pada sumber risiko dengan nilai status terendah, yaitu sumber risiko
kondisi cuaca. Setelah diketahui status risiko untuk masing-masing risiko,
diperlukan alternatif penanganan yang tepat berdasarkan pemetaan risiko.
Alternatif penanganan risiko dapat dijadikan rekomendasi bagi Srigading Orchids
untuk menangani risiko sesuai dengan prioritas utamanya.
Setelah menganalisis probabilitas dan dampak sumber-sumber risiko yang
terjadi selama proses kegiatan produksi dan penjualan, serta membuat status risiko
yang perlu dilakukan selanjutnya adalah membuat peta risiko. Batas antara
probabilitas besar dan kecil serta batas dampak besar dan kecil dari suatu sumber
risiko ditentukan dari rata-rata probabilitas dan rata-rata dampak risiko yang
terjadi di Srigading Orchids. Penentuan menggunakan rata-rata ini dilakukan agar
batasan risiko dapat lebih objekif dan sesuai dengan kondisi. Perhitungan
penentuan batas probabilitas besar dan kecil serta batas dampak besar dan kecil
selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 7. Perhitungan untuk menentukan batas
antara probabilitas dan dampak besar atau kecil dapat dilihat pada Tabel 19.

Tabel 19. Penentuan Batas antara Probabilitas dan Dampak Besar atau Kecil dari
Sumber Risiko Produksi dan Penjualan

Probabilitas Dampak
No. Sumber Risiko
(%) (Rp)
1. Kerusakan Bangunan dan Kontaminasi Alat 35,2 10.205.873
2. Anggrek Yang Tidak Terjual 29,5 3.373.726
3. Serangan Hama Dan Penyakit 18,9 6.475.940
4. Kondisi Cuaca 23,6 2.724.076
Rata-rata 26,8 5.694.904
76

Berdasarkan hasil perhitungan rata-rata probabilitas dari sumber-sumber


risiko, batas antara sumber-sumber risiko yang memiliki probabilitas besar dan
kecil adalah 26,8 persen. Jadi sumber risiko yang memiliki nilai probabilitas lebih
dari 26,8 persen akan menjadi probabilitas besar. Sedangkan, sumber risiko yang
memiliki nilai dibawah 26,8 persen akan menjadi probabilitas kecil. Lalu untuk
dampak, batas antara sumber-sumber risiko yang memiliki dampak besar dan
kecil adalah Rp 5.694.904. Jadi, sumber risiko yang memiliki nilai lebih besar dari
Rp 5.694.904 merupakan dampak besar, sedangkan sumber risiko yang memiliki
nilai lebih kecil dari Rp 5.694.904 merupakan dampak kecil. Peta risiko yang
terjadi di Srigading Orchids dapat dilihat pada Gambar 16.

Probabilitas (%)

Kuadran 1 Kuadran 2
Besar
 Kerusakan bangunan dan
 Anggrek yang tidak terjual
kontaminasi alat
26,8 %

Kuadran 3 Kuadran 4
Kecil
 Kondisi Cuaca  Serangan Hama dan Penyakit

Rp 5.694.904 Dampak (Rp)


Kecil Besar

Gambar 16. Hasil Pemetaan Risiko

Berdasarkan hasil pemetaan risiko pada Gambar 16, dapat dilihat bahwa
sumber-sumber risiko yang dipetakan tersebar pada semua kuadran. Sumber risiko
yang terdapat pada kuadran 1 merupakan sumber risiko yang probabilitasnya
besar sedangkan dampaknya yang ditimbulkan kecil. Pada kuadran 1 terdapat
sumber risiko anggrek yang tidak terjual. Anggrek yang tidak terjual berada pada
kuadran 1 karena nilai probabilitasnya sebesar 29,5 persen atau lebih besar dari
26,8 persen. Lalu dampak yang ditimbulkan oleh sumber risiko anggrek yang
tidak terjual Rp 3.373.726 dan lebih kecil dari Rp 5.694.904. Pada kuadran ini
mengindikasikan bahwa risiko anggrek yang tidak terjual tidak terlalu
77

mengganggu pencapaian tujuan dan target perusahaan. Namun probabilitas


terjadinya risiko tersebut bisa menjadi sangat merugikan jika tidak dilakukan
strategi penanganan.
Pada kuadaran dua yang memiliki probabiltas besar dan dampak yang
ditimbulkan besar terdapat sumber risiko kerusakan bangunan dan kontaminasi
alat. Kerusakan bangunan dan kontaminasi alat berada pada kuadran 2 karena
nilai probabilitasnya lebih besar dari 26,8 persen, lalu dampak yang ditimbulkan
oleh sumber risiko kerusakan bangunan dan kontaminasi alat lebih besar dari
batas normal atau Rp 5.694.904. Hal ini mengindikasikan bahwa sumber risiko
kerusakan bangunan dan kontaminasi alat merupakan sumber risiko yang masuk
dalam prioritas utama dan bisa berkontribusi cukup besar terhadap kematian
anggrek dengan probabilitas mulai dari sedang sampai besar dan dampak yang
ditimbulkan dari risiko kematian anggrek sedang sampai yang terbesar. Jadi,
kerusakan bangunan dan kontaminasi alat merupakan kontribusi cukup besar
terhadap kematian anggrek dan juga menyebabkan kerugian cukup besar dari
risiko penjualan.
Sumber risiko kondisi cuaca berada pada kuadran 3 dengan skala prioritas
rendah. Risiko dalam kuadran ini memiliki tingkat probabilitas kejadian yang
rendah. Walaupun terjadi, dampak kerugian cenderung kecil bagi perusahaan.
Risiko yang masuk dalam kuadran tiga cenderung dapat diabaikan sehingga
perusahaan tidak perlu mengalokasikan sumberdayanya untuk menangani risiko
tersebut namun tetap perlu dilakukan pengawasan sumber risiko dalam kuadran
ini karena suatu risiko bersifat dinamis. Risiko yang saat ini masuk ke dalam
kuadran tiga bisa pindah ke kuadran lain bila ada perubahan kondisi eksternal
maupun internal secara signifikan.
Lalu pada kuadran keempat terdapat sumber risiko serangan hama dan
penyakit dengan probabilitas kecil dan dampak yang dihasilkan besar bila sumber
risiko ini terjadi. Serangan hama penyakit merupakan salah satu sumber risiko
yang terjadi selama proses produksi. Walaupun serangan hama penyakit memiliki
probabilitas kecil namun sumber risiko ini memiliki kontribusi cukup besar
terhadap kerugian di Srigading Orchids, sehingga sumber risiko ini tidak dapat
diabaikan tanpa melakukan apapun. Artinya risiko serangan hama penyakti pada
78

kuadran ini jarang terjadi, mungkin hanya sesekali namun apabila terjadi maka
maka akan menimbulkan dampak yang cukup besar bagi Srigading Orchids. Hasil
pemetaan risiko yang sudah di buat dapat digunakan untuk menentukan strategi
yang tepat untuk penanganan sumber risiko yang terjadi, selama proses produksi
maupun penjualan yang dihadapi Srigading Orchids.

4.6.2 Strategi Penanganan Risiko Produksi


Setelah melakukan analisis status risiko dan pemetaan risiko, proses
selanjutnya yang harus dilakukan adalah mengidentifikasi strategi untuk
menangani risiko yang terjadi selama proses produksi dan penjualan yang terjadi
di Srigading Orchids. Srigading Orchids belum terlalu menerapkan penanganan
risiko secara efektif. Strategi penanganan risiko yang selama ini dilakukan oleh
Srigading Orchids untuk meminimalkan risiko dan dampaknya adalah dengan
pengalaman dalam menyelesaikan masalah yang terjadi.
Strategi penanganan risiko selama proses produksi dan penjualan yang
terjadi di Srigading Orchids berdasarkan hasil pemetaan sumber-sumber risiko
dapat disesuaikan dengan posisi sumber-sumber risiko pada kuadran peta risiko
agar mendapatkan strategi penanganan yang tepat. Berdasarkan peta risiko dapat
diketahui strategi penanganan risiko seperti apa yang paling tepat untuk
diterapkan. Strategi penanganan risiko dapat dilakukan dengan dua cara,
diantaranya adalah sebagai berikut.

1. Strategi Preventif (Strategi Menghindari Risiko)


Menurut Kountur (2006) tindakan strategi preventif dilakukan untuk
menghindari terjadinya risiko. Selain itu, strategi preventif juga dilakukan untuk
sumber risiko yang tergolong dalam probabilitas yang besar. Strategi preventif
diharapkan mampu memperkecil probabilitas terjadinya risiko yang ada pada
kuadran 1 dan yang berada pada kuadran 2 sehingga akan bergeser ke kuadran 3
dan kuadran 4. Strategi preventif yang umum dilakukan untuk mengendalikan
risiko diantaranya membuat atau memperbaiki sistem dan prosedur,
mengembangkan sumberdaya manusia, serta memasang atau memperbaiki
fasilitas fisik. Penanganan risiko berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa risiko
yang kemungkinan terjadinya besar karena tidak mempunyai sistem dan prosedur
79

yang jelas. Strategi preventif dilakukan untuk menangani sumber risiko produksi
dan penjualan yang terletak pada kuadran 2, yaitu kerusakan bangunan dan
kontaminasi alat serta anggrek yang tidak terjual. Strategi preventif untuk
menangani kedua sumber risiko tersebut dapat dilihat pada Gambar 17.

Probabilitas (%)

 Anggrek Yang Tidak  Kerusakan bangunan &


Besar
Terjual kontaminasi alat

Preventif 26,8 %

Kecil

Kecil Rp 5.694.904
Besar
Dampak (Rp)

Gambar 17. Strategi Preventif

Berdasarkan pada Gambar 17 dapat dilihat usulan strategi preventif untuk


mengatasi risiko yang terjadi selama penjualan yaitu anggrek yang tidak terjual
pada kuadran 1 serta kerusakan bangunan dan kontaminasi alat yang merupakan
sumber risiko yang terjadi selama proses produksi berada pada kuadran 2. Hasil
dari penanganan risiko dengan strategi preventif ini diharapkan dapat mengurangi
probabilitas terjadinya risiko, sehingga sumber risiko yang semula pada kuadran 1
dan kuadran 2 dapat bergeser ke kuadran 3 dan 4 yang memiliki probabilitas yang
lebih kecil. Berikut ini adalah penjelasan strategi preventif untuk menangani
sumber-sumber risiko yang berada pada kuadran 1 dan kuadran 2.

a. Anggrek Tidak Terjual


Pada kuadran 1, terdapat sumber risiko anggrek yang tidak terjual.
Srigading Orchids sudah melakukan strategi preventif dengan strategi penjualan
80

berupa promosi. Pada awalnya Srigading Orchids sudah melakukan promosi


sederhana kepada konsumen. Promosi yang sudah dilakukan oleh Srigading
Orchids adalah dengan media internet dan pamflet yaitu berupa leaflet dan flyer.
Promosi telah dilakukan oleh Srigading Orchids, namun belum terlalu maksimal.
Promosi yang dilakukan oleh Srigading Orchids hanya pada media internet dan
hanya pada salah satu sosial media yang tidak dapat terlihat oleh semua orang.
Pamflet yang menjadi alat promosi juga belum menjadi alat promosi yang
maksimal. Hal ini dapat ditanggulangi dengan cara promosi dengan media internet
yang dapat dilihat oleh semua orang, menampilkan foto anggrek hasil persilangan
Srigading Orchids yang bermutu, serta membuka penjualan secara online.
Srigading Orchids melakukan promosi melalui pameran, namun Srigading
Orchids mengikuti pameran dan lomba anggrek hanya di Malang, dan mulai tahun
2011 tidak pernah ada pameran dan perlombaan anggrek lagi hingga sekarang.
Hal ini bisa diatasi dengan cara mengikuti pameran di kota lain sekitar Malang.
Dengan mengikuti pameran di kota lain selain Malang, pemasaran Srigading
Orchids juga bisa lebih luas. Lalu Srigading Orchids juga bisa melakukan promosi
penjualan dengan memberi diskon anggrek atau melakukan pemotongan harga
anggrek. Strategi preventif yang bisa dilakukan oleh Srigading Orchids lainnya
adalah memperbaiki sistem dan prosedur. Pada awalnya Srigading Orchids
memproduksi anggrek setiap tiga bulan dan memproduksi anggrek tanpa
memperhitungkan jumlah anggrek yang dihasilkan. Hal ini dapat diperbaiki
dengan cara memproduksi anggrek sesuai jumlah pesanan sehingga tidak banyak
anggrek yang tidak terjual. Selain itu, Srigading Orchids dapat memproduksi
anggrek dalam jumlah kecil per periode (tiga bulan) sehingga jika tidak ada
pesanan anggrek maka tidak akan terjadi penumpukan anggrek yang tidak terjual.
Hal ini cukup efektif dan efisien untuk meningkatkan penjualan anggrek yang
mulai menurun.

b. Kerusakan Bangunan dan Kontaminasi Alat


Kerusakan bangunan dan kontaminasi alat merupakan sumber risiko yang
memiliki probabilitas dan dampak yang terbesar daripada sumber risiko lainnya.
Kerusakan bangunan merupakan salah satu sumber risiko yang berkontribusi
81

terhadap kerugian akibat kematian anggrek, walaupun kematian anggrek yang


dihasilkan tidak terlalu banyak. Kerusakan bangunan yang terjadi di Srigading
Orchids adalah atap greenhouse yang mengalami kebocoran atap karena tiupan
angin. Saat hal ini terjadi, banyak anggrek yang mengalami kematian karena suhu
dalam greenhouse berubah dan hama bebas masuk kedalam greenhouse yang
mengakibatkan terjadinya serangan hama terhadap anggrek. Perubahan suhu di
dalam greenhouse juga sangat mempengaruhi pertumbuhan anggrek. Greenhouse
yang mengalami kerusakan tidak bisa menyediakan kondisi suhu dan lingkungan
yang sesuai bagi tanaman anggrek yang tumbuh di dalamnya. Selain itu, akibat
dari kerusakan greenhouse anggrek akan mengalami kematian karena tidak dapat
menghindari terpaan air hujan secara langsung yang dapat menyebabkan
tumbuhan tersebut mengalami kematian.
Sumber risiko selanjutnya adalah kontaminasi alat, sumber risiko ini
mengakibatkan kematian anggrek yang paling banyak terjadi di Srigading Orchids
daripada sumber risiko kerusakan bangunan. Sumber risiko ini sering terjadi pada
awal usaha Srigading Orchids. Hal ini terjadi karena pada awalnya Bapak
Setyabudi kurang terampil dalam melakukan penebaran anggrek dalam botol.
Selain itu, dalam melakukan penebaran anggrek, terjadi kesulitan karena proses
tersebut harus benar-benar streril dari mikroorganisme. Jika terjadi kontaminasi
dari alat atau buah anggrek, maka anggrek dalam botol yang sudah ditanam akan
mengalami kematian. Tetapi semakin lama Bapak Setyabudi semakin terampil
dalam melakukan persilangan dan penebaran anggrek kedalam botol sehingga
terjadi penurunan kegagalan produksi anggrek atau kematian anggrek. Walaupun
sudah terjadi penurunan, tetapi tetap terjadi kematian anggrek karena kontaminasi
dari alat yang tidak steril.
Sumber risiko kerusakan bangunan dan kontaminasi alat dapat diatasi
dengan cara memasang fasilitas fisik dan mengembangkan sumberdaya manusia.
Secara umum greenhouse dapat didefinisikan sebagai bangunan yang berfungsi
untuk memanipulasi kondisi lingkungan agar tanaman di dalamnya dapat
berkembang optimal. Untuk tindakan preventif terhadap kerusakan bangunan
greenhouse, setiap struktur bangunan greenhouse harus dirancang agar bisa
menahan beban seperti angin, air hujan, sinar matahari tanpa mengakibatkan
82

kerusakan bangunan. Selain itu, pondasi greenhouse juga harus tahan terhadap
berbagai macam keadaan, meskipun ukuran pondasi tergantung kepada ukuran
dan tipe greenhouse. Beban yang diterima oleh semua pondasi greenhouse yang
permanen harus terbuat dari bahan yang tahan lama dan ditanam pada kedalaman
yang sesuai. Selain itu, kerusakan greenhouse juga bisa dihindari dengan
melakukan pengawasan, jika sudah mulai terlihat tanda-tanda greenhouse akan
rusak, maka dapat segera diperbaiki sehingga tidak terjadi kerusakan. Lalu untuk
menghindari kontaminasi alat yang digunakan tidak steril, Srigading Orchids
sudah melakukan perbaikan terhadap sumberdaya manusia. Bapak Setyabudi
sebagai penebar anggrek dalam botol sudah melakukan pengembangan dengan
cara mengikuti pelatihan-pelatihan serta bergabung dalam PAI (Perhimpunan
Anggrek Indonesia) di Malang, sehingga Bapak Setyabudi sudah mulai terampil
dalam melakukan penebaran anggrek. Selain itu, sumber risiko ini dapat dihindari
dengan menjaga alat agar tetap steril dengan membersihkan alat yang digunakan
secara rutin. Hal yang bisa dilakukan oleh Srigading Orchids adalah
menggunakan alat baru apabila alat yang digunakan sudah terlalu lama dan terlalu
sering digunakan. Mikroorganisme bisa saja masih berada pada alat yang
digunakan walaupun sudah dibersihkan.

2. Strategi Mitigasi (Strategi Mengatasi Risiko)


Mitigasi adalah strategi penanganan risiko yang dimaksudkan untuk
memperkecil dampak yang ditimbulkan dari risiko. Strategi mitigasi dilakukan
untuk sumber risiko yang berada pada kuadran 2 dan kuadran 4 yang memiliki
dampak cukup besar. Strategi mitigasi diharapkan untuk meminimalkan dampak
yang ditimbulkan akibat terjadinya sumber risiko. Jadi strategi mitigasi
merupakan strategi untuk mengendalikan risiko yang ada pada kuadran yang
mempunyai dampak yang besar. Strategi mitigasi dapat dilihat pada Gambar 18.
83

Probabilitas (%)

Besar  Kerusakan bangunan dan


kontaminasi alat

26,8%

Kecil  Kondisi Cuaca  Serangan Hama dan Penyakit

Kecil Rp 5.694.904 Besar


Dampak (Rp)

Mitigasi

Gambar 18. Strategi Mitigasi

Berdasarkan Gambar 18, terdapat dua sumber risiko yang harus dilakukan
strategi mitigasi. Yang pertama sumber risiko kerusakan bangunan dan
kontaminasi alat berada pada kuadran 2 dan sumber risiko hama penyakit yang
berada pada kuadran 4. Kuadran 4 merupakan kuadran dengan probabilitas risiko
cenderung rendah sedangkan dampak akibat terjadinya risiko cederung sedang
sampai besar, sehingga diperlukan strategi untuk penanganan agar bisa
meminimalkan dampak dari sumber risiko tersebut. Berikut ini adalah penjelasan
strategi mitigasi untuk menangani sumber-sumber risiko yang berada pada
kuadran 1 dan kuadran 2

a. Kerusakan Bangunan dan Kontaminasi Alat


Pada kuadran 2 terdapat sumber risiko kerusakan bangunan dan kontaminasi
dari alat yang tidak steril. Pada kuadran ini sebelumnya telah dilakukan strategi
preventif untuk meminimalkan probabilitas terjadinya sumber risiko tersebut.
Strategi mitigasi sumber risiko kerusakan bangunan dan kontaminasi alat yang
terjadi di Srigading Orchids adalah dengan memperbaiki kerusakan bangunan
greenhouse. Kerusakan bangunan jika dibiarkan terus-menerus maka bisa
84

menyebabkan kerusakan greenhouse dalam skala yang besar. Sementara ini upaya
penanganan yang dilakukan oleh Srigading Orchids dalam kerusakan bangunan
adalah melakukan perbaikan pada atap yang bocor. Setelah itu, Srigading Orchids
juga melakukan penyemprotan pestisida agar hama yang berada dalam
greenhouse tidak berkembang lebih banyak yang akan mengakibatkan kematian
anggrek dalam jumlah besar. Selain itu, tindakan mitigasi yang dapat dilakukan
oleh Srigading Orchids adalah dengan cara memindahkan anggrek yang berada
pada greenhouse yang mengalami kerusakan ketempat yang tidak terkena air
hujan atau sinar matahari secara langsung.

b. Kondisi Cuaca
Kondisi cuaca merupakan sumber risiko yang berada pada kuadran 3. Pada
kuadran 3 tidak dilakukan strategi penanganan risiko karena pada kuadran 3
probabilitas terjadinya sumber risiko kecil dan dampak yang diakibatkan juga
kecil jadi tidak terlalu merugikan perusahaan. Perusahaan juga tidak perlu
mengalokasikan sumberdayanya untuk menangani risiko tersebut. Namun, sumber
risiko yang berada pada kuadran 3 tidak bisa diabaikan. Kondisi cuaca tetap perlu
dilakukan pengawasan sumber risiko karena suatu sumber risiko cenderung
bersifat dinamis. Karena sumber risiko yang saat ini termasuk ke dalam kuadran 3
bisa pindah ke kuadran lain bila ada perubahan kondisi eksternal maupun internal
secara signifikan. Srigading Orchids telah melakukan beberapa strategi
penanganan untuk sumber risiko kondisi cuaca. Pada kondisi kemarau, Srigading
Orchids telah membuat sumur bor sebagai salah satu alternatif solusi untuk
menurunkan risiko tanaman bunga anggrek mengalami kekeringan. Menurut
Srigading Orchids kondisi kemarau masih dapat ditolerir karena pengadaan air
masih dapat diusahakan, namun jika musim penghujan dengan intensitas matahari
yang berkurang secara drastis masih sulit dicari alternatif solusinya sebagai
pengganti cahaya matahari.
Pada musim hujan Srigading Orchids melakukan penyiraman tanaman dua
atau tiga hari sekali. Hal ini dilakukan untuk mengurangi kelembaban yang tinggi.
Perubahan cuaca harian yang terlalu cepat juga dapat memicu berkembang
biaknya hama dan penyakit dengan baik. Sehingga Srigading Orchids
85

meminimalkan risiko produksi tersebut dengan cara menggunakan greenhouse


untuk menjaga kestabilan suhu. Untuk menanggulangi musim hujan yang
mengurangi intensitas cahaya matahari untuk fotosintesis anggrek masih sulit,
sehingga hanya bisa melakukan pencegahan dengan menggunakan greenhouse
dan melakukan penyiraman hanya 2 atau 3 hari sekali
Selain itu, untuk sumber risiko kondisi cuaca perusahaan bisa menerapkan
pengawasan terhadap sumber risiko ini. Namun jika sumber risiko ini perlu
penanganan lain, yang dapat dilakukan adalah mengatur pencahayaan dan tata
letak greenhouse. Misalnya selama musim hujan, intensitas cahaya didalam
greenhouse cenderung kurang, sehingga sebisa mungkin tidak ada tanaman atau
bangunan di luar greenhouse yang menghalangi pencahayaan anggrek.

c. Serangan Hama Penyakit


Serangan hama penyakit tanaman merupakan sumber risiko yang berada
pada kuadran 4. Srigading Orchids selama ini melakukan penanganan risiko
dengan tindakan preventif (pencegahan). Pencegahan merupakan tindakan yang
paling efektif dibandingkan dengan pengobatan. Selain tidak menimbulkan efek
samping tindakan pencegahan juga tidak memerlukan biaya yang besar.
Pencegahan biasanya dilakukan sebelum kegiatan pemeliharaan dimulai pada saat
sebelum atau setelah tanda-tanda serangan penyakit mulai terlihat untuk
mencegah meluasnya penyakit. Srigading Orchids sudah melakukan penanganan
risiko dengan melakukan pengamatan rutin setiap harinya, penyemprotan pupuk
dan pestisida (insektisida, fungisida) secara bergantian dua minggu sekali. Namun
apabila serangan hama dan penyakit tanaman relatif tinggi maka frekuensi
pemberian obat-obatan semakin sering (1-2 kali seminggu). Pengecekan tanaman
juga dilakukan setiap hari agar diketahui kondisi tanaman sehingga dapat
dihasilkan keberhasilan produksi yang tinggi. Selain itu, pengendalian yang
dilakukan bisa dengan membuang bagian tanaman yang terserang penyakit, lalu
bekas potongan disemprot dengan pestisida untuk tindakan pencegahannya.
Setelah itu tanaman dipindahkan pada media tanam yang baru yang masih segar
dan bersih serta memiliki aliran udara yang lancar disekitar tanaman.
86

Selanjutnya penanganan yang dilakukan oleh Srigading Orchids adalah


memproduksi sendiri bibit yang digunakan untuk menanggulangi bibit yang
rentan terhadap hama dan penyakit tanaman anggrek. Keuntungan dari
memproduksi sendiri bibit adalah terjaminnya pasokan bibit yang dibutuhkan
Srigading Orchids dan menekan biaya produksi. Keuntungan lain yang diperoleh
oleh Srigading Orchids memproduksi bibit sendiri adalah terjaminnya kualitas
bibit hasil persilangan. Selain itu, bibit persilangan anggrek bisa menghasilkan
spesies-spesies anggrek terbaru dengan aneka bentuk bunga yang bagus.
Serangan hama penyakit ini memiliki probabilitas kecil dan dampak yang
dihasilkan besar bila sumber risiko ini terjadi, artinya risiko serangan hama
penyakit pada kuadran 4 jarang terjadi, mungki hanya sesekali. Namun apabila
terjadi, maka akan menimbulkan dampak yang cukup besar bagi Srigading
Orchids. Untuk mengatasi serangan hama, bisa dengan menggunakan pestisida
berupa insektisida, fungisida dan lain-lain. Namun, penggunaan pestisida
sebaiknya harus sesuai dosis, tepat sasaran, dan tepat waktu. Sedangkan untuk
mengatasi serangan penyakit, sebaiknya bagian tanaman atau seluruh tanaman
yang sudah terkena serangan dibuang dan dimusnahkan agar penyakit tidak
menular ke tanaman lain yang belum terserang. Hal ini dilakukan untuk
mengantisipasi atau menekan agar dampak yang ditimbulkan tidak semakin besar.
87

V. PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di Srigading Orchids, dapat
diambil kesimpulan yaitu:
1. Sumber-sumber risiko yang terjadi di Srigading Orchids terdapat empat
sumber risiko terjadi mulai dari proses produksi hingga penjualan. Hasil
identifikasi risiko produksi di Srigading Orchids yaitu berupa kegagalan
dalam proses budidaya anggrek, mulai dari tahap awal sampai pada tahap
akhir. Risiko selama proses produksi adalah kematian anggrek, yang
disebabkan oleh tiga sumber yaitu adalah kondisi cuaca, hama penyakit
tanaman, kerusakan bangunan dan kontaminasi alat. Selain risiko selama
proses produksi, risiko yang terjadi di Srigading Orchids adalah risiko selama
proses penjualan. Dalam menjalankan usahanya Srigading Orchids juga
dihadapkan pada perubahan kondisi pasar. Risiko selama proses penjualan
yang telah teridentifikasi adalah anggrek yang tidak terjual. Hal ini
kemungkinan disebabkan oleh penurunan permintaan anggrek di Srigading
Orchids karena perubahan gaya hidup, perubahan selera masyarakat dan
kurangnya promosi.
2. Probabilitas terjadinya risiko dengan menggunakan alat analisis nilai z-score
sumber risiko kerusakan bangunan dan kontaminasi alat merupakan sumber
risiko yang memiliki probabilitas tertinggi yaitu sebesar 35,2 persen. Setelah
kerusakan bangunan dan kontaminasi alat, probabiltas sumber risiko yang
probabilitas terjadinya risiko tertinggi kedua yaitu anggrek yang tidak terjual
yaitu sebesar 29,5 persen. Kemudian pada urutan ketiga setelah anggrek yang
tidak terjual, sumber risiko dengan tingkat probabilitas sebesar 23,6 persen
terjadi pada sumber risiko kondisi cuaca. Dan pada urutan terakhir atau
probabilitas terkecil adalah serangan hama dan penyakit yang memiliki
probabilitas sebesar 18,9 persen.
3. Berdasarkan metode Value at Risk, diketahui dampak yang paling besar dari
keempat sumber risiko adalah kerusakan bangunan dan kontaminasi alat yang
memberikan dampak sebesar Rp 10.205.873. Sumber risiko yang
menimbulkan dampak terbesar kedua adalah serangan hama dan penyakit

87
88

yang menibulkan dampak sebesar Rp 6.475.940. Sumber risiko ketiga yang


menimbulkan dampak sebesar Rp 3.373.726 adalah risiko yang berasal dari
penjualan. Dan sumber risiko yang paling kecil menimbulkan dampak adalah
kondisi cuaca dengan dampak sebesar Rp 2.724.076.
4. Berdasarkan hasil pemetaan keempat sumber risiko di Sigading Orchids
adalah terdapat satu sumber risiko yang menggunakan strategi preventif dan
mitigasi, satu sumber risiko yang hanya menggunakan strategi preventif dan
satu sumber risiko yang hanya menggunakan strategi mitigasi. Sumber risiko
kerusakan bangunan dan kontaminasi alat dapat diatasi dengan strategi
preventif dan mitigasi. Sedangkan sumber risiko anggrek yang tidak terjual
hanya menggunakan strategi preventif. Dan yang terakhir sumber risiko
serangan hama dan penyakit hanya menggunakan strategi mitigasi.

5.2 Saran
1. Sebaiknya lebih diperhatikan lagi kebersihan dalam penggunaan alat untuk
penanaman anggrek botol. Selain itu, perlu dilakukan pengawasan terhadap
greenhouse agar kondisi di dalam greenhouse tetap terjaga. Jadi, perusahaan
dapat meminimalkan terjadinya kematian anggrek karena sumber risiko
kontaminasi alat dan kerusakan bangunan.
2. Sebaiknya diperlukan pengaturan jadwal persilangan dan penanaman anggrek
agar tidak terjadi peningkatan jumlah anggrek tidak terjual yang
menyebabkan kerugian pada perusahaan. Dan sebaiknya dilakukan
diferensiasi terhadap tanaman anggrek, misalnya dengan menjual anggrek
dalam bentuk bunga potong.
3. Agar strategi penanganan risiko yang sudah dipetakan dapat menganggulangi
probabilitas dan dampak yang ditimbulkan dari sumber risiko yang terjadi
sebaiknya biaya yang dikeluarkan untuk menangani sumber risiko harus lebih
kecil dari dampak yang ditimbulkan.
89

DAFTAR PUSTAKA

Adisarwanto, T. 2005. Buku Kenangan Pameran & Bursa Anggrek Malang Raya.
PAI Malang

Anonymousa. 2013. Orchidaceae. http://id.wikipedia.org/wiki/Orchidaceae.


Diakses 1 Februari 2013

Anonymousb. 2013. Artikel Bunga Anggrek. http://auliarochma.wordpress.com


/2009/02/27/artikel-bunga-anggrek/. Diakses 1 Februari 2013

Anonymousc. 2012. Risiko. http://www.wikipedia.org.id. Diakses 4 November


2012

Anonymousd. 2012. Manajemen Risiko. http://ajangmaruapey.blogspot.com/2010


/03/manajamen-risiko.html. Diakses 4 November 2012

Ashari, S. 1995. Hortikultura Aspek Budidaya. UI-Press. Jakarta.

Barron, 1993. Agricultural Risk. New York : Macmilllan Publishing Co, Inc.

Batuparan, D.S. 2001. Kerangka Kerja Risk Management. news edisi 5. Jakarta.

Debertin, D.L. 1986. Agricultural Production Economics. Macmillan Publishing


Company. New York.

Darmawi, H. 2002. Manajemen Resiko. Bumi Aksara. Jakarta.

Departemen Pertanian. 2007. Pengembangan Tanaman Hias Orientasi Ekspor.


Jakarta. Direktorat Budidaya Tanaman Hias.
http://www.hortikultura.deptan.go.id. Diakses 1 Februari 2013.

Departemen Pertanian. 2011. Produksi Tanaman Hias di Indonesia Tahun 2007-


2011. Jakarta. http://www.deptan.go.id/. Diakses 14 Juli 2013

Departemen Pertanian. 2012. Buku Saku Statistik Makro Sektor Pertanian Volume
4 No. 2 Tahun 2012. http://www.deptan.go.id/. Diakses 14 Juli 2013

Direktorat Jenderal Hortikultura. 2013. Statistik Produksi Hortikultura.


http://hortikultura.go.id. Diakses 3 Maret 2013

Elton, Edwin., and Gruber. 1995. Modern Portfolio Theory And Investment
Analysis.Fifth Edition. New York: Jhon Wiley And Sons, Inc.

89
90

Endah, J. 2007. Membuat Tanaman Hias Rajin Berbunga (ed. Revisi). PT


Agromedia Pustaka. Jakarta.

Eva, P. 2009. Analisis Risiko Produksi Sayuran Organik Pada Permata Hati
Organic Farm Di Bogor, Jawa Barat. [Skripsi]. IPB. Bogor

Harwood, et all.1999. Market and Trade Economics Division and Resource


Economics Division, Economic Research Service, US Department of
Agriculture. Agricultural Economic Report No.77.

Hanafi M. 2006. Manajemen Risiko. Unit Penerbit Dan Percetakan Sekolah


Tinggi Manajemen Ykpn. Yogyakarta

Handoko, H. 2000. Dasar-Dasar Manajemen Produksi dan Operasi. BPFE.


Yogyakarta.

Helentina, S. 2011. Analisis Risiko Produksi Cabai Merah Keriting Pada


Kelompok tani Pondok Menteng, Bogor. [Skripsi]. IPB. Bogor.

Kountur, R. 2004. Manajemen Risiko Operasional (Memahami Cara Mengelola


Risiko Operasional Perusahaan). PPM. Jakarta.

Kountur, R. 2006. Manajemen Risiko. Abdi Tandur. Jakarta

Kountur, R. 2008. Mudah Memahami Manajemen Risiko Perusahaan. PPM.


Jakarta.

Lam, J. 2008. Enterprise Risk Management. PT Ray Indonesia. Jakarta Pusat

Lestari, I. 2009. Budidaya Tanaman Hias Gloxinia. _____________________

Lestari, A. 2009. Manajemen risiko dalam usaha pembenihan udang vannamei


(Litopenaeus vannamei), studi kasus di PT. Suri Tani Pemuka, Kabupaten
Serang, Provinsi Banten. [Skripsi]. IPB. Bogor.

Mulyono. 1991. Operation Research. Penerbit Fakultas Ekonomi. UI. Jakarta

Palungkun, et al. 2002. Menghijaukan Ruangan. Penebar Swadaya. Jakarta.

Pranata, A.S. 2005. Panduan Budidaya dan Perawatan Anggrek. Agromedia.


Jakarta

Permana, A. 2011. Analisis Risiko Produksi Bunga Potong Mawar Pada PT


Momenta Agrikultura (Amazing Farm) Di Kecamatan Lembang, Bandung.
[Skripsi]. IPB. Bogor.
91

Pemerintah Kota Malang. 2013. Geografis Malang. http://malangkota.go.id/.


Malang. Diakses 24 Februari 2013.

Rahardi, F. 1997. Agribisnis Tanaman Hias. Penebar Swadaya. Jakarta.

Robinson, L.J and P.J Barry.1987. The Competitive Firm’s Response To Risk.
London : Macmillan Publisher.

Robert Charette. 2010. Risk, Lean Development & Profit: Getting Back to
Basics._______________________

Ruky, SA. 2002. Sukses Sebagai Manajer Profesional Tanpa Gelar MM atau
MBA. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Safitri, N.A. 2009. Analisis Risiko Produksi Daun Potong di PT Pesona Daun
Mas Asri, Ciawi Kabupaten Bogor. [Skripsi]. Fakultas Ekonomi dan
Manajemen IPB. Bogor.

Sandra, E. 2003. Kultur Jaringan Anggrek Skala Rumah Tangga. Agromedia


Pustaka. Jakarta

Sarwono, B. 2002. Menghasilkan Anggrek Porong Kualitas Prima. Agromedia.


Jakarta.

Setyobudi, Arif. 2011. Demografi, Geografis, Iklim, Keadaan Geologi.


http://malangindonesia.blogspot.com/2011/10/demografi-geografis-iklim-
keadaan.html. Di akses 17 mei 2013

Soekartawi dkk. 1993. Risiko dan Ketidakpastian Dalam Agribisnis. Raja


Grafindo Persada. Jakarta.

Soekartawi. 1996. Ilmu Usahatani dan Penelitian Untuk Pengembangan


Pertanian Kecil. Rajawali Press. Jakarta.

Sutiyoso, Y. 2006. Merawat Anggrek. Penebar Swadaya. Jakarta

Soedarmono. 1997. Tanaman Hias Ruangan, Mengenal & Merawat. Kanisius.


Yogyakarta

Tirza, F. 2009. Analisis Usahatani Tanaman Hias Anggrek Dan Anthurium, Studi
Kasus Usaha Tanaman Hias Di Kota Medan. [Skripsi]. USU. Medan

Utami, IW. 2008. Analisis Strategi Pengembangan Agribisnis Anggrek di Bogor.


[Skripsi]. IPB. Bogor.
92

LAMPIRAN
93

Lampiran 1. Tabel Data Sumber-Sumber Risiko Srigading Orchids

Jumlah Kematian Anggrek Disebabkan


Periode Kondisi Cuaca Hama Penyakit Kerusakan Bangunan dan Anggrek Tidak
(Pot) (Pot) Kontaminasi Alat (Pot) Terjual (Pot)
1 Januari-Juni 2007 100 30 310 0
2 Juni-Desember 2007 80 24 296 2
3 Januari-Juni 2008 60 30 205 0
4 Juni-Desember 2008 64 30 210 0
5 Januari-Juni 2009 40 45 130 5
6 Juni-Desember 2009 20 30 150 3
7 Januari-Juni 2010 13 186 80 9
8 Juni-Desember 2010 9 190 90 50
9 Januari-Juni 2011 9 188 60 53
10 Juni-Desember 2011 6 124 70 65
11 Januari-Juni 2012 2 179 89 90
12 Juni-Desember 2012 1 200 90 150
Total 404 1256 1780 427

93
94

Lampiran 2. Perhitungan Probabilitas Sumber-Sumber Risiko

1. Kondisi Cuaca
a. Rata-Rata Probabilitas Risiko
∑𝑛𝑖=1 𝑥𝑖
𝑥=
𝑛

∑12
i=1 100 + 80 + 60 + 64 + 40 + 20 + 13 + 9 + 9 + 6 + 2 + 1
x=
12
404
x= = 34
12

b. Standar Deviasi

∑𝑛𝑖=1(𝑥𝑖 − 𝑥)²
𝑠= √
𝑛−1

∑12 (100-34)2 +(80-34)2 +(60-34)2 +(64-34)2 +(40-34)2 +(20-34)2 +(13-34)2 +(9-34)2 +(9-34)2 +(6-34)2 +(2-34)2 +(1-34)2
s = √ i=1
12-1

12867
𝑠= √
11

𝑠 = √1170 = 34

94
95

Lampiran 2. (Lanjutan)

c. Menghitung z-score
𝑥−𝑥
𝑧=
𝑠
9 − 34
𝑧= = −0,72
34

2. Serangan Hama Penyakit


a. Rata-Rata Probabilitas Risiko
∑𝑛𝑖=1 𝑥𝑖
𝑥=
𝑛

∑12
i=1 30 + 24 + 30 + 30 + 45 + 30 + 186 + 190 + 188 + 124 + 179 + 200
x=
12
1256
x= = 105
12

95
96

Lampiran 2. (Lanjutan)

b. Standar Deviasi

∑𝑛𝑖=1(𝑥𝑖 − 𝑥)²
𝑠= √
𝑛−1

∑12 (30-105)2 + (24-105)2 + (30-105)2 + (30-105)2 + (45-105)2 + (30-105)2 +(186-105)2 +(190-105)2 +(188-105)2 +(124-105)2 +(179-105)2 +(200-105)2
S = √ i=1
12-1

68198
𝑠= √
11

𝑠 = √6200 = 79

c. Menghitung z-score

𝑥−𝑥
𝑧=
𝑠

35 − 105
𝑧= = −0,88
79

96
97

Lampiran 2. (Lanjutan)

3. Kerusakan Bangunan dan Kontaminasi Alat


a. Rata-rata Probabilitas Risiko
∑𝑛𝑖=1 𝑥𝑖
𝑥=
𝑛

∑12
i=1 310 + 296 + 205 + 210 + 130 + 150 + 80 + 90 + 60 + 70 + 89 + 90
x=
12
1780
x= = 148
12

b. Standar Deviasi

∑𝑛 (𝑥𝑖 − 𝑥)²
𝑠 = √ 𝑖=1
𝑛−1

∑12 (310-148)2 + (296-148)2 + (205-148)2 + (210-148)2 + (130-148)2 + (150-148)2 +(80-148)2 +(90-148)2 +(60-148)2 +(70-148)2 +(89-148)2 +(90-148)2
S = √ i=1
12-1

84230
𝑠= √
11

𝑠 = √7657 = 88

97
98

Lampiran 2. (Lanjutan)

c. Menghitung z-score
𝑥−𝑥
𝑧=
𝑠

115 − 148
𝑧= = −0,38
88

4. Anggrek yang Tidak Terjual


a. Rata-Rata Probabilitas Risiko
∑ni=1 xi
x=
n

∑12
i=1 0 + 2 + 0 + 0 + 5 + 3 + 9 + 50 + 53 + 65 + 90 + 150
x=
12
420
x= = 36
12

98
99

Lampiran 2. (Lanjutan)

b. Standar Deviasi

∑𝑛 (𝑥𝑖 − 𝑥)²
𝑠 = √ 𝑖=1
𝑛−1

∑12 (0 − 36)2 + (2 − 36)2 + (0 − 36)2 + (0 − 36)2 + (5 − 36)2 + (3 − 36)2 + (9 − 36)2 + (50 − 36)2 + (53 − 36)2 + (65 − 36)2 + (90 − 36)2 + (150 − 36)2
𝑆 = √ 𝑖=1
12 − 1

1296 + 1156 + 1296 + 1296 + 961 + 1089 + 729 + 196 + 289 + 841 + 2916 + 12996
𝑠= √
12 − 1

25061
𝑠= √
11

𝑠 = √2278 = 48

c. Menghitung z-score
𝑥−𝑥
𝑧=
𝑠
10−36
𝑧= = −0,54
48

99
100

Lampiran 3. Tabel Hasil Perhitungan Probabilitas Sumber-Sumber Risiko

Jumlah Kematian Anggrek Disebabkan


Periode Kondisi Hama Penyakit Kerusakan Bangunan dan Anggrek Tidak
Cuaca (Pot) (Pot) Kontaminasi Alat (Pot) Terjual (Pot)
1 Januari-Juni 2007 100 30 310 0
2 Juni-Desember 2007 80 24 296 2
3 Januari-Juni 2008 60 30 205 0
4 Juni-Desember 2008 64 30 210 0
5 Januari-Juni 2009 40 45 130 5
6 Juni-Desember 2009 20 30 150 3
7 Januari-Juni 2010 13 186 80 9
8 Juni-Desember 2010 9 190 90 50
9 Januari-Juni 2011 9 188 60 53
10 Juni-Desember 2011 6 124 70 65
11 Januari-Juni 2012 2 179 89 90
12 Juni-Desember 2012 1 200 90 150
Total 404 1256 1780 427
Rata-rata 34 105 148 36
Standar Deviasi 34 79 88 48
X 9 35 115 10
Z-score -0,72 -0,88 -0,38 -0,54
Nilai Tabel 0,236 0,189 0,352 0,295
Probabilitas Risiko (%) 23,6 18,9 35,2 29,5
Keterangan:
X = Batas normal kematian anggrek dan anggrek yang tidak terjual di Srigading Orchids (ditentukan oleh Pemilik Srigading Orchids)

100
101

Lampiran 4. Perhitungan Dampak dari Sumber-Sumber Risiko

1. Kondisi Cuaca
a. Rata-Rata Kerugian

∑𝑛𝑖=1 𝑥𝑖
𝑥=
𝑛
∑12
𝑖=1 5.500.000 + 4.400.000 + 3.300.000 + 3.520.000 + 2.200.000 + 1.100.000 + 585.000 + 405.000 + 405.000 + 270.000 + 90.000 + 45.000
𝑥=
12

21.820.000
𝑥= = 𝑅𝑝 1.818.333
12

b. Standar Deviasi

∑𝑛 (𝑥𝑖 − 𝑥)²
𝑠 = √ 𝑖=1
𝑛−1

∑12 (5.500.000 − 1.818.333)2 + (4.400.000 − 1.818.333)2 + (3.300.000 − 1.818.333)2 + ⋯ ⋯ ⋯ + (90.000 − 1.818.333)2 + (45.000 − 1.818.333)2
𝑆 = √ 𝑖=1
12 − 1

40.017.666.666.668
𝑠= √
11

𝑠 = √3.637.969.696.970 = 1.907.346

101
102

Lampiran 4. (Lanjutan)

c. Value at Risk
𝑠
𝑉𝑎𝑅 = 𝑥̅ + 𝑧 ( )
√𝑛
1.907.346
𝑉𝑎𝑅 = 1.818.333 + 1,645 ( )
√12
𝑉𝑎𝑅 = 1.818.333 + 1,645 (550.603)

𝑉𝑎𝑅 = 1.818.333 + 905.743 = 𝑅𝑝 2.724.076

2. Serangan Hama Penyakit


a. Rata-Rata Kerugian

∑𝑛𝑖=1 𝑥𝑖
𝑥=
𝑛
∑12
i=1 1.650.000+1.320.000+1.650.000+1.650.000+2.475.000+1.650.000 + 8.370.000 +8.550.000+8.460.000+5.580.000+8.055.000+9.000.000
x=
12

58.410.000
𝑥= = 𝑅𝑝 4.867.000
12

102
103

Lampiran 4. (Lanjutan)

b. Standar Deviasi

∑𝑛𝑖=1(𝑥𝑖 − 𝑥)²
𝑠= √
𝑛−1

∑12 (1.650.000 − 4.867.500)2 + (1.320.000 − 4.867.500)2 + (1.650.000 − 4.867.500)2 + ⋯ ⋯ + (8.055.000 − 4.867.500)2 + (9.000.000 − 4.867.500)2
𝑆 = √ 𝑖=1
12 − 1

126.197.775.000.000
𝑠= √
11

𝑠 = √11.472.525.000.000 = 3.387.112

c. Value at Risk
𝑠
𝑉𝑎𝑅 = 𝑥̅ + 𝑧 ( )
√𝑛
3.387.112
𝑉𝑎𝑅 = 4.867.500 + 1,645 ( )
√12
𝑉𝑎𝑅 = 4.867.500 + 1,645 (977.775)

𝑉𝑎𝑅 = 4.867.500 + 1.608.440 = 𝑅𝑝 6.475.940

103
104

Lampiran 4. (Lanjutan)

3. Kerusakan Bangunan dan Kontaminasi Alat


a. Rata-Rata Kerugian

∑𝑛𝑖=1 𝑥𝑖
𝑥=
𝑛
∑12
i=1 17.050.000+16.280.000+11.275.000+11.550.000+7.150.000+8.250.000 + 3.600.000 +4.050.000+2.700.000+3.150.000+4.005.000+4.050.000
x=
12

93.110.000
𝑥= = 𝑅𝑝 7.759.167
12

b. Standar Deviasi

∑𝑛 (𝑥𝑖 − 𝑥)²
𝑠 = √ 𝑖=1
𝑛−1

∑12 (17.050.000 − 7.759.167)2 + (16.280.000 − 7.759.167)2 + (11.275.000 − 7.759.167)2 + ⋯ ⋯ + (4.005.000 − 7.759.167)2 + (4.050.000 − 7.759.167)2
𝑆 = √ 𝑖=1
12 − 1

292.015.541.666.668
𝑠= √
11

𝑠 = √26.546.867.424.243 = 5.152.365

104
105

Lampiran 4. (Lanjutan)

c. Value at Risk
𝑠
𝑉𝑎𝑅 = 𝑥̅ + 𝑧 ( )
√𝑛
5.152.365
𝑉𝑎𝑅 = 7.759.167 + 1,645 ( )
√12
𝑉𝑎𝑅 = 7.759.167 + 1,645 (1.487.360)

𝑉𝑎𝑅 = 7.759.167 + 2.446.707 = 𝑅𝑝 10.205.873

4. Anggrek yang Tidak Terjual


a. Rata-Rata Kerugian

∑𝑛𝑖=1 𝑥𝑖
𝑥=
𝑛

∑12
𝑖=1 110.000 + 275.000 + 1.65.000 + 405.000 + 2.250.000 + 2.385.000 + 2.925.000 + 4.050.000 + 6.750.000
𝑥=
12

19.315.000
𝑥= = 𝑅𝑝 2.146.111
12

105
106

Lampiran 4. (Lanjutan)

b. Standar Deviasi

∑𝑛𝑖=1(𝑥𝑖 − 𝑥)²
𝑠= √
𝑛−1

∑9𝑖=1(110.000 − 2.146.111)2 + (275.000 − 2.146.111)2 + (165.000 − 2.146.111)2 + ⋯ ⋯ + (4.050.000 − 2.146.111)2 + (6.750.000 − 2.146.111)2
𝑆 = √
9−1

40.098.188.888.889
𝑠= √
8

𝑠 = √5.012.273.611.11 = 2.238.811

c. Value at Risk
𝑠
𝑉𝑎𝑅 = 𝑥̅ + 𝑧 ( )
√𝑛
2.238.811
𝑉𝑎𝑅 = 2.146.111 + 1,645 ( )
√12
𝑉𝑎𝑅 = 7.759.167 + 1,645 (746.270)
𝑉𝑎𝑅 = 7.759.167 + 1.227.615 = 𝑅𝑝 3.373.726

106
107

Lampiran 5. Tabel Hasil Perhitungan Dampak dari Sumber-Sumber Risiko

1. Tabel Hasil Perhitungan Dampak Kerugian Anggrek di Srigading Orchids yang


disebabkan Kondisi Cuaca

Jumlah
Periode Anggrek Harga (Rp) Kerugian (Rp)
(Pot)
1 Januari-Juni 2007 100 55.000 5.500.000
2 Juni-Desember 2007 80 55.000 4.400.000
3 Januari-Juni 2008 60 55.000 3.300.000
4 Juni-Desember 2008 64 55.000 3.520.000
5 Januari-Juni 2009 40 55.000 2.200.000
6 Juni-Desember 2009 20 55.000 1.100.000
7 Januari-Juni 2010 13 45.000 585.000
8 Juni-Desember 2010 9 45.000 405.000
9 Januari-Juni 2011 9 45.000 405.000
10 Juni-Desember 2011 6 45.000 270.000
11 Januari-Juni 2012 2 45.000 90.000
12 Juni-Desember 2012 1 45.000 45.000
Jumlah 21.820.000
Rata-rata 1.818.333
Standar Deviasi 1.907.346
z 1,645
VaR (Rp) 2.724.076
Keterangan:
z: Nilai tabel z dari galat eror yaitu 5 % atau 0,05
108

Lampiran 5. (Lanjutan)

2. Tabel Hasil Perhitungan Dampak Kematian Anggrek di Srigading Orchids


yang disebabkan Serangan Hama Penyakit.

Jumlah
Harga Kerugian
Periode Anggrek
(Rp) (Rp)
(Pot)
1 Januari-Juni 2007 30 55.000 1.650.000
2 Juni-Desember 2007 24 55.000 1.320.000
3 Januari-Juni 2008 30 55.000 1.650.000
4 Juni-Desember 2008 30 55.000 1.650.000
5 Januari-Juni 2009 45 55.000 2.475.000
6 Juni-Desember 2009 30 55.000 1.650.000
7 Januari-Juni 2010 186 45.000 8.370.000
8 Juni-Desember 2010 190 45.000 8.550.000
9 Januari-Juni 2011 188 45.000 8.460.000
10 Juni-Desember 2011 124 45.000 5.580.000
11 Januari-Juni 2012 179 45.000 8.055.000
12 Juni-Desember 2012 200 45.000 9.000.000
Jumlah 58.410.000
Rata-rata 4.867.500
Standar Deviasi 3.387.112
z 1,645
VaR (Rp) 6.475.940
Keterangan:
z: Nilai tabel z dari galat eror yaitu 5 % atau 0,05
109

Lampiran 5. (Lanjutan)

3. Tabel Hasil Perhitungan Dampak Risiko Kematian Anggrek yang disebabkan


Kerusakan Bangunan dan Kontaminasi Alat

Jumlah
Harga Kerugian
No Periode Anggrek
(Rp) (Rp)
(Pot)
1 Januari-Juni 2007 310 55.000 17.050.000
2 Juni-Desember 2007 296 55.000 16.280.000
3 Januari-Juni 2008 205 55.000 11.275.000
4 Juni-Desember 2008 210 55.000 11.550.000
5 Januari-Juni 2009 130 55.000 7.150.000
6 Juni-Desember 2009 150 55.000 8.250.000
7 Januari-Juni 2010 80 45.000 3.600.000
8 Juni-Desember 2010 90 45.000 4.050.000
9 Januari-Juni 2011 60 45.000 2.700.000
10 Juni-Desember 2011 70 45.000 3.150.000
11 Januari-Juni 2012 89 45.000 4.005.000
12 Juni-Desember 2012 90 45.000 4.050.000
Total Jumlah 93.110.000
Rata-rata 7.759.167
Standar Deviasi 5.152.365
z 1,645
VaR (Rp) 10.205.873
Keterangan:
z: Nilai tabel z dari galat eror yaitu 5 % atau 0,05
110

Lampiran 5. (Lanjutan)

4. Tabel Hasil Perhitungan Dampak Anggrek Tidak Terjual di Srigading Orchids

Jumlah
Harga Kerugian
Periode Anggrek
(Rp) (Rp)
(Pot)
2 Juni-Desember 2007 2 55.000 110.000
5 Januari-Juni 2009 5 55.000 275.000
6 Juni-Desember 2009 3 55.000 165.000
7 Januari-Juni 2010 9 45.000 405.000
8 Juni-Desember 2010 50 45.000 2.250.000
9 Januari-Juni 2011 53 45.000 2.385.000
10 Juni-Desember 2011 65 45.000 2.925.000
11 Januari-Juni 2012 90 45.000 4.050.000
12 Juni-Desember 2012 150 45.000 6.750.000
Jumlah 19.315.000
Rata-rata 2.146.111
Standar Deviasi 2.238.811
z 1,645
VaR (Rp) 3.373.726
Keterangan:
z: Nilai tabel z dari galat eror yaitu 5 % atau 0,05
111

Lampiran 6. Tabel Distribusi Z


112

Lampiran 7. Perhitungan Penentuan Batas Antara Probabilitas dan Dampak Besar


atau Kecil dari Sumber Risiko Produksi dan Penjualan

1. Rata-Rata Probabilitas

∑𝑛𝑖=1 𝑝𝑟𝑜𝑏𝑎𝑏𝑖𝑙𝑖𝑡𝑎𝑠
𝑥=
𝑛

∑4𝑖=1 23,6 + 18,9 + 35,2 + 29,5


𝑥=
4
107,2
𝑥=
4
𝑥 = 26,8

2. Rata-Rata Dampak

∑𝑛𝑖=1 𝑑𝑎𝑚𝑝𝑎𝑘
𝑥=
𝑛

∑4𝑖=1 2.724.076 + 6.475.940 + 10.205.873 + 3.373.726


𝑥=
4
22.779.615
𝑥=
4
𝑥 = 5.694.904
113

Lampiran 8. Dokumentasi

1. Lokasi Srigading Orchids


114

Lampiran 8. (Lanjutan)

2. Pamflet Srigading Orchids


115

Lampiran 9. Variabel Metode z-score

Probabilitas (Metode Nilai Standar Z-Score)


Rata-Rata Probabilitas Standar Deviasi Z-Score (%)
No Risiko
∑𝑛𝑖=1 𝑥𝑖 ∑𝑛 (𝑥𝑖 − 𝑥)² 𝑥−𝑥
𝑥= 𝑠 = √ 𝑖=1 𝑧=
𝑛 𝑛−1 𝑠
1. Sumber Kematian xi: Jumlah kematian anggrek xi: Jumlah kematian anggrek x : Batas jumlah kematian anggrek
Risiko anggrek per periode disebabkan per periode disebabkan oleh: yang dianggap masih dalam taraf
Produksi oleh: 1. Cuaca normal (ditentukan oleh
1. Cuaca 2. Hama Penyakit Srigading Orchids)
2. Hama Penyakit 3. Kontaminasi alat dan
3. Kontaminasi alat dan kerusakan bangunan 𝑥: Rata-rata probabilitas
kerusakan bangunan
𝑥: Rata-rata probabilitas s : Standar deviasi
n: periode
2. Sumber Anggrek xi: Jumlah anggrek yang tidak xi: Jumlah anggrek yang tidak x : Batas jumlah anggrek yang tidak
Risiko yang tidak terjual per periode. terjual per periode per terjual yang dianggap masih
Penjualan terjual periode oleh srigading dalam taraf normal (ditentukan
orchids oleh Srigading Orchids)

𝑥: Rata-rata probabilitas 𝑥: Rata-rata probabilitas

s : Standar deviasi

115
116

Lampiran 10. Variabel Metode Value at Risk

Metode Value at Risk Dampak Risiko (Kerugian)


Kerugian per periode Rata-Rata Kerugian Standar Deviasi Value at Risk (Rp)
No Risiko
∑𝑛𝑖=1 𝑥𝑖 ∑𝑛 (𝑥𝑖 − 𝑥)² 𝑠
x.p 𝑥= 𝑠 = √ 𝑖=1 𝑉𝑎𝑅 = 𝑥̅ + 𝑧 ( )
𝑛 𝑛−1 √𝑛
1. Sumber Kematian x: Jumlah kematian xi: Jumlah Kerugian xi: Jumlah kerugian 𝑥̅ : Kerugian per periode
Risiko Anggrek anggrek per periode Anggrek Per Periode anggrek per periode
Produksi disebabkan oleh: disebabkan oleh: disebabkan oleh: 𝑧: nilai tabel dari galat
1. Cuaca 1. Cuaca 1. Cuaca eror (1,645)
2. Hama penyakit 2. Hama Penyakit 2. Hama Penyakit
3. Kontaminasi alat dan 3. Kontaminasi alat dan 3. Kontaminasi alat dan 𝑠: Standar deviasi
kerusakan bangunan kerusakan bangunan kerusakan bangunan dampak

p: Harga Anggrek per n: periode 𝑥: Rata-rata dampak n: Periode


periode
2. Sumber Anggrek x: Jumlah anggrek tidak xi: Jumlah kerugian xi: Jumlah kerugian 𝑥̅ : Kerugian per periode
Risiko Tidak terjual per periode. anggrek per periode anggrek per periode
Penjualan terjual disebabkan oleh: disebabkan oleh: 𝑧: nilai tabel z dari galat
p: Harga Anggrek per 1. Cuaca 1. Cuaca eror (1,645)
periode 2. Hama Penyakit 2. Hama Penyakit
3. Kontaminasi alat dan 3. Kontaminasi alat dan 𝑠: Standar deviasi
kerusakan bangunan kerusakan bangunan dampak

n: periode 𝑥: Rata-rata Dampak n: Periode

116

Anda mungkin juga menyukai