i
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN KELUARGA
TENTANG DEKUBITUS DAN PERAN KELUARGA DALAM
MENCEGAH DEKUBITUS PADA PASIEN STROKE NON
HEMORAGIK DI RSUD SANJIWANI GIANYAR
ii
iii
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat
rahmat-Nya sehingga penulis bisa menyelesaikan proposal yang berjudul
“Hubungan Tingkat Pengetahuan Keluarga Tentang Dekubitus dan Peran
Keluarga Dalam Mencegah Dekubitus pada Pasien Stroke Non Hemoragik di
RSUD Sanjiwani Gianyar”.
v
Penulis menyadari dalam penyusunan proposal ini masih belum sempurna,
untuk itu dengan hati terbuka, penulis menerima kritik dan saran yang sifatnya
konstruktif untuk kesempurnaan proposal ini.
Penulis
vi
DAFTAR ISI
vii
B. Tempat dan Waktu Penelitian .................................................... 22
C. Populasi, Sampel, Sampling ...................................................... 23
D. Metode Pengumpulan Data ....................................................... 25
E. Alat Pengumpulan Data ............................................................. 26
F. Teknik Pengumpulan Data . ........................................................ 28
G. Analisa Data …………………………………………………… 30
H. Etika Penelitian ………………………………………………... 35
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
viii
DAFTAR GAMBAR
ix
DAFTAR TABEL
x
DAFTAR LAMPIRAN
xi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
2
orang dan tahun 2017 sebanyak 638 orang. Berdasarkan hasil data pada tahun
2017 diperkirakan penderita stroke non hemoragik di RSUD Sanjiwani Gianyar
setiap bulannya sebanyak 53 orang.
Stroke merupakan sindrom klinis yang timbul secara mendadak, progresif,
cepat berupa defisit neurologis vokal atau global yang berlangsung selama 24 jam
atau lebih dan langsung menimbulkan kematian yang disebabkan oleh peredaran
darah otak non traumatik (Mansjoer, 2000 dalam Wijaya & Putri, 2013).
Berdasarkan hasil penelitian Dinata, Safrita, & Sastri (2013) menyatakan bahwa
stroke iskemik (non hemoragik) dipengaruhi oleh peningkatan gula darah yang
lebih banyak terjadi dari pada stroke hemoragik dengan faktor resiko utama
hipertensi. Stroke memiliki dampak terhadap kelemahan ekstremitas yang dapat
menimbulkan salah satu komplikasi yaitu dekubitus (Wijayanti, 2016).
Insiden dan prevalensi dekubitus di Indonesia mencapai 40% atau yang
tertinggi diantara negara-negara besar ASEAN lainnya. Menurut Bujang, Aini &
Purwaningsih (2013), kejadian dekubitus terdapat pada tatanan perawatan akut
(acut care) sebesar 5-11% dan pada tatanan perawatan jangka panjang (long term
care) sebesar 15-25%. Dekubitus atau luka tekan adalah kerusakan/kematian kulit
sampai jaringan dibawah kulit, bahkan menembus otot sampai mengenai tulang
akibat adanya penekanan pada suatu area secara terus menerus sehingga
mengakibatkan gangguan sirkulasi darah setempat apabila, ini berlangsung lama
hal ini dapat menyebabkan insufiensi aliran darah, anoksia, atau iskemi jaringan
dan akhirnya dapat mengakibatkan kematian sel (Nurarif & Kusuma, 2015).
Dekubitus salah satu bahaya terbesar pada tirah baring, proses terjadinya
dekubitus karena adanya tekanan pada kulit secara terus menerus menyebabkan
gangguan sirkulasi darah setempat dan bila berlangsung lebih lama maka area
tersebut akan mengalami defisit nutrisi sehingga perlahan terjadi kematian
jaringan/nekrosis (Sulidah & Susilowati, 2017).
Tirah baring merupakan suatu intervensi dimana pasien dibatasi untuk
tetap berada di tempat tidur untuk tujuan terapeutik. Lamanya tirah baring
tergantung penyakit atau cedera dan status kesehatan pasien sebelumnya
(Situmorang, 2014). Tirah baring dalam waktu yang lama menyebabkan
3
perubahan fisiologis pada sistem tubuh pasien, salah satunya perubahan yang
terjadi pada sistem integumen yaitu munculnya luka tekan atau dekubitus.
Dekubitus merupakan dampak dari tirah baring yang terlalu lama. Hal ini
dikarenakan ketidakmampuan pasien merawat dirinya sendiri. Oleh karena itu,
keluarga berperan dalam pencegahan terjadinya dekubitus pada pasien yang
mengalami kelemahan fisik dalam kasus ini adalah stroke.
Peran berdasarkan pada penghargaan atau penetapan peran yang
membatasi apa saja yang harus dilakukan individu dalam situasi tertentu agar
memenuhi pengharapan diri atau orang lain terhadap mereka (Sobirin, dkk, 2015).
Peran adalah tingkah laku secara aktif dan ikut ambil bagian dalam suatu kegiatan
dan partisipasi. Keluarga merupakan kelompok atau kumpulan manusia yang
hidup bersama sebagai unit masyarakat kecil dan biasanya selalu ada hubungan
darah, ikatan perkawinan, dan tinggal bersama dalam satu rumah serta dipimpin
oleh kepala keluarga. Peran keluarga adalah setiap anggota keluarga dapat
menempatkan diri sesuai dengan peran dan fungsinya masing-masing (Wijayanti,
2016).
Stroke memiliki dampak terhadap kelemahan ekstremitas yang berakibat
pada bedrest total yang dapat menimbulkan salah satu komplikasi yaitu dekubitus.
Pengaturan posisi digunakan untuk mengurangi tekanan dan gaya gesek pada
kulit. Dekubitus dapat menimbulkan rasa yang sangat nyeri dan ketidaknyamanan
bagi pasien. Peran keluarga sangat penting dalam pencegahan dekubitus
diantaranya menjaga kebersihan alat tenun, jaga kulit pasien agar tetap kering,
merubah posisi pasien dan perhatikan tanda dekubitus. Keluarga sebagai orang
terdekat yang merawat pasien, perlu mengetahui pengetahuan tentang segala
sesuatu yang berhubungan dengan dekubitus agar keluarga itu sendiri dapat
mencegah terjadinya luka dekubitus (Wijayanti, 2016).
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Wawan Rismawan (2014)
disimpulkan bahwa terdapat hubungan tingkat pengetahuan keluarga klien tentang
pencegahan dekubitus terhadap kejadian dekubitus pada pasien bedrest total di
RSUD Kota Tasikmalaya. Pada hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian
besar keluarga tidak mengerti tentang pencegahan dekubitus sebanyak 27
4
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, adapun rumusan masalah yang
diangkat dalam penelitian ini adalah “Hubungan tingkat pengetahuan keluarga
tentang dekubitus dan peran keluarga dalam mencegah dekubitus pada pasien
stroke non hemoragik di RSUD Sanjiwani Gianyar?”
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum :
Untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan keluarga tentang
dekubitus dan peran keluarga dalam mencegah dekubitus pada pasien stroke
non hemoragik di RSUD Sanjiwani Gianyar..
2. Tujuan Khusus :
a. Mengidentifikasi tingkat pengetahuan keluarga tentang dekubitus di RSUD
Sanjiwani Gianyar.
b. Mengidentifikasi tentang peran keluarga dalam mencegah dekubitus pada
pasien stroke non hemoragik di RSUD Sanjiwani Gianyar.
c. Menganalisa hubungan tingkat pengetahuan keluarga tentang dekubitus dan
peran keluarga dalam mencegah dekubitus pada pasien stroke non
hemoragik di RSUD Sanjiwani Gianyar.
5
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Hasil dari penelitian ini dapat menambah informasi dan referensi bagi
pengembangan ilmu keperawatan dan sebagai dasar dari penelitian selanjutnya
mengenai hubungan tingkat pengetahuan keluarga tentang dekubitus dan peran
keluarga dalam mencegah dekubitus pada pasien stroke non hemoragik di
RSUD Sanjiwani Gianyar.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Peneliti
Mendapatkan pengalaman langsung dalam melakukan penelitian dan
memperkaya pengetahuan sebagai peneliti dan memanfaatkan hasil
penelitian untuk meningkatkan mutu pelayanan keperawatan.
b. Bagi Pengembangan Bidang Kesehatan
Peneliti berharap penelitian ini dapat memberikan sumbangan bagi
bidang kesehatan berupa penyebarluasan informasi tentang hubungan
tingkat pengetahuan keluarga tentang dekubitus dan peran keluarga dalam
mencegah dekubitus pada pasien stroke non hemoragik.
c. Bagi Masyarakat Umum
Penelitian ini dapat meningkatkan tingkat pengetahuan keluarga
tentang dekubitus dan peran keluarga dalam mencegah dekubitus pada
pasien stroke non hemoragik.
d. Bagi Profesi Keperawatan
Memotivasi perawat untuk memberikan penyuluhan tentang hubungan
tingkat pengetahuan keluarga tentang dekubitus dan peran keluarga dalam
mencegah dekubitus pada pasien stroke non hemoragik.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Pengetahuan
1. Definisi pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap objek tertentu menggunakan panca indra
tetapi sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan
telinga (Notoatmodjo, 2003 dalam Wawan & Dewi, 2010).
2. Tingkat pengetahuan
Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif ada 6 tingkatan
(Notoatmodjo, 2003 dalam Wawan & Dewi, 2010) yaitu:
a. Tahu (know)
Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali
suatu materi yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau
rangsangan yang diterima. Tahu pada tingkat pengetahuan adalah yang
paling rendah.
b. Memahami (comprehention)
Diartikan suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang
objek yang telah diketahui dan dapat menginterpretasikan materi
tersebut secara benar.
c. Aplikasi (application)
Diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah
dipelajari pada situasi dan kondisi real atau sebenarnya.
d. Analisis (analysis)
Diartikan suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek
dalam komponen-komponen, tetapi masih didalam satu struktur
organisasi dan masih ada kaitan satu sama lain.
6
7
e. Sintesis (synthesis)
Menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang
baru.
f. Evaluasi (evaluation)
Berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap
suatu materi atau objek berdasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan
sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan
Menurut Wawan & Dewi (2010) berdasarkan faktor yang
mempengaruhi pengetahuan yaitu sebagai berikut:
a. Faktor Internal
1) Pendidikan
Diartikan sebagai bimbingan yang diberikan kepada seseorang
terhadap perkembangan orang lain menuju cita-cita tertentu untuk
mencapai keselamatan dan kebahagiaan. Menurut YB Mantra yang
dikutip oleh Notoadmojo (2003), pendidikan mempengaruhi
seseorang termasuk prilaku pola hidup dalam memotivasi sikap dalam
pembangunan. (Nursalam, 2003) makin tinggi pendidikan seseorang,
makin mudah menerima informasi.
2) Pekerjaan
Menurut Thomas yang dikutip oleh Nursalam (2003), pekerjaan harus
dilakukan untuk menunjang kehidupan pribadi dan kehidupan
keluarga. Pekerjaan merupakan cara mencari nafkah yang
membosankan, berulang dan banyak rintangan.
3) Umur
Pengertian umur menurut Elisabeth BH yang dikutip Nursalam (2003)
yaitu individu yang terhitung dari lahir sampai berulang tahun.
Sedangkan menurut Huclok (1998) semakin cukup umur, tingkat
kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang berfikir dan
bekerja.
8
b. Faktor Eksternal
1) Faktor lingkungan
Menurut Ann.Mariner yang dikutip dari Nursalam (2003) seluruh
kondisi yang ada disekitar manusia dan dapat mempengaruhi
perkembangan dan prilaku individu atau kelompok.
2) Sosial budaya
Pada masyarakat dapat mempengaruhi sikap dalam menerima
informasi.
B. Dekubitus
1. Definisi dekubitus
Dekubitus atau luka tekan adalah kerusakan atau kematian kulit sampai
jaringan dibawah kulit, bahkan menembus otot sampai mengenai tulang
akibat adanya penekanan pada suatu area secara terus menerus sehingga
mengakibatkan gangguan sirkulasi darah setempat. Apabila ini berlangsung
lama, hal ini dapat menyebabkan insufiensi aliran darah, anoksia, atau
iskemi jaringan dan akhirnya dapat mengakibatkan kematian sel (Nurarif &
Kusuma, 2015).
Risiko terbesar terhadap dekubitus terjadi akibat tekanan pada kulit
yang menonjol dalam rentang waktu yang cukup lama. Proses terjadinya
dekubitus karena adanya tekanan pada kulit secara terus menerus
menyebabkan gangguan sirkulasi darah setempat dan bila berlangsung lebih
lama maka area tersebut akan mengalami defisit nutrisi sehingga perlahan
terjadi kematian jaringan atau nekrosis (Sulidah & Susilowati, 2017).
2. Faktor yang mempengaruhi terjadinya dekubitus
Faktor terjadinya dekubitus dibedakan menjadi dua yaitu faktor
intrinsik dan faktor ekstrinsik. Faktor intrinsik yaitu faktor yang berasal dari
pasien dan faktor ekstrinsik adalah faktor-faktor dari luar yang mempunyai
efek pada lapisan eksternal dari kulit. Dibawah ini merupakan penjelasan
dari faktor di atas menurut Nursalam, 2016 yaitu:
9
3. Stadium dekubitus
Menurut Nurarif&Kusuma (2015) salah satu cara untuk mengklasifikasi
dekubitus dengan menggunakan tahapan stadium yaitu:
a. Stadium satu
Adanya perubahan kulit yang dapat diobservasi jika dibandingkan pada
kulit normal, perubahan pada temperatur kulit (lebih dingin atau hangat),
perubahan konsistensi jaringan (lebih keras atau lunak), perubahan
sensasi (gatal atau nyeri) dan pada orang yang berkulit putih, luka akan
kelihatan kemerahan sedangkan pada kulit orang yang berwarna gelap,
luka akan kelihatan berwarna kemerahan, biru atau ungu.
b. Stadium dua
Hilangnya sebagian lapisan kulit dermis ataupun epidermis atau
keduanya. Ciri-cirinya adalah abrasi, lukanya suferficial, melepuh atau
membentuk lubang yang dangkal.
c. Stadium tiga
Hilangnya lapisan kulit secara lengkap, terjadi kerusakan atau nekrosis
dari jaringan subkutan atau lebih dalam, tapi tidak sampai pada fascia.
Luka terlihat seperti lubang yang dalam.
d. Stadium empat
Hilangnya lapisan kulit secara lengkap dengan kerusakan secara luas,
nekrosis jaringan,kerusakan pada otot, tulang atau tendon. Adanya
lubang yang dalam serta saluran sinus juga termasuk stadium IV dari
luka tekan.
C. Peran Keluarga
1. Definisi peran keluarga
Peran berdasarkan pada penghargaan atau penetapan peran yang
membatasi apa saja yang harus dilakukan individu dalam situasi tertentu agar
memenuhi pengharapan diri atau orang lain terhadap mereka (Sobirin, dkk,
2015). Peran adalah tingkah laku secara aktif dan ikut ambil bagian dalam
suatu kegiatan dan partisipasi. Keluarga merupakan kelompok atau kumpulan
12
manusia yang hidup bersama sebagai unit masyarakat kecil dan biasanya selalu
ada hubungan darah, ikatan perkawinan, dan tinggal bersama dalam satu rumah
serta dipimpin oleh kepala keluarga. Peran keluarga adalah setiap anggota
keluarga dapat menempatkan diri sesuai dengan peran dan fungsinya masing-
masing (Wijayanti, 2016).
2. Pencegahan dekubitus
Prinsip yang harus dipahami oleh keluarga penderita stroke untuk
mencegah dekubitus menurut (Wijayanti, 2016) yaitu:
a. Merubah posisi pasien setiap 2-3 jam
b. Mengoleskan minyak pada daerah yang tertekan
c. Menjaga kebersihan alat-alat tenun (sprei, sarung bantal) tetap kering dan
tegang (tidak kusut)
Sedangkan menurut Sabandar (2008) pencegahan dekubitus yaitu :
d. Membantu pasien untuk duduk setiap 10 menit untuk mengurangi tekanan.
e. Membantu pasien dalam memenuhi nutrisi yang tepat dan adekuat. Karena
kerusakan kulit lebih mudah terjadi dan lambat untuk sembuh jika nutrisi
pasien buruk
f. Membersihkan feses atau urin dari kulit karena bersifat iritatif terhadap kulit
h. Mengobservasi daerah yang beresiko terkena dekubitus, laporkan adanya
area kemerahan dengan segera
i. Menjaga agar kulit pasien tetap kering
k. Jangan menggunakan lotion pada kulit yang rusak
l. Melatih gerakan minimal dua kali sehari untuk mencegah kontraktur
D. Stroke
1. Definisi stroke
Stroke merupakan sindrom klinis yang timbul secara mendadak, progresif,
cepat berupa defisit neurologis vokal atau global yang berlangsung selama 24
jam atau lebih dan langsung menimbulkan kematian yang disebabkan oleh
peredaran darah otak non traumatik (Mansjoer, 2000 dalam Wijaya & Putri,
2013).
13
2. Etiologi
Stroke dibagi menjadi dua menurut Nurarif & Kusuma (2015), yaitu:
a. Stroke iskemik (non hemoragic) yaitu tersumbatnya pembuluh darah yang
menyebabkan aliran darah ke otak sebagian atau keseluruhan terhenti dan
80% stroke adalah stroke iskemik.
b. Stroke hemoragik adalah stroke yang disebabkan karena pecahnya pembuluh
darah otak dan 70% kasus stroke hemoragik terjadi pada penderita
hipertensi.
3. Faktor risiko stroke
Faktor resiko stroke menurut Wijaya & Putri (2013) yaitu :
a. Hipertensi
b. Penyakit kardiovaskuler
c. Diabetes mellitus
d. Merokok
e. Alkoholik
f. Peningkatan kolesterol
g. Obesitas
h. Aterosklerosis
i. Kontrasepsi
j. Riwayat kesehatan keluarga adanya stroke
k. Umur (insiden meningkat sejalan dengan meningkatnya umur)
i. Stres emosional
4. Gejala khusus pada pasien stroke
Gejala khusus pada pasien stroke menurut Wijaya & Putri (2013) yaitu :
a. Kehilangan motorik
1) Hemiplegia (paralisis pada salah satu sisi tubuh)
2) Hemiparesis (kelemahan pada salah satu sisi tubuh)
3) Menurunnya tonus otot abnormal
14
b. Kehilangan komunikasi
1) Disartria yaitu kesulitan bicara yang ditunjukkan dengan cara sulit
dimengerti yang disebabkan oleh paralisis otot yang bertanggung
jawab untuk menghasilkan bicara
2) Disfasia yaitu kehilangan bicara yang disebabkan karena
ketidakmampuan untuk melakukan tindakan yang dipelajari
sebelumnya
c. Gangguan persepsi
1) Homonimus hemianopsia yaitu kehilangan setengah lapang pandang
dimana sisi visual yang terkena berkaitan dengan sisi tubuh yang
paralisis.
2) Amorfotosintesis yaitu keadaan cenderung berpaling dari sisi tubuh
yang sakit dan mengabaikan sisi tubuh tubuh yang sakit tersebut.
3) Gangguan hubungan visual spasia yaitu gangguan dalam mendapatkan
hubungan dua atau lebih objek dalam area spasial.
4) Kehilangan sensori yaitu tidak mampu merasakan posisi dan gerakan
bagian tubuh (kehilangan proprioseptik).
E. Penelitian terkait
1. Penelitian yang dilakukan oleh Rismawan (2014) yang berjudul “Hubungan
tingkat pengetahuan keluarga klien tentang pencegahan dekubitus terhadap
kejadian dekubitus pada pasien bedrest total di RS Dr. Soekardjo Tasikmalaya
Kota Tasikmalaya”. Desain penelitian ini menggunakan cross sectional dengan
populasi sebanyak 31 responden. Dengan tekhnik pengambilan sampling non
probability sampling (purposive). Instrumen yang digunakan yaitu wawancara
dan pedoman observasi. Hasil penelitian menyatakan terdapat hubungan
tingkat pengetahuan keluarga klien tentang pencegahan dekubitus terhadap
kejadian dekubitus pada pasien bedrest total di RSUD Kota Tasikmalaya. Pada
hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar keluarga tidak mengerti
tentang pencegahan dekubitus sebanyak 27 responden (87%) dari 31
responden.
15
2. Penelitian yang dilakukan oleh Mutia, Pamungkas, & Anggraini (2015) yang
berjudul ”Profil penderita ulkus dekubitus yang menjalani tirah baring di ruang
rawat inap RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau periode Januari 2011- Januari
2013”. Desain penelitian ini menggunakan pendekatan retrospektif dengan
populasi sebanyak 54 responden. Dengan tekhnik pengambilan total sampling.
Instrumen yang digunakan yaitu penelitian observasional terhadap data rekam
medik pasien ulkus dekubitus yang menjalani tirah baring di ruang rawat inap
RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau periode Januari 2011- Januari 2013. Hasil
penelitian menyatakan bahwa diagnosis yang menyebabkan tirah baring
terbanyak adalah stroke yaitu 29 pasien (53.7%) dari 54 pasien yang menjalani
tirah baring.
3. Penelitian yang dilakukan oleh Dinata, Saftita, & Sastri (2013) yang berjudul
“Gambaran faktor risiko dan tipe stroke pada pasien rawat inap di bagian
penyakit dalam RSUD Kabupaten Solok Selatan periode 1 Januari 2010 – 31
Juni 2012”. Metode penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif dengan
semua populasi pasien stroke yang memenuhi kriteria inklusi yang berjumlah
96 responden di RSUD Kabupaten Solok Selatan. Hasil penelitian menyatakan
tipe stroke yang paling banyak diderita pasien adalah stroke ischemic atau non
hemoragik (61,46%).
4. Penelitian yang dilakukan oleh Sobirin, Husna, & Sulistyawan (2015) yang
berjudul ”Hubungan peran keluarga dalam memotivasi pasien pasca stroke
dengan kepatuhan penderita mengikuti rehabilitasi di unit rehabilitasi Rumah
Sakit Stroke Nasional Bukittinggi Tahun 2014”. Desain penelitian ini
menggunakan survey analitik dengan pendekatan cross sectional dengan
populasi sebanyak 50 responden. Dengan tekhnik pengambilan sampling
accidental sampling. Instrumen yang digunakan yaitu pengisian kuesioner dan
observasi kehadiran responden. Hasil penelitian menyatakan terdapat hubungan
yang signifikan antara peran keluarga dalam memotivasi pasien pasca stroke
dengan kepatuhan rehabilitasi Di Unit Rehabilitasi Rumah Sakit Stroke
Nasional Bukittinggi Tahun 2014 disimpulkan bahwa peran keluarga kurang
sebanyak 29 responden (58%) dari 50 responden.
16
5. Penelitian yang dilakukan oleh Citra, Sitompul, & Restuastuti (2010) yang
berjudul “Efektivitas Alih Baring Tiap 2 Jam terhadap Pencegahan Ulkus
Dekubitus pada Pasien Pasca Stroke dengan Tirah Baring Lama di Bangsal
Saraf RSUD Arifin Achmad Pekanbaru”. Metode penelitian ini menggunakan
penelitian intervensi preventif yang dilakukan melalui pendekatan studi cross
sectional. Sampel penelitian ini terdiri dari 32 pasien. Hasil penelitian
menyatakan jenis stroke terbanyak adalah stroke iskemik sedangkan ulkus
dekubitus yang ditemukan terutama derajat II, yang timbul pada minggu
pertama rawat inap (33,3%) dengan lokasi tersering adalah di sacrum.
BAB III
KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS DAN VARIABEL PENELITIAN
A. Kerangka Konsep
Kerangka konsep model pendahuluan dari sebuah masalah dan merupakan
refleksi dari hubungan variabel-variabel yang diteliti (Swarjana, 2015).
Kerangka konsep pada penelitian ini digambarkan sebagai berikut:
Keterangan :
17
18
Stroke adalah penyakit pada otak berupa gangguan fungsi saraf lokal atau
global, muncul secara mendadak, progresif, dan cepat. Stroke memiliki
beberapa gejala yaitu hemiplegia, hemiparesis dan menurunnya tonus otot
abnormal. Stroke memiliki dampak terhadap kelemahan ekstremitas yang
berakibat pada tirah baring yang dapat menimbulkan salah satu komplikasi
yaitu dekubitus. Faktor-faktor terjadinya dekubitus adalah mobilitas dan
aktivitas, penurunan sensori, persepsi, kelembapan, tenaga yang merobek
(shear), pergesekan (friction), nutrisi, usia, tekanan arteriolar yang rendah,
stres emosional, merokok, dan temperatur kulit. Keluarga perlu mengetahui
pengetahuan tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan dekubitus agar
keluarga itu sendiri dapat mencegah terjadinya luka dekubitus.
Tingkat pengetahuan keluarga dibagi menjadi tiga yaitu baik, cukup dan
kurang. Pengetahuan juga sangat mempengaruhi peran keluarga. Peran
keluarga adalah setiap anggota keluarga dapat menempatkan diri sesuai dengan
peran dan fungsinya masing-masing. Keluarga sebagai orang terdekat yang
merawat pasien, perlu mengetahui pengetahuan tentang segala sesuatu yang
berhubungan dengan dekubitus. Peran sebagai keluarga harus dipahami oleh
keluarga penderita stroke untuk mencegah dekubitus.
Adapun beberapa prinsip yang harus dipahami keluarga untuk mencegah
terjadinya dekubitus antara lain mengubah posisi pasien setiap 2-3 jam,
mengoleskan minyak pada daerah tertekan, menjaga kebersihan alat tenun,
membantu pasien untuk duduk setiap 10 menit untuk mengurangi tekanan,
memenuhi nutrisi pasien, membersihkan feses dan urin, melatih gerakan
minimal 2 kali sehari untuk mencegah kontraktur.
B. Hipotesis
Hipotesis adalah hasil yang diharapkan oleh peneliti yang diantisipasi dari
sebuah penelitian. Umumnya memerlukan ide tentang outcome dari studi
tersebut. Outcome ataupun jawaban tersebut bisa didapatkan melalui konstruksi
teori atau berdasarkan hasil penelitian sebelumnya (Thomas et al, 2010 dalam
Swarjana, 2015).
19
C. Variabel Penelitian
Variabel adalah sebuah konsep operasional properti dari suatu objek agar
dapat dioperasionalkan, diaplikasikan dan menjadi properti dari suatu objek
(Swarjana, 2015).
a. Variabel independen (bebas)
Variabel independen merupakan variabel bebas (Swarjana, 2015). Pada
penelitian ini yang dapat menjadi variabel independen adalah tingkat
pengetahuan keluarga.
20
setiap
pertanyaan
negatif:
jawaban benar
skor (1) dan
jawaban salah
skor (2).
Pada metode penelitian ini, akan diuraikan tentang desain penelitian, tempat dan
waktu penelitian, populasi dan sampel, cara pengumpulan data, instrumen
penelitian, pengolahan data dan analisa data serta etika penelitian.
A. Desain Penelitian
Desain penelitian ini menggunakan Analitik Corelation. Analitik
Corelation merupakan metode penelitian yang menekankan adanya hubungan
anatara satu variabel dengan variabel yang lainnya (Swarjana, 2015). Penelitian
ini akan dilakukan untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan keluarga
tentang dekubitus dan peran keluarga dalam mencegah dekubitus pada pasien
stroke non hemoragik di RSUD Sanjiwani Gianyar. Penelitian menggunakan
cross sectional. Cross sectional adalah suatu rancangan penelitian dengan
melakukan pengukuran atau pengamatan pada saat bersamaan antara variabel
independen dan dependen.
Finite population
New SS = SS
( 1+ (SS-1))
Pop
= 600
1+ (600-1)
53
= 600
1+ (599)
53
= 600
12,3
= 49
New SS : New sample size
Pop : Populasi
b. Kriteria Sampel
Dalam penelitian keperawatan agar karakteristik sampel tidak
menyimpang dari populasinya, sebelum dilakukan pengambilan sampel
ditentukan kriteria inklusi dan kriteria eksklusi pada penelitian ini yaitu:
1) Kriteria inklusi
Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah :
a) Responden merupakan anggota keluarga pasien stroke non
hemoragik yang dirawat di Ruang Sahadewa RSUD
Sanjiwani Gianyar.
b) Umur responden lebih dari 18 tahun karena pertumbuhan
otak mencapai kesempurnaan secara fungsional,
perkembangan kognitif (kemampuan berfikir) remaja yaitu
intelektual remaja mulai dapat berpikir logis, kognitif tingkat
tinggi yaitu membuat rencana, strategi, membuat keputusan-
keputusan, serta memecahkan masalah, mulai menyadari
proses berfikir efisien dan belajar berintropeksi dan wawasan
berfikirnya semakin meluas, bisa meliputi agama, keadilan,
moralitas, dan identitas (jati diri) (Wijayanti, 2016).
c) Anggota keluarga yang ikut dalam penelitian dan bersedia
menandatangani inform consent.
2) Kriteria ekslusi
Kriteria eksklusi pada penelitian ini adalah :
Anggota keluarga yang tidak bersedia menjadi responden dan tidak
mau menandatangani inform consent
.
3. Sampling
Teknik sampling adalah proses untuk menyeleksi unit yang
diobeservasi oleh peneliti dari keseluruhan populasi yang akan diteliti
sehingga kelompok yang akan diobservasi dapat digunakan untuk membuat
kesimpulan untuk membuat inferensi tentang populasi tersebut. Tujuan dari
sampling adalah untuk melakukan generalisir terhadap keseluruhan populasi
penelitian (Shi, 2008 dalam Swarjana, 2015). Dalam penelitian ini
menggunakan teknik sampling yaitu Non Probability sampling. Non
Probability sampling yaitu teknik pengambilan sampel yang tidak
memberikan kesempatan yang sama bagi setiap unsur atau anggota populasi
untuk dipilih menjadi sampel. Metode yang digunakan adalah Convinience
Sampling. Convinience Sampling adalah dipilih karena available terhadap
peneliti.
D. Alat dan Pengumpulan Data
1. Metode pengumpulan data
Metode pengumpulan data merupakan suatu proses pendekatan kepada
subyek dan proses pengumpulan karakteristik subyek yang dibutuhkan
dalam penelitian (Nursalam, 2008). Metode pengumpulan data yang
digunakan pada penelitian hubungan tingkat pengetahuan keluarga tentang
dekubitus dan peran keluarga dalam mencegah dekubitus pada pasien stroke
non hemoragik di RSUD Sanjiwani Gianyar adalah lembar kuesioner.
2. Alat pengumpulan data
Alat pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan alat ukur
berupa kuesioner. Kuesioner merupakan sebuah formulir yang berisikan
pertanyaan – pertanyaan yang telah ditentukan dan dapat digunakan untuk
mengumpulkan informasi mengenai seseorang sebagai bagian dari sebuah
survei (Swarjana, 2015). Adapun 2 kuesioner yang akan digunakan dalam
penelitian ini yaitu kuesioner tingkat pengetahuan dan peran keluarga yang
dibuat sendiri oleh peneliti.
a. Data Demografi Responden
Kuesioner ini berisikan tentang identitas responden, yaitu nama (inisial),
umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan dan hubungan dengan
pasien..
b. Kuesioner tingkat pengetahuan keluarga
Kuesioner merupakan sebuah form yang berisikan pertanyaan-pertanyaan
yang telah ditentukan dan dapat digunakan untuk mengumpulkan
informasi (data) dari tentang orang-orang sebagai bagian dari sebuah
survey (Swarjana, 2015). Kuesioner tingkat pengetahuan yang digunakan
adalah kuesioner dengan pernyataan tertutup berisi 15 pernyataan positif
dan negatif yang menggunakan skala Guttman dengan pilihan jawaban
berupa benar (B) dan salah (S). Adapun data yang terkumpul
dikelompokkan menurut variabel masing-masing dengan hasil ukur yang
didapatkan untuk tingkat pengetahuan dinilai dari jawaban responden
pada kuesioner. Penilaian dilakukan dengan memberikan skor tertinggi 2
dan skor terendah 1 dengan jumlah pernyataan 15. Baik bila skor >26,
cukup bila skor 21-26 dan kurang bila skor <20.
Tingkat 1. Definisi 15 1, 2
pengetahuan dekubitus
keluarga 2. Faktor yang 4, 6, 7, 3, 5, 8, 10,
tentang mempengaru 9, 15 13, 14
decubitus hi terjadinya
dekubitus
3. Stadium 11, 12
dekubitus
- Penurunan 10
sensori
persepsi
- Kelembapan 2, 3, 6, 9
- Pergesekan 4
- Nutrisi 5
- Merokok 7
- Temperatur 8
kulit
d. Uji Validitas
Sebelum melakukan penelitian, peneliti akan mengujikan alat ukur yang
digunakan. Uji validitas yang akan dilakukan untuk mengetahui alat ukur
tersebut valid atau tidak. Uji validitas adalah pengukuran dan
pengamatan yang berarti prinsip keandalan instrumen dalam
mengumpulkan sebuah data (Nursalam, 2015). Uji validitas dilakukan
untuk menguji apakah suatu kuesioner dianggap valid, maka perlu
dilakukan uji coba dan analisa. Face validity dilakukan untuk menguji
kuesioner yang belum baku dan pengujiannya dapat dilakukan oleh
seseorang yang ahli atau expert dalam bidangnya (Swarjana, 2016).
Validitas adalah derajat dimana instrument mengukur apa yang
seharusnya diukur (Swarjana, 2015). Uji validitas yang digunakan dalam
penelitian ini adalah face validity dilakukan pada kuisioner tingkat
pengetahuan dan peran keluarga.
3. Teknik pengumpulan data
Teknik pengumpulan data merupakan langkah paling strategis dalam
suatu penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan
data (Sugiyono, 2017). Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan
kuesioner tingkat pengetahuan keluarga tentang dekubitus dan kuesioner
peran keluarga dalam mencegah dekubitus pada pasien stroke non
hemoragik di Ruang Sahadewa RSUD Sanjiwani Gianyar. Adapun hal-hal
yang perlu dipersiapkan dalam tahap ini, diantaranya:
a. Tahap persiapan
Hal-hal yang perlu disiapkan antara lain :
1) Peneliti telah menyusun proposal penelitian
2) Peneliti mengajukan proposal dan mendiskusikan kepada
pembimbing.
3) Sebelum dilakukan penelitian, peneliti mengajukan surat ijin
penelitian untuk memohon ijin akan dilakukannya penelitian dengan
menyerahkan surat ijin penelitian dari institusi pendidikan STIKES
Bali
4) Peneliti kemudian mengajukan surat ijin penelitian ke Kepala RSUD
Sanjiwani Gianyar
5) Setelah mendapatkan ijin, kemudian peneliti akan mengajukan surat
ijin penelitian ke Kepala Ruangan Ruang Sahadewa RSUD Sanjiwani
Gianyar untuk akan dilakukannya penelitian
6) Peneliti mempersiapkan instrumen yang dibutuhkan dalam penelitian
7) Peneliti mempersiapkan lembar persetujuan (inform consent) kepada
responden yang bersedia
b. Tahap pelaksanaan
Setelah ijin penelitian diperoleh dilanjutkan ke tahap pelaksanaan antara
lain :
1) Peneliti datang ke Ruang Sahadewa RSUD Gianyar untuk
berkoordinasi kepada kepala ruangan bahwa penelitian akan
dilakukan.
2) Peneliti melakukan pendataan responden sebelum melakukan
pengumpulan data.
3) Responden yang ditelah dipilih diberikan penjelasan mengenai
maksud dan tujuan penelitian serta alur penelitian yang dilakukan
bila bersedia dijadikan sampel, responden perlu menandatangani
informed consent sebagai bukti persetujuan menjadi responden.
4) Peneliti menjelaskan tata cara pengisian kuesioner kepada responden.
5) Total pertanyaan yang akan diberikan berjumlah 25. Rata-rata
responden menjawab dalam waktu 25-30 menit.
6) Peneliti memberikan kuesioner kepada responden untuk diisi.
7) Peneliti memeriksa kelengkapan data yang diperoleh setelah
melakukan penelitian.
8) Peneliti mengucapkan Terima Kasih kepada responden atas
partisipasinya dalam penelitian.
E. Analisa Data
1. Teknik pengolahan data
Pengolahan data merupakan salah satu tahapan penelitian yang sangat
penting yang harus dikerjakan dan dilalui seorang peneliti (Swarjana, 2015).
Langkah-langkah metode pengolahan data sebagai berikut:
a. Penyuntingan (Editing)
Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang
diperoleh atau dikumpulkan. Dalam penelitian ini editing dilakukan pada
tahap pengumpulan data dan setelah data terkumpul dengan melihat atau
memeriksa kembali kelengkapan kuesioner, yaitu kelengkapan data umum
(nama (inisial), umur, jenis kelamin, dan pendidikan) dan memastikan
bahwa setiap pernyataan dalam kuesioner telah terisi semua.
b. Pengkodean (Coding)
Coding merupakan kegiatan pemberian kode angka terhadap data yang
terdiri atas beberapa kategori. Pemberian kode ini sangat penting bila
pengolahan dan analisis data menggunakan komputer. Biasanya dalam
pemberian kode juga dibuat daftar kode dan artinya dalam satu buku (code
book) untuk memudahkan kembali melihat lokasi dan arti dari suatu kode
dari suatu variabel. Dalam penelitian ini coding dilakukan setelah
melakukan penelitian, peneliti melakukan coding sesuai dengan
karakteristik responden dalam kuisioner untuk memudahkan proses
pengolahan data. Peneliti melakukan coding, yaitu:
1) Pada karakteristik responden :
a) Karakteristik responden berdasarkan umur, kode 1 untuk umur 19-28
tahun, kode 2 untuk umur 29-38 tahun, kode 3 untuk umur 39-48
tahun, kode 4 untuk umur 49-58 tahun, kode 5 untuk umur >58 tahun.
b) Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin, laki-laki diberi
kode 1, sedangkan untuk perempuan diberi kode 2.
c) Karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan terakhir, pada
responden yang tidak bersekolah diberi kode 1, SD diberi kode 2,
SMP diberi kode 3, SMA diberi kode 4, Perguruan Tinggi diberi kode
5 dan pendidikan lainnya diberi kode 6.
d) Krakteristik responden berdasarkan pekerjaan saat ini, pada kode 1 =
wiraswasta, kode 2 = petani, kode 3 = TNI, kode 4 = IRT, kode 5 =
PNS, kode 6 = tidak bekerja, kode 7 = lain – lain
b. Analisa bivariat
Analisa bivariat adalah dilakukan untuk menguji hubungan antara
variabel bebas dan variabel terikat, yaitu antara variabel tingkat pengetahuan
keluarga dengan peran keluarga . Analisa bivariat merupakan teknik analisis
data yang digunakan untuk mengetahui hubungan antara dua variabel
(Sugiyono, 2013).
Sebelum dilakukan analisa data terlebih dahulu dilakukan uji normalitas
karena skala yang digunakan adalah skala interval. Uji normalitas yang
dilakukan pada penelitian ini adalah uji normalitas menggunakan Shapiro
Wilk karena sampel yang digunakan kurang dari 50. Apabila nilai sig > 0,05
berarti data berdistribusi normal dan apabila nilai sig < 0,05 berarti data
berdistribusi tidak normal. Jika data berdistribusi normal maka dilaukan uji
parametik dengan menggunakan Pearson Product Moment (r test) dan jika
data berdistribusi tidak normal maka dilakukan uji non-parametik dengan
menggunakan Spearman rho (Swarjana, 2016).
Dengan demikian, hubungan tingkat pengetahuan dan peran keluarga
dapat diketahui. Data selanjutnya diolah dengan komputer menggunakan
program Microsoft Excel dan dianalisis dengan program Statistical Program
For Social Sciene (SPSS For Windows Versi 20). Tingkat kemaknaan (α)
yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah 0,05. Apabila didapatkan
nilai p<0,05, maka Ha diterima dan Ho ditolak. Dari koefisien korelasi yang
didapatkan, dapat digunakan untuk mengukur tingkat korelasi antara kedua
variabel.
1) Nilai signifikan hipotesis
Menurut Sujarweni (2015) nilai signifikan hipotesis yaitu:
a) Jika nilai probabilitas/signifikan (sig)< α (0,05), maka Ho ditolak dan
Ha diterima (terdapat korelasi yang bermakna antara dua variabel
yang diuji).
b) Jika nilai probabilitas/signifikan (sig)> (0,05), maka Ho diterima dan
Ha ditolak (tidak terdapat korelasi yang makna antara dua variabel
yang diuji)
2) Arah Korelasi
Menurut Sujarweni (2015) arah korelasi dapat dibedakan menjadi:
a) Arah hubungan positif (+) berarti jika X mengalami kenaikan maka
variabel Y juga akan mengalami kenaikan atau sebaliknya jika
variabel X mengalami penurunan maka variabel Y juga akan
mengalami penurunan.
b) Arah hubungan negatif (-) berarti jika variabel X mengalami kenaikan
maka variabel Y mengalami penurunan atau sebaiknya jika variabel X
mengalami penurunan maka variabel Y mengalami kenaikan.
3) Kekuatan Korelasi (r)
Tabel 4.3 Untuk menentukan kuat lemahnya hubungan kedua variabel
yang peneliti gunakan sebagai berikut :
F. Etika Penelitian
Masalah etika penelitian dalam keperawatan merupakan masalah yang
sangat penting dalam penelitian, mengingat penelitian keperawatan
berhubungan langsung dengan manusia, oleh sebab itu etika penelitian harus
diperhatikan (Swarjana, 2015). Masalah etika yang harus diperhatikan antara
lain sebagai berikut:
1. Lembar Persetujuan (Informed Consent)
Lembar persetujuan adalah suatu lembaran yang berisikan tentang
permintaan persetujuan kepada calon responden bahwa bersedia untuk
menjadi responden pada penelitian ini dengan membutuhkan tanda tangan
pada lembaran Informed Consent tersebut. Pada saat penelitian dilakukan,
Informed Consent diberikan sebelum responden mengisi lembar kuesioner
dengan tujuan agar responden mengerti maksud dan tujuan penelitian serta
mengetahui dampak dari penelitian tersebut.
Beberapa informasi yang ada dalam Informed Consent tersebut antara
lain: partisipasi responden, tujuan dilakukannya pengumpulan data,
potensial masalah yang akan terjadi, manfaat, kerahasiaan, biaya dan lain-
lain. Pada saat pelaksanaan penelitian jika responden menerima atau setuju
untuk dilakukan penelitian, maka responden menandatangani lembar
persetujuan terlebih dahulu. Namun saat penelitian tidak semua responden
bersedia menjadi responden penelitian ada beberapa responden yang
menolak untuk diteliti, maka peneliti tidak memaksa dan tetap menghormati
hak responden untuk menolak menjadi responden penelitian.
2. Tanpa nama (anonimity)
Anonimity merupakan masalah etika dalam penelitian keperawatan
dengan cara tidak memberikan atau mencantumkan nama responden pada
lembar alat ukur dan hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data
atau hasil penelitian yang disajikan.
Pada saat penelitian, peneliti menjelaskan kepada responden bahwa
peneliti tidak mencantumkan nama pada lembar pengumpulan data
(kuesioner). Peneliti juga menjelaskan kepada responden untuk mengisi
nama dengan inisial saja pada lembar pengumpulan data (kuesioner)
tersebut sehingga kerahasiaan data responden akan tetap terjaga.
3. Kerahasiaan (confidentiality)
Kerahasiaan merupakan masalah etika dengan memberikan jaminan
kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah
lainnya. Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaannya
oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil
penelitian.
Dalam penelitian ini, peneliti telah menjelaskan kepada responden
bahwa peneliti menjaga kerahasiaan tentang jawaban yang telah diisi oleh
responden pada kuesioner. Peneliti menyimpan jawaban responden dan
tidak membocorkan data yang didapat dari responden. Semua informasi
yang dikumpulkan dijamin kerahasiaannya oleh peneliti, yang dilaporkan
pada hasil penelitian. Hasil pengolahan data dilaporkan secara general, data
diakses hanya oleh peneliti dan pembimbing.
4. Perlindungan dari ketidaknyamanan (protection from discomfort)
Melindungi pasien dari ketidaknyamanan, baik fisik maupun psikologi.
Peneliti dalam penelitian ini sudah mendapatkan ijin untuk melakukan
penelitian seperti yang dijelaskan pada tahap persiapan. Dalam penelitian ini
total pertanyaan yang diberikan berjumlah 30, rata-rata responden
menjawab dalam waktu 25-30 menit.
Selama proses penelitian, terdapat beberapa responden yang mengalami
masalah atau ketidaknyamanan pada saat dilakukan pengumpulan data,
untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan dengan segera perawat
memberikan pertolongan atau intervensi untuk mengatasi ketidaknyamanan
responden tersebut. Setelah mendapatkan intervensi ada beberapa responden
yang kembali melanjutkan untuk mengisi kuesioner dan ada juga yang
menghentikan partisipasinya.
5. Keuntungan (Beneficence)
Merupakan sebuah prinsip untuk memberi manfaat pada orang lain, bukan
untuk membahayakan orang lain. Dalam proses penelitian, sebelum
pengisian kuesioner peneliti telah memberikan penjelasan tentang manfaat
penelitian serta keuntungannya bagi responden dan peneliti melalui lembar
informasi.
DAFTAR PUSTAKA
AHA. (2015). Heart Disease and Stroke Statistics 2015 Update. American.
https://doi.org/10.1161/CIR.0000000000000152
Bujang, Aini & Purwaningsih. (2013). Pengaruh Alih Baring Terhadap Kejadian
Dekubitus pada Pasien Stroke yang Mengalami Hemiparesis di Ruang
Yudistira di RSUD Kota Semarang. Dari https://anzdoc.com/pengaruh-alih-
baring-terhadap-kejadian-dekubitus-pada-pasien.html
Dinata, Safrita & Sastri. (2013). Gambaran Faktor Resiko dan Tipe Stroke pada
Pasien Rawat Inap di Bagian Penyakit Dalam RSUD Kabupaten Solok
Selatan Periode 1 Januari 2010 – 31 Juni 2012. Fakultas Kedokteran
Universitas Andalas. Dari
http://jurnal.fk.unand.ac.id/index.php/jka/article/view/119
Tatali, Katuuk & Kundre. (2018). Hubungan Dukungan Keluarga dengan Tingkat
Kemandirian Activity Daily Living (ADL) pada Pasien Pasca Stroke di
Poliklinik Neurologi RSU GMIM Pancaran Kasih Manado. Diakses tanggal
21 November 2018. Dari
https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/jkp/article/view/19464
Saraswati, Dewa Ayu Lilik. (2018). Gambaran Asuhan Keperawatan pada Pasien
Stroke Non Hemoragik dengan Gangguan Menelan di Ruang Sahadewa
RSUD Sanjiwani Gianyar Tahun 2018. Poltekkes Denpasar. Dari
http://repository.poltekkes-denpasar.ac.id/293/
WAKTU
No Kegiatan Okt, Nov,
Des, 2018 Jan, 2018 Feb, 2018 Mar, 2018 Apr, 2018 Mei, 2018 Jun, 2018
2018 2018
III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
1 Bimbingan
proposal
2 ACC
proposal
3 Penyebaran
proposal
4 Ujian
proposal
5 Pengumpulan
data
6 Laporan hasil
penelitian
7 Penyetoran
Skripsi
8 Ujian Skripsi
9 Perbaikan
dan
pengumpulan
Lampiran 2
Anda diundang untuk ikut serta dalam sebuah penelitian. Sebelum anda
memutuskan untuk berpartisipasi adalah penting bagi anda untuk memahami
mengapa penelitian ini akan dilakukan dan apa saja yang dilibatkan di dalamnya.
Mohon luangkan waktu anda untuk mencermati informasi ini baik- baik dan
jangan segan bertanya apabila ada suatu hal yang kurang jelas atau bila anda ingin
mengetahui informasi yang lebih lengkap lagi.
Gianyar, 2019
Peneliti
Kepada:
Yth. Bapak/ Ibu/ Saudara calon responden penelitian
di Ruang Sahadewa RSUD Sanjiwani Gianyar
Dengan hormat,
Saya yang bertandatangan dibawah ini:
Nama : Putu Ayu Mirah Kumala Dewi
NIM : 15C11573
Pekerjaan : Mahasiswa semester VIII Program Studi Ilmu
Keperawatan, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKES)
Bali
Alamat : Jl. Tukad Petanu Gg. Bekisar No. 23 Br/Link. Bekul Kec.
Densel
Bersama ini saya mengajukan permohonan kepada Bapak/ Ibu/ Saudara
untuk bersedia menjadi responden dalam penelitian saya yang berjudul
“Hubungan Tingkat Pengetahuan Keluarga Tentang Dekubitus dan Peran
Keluarga Dalam Mencegah Dekubitus Pada Pasien Stroke Non Hemoragik Di
RSUD Sanjiwani Gianyar” yang pengumpulan datanya akan dilaksanakan pada
bulan Februari 2019 – April 2019. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui hubungan tingkat pengetahuan keluarga tentang dekubitus dan peran
keluarga dalam mencegah dekubitus pada pasien stroke non hemoragik di RSUD
Sanjiwani Gianyar. Saya akan tetap menjaga segala kerahasiaan data maupun
informasi yang diberikan.
Peneliti
Nama :
Umur :
Jenis Kelamin :
Pendidikan :
Pekerjaan :
Gianyar, 2019
Responden
...................................................
KUESIONER
A. Data Umum
Petunjuk :
Isilah atau berilah tanda (√) pada kotak yang telah disediakan sesuai dengan
kondisi Bapak / Ibu / Saudara.
4. IRT
Petunjuk :
No Pernyataan SL SR KK TP
1. Merubah posisi pasien 2-3 jam sekali
agar dapat mengurangi resiko
terjadinya dekubitus
2. Mengoleskan minyak pada area yang
tertekan untuk mencegah terjadinya
dekubitus
3. Menjaga kebersihan alat tenun pasien
seperti sprei dan sarung bantal agar
tetap kering dan tidak kusut
4. Membantu pasien untuk duduk atau
memposisikan pasien dalam posisi
tegak selama 10 menit