Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Preeklampsi merupakan penyulit dalam proses kehamilan yang
kejadiannya senantiasa tetap tinggi. Dimana faktor ketidaktahuan tentang
gejala awal oleh masyarakat merupakan penyebab keterlambatan mengambil
tindakan yang dapat berakibat buruk bagi ibu maupun janin. Dari kasus
kehamilan yang dirawat di rumah sakit 3-5 % merupakan kasus preeklampsi
atau eklampsi (Manuba,1998). Dari kasus tersebut 6 % terjadi pada semua
kehamilan, 12 % terjadi pada primigravida (Muthar,1997). Masih tingginya
angka kejadian dapat dijadikan sebagai gambaran umum tingkat kesehatan
ibu hamil dan tingkat kesehatan masyarakat pada umumnya.
Dengan besarnya pengaruh atau komplikasi dari preeklampsi terhadap
tingginya tingkat kematian bumil dan janin , sudah selayaknya dilakukan
suatu upaya untuk mencegah dan menangani kasus preeklampsi.
Keperawatan bumil dengan preeklampsi merupakan salah satu usaha nyata
yang dapat dilakukan untuk mencegah timbulnya komplikasi sebagai akibat
lanjut dari preeklampsi tersebut.

B. Tujuan
Untuk mengetahui konsep dasar asuhan keperawatan pada klien dengan
preeklamsia

1
BAB II

KONSEP DASAR

A. Pengertian

Preeklamsia adalah kelainan multi sistemik yang terjadi pada kehamilan


yang ditandai dengan adanya hipertensi dan edema, serta dapat disertai
proteinuria, biasanya terjadi pada usia kehamilan 20 minggu ke atas atau
dalam triwulan ketiga dari kehamilan, tersering pada kehamilan 37 minggu,
ataupun dapat terjadi segera sesudah persalinan. Preeklamsia merupakan
sindroma spesifik kehamilan yang terutama berkaitan dengan berkurangnya
perfusi organ akibat vasospasme dan aktivitas endotel, yang bermanifestasi
dengan adanya peningkatan tekanan darah dan proteinuria. Preeklamsia dapat
berkembang dari ringan, sedang, sampai dengan berat, yang dapat berlanjut
menjadi eklamsia. The american college of obsterician and gynecologits
mengklasifikasikan hipertensi dalam kehamilan atas empat kategori sebagai
berikut :
1. Preeklamsia atau kehamilan yang menginduksi preeklamsia/ pregancy
induced eclamsia (PIE) didefinisikan sebagai triad hipertensi, proteinuria
dan edema umum, yeng berkembang setelah minggu ke 20 kehamilan.

2
2. Hipertensi kronis adalah adanya hipertensi yang sudah ada sebelum
kehamilan dan berlanjut sampai pasien dalam keadaan hamil.
3. Superimosed edampsia yang merupakan keadaan dimana terjadi
peningkatan tekanan darah selama kehamilaan, yang disertai, polinuria
dan atau edema pada gravida yang sebelumnya sudah menderita
hipertensi
4. Hipertensi gestasional transient, mengacu pada perkembangan hipertensi
tanpa proteinuria atau edema pada gravida yang sebelumnya normatif
dimana sampai dengan 10 hari pasca persalinan, tekanan darah akan
kemabali normal seperti sedia kala.

Tabel 1 klasifikasi hipertensi pada kehamilan


Tekanan sistolik 140-149 mmHg
Ringan Tekanan diastolik 90-99 mmHg
Sedang Tekanan sistolik 150-159 mmHg
Tekanan diastolik 100-109 mmHg
Berat Tekanan sistolik > 160 mmHg
Tekanan diastolik >110 mmHg

(Lalenoh Christine Diana, 2018)

B. Etiologi

Penyebab penyakit ini sampai sekarang belum bisa diketahui secara pasti.
Namun banyak teori yang telah dikemukakan tentang terjadinya hipertensi
dalam kehamilan tetapi tidak ada satupun teori tersebut yang dianggap benar-
benar mutlak.Beberapa faktor resiko ibu terjadinya preeklamsi:

1. Paritas

Kira-kira 85% preeklamsi terjadi pada kehamilan pertama. Paritas 2-


3 merupakan paritas paling aman ditinjau dari kejadian preeklamsi dan
risiko meningkat lagi pada grandemulti gravida. Selain itu primitua, lama

3
perkawinan ≥4 tahun juga dapat berisiko tinggi timbul preeklamsi
(Rochjati, 2003)

2. Usia

Usia aman untuk kehamilan dan persalinan adalah 23-35 tahun.


Kematian maternal pada wanita hamil dan bersalin pada usia dibawah 20
tahun dan setelah usia 35 tahun meningkat, karena wanita yang memiliki
usia kurang dari 20 tahun dan lebih dari 35 tahun di anggap lebih rentan
terhadap terjadinya preeklamsi. Selain itu ibu hamil yang berusia ≥35
tahun telah terjadi perubahan pada jaringan alat-alat kandungan dan jalan
lahir tidak lentur lagi sehingga lebih berisiko untuk terjadi preeklamsi
(Rochjati, 2003).

3. Riwayat hipertensi

Riwayat hipertensi adalah ibu yang pernah mengalami hipertensi


sebelum hamil atau sebelum umur kehamilan 20 minggu. Ibu yang
mempunyai riwayat hipertensi berisiko lebih besar mengalami
preeklamsi, serta meningkatkan morbiditas dan mortalitas maternal dan
neonatal lebih tinggi. Diagnosa preeklamsi ditegakkan berdasarkan
peningkatan tekanan darah yang disertai dengan proteinuria atau edema
anasarka.

4. Sosial ekonomi

Beberapa penelitian menyimpulkan bahwa wanita yang sosial


ekonominya lebih maju jarang terjangkit penyakit preeklamsi. Secara
umum, preeklamsi/eklamsi dapat dicegah dengan asuhan pranatal yang
baik. Namun pada kalangan ekonomi yang masih rendah dan
pengetahuan yang kurang seperti di negara berkembang seperti Indonesia
insiden preeklamsi/eklamsi masih sering terjadi.

4
5. Hiperplasentosis /kelainan trofoblast

Hiperplasentosis/kelainan trofoblas juga dianggap sebagai faktor


predisposisi terjadinya preeklamsi, karena trofoblas yang berlebihan
dapat menurunkan perfusi uteroplasenta yang selanjutnya mempengaruhi
aktivasi endotel yang dapat mengakibatkan terjadinya vasospasme, dan
vasospasme adalah dasar patofisiologi preeklamsi/eklamsi.
Hiperplasentosis tersebut misalnya: kehamilan multiple, diabetes melitus,
bayi besar, 70% terjadi pada kasus molahidatidosa.

6. Genetik

Genotip ibu lebih menentukan terjadinya hipertensi dalam kehamilan


secara familial jika dibandingkan dengan genotip janin. Telah terbukti
pada ibu yang mengalami preeklamsi 26% anak perempuannya akan
mengalami preeklamsi pula, sedangkan 8% anak menantunya mengalami
preeklamsi. Karena biasanya kelainan genetik juga dapat mempengaruhi
penurunan perfusi uteroplasenta yang selanjutnya mempengaruhi aktivasi
endotel yang dapat menyebabkan terjadinya vasospasme yang merupakan
dasar patofisiologi terjadinya preeklamsi/eklamsi

7. Obesitas

Obesitas adalah adanya penimbunan lemak yang berlebihan di dalam


tubuh. Obesitas merupakan masalah gizi karena kelebihan kalori,
biasanya disertai kelebihan lemak dan protein hewani, kelebihan gula dan
garam yang kelak bisa merupakan faktor risiko terjadinya berbagai jenis
penyakit degeneratif, seperti diabetes melitus, hipertensi, penyakit
jantung koroner, reumatik dan berbagai jenis keganasan (kanker) dan
gangguan kesehatan lain. Hubungan antara berat badan ibu dengan risiko
preeklamsia bersifat progresif, meningkat dari 4,3% untuk wanita dengan

5
indeks massa tubuh kurang dari 19,8 kg/m2 terjadi peningkatan menjadi
13,3 % untuk mereka yang indeksnya ≥35 kg/m2.

C. Manifestasi klinis

1. Kenaikan tekanan darah sistol 30 mmHg atau lebih, diastole 15 mmHg


atau lebih, dari tekanan darah sebelum hamil pada kehamilan 20 minggu
atau lebih. Atau sistol 140 - 160 mmHg dan diastole 90 -110 mmHg.

2. Proteinuria secara kuantitatif lebih dari 0,3 gram/liter dalam 24 jam atau
secara kualitatif (++).

3. Edema pada pretibial, dinding abdomen, lumbosakral dan wajah atau


lengan.

4. Terjadinya gejala subjektif:

a. Sakit Kepala

b. Penglihatan kabur

c. Nyeri pada epigastrum

d. Sesak napas

e. Berkurangnya urin

5. Menurunnya kesadaran wanita hamil sampai koma

6. Terjadinya kejang

7. Penurunan angiostensin, renin, dan aldosteron, tetapi juga dijumpai

8. Edema, hipertensi dan proteinuria.

6
D. Patofisiologi

Pada preeklampsi terdapat penurunan plasma dalam sirkulasi dan terjadi


peningkatan hematokrit, dimana perubahan pokok pada preeklampsi yaitu
mengalami spasme pembuluh darah perlu adanya kompensasi hipertensi
( suatu usaha untuk mengatasi kenaikan tekanan perifir agar oksigenasi
jaringan tercukupi). Dengan adanya spasme pembuluh darah menyebabkan
perubahan – perubahan ke organ antara lain :
1. Otak
Mengalami resistensi pembuluh darah ke otak meningkat akan
terjadi oedema yang menyebabkan kelainan cerebal bisa menimbulkan
pusing dan CVA, serta kelainan visus pada mata.
2. Ginjal
Terjadi spasme arteriole glomerulus yang menyebabkan aliran darah
ke ginjal berkurang maka terjadi filtrasi glomerolus negatif , dimana
filtrasi natirum lewat glomelurus mengalami penurunan sampai dengan
50 % dari normal yang mengakibatkan retensi garam dan air , sehingga
terjadi oliguri dan oedema. Terjadi perubahan fungsi ginjal disebabkan
karena menurunnya aliran darah ke ginjal akibat hipovolemi, kerusakan
sel glomerulus mengakibatkan meningkatnya permebelitas membran
basalis sehingga terjadi kebocoran dan mengakibatkan proteinuria. Gagal
ginjal akut akibat nekrosis tubulus ginjal.
3. URI
Dimana aliran darah plasenta menurun yang menyebabkan gangguan
plasenta maka akan terjadi IUGR, oksigenisasi berkurang sehingga akan
terjadi gangguan pertumbuhan janin, gawat janin , serta kematian janin
dalam kandungan.
4. Rahim
Tonus otot rahim peka rangsang terjadi peningkatan yang akan
menyebabkan partus prematur.
5. Paru

7
Dekompensi cordis yang akan menyebabkan oedema paru sehingga
oksigenasi terganggu dan cyanosis maka akan terjadi gangguan pola
nafas. Juga mengalami aspirasi paru / abses paru yang bisa menyebabkan
kematian
6. Hepar
Penurunan perfusi ke hati dapat mengakibatkan oedema hati , dan
perdarahan subskapular sehingga sering menyebabkan nyeri
epigastrium, serta ikterus.

E. Pathway

8
Vasokontriksi
Penurunan
pembuluh darah ginjal
perfusi plasenta

Iskemik
Suplai O2 otak
miokard
menurun

Resistensi Blood flow


pembuluh darah menurun
otak meningkat
Respon RAA

Tekanan
pembuluh darah
meningkat
Rangsang
aldosteron
Gangguan rasa
nyaman

Gangguan
keseimbangan
cairan elektrolit

F. Pencegahan
1. Pengobaan non medikal
Yaitu pencegahan dengan tidak memberikan obat, cara yang paling
sederhana yaitu dengan tirah baring. Kemudian diet, ditambah suplemen
yang mengandung:

9
a) Minyak ikan yang kaya akan asam lemak tidak jenuh misal: omega-3
PUFA,
b) Antioksidan: vitamin C, vitamin E, dll.
c) Elemen logam berat: zinc, magnesium, kalium.
2. Pencegahan dengan medikal
Pemberian deuretik tidak terbukti mencegah terjadinya hipertensi
bahkan memperberat terjadinya hipovolumia. Pemberian kalsium: 1.500-
2.000mg/hari, selain itu dapat pula diberikan zinc 200
mg/hari,magnesium 365 mg/hari. Obat trombotik yang dianggap dapat
mencegah preeklampsi adalah aspirin dosis rendah rata-rata <100mg/hari
atau dipiridamole dan dapat juga diberikan obat anti oksidan misalnya
vitamin C, Vitamin E β-karoten, N-Asetilsistein, asam lipoik
3. Antenatal care (ANC)
ANC adalah pemeriksaan/pengawasan antenatal adalah pemeriksaan
kehamilan untuk mengoptimalisasi kesehatan mental dan fisik ibu hamil,
sehingga mampu menghadapi persalinan, nifas, persiapan memberikan
ASI, dan kembalinya kesehatan reproduksi secara wajar.

G. Penatalaksanaan

1. Preklamsia Ringan

a. Istirahat yang cukup (berbaring/tiduran minimal 4 jam pada siang


hari dan minmal 8 jam pada malam hari

b. Pemberian luminal 1-2X30 mg/hari bila tidak bisa tidur

c. Pemberian asetilasalisilat (aspirin) 1X80 mg/hari

d. Diet rendah garam dan diuretik tidak perlu

e. Bila tekanan darah tidak turun, dianjurkan dirawat dan diberi obat
antihipertensi seperti nifedipin 3-8X5-10 mg/hari

10
2. Preklamsia Berat

Pada preklamsia berat dapat ditangani secara aktif atau konservatif.


Aktif berarti, kehamilan diakhiri/diterminasi bersama dengan pengobatan
medisinal.. konservatif adalah kehamilah dipertahankan bersama
pengobatan medisinal. Pengobatan medisinal yaitu pemberian obat anti
kejang MgSO4 dalam infus dextrase 5 % sebanyak 500 cc tiap 6 jam.
Cara pemberian MgSO4 yaitu dosis awal 2 gram intravena diberikan
dalam 10 menit, dilanjutkan dengan dosis pemeliharaan sebanyak 2
gr/jam drip infus (80 ml/jam atau 15-20 tetes/menit)

H. Komplikasi

1. Atonia uteri

2. Ablasi retina

3. Gagal ginjal

4. Perdarahan total

5. Edema parau

6. Gagal jantung

7. Syok dan kematian

8. Koagulasi intra vaskuler deseminata

I. Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan darah lengkap

11
2. Urinalisis (pemeriksaan urin lengkap)
3. Asam urat
4. Pemeriksaan fungsi hati
b. SGOT (Serum Glutamic Oxaloacetic Transaminase)
c. SGPT (Serum Clutamic Pyruvate Transaaminase)
d. LDH (Lactate Dehydrogenase Serum Level)
e. Bilirubin indirek

5. Pemeriksaan fungsi ginjal


a. Ureum
b. Kreatin

12
BAB III

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian

1. Data Demografi

a. Biodata: Nama, umur, agama, pendidikan, pekerjaan, status


perkawinan, berapa kali nikah, dan berapa lama.

2. Keluhan Utama

a. Riwayat kehamilan sekarang : kehamilan yang ke berapa, sudah


pernah melakukan ANC, terjadi peningkatan tensi, oedema, pusing,
nyeri epigastrium, mual muntah, dan penglihatan kabur.

b. Riwayat kesehatan ibu sebelumnya : penyakit jantung, ginjal, HT,


paru.

c. Riwayat kehamilan, persalinan, nifas yang lalu : adakah hipertensi


atau preeklampsi.

13
d. Riwayat kesehatan keluarga : adakah keluarga yang menderita
penyakit jantung, ginjal, HT, dan gemmeli.

3. Pola Fungsional

a. Pola Aktivias Sehari-hari


1) Pola eliminasi: Fungsi ginjal mungkin menurun (kurang dari 400
ml/24 jam ) atau tidak ada.
2) Pola makan dan cairan:
a) Mual / muntah.
b) Penambahan berat badan 2+ lb (0,9072 kg) atau lebih dalam
1 minggu, 6 lb (2,72) atau lebih per bulan (tergantung pada
lamanya gestasi).
c) Malnutrisi (kelebihan atau kurang berat badan 20% atau lebih
besar), masukan protein/ kalori kurang.
d) Edema mungkin ada, dari ringan sampai berat/ umum dan
dapat meliputi wajah, ekstermitas, dan sistem organ (mis:
hepar, otak)
e) Diabetes mellitus.
3) Neurosensori:
a) Pusing, sakit kepala frontal.
b) Diplopia, penglihatan kabur.
c) Hiperrefleksia
d) Kacau mental-tonik, kemudian fase tonik, diikuti dengan
periode kehilangan kesadaran.
e) Pemeriksaan funduskopi dapat menunjukkan edema atau
spasme vaskular.
f) Nyeri / Ketidaknyamanan:Nyeri epigastrik (region kuadran
atas kanan )
4) Pola seksual :

14
a) Primigravida, gestasi multipel, hidramnion, mola hidatidosa,
hidrops fetalis.
b) Gerakan bayi mungkin berkurang.
c) Tanda-tanda abrupsi plasenta mungkin ada.

4. Pemeriksaan Fisik

1. Sistem pernafasan

Pernafasan kurang dari 14x/menit, klien biasanya mengalami sesak


sehabis beraktivitas, terdengar suara krekels, dan adanya edema paru

2. Sistem kardiovaskuler

Apakah terdapat sianosis, kulit pucat, konjungtiva anemis, terjadi


peningkatan tekanan darah, nadi meningkat atau menurun, serta
edema periorbital yang tidak hilang dalam kurun waktu 24 jam

3. Sistem reproduksi

Ada atau tidaknya massa abnormal, nyeri tekan pada payudara, ada
atau tidaknya pengeluaran pervaginam berupa lendir yang bercampur
darah, serta ketahui fundus uteri, letak janin, lokasi edema dan
biasanya terdapat kontraksi uterus.

4. Sistem integumen dan perkemihan

Cloasma gravidarum, oliguria, fungsi ginjal menurundan proteinuria.

5. Sistem persyarafan

Biasanya hiperrefleksi, dan klonus pada kaki

15
5. Pemeriksaan penunjang :

a. Tanda vital yang diukur 2 kali dengan interval 6 jam.

b. Laboratorium : proteinuri dengan kateter atau midstream (biasanya


meningkat hingga 0,3 gr/lt atau + 1 sampai + 2 pada skala
kualitatif), kadar hematokrit menurun, berat jenis urine meningkat,
serum kreatinin meningkat, uric acid > 7 mg/100 ml.

c. USG : untuk medeteksi keadaan kehamilan, dan plasenta.

d. NST : untuk menilai kesejahteraan janin

B. Diagnosa Keperawatan
1. (00026) Kelebihan volume cairan b.d kelebihan asupan natrium
2. (00029) Penurunan curah jantung b.d perubahan irama jantung
3. (00200) Resiko penurunan perfusi jaringan jantung b.d spasme arteri
koroner
4. (00035) Resiko cedera b.d hipoksia jaringan.
5. (00002) Kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d asupan diet
kurang
6. (00126) Devisien pengetahuan b.d kurang sumber informasi.

C. Intervensi Keperawatan

16
Dx Tujuan dan kriteria hasil Intervensi

1 1) Dapat menyebutkan cara-cara a) Pantau berat badan secara teratur


b) Berikan informasi tentang diet
untuk meminimalkan masalah
c) Anjurkan meningkatkan
2) Dapat mengidentifikasi
ekstremitas secara periodik selama
tanda/gejala yang memerlukan
sehari.
evaluasi/intervensi medis
d) Lakukan Uji lab urine terhadap
3) Terbebas dari hipertensi,
albumin
albuminuria, retensi cairan
berlebihan, dan edema wajah

2 1) Tetap normotensif selama sisa a) Lakukan tirah baring pada klient


masa kehamilan dengan posisi miring kiri.
2) Melaporkan tidak adanya atau b) Berikan obat anti hipertensi
c) Pantau parametre hemodinamik
menurunya kejadian dispnea.
3) Mengubah tingkat aktivitas invasif
d) Monitor TTV
sesuai kondisi.

3 1) Tidak ada Retardasi a) Identifikasi faktor-faktor yang


pertumbuhan intrauterus mempengarui aktivitas janin
2) Tidak ada perubahan aktivitas b) Evaluasi pertumbuhan janin
c) Tinjau ulang tanda2 abrupsi
janin/frequensi jantung
3) Tidak ada kelahiran prematur plasenta
4) Tidak ada kematian pada janin d) Perhatikan respon janin pada obat-
obatan seperti MGSO4,
fenobarbital, dan diazepam.

4 1) Berpartisipasi dalam tindakan a) Monitor purubahan pada tingkat


atau modifikasi lingkungan kesadaran
b) Kaji adanya masalah SSP
untuk melindungi diri dan
c) Kajia tanda-tanda eklamsia
meningkatkan keamanan. d) Tekankan pentingnya klient
2) Bebas dari tanda-tanda iskemia
melaporkan tanda2 dan gejala
serebral( gangguan
yang berhubungan dengan SSP
penglihatan, sakit kepala,
perubahan pada mental)
3) Menunjukan kadar faktor

17
pembekuan dan kadar enzim
hepar normal.

5 1) Terjadi peningkatan berat a) Monitor status nutrisi klien


b) Memberikan informasi menganai
badan
2) Tidak ada mual muntah penambahan berat badan normal
3) Asupan gizi tercukupi
pada kehamilan
c) Menganjurkan keluraga untuk
membawakan makanan yang
disukai klien
6 1) Mengungkapkan pemahaman a) Kaji pengetahuan klient / pasangan
tentang proses penyakit dan tentang proses penyakit
b) Berikan informasi tetang tanda dan
rencana tindakan yang tepat.
2) Mengidentifikasi tanda dan gejala yang mengindikasikan
gejala yang memerlukan kondisi yang semakin buruk
c) Pertahankan supaya klient tetap
evaluasi medis.
3) Melakukan prosedur yang mendapat infor masi tentang
diperlukan dengan benar. kondisi kesehatan
4) Melakukan perubahan gaya
hidup

D. Evaluasi

Hasil yang diharapkan pada proses perawatan ibu hamil dengan pre
eklampsia adalah sebagai berikut:
1. Tidak terjadi trauma pada ibu atau meminimalkan kejadian trauma pada
ibu.
2. Mempertahankan tingkat kesadaran ibu hamil agar selalu tidak turun.
3. Berpartisipasi dalam HE
4. Mempertahankan Efektifitas perfusi jaringan ginjal .

18
5. Tidak terjadi disstress pada janin
6. Mempertahankan BB normal pada ibu hami
7. Mempertahankan keseimbangan cairan
8. Mempertahankan dan mengatur diit untuk ibu hamil dengan
preeklampsia
9. Ibu dan janini tidak mengalami gejala sisa akibat preekampsia
10. Ibu tidak mengalami komplikasi berat
11. Ibu akan melahirkan dalam kondisi optimal tanpa suatu akibat pada
kondisi dan penatalaksanaanya.

19
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Preeklamsia merupakan penyulit kehamilan yang akut dan dapat
membahayakan kesehatan maternal maupun neonatal. Gejala klinik
preeklamsia dapat dibagi menjadi preeklamsia ringan dan pre eklampsi berat
Diharapkan dengan menegakkan diagnosa yang tepat dapat meghasilkan
suatu hasil yang sesuai dengan kebutuhan ibu hamil dengan gangguan
preeklamsia. Penetapan rencana perawatan yang sesuai dengan masalah yang
timbul untuk mengatasi masalah keperawatan tersebut.

B. Saran
Dengan besarnya pengaruh atau komplikasi dari preeklampsi terhadap
tingginya tingkat kematian bumil dan janin, sudah selayaknya dilakukan
suatu upaya untuk mencegah dan menangani timbulnya komplikasi sebagai
akibat lanjut dari preeklampsi tersebut.

20
DAFTAR PUSTAKA

Lalenoh Christine Diana. 2018. Preeklamsia Berat dan Eklamsia: Tatalaksana


Anestesia Perioperatif. Depublish : Yogyakarta.

Saputra, Lydon. 2013. Keterampilan Dasar Untuk Perawat Dan Bidan. Binarupa
Aksara: Tangerang.

Nanda. 2018. Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi. 2018-2020 edisi 11

Dochterman, J.M., & Bulecheck, G. M. (2004). Nursing Interventions


Classification (NIC), 5th ed. United States Of America: Elsevier

Dochterman, J.M., & Bulecheck, G. M. (2004). Nursing outcame Classification


(N0C), 5th ed. United States Of America: Elsevier

21

Anda mungkin juga menyukai