PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
Energi panas bumi merupakan salah satu diantara beberapa energi
terbarukan yang bisa dimanfaatkan dalam kehidupan manusia. Di
Indonesia sendiri sampai tahun 2004 diidentifikasi terdapat 252 area yang
berpotensi panas bumi sudah termasuk dalam inventarisasi dan
eksplorasi. Sebagian besar berada pada lingkungan vulkanik, sisanya
berada dilingkungan batuan sedimen dan metamorf. Dari jumlah lokasi
tersebut mempunyai total potensi hanya 3% yang dimanfaatkan untuk
energi listrik atau sekitar 807 MWe dan 2% pemakaian energi listrik
nasional (Novitasari 2011).
Berdasarkan data dari Kementrian ESDM, sampai dengan
November 2009 total potensi panas bumi Indonesia diperkirakan
mencapai 28.112 MWe yang tersebar di 256 titik. Terdapat penambahan 8
lokasi baru dengan potensi 400 MWe yang berasal dari penemuan
lapangan pada tahun 2009. Pada tahun 2025, diproyeksikan geothermal
Indonesia dapat menghasilkan panas bumi sebesar 9500 MW atau setara
dengan 400 ribu Barel Oil Equivalen (BOE) per harinya. Sebuah potensi
energi yang sangat besar.
Melihat besarnya potensi tersebut maka perlu adanya perhatian
yang lebih dalam upaya pengembangannya. Sehingga dengan demikian,
pemakaian energi dalam kehidupan dapat dimaksimalkan.
B. Rumusan Masalah
2
C. Tujuan
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
B. Proses Terbentuknya Energi Panas Bumi (Geothermal)
5
berfungsi sebagai boiler. Uap dan juga air panas bertekanan akan
berusaha keluar.
6
Pemanfaatan energi panas bumi yang ideal adalah bila panas
bumi yang keluar dari perut bumi berupa uap kering, sehingga dapat
digunakan langsung untuk menggerakkan turbin generator listrik.
Namun uap kering yang demikian ini jarang ditemukan termasuk di
Indonesia dan pada umumnya uap yang keluar berupa uap basah yang
mengandung sejumlah air yang harus dipisahkan terlebih dulu sebelum
digunakan untuk menggerakkan turbin. Jenis sumber energi panas
bumi dalam bentuk uap basah agar dapat dimanfaatkan maka terlebih
dahulu harus dilakukan pemisahan terhadap kandungan airnya
sebelum digunakan untuk menggerakan turbin. Uap basah yang keluar
dari perut bumi pada mulanya berupa air panas bertekanan tinggi yang
pada saat menjelang permukaan bumi terpisah menjadi kira-kira 20 %
uap dan 80 % air. Atas dasar ini maka untuk dapat memanfaatkan jenis
uap basah ini diperlukan separator untuk memisahkan antara uap dan
air. Uap yang telah dipisahkan dari air diteruskan ke turbin untuk
menggerakkan generator listrik, sedangkan airnya disuntikkan kembali
ke dalam bumi untuk menjaga keseimbangan air dalam tanah.
7
3. Energi Panas Bumi Batuan Panas
Energi panas bumi jenis ketiga berupa batuan panas yang ada
dalam perut bumi terjadi akibat berkontak dengan sumber panas bumi
(magma). Energi panas bumi ini harus diambil sendiri dengan cara
menyuntikkan air ke dalam batuan panas dan dibiarkan menjadi uap
panas, kemudian diusahakan untuk dapat diambil kembali sebagai uap
panas untuk menggerakkan turbin. Sumber batuan panas pada
umumnya terletak jauh di dalam perut bumi, Sehingga untuk
memanfaatkannya perlu teknik pengeboran khusus yang memerlukan
biaya cukup tinggi.
8
menghangatkan gedung di musim dingin dan mendinginkan gedung di
musim panas.
9
uap lagi secara alami. Namun, bila panas bumi itu penghasil air panas
(hot water), maka air panas tersebut harus di ubah terlebih dahulu
menjadi uap air (steam). Proses perubahan ini membutuhkan peralatan
yang disebut dengan heat exchanger, dimana air panas ini dialirkan
menuju heat exchanger sehingga terbentuk uap air.
Pembangkit yang digunakan untuk meng-konversi fluida
geothermal menjadi tenaga listrik secara umum mempunyai komponen
yang sama dengan power plants lain yang bukan berbasis geothermal,
yaitu terdiri dari generator, turbin sebagai penggerak generator, heat
exchanger, chiller, pompa, dan sebagainya. Saat ini terdapat tiga
teknologi panas bumi yang digunakan untuk mengkonversi panas bumi
menjadi energi listrik, yaitu :
a) Dry Steam Power Plants
Pembangkit tipe ini adalah yang pertama kali ada. Pada tipe ini
uap panas (steam) langsung diarahkan ke turbin dan mengaktifkan
generator untuk bekerja menghasilkan listrik. Sisa panas yang datang
dari production well dialirkan kembali ke dalam reservoirmelalui
injection well. Pembangkit tipe tertua ini per-tama kali digunakan di
Lardarello, Italia, pada 1904 dimana saat ini masih berfungsi dengan
baik. Di Amerika Serikat pun dry steam power masih digunakan seperti
yang ada di Geysers, California Utara.
10
Power Plants adalah Cal-Energy Navy I flash geothermal power plants
di Coso Geothermal field, California, USA.
11
Di antara kelebihan dan keuntungan pemanfaatan energi
geothermal tersebut adalah :
1. Panas bumi (geothermal energy) merupakan salah satu sumber energi
paling bersih. Jauh lebih bersih dari sumber energi fosil yang
menimpulkan polusi atau emisi gas rumah kaca.
2. Geothermal merupakan jenis energi terbarukan yang relatif tidak akan
habis. Sumber energi ini terus-menerus aktif akibat peluruhan radioaktif
mineral.
3. Energi Geothermal ramah lingkungan yang tidak menyebabkan
pencemaran (baikpencemaran udara, pencemaran suara, serta tidak
menghasilkan emisi karbon dan tidak menghasilkan gas, cairan,
maupun meterial beracun lainnya).
4. Panas bumi (geothermal energy), dibandingkan dengan energi alternatif
lainnya seperti tenaga surya dan angin, bersifat konstan sepanjang
musim. Di samping itu energi listrik yang dihasilkan dari geothermal
tidak memerlukan solusi penyimpanan energi (energy storage) karena
dapat dihasilkan sepanjang waktu.
5. Untuk memproduksi energi geothermal membutuhkan lahan dan air
yang minimal, tidak seperti misalnya pada energi surya yang
membutuhkan area yang luas dan banyak air untuk pendinginan.
Pembangkit panas bumi hanya memerlukan lahan seluas 3,5 kilometer
persegi per gigawatt produksi listrik. Air yang dibutuhkan hanya sebesar
20 liter air tawar per MW/jam.
12
2. Pembangkit listrik tenaga panas bumi hanya dapat dibangun di sekitar
lempeng tektonik di mana temperatur tinggi dari sumber panas bumi
tersedia di dekat permukaan.
3. Pembangunan pembangkit listrik geothermal diduga dapat
mempengaruhi kestabilan tanah di area sekitarnya.
13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
14
B. Saran
15
DAFTAR PUSTAKA
16