Anda di halaman 1dari 19

PENGENALAN PENYEBAB DAN GEJALA PENYAKIT

TUMBUHAN

Nama : Nova Aprilia Nur Salamah


NIM : B1A017004
Kelompok :4
Rombongan :I
Asisten : Isnaini Maulida

LAPORAN PRAKTIKUM FITOPATOLOGI

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS BIOLOGI
PURWOKERTO
2019
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyakit tumbuhan sudah ada sejak zaman dahulu, mungkin sejak


munculnya dunia tumbuh-tumbuhan di atas bumi ini. Penyebab penyakit atau
patogen terutama berasal dari jamur, bakteri, virus dan nematoda. Penyakit tumbuhan
dapat didefinisikan sebagai penyimpangan dari sifat normal yang menyebabkan
tumbuhan atau bagian dari suatu tumbuhan tidak dapat melakukan tugas atau fungsi
fisiologis seperti biasanya (Semangun, 1996). Fungsi tersebut meliputi pembelahan,
diferensiasi dan perkembangan sel yang normal, penyerapan air dan mineral dari
tanah dan mentranslokasikannya keseluruh bagian tumbuhan, fotosintes ke tempat-
tempat penggunaan dan penyimpanannya, metabolisme senyawa-senyawa yang
disintesis, reproduksi dan penyediaan makanan reproduksi (Agrios, 1996).
Tanaman dikatakan sakit bila ada perubahan seluruh atau sebagian organ
tanaman. Secara singkat penyakit tanaman adalah penyimpangan dari keadaan
normal. Berbagai penyakit yang umumnya timbul misalnya bercak daun, kudis,
penyakit gosong, penyakit layu, penyakit karat dan penyakit embun tepung.
Penyebabnya berbeda-beda, misal penyakit layu dapat disebabkan oleh bakteri
ataupun jamur. Pengetahuan mengenai berbagai jenis mikroorganisme yang
menyebabkan penyakit sangat diperlukan, sehingga kita bisa merencanakan
bagaimana cara penanganan penyakit tersebut (Pracaya, 1999).
Penyakit tumbuhan dapat dibedakan menjadi dua tipe yaitu penyakit lokal
dan penyakit sistemik. Penyakit lokal merupakan penyakit yang terdapat pada suatu
tempat atau bagian tertentu pada tumbuhan contohnya pada buah, bunga, daun atau
cabang. Penyakit sistemik merupakan penyakit yang menyebar keseluruh bagian
tumbuhan sehingga tumbuhan menjadi sakit (Pracaya, 2010).

B. Tujuan

Tujuan acara praktikum kali ini adalah untuk mengetahui berbagai penyebab
dan gejala penyakit pada tumbuhan.
II. TELAAH PUSTAKA

Penyakit pada tumbuhan umumnya dapat disebabkan oleh organisme hidup


patogentik atau parasit maupun faktor fisik lainnya. Penyebab penyakit dapat
dibedakan menjadi penyebab penyakit yang menular, tidak menular dan akibat
serangan hama. Penyakit menular merupakan penyakit yang dapat berkembang biak
pada suatu pohon. Penyebab penyakit ini dapat berkembang dan menyebar secara
aktif dari satu pohon ke pohon lain melalui tanah, pertautan akar, pertautan daun atau
menyebar secara pasif dari satu tanaman ke tanaman lain karena terbawa oleh angin
atau aliran pada permukaan tanah, selokan dan sungai dan beberapa jenis patogen
dapat terbawa oleh serangga, nematoda dan burung (Yunasfi, 2002).
Penyakit tumbuhan dapat dibedakan menjadi dua tipe yaitu biotik dan abiotik.
Penyakit parasitik umumnya terjadi disebabkan oleh insekta, fungi, bakteri,
nematoda, fitoplasma, spiroplasma, virus dan viroid. Selain itu, parasit tumbuhan
yang cukup penting diantaranya tanaman berbunga, alga dan protozoa. Penyakit non
parasitik atau disebut penyakit fisiologi atau abiotik disebabkan oleh lingkungan
yang merugikan seperti ketidakseimbangan nutrisi, gangguan genetik, kondisi fisik
yang tidak menguntungkan (dingin, panas, atau gangguan angin), kurangnya oksigen
atau gangguan polusi industri dan senyawa kimia lain (Brown & Ogle, 1997).
Gejala yang diakibatkan oleh bakteri yaitu timbulnya gejala penyakit yang
disebabkan karena adanya interaksi antara tanaman inang dan patogen. Parasit yang
menyebabkan penyakit pada tanaman umumnya membentuk bagian vegetatifnya
didalam jaringan tanaman sehingga tidak tampak dari bagian luar. Tetapi walaupun
demikian parasit dapat membentuk bagian reproduktifnya pada permukaan tanaman
yang diserangnya atau hanya sebagian tampak pada permukaan tersebut (Filzaharani,
2008). Menurut Brown dan Ogle (1997), gejala pada tumbuhan yang sakit dapat
dikelompokkan menjadi empat macam yaitu kematian dan hancurnya jaringan inang,
kelayuan, berlebihan dalam berbagai hal dan gelaja terkait, pertumbuhan dan
diferensiasi yang tidak normal serta penghilangan warna jaringan inang.
Penyebab patogen pada sebuah tanaman perlu dikendalikan, supaya tidak
menimbulkan banyak kerugian. Pengendalian hayati adalah pengendalian serangga
hama dengan cara biologi, seperti dengan melakukan pemanfaatan musuh-musuh
alaminya atau agen pengendali biologi seperti predator, parasit, dan patogen.
Pengendalian hayati akan dilakukan dengan cara perbanyakan musuh alami yang
dilakukan di laboratorium. Sedangkan pengendalian alami merupakan proses
pengendalian yang berjalan sendiri tanpa campur tangan manusia, tidak ada proses
perbanyakan musuh alami (Effendi, 2009).
Pengendalian dengan menggunakan agen hayati merupakan pemanfaatan aksi
dari predator, parasitoid atau patogen di dalam menekan populasi suatu hama.
Predator Coccinella sp. merupakan agen hayati potensial untuk menekan populasi
berbagai spesies kutu daun (Aphis sp.) hingga saat ini populasi predator Coccinella
sp. di alam masih rendah mungkin disebabkan karena teknik bercocok tanam yang
kurang tepat sehingga perlu dilakukan perbanyakan predator di laboratorium
selanjutnya dilepaskan ke pertanaman ( Agus et al., 2011).
III. MATERI DAN METODE

A. Materi

Alat yang digunakan pada praktikum kali ini adalah mikroskop, kamera, buku
identifikasi, dan alat tulis.
Bahan yang digunakan pada praktikum kali ini adalah lima preparat awetan
mikroorganisme patogen pada tumbuhan yaitu Puchinia arachidis, Puchinia
graminis, Phytopthora infestans, Fusarium sp., dan Pyricularia sp. Preparat bagian
tumbuhan yaitu daun kangkung (Ipomoea aquatica), daun jagung (Zea mays), daun
bawang (Allium fistulotum), daun pisang (Musa sp.), buah cabai (Capsicum annum),
wortel (Daucus carota), daun padi (Oryza sativa), labu siam (Sechium edule), dan
daun tomat (Solanum lycopersicum).

B. Metode

1. Pengamatan Awetan Mikroskopis

Preparat Diamati di Difoto


Digambar
awetan mikroskop

2. Pengamatan Preparat Tumbuhan

Preparat tumbuhan Digambar Difoto Dibandingkan


yang berpenyakit dengan pustaka
diamati

Ditulis di tabel
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

a I b

II

III

Gambar 4.1. (a) Preparat awetan dan (b) gambar skematis. Puccinia arachidis
penyebab penyakit karat daun pada kacang-kacangan
(perbesaran 4x10). (I) Tulang daun. (II) Spora. (III) Sel inang.

ca b
I

II

Gambar 4.2. (a) Preparat awetan dan (b) gambar skematis. Puccinia graminis
penyebab penyakit karat daun pada tanaman serealia (perbesaran
4x10). (I) Sel inang. (II) Spora.

a vb
I
II

III

Gambar 4.3. (a) Preparat awetan dan (b) gambar skematis. Pyricularia sp.
penyebab penyakit gosong pada biji jagung (perbesaran 4x10). (I)
Sel inang. (II) Tulang daun. (II) Spora.
a vb
II
I

III IV

Gambar 4.4. (a) Preparat awetan dan (b) gambar skematis. Phytophthora
infestans penyebab penyakit gosong pada biji jagung (perbesaran
4x10). (I) Epidermis atas. (II) Sel inang. (III) Spora. (IV) Epidermis
bawah.

a II
b

I
V

III
IV
h Gambar 4.5. (a) Preparat awetan dan (b) gambar skematis. Fusarium sp.
penyebab penyakit gosong pada biji jagung (perbesaran 4x10). (I)
Hifa fialids. (II) Mikrokonidia. (III) Makrokonidia. (IV)
Konidifor. (V) Sel kaki.

Gejala
Gejala

Gambar 4.6. Sampel Daun Gambar 4.7. Sampel Daun


Pisang Berpenyakit Bawang Berpenyakit
Gejala

Gejala

Gambar 4.8. Sampel Buah Gambar 4.9. Sampel Wortel


Cabai Berpenyakit Berpenyakit

Gejala
Gejala

Gambar 4.10. Sampel Daun Gambar 4.11. Sampel Daun


Tomat Berpenyakit Jagung Berpenyakit

Gejala

Gejala

Gambar 4.12. Sampel Daun Gambar 4.13. Sampel Daun Padi


Kangkung Berpenyakit Berpenyakit

Gejala

Gambar 4.14. Sampel Labu


Siam Berpenyakit
Tabel 4.1. Hasil Pengamatan Gejala dan Penyebab Penyakit
No Nama Preparat Gejala Penyebab Patogen
1. Daun Pisang Daun menguning Jamur Fusarium sp.
(Musa sp.) kecoklatan
2. Daun Bawang Daun menguning Jamur Fusarium sp.
(Allium fistulosum) pada ujung lalu
menjadi layu
3. Wortel Timbul cairan Bakteri Erwinia carotavora
(Daucus carota) dibagian luka,
layu dan muncul
didaerah
permukaan
4. Cabai Tanda bercak Jamur Colletotrichum sp.
(Capsicum annum) melingkar
berwarna coklat
5. Daun Jagung Bercak Jamur Helminthosporium
(Zea Mays) kecoklatan,
kering dan bercak
cenderung oval
memenuhi daun
6. Daun Tomat Bercak kuning, Bakteri Ralstonia
(Solanum lycopersicum) layu, dan bintik solanacearum
coklat hitam
7. Daun Kangkung Bercak coklat Jamur Fusarium sp.
(Ipomoea aquatica) kekuningan

8. Daun padi Kuning Jamur Xantomonas oryzae


(Oryza sativa) kecoklatan,
hampir nekrotik
dan terdapat
bercak
9. Labu siam Permukaan Jamur Phytopthora
(Sechium edule) bercak coklat, capsici
sedikit berair dan
daging buah
lunak
B. Pembahasan

Menurut Purnomo (2006), organisme yang dapat menyebabkan suatu penyakit


tanaman disebut patogen tanaman. Penyebab penyakit dapat dibagi menjadi dua
kelompok yaitu biotik atau parasit dan abiotik atau non parasit. Penyakit abiotik
merupakan penyakit tanaman yang disebabkan oleh penyebab penyakit noninfeksius
atau tidak dapat ditularkan dari satu tanaman ke tanaman lain, sehingga penyakit
abiotik juga disebut penyakit noninfeksius. Penyakit biotik merupakan penyakit
tanaman yang disebabkan oleh suatu organisme infeksius bukan binatang, sehingga
dapat ditularkan dari satu tanaman ke tanaman lainnya. Organisme yang dapat
menyebabkan suatu penyakit tanaman disebut patogen tanaman. Patogen tanaman
meliputi organisme-organisme sebagai berikut :
1. Jamur
Jamur merupakan mikroorganisme yang organel selnya bermembran, tidak
mempunyai klorofil, berkembangbiak secara seksual dan atau aseksual dengan
membentuk spora, tubuh vegetatif berupa sel tunggal atau berupa benang-benang
halus. Jamur dibedakan menjadi empat kelompok kelas, yaitu : Phycomycetes,
Ascomycetes, Basidiomycetes, dan Deuteromycetes. Contoh jamur yang
menyebabkan penyakit pada tanaman yaitu Scleroperonospora maydis dan
Pythium myriotylum (Purnomo, 2006)
2. Bakteri
Bakteri merupakan mikroorganisme prokariotik bersel tunggal. Ada kurang
lebih 200 jenis bakteri yang dapat menyebabkan penyakit tanaman. Jenis-jenis
bakteri ini terutama berbentuk batang dan hanya terdiri dari enam genus, yaitu
Agrobacterium, Corynebacterium, Erwinia, Pseudomonas, Xanthomonas. genus
Agrobacterium yang merupakan patogen tanaman, dan yang paling dikenal yaitu
Agrobacterium tumefaciens yang menyebabkan penyakit crown gall atau bengkak
pada pangkal batang, akar, dan ranting tanaman gandum, anggur. Contohnya
Corynebacterium fasciens penyebab penyakit fasiasi pada dahan kapri. Erwinia
merupakan bakteri penyebab kematian jaringan yang bersifat kering, juga
penyebab benjolan, layu dan busuk basah. Erwinia carotovora penyebab penyakit
busuk basah pada wortel dan sayuran lain sampai tembakau. Pseudomonas
merupakan penyebab penyakit tanaman menyebabkan gejala yang bervariasi
mulai dari bercak daun, hawar, busuk daun, sampai layu (Purnomo, 2006).
3. Virus
Virus merupakan kesatuan ultramikroskopik yang hanya mengandung satu
atau dua bentuk asam nukleat yang dibungkus oleh senyawa protein kompleks.
Asam nukleat virus tanaman sebagian besar berbentuk RNA (ribonucleic acid),
sedangkan virus hewan dan manusia sebagian besar berbentuk DNA
(dioxyribonucleic acid). Beberapa jenis virus mampu menyerang banyak macam
tanaman inang tetapi ada pula yang hanya mempunyai satu tanaman inang
spesifik. Virus tumbuhan biasanya disebarkan oleh serangga vektor golongan
aphid, leaf hoppers, trips, tungau, lalat putih atau karena pembuatan okulasi,
penyambungan atau oleh adanya kontak antara tanaman sakit dengan tanaman
sehat. Contoh virus penyebab penyakit tanaman yaitu TMV (tobacco mosaic
virus) dan CMV (cucumber mosaic virus) (Purnomo, 2006).
4. Tumbuhan tingkat tinggi parasitik.
Tumbuhan parasitik biasanya mampu menghasilkan biji dan bunga yang
mirip dengan biji dan bunga yang dihasilkan tanaman inangnya. Tingkat
parasitisme tumbuhan parasit ada 3 macam, yaitu : efifit, hemiparasit dan parasit
benar. Contoh tumbuhan parasit yaitu Cassytha filiformis, Viscum ovalifolium,
Viscum articulatum, Cuscuta campestris, Cuscuta reflexa, Cuscuta timorrensis,
Cuscuta verrucos, Striga multiflora, Striga asiatica, Striga euphrasiodes,
Scurrula parasitica, Amyema biniflorium dan Psittacanthus schiedeanus
(Purnomo, 2006).
5. Nematoda.
Nematoda merupakan satu-satunya kelompok hewan yang dikategorikan ke
dalam patogen. Nematoda berbentuk cacing tetapi dalam taksonomi bukan
merupakan cacing (Vermes) Nematoda berukuran sangat kecil, panjangnya
berkisar antara 300-1.000 µm, meskipun beberapa jenis mempunyai panjang
sampai 4 mm. Contoh nematoda patogen tumbuhan, yaitu Meloidogyne javanica
(nematoda bintil akar cabe), M. exiguagua (nematoda bintil akar kopi) (Purnomo,
2006).
6. Viroid
Viroid adalah patogen tumbuhan yang tersusun dari potongan pendek RNA
yang komplementer, sirkuler, dan beruntai tunggal. Viroid berbeda dengan virus,
yaitu struktur penyusun viroid tidak memliki kapsid. Contoh penyakit tanaman
yang terinfeksi viroid adalah Spindle Tuber Disease (STD) (Semangun, 2001).
7. Riketsia
Riketsia adalah mikroorganisme yang tidak memiliki inti sejati, parasit
obligat, memiliki dinding sel, dan tidak terdapat flagellum. Penularannya dengan
dibantu oleh vektor wereng. Gejala umum yang disebabkan oleh Ricketsia adalah
terjadinya hipoplasia (Triharso, 1996).
Supaya dapat bertahan hidup, setiap penyebab patogen tanaman apakah itu
jamur, bakteri, nematoda, ataupun virus, harus mampu melakukan penyebaran dari
inang yang terinfeksi ke inang yang sehat dan kemudian menginfeksinya. Beberapa
patogen tanaman telah mampu mengembangkan mekanis secara canggih agar sukses
dalam penyebarannya. Penyebaran penyakit tanaman dapat melalui angin, air, atau
serangga (Sastrahidayat, 2012). Selain itu interaksi patogen tanaman adalah proses
multifasi yang dimediasi oleh patogen dan molekul turunan yang terutama meliputi
protein, gula dan lipopolisakarida. Molekul yang disekresikan berasal dari patogen
adalah faktor utama yang menentukan patogenisitas mereka dan memungkinkan
kolonisasi sukses mereka di dalam inang. Namun, di sisi lain juga molekul turunan
tanaman ikut terlibat dalam mekanisme patogen bertahan hidup pada tubuh inangnya
(Gupta et al., 2015).
Acara praktikum fitopatologi kali ini mengenai pengenalan penyebab penyakit
pada tumbuhan. Preparat awetan yang digunakan ada lima diantaranya Puchinia
arachidis, Puchinia graminis, Phytopthora infestans, Fusarium sp., dan Pyricularia
sp.
1. Puchinia graminis
Penyakit Karat pada tanaman kacang tanah disebabkan oleh cendawan
Puchinia graminis. Gejala pada daun terdapat bercak-bercak coklat muda
sampaicoklat (warna karat), daun gugur sebelum waktunya. Fase hidup dari
Puchinia graminis diawli dengan fase piknia dimana spora masih jauh daari
permukaan sel, fase Aecia dimana spora sudah menempel pada permukaan sel,
fase Uredia, spora sudah keluar dan belum tersegmentasi, terakhir adalah fase
Taelia yaitu spora yang sudah keluar dan sudah tersegmentasi (Semangun, 2001).
2. Phytopthora infestans
Phytopthora infestans penyebab penyakit hawar daun kentang. Phytopthora
infestan merupakan agen penyebab late bright pada kentang. Penyakit tanaman
yang diinduksi Phytophtora (blight) menyebabkan terjadinya kelayuan, rebah,
klorosis, busuk akar, dan pembusukan organ lainnya (Akino et al., 2014). Ciri
yang khas untuk mengenal sebagian besar Phycomycetes ialah miselliumnya yang
tidak bersekat-sekat. Warna misellium putih, jika tua mungkin agak coklat
kekuning-kuningan; kebanyakan sporangium berwarna kehitam-hitaman. Hifanya
berkembang sempurna. Phytopthora memilikisporangium yang berbentuk bulat
telur. Cendawan Phytopthora infestans menyebar melalui udara dan air
(Dwidjoseputro, 2005).
3. Fusarium sp.
Fusarium sp. bisa menyebabkan tanaman tomat mengalami kerusakan dan
kerugian secara ekonomi yang besar. Gejala pertama dari penyakit Fusarium sp.
adalah tulang daun memucat terutama daun-daun sebelah atas, kadang-kadang
daun sebelah bawah. Tanaman menjadi kerdil dengan tangkai merunduk dan
akhirnya layu keseluruhan, jika tanaman dipotong dekat pangkal batang akan
terlihat suatu cincin cokelat dari berkas pembuluh (Susanna et al., 2010).
4. Puchinia arachidis
Menyebabkan penyakit karat pada daun kacang-kacangan. Gejala yang
timbul adalah pada daun yang terserang akan muncul bintil-bintil yang berwarna
kuning kemerahan seperti warna karat pada besi. Tanaman yang terserang berat
akan mati sedangkan yang terserang dengan kondisi ringan hanya akan
menurunkan produksi hingga 30%-50% (Martoredjo, 1989).
5. Pyricularia sp.
Pycularia sp. merupakan penyebab penyakit bercak daun pada daun jagung.
Gejala dapat ditunjukkan dari bercak coklat tua mengering. Bercak daun
mempunyai tepi yang jelas, bergelang, berwarna coklat muda kekuningan, agak
basah, lalu mengering menjadi berwarna coklat keputihan dan berbintik hitam.
Serangan parah penyakit ini menyebabkan kerobohan tanaman (Semangun, 2001).
Pycularia sp. menyerang tanaman jagung terutama pada tongkolnya. Tongkol
yang diserang kelihatannya membengkak ada yang kecil dan ada yang besar,
mula-mula jamur ini berwarna keputihan, kemudian berubah menjadi lebih tua,
ungu muda dan menyerang tongkol, daun, kuncup-kuncup buku pada batang, pada
rangkaian bunga, dan bagian-bagian yang lain (Pracaya, 1995).
Penyakit tumbuhan ditunjukan oleh keadaan patologis yang khas yang disebut
gejala. Tanaman yang terserang penyakit biasanya memiliki gejala maupun tanda-
tanda alam. Gejala merupakan perubahan struktur morfologi, anatomi ataupun
fisiologi tanaman sebagai reaksi tanggapan terhadap patogen. Terkadang penyakit
pada tanaman menunjukkan suatu gejala yang sama. Oleh karena itu, dengan
memperhatikan gejala saja tidak dapat menentukan diagnosis dengan pasti, maka
perlu diperhatikan tanda penyakit. Tanda-tanda penyakit merupakan bagian atau
keseluruhan morfologi patogen yang terlihat pada bagian tumbuhan yang terserang
penyakit. Apabila tanaman diganggu oleh patogen atau oleh kondisi lingkungan
tertentu dan satu atau lebih fungsi-fungsi fisiologisnya terganggu sehingga terjadi
penyimpangan tertentu dari normal, maka tanaman itu menjadi sakit. Mekanisme
terjadinya sakit berbeda-beda sesuai dengan agensia penyebabnya dan kadang-
kadang dengan tanamannya (Agrios, 1996).
Berdasarkan morfologinya, gejala penyakit tumbuhan dapat dibagi 3 (tiga)
yaitu nekrotik, hipoplastis dan hiperplastis. Nekrotik merupakan gejala yang terjadi
akibat adanya kerusakan pada sel atau bagian sel bahkan kematian sel. Nekrotik
terbagi atas hidrosis, klorosis, nekrosis, perforasi, busuk, eksudasi, layu, mati ujung
(die back), dan terbakar. Hipoplastis merupakan gejala yang disebabkan karena
terhambat atau terhentinya pertumbuhan sel. Hipoplastis terbagi atas etiolasi, kerdil,
klorosis, perubahan simetri, dan roset. Hiperplastis yaitu gejala yang disebabkan
karena adanya pertumbuhan sel yang lebih dari biasanya (overdevelopment). Terbagi
atas fasiasi, intumesensia, erinose, kudis (Scab), menggulung atau mengeriting,
prolepsis, sapu, erinos, dan sesidium (Purnomo, 2007).
Berdasarkan sifatnya, menurut Triharso (1996), ada dua tipe gejala yaitu
gejala lokal dan gejala sistemik. Gejala lokal merupakan gejala yang dicirikan oleh
perubahan struktur yang jelas dan terbatas. Biasanya dalam bentuk bercak atau
kanker. Gejalanya terbatas pada bagian-bagian tertentu dari tanaman (pada daun,
buah, akar). Gejala sistemik merupakan kondisi serangan penyakit yang lebih luas,
bisanya tidak jelas batas batasnya. Contohnya adalah serangan oleh virus mosaic,
belang maupun layu. Gejalanya terdapat di seluruh tubuh tanaman (layu, kerdil).
Berdasarkan bentuknya gejala penyakit tumbuhan dibagi menjadi dua, yaitu
gejala morfologi dan gejala histologi. Gejala Morfologi merupakan gejala luar yang
dapat dilihat dan dapat diketahui melalui bau, rasa, raba dan dapat ditunjukkan oleh
seluruh tumbuhan atau tiap organ dari tumbuhan. Gejala Histologi merupakan gejala
yang hanya dapat diketahui lewat pemeriksaan- pemeriksaan mikroskopis dari
jaringan yang sakit (Semangun, 2001).
Gejala dapat dibedakan yaitu gejala primer dan sekunder. Gejala primer
terjadi pada bagian yang terserang oleh penyebab penyakit. Gejala sekunder adalah
gejala yang terjadi di tempat lain dari tanaman sebagai akibat dari kerusakan pada
bagian yang menunjukkan gejala primer (Martoredjo, 1989).
Berdasarkan praktikum yang dilakukan didapatkan hasil yaitu Preparat
pertama daun pisang (Musa sp.) menimbulkan gejala bercak kuning kecoklatan yang
disebabkan oleh jamur patogennya adalah fusarium sp. Menurut (Aliah et al., 2015),
bercak daun pisang merupakan salah satu penyakit yang paling merusak tanaman
pisang. Penyebab penyakit ini adalah jamur. Bercak daun ini menyebabkan kerugian
pengurangan fungsi permukaan dari tanaman, kematian dini sejumlah besar daun
pisang, menyebabkan tandan buah mengecil dengan sedikit sisiran, dan individu
buah pisang yang kurang penuh.
Preparat kedua yaitu Daun bawang (Allium fistulosum) dengan gejala layu
pucuk daun yang disebabkan oleh cendawan dengan patogen Fusarium sp. Menurut
(Trisno et al., 2016), yang diperoleh penyakit pada daun bawang juga bernama
penyakit die back. Penyakit ini menimbulkan gejala yaitu pucuk berwarna coklat,
layu dan kering. Gejala lanjut menunjukkan daun gugur, ranting gundul, dan pucuk
mati. Preparat ketiga yaitu wortel dengan gejala timbulnya cairan dibgian luka, layu
yang muncul di daerah permukaan disebabkan oleh bakteri dan patogennya yaitu
Erwinia carotavora. Menurut (Bintari et al., 2015) pada umbi wortel ditemukan
beberapa penyakit pasca panen, diantaranya busuk akar yang disebabkan oleh
patogen Sclerotinia sp., busuk hitam yang disebabkan oleh patogen Alternaria
radicina, bercak akar yang disebabkan oleh patogen Pythium sulcatum dan busuk
lunak yang disebabkan oleh patogen Erwinia sp. Busuk lunak umumnya disebabkan
oleh bakteri Erwinia carotovora sub-sp. caratovora atau Erwinia carotovora.
Preparat keempat yaitu cabai (Capsicum annum) dengan gejala bercak
melingkar berwarna coklat yang disebabkan oleh jamur dan patogennya yaitu
Colletotrichum sp. Menurut (Arwiyanto, 2018), Pseudomonas solanacearum
menyebabkan penyakit layu pada tanaman lada, cabai, jahe, wijen, dan anturium.
Preparat kelima yaitu daun jagung (Zea mays) yang menimbulkan gejala bercak
merah kecoklatan dan bercak cenderung berbentuk oval memenuhi daun yang
disebabkan oleh jamur dan patogennya adalah Helminthosporium. Menurut Purwono
dan Rudi (2005), Puchinia sorghi menyebabkan penyakit karat pada jagung dengan
gejala terdapat noda-noda merah kecoklatan seperti karat dan terdapat serbuk serbuk
kuning.
Preparat keenam yaitu daun tomat (Solanum lycopersicum) dengan gejala
bercak kuning, layu, dan bintik coklat kehitaman yang disebabkan oleh bakteri dan
patogennya adalah Ralstonia solanacearum. Menurut Purwono dan Rudi (2005),
Alternaria solani dan Ralstonia solanacearum menyebabkan penyakit bercak kering
pada tomat dengan gejala umum berwarna kuning, coklat, sampai hitam dan
kemudian bercaknya akan meluas. Preparat ketujuh yaitu daun kangkung (Ipomoea
aquatica) dengan gejala bercak coklat kekuningan dan disebabkan oleh patogen
Fusarium sp. Menurut (Yusuf et al., 2014), Fusarium sp. memarasit karat pada
batang pinus, daun buncis, dan daun kangkung.
Preparat ke delapan yaitu daun padi (Oryza sativa) dengan gejala bercak
nekrotik dan menyebabkan hawar daun yang disebabkan oleh patogen Xantomonas
oryzae. Menurut Siregar (1981), Phytoptora infestans dan Ralstonia solanacearum
menyebabkan hawar pada daun padi . Preparat kesembillan yaitu labu siam (Sechium
edule) yang menimbulkan gejala bercak coklat dibagian permukaan, daging buah
lunak, dan sedikit berair menyebabkan busuk basah oleh patogen Phytopthora
capsica gejala yang terlihat pada buah labu terlihat bercak coklat hal tersebut sesuai
dengan pendapat Hakim (2013), yang menyatakan bahwa gejala biasanya terlihat
pada daun, pada awalnya muncul pada daun sebagai bintik-bintik kuning, coklat atau
hitam kecil tidak teratur. Bintik-bintik tersebut kemudian meluas dan bergabung
untuk menutupi area yang terinfeksi setelah itu terjadi pembusukan pada bagian yang
terinfeksi antraknosa.
V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa Puchinia


arachidis menyebabkan gejala bercak berwarna kuning hingga kemerah-merahan
pada tanaman kacang-kacangan, Puchinia graminis menyebabkan gejala karat daun
pada tanaman serealia dengan ditandai gejala munculnya bercak karat. Pyricularia
sp. menyebabkan gejala bercak merah hingga kecoklatan pada bagian tepi daun.
Pyricularia sp. dapat ditemukan pada daun jagung. Phytophtora infestans
menyebabkan gejala munculnya bercak nekrotik pada ujung atau tepi daun yang akan
meluas ke tengah daun atau sebaliknya yang merupakan penyakit hawar daun
tanaman kentang, Fusarium sp. menyebabkan gejala layu atau busuk pada tanaman
dan daun membusuk. Fusarium sp. dapat menyerang secara sistemik dari perakaran
hingga titik tumbuh.

B. Saran
Saran untuk praktikum kali ini adalah sebaiknya organisme yang diamati
mencakup 10 golongan organisme patogen yang diketahui sebagai penyebab
penyakit tumbuhan dan sebaiknya preparat yang diamati benar-benar yang terserang
penyakit, bukan yang terkena perlukaan mekanis.
DAFTAR REFERENSI

Agrios, G., 1996. Ilmu Penyakit Tumbuhan. Yogyakarta: Gajah Mada University
Press.

Agus, N., Abdullah, T. & Ngatimin, N. A., 2011. Kemampuan Makan Predator
Coccinella sp. (Coleoptera: Coccinellidae) pada Makan Buatan. Fitomedia
7(3), pp. 191-194.

Akino, S., Takemoto, D. & Hosaka, K., 2014. Phytopthora infestans: A Review of
Past and Current Studies on Potato Late Blight. Gen Plant Pathol, 80(2), pp.
24-37.

Aliah, N.U., Liliek, S. & Anton, M., 2015. Hubungan Ketebalan Lapisan Epidermis
Daun Terhadap Serangan Jamur (Mycosphaerella musicola) Penyebab
Penyakit Bercak Daun Sigatoka Pada Sepuluh Kultivar Pisang. Jurnal HPT,
3(1), pp. 35-43.

Arwiyanto, T., 2018. Ralstonia Solanacearum: Biologi Penyakit Yang Ditimbulkan


Dan Pengelolaannya. Yogyakarta: UGM Press.

Bintari, N. W. D., Retno, K. & Meitini, W. P., 2015. Isolasi dan Identifikasi Bakteri
Penyebab Busuk Lunak pada Umbi Wortel (Daucus carota L.) Varietas
Lokal di Bali . Jurnal metamorfosa, 2(1), pp. 9-15.

Brown, J. & Ogle, H., 1997. Fungal Disease and Their Control. Armidal: The
University of New England Printery.

Dwidjeseputro, D., 2005. Dasar – Dasar Mikrobiologi. Jakarta: Djambatan.

Effendi, F. M., 2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas. Jakarta: Salemba Medika.

Filzaharani., 2008. Pengantar Ilmu Penyakit Tumbuhan. Yogyakarta: Gadjah Mada


University Press.

Gupta, R., Lee, S. E., Agrawal, G. K., Rakwal, R., Park, S., Wang, Y. & Kim, S. T.,
2015. Understanding the Plant-Pathogen Interactions in the Context of
Proteomics-Generated Apoplastic Proteins Inventory. Frontiers in plant
science, 6 (352). Pp. 1-7

Hakim, A., Syukur M. & Widodo., 2013. Ketahanan Penyakit Antraknosa Terhadap
Cabai Lokal dan Cabai Introduksi. Agrohorti, 2(1) pp. 31-36

Martoredjo, T., 1989. Pengantar Ilmu Penyakit Tumbuhan, Bagian dari


Perlindungan Tanaman. Yogyakarta: Andi Offset.

Pracaya., 1995. Hama dan Penyakit Tanaman. Yogyakarta: Penebar Swadaya.

Pracaya., 1999. Hama dan Penyakit Tanaman. Jakarta: Penebar Swadaya.


Pracaya., 2010. Hama dana Penyakit Tanaman Edisi Revisi. Cimanggis, Depok: PT.
Penebar Swadaya.

Purnomo, B., 2006. Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman. Penggolongan Penyakit


dan Patogen Tumbuhan. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada press.

Purwono. & Rudi, H., 2005. Bertanam Jagung Unggul. Jakarta : Penebar Swadaya.

Sastrahidayat, I. R., 2012. Epidemiologi Teoritis Penyakit Tumbuhan. Malang: UB


Press.

Semangun, H., 1996. Pengantar Ilmu Penyakit Tumbuhan. Yogyakarta: Gadjah


Mada University Press.

Semangun, H., 2001. Pengantar Ilmu Penyakit Tumbuhan. Yogyakarta: Gadjah


Mada University Press.

Siregar, H., 1981. Budidaya Tanaman Padi di Indonesia. PT Sastra Hudaya.

Susanna, T., Chamzurni. & Pratama, A., 2010. Dosis dan Frekuensi Kascing untuk
Pengendalian Layu Fusarium pada Tanaman Tomat. Floratek, 5(2), pp. 152-
163.

Triharso., 1996. Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman. Yogyakarta: Gadjah Mada


University Press.

Trisno, J., Reflin. & Martinius., 2016. Vascular Streak Dieback: Penyakit Baru
Tanaman Kakao. Jurnal Fitopatologi, 12(4), pp. 142-147.

Yunasfi., 2002. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Penyakit


dan Penyakit Lain yang Disebabkan oleh Jamur. Sumatera Utara: Digital
Library USU.

Yusuf, S., Djatnika, E. & Suhardi., 2014. Koleksi dan Karakterisasi Mikoparasit Asal
Karat Putih Pada Krisan (Collection and Characterization of Mycoparasite
from Rust Disease on Chrysanthemum). Hort. 24(1), pp. 56-64.

Anda mungkin juga menyukai