Anda di halaman 1dari 32

Program S1

Jurusan Teknik kimia


Institute Teknologi Nasional

1
LAPORAN KERJA PRAKTEK
PT PEROKSIDA INDONESIA PRATAMA
Program S1
Jurusan Teknik kimia
Institute Teknologi Nasional

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Proses produksi hidrogen peroksida meliputi alur sintesis reaksi sistem proses
produksi. PT Peroksida Indonesia Pratama (PIP) melakukan proses produksi H2O2
berdasarkan proses auto oksidasi antrakuinon. Pembuatann H2O2 pada proses ini terdiri
dari tiga bagian utama yaitu hidrogenasi, oksidasi, dan ekstraksi. Tahapan tambahan
yang dilakukan PT PIP adalah purifikasi dan distilasi untuk mendapat produk H2O2
dengantingkat kemurnian yang cukup tinggi, selain itu ada tahap regenerasi larutan
kerja atau biasa disebut WS.

Proses pembuatan hidrogen peroksida di PT PIP menggunakan bahan baku


berupa gas hidrogen (H2) dan oksigen (O2) dari udara bebas. Adapun bahan baku
penunjang yang digunakan berupa larutan kerja/WS yang terdiri dari amil antrakuinon
atau dalam nama pabrik sering disebut sebagai AQ. Pada proses pembuatan H2O2,
larutan kerja atau WS berfungsi sebagai larutan pembawa dan pereaksi. Larutan kerja
ini terdiri dari Amil antraquinon atau AQ (C19H18O2), Trimetil benzena atau P-SL
(C9H12), dan Diisobutil karbinol atau D-SL (C19H20O).

Unit Regenerasi WS (#1600) berfungsi mengubah produk samping TH dan OX


menjadi AQ sehingga bisa digunakan kembali sebagai WS. Pengubahan TH dan OX
menjadi AQ dilakukan dengan mereaksikan produk samping tersebut dengan gas etilen
(C2H4).

1
LAPORAN KERJA PRAKTEK
PT PEROKSIDA INDONESIA PRATAMA
Program S1
Jurusan Teknik kimia
Institute Teknologi Nasional

1.2 Rumusan Masalah


Pada nyatanya dilapangan pada proses regenerasi, OX dan TH tidak berubah
menjadi AQ kembali tetapi hanya HQ yang teregenrasi menjadi AQ karena adanya
beberapa faktor yang dapat mempengaruhi proses regenerasi WS. Maka dari itu
ditinjaulah neraca massa dari proses regenerasi untuk dapat mengetahui seberapa
efisien proses regenerasi yang terjadi pada reaktor regenerasi WS dan keakuratan data
yang terbaca dilapangan.

1.3 Tujuan
1. Menghitung neraca massa dari unit regenerasi.

2. Menghitung efisiensi proses regenerasi larutan kerja/WS.

1.4 Ruang Lingkup


Pada proses regenerasi larutan kerja/WS, larutan Ws yang akan diregenerasi
diambil dari tangki #1121dengan laju alir sebesar 9 m3/h yang direaksikan dengan mix
gass yang terdiri dari C2H4, C2H6, N2 dengan laju alir sebesar 508 Nm3/h yang di beri
make up dari C2H4 murni dari unit #2700 dengan laju alir sebesar 3,8 Nm3/h. WS hasil
dari regenerasi komposisinya dapat dilihat pada sampel N dan sedangkan komposisi
gas dari reaktor regenerasi dapat dilihat pada sampel S. Gas hasil reaksi regenerasi WS
yang mengandung C2H4, C2H6, N2 dan komposisinya dapat dilihat pada sampel S
sebagian besar di recycle dan sebaian lagi di dilepas melalui venting.

2
LAPORAN KERJA PRAKTEK
PT PEROKSIDA INDONESIA PRATAMA
Program S1
Jurusan Teknik kimia
Institute Teknologi Nasional

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Hidrogen Peroksida

Hidrogen peroksiga dengan rumus H2O2 ditemukan oleh Louis Jacques


Thernard di tahun 1818. Senyawa ini merupkan bahan kimia anorganik yang
memiliki sifat oksidator kuat. Bahan baku pembuatan hidrogen peroksida adalah gas
hidrogen (H2) dan gas oksigen (O2). Teknologi yang banyak digunakan di dalam
industri hidrogen peroksida adalah auto oksidasi Anthraquinone.

2.1.1 Sifat Umum Hidrogen Peroksida


H2O2 tidak berwarna, berba khas agak keasaman, dan larut dengan baik
dalam air. Dalam kondisi normal (kondisi ambient ), hidrogen peroksiga sangat
stabil dengan laju dekomposisi kira-kira kurang 1% per tahun.

Salah satu eunggulan hidrogen peroksiga dibandingkan dengan oksidator


yang lain adalah sifatnya yang ramah lingungan arena tidak meninggalkan residu
yang berbahaya. Kekuatan oksigarotnya pun dapat diatr sesuai dengan
kebutuhan. Sebagai contoh dalam industri pulp dan kertas, penggunaan hidrogen
peroksida biasanya dikombinasikan dengan NaOH atau soda api. Semakin basa,
maka laju dekomposisi hidrogen peroksiga pun semakin tinggi.

2.1.2 Kegunaan Hidrogen Peroksida


Hidrogen peroksiga (H2O2) memiliki banyak kegunaan, bahkan merupakan
senyawa peroksiga yang paling banyak kegunaannya. Aplikasinya antara lain
meliputi :

3
LAPORAN KERJA PRAKTEK
PT PEROKSIDA INDONESIA PRATAMA
Program S1
Jurusan Teknik kimia
Institute Teknologi Nasional

 Sebagai bahan pemutih tekstil


Hidrogen peroksiga adalah bahan pemutih yang paling tepat dan egisien untuk
tekstil jenis Cotton maupun tekstil jenis campuran Plyester Cotton.
 Sebagai bahan pemutih pulp
Hidrogen peroksiga dipergunakan untk melepaskan tinta pada kertas bekas
(deingking process)yang akan dipakai sebagai bahan baku pembuatan kertas
koran/majalah di pabrik kertas.
 Pemutih kayu dan rotan
 Bahan campuran snyawa Peroksiga lainnya.
Hidrogen peroksiga dipergunakan sebagai bahan campuran berbagai jenis
bahan campuran peroksida seperti : natrium perborate, natrium carbonate
perxihydrate(bahan pembuat detergen), methyl ethyl ketone peroxide, buthyl
hydroperoxide,benzoil peroxide, dan lain lain.
 Pembuatan berbagai jenis bahan kimia
Hidrogen peroksida dipergunakan adlam pembuatan berbagai jenis bahan kimia
seperti : campuran epoxy, amenioxie, hydroquinone, catachecol, dan juga
memepercepat prses vulkanisir serta dipergunkana sebagai salah satu unsur
bahan ramuan untuk obat penyubur rambt/kosmetik.
 Metal Etching
Hidrogen peroksiga dipergunakan dalam proses metal ethcing tembaha maupun
temabah campuran.
 Proses pembasman kuman untuk pengepakan
Hidrogen peroksiga dipergunakan segabai desinfektan dalam proses
pembasmian kuman pada proses pengenakan susu, jus (juice) dan lain-lain.
 Pembersih Air
Hidrogen peroksida juga dipergunakan untuk membersihkan air limbah yang
tercemar polusi seperti : Hidrogen Sulfida (H2S), Phenilics, Cyanides, dan
unsur lain yang terdapat dalam limbah air.

4
LAPORAN KERJA PRAKTEK
PT PEROKSIDA INDONESIA PRATAMA
Program S1
Jurusan Teknik kimia
Institute Teknologi Nasional

2.1.3 Proses – proses Pembuatan Hidrogen Peroksida


Hidrogen peroksiga dapat diproduksi melalui berbagai cara, antara lain
proses kimia basah, proses elektrokimia, proses autosidasi alkohol, dan proses
autosidasi antrakuinon.

 Proses Kimia Basah

Proses ini pertama kali dikembangkan oleh L.J Thenard pada tahun 1818.
Hidrogen peroksida diperoleh dengan cara mereaksikan barium peroksida (BaO2)
dengan asam. Reaksi yang terjadi sebagai berikut :

BaO2 + 2HCl BaCl2 + H2O2

BaO2 + 2HCl BaCl2 + H2O2

BaO2 + 2HCl BaCl2 + H2O2

Asam klorida digunakan untuk melepaskan peroksida dan membentuk


hidrogen peroksida. Barium klorida (BaCL2) yang terbentuk kemudian
dipresipitasi (diendapkan) oleh asam sulfat (H2SO4). Proses ini digunakan untuk
memperoduksi hidrogen peroksida sampai sekitar tahun 1900. Proses ini tidak
dapat bertahan lama karena biaya produksi yang mahal, kadar produk H2O2
rendah, dan tingkat kestabilan yang kurang baik.

 Proses Elektrokimia

Pada tahun 1879, Berthelot berhasil menemukan bahwa asam


peroksidisulfat (H2S2O8). Proses ini secara garis besar terbagi atas dua tahapyaitu
tahap elektrolisis dan hidrolisis. Rekasi yang terjadi pada masing-masing tahap
adalah sebagai berikut :

5
LAPORAN KERJA PRAKTEK
PT PEROKSIDA INDONESIA PRATAMA
Program S1
Jurusan Teknik kimia
Institute Teknologi Nasional

Tahap elektrolisis : 2H2SO4 H2S2O8 + H2

Tahap hidrolisis : H2S2O8 + 2H2O H2O2 + 2H2SO4

2H2O H2O2 + H2

Elektrolisis asam sulfat memiliki efisiensi yang rendah (70-75%),


sedangkan elektrolisis amonium sulfat memiliki efisiensi yang lebih tinggi, tetapi
keduannya untuk mencapai efisiensi hingga 80% atau lebih dengan tidak
terbentuk kristal-kristal yang dapat menghambat kinerja peralatan proses.
Elektrolit yang diumpankan ditahan pada suhu 35OC atau lebih kecil dengan
logam platina sebagai anoda. Senyawa yang terbentuk adalah gas hidrogen dan
peroksidisulfat. Produk yang diperoleh pada tahap elektrolisis ini kemudia
dihidrolisis pada temperatur 60-100OC sehingga menghasilkan hidrogen
peroksida dengan senyawa antara berupa asam peroksimonosulfat.

Proses ini mulai diaplikasikan secara komersial pada kahir tahun 1909 di
Weisseentein. Produk yang dihasilkan relatif lebih murni dan stabil, tetapi rses
ini membutuhkan elektrolit yang harus dimurnikan secara kontinu, juga modal
dan daya yang tinggi sehingga tidak dapat bersaing secara ekonomi.

 Proses Autoksidasi Antrakuinon.

Seluruh pabrik pembuat hidrogen peroksida yang dibangun mulai tahun


1957 menggunakan proses autoksidasi antrakuinon, yang terdiri dari reaksi
reduksi siklik dan oksidasi. Pembuatan H2O2 dengan proses ini dimulai secara
komersial di Jerman menggunakan proses dari Riedl dan Pfleiderer.

Amil antrakuinon (AQ) dalam laruta kerja /working solution (WS)


direduksi oleh gas hidrogen dengan bantuan katalis membentuk amil
antrahidrokuinon (HQ), HQ yang terbentuk WS dipisahan dari katalis dalam
suatu filter dan dialirkan ke oxidizer , dimana HQ dikosidasi oleh O2 daari udara

6
LAPORAN KERJA PRAKTEK
PT PEROKSIDA INDONESIA PRATAMA
Program S1
Jurusan Teknik kimia
Institute Teknologi Nasional

sehingga menghasilKan H2O2 dan membentuk AQ kembali. Kemudian H2O2


yang terbentuk diekstraksidar WS menggunakan air. Hasil eskstraksi dimurnikan
dan dipekatkan hingga konsentrasi yag diinginan. Diagram alir proses pembuatan
H2O2 dengan utooksidasi antrakuinon.

Pelarut yang digunakan untuk melarutkan AQ dan HQ harus sesuai untuk


hidrogenasi, oksidasi, dan ekstraksi. Syarat – syarat yang harus dipenuhi pelarut
yang akan digunakan antara lain memiliki kelarutan yang baik bagi antrakuinon
(AQ) dan hidrokuinon (HQ), memiliki kelarutan yang rendah dengan air atau
larutan H2O2, mempunyai perbedaan densitas yang besar dengan air (untuk
memudahkan proses ekstraksi), memiliki volatilitas rendah, bertitik didih tinggi,
memiliki kestabilan secara kimia, dan tidak beracun.

AQ merupakan senyawa yang larut dalam pelarut non polar dan aromatik
sedagkan HQ larut baik dalam alkohol dan ester. Oleh karena itu, pelarut yang
digunakan biasanya merupakan campuran. Proses Reidl-Pfleiderer menggunakan
pelarut berupa campuran benzene dan alkohol C7-C9 dengan perbandingan
50:50.

Jenis kuinon yang digunakan akan mempengaruhi H2O2 yang dihasilkan.


Dalam pemilihannya harus dipertimbangkan mengenai pembentukan produk
samping dan pengembalian dari HQ menjadi AQ pada proses oksidasi. Selain itu,
kuinon yang digunakan harus memenuhi beberapa kriteria antara lain larut baik
dalam bentuk AQ dan HQ, tahan oksidasi, dan mudah diperoleh.

Pada proses hidrogenasi, selain terjadi reaksi pembentukan HQ terjadi pula


reaksi sekunder yang menghasilkan tetra hidrokuinon (TH) dan oxantron (OX)
sebagai produk samping. Pembentukan produk samping ini harus diminimalkan
karena akan mengurangi perolehan HQ yaitu dengan cara pemilihan AQ dan
katalis yang selektif atau dengan kondisi operasi (tekanan dan temperatur)
hidrogenasi yang tidak terlalu tinggi. Katalis yang biasa digunakan pada proses

7
LAPORAN KERJA PRAKTEK
PT PEROKSIDA INDONESIA PRATAMA
Program S1
Jurusan Teknik kimia
Institute Teknologi Nasional

hidrogenasi adalah katalis Raney Nikel. Katalis ini mudah teracuni sehingga
dikembangkan kataglis baru yaitu paladium (Pd).

Proses autooksidasi antrakuinon merupakan metode produksi yang


digunakan oleh hampir seluruh pabrik peroksida di dunia, termasuk PT Peroksida
Indonesia Pratama. Hal ini disebabkan proses ini memiliki beberapa daya tarik
dan keuntungan. Daya tarik utama adalah kebutuhan utilitas yang lebih rendah
dari proses elektrokimia karena tidak ada tahap hidrolisis senyawa persulfat.
Kondisi operasi yang dibutuhkan untuk menjalankan proses ini tidak jauh
berbeda dengan tekanan dan temperatur ruang sehingga membutuhkan daya yang
tidak terlalu besar. Selain itu, pada proses elektrokimia, apabila ingin menambah
kapasitas produksi maka harus menambah unit-unit elektrolitik sehingga hal ini
akan memperbesar biaya produksi. Keuntungan lainnya adalah tingkat konversi
teoritis yang sangat tinggi (mencapai 90%), produk yang dihasilkan relatif lebih
stabil dan bersih, serta efisiensi peralatan yang cukup tinggi.

2.1.4 Bahan Baku Pembuatan Hidrogen Peroksida (H2O2)


Hidrogen Peroksida (H2O2) di PT. Peroksida Indonesia Pratama dibuat
dengan proses autoksidasi antrakuinon sehingga ada beberapa bahan baku dan
bahan penunjang yang harus disiapkan.

 Hidrogen (H2)

Gas Hidrogen diperlukan dalam tahap hidrogenasi pada proses pembuatan


hidrogen peroksida untuk membentu antrahidrokuinon dari antrakuinon. Gas
hidrogen ini diperoleh dari PGRU (Purge Gas Recovery Unit) PT. Pupuk
Kujang. Pasokan gas hidrogen sebesar 1000Nm3/jam pada tekanan 5 kg/cm2G
dengan kandungan amonia maksimal 50 ppm. Amonia dapat meracuni katalais
pada unit hidrogenasi sehingga kandungan amonia hars ditekan sekecl mungkin.
Penurunan kandungan amonia dalam gas hidrogen dilakukan pada Unit

8
LAPORAN KERJA PRAKTEK
PT PEROKSIDA INDONESIA PRATAMA
Program S1
Jurusan Teknik kimia
Institute Teknologi Nasional

Pemurnian Hidrogen (#2600). Kadar amonia maksimal yang diperbolekan masuk


ke unit hidrogenasi disajikan dalam tabel II.1.

Tabel 2. 1 Spesifikasi Umpan Hidrogen

Komponen Kadar
H2 Min. 98 %-v
CO Maks. 2 vol ppm
NH3 Maks. 2 mg/Nm3
O2 Maks. 50 vol ppm
Ar Maks. 0,2%
N2 Maks. 0,2%
CH4 Maks. 0,1%
H2O Maks. 0,1%

 Oksigen (O2)

Oksigen (O2) digunakan pada unit oksidasi untuk membentuk H2O2 dari
hidrokuinon. Oksigen yang digunakan pada proses oksidasi diperoleh dari udara
bebas ang mengandung 21%-mol oksigen dan 79%-mol nitrogen. Udara ini
dikompresi hingga mencapai tekanan yang memenuhi kebutuhan proses. Pada
kondisi operasi normal, laju alir udara yang masuk ke kolom oksidasi adalah
sebesar 5700 Nm3/jam dengan tekanan 1.9 kg/cm2 G.

 Larutan Kerja /WS

Larutan kerja di PT.PIP dikenal dengan istilah WS (Working Solution) .


Larutan ini diperlukan dalam proses pembuatan H2O2 sebagai larutan pembawa
dan pereaksi. Larutan kerja merupakan kerja dari tiga senyawa kiimia dengan
komposisi tertentu, yaitu:

1. Amil antrakuinon /AQ (C16H28O2) pada temperatur kamar berbentuk pasta


berwarna kuning dengan titik leleh 286OC dan titik didihnya 377OC
berfungsi sebagai pengikat hidrogen pada unit hidrogenasi.

9
LAPORAN KERJA PRAKTEK
PT PEROKSIDA INDONESIA PRATAMA
Program S1
Jurusan Teknik kimia
Institute Teknologi Nasional

2. 1,2,4 trimetil benzene (C9H12) atau yang dikenal dengan P-SL, berwujud
cair dengan titik leleh -44,7OC dan titik didih 164OC. Senyawa ini berfungsi
untuk melarutkan AQ karena AQ larut baik dalam senyawa aromatik.

3. 2,6 dietil 4-heptanol dan 2,4 dimetil 6-heptanon yang dicampur dengan
komposisi tertentu dan dikenal engan sebutan D-SL. Senyawa ni berwujud
cair pada temperatur kamar dan memiliki titik didih sebesar 213,5 o serta
titik leleh -5.5OC. D-SL berfungsi untuk melarutkan HQ karena HQ larut
baik dala senyawa alifatik.

 Katalis

Katalis yang digunakan oleh PT.PIP dalam proses produksi H2O2 ada tiga
jenis yaitu paladium (Pd), Alumnia (Al2O3), dan CuO. Katalis Pd digunakan pada
proses hidrogenasi dan regenerasi WS. Katalis Pd dengan bahan penunjang
(support) alumina lebih dikenal dengan katalis IV dengan kandungan 1 Pd
digunakan pada proses hidrogenasi. Untuk proses regenerasi WS, katalis Pd yang
digunakan juga menggunakan bahan penunjuang (support) alumina lebih
dikenal sebagai katalis TH atau katalis I dengan kandungan 1% Pd. Katalis TH
memiliki keaktifan lebih tinggi daripada katalis IV. Katalis alumnia (Al3O3) dan
CuO digunakan pada Unit Generator Etilen. Katalis alumina digunakan pada
reaksi dihidrasi etanol menjadietilen sedangkan katalis CuO digunakan pada
reaktor penghilang CO (CO removal ). Katalis yang digunakan diimpor langsung
dari MGC Jepang.

 Air (H2O)

Pure water merupakan air yang telah dihlangkan kandungan mineralnya


yang diperoleh dari filter water (FW) yang dilewatkan pada resin penukar ion.

10
LAPORAN KERJA PRAKTEK
PT PEROKSIDA INDONESIA PRATAMA
Program S1
Jurusan Teknik kimia
Institute Teknologi Nasional

Filter Water i yang diperoleh PT. Pupuk Kujang. Pure water digunakan dalam
proses ekstraksi yaitu untuk melarutkan hidrogen perosida dari campuran H2O2-
WS. Selain itu jga digunakan pada Unit Pengisian Produk (filling) untuk
mengencerkan produk H2O2 dar konsentrasi 51-53 %-berat menjadi 50.3%-berat.
Spesifikasi PW yang digunakan dalam proses disajikan dalam tabel II.2.

Tabel 2. 2 Spesifikasi PW (Pure Water)

Komponen Kadar
SiO2 Maks. 0,02 ppm
Fe Maks. 0,02 ppm
Cl Maks. 0,5 ppm
Mn Maks. 0,002 ppm
Cu Maks. 0,005 ppm
Total carbon Maks. 10 ppm
Total padatan Maks. 0,02 ppm
Konduktivitas 0,5-1,0 μmhos
pH 5,8-6,5

 Stabilizer

Pada proses pembuatan H2O2, stabilizer merupakan bahan kimia tambahan


yang berfungsi untuk menjaga kestabilan produk H2O2 serta menjaga keamanan
proses dari efek terjadinya dekomposisi H2O2. Oleh karena itu, pada Unit
Oksidasi (#1200), Unit Ekstraksi (#1300), dan Unit Filling (#1600) ditambahkan
bahan kimia dalam jumlah kecil sebagai stabilizer. Bahan yang ditambahkan
tersebut antara lain Natrium fosfat (NAP), Asam fosfat (AP), dan Amonium
nitrat (AN). Selain bahan–bahan tersebut, pada seksi filling juga ditambahkan
sodium stanat (S). Sifat fisika dan kimia stabilizer terdapat pada Lampiran B
Tabel B.9 dan Tabel B.10. Besarnya konsentrasi stabilizer yang ditambahkan
pada Unit Ekstraksi dan Unit Filling dapat dilihat pada Lampiran B Tabel B.11.

 Etanol dan Etilen


11
LAPORAN KERJA PRAKTEK
PT PEROKSIDA INDONESIA PRATAMA
Program S1
Jurusan Teknik kimia
Institute Teknologi Nasional

Etanol digunakan sebagai bahan baku pembuatan etilen pada unit ethylene
generator dengan laju produksi sebesar 15,5 kg/jam. Etilen yang dihasilkan
digunakan pada unit regenerasi WS sebagai reaktan untuk mengubah TH dan OX
menjadi AQ. Sifat fisika dan kimia etanol terdapat pada Lampiran B Tabel B.12.
Spesifikasi etanol sebagai bahan baku dan produk etilen yang dihasilkan
disajikan pada Lampiran B Tabel B.13 dan Tabel B.14.

2.2 Unit Regenerasi WS (#1600)


Unit Regenerasi WS (#1600) berfungsi mengubah produk samping TH dan OX
menjadi AQ sehingga bisa digunakan kembali sebagai WS. Pengubahan TH dan OX
menjadi AQ dilakukan dengan mereaksikan produk samping tersebut dengan gas etilen
(C2H4) menurut persamaan reaksi sebagai berikut.
katalis I
C2H4 + TH AQ + C2H6
C2H4 + OX AQ + C2H6
katalis I

Pada proses ini digunakan katalis I, yaitu katalis yang mengandung 1%


Paladium dengan support alumina. Katalis I dan katalis IV masing-masing merupakan
1% Paladium dengan support alumina. Namun katalis I memiliki aktifitas yang lebih
tinggi daripada katalis IV. Katalis I tidak digunakan pada kolom hidrogenasi (#1101)
karena akan menghasilkan banyak produk samping.
Reaksi hidrogenasi di reaktor #1101 menghasilkan HQ dan produk samping
berupa TH, OX, dan AN. Pada reaktor #1201, HQ kemudian dioksidasi menjadi AQ
dan H2O2, sedangkan TH, OX, dan AN sangat sulit dioksidasi sehingga akan terjadi
akumulasi produk samping dalam WS Oleh sebab itu, WS perlu diregenerasi secara
kontinyu untuk mengubah TH dan OX menjadi AQ yang dilakukan pada Unit
Regenerasi WS (#1600) menggunakan gas etilen. Diagram alir proses Unit #1600 dapat
dilihat pada Lampiran B Gambar B.1. Reaksi tersebut berlangsung pada suhu 160 oC
dan tekanan 1 kg/cm2G. Kedua reaksi berlangsung secara endotermis sehingga pada

12
LAPORAN KERJA PRAKTEK
PT PEROKSIDA INDONESIA PRATAMA
Program S1
Jurusan Teknik kimia
Institute Teknologi Nasional

reaktor #1601 dipasang koil pemanas dengan media pemanas steam 20S untuk
mempertahankan suhu operasi.
Kolom #1601 terbagi menjadi dua bagian, bagian bawah adalah zona reaksi
sedangkan bagian atas adalah dan zona pemisahan. WS hasil regenerasi dari zona
pemisahan pada kolom #1601 masuk ke siklon #1652 untuk memisahkan katalis yang
terbawa WS. Produk bawah pada ketiga filter tersebut yang merupakan campuran
katalis dengan WS dikembalikan lagi ke zona reaksi pada kolom #1601. Sedangkan
WS yang telah bersih dari katalis dialirkan dan didinginkan oleh cooler #1631 dan
#1632 kemudian masuk ke tangki #1623. WS dari tangki #1623 dikirim ke tangki
#1221 dan dapat digunakan kembali oleh sistem prose.
Spesifikasi alat Regenerasi WS yang digunakan di PT Peroksida Indonesia
Pratama dapat dilihat pada tabel II.4.
Tabel II.4 Spesifikasi Kolom Ekstraksi (#1301)

Kriteria Keterangan
Bentuk Silinder, tutup atas dan bawah elipsoidal, dilengkapi dengan
koil pemanas dan sparger
T/P desain 180 °C / (1 + full of water) kg/cm2G
kolom
T/P desain koil 270 °C / 24 kg/cm2G
Tinggi 11,3 m
Diameter 1,65 m
Bahan SUS 304
Fungsi Mereaksikan C2H4 dengan TH dan OX menjadi AQ dan C2H6

2.3 Neraca Massa


Neraca massa adalah langkah pertama yang penting dalam merancang sebuah
proses yang baru atau menganalisa proses yang telah ada. Neraca massa merupakan
aplikasi dari hokum kekekalan massa, dimana massa tidak dapat diciptakan atau
dihancurkan. Sehingga total massa yang masuk ke dalam suatu sistem akan sama
dengan massa yang keluar dari sistem tersebut.

13
LAPORAN KERJA PRAKTEK
PT PEROKSIDA INDONESIA PRATAMA
Program S1
Jurusan Teknik kimia
Institute Teknologi Nasional

Dalam perhitungan neraca massa biasanya diketahui deskripsi sebuah proses,


nilai dari beberapa variabel yang diketahui. Berikut adalah langkah-langkah yang
harus dilakukan dalam penyusunan neraca massa :

1. Menggambar blok diagram proses dan memberikan label pada variable-variabel


yang ada serta menutiskan nilai-nilai yang diketahui.

2. Menentukan basis perhitungan

3. Menulis persamaan neraca massa

4. Menyelesaikan persamaan yang diperoleh dari langkah no 3 untuk menentukan


variable yang belum diketahui.

Persamaan dasar neraca massa dibagi menjadi 3, yaitu :

1. Neraca massa system tanpa reaksi kimia pada system steady state

a. Neraca massa total

Massa semua aliran masuk = Massa semua lairan keluar

b. Neraca massa komponen

Massa tiap komponen masuk = Massa keluar komponen tersebut

2. Neraca massa system tanpa reaksi kimia pada system unsteady state melibatkan
penimbunan massa (akumulasi), atau pengosongan (depletion) system yang
ditinjau. Neraca massa ini berlaku untuk total maupun komponen.

3. Neraca massa system dengan reaksi kimia pada kondisi steady state.

a. Total

Massa masuk = massa keluar

b. Jumlah massa suatu komponen yang masuk belum tentu sama dengan
massa komponen tersebut yang keluar

14
LAPORAN KERJA PRAKTEK
PT PEROKSIDA INDONESIA PRATAMA
Program S1
Jurusan Teknik kimia
Institute Teknologi Nasional

c. Komponen reaktan :

Massa masuk = massa keluar + massa habis beraksi

d. Komponen produk :

Massa masuk + massa terbentuk dari reaksi = massa keluar

e. Untuk keadaan tak tunak, perlu memperhatikan akumulasi

Persamaan hubungan pendukung

Penyelesaian masalah neraca massa seringkali memerlukan persamaan tambahan


yang bukan neraca massa. Persamaan tersebut dicari dari pustaka atau ditetapkan untuk
memenuhi ranangan.

a. Persamaan keadaan

Hubungan antara tekanan, temperature, volume dan jumlah suatu gas.

Contoh : persamaan gas ideal dan persamaan gas Redlich-Kwong

b. Kesetimbangan fasa

Hubungan antara komposisi fasa uap dan komposisi fasa cair suatu campuran
banyak komponen yang tergantung pada temperature dan tekanan K-value
dalam kesetimbangan fasa hidrokarbon

c. Kesetimbangan reaksi

Hubungan antara derajat kelangsungan suatu reaksi kesetimbangan dengan


temperature reaksi dan konsentrasi senyawa-senyawa pada awal reaksi

d. Informasi yang ditetapkan untuk memenuhi keinginan rancangan, misalnya :

1. Persentase distilat dibandingkan umpan

2. Spesifikasi keluaran system

15
LAPORAN KERJA PRAKTEK
PT PEROKSIDA INDONESIA PRATAMA
Program S1
Jurusan Teknik kimia
Institute Teknologi Nasional

(Himmelnlau, 1996)

16
LAPORAN KERJA PRAKTEK
PT PEROKSIDA INDONESIA PRATAMA
Program S1
Jurusan Teknik kimia
Institute Teknologi Nasional

BAB III

METODOLOGI

3.1 Metode perolehan data


Perhitungan neraca massa kolom ekstraksi menggunakan data sebagai berikut :

a. Data primer

Data primer merupakan data hasil pengamatan secara langsung dari


sumbernya. Data ini diambil dari bagian Process Engineering dan Control
room unit kolom ekstraksi untuk data desain. Data yang diambil antara lain :

- Komposisi umpan masuk kolom regenerasi WS

- Komposisi gas keluaran dari kolom regenerasi WS

Tabel 3. 1 Data Plant Site tanggal 9 Agustus 2019

FRCQ-1601-1 9 m3/h
FI-1642-1 9 m3/h
FICA-1601-3 508 Nm3/h
FRQ-1601-2 397 Nm3/h
Keterangan :

FRCQ-1601-1 : Laju WS yang masuk ke kolom regenerasi

FI-1642-1 : Laju WS yang keluar dari kolom regenerasi

FICA-1601-3 : Laju mix gass yang masuk ke kelom regenerasi

FRQ-1601-2 : Laju make up gas C2H4

17
LAPORAN KERJA PRAKTEK
PT PEROKSIDA INDONESIA PRATAMA
Program S1
Jurusan Teknik kimia
Institute Teknologi Nasional

Tabel 3. 2 Data Analisis Laboratorium Tanggal 6 Agustus 2019

No Sampel Komponen Hasil Analisis


1 Larutan A-WS Amil anthraquinone (AQ) 0,554 mol/L
Amil anthrahidroquinone (HQ) 0,025 mol/L
Air (H2O) 4,0 gr/L
Hidrogen Peroksida (H2O2) 0,005 mol/L
2 Larutan N-WS Amil anthraquinone (AQ) 0,054 mol/L
Amil anthrahidroquinone (HQ) 0,262 mol/L
Hidrogen Peroksida (H2O2) 0,003 mol/L
TH 0,029 mol/L
OX 0,003 mol.L
AN 0,006 mol/L
3 Sampel S C2H4 5,9 % Volume
C2H6 41,3 % Volume
N2 52,8 % Volume

Keterangan :

- A-WS

Larutan WS yang berupa AQ (C19H18O2) dan sebagai umpan


reactor hidrogenasi

- N-WS

Larutan WS yang berupa AQ (C19H18O2) yang sudah di regenerasi


sehingga kadar TH dan OX berkurang.

- Sampel S

Sampel yang terdiri dari campuran gas yaitu C2H4, C2H6, N2.
Campuran gas ini hasil keluaran dari kolom regenerasi WS dimana
gas C2H4 direaksikan dengan WS sehingga gas C2H4 akan mengikat
H yang ada dilarutan WS sehingga menjadi C2H6.

18
LAPORAN KERJA PRAKTEK
PT PEROKSIDA INDONESIA PRATAMA
Program S1
Jurusan Teknik kimia
Institute Teknologi Nasional

b. Data sekunder

Data sekunder merupakan data yang diperoleh secara tidak langsung


dari sumbernya dan digunajan untuk mendukung data primer. Data ini berasal
dari literature penunjang, bahan-bahan lain yang berhubungan. Data-data
yang digunakan antara lain :

- Berat molekul AQ (C19H18O2), HQ (C19H20O2), C2H4, C2H6,dan


H2O2

- Densitas gas C2H4

3.2 Metode Pengolahan Data

a. Asumsi-asumsi

Asumsi diambil untuk mempermudah perhitungan neraca massa pada


reactor ekstraksi. Asumsi yang diambil adalah :

- Jumlah PSL, DSL, dan katalis diasumsikan tetap selama proses karena
tidak ikut bereaksi. Oleh karena itu PSL, DSL, dan katalis tidak dimasukan
kedalam perhitungan neraca massa pada reactor ekstraksi.

- Komposisi dan laju alir masuk serta keluar reactor sesuai dengan log book
P-04 dan P-37 tanggal 6 Agustus 2019.

b. Perhitungan neraca massa kolom regenerasi WS

c. Perhitungan efisiensi

19
LAPORAN KERJA PRAKTEK
PT PEROKSIDA INDONESIA PRATAMA
Program S1
Jurusan Teknik kimia
Institute Teknologi Nasional

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Hasil
Neraca massa total kolom ekstraksi

F3 =
P-4

H2O2 = 0,003 mol/L


H20 = 4,8 gr/L
AQ = 0,702 mol/L
HQ = 0,054 mol/L

F2 =

P-3
Stabilizer = 2 L/h

P-5

H2O = 3,3 m3/h

F1 = 159,4
P-1
m3/h

AQ =
HQ = 0,054 mol/L
H202 = 0,262 mol/L
H2O=
Stabilizer =
E-1
F4 = 3,9 m3/h
P-2

H2O2 = 32,5%-w
H2O =
HQ, AQ = 237 mg/L
Stabilizer =

20
LAPORAN KERJA PRAKTEK
PT PEROKSIDA INDONESIA PRATAMA
Program S1
Jurusan Teknik kimia
Institute Teknologi Nasional

Tabel 4. 1 Hasil Perhitungan Neraca Massa Kolom Regenerasi WS (#1600)

G M F P W
Laju alir (Kg/h) 4,6225486 501,271 8217,9000 8195,409 27,1135
C18H19O2 (AQ)
- - 1331,262 1348,083 -
(Kg/h)
C18H21O2 (HQ)
- - 60,525 31,473 -
(Kg/h)
C18H24O2 (TH)
- - 70,992 70,992 -
(Kg/h)
C18H20O2 (OX)
- - 16,884 7,236 -
(Kg/h)
C18H27O2 (AN)
- - 14,85 14,85 -
(Kg/h)
H2O2 (Kg/h) - - 1,53 0,918
C2H4 (Kg/h) 4,6225486 40,03129 - - 15,59029043
C2H6 (Kg/h) - 278,1781 - - 11,40938124
N2 (Kg/h) - 183,0617 - - 14,14784965
Solven (Kg/h) - - 6721,8570 6721,857

in 8222,5225

out 8222,5225

selisih 0.0000

Berdasarkan perhitungan neraca massa, diperoleh efisiensi kolom Regenerasi WS


sebesar 10,0721 %. Hal ini menunjukan bahwa proses Regenerasi WS berjalan dengan
kurang baik.

21
LAPORAN KERJA PRAKTEK
PT PEROKSIDA INDONESIA PRATAMA
Program S1
Jurusan Teknik kimia
Institute Teknologi Nasional

4.2 Pembahasan
Unit Regenerasi WS (#1600) berfungsi mengubah produk samping TH dan OX
menjadi AQ sehingga bisa digunakan kembali sebagai WS. Pengubahan TH dan OX
menjadi AQ dilakukan dengan mereaksikan produk samping tersebut dengan gas etilen
(C2H4) menurut persamaan reaksi sebagai berikut.
katalis I
C2H4 + TH AQ + C2H6
C2H4 + OX AQ + C2H6
katalis I

Perhitungan neraca massa, dilakukan dengan memanfaatkan data yang


diperoleh dari control room dan dari hasil analisis laboratorium. Dari perhitungan
neraca massa yang dilakukan, terjadi pengurangan massa WS yang dimasukan kedalam
reaktor regenerasi WS yang diakibatkan oleh proses regenerasi WS. Terjadi perubahan
senyawa OX dan HQ menjadi AQ yang direaksikan menggunakan gas C2H4 dimana
C2H4 mengikat H yang ada pada OX dan HQ. H2O2 yang terdekomposisi dikarenakan
sifat dari H2O2 yang tidak stabil sehingga pada kondisi operasi yang menggunakan
temperatur yang cukup tinggi yaitu 155 oC membuat H2O2 didalam larutan WS
terdekomposisi. TH yang diharapkan pada awalnya ikut bereaksi menjadi AQ akan
tetapi tidak berubah sama sekali. Fenomena ini dapat terjadi dikarenakan kondisi
operasi yang tidak maksimal seperti temperatur yang digunakan diindustri masih
kurang dari kondisi optimum akan tetapi, kemungkinan bila alat di atur pada kondisi
operasi yang optimal dari yang digunakan sekarang, dapat membahayakan para pekerja
dikarenakan kondisi reaktor yang sudah melebihi batas waktu usia saat dirancang yang
hanya berkisar 30 tahun sehingga reaktor sudah tidak dapat digunakan dengan
maksimal, atau dapat dikarenakan oleh katalis yang digunakan sudah hampir jenuh
sehingga regenerasi WS yang dilakukan tidak optimal. Untuk proses regenerasi WS,
katalis yang digunakan yaitu katalis Paladiun (Pd) yang digunakan juga menggunakan
bahan penunjuang (support) alumina lebih dikenal sebagai katalis TH atau katalis I
dengan kandungan 1% Pd.

22
LAPORAN KERJA PRAKTEK
PT PEROKSIDA INDONESIA PRATAMA
Program S1
Jurusan Teknik kimia
Institute Teknologi Nasional

Pada kondisi operasi yang dilakukan, ternyata operasi tidak berjalan 100%.
Hasil ini tidak sesuai dengan yang diharapkan, karena masih ada OX dan HQ yang
ikut keluar bersama WS yaitu sebesar 7,236 kg/h dan 31,473 kg/h. Dari perhitungan
neraca massa kolom regenerasi didapat bahwa efisiensi reactor regenerasi sebesar
10,0721%.

23
LAPORAN KERJA PRAKTEK
PT PEROKSIDA INDONESIA PRATAMA
Program S1
Jurusan Teknik kimia
Institute Teknologi Nasional

BAB V

KESIMPULAN

- Massa total WS yang masuk ke reactor Regenerasi adalah 8217,9000 kg/h (F).
- Massa total C2H4 yang masuk ke reactor Regenerasi adalah 40,03129 kg/h (M).
- Massa total WS yang keluar dari reactor Regenerasi adalah 8195,409 kg/h (P)
- Massa total C2H4 yang tidak bereaksi di reactor regenerasi adalah 35,99929 kg/h
(S)
- Efisiensi yang didapat dari perhitungan adalah 10,0721 %

24
LAPORAN KERJA PRAKTEK
PT PEROKSIDA INDONESIA PRATAMA
Program S1
Jurusan Teknik kimia
Institute Teknologi Nasional

LAMPIRAN B

PERHITUNGAN NERACA MASSA

Diketahui :

G M F P W
Laju alir (m3/h) 3,9174 501,271 9 9 -
C18H19O2 (AQ)
- - 0,554 0,561 -
(mol/L)
C18H21O2 (HQ)
- - 0.025 0.013 -
(mol/L)
C18H24O2 (TH)
- - 0,029 0,029 -
(mol/L)
C18H20O2 (OX)
- - 0,007 0,003 -
(mol/L)
C18H27O2 (AN)
- - 0,006 0,006 -
(mol/L)
H2O2 (mol/L) - - 0,005 0,003
C2H4 (% Vol) 100 - - - 5,9
C2H6 (% Vol) - - - - 41,3
N2 (% Vol) - - - - 52,8

Densitas di F : 0,9131 g/cm3

Densitas C2H4 : 1,18 Kg/m3

25
LAPORAN KERJA PRAKTEK
PT PEROKSIDA INDONESIA PRATAMA
Program S1
Jurusan Teknik kimia
Institute Teknologi Nasional

1. Perhitungan di R :

 Laju R = Laju M – Laju G


Laju R = 501, 271 kg/h – 4,6225 kg/h
Laju R = 496,6475 kg/h

2. Perhitungan komposisi di M

 C2H4
C2H 4 M = ((R x C2H4 R) + (G x C2H4 G)) : M
C2H 4 M = ((496,6475 kg/h x 0,059) + (4,6225 kg/h x 1)) : 501,271 kg/h
C2H 4 M = 0,0677

 C2H6
C2H 6 M = ((R x C2H6 R) + (G x C2H6 G)) : M
C2H 6 M = ((496,6475 kg/h x 0,413) + (4,6225 kg/h x 0)) : 501,271 kg/h
C2H 6 M = 0,4092

 N2
N2 M = 1 - C2H 6 M - C2H 4 M
N2 M = 1 - 0,4092 - 0,0677
N2 M = 0,5231

3. Perhitungan di F

 Laju massa di F

Laju massa di F = Laju volume di F x Densitas di F

Laju massa di F = 9 m3/h x 913,1 kg/m3

Laju massa di F = 8217,9 kg/h

26
LAPORAN KERJA PRAKTEK
PT PEROKSIDA INDONESIA PRATAMA
Program S1
Jurusan Teknik kimia
Institute Teknologi Nasional

 AQ (tidak bereaksi)
AQ F = 0,554 kmol/m3 x Laju massa F x Mr AQ
AQ F = 0,554 kmol/m3 x 9 m3/h x 267 kg/kmol
AQ F = 1331,262 kg/h

 HQ (bereaksi)
HQ F = 0,025 kmol/m3 x Laju massa F x Mr HQ
HQ F = 0,025 kmol/m3 x 9 m3/h x 269 kg/kmol
HQ F = 60,525 kg/h

 TH (tidak bereaksi)
TH F = 0,029 kmol/m3 x Laju massa F x Mr TH
TH F = 0,029 kmol/m3 x 9 m3/h x 272 kg/kmol
TH F = 70,992 kg/h

 OX (bereaksi)
OX F = 0,007 kmol/m3 x Laju massa F x Mr OX
TH F = 0,007 kmol/m3 x 9 m3/h x 268 kg/kmol
TH F = 16,884 kg/h

 AN (tidak bereaksi)
AN F = 0,006 kmol/m3 x Laju massa F x Mr AN
AN F = 0,006 kmol/m3 x 9 m3/h x 275 kg/kmol
AN F = 14,85 kg/h

27
LAPORAN KERJA PRAKTEK
PT PEROKSIDA INDONESIA PRATAMA
Program S1
Jurusan Teknik kimia
Institute Teknologi Nasional

 H2O2 (Terdekomposisi akibat temperatur operasi tinggi)


H2O2 F = 0,005 kmol/m3 x Laju massa F x Mr H2O2
H2O2 F = 0,005 kmol/m3 x 9 m3/h x 34 kg/kmol
H2O2 F = 1,53 kg/h

 Solvent (tidak bereaksi)


Solvent F = Laju massa F – Total Laju massa yang diketahui
Solvent F = 8217,9 kg/h – 1496,04 kg/h
Solvent F = 6721,86 kg/h

4. Perhitungan di P

 AQ (bertambah)
AQ F = 0,561 kmol/m3 x Laju massa F x Mr AQ
AQ F = 0,561 kmol/m3 x 9 m3/h x 267 kg/kmol
AQ F = 1348 kg/h

 HQ (bereaksi)
HQ F = 0,013 kmol/m3 x Laju massa F x Mr HQ
HQ F = 0,013 kmol/m3 x 9 m3/h x 269 kg/kmol
HQ F = 31,473 kg/h

 TH (tidak bereaksi)
TH F = 0,029 kmol/m3 x Laju massa F x Mr TH
TH F = 0,029 kmol/m3 x 9 m3/h x 272 kg/kmol
TH F = 70,992 kg/h

28
LAPORAN KERJA PRAKTEK
PT PEROKSIDA INDONESIA PRATAMA
Program S1
Jurusan Teknik kimia
Institute Teknologi Nasional

 OX (bereaksi)
OX F = 0,003 kmol/m3 x Laju massa F x Mr OX
TH F = 0,003 kmol/m3 x 9 m3/h x 268 kg/kmol
TH F = 7,236 kg/h

 AN (tidak bereaksi)
AN F = 0,006 kmol/m3 x Laju massa F x Mr AN
AN F = 0,006 kmol/m3 x 9 m3/h x 275 kg/kmol
AN F = 14,85 kg/h

 H2O2 (Terdekomposisi akibat temperatur operasi tinggi)


H2O2 F = 0,003 kmol/m3 x Laju massa F x Mr H2O2
H2O2 F = 0,003 kmol/m3 x 9 m3/h x 34 kg/kmol
H2O2 F = 0,918 kg/h

 Solvent (tidak bereaksi)


Solvent F = Laju massa F – Total Laju massa yang diketahui
Solvent F = 8217,9 kg/h – 1496,04 kg/h
Solvent F = 6721,86 kg/h

 Laju massa di P

Laju massa di P = Total Laju massa

Laju massa di P = 8195,41 kg/h

29
LAPORAN KERJA PRAKTEK
PT PEROKSIDA INDONESIA PRATAMA
Program S1
Jurusan Teknik kimia
Institute Teknologi Nasional

5. Realsi yang terjadi

C18H21O2 (HQ) + C2H4 C18H19O2 (AQ) + C2H6


M 0,225 kmol/h 1,4296 kmol/h
R 0,108 kmol/h 0,108 kmol/h 0,108 kmol/h 0,108 kmol/h
S 0,117 kmol/h 1,3216 kmol/h 0,108 kmol/h 0,108 kmol/h

C18H20O2 (OX) + C2H4 C18H19O2 (AQ) + C2H6


M 0,063 kmol/h 1,3216 kmol/h
R 0,036 kmol/h 0,036 kmol/h 0,036 kmol/h 0,036 kmol/h
S 0,027 kmol/h 1,2857 kmol/h 0,036 kmol/h 0,036 kmol/h

6. Efisiensi di reaktor regenerasi WS


Efisiensi Alat = (C2H4 yang bereaksi/ C2H4 di aliran M) x 100%
Efisiensi Alat = (0,144 kmol/h / 1,4296 kmol/h) x 100%
Efisiensi Alat = 10,0721 %

7. Laju alir massa venting (W)


 Laju alir massa di venting (Aliran W)
Laju Alir Massa W = Laju Alir Massa G+Laju Alir Massa F–Laju Alir Massa G
Laju Alir Massa W = 4,6225 kg/h + 8217,9 kg/h – 8195,4100 kg/h
Laju Alir Massa W = 27,1135 kg/h
 Komposisi aliran W
Komposisi C2H4 = (Sisa C2H4 hasil reaksi : Laju alir massa di M) x 100%
Komposisi C2H4 = ((1,2857 kmol/h x 22,4 m3/kmol):501,271 m3/h)x 100%
Komposisi C2H4 = 5,75%

30
LAPORAN KERJA PRAKTEK
PT PEROKSIDA INDONESIA PRATAMA
Program S1
Jurusan Teknik kimia
Institute Teknologi Nasional

Komposisi C2H6 = (C2H6 yang terbentuk+C2H6 di aliran M): Laju alir massa di
M) x 100%
Komposisi C2H6 = (((0,144 kmol/h+9,2726 kmol/h)x22,4 m3/h):501,271
m3/h)x 100%
Komposisi C2H6 = 42,08%

Komposisi N2 = 100% - Komposisi C2H4 - Komposisi C2H6


Komposisi N2 = 100% - 5,75% - 42,08%
Komposisi N2 = 52,18%

31
LAPORAN KERJA PRAKTEK
PT PEROKSIDA INDONESIA PRATAMA

Anda mungkin juga menyukai