Anda di halaman 1dari 2

13

BAB V
PEMBAHASAN
Titrasi adalah suatu proses dimana suatu volum larutan standar
ditambahkan ke dalam larutan dengan tujuan untuk mengetahui komponen yang
tidak dikenal (Padmaningrum, 2006).
Asidimetri merupakan penetapan kadar secara kuantitatif terhadap
senyawa-senyawa yang bersifat basa dengan menggunakan baku asam.
Alkalimetri merupakan penetapan kadar senyawa-senyawa yang bersifat asam
dengan menggunakan baku basa (Gandjar, 2016).
Pada percobaan ini, titrasi yang dilakukan menggunakan metode
alkalimetri karena menggunakan sampel yang bersifat asam dengan menggunakan
baku basa. Dimana pada percobaan kali ini larutan baku yang akan digunakan
adalah NaOH 0,1 N dan larutan baku analit adalah Asam Salisilat dengan
indikator methyl red.
Pada percobaan ini digunakan indikator methyl red. Menurut W. Haryadi
(1990), hal ini dilakukan karena jika menggunakan indikator yang lain, adanya
kemungkinan trayek pH-nya jauh dari titik ekuivalen. Prosedur yang dilakukan
pertama yaitu ditimbang asam salisilat sebanyak 0,3 gram dan dilarutkan dengan
air biasa hingga 20 mL. Pada percobaan ini seharusnya menggunakan air bebas
CO2 untuk menghindari adanya reaksi lain dalam titrasi, karena CO 2 dapat
bereaksi dengan asam salisilat dan akan membentuk senyawa lain (Andari,2013).
Setelah dimasukkan ke dalam erlenmeyer, asam salisilat diteteskan dengan
indikator methyl red sebanyak 3 tetes. Menurut Haryadi (1990), adapun tujuan
penambahan indikator methyl red ini adalah untuk mengetahui titik akhir titrasi
yaitu berupa perubahan warna. Selanjutnya dititrasi dengan larutan baku NaOH
0,1 N, Kemudian diamati perubahan warna yang terjadi. Menurut Gandjar (2012),
indikator methyl red merupakan indikator yang pada lingkungan asam berwarna
merah dan pada lingkungan basa berwarna kuning.
Kemudian larutan asam salisilat ditambahkan indikator, setelah itu larutan
tersebut diletakan di bawah buret untuk dititrasi dengan larutan baku NaOH 0,1 N.
13

Adapun mekanisme reaksi yang terjadi dalam titrasi alkalimetri ini yaitu ion
hidrogen dari asam salisilat akan bereaksi dengan ion hidroksida yang berasal dari
natrium hidroksida untuk menghasilkan air yang bersifat netral. Dimana asam
salisilat berperan sebagai pemberi proton dan natrium hidroksida berperan sebagai
penerima proton sehingga menghasilkan air yang sifatnya netral atau reaksi
netralisasi (Gandjar, 2012).
Suatu indikator asam-basa adalah suatu senyawa organik yang berubah
warna dengan berubahnya pH. Senyawa ini sering dijumpai sebagai indikator titik
akhir titrasi. Indikator dapat berubah warna karena sistem kromoformnya diubah
oleh reaksi asam-basa. Kehilangan proton dapat mengubah perubahan warna dari
merah ke kuning (Underwood, 2006).
Setelah melakukan percobaan ini telah didapatkan persentase kadar asam
salisilat sebanyak 5,6 g. Menurut Dirjen POM (1995), persen kadar untuk asam
silisilat itu tidak mengandung kurang dari 99,5% dan tidak lebih dari 101,0 %.
Titik ekivalen adalah titik yg menyatakan banyaknya titran secara kimia
setara dengan banyaknya analit. Sedangkan Titik akhir titrasi adalah titik pada saat
titrasi diakhiri/dihentikan (W. Haryadi, 1990).
Kemungkinan kesalahan pada percobaan ini yaitu pencampuran asam
salisilat dengan air yang tidak tercampur dengan rata, karna sifat dari asam salisil
menurut Kurnia (2014), yaitu tidak mudah larut dalam air. Lalu tidak
menggunakannya air bebas CO2. Sehingga dapat mempengaruhi cepat lambatnya
terjadinya perubahan warna pada saat titrasi.

Anda mungkin juga menyukai