Anda di halaman 1dari 2

BAB I

PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Farmasi dalam bahasa Yunani disebut farmakon yang berarti medika
atau obat yang mempelajari cara membuat, mencampur, meracik formulasi
obat, identifikasi, kombinasi, analisis dan standardisasi/pembakuan obat serta
pengobatan, termasuk pula sifat-sifat obat dan distribusinya serta
penggunaannya yang aman. Dalam farmasi, untuk menentukan komposisi
suatu senyawa dalam suatu sampel serta berbagai sifat fisika-kimia obat/ zat
aktif/ dan analit yang terkandung di dalamnya diperlukan pengetahuan
mengenai Kimia Farmasi Analisis (Syamsuni, 2006).
Kimia farmasi analisis merupakan salah satu mata kuliah wajib di
Fakultas Farmasi atau di Jurusan/ Program Studi Ilmu Farmasi. Kimia
Farmasi Analisis ini dapat didefinisikan sebagai penerapan berbagai teknik,
metode, dan prosedur kimia analisis untuk memperoleh aspek kualitatif serta
kuantitatif dari suatu senyawa obat pada khususnya dan bahan kimia pada
umumnya (Gandjar, 2016).
Analisis kualitatif merupakan analisis untuk melakukan identifikasi
elemen, spesies, dan/atau senyawa-senyawa yang ada di dalam sampel.
Dengan kata lain, analisis kualitatif berkaitan dengan cara untuk mengetahui
ada atau tidaknya suatu analit yang dituju dalam suatu sampel. Sedangkan
analisis kuantitatif adalah analisis untuk menentukan jumlah (kadar) absolut
atau relatif dari suatu elemen atau spesies yang ada di dalam sampel. Dan
unuk menentukannya memerlukan beberapa metode serta teknik analisis
seperti gravimetri, volumetri, spektofotometri, titrimetri dll. (Gandjar, 2016).
Titrasi adalah salah satu metode penentuan kadar suatu senyawa secara
kuantitatif, titrasi merupakan proses penentuan banyaknya suatu larutan
dengan konsentrasi yang diketahui dan diperlukan untuk bereaksi secara
lengkap dengan sejumlah contoh tertentu yang akan di analisis (Keenan,
1980). Salah satu cara dalam penentuan kadar larutan asam basa adalah
dengan melalui proses titrasi asidi-alkalimetri. Cara ini cukup
menguntungkan karena pelaksanaannya mudah dan cepat, ketelitian dan
ketepatannya juga cukup tinggi. Titrasi asidi-alkalimetri dibagi menjadi dua
bagian besar yaitu asidimetri dan alkalimetri. Asidimetri adalah penetapan
kadar secara kuantitatif terhadap senyawa-senyawa yang bersifat basa dengan
menggunakan baku asam. Sedangkan Alkalimetri adalah sebaliknya yaitu
penetapan kadar senyawa-senyawa yang bersifat asam dengan menggunakan
baku basa (Gandjar, 2016).
Dalam bidang farmasi, aisdi-alkalimetri dapat digunakan untuk
menentukan kadar suatu obat dengan teliti karena dengan titrasi ini,
penyimpangan titik ekivalen lebih kecil sehingga mudah untuk mengetahui
titik akhir titrasi yang ditandai dengan suatu perubahan warna, begitu pula
dengan waktu yang digunakan seefisien mungkin (Haryadi, 1990).
I.2 Maksud
Percobaan mengenai Alkalimetri ini mahasiswa diharapkan mampu
untuk mengetahui kadar senyawa asam dengan menggunakan larutan baku
basa sebagai larutan standar, juga dapat memahami prinsip-prinsip dari
percobaan alkalimetri.
I.3 Tujuan
1. Mahasiswa dapat mengetahui cara melakukan titrasi
2. Mahasiswa dapat mengetahui kadar asam salisilat dalam larutan dengan
menggunakan dan MR.
3. Mahasiswa dapat memahami prinsip dari alkalimetri
I.4 Prinsip Percobaan
Pada percobaan titrasi asidi-alkalimetri ini menggunakan prinsip
netralisasi, yakni reaksi antara ion hidrogen yang berasal dari asam dan ion
hidroksida yang berasal dari basa untuk menghasilkan air yang bersifat netral.
Netralisasi ini juga dapat dikatakan sebagai reaksi antara pemberi proton
(asam) dan penerima proton (basa) (Gandjar, 2016).

Anda mungkin juga menyukai