Dosen Pembimbing
drg. Deni
Oleh:
Dita Amalia (160110140001) Dwi Afuan (160110140016)
Muthmainna I (160110140002) Regyana Oktavaria E (160110140017)
Fitria Lesmana Putri (160110140003) Hilda Hindasah (160110140018)
Sheilla Fauzia M (160110140004) RAJ Aulia Maharani D (160110140019)
Cahya Wulanda (160110140005) Ranadhiya Maitsa (160110140020)
Piolina Wiwin N (160110140006) Putri Sundari (160110140021)
Hanna Widyawati (160110140007) Fitri Rahmadhanti N (160110140022)
M.Rizki Wahyu R (160110140008) Dina Purnamasari (160110140023)
Shinta Dewi (160110140009)
Dwinda Sandyarini (160110140024)
Ratu Ira Setyawati (160110140010)
Annisa Ghea F (160110140011) Nadya Amalia (160110140025)
Sianny Surya Putri (160110140012) Kamila Washfanabila (160110140026)
Jelita Permatasari (160110140013) Dwi Wahyuningsih (160110140027)
Sitta Zahratunnisa (160110140014) Riandi Verdi (160110140029)
Sarasti Laksmi A. (160110140015) Sausane Abdul W. (160110140030)
Sinta Sondari (160110140031)
Segala puji dan syukur kami haturkan kehadirat Allah SWT yang telah
karya tulis ilmiah ini. Semoga Allah SWT senantiasa memberikan berkat,
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini masih
sangat jauh dari kesempurnaan, untuk itu saran dan kritik yang bersifat
hari
Akhirnya, penulis berharap semoga karya tulis ilmiah ini dapat bermanfaat
bagi diri penulis sendiri, pembaca sekalian, serta masyarakat luas terutama dalam
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
2.3.4 Klasifikasi......................................................................................... 24
2.3.6 Histopatologis................................................................................... 32
ii
iii
2.4 Hubungan Susunan Gigi Tidak Beraturan dengan Gusi Bengkak dan
Berdarah ....................................................................................................... 46
BAB IV ................................................................................................................. 81
KESIMPULAN ..................................................................................................... 81
PENDAHULUAN
Tutorial 3 bagian 1
susunan giginya yang tidak beraturan, gigi depannya yang patah serta kondisi
gusinya yang bengkak dan mudah berdarah sejak setahun yang lalu. Pasin
menginginkan agar giginya dirawat agar bisa percaya diri dan tidak dijadikan
Instruksi :
pemikiran saudara?
Riwayat Keluhan
Tiga tahun lalu pasien terjatuh ketika sedang mengikuti pelajaran olahraga di
lapangan basket sekolah. Gigi seri pertama kirinya patah 2/3 mahkota. Telah
dilakukan perawatan saraf pada giginya yang patah. Sekarang giginya ingin
4
5
dirawat karena mengganggu rasa percaya diri dan tidak ingin dijadikan bahan
ejekan lagi.
Riwayat Medis
Pasien terlihat sehat, tidak tampak kelainan pada wajahnya. TMJ dan pergerakan
mandibula terlihat normal. Oral hygiene buruk, gusi tampak oedem diseluruh
region bukal dan labial RA RB, namun tidak ada kegoyangan gigi. terlihat gigi 21
Gambaran x-Ray
Sefalometri
Panoramic
Instruksi
1.3 Mekanisme
Gigi sulit
dibersihkan
OH buruk
berdarah (gingivitis)
gigi depan patah
Mengganggu penampilan
dan tidak percaya diri
Maloklusi kelas 2
subdivisi
Gingivitis di seluruh
region bukal labial
TINJAUAN PUSTAKA
1. Herediter (Keturunan)
Kerusakan genetik mungkin akan tampak setelah lahir atau mungkin baru
tetapi belum banyak diketahuai bagian dari gen yang mana berperan dalam
pemasakan muskulatur orofasial. Rahang yang lebih sempit daripada gigi dapat
2. Lingkungan
a. Trauma
a) Trauma prenatal
b) Trauma postnatal
9
10
persendian.
Bila gigi susu hilang sebelum gigi permanen pengganti mulai erupsi
(mahkota terbentuk sempurna dan akar mulai terbentuk), tulang akan terbentuk
Lengkung gigi dan rongga mulutnya terdapat ruangan kosong sehingga tampak
Gigi berlebih tersebut timbul dalam lengkung gigi, akan menyebabkan gigi
berjejal (crowding).
f. Gigi susu tidak tanggal walaupun gigi tetap penggantinya telah tumbuh
(persistens)
i. Kebiasaan buruk
susu dengan botol dot menjelang tidur,menggigit pensil atau membuka jepit
11
rambut dengan gigi, meletakkan lidah di antara gigi rahang atas dan gigi rahang
bawah dll
ketidakteraturan gigi.
j. Penyakit endokrin
yang ada dalam tubuh. Hiperfungsi atau hipofungsi kelenjar endokrin akan
gigi, waktu resorpsi akar gigi susu, membrana periodontalis dan gingiva sensitif
k. Malnutrisi
fosfor vit A, C, D untuk menjamin kebutuhan foetus akan zat-zat tersebut. Zat-zat
ini dengan pengawasan fungsi hormon yang seimbang merupakan faktor yang
1. Maloklusi kelas I
2. Maloklusi kelas II
pada groove buccal dari molar permanen pertama mandibula. Pasien dapat
sebagainya.
anterior daripada buccal groove gigi molar pertama permanen rahang bawah.
Klas II divisi 1
overjet besar, deep overbite dan sering ditemukan bibir atas hipotonik, pendek
dan tidak dapat menutup dengan sempurna. Bentuk lengkung rahang berbentuk
Klas II divisi 2
insisivus lateral ke labial. Deep overbite sering terjadi pada pasien klas ini
dan bentuk lengkung rahang seperti huruf ‘U’. Inklinasi insisivus sentralis atas
Klas II subdivisi
Pada maloklusi ini, relasi molar Klas II terjadi pada satu sisi dan relasi
buccal
lingual
Supraocclusion : ketika satu gigi atau sekelompok gigi erupsi di atas batas
normal
batas normal
Klasifikasi Bennet
Klas I : posisi abnormal satu gigi atau lebih dikarenakan faktor lokal
Klas III : hubungan banormal antara lengkung rahang atas dan bawah, dan
antar kedua rahang dengan kontur fasial dan berhubungan dengan formasi
2.3 Gingivitis
2.3.1 Definisi
sekitar gigi atau jaringan gingiva (Nevil, 2002). Gingivitis juga dapat diartikan
sebagai suatu perubahan patologis pada gingiva yang dihubungkan dengan adanya
pada plak gigi dan merupakan penyebab utama terjadinya gingivitis (Carranza,
2006).
Karakteristik gingivitis menurut Manson & Eley (1993) adalah sebagai berikut:
terjadi pada papila interdental dan margin gingiva yang menyebar pada
attached gingiva.
2. Perubahan Konsistensi
konsistensi gingiva normal yang kaku dan tegas. Pada kondisi gingivitis
kronis terjadi perubahan destruktif atau edema dan reparatif atau fibrous
yang dominan.
gingiva.
kronis adalah halus, mengkilap dan kaku yang dihasilkan oleh atropi epitel
secara berlebih akibat obat dan hiperkeratosis dengan tekstur kasar akan
gingivitis. Lesi yang paling umum pada mulut merupakan lesi traumatik
seperti lesi akibat kimia, fisik dan termal. Lesi akibat kimia termasuk
endodontik. Lesi karena fisik termasuk tergigit, tindik pada lidah dan cara
menggosok gigi yang salah yang dapat menyebabkan resesi gingiva. Lesi
karena termal dapat berasal dari makanan dan minuman yang panas.
nekrotik, erosi atau ulserasi dan eritema, sedangkan pada kasus gingivitis
gingiva atau gingivitis tetapi perubahan tersebut dapat juga terjadi pada
20
2.3.2 Etiologi
Menurut Manson & Eley (1993) gingivitis disebabkan oleh faktor primer
dan faktor sekunder. Faktor primer dari gingivitis adalah plak. Plak gigi adalah
deposit lunak yang membentuk biofilm yang menumpuk kepermukaan gigi atau
semprotan air, tetapi dapat dibersihkan secara sempurna dengan cara mekanis.
Plak gigi tidak dapat terlihat jika jumlahnya sedikit kecuali diberi dengan larutan
dalam rongga mulut. Plak gigi akan terlihat berwarna abu-abu, abu-abu
Menurut Manson & Eley (1993) faktor sekunder dibagi menjadi 2, yaitu
faktor lokal dan faktor sistemik. Faktor lokal pada lingkungan gingiva merupakan
makanan, gigi tiruan sebagian lepasan yang desainnya tidak baik, pesawat
gingiva.
Lang NP. et al., (2008) menyatakan bahwa apabila gigi geligi dibersihkan
dengan interval 48 jam tidak akan terjadi gingivitis, tetapi apabila pembersihan
gigi geligi ditunda sampai 72 jam akan terjadi inflamasi gingiva. Faktor sekunder
gingivitis yang kedua adalah faktor sistemik. Faktor sistemik dapat memodifikasi
keseluruhan, misalnya:
1) Faktor Genetik
22
(HGF) adalah suatu keadaan yang tidak biasa yang ditandai oleh diffuse gingival
gigi. Peradangan timbul tanpa tergantung dari pengangkatan plak secara efektif.
gingival fibromatosis) dapat terjadi sebagai efek dari pengobatan sistemik seperti
2) Faktor Nutrisional
gingiva dan daya tahannya terhadap iritasi plak, tetapi karena saling
radikal oksigen.
3) Faktor Hormonal
deposit plak. Jaringan lunak di dalam rongga mulut pada masa pubertas terjadi
inflamasi yang bereaksi lebih hebat terhadap jumlah plak yang tidak terlalu besar
2011).
4) Faktor Hematologi
perdarahan lebih besar bila dibandingkan dengan gingiva yang tidak mengalami
24
2.3.4 Klasifikasi
1. Gingivitis akut
2. Ginggivitis subakutan
kondisi akut
3. Gingivitis rekuren
4. Ginggivitis kronik.
1. Gingivitis Marginalis
membesar.
abuan.
3. Pregnancy Gingivitis
26
Pregnancy gingivitis biasa terjadi pada trimester dua dan tiga masa
4. Gingivitis Scorbutic
dilatasi kapiler dan peningkatan aliran darah. Perubahan inflamasi awal ini terjadi,
dalam respon terhadap aktivasi mikroba dari resident leukosit dan stimulasi dari
sel endothelial. Secara klinis, respon awal ginggiva terhadap bakteri plak ini tidak
terlihat.
Secara mikroskopik, beberapa ciri klasik inflamasi akut dapat dilihat pada
darah (pelebaran kapiler dan venula) dan adheren dari neutofil terhadap dinding
banyak pada jaringan ikat, epithelial junction, dan sulkus gusi. Eksudat dari cairan
kerusakan jaringan pada lampu mikroskop atau level ultrastruktural; mereka tidak
Perubahan juga dapat terdeteksi dalam epithelial junction dan jaringan ikat
perivaskuler pada tahap awal ini. Limfosit segera terakumulasi. Peningkatan pada
migrasi leukosit dan akumulasinya sampai sulkus gusi dapat dikorelasikan dengan
Karakter dan intensitas respon host menentukan apakah lesi inisial dapat
atau perlahan-lahan berkembang menjadi lesi inflamasi kronik. Jika hal ini terjadi,
The early lesion berkembang dari initial lesion dalam 1 minggu setelah permulaan
akumulasi plak. Secara klinis, early lesion mugkin tampak seperti gingivitis awal,
klinis eritema dapat terlihat, terutama proliferasi kapiler dan peningkatan formasi
loop kapiler antara rete pegs atau ridges. Perdarahan pada pemeriksaan mungkin
29
juga terjadi. Aliran cairan gingiva dan jumlah dari leukosit yang bertransmigrasi
mencapai jumlah maksimum antara 6 sampai 12 hari setelah onset dari gingivitis
klinik.
ikat dibawah epithelial junction terdiri dari limfosit utama ( 75% dengan sel T
mayor ), tetapi juga membuat beberapa migrasi neutrofil, seperti makrofag, sel
plasma, dan mast sel. Semua perubahan terlihat dalam lesi inisial berlanjut ke
intensitas dengan early lesion. Epithelium junction menjadi infiltrasi padat dengan
PMN`s yang telah meninggalkan pembuluh darah karena respon terhadap stimuli
Pada gingivitis kronis (stage III), yang terjadi 2 atau 3 minggu setelah permulaan
akumulasi plak, pembuluh darah menjadi engorged dan padat, vena kembali
dirusak, dan aliran darah menjadi lambat. Hasilnya adalah anoxemia ginggiva
local, yang ditandai dengan adanya corak kebiru-biruan pada gusi yang merah.
Ekstravasasi dari sel darah merah kedalam jaringan ikat dan terganggunya
lesion adalah peningkatan jumlah sel plasma. Sel plasma menyerbu jaringan ikat
tidak hanya dibawah epithelial junction, tetapi juga jauh didalam jaringan ikat,
termasuk lisosom diperoleh dari neutrofil, limfosit, dan monosit yang terganggu.
jaringan. Epithelial junction berkembang menjadi rete pegs atau ridges yang
menonjol dalam jaringan ikat, dan lamina basalis dihancurkan pada beberapa area.
31
Pada jaringan ikat, serat kolagen dihancurkan disekitar perembesan dari plasma
Predomonan dari sel plasma menjadi karakteristik utama dari established lesion.
ikat, termasuk satu penelitian dalam durasi 6 bulan. Peningkatan dari proporsi sel
plasma diperjelas dengan gingivitis yang tahan lama, tetapi waktu untuk
Stage ini terlihat adanya hubungan terbalik antara jumlah kelompok kolagen intact
normal berada pada jaringan gusi dan dihasilkan melalui beberapa bakteri oral dan
PMN`s.
substansi dasar.
Established lesion terdapat 2 tipe: beberapa tetap stabil dan tidak mengalami
progress untuk beberapa bulan atau tahun dan yang lain menjadi lebih aktif dan
berubah untuk penghancuran lesi secara progresif. Established lesion juga tampak
32
Perluasan lesi kedalam tulang alveolar merupakan karakter dari stage ke empat
advanced lesion, sel plasma berlanjut mendominasi jaringan ikat, dan neutrofil
2.3.6 Histopatologis
menyebabkan kerusakan pada epitel, sel pada jaringan ikat, kolagen, dan
epithelial saat gingivitis tahap awal dapat memberikan akses bagi bakteri untuk
tumor, atau IL 1
dilatasi kapiler dan bertambahnya aliran darah. Perubahan awal ini terjadi untuk
merespon aktivitas mikroba. Secara klinis, respon awal gingiva terhadap plak
(Subclinical gingivits) tidaklah begitu nyata. Jika dilihat dari mikroskop, fitur
yang biasanya ada pada inflamasi akut dapat terlihat pada jaringan ikat di bawah
membesar) dan melekatnya netrofil pada dinding pembuluh darah (migrasi) terjadi
terutama sel PMN migrasi meninggalkan pembuluh darah dengan cara diapedesis.
PMN banyak terdapat pada jaringan ikat, junctional epitheliym dan sulkus
gingiva. Pada tahap ini, ada eksudat dari sulkus gingiva dan protein
ekstravaskular.
dapat disembuhkan dengan cepat atau tidak, apakah kembali ke keadaan normal
ataukah malah menjadi inflamasi kronis. Jika tahap ini berlanjut menjadi inflamasi
kronis, makrofag dan sel limfosit akan muncul beberapa hari selanjutnya.
35
36
37
antara rete pegs atau ridges. Dalam tahap ini biasanya terjadi bleeding on probing.
lamina, dan sampai di epithelium dan muncul pada daerah pocket. PMN akan
yang 75% nya adalah sel limfosit T, makrofag, sel plasma dan mast cell. Semua
39
perubahan pada lesi awal akan semakin meningkat. Junctional epithelium menjadi
padat karena adanya infiltrasi neutrophil, dan sama halnya dengan sulkus gingiva,
pada junctional epithelium dapat dilihat adanya perkembangan rete pegs atau
ridges.
Pada gingivitis kronis, pembuluh darah akan menjadi bengkak dan padat,
vena mengalami gangguan, dan aliran darah menjadi lambat. Hasilnya adalah
adanya localized gingival anoxemia yang memberi warna kebiruan pada gingiva
yang merah. Pengeluaran sel darah merah ke jaringan ikat dan hancurnya
gingiva yang terkena inflamasi kronis semakin gelap. Established lesion berskala
Pada permeriksaan histologi, yang menjadi ciri khas dari tahap ini adalah
inflammatory cell type. Sel plasma masuk ke jaringan ikat tidak hanya sampai
pembuluh darah dan di antara serat kolagen. Junctional epithelium pda tahap ini
rete pegs atau ridges yang menjulur ke dalam jaringan ikat, dan basal lamina
terlihat hancr di beberapa area. Pada jaringan ikat, serat kolagen dihancurkan di
sekitar sel plasma yang masuk baik secara utuh atau sudah hancur, neutorifl,
Tetapi, dari beberapa hasil penelitian, tidak ditemukan adanya dominasi sel
41
plasma pada jaringan ikat yang terinfeksi. Bertambahnya sel plasma terlihat jelas
pada long standing gingivitis, tapi untuk established lesion membutuhkan waktu 6
bulan.
inflamasi oleh enzim kolagenase. Kolagenase memang biasanya ada pada jaringan
Pada inflamasi kronis gingiva terdapat kenaikan jumlah dari asam dan
2.3.7 Pemeriksaan
Cara pemeriksaan:
Palpasi
Konsistensi
1. Kedalaman biologis
Gaya tekan pada probe yang dapat ditoleransi adalah 0,75 N. Pada saat
poket.
berdasarkan jarak antara margin gingiva dan dasar poket. Saat memasukan
Indeks Gingiva
gigi indeks 16, 12, 24, 36, 32, 44. Jaringan sekitar tiap gigi dibagi ke
(Daliemunthe, 2008).
45
yang diperiksa, lalu dibagi dengan empat (jumlah sisi yang diperiksa).
Jumlah skor semua gigi yang diperiksa dibagi dengan jumlah gigi yang
diperiksa maka diperoleh skor indeks gingiva. Gingival indeks (GI) adalah
2.4 Hubungan Susunan Gigi Tidak Beraturan dengan Gusi Bengkak dan
Berdarah
warna merah, merah tua, merah kebiruan pada gingval tepit an meluas
jeruk).
6. Tendensi perdarahan, dapat diliat pada saat gigi, bila berdarah maka
diminum secara rutin. Sisa-sisa makanan yang tidak dibersihkan secara seksama
dari air liur, plak akan mengeras menjadi karang gigi (kalkulus). Karang gigi
47
dapat terletak di leher gigi dan terlihat oleh mata sebagai garis kekuningan atau
kecoklatan yang keras dan tidak dapat dihilangkan hanya dengan menyikat gigi.
Kalkulus juga dapat terbentuk di bagian dalam gusi (saku gusi/poket). Kalkulus
adalah tempat pertumbuhan yang baik bagi bakteri, dan dapat menyebabkan
karena gigi tidak beraturan menyebabkan sulit untuk dibersihkan dengan menyikat
gigi, hal ini akan menyebabkan terjadinya penumpukkan plak . Plak dalam mulut
mineral dari air liur. Klkulus atau karang gigi dapat terjadi di permukaan gigi dan
di bagian dalam gusi atau gusi poket, kalkulus adalah tempat pertumbuhan yang
baik bagi bakteri yang nantinya dapat menyebabkan radang gusi sehingga gusi
Definisi
Menurut American Dental Association (ADA) (2003), fraktur dental atau patah
gigi merupakan hilangnya atau lepasnya fragmen dari satu gigi lengkap yang
biasanya disebabkan oleh trauma atau benturan. Fraktur gigi dapat dimulai dari
ringan (melibatkan chipping dari lapisan gigi terluar yang disebut email dan
dentin) sampai berat (melibatkan fraktur vertikal, diagonal, atau horizontal akar)
(Andreasen, 2007).
Klasifikasi yang sering digunakan adalah seperti klasifikasi Ellis, klasifikasi Ellis
a. Fraktur email.
Fraktur mahkota sederhana, tanpa mengenai dentin atau hanya sedikit mengenai
dentin.
Fraktur mahkota yang mengenai cukup banyak dentin, tapi tanpa mengenai pulpa.
d. Fraktur akar.
e. Luksasi gigi.
f. Intrusi gigi
Ellis dan Davey (1970) menyusun klasifikasi trauma pada gigi anterior menurut
b. Kelas 2 : Fraktur mahkota yang lebih luas yang telah melibatkan jaringan
d. Kelas 4 : Trauma pada gigi yang menyebabkan gigi menjadi non vital dengan
e. Kelas 5 : Trauma pada gigi yang menyebabkan kehilangan gigi atau avulsi.
h. Kelas 8 : Kerusakan gigi akibat trauma atau benturan pada gigi yang
menyebabkan fraktur mahkota yang besar tetapi gigi tetap pada tempatnya dan
i. Kelas 9: kerusakan pada gigi sulung akibat trauma pada gigi depan.
50
2.6 Perawatan
Rencana Perawatan
tahap, yaitu:
Periodontal
dilakukan apabila :
sakit
terapi oklusal
Terapi endodontic
Restorasi akhir
kondisi gingiva
Fase Emergency
Fase Etiotropik
Fase Maintenance
faktor retensi plak, seperti scaling dan root planning. Tujuannya adalah untuk
batas ambang yang dapat menginisiasi inflamasi. Obat kumur seperti Chx atau
Pada intinya, perawatan gingivitis yaitu dengan kontrol plak dari permukaan gigi
pertumbuhan bakteri baru. Kontrol plak yang efektif sangatlah penting pada
perawatan periodontal. Kontrol plak terbagi atas dua, yaitu kontrol plak mekaniS
Scaling adalah suatu proses membuang plak dan kalkulus dari permukaan
proses membuang sisa – sisa kalkulus yang terpendam dan jaringan nekrotik
pada sementum untuk menghasilkan permukaan akar gigi yang licin dan
keras. Tujuan utama scaling dan root planing adalah untuk mengembalikan
radang gusi baik plak maupun kalkulus dari permukaan gigi. Keberhasilan
scaling dan root planing dapat dipengaruhi beberapa faktor seperti: anatomi
pembersihan plak dan deposit yang terkalsifikasi pada mahkota dan akar gigi,
membentuk poket.
Dalam pembersihan plak dan kalkulus, terdapat dua teknik yang dapat
dilakukan, bergantung letak kalkulus tersebut, yaitu pada luar gingiva atau
yang dapat dipakai adalah scaler sickle, scaler chisel, ultrasonic, dan
dan kalkulus pada permukaan gigi sisi fasial atau lingual, sedangkan
interdental.
adalah:
55
dimana salah satu jari lainnya disandarkan pada gigi terdekat dari
working area.
dalam arah vertical atau oblique (miring). Sharply pointed tip dari
tactile.
56
postion).
gigi.
sickle), dan jari tangan lainnya bersandar pada gigi yang terdekat
the face of the blade flush against the tooth. B, Working angulation
coronal direction.
2. Penyikatan gigi
58
Sikat gigi merupakan cara yang paling efektif dan sudah menjadi kebiasaan
yang wajib dilakukan oleh masyarakat. Sikat gigi dapat menghilangkan plak
supragingiva. Kalkulus tidak dapat dibersihkan dengan sikat gigi. Sikat gigi
harus memiliki bulu sikat yang memiliki fleksibilitas yang baik serta diameter
yang kecil sehingga dapat masuk ke area interdental dan subgingiva. Sikat
anak.
setiap gigi, mulai tepat di bawah titik kontak sampai dibawah margin
gingiva.
4. Irigasi gingiva
5. Pengurutan gingiva
peningkatan keratinisasi dan aktivitas mitotik dalam epitel dan jaringan ikat,
sehingga dapat dianjurkan untuk melakukan terapi pada gingiva yang mudah
berdarah.
Kontrol plak kimia adalah pembersihan plak dengan bahan-bahan kimia yang
dapat membantu dalam pembersihan plak dengan teknik mekanis. Bahan kimia
ada yang dimasukkan ke dalam kandungan obat kumur dan pasta gigi dengan
tujuan untuk menghambat pembentukan plak & kalkulus. Agen antiplak juga
Sanguinarine
60
Perawatan yang paling utama terhadap gingivitis kronis pada anak yaitu dengan
banyak disebabkan oleh iritasi lokal yaitu plak, kalkulus, materia alba,
faktor lokal dan instruksi kepada pasien untuk menjaga kebersihan mulut,
dan nasehat diet. Menurut Carranza dan Newman (2002) alat alat dan
pemeliharaan kebersihan gigi dan mulut yang efektif antara lain: sikat gigi,
benang gigi, tusuk gigi, sikat gigi interdental, semprotan air, dentifrice .
saat posisi oklusi telah normal. Aapabila ringan, maka tidak membutuhkan
3. Pada gingivitis karena gigi karies dan loose teeth (eksfoliasi parsial) ,
pasial sebaiknya dengan cara menghilangkan bagian yang tajam atau bila
pertama yang harus dilakukan pada kasus maloklusi dan malposisi gigi.
teknik penyikatan yang baik adalah harus sederhana, tepat, efisien dan
dapat membersihkan semua permukaan gigi dan gusi, terutama saku gusi
dan interdental, teknik menyikat gigi harus sistematik agar tidak ada gigi
Banyak kasus resesi yang dapat dicegah dengan memberikan instruksi dan
62
motivasi pada pasien cara teknik menyikat gigi yang baik sehingga akan
dokter gigi, pasien juga harus dapat membersihkannya sendiri. Dokter gigi harus
makanan apa yang baik dan buruk untuk kesehatan rongga mulut
Selain itu, komunikasi dokter gigi dengan pasiennya harus jelas. Dalam
menjelaskan rencana perawatan yang akan diberikan kepada pasien, dokter gigi
yang sebenarnya.
Hindari kalimat yang tidak jelas, seperti “Ada yang harus dilakukan pada
gusi anda” lebih baik katakan “gusi anda harus dibersihkan dengan cara
scaling”
63
Mulai diskusi dengan kalimat positif. Mulai dengan gigi yang masih dapat
ekstraksi.
Katakan bahwa perawatan kesehatan gigi dan mulut ini merupakan satu
apabila dipasang alat restorasi atau fixed bridge pada gigi yang memiliki
penyakit periodontal yang tidak dirawat karena akan tidak berguna bila
penyakit periodontal tidak hanya kehilangan gigi pada area tersebut, tetapi
juga dapat berdampak pada gigi lainnya. Dengan perawatan yang baik,
semestinya.”
• Dentoalveolar
• Skeletal
64
• Neuromuskuler
• Tipe kombinasi
II bergantung pada usia pasien dan berat ringannya kasus. Perawatan untuk pasien
masa tumbuh kembang pubertas dengan memanfaatkan growth spurt, yaitu pada
usia 9-13 tahun (perempuan) dan usia 10-14 tahun (laki-laki). Tujuan
cranium normal serta hubungan antara rahang atas dengan rahang bawah normal.
juga merupakan two stage of treatment yang berarti dilakukan dua tahap, yaitu
a. Alat fungsional
fungsi otot ke gigi dan prosesus alveolaris. Tujuan perawatan dengan alat
fungsional terdiri dari alat aktif dan alat pasif. Alat aktif merupakan alat
a) Aktivator
67
Gambar 1. Aktivator
b) Lip Bumper
Lip bumper bekerja dengan menahan tekanan otot bibir yang dapat
c) Oral Screen
68
b. Alat ekstraoral
Restorasi ini merupakan restorasi yang dilakukan pada gigi yang telah dirawat
endodontik dan memiliki struktur jaringan gigi yang sehat masih banyak, serta
retensi yang cukup, dapat direstorasi secara langsung dengan komposit resin atau
69
semen glass ionomer. Restorasi ini dapat dilakukan pada gigi anterior maupun
posterior. Gigi anterior dengan pewarnaan yang meliputi lebih dari setengah atau
seluruh koronal, dapat direstorasi dengan veneer komposit atau porselen. Gigi
anterior dengan sisa jaringan keras gigi sedikit, retensi dari jaringan gigi yang
tersisa tidak adekuat, dan tidak dapat digunakan restorasi lain, maka pasak dan inti
Dasar Pertimbangan
Semakin sedikit sisa dari struktur gigi dan semakin besar fungsi gigi dalam
lengkung rahang, maka pemilihan restorasi harus dilakukan dengan lebih hati-hati.
Gigi dengan sisa struktur gigi yang sedikit dan beban kunyah yang besar,
Syarat Ideal
Restorasi secara umum terbagi menjadi 2, yaitu restorasi direct dan indirect.
Restorasi direct merupakan restorasi yang langsung dibuat didalam rongga mulut
bahan rigid. Restorasi direct dan indirect dapat digunakan pada perawatan paska
Macam-Macam Restorasi
B. Menurut Bahan :
• Restorasi Plastis :
4. Mahkota Pigura
6. Mahkota Pasak
7. Mahkota Porselain
Teknik restorasi yang akan dilakukan pada kasus ini adalah dengan restorasi
Gambar 5. Gigi sebelum direstorasi, penempatan pasak pada gigi dan gigi yang telah direstorasi
Restorasi mahkota gigi pasca perawatan saluran akar dengan retensi intra
radikuler berupa pasak (dowel) dan inti (core) tuang yang sesuai individual
(custom). Gigi pasca perawatan saluran akar memerlukan retensi berupa pasak
Indikasi
• Gigi pasca PSA dengan mahkota yang sudah rusak dan tidak dapat
Kontra Indikasi
Dowel (Pasak)
Pasak (biasanya logam) yang dimasukkan ke dalam saluran akar gigi pasca
yang rusak parah. Panjang pasak lebih panjang dari mahkota anatomis, 2/3
Core (inti)
melalui foto rontgen (peeso reamer dipasang rubber stop sebagai indikator
kedalaman preparasi)
• Jika saluran akar sempit atau sedikit membengkok ,pelebaran saluran akar
preparasi saluran akar tidak boleh bulat, sebaiknya dibuat oval atau
trianguler
semacam kerah (collar) dengan tujuan untuk mencegah gigi yang dipegang
preparasi pasak
• Setelah itu sprue dipasang dari kawat yang dipanasi terlebih dahulu. Arah
sprue diusahakan sejajar dengan arah gigi. Sprue diberi tanda dengan
• Setelah model malam baik,maka model ditanam dalam mofel dan dicor
dengan logam
Kawat disiapkan
Hasil pengisian sesuai dengan keadaan gigi pasien yang sudah dipreparasi
pasak
Gambar 7. Pola malam sebelum dicor (kiri) dan sesudah di cor (kanan)
76
• Setelah pencetakan selesai dan dilepas, kemudian diisi dengan gips keras
gigi asli
Penentuan warna
77
Dilakukan 2 kali, sebelum dan sesudah preparasi supaya diketahui apakah dalam
Mahkota sementara
untuk:
1. Melindungi pulpa gigi dari rangsang termis, khemis, dan mekanis supaya
gigi)
kemudian dikeringkan
jaket
polikarboksilat.
BAB III
PEMBAHASAN
teman – temanya karena susunan gigi yang tidak beraturan, gigi depan yang patah
serta kondisi gusinya yang bengkak dan mudah berdarah sejak satu tahun yang
lalu. Pasien tiga tahun lalu terjatuh ketika sedang mengikuti pelajaran olah raga.
Gigi serinya patah 2/3 mahkota, telah dilakukan perawatan saraf pada giginya
yang patah sekarang, giginya ingin dirawat karena mengganggu rasa percaya
dirinya dan tidak tidak ingin dijadikan bahan ejekan lagi. Diketahui kondisi
intraoral menunjukkan kebersihan mulut buruk, gusi tampak oedem diseluh region
bukal dan lingual RA dan RB, namun tidak ada kegoyangan gigi. Terlihat gigi 21
mengenai jaringan lunak di sekitar gigi atau jaringan gingiva (Nevil, 2002).
Gingivitis juga dapat diartikan sebagai suatu perubahan patologis pada gingiva
Mikroorganisme tersebut melekat pada plak gigi dan merupakan penyebab utama
79
80
atas berada lebih mesial dari bukal groove gigi molar 1 permanen mandibular
dilakukan scalling dan root planning untuk mengilangkan plak dan kalkulus
klasifikasi fraktur ellis kelas III yang sudah melibatkan enamel, dentin dan pulpa.
Sebelumnya gigi telah dilakukan perawatan saraf karena pada umur pasien yang
KESIMPULAN
susunan giginya yang tidak beraturan, gigi depannya yang patah karena trauma,
serta kondisi gusinya yang bengkak dan mudah berdarah sejak setahun yang lalu.
Pasien menginginkan giginya dirawat agar bisa percaya diri dan tidak dijadikan
dilakukan perawatan scaling dan root planning untuk mengobati keadaan gusinya
yang bengkak dan oral hygienenya yang buruk. Sementara trauma yang terjadi
pada gigi dapat menimbulkan berbagai akibat pada gigi tergantung derajat
keparahan trauma. Akibat yang terjadi pada kasus ini yaitu fraktur korona dengan
komplikasi terbukanya pulpa. Bila mahkota atau akar mengalami fraktur, dapat
terjadi beberapa kemungkinan yaitu pulpa dapat sembuh dan tetap vital, dapat
segera mati, atau dapat mengalami degenerasi progresif dan akhirnya mati.
fraktur, tahap pertumbuhan gigi, dan lamanya waktu sejak cedera. Gigi yang
mengalami fraktur gigi yang luas disertai pulpa terbuka memerlukan perawatan
saluran akar dan restorasi yang diperkuat dengan inti pasak. Perawatan saluran
81
82
akar (PSA) dapat dilakukan dengan satu kunjungan maupun beberapa kali
Gigi yang telah dilakukan PSA akan mengalami beberapa perubahan yaitu
hilangnya struktur gigi yang cukup banyak, perubahan karakteristik fisik, dan
perubahan dalam hal estetik, oleh karena itu dokter gigi harus merencanakan
restorasi yang akan digunakan. Restorasi tersebut memerlukan desain yang dapat
melindungi sisa jaringan gigi terhadap fraktur, mencegah terjadinya infeksi ulang
melalui saluran akar, dan mengganti struktur gigi yang sudah hilang. Salah satu
restorasi pada gigi yang telah dilakukan PSA yaitu diperlukan retensi berupa
pasak untuk menyatukan dengan inti, sebagai dukungan restorasi akhir. Terakhir,
untuk memperbaiki susunan gigi yang tidak beraturan, dokter gigi melakukan
Andreasen, JO., Andreasen, FM., Anderson, L., 2007. Texbook and color atlas of
Pp 229-35.
Manson, J.D. and B.M. Eley. 1993. Buku Ajar Periodonti. Edisi 2. Jakarta:
Hipokrates.
83