Anda di halaman 1dari 64

1. http://renputra.blogspot.

com/2011/06/gnss-cors-untuk-survei-
kadastral.html

GNSS-CORS, yang merupakan kependekan dari (Global


Navigation Satellite System)- Continuously Operating Reference Stations
adalah sistem jaringan kontrol GPS yang beroperasi secara kontinu untuk
acuan penentuan posisi GPS (realtime maupun post processing) dan dapat
diakses oleh siapapun yang membawa receiver GPS dengan spesifikasi
tertentu. GNSS-CORS melayani klien yang melakukan pengukuran GNSS
(GPS, GLONASS) dengan metode deferensial (data kode) dan RTK (data
fase). Untuk dapat mengakses GNSS-CORS, receiver klien harus
dilengkapi dengan sambungan internet untuk maksud komunikasi data dari
stasiun GNSS-CORS ke receiver klien. Dalam hal ini data GNSS-CORS
tersedia melalui web dalam format RINEX (Receiver Independent
Exchange) maupun streaming NTRIP (Networked Tranport RTCM via
Internet Protocol). NTRIP adalah sebuah metode untuk mengirimkan
koreksi data GPS/GLONASS (dalam format RTCM) melalui internet.
RTCM sendiri adalah kependekan dari Radio Technical Commission for
Maritime Services, yang merupakan komite khusus yang menentukan
standard radio navigasi dan radio komunikasi maritim internasional. Data
format RINEX disediakan untuk pengolahan data secara post-processing
sedangkan data NTRIP untuk pengamatan posisi secara real-time.

Data layanan CORS meliputi data dalam format RINEX dan streaming
NTRIP. Data RINEX dapat diunduh untuk kemudian diolah dengan
menggunakan software komersial (LGO, TGO, GPSurvey, Pinnacle, dll)
maupun scientific (GAMIT, Bernese, dll). Pemrosesan dapat dilakukan
dengan men-diferensialkan data RINEX dari CORS dengan data RINEX
hasil pengukuran klien. Koreksi data GPS dalam format RTCM ini
digunakan untuk penentuan posisi secara real-time (RTK atau DGPS)

Cara Menggunakan Data NTRIP dari CORS


Klien mengunduh RTCM dari NTRIP dengan menggunakan koneksi
GPRS, GSM, Satphone dan sebagainya. RTCM yang diunduh secara real-
time tersebut digunakan untuk koreksi posisi dalam pengamatan dengan
RTK maupun DGPS. Teknik ini merupakan inovasi terhadap teknik RTK
dan DGPS konvensional. Seperti diketahui bahwa metode RTK dan GPS
konvensional hanya mampu menjangkau jarak sekitar 5 – 10 km,
sementara teknik RTCM ini mampu menjangkau jarak sampai 100 km.
Format khusus untuk GPS adalah RTCM-104, berupa data biner yang
terdiri atas beberapa versi sebagai berikut:
RTCM:
1. RTCM 2.0 (Koreksi Kode untuk DGPS)
2. RTCM 2.1 (Koreksi Kode dan Fase untuk RTK)
3. RTCM 2.2 (Koreksi Kode dan Fase untuk RTK + GLONASS )
4. RTCM 2.3 (Koreksi Kode dan Fase untuk RTK + GPS Antenna
Definition)
5. RTCM 3.0 (Koreksi Kode dan Fase untuk RTK + Network RTK untuk
GNSS).

Aplikasi CORS
CORS dapat diaplikasikan untuk berbagai macam keperluan seperti
pemetaan bidang tanah, navigasi pesawat terbang, kapal laut maupun
kendaraan di darat , survei pemetaan skala besar, pemantauan deformasi/
pergeseran struktur bangunan besar seperti jembatan, bendungan dan
bangunan bertingkat dan monitoring bangunan situs purbakala seperti
candi.Kisaran ketelitian aplikasi CORS untuk post-processing survei statik
hampir sama dengan post-processing survei statik konvensional,
sedangkan kisaran ketelitian aplikasi CORS untuk RTK dan DGPS secara
umum adalah:
• RTK dengan menggunakan data fase: kisaran 1cm + 1ppm s/d 2cm +
2ppm (untuk jarak sekitar 30km, akurasi turun sampai 3 - 4cm)
• Menggunakan data kode: kisaran 1m dalam radius jarak sampai dengan
200km
Teknologi GNSS CORS ini relatif baru di Indonesia, sehingga belum
banyak dikenal oleh masyarakat termasuk masyarakat yang berkecimpung
dalam survey pemetaan.
2. http://translate.google.co.id/translate?hl=id&sl=en&u=http://www.furuno.
com/en/gnss/technical/tec_multi&prev=search

Multi-GNSS (Global Sistem Navigasi Satelit) penerima adalah sistem


dapat menghitung posisi, kecepatan dan waktu dengan menerima sinyal
satelit disiarkan dari sistem satelit navigasi ganda. Sebelumnya, GPS,
dioperasikan oleh Amerika Serikat, adalah wakil positioning system, tapi
seperti yang ditunjukkan pada grafik di bawah ini, sistem navigasi satelit
lain seperti GLONASS Rusia, Galileo Eropa, Beidou (Kompas) dari China
kini beroperasi atau akan mulai beroperasi. Selain itu, SBAS (satelit
Augmentation System Based) jaringan sistem satelit geostasioner (WAAS
Amerika Serikat, EGNOS Eropa, MSAS Jepang) dalam operasi dan
Jepang telah memulai operasi QZSS (Quasi-Zenith Satellite System).

FURUNO telah terlibat dalam penelitian dan pengembangan penerima


GPS selama lebih dari 20 tahun dan secara konsisten terlibat dalam
kegiatan penelitian dalam penerimaan dan posisi teknologi menggunakan
sinyal dari sistem satelit navigasi baru. Penelitian saat ini FURUNO yang
berfokus pada modernisasi GPS, Galileo dan Beidou. FURUNO juga telah
dikembangkan dan diproduksi penerima QZSS, dual-frekuensi SBAS
penerima dan penerima navigasi berbasis satelit lainnya. JAXA (Japan
Aerospace Exploration Agency) menggunakan receiver QZSS FURUNO
untuk stasiun monitor di darat untuk Kuasi-Zenith Satelit Sistem, Sebuah
kesaksian yang diberikan oleh JAXA untuk keandalan tinggi teknologi
FURUNO di bidang GNSS. Pada Maret 2013, FURUNO memperkenalkan
baru Multi-GNSS Receiver Chip eRideOPUS 7 dan Multi-GNSS Receiver
Modul 87 seri yang memungkinkan untuk menerima sinyal secara
bersamaan dari kebanyakan sistem satelit navigasi (GPS, SBAS, QZSSS,
GLONASS, update Galileo (perangkat lunak yang diperlukan) ). Dengan
receiver GNSS ini, jumlah satelit yang akan digunakan untuk penentuan
posisi dua kali lipat, dengan menerima secara bersamaan GPS dan sinyal
GLONASS, dibandingkan dengan penerima GPS-satunya posisi. Selain
itu, dengan upgrade software, eRideOPUS 7 dan 87 modul seri dapat juga
menerima sinyal satelit Galileo.Sistem navigasi Galileo dijadwalkan akan
mulai beroperasi pada akhir 2014.

Perbandingan jumlah satelit yang diperoleh (Kiri: Multi-GNSS penerima,


Kanan: penerima GPS)

Keuntungan dari Multi-GNSS

1. Mencapai akurasi posisi tinggi dengan peningkatan jumlah satelit


dibandingkan dengan GPS-satunya posisi.
2. Meningkatkan tingkat keberhasilan positioning dengan menerima sinyal
satelit lebih bahkan dalam lingkungan yang keras (canyon perkotaan dll)
dimana GPS-satunya posisi sulit.
3. Meningkatkan ketahanan terhadap gangguan dengan menggunakan pita
frekuensi yang berbeda seperti GPS L1 C / A dan GLONASS L1OF.

Aplikasi yang cocok dengan Multi-GNSS

 Otomotif navigasi dan telematika sistem (sistem navigasi / infotainment,


eCall, ERA-GLONASS, dll)
 Cerdas Sistem Transportasi (pemantauan kendaraan, dll)
 Geografis Layanan Sistem Informasi (konstruksi komputerisasi bekerja,
dll), Location Based (aplikasi Augmented Reality, dll)
 Aplikasi dengan ketepatan waktu (transfer Time, dll)
 Sistem manajemen pencegahan bencana (monitoring lonjakan seismik dan
tanah longsor, pemantauan bendungan, dll)

3. http://pengenalangps.blogspot.com/2011/01/metode-penentuan-posisi-
absolute.html
Metode penentuan posisi absolute
Berkaitan dengan penentuan posisi secara absolut,ada beberapa catatan yang
perlu diperhatikan yaitu:
 Metode ini kadang dinamakan juga metode point positioning,karena
penentuan posisi dapat dilakukan per titik tanpa bergantung pada titik
lainnya
 Posisi ditentukan dalam sistem WGS-84 terhadap pust massa bumi
 Untuk penentuan posisi hanya memerlukan sau receiver GPS,dan tipe
receiver yang umum digunakan untuk keperluan ini adalah tipe navigasi atau
kadang dinamakan tipe genggam (hand held).
 Titik yang ditentukan posisisnya bisa dalam keadaan diam (moda
statik)maupun dalam keadaan bergerak (moda kinematik),
 Ketelitian posisi yang diperoleh sangat bergantung pada tingkat ketelitian
data serta geometri dari satelit.
 Aplikasi utama dari metode ini adalah untuk keperluan navigasi atau
aplikasi-aplikasi lain yang memerlukan informasi posisi yang tidak terlalu
teliti tapi tersedia secara instan (real time), seperti untuk keperluan
reconnaissance danground truthing.
Dalam hal ini ada dua level ketelitian yang diberikan oleh
GPS,yaitu yang dinamakan SPS (Standard Positioning Service) dan PPS
(Precise Positioning Service). SPS adalah pelayanan standar yang
diberikan oleh GPS secara umum kepada siapa saja tanpa dipungut
biaya,dengan mengasumsikan penggunaan kode-C/A. Tingkat ketelitian
yang diberikan adalah tingkat ketelitian ysng sudah secara sengaja
diturunkan dengan menerapkan kebijaksanaan Selective Availability(SA).
Tingkat ketelitian posisi tipikal yang diberikan dalam hal ini adalah sekitar
100 m (horisontal) dengan tingkat kepercayaan 95%. PPS adalah
pelayanan yang dikhusukan untuk pihak militer amerika serikat serta
pihak-pihak yang diizinkan,melalui pemakaian kode-P yang terdapat pada
2 frekuens,L1 dan L2. Disamping itu PPS ini juga mempunyai
karakteristik anti-jamming (sinyal yang lebih kuat),anti-spoofing,dan
bebas dari pengaruh SA. Tingkat ketelitian yang diberikan dalam hal ini
adalah sekitar 21 m(horisontal) dengan tingkat ketelitian 95 %. Tingkat
ketelitian tersebut dapat secara dramatis ditingkatkan dengan
menggunakan metode penentuan posisi diferensial (differential
positioning) dan juga data pengamatan fase.Pada penentuan posisi secara
absolut pada suatu epok dengan menggunakan pseudorange, ada empat
parameter yang harus ditentukan /diestimasi yaitu:
 Parameter koordinat (X,Y,Z)
 Parameter kesalahan jam receiver GPS.

4. http://geoexpose.blogspot.com/2013/04/normal-0-false-false-false-en-us-
x-none.html

GPS (Global Positioning System) merupakan metode penetuan posisi


dengan menggunakan satelit GPS yang dikelola oleh Amerika Serikat. Sistem ini
sudah banyak digunakan baik dalam keperluan sipil maupun keperluan militer.
Metode penetuan posisi dengan menggunakan GPS ini tidak tergantung oleh
cuaca dan waktu pengamatan.
Sistem GPS, yang nama aslinya adalah NAVSTAR GPS (Navigation
Satellite Timing and Ranging Global Positioning System), mempunyai tiga
segmen yaitu satelit, pengontrol, dan penerima/pengguna. Satelit GPS mengorbit
bumi, dengan orbit dan kedudukan yang tetap (koordinat pasti), seluruhnya
berjumlah 24 buah dimana 21 buah aktif bekerja dan 3 buah sisanya adalah
cadangan.
Ø Satelit bertugas untuk menerima dan menyimpan data yang ditransmisikan oleh
stasiun-stasiun pengontrol, menyimpan dan menjaga informasi waktu berketelitian
tinggi yang ditentukan dengan jam atomic di satelit dan memancarkan sinyal dan
informasi secara kontinyu ke pesawat penerima (reciever) dari pengguna.
Ø Pengontrol bertugas untuk mengendalikan dan mengontrol satelit dari bumi baik
untuk mengecek kesehatan satelit, penentuan dan prediksi orbit dan waktu,
singkronisasi waktu antar satelit, dan mengirim data ke satelit.
Ø Penerima bertugas menerima data dari satelit dan memprosesnya untuk
menentukan posisi (posisi tiga dimensi yaitu koordinat di bumi dan ketinggian),
arah, jarak dan waktu yang diperlukan oleh pengguna.

Metode Penentuan Posisi dengan GPS


Pada dasarnya penentuan posisi dengan GPS adalah pengukuran jarak
secara bersama-sama ke beberapa satelit (yang koordinatnya telah diketahui)
sekaligus. Untuk menentukan koordinat suatu titik di bumi, reciever setidaknya
membutuhkan 4 satelit yang dapat ditangkap sinyalna dengan baik.
Secara deefault posisi atau koordinat yang diperoleh bereferensi ke global datum
yaitu WGS 1984.
Secara garis besar penentuan posisi dengan GPS ini dibagi menjadi dua
metode, yaitu metode absolut dan metode relatif.
Ø Metode absolut atau point positioning, menentukan posisi hanya berdasarkan pada
1 pesawat penerima (reciever) saja. Keteliatian posisi dalam beberapa meter dan
umumnya hanya diperuntukkan bagi keperluan navigasi.
Ø Metode relatif atau differential positionong menentukan posisi dengan
menggunakan lebih dari sebuahreciever. Satu GPS dipasang pada lokasi tetentu
dimuka bumi dan secara terus menerus menerima sinyal dari satelit dalam jangka
waktu tertentu dijadikan referensi bagi yang lainnya. Metode ini menghasilkan
posisi berketelitian tinggi (umumnya kurang dari 1 meter) dan diaplikasikan untuk
keperluan survey geosesi atau pemetaan yang memerlukan ketelitian tinggi.

Penentuan Posisi dengan Metode Statik Absolut


a. Disebut juga metode point positioning karena penentuan posisi dapat dilakukan
pertitik tanpa bergantung pada titik lainnya
b. Posisi ditentukan dalam WGS 84 terhadap besar masa bumi
c. Tipe receiver yang umum digunakan adalah tipe navigasi atau dinamakan tipe
genggam (hand held)
d. Titik yang ditentukan posisinya bisa dalam keadaan diam (static) atau bergerak
(kinematik)
e. Biasanya menggunakan data pseudorange
f. Ketelitian posisi yang diperoleh bergantung pada tingkat ketelitian data dan
geometri satelit
g. Tidak dimaksudkan untuk penentuan posisi
h. Aplikasi utama adalah untuk keperluan navigasi atau aplikasi yang memerlukan
informasi posisi yang tidak teliti tapi tersedia secara real time

Ketelitian Penentuan Posisi dengan GPS

Ketelitian posisi yang didapat dari pengamatan GPS secara umum


bergantung pada 4 faktor:
a. Ketelitian data
· tipe data yang digunakan
· kualitas receiver GPS
· level dari kesalahan dan bias
b. Geometri satelit
· jumlah satelit
· lokasi dan distribusi satelit
· lama pengamatan
c. Metode penentuan posisi
· absolute dan differensial positioning
· static, rapid static, pseudo-kinematic, stop and go, kinematic
· one dan multi monitor station
d. Strategi pemrosesan data
· real-time dan post processing
· strategi eliminasi dan pengkoreksian kesalahan dan bias
· metode estimasi yang digunakan
· pemrosesan baseline dan perataan jaring

5. http://fikriflux.blogspot.com/2015/03/pengamatan-geodinamika-
dengan.html

PEMANTAUAN PENURUNAN TANAH ( Land Subsidance )

1. Fenomena Land Subsidance

Land subsidence (penurunan tanah) adalah suatu fenomena alam yang banyak
terjadi di kota-kota besar yang berdiri di atas lapisan sedimen, seperti Jakarta,
Semarang, Bangkok, Shanghai, dan Tokyo. Dari studi penurunan tanah yang
dilakukan selama ini, diidentifikasi ada beberapa faktor penyebab terjadinya
penurunan tanah yaitu : pengambilan air tanah yang berlebihan, penurunan karena
beban bangunan, penurunan karena adanya konsolidasi alamiah dari lapisan-
lapisan tanah, serta penurunan karena gaya-gaya tektonik. Dari empat tipe
penurunan tanah ini, penurunan akibat pengambilan air tanah yang berlebihan
dipercaya sebagai salah satu tipe penurunan tanah yang dominan untuk kota-kota
besar tersebut.

Karena data dan informasi tentang penurunan muka tanah akan sangat bermanfaat
bagi aspek- aspek pembangunan seperti untuk perencanaan tata ruang (diatas
maupun di bawah permukaan tanah), perencanaan pembangunan
sarana/prasarana, pelestarian lingkungan, pengendalian dan pengambilan airtanah,
pengendalian intrusi air laut, serta perlindungan masyarakat (linmas) dari dampak
penurunan tanah (seperti terjadinya banjir); maka sudah sewajarnya bahwa
informasi tentang karakteristik penurunan tanah ini perlu diketahui dengan sebaik-
baiknya dan kalau bisa sedini mungkin. Dengan kata lain fenomena penurunan
tanah perlu dipelajari dan dipantau secara berkesinambungan.

Gambar 1.1 Fase Penurunan Muka Tanah

2. Teknik Pemantauan Land Subsidance

Pada prinsipnya, penurunan tanah dari suatu wilayah dapat dipantau dengan
menggunakan beberapa metode, baik itu metode-metode hidrogeologis (e.g.
pengamatan level muka air tanah serta pengamatan dengan ekstensometer dan
piezometer yang diinversikan kedalam besaran penurunan muka tanah) dan
metode geoteknik, maupun metode-metode geodetik seperti survei sipat datar
(leveling), survei gaya berat mikro, survei GPS (Global Positioning System), dan
InSAR (Interferometric Synthetic Aperture Radar).
3. Teknik Pemantauan Land Subsidance Dengan GPS Geodetik

GPS adalah sistem satelit navigasi dan penentuan posisi yang berbasiskan pada
pengamatan satelit-satelit Global Positioning System [Abidin, 2000; Hofmann-
Wellenhof et al., 1997]. Prinsip studi penurunah tanah dengan metode survei GPS
yaitu dengan menempatkan beberapa titik pantau di beberapa lokasi yang dipilih,
secara periodik untuk ditentukan koordinatnya secara teliti dengan menggunakan
metode survei GPS. Dengan mempelajari pola dan kecepatan perubahan koordinat
dari titik-titik tersebut dari survei yang satu ke survei berikutnya, maka
karakteristik penurunan tanah akan dapat dihitung dan dipelajari lebih lanjut.

GPS memberikan nilai vektor pergerakan tanah dalam tiga dimensi (dua
komponen horisontal dan satu komponen vertikal). Jadi disamping memberikan
informasi tentang besarnya penurunan muka tanah, GPS juga sekaligus
memberikan informasi tentang pergerakan tanah dalam arah horisontal.

GPS memberikan nilai vektor pergerakan dan penurunan tanah dalam suatu sistem
koordinat referensi yang tunggal. Dengan itu maka GPS dapat digunakan untuk
memantau pergerakan suatu wilayah secara regional secara efektif dan efisien.

GPS dapat memberikan nilai vektor pergerakan dengan tingkat presisi sampai
beberapa mm, dengan konsistensi yang tinggi baik secara spasial maupun
temporal. Dengan tingkat presisi yang tinggi dan konsisten ini maka diharapkan
besarnya pergerakan dan penurunan tanah yang kecil sekalipun akan dapat
terdeteksi dengan baik.

GPS dapat dimanfaatkan secara kontinyu tanpa tergantung waktu (siang maupun
malam), dalam segala kondisi cuaca. Dengan karakteristik semacam ini maka
pelaksanaan survei GPS untuk pemantauan pergerakan dan penurunan muka tanah
dapat dilaksanakan secara efektif dan fleksibel.

4. Penelitian Land Subsidence di Bandung dengan GPS

Land Subsidence memang belum banyak dilaporkan di wilayah Bandung. Namun


demikian, dari hasil beberapa penelitian memperlihatkan adanya bukti land
subsidence memang terjadi di daerah Bandung. Kemungkinan besar faktor yang
menjadi sebab terjadinya subsidence di Bandung ini karena pengambilan air
tanah yang berlebihan, disamping karena adanya efek konsolidasi dari lapisan
tanah, dan efek lain.

Fenomena land subsidence (penurunan tanah) ini merupakan salah satu faktor
yang cukup signifikan penyebab terjadinya banjir di suatu daerah atau
kawasan. Ketika titik-titik yang mewakili suatu kawasan mengalami penurunan,
yang menyebabkan daerah tersebut menjadi lebih rendah dari tempat-tempat
lainnya (membuat cekungan), atau malah lebih rendah dari bentang hidrologi
yang ada di sekitarnya, maka daerah tersebut akan menjadi daerah yang
berpotensi banjir terutama ketika musim hujan tiba.

Pemantauan penurunan tanah di wilayah Bandung dan sekitarnya (Bandung


Basin) menggunakan teknologi satelit GPS telah dilasanakan secara periodik oleh
KK Geodesi bekerjasama dengan Dinas Pertambangan Jawa Barat sejak tahun
2000 sampai dengan akhir tahun 2005, dimana survei pengukurannya telah
dilakukan sebanyak 5 periode pengamatan.

Dari hasil pengolahan data survey GPS memang diperoleh informasi mengenai
adanya penurunan tanah di wilayah Bandung, dimana daerah Cimahi, Dayeuh
Kolot, dan Cicalengka merupakan wilayah yang cukup signifikan terjadi
penurunan tanah. Besarnya penurunan tanah di wilayah Bandung selama lima
periode ini rata–rata berkisar antara beberapa centimeter sampai beberapa
desimeter, dan di daerah yang disebutkan di atas mencapai beberapa puluh
centimeter. Daerah-daerah tersebut adalah merupakan daerah Industri yang
memang mengkonsumsi air tanah yang cukup banyak
6. http://geomaticsandsurveying.blogspot.com/2009/12/metode-penentuan-
posisi-dengan-gps.html

Metode penentuan posisi dengan GPS


-Pada prinsipnya ada 2 metode penentuan posisi, yaitu penentuan posisi secara
absolut (absolut positioning) dan penentuan posisi secara diferensial
-Penentuan posisi absolut adalah penentuan posisi secara mandiri,artinya posisi
titik tersebut langsung diturunkan dari posisi satelit
-Penentuan posisi secara diferensial antara lain :
*Statik
*Rapid Statik
*Radial
*Stop and Go
*Kinematik
*Real Time Kinematik (RTK)

Penentuan Posisi Secara DEFERENSIAL :


- Yang diukur adalah jarak antar 2 ataulebih titik pengamatan. Jarak antara 2 titik
pengamatan (stasiun) sering disebut garis basis atau BASE LINE
- Metode pengamatannya bisa dilakukan : Single Difference, Doble Difference
atau Tripple difference
7. http://geod-4-us.blogspot.com/2012/03/penentuan-posisi-relatif-
differensial.html

Penentuan posisi relatif adalah penentuan vektor jarak antara dua


buah stasiun pengamatan, yang dikenal sebagai jarak basis (baseline).
Penentuan posisi relatif melibatkan pengamatan simultan dari m satelit
dengan minimum dua rceiver GPS. Model matematik penentuan posisi
relatif didapatkan dari kombinasi linear pengamatan single-difference.

Penentuan posisi relatif dengan pseudorange


Diasumsikan dua receiver GPS i dan j, mengamat pseudorange L1
ke m satelit secara simultan. dalam bentuk matrik vector menjadi :

Penentuan relatif dengan carrier phase


Struktur dari persamaan pengamatan carrier phase sangat mirip
dengan persamaan pengamatan pseudorange. Persamaa pengamatan
carrier phase untuk L1 pada pengamatan epok tI mengikuti analogi
persamaan berikut:
Dengan Δϕij.1(ti) = (Δϕ1ij.1(ti), Δϕ2ij.1(ti),.........
Δϕmij.1(ti))T aij.1= (λ1M1ij.1, λ1M2ij.1,.........
λ1Mmij.1)T Di sini ϕij adalah hasil single difference fase
pembawa.

Dengan GPS, titik yang akan ditentukan posisinya pada kedudukan


diam (static positioning) ataupun bergerak (kinematic positioning). Posisi
titik dapat ditentukan dengan menggunakan metode absolut (point
positioning) ataupun terhadap titik lainnya yang telah diketahui
koordinatnya (monitor station) dengan mengguakan metode differensial
(relative positioning) yang menggunakan minimal dua receiver GPS. GPS
dapat memberikan posisi secara instan (real time) ataupun sesudah
pengamatan setelah data pengamatannya diproses secara lebih ekstentif
(post positioning) yang biasanya dilakukan untuk mendapatkan ketelitian
yang lebih baik. Metode differential global positioning system sering juga
disebut dengan penentuan posisi secara relatif. Pada penentuan posisi
differensial ini, posisi suatu titik ditentukan relatif terhadap titik lainnya
yang telah diketahui koordinatnya. Pada metode ini, dengan
mengurangkan data yang diamati oleh dua receiver GPS pada waktu yang
bersamaan, maka beberapa jeis kesalahan dan bias dari data dapat
dihilangkan. Dalam hal ini, kesalahan jam receiver dan jam satelit dapat
dihilangkan, kesalahan bias dan ionosfer, troposfer, dan efemeris dapat
direduksi, sedangkan kesalahan multipath yang bersifat lokal tidak
dapat dieliminir maupun direduksi. Perlu dicatat, bahwa efektivitas
pengurangan ini sangat bergantung pada jarak antara titik yang diketahui
koordinatnya dengan titik yang akan ditentuka koordinatnya. Semakin
pendek jarak tersebut, maka akan semakin efektif dan sebaliknya. Tujuan
dari penentuan posisi relatif adalah untuk menentukan koordinat sebuah
titi yang belum diketahui dari sebuah titik yang sudah diketahui
koordinatnya.
.

8. http://mazprie82geodesi.blogspot.com/2010/11/gnss-cors.html

APLIKASI CONTINUOSLY OPERATING REFERENCE STATION (


CORS ) UNTUK MENDUKUNG PROGRAM – PROGRAM
PERTANAHAN

Deputi Bidang Survei, Pengukuran dan Pemetaan


Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia

INTISARI
Perkembangan teknologi informasi telah merubah sebagian besar metode
pekerjaan dari yang semula banyak mengandalkan analog menjadi digital. Tidak
terkecuali dalam pekerjaan surney dan pemetaan yang erat kaitannya dengan
penentuan posisi di muka bumi. Perkembangan ini secara disadari atau tidak telah
membawa perubahan yang sangat signifikan. Diantaranya adalah penggunaan
GNSS dalam penentuan posisi di muka bumi. Sebagaimana kita tahu, GPS adalah
pemain tunggal dalam industri ini, tetapi dalam beberapa dekade ini telah muncul
satelit-satelit penentuan posisi lain seperti Glonass (Rusia), Galileo (Uni Eropa),
Compass (China) sebagai kompetitor GPS. Aplikasi GNSS dalam survey dan
pemetaan semakin menuntut ketelitian yang tinggi dan produktifitasnya yang
tinggi pula. Hal ini juga berlaku pada pengukuran bidang tanah. Apalagi
pengukuran bidang yang dilakukan di daerah perkotaan yang pergerakan dan
perkembangannya dinamis. Beberapa organisasi baik pemerintah maupun swasta
telah mengembangkan berbagai sistem pendukung observasi GNSS yang
bertujuan untuk meningkatkan ketelitian dan dengan hasil pengukuran secara real
time. Salah satu sistem tersebut adalah Continuosly Operating Reference Stations
(CORS) yang pada awal pengembangannya dulu adalah sebagai infrastruktur
pemantau pergerakan geodinamik. Tulisan ini akan menyajikan kajian urgensi
pemanfaatan CORS untuk percepatan pelayanan dan sebagai alternatif pengganti
fungsi Titik Dasar Teknis (TDT) yang semakin lama semakin tidak efektif dalam
penggunaannya. Lebih jauh lagi, tulisan ini juga akan membahas mengenai
aplikasi dari jaringan ini untuk mendukung program pertanahan seperti Reforma
Agraria, LARASITA, IP4T, penanganan sengketa dan konflik pertanahan,
identifikasi tanah terlantar dan lain sebagainya

9. http://campuradukabiezz.blogspot.com/2009/04/pengertian-gps-global-
positioning.html

3.1 PENGERTIAN GPS


GPS (Global Positioning System) adalah sebuah sistem navigasi yang
menyediakan informasi koordinat posisi, kecepatan, dan waktu kepada pengguna
di seluruh dunia. Keakuratan koordinat lokasi tergantung pada tipe GPS
receiver.GPS terdiri dari tiga bagian yaitu satelit yang mengorbit bumi (Satelit
GPS mengelilingi bumi 2x sehari), stasiun pengendali dan pemantau di bumi, dan
GPS receiver (alat penerima GPS). Satelit GPS dikelola oleh Amerika
Serikat. GPS dikembangkan oleh Departemen Pertahanan Amerika
Serikat (US DoD = United States Department of Defense). GPS mulai
dikembangkan tahun 1973 dan beroperasi dengan sempurna tahun 1994.

3.2 CARA KERJA GPS


Setiap satelit mentransmisikan dua sinyal yaitu L1 (1575.42 MHz) dan L2
(1227.60 MHz). Sinyal L1 dimodulasikan dengan dua sinyal pseudo-random yaitu
kode P (Protected) dan kode C/A (coarse/aquisition).Sinyal L2 hanya membawa
kode P. Setiap satelit mentransmisikan kode yang unik sehingga penerima
(perangkat GPS) dapat mengidentifikasi sinyal dari setiap satelit. Pada saat fitur
�Anti-Spoofing� diaktifkan, maka kode P akan dienkripsi dan selanjutnya
dikenal sebagai kode P(Y) atau kode Y.Perangkat GPS yang dikhususkan buat
sipil hanya menerima kode C/A pada sinyal L1 (meskipun pada perangkat GPS
yang canggih dapat memanfaatkan sinyal L2 untuk memperoleh pengukuran yang
lebih teliti.Perangkat GPS menerima sinyal yang ditransmisikan oleh satelit GPS.
Dalam menentukan posisi, kita membutuhkan paling sedikit 3 satelit untuk
penentuan posisi 2 dimensi (lintang dan bujur) dan 4 satelit untuk penentuan
posisi 3 dimensi (lintang, bujur, dan ketinggian). Semakin banyak satelit yang
diperoleh maka akurasi posisi kita akan semakin tinggi.
Untuk mendapatkan sinyal tersebut, perangkat GPS harus berada di ruang
terbuka. Apabila perangkat GPS kita berada dalam ruangan atau kanopi yang lebat
dan daerah kita dikelilingi oleh gedung tinggi maka sinyal
yang diperoleh akan semakin berkurang sehingga akan sukar untuk
menentukan posisi dengan tepat atau bahkan tidak dapat menentukan posisi.
singaktnya cara kerja GPS adalah suatu sistem navigasi yang
memanfaatkan satelit. Penerima GPS memperoleh sinyal dari beberapa satelit
yang mengorbit bumi. Satelit yang mengitari bumi pada orbit pendek ini terdiri
dari 24 susunan satelit, dengan 21 satelit aktif dan 3 buah satelit sebagai
cadangan. Dengan susunan orbit tertentu, maka satelit GPS bisa diterima
diseluruh permukaan bumi dengan penampakan antara 4 sampai 8 buah satelit.
GPS dapat memberikan informasi posisi dan waktu dengan ketelitian sangat
tinggi.
Manfaat teknologi GPS dapat digunakan ke beberapa bidang diantaranya :
· Militer
GPS dapat digunakan untuk keperluan perang, seperti menuntun arah
bom, atau mengetahui posisi pasukan berada. Dengan cara ini maka
kita bisa mengetahui mana teman mana lawan untuk menghindari
salah target, ataupun menetukan pergerakan pasukan.

· Navigasi
GPS banyak juga digunakan sebagai alat navigasi seperti kompas.
Beberapa jenis kendaraan telah dilengkapi dengan GPS untuk alat
bantu nivigasi, dengan menambahkan peta, maka bisa digunakan untuk
memandu pengendara, sehingga pengendara bisa mengetahui jalur
mana yang sebaiknya dipilih untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
Sebagai contoh peta digital yang sudah dimiliki oleh CBN
adalahcybermap.co.id

· SistemInformasiGeografis GPS sering juga diikutsertakan dalam


pembuatan peta, seperti mengukur jarak perbatasan, ataupun sebagai
referensi pengukuran.

· Pelacakan kendaraanKegunaan lain GPS adalah sebagai pelacakan


kendaraan dengan bantuan GPS pemilik kendaraan/pengelola armada
bisa mengetahui keberaadaan dimana saja kendaraan/aset bergeraknya
padasaatini.

· PemantauGempa
Bahkan saat ini, GPS dengan ketelitian tinggi bisa digunakan untuk
memantau pergerakan tanah, yang ordenya hanya mm dalam setahun.
Pemantauan pergerakan tanah berguna untuk memperkirakan
terjadinya gempa, baik pergerakan vulkanik ataupun tektonik.

3.6 KEUNGGULAN GPS


Ada beberapa hal yang membuat GPS menarik untuk digunakan dalam
penentuan posisi, seperti yang akan diberikan berikut ini. Patut dicatat disini
bahwa beberapa faktor yang disebutkan di bawah ini juga akan berlaku untuk
aplikasi-aplikasi GPS yang berkaitan dengan penentuan parameter selain posisi
seperti kecepatan, percepatan, maupun waktu yang pada dasarnya juga bisa
diberikan oleh GPS.
· GPS dapat digunakan setiap saat tanpa bergantung waktu dan cuaca, GPS dapat
digunakan baik pada siang maupun malam hari, dalam kondisi cuaca yang buruk
sekalipun seperti hujan ataupun kabut. Karena karakteristiknya ini maka
penggunaan GPS dapat meningkatan efisiensi dan fleksibilitas dari pelaksanaan
aktivitas-aktivitas yang terkait dengan penentuan posisi, yang pada akhirnya dapat
diharapkan akan dapat memperpendek waktu pelaksanaan aktivitas tersebut serta
Menekan biaya operasionalnya.
· Satelit-satelit GPS mempunyai ketinggian orbit yang cukup tinggi, yaitu sekitar
20.000 km di atas permukaan bumi, dan jumlahnya relatif cukup banyak, yaitu 24
satelit. Ini menyebabkan GPS dapat meliputi wilayah yang cukup luas, sehingga
akan dapat digunakan oleh banyak orang pada saat yang sama ,serta
pemakaiannya menjadi tidak bergantung pada batas-batas politik dan batas alam.
Selama yang bersangkutan mempunyai alat penerima sinyal (receiver) GPS, maka
ia akan dapat menggunakan GPS untuk penentuan posisi.
· Penggunaan GPS dalam penentuan posisi relatif tidak terlalu terpengaruh dengan
kondisi topografis daerah survei dibandingkan dengan penggunaan metode
terestris seperti pengukuran poligon. Penentuan posisi dengan GPS tidak
memerlukan adanya saling keterlihatan antara satu titik dengan titik lainnya
seperti yang umumnya dituntut oleh metode-metode pengukuran terestris. Yang
diperlukan dalam penentuan posisi titik dengan GPS adalah saling keterlihatan
antara titik tersebut dengan satelit. Oleh sebab itu topografi antara titik tersebut
sama sekali tidak akan berpengaruh, kecuali untuk hal-hal yang sifatnya non-
teknis seperti pergerakan personil dan pendistribusian logistik. Karena
karakterisitknya ini, penggunaan GPS akan sangat efisien dan efektif untuk
diaplikasikan pada survei dan pemetaan di daerah-daerah yang kondisi
topografinya sulit, seperti daerah pengunungan dan daerah rawa-rawa.
· Posisi yang ditentukan dengan GPS akan menagacu ke suatu datum global, yang
dinamakan WGS 1984. Atau dengan kata lain posisi yang diberikan oleh GPS
akan selalu mengacu ke datum yang sama. Karakterisitk ini sangat
menguntungkan untuk kondisi Indonesia yang wilayahnya sangat luas dan terdiri
dari banyak pulau, dimana proses penghubung kerangka-kerangka titik di satu
pulau dengan titik di pulau lainnya akan sangat sulit atau bahkan tidak mungkin
dilakukan kalau kita menggunakan metode terestris. Dalam hal ini seandainya
GPS digunakan untuk penentuan posisi, maka suvei dan pemetaan yang dilakukan
di Jawa misalnya, akan memberikan posisi titik-titik yang datumnya sama dengan
titik-titik yang diperoleh dari survei dan pemetaan di Irian Jaya, meskipun tidak
ada hubungan langsung secara langsung antara kedua survei GPS yang
bersangkutan.
· GPS dapat memberikan ketelitian posisi yang spektrumnya cukup luas. Dari yang
sangat teliti (orde militer) sampai yang biasa-biasa saja (orde puluhan meter).
Luasnya spektrum ketelitian yang bisa diberikan ini memungkinkan penggunaan
GPS secara efektif dan efisien sesuai dengan ketelitian yang diminta serta dana
yang tersedia. Disamping itu, dengan spektrum ketelitian yang begitu luas GPS
juga akan bermanfaat untuk banyak bidang aplikasi.
· Pemakaian sistem GPS tidak dikenakan biaya, setidaknya sampai saat ini. Selama
pengguna memiliki alat penerima (receiver) sinyal GPS maka yang bersangkutan
dapat menggunakan sistem GPS untuk berbagai aplikasi tanpa dikenakan biaya
oleh pihak yang memiliki satelit, dalam hal ini Departemen Pertahanan
Keamanan, Amerika Serikat. Jadi investasi yang perlu dilakukan oleh pengguna
hanyalah untuk alat penerima sinyal GPS beserta perangkat keras dan lunak untuk
pemrosesan datanya.
· Alat penerima sinyal (receiver) GPS cenderung menjadi lebih kecil ukurannya, lebih
murah harganya, lebih baik kualitas data yang diberikannya, dan lebih tinggi
keandalannya. Ini terutama disebabkan oleh kemajuan di bidang eletronika dan
komputer yang sangat pesat dewasa ini. Perangkat lunak komersial untuk
pengolahan data GPS juga semakin banyak tersedia dengan harga yang relatif
murah. Disamping itu, karena banyaknya merek dan jenis receiver yang
beredar,kompetisi antar sesama pembuat receiver juga semakin tinggi.
· Pengoperasian alat penerima GPS untuk penentuan posisi suatu titik relatif mudah
dan tidak mengeluarkan banyak tenaga. Dibandingkan dengan pengukuran
terestris seperti dengan metode poligon misalnya, pengamatan dengan metode
GPS relatif tidak terlalu memakan banyak tenaga dan waktu. Apalagi kalau
perbandingannya dilakukan untuk daerah survei yang luas dengan kondisi medan
yang berat.
· Pengumpul data (Surveyor) GPS tidak dapat ‘memanipulasi’ data pengamatan GPS
seperti hal nya yang dapat dilakukan dengan metode pengumpulan data terestris
yang umum digunakan, yaitu metode poligon. Ini tentunya akan meningkatkan
tingkat keandalan dari hasil survei dan pemetaan yang diperoleh. Disamping itu
juga pemberi kerja aan mendapatkan ‘keamanan’ dan jaminan kualitas yang lebih
baik.
· Makin banyak instansi di Indonesia yang menggunakan GPS dan juga makin banyak
bidang aplikasi yang potensial di Indonesia yang dapat ditangani dengan
menggunakan GPS. Dengan makin banyaknya instansi yang menggunakan maka
proses penyeragaman, koordinasi, dan pengelolan yang terkait dengan informasi
spasial akan lebih mudah untuk dilaksanakan.

10. http://musnanda.com/2012/06/06/pengunaan-gps-dalam-pengambilan-
data-spatial-untuk-perencanaan-ruang/

Global Positioning System (GPS) adalah system navigasi berbasis satelit


yang menyediakan informasi mengenai lokasi dipermukaan bumi. Sistem GPS
menggunakan pengukuran geometris dari empat atau lebih hasil tangkapan sinyal
satelit ke alat yang digunakan. Satelite untuk GPS merupakan miliki pemerintah
Amerika dan dapat diakses dari lokasi manapun didunia. Proyek GPS pertama
kali dibangun tahun 1973 untuk mengatasi masalah navigasi, menggabungkan
ide-ide yang sebenarnya sudah ada sejak perang dunia II dan riset militer sejak
tahun 60-an. Saat ini sudah ada 24 satelit yang berjalan dan beroperasi secara
penuh sejak tahun 1994. Satelit GPS mengorbit mengelilingi bumi dalam 6 bidang
orbit dengan tinggi rata-rata setiap satelit ± 20.200 Km dari permukaan bumi.

Sistem pengambilan data menggunakan peralatan (Receiver GPS) yang dipakai


pengguna satelit GPS, baik di darat, laut, udara maupun di angkasa. Alat penerima
sinyal GPS (Receiver GPS) diperlukan untuk menerima dan memproses sinyal-
sinyal dari satelit GPS untuk digunakan dalam penentuan posisi, kecepatan,
maupun waktu.

Secara umum receiver GPS dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

– Receiver militer

– Receiver tipe navigasi

– Receiver tipe geodetic

Penggunaan GPS dalam Perencanaan :

Pengambilan Data Titik infrastruktur

Metode Survey:

– Survey GPS dilakukan dengan menggunakan pengambilan data melalui


handheld GPS

– Sistem pengambilan menggunakan waypoint


– Menggunakan catatan untuk menjelaskan waypoint

– Pada saat pengambilan waypoint GPS, pastikan bahwa GPS sudah


menerima sinyal secara utuh; pastikan pengambilan waypoint di areal yang tidak
tertutup.

– Pada saat pengambilan waypoint bangunan pastikan bahwa lokasi yang


diambil mendekati object yang diambil koordinatnya.

– Pada saat pengambilan point jembatan, pastikan diambil dibagian tengah


jembatan.

Pengambilan Data Jalan, Sungai dan Pinggir Pantai

Data berbentuk garis seperti jalan, sungai (sungai kecil) dan pinggir pantai dapat
dilakukan dengan menggunakan GPS secara mudah. Pengambilan data dapat
dilakukan dengan menggunakan kendaraan baik sepeda motor, mobil, perahu atau
dengan berjalan.

– Pengambilan jalan dengan menggunakan tracking mode


– Dapat dilakukan menggunakan kendaraan atau berjalan

– Pada penggunaan kendaraan, pastikan bahwa GPS dalam posisi terbuka,


tidak dalam tas atau terhalang

– Pada penggunaan GPS dengan mobil, bisa menggunakan antenna luar


(extension) yang ditempelkan ke bagian kap kendaraan.

– Pengambilan dengan tracking akan mencatat keseluruhan track/line mulai


dari titik awal sampai titik akhir. Pastikan bahwa setting pada GPS mencatat
/record log track yang sudah diambil, dan pastikan pilihan show on
map sehingga saat tracking dilakukan bisa dilihat dalam peta.
– Pada survey jalan misalnya jika akan memisahkan ruas jalan berdasarkan
kondisinya, maka bisa dilakukan menggunakan pilihan route yang terdiri atas
beberap track. Setiap track dicatat sesuai dengan kondisi dan data tambahan
lainnya dalam catatan survey.
– Data tambahan ini yang nantinya diolah kedalam basis data GPS.

– Hasil survey secara otomatis dapat dimasukkan dalam software GIS


dengan menggunakan kabel.

– Terdapat extension atau software tambahan lain yang memudahkan


pemindahan data dari GPS ke computer.

Pengambilan wilayah/polygon

Dalam perencanaan kadang diperlukan memetakan wilayah tertentu, misalnya


dalam perencanaan kawasan hutan kota kita bisa melakukan pemetaan wilayah
dengan menggunakan GPS. Pada survey penggunaan lahan misalnya metode ini
digunakan untuk mengukur areal penggunaan lahantertentu misalnya areal
perkebunan, dll.

Survey dapat dilakukan menggunakan pilihan tracking.

– Team yang akan melakukan survey menggunakan fungsi tracking untuk


mencatat batas luar dari areal yang akan dipetakan.

– Gunakan pilihan tracking interval yang lebih detail sehingga titik control
saat akan mengubah menjadi polygon lebih banyak.

– Survey mencatat track dilakukan dari titik awal yang sudah ditentukan.

– Survey dilakukan kembali ke titik awal tersebut.

– Hasil track berbentuk line tersebut bisa dikonversi menjadi polygon


dengan menggunakan software GIS. Contohnya dengan Quatum GIS.
Survey menggunakan titik waypoint, pada areal yang lurus / persegi.

– Pada pencatatan area yang tidak berbentuk kurva tetapi garis lurus
pembuatan polygon dapat dilakukan di titik-titik pojok saja dengan menggunakan
way point.

– Identifikasi waypoint sebagai titik sudut.

– Titik yang diambil harus secara berurutan.

– Pengolahan menjadi polygon dapat dilakukan secara otomatis oleh


software GIS.
11. http://syaefaanjar.blogspot.com/2014/03/sekilas-mengenai-gps.html

Seperti yang kita ketahui Global Positioning System (GPS) adalah suatu sistem
Navigasi milik AS Berbasis Satelit yang menyediakan Jasa pengguna dengan
positioning, navigasi, informasi lokasi dan waktu dalam segala kondisi cuaca,
Sistem ini dibuat untuk memberikan posisi dan kecepatan tiga-dimensi serta
informasi mengenai waktu, secara berlanjut di seluruh dunia tanpa bergantung
waktu dan cuaca yang kita gunakan sehari-hari di mana saja, kapan saja, dimana
tidak ada garis yang terhalang antara Bumi dan pandangan satelit GPS.

Saat ini GPS banyak digunakan di seluruh dunia dalam berbagai bidang aplikasi
yang menuntut informasi tentang posisi, kecepatan, percepatan ataupun waktu. tak
hanya itu GPS juga dapat memberikan informasi posisi dengan ketelitian
bervariasi dari beberapa millimeter (orde nol) sampai dengan puluhan meter.
Sistem juga ini menyediakan kemampuan penting untuk pengguna militer, sipil
dan komersial di seluruh dunia, Sistem ini terdiri dari tiga segmen: segmen
angkasa, segmen kontrol, dan segmen pengguna.

Aplikasi-aplikasi Teknologi GPS GPS (Global Positioning System) adalah sistem


satelit navigasi yang paling populer dan paling banyak diaplikasikan di dunia pada
saat ini, baik di darat, laut, udara, maupun angkasa. Disamping aplikasi-aplikasi
militer, bidang-bidang aplikasi GPS yang cukup marak saat ini antara lain
meliputi survai pemetaan, geodinamika, geodesi, geologi, geofisik, transportasi
dan navigasi, pemantauan deformasi, pertanian, kehutanan, dan bahkan juga
bidang olahraga dan rekreasi. Di Indonesia sendiri penggunaan GPS sudah
dimulai sejak beberapa tahun yang lalu dan terus berkembang sampai saat ini baik
dalam volume maupun jenis aplikasinya

Penentu Lokasi
Prinsip penentuan posisi dengan GPS yaitu menggunakan metode reseksi jarak,
dimana pengukuran jarak dilakukan secara simultan ke beberapa satelit yang telah
diketahui koordinatnya. Pada pengukuran GPS, setiap epoknya memiliki empat
parameter yang harus ditentukan : yaitu 3 parameter koordinat X,Y,Z atau L,B,h
dan satu parameter kesalahan waktu akibat ketidaksinkronan jam osilator di satelit
dengan jam di receiver GPS. Oleh karena diperlukan minimal pengukuran jarak
ke empat satelit.
GPS memiliki dua tingkat ketelitian:
* Sistem posisi standar (standard positioning system / SPS)
SPS merupakan yang disediakan untuk umum (sipil). Tingkat akurasi yang
dihasilkan adalah 100 m untuk posisi horisontal dan 150 meter untuk posisi
vertikal.
* Sistem posisi presisi (precision positioning system / PPS)
PPS digunakan oleh Departemen Pertahanan AS dan tidak disediakan untuk
umum.
*Satu hal yang perlu di perhatikan, Karena GPS bekerja mengandalkan satelit,
maka penggunaannya disarankan di tempat terbuka. Penggunaan di dalam
ruangan, akan berakibat GPS tidak akan bekerja secara akurat dan maksimal.

Tipe alat (Receiver ) GPS Ada 3 macam tipe alat GPS, dengan masing-masing
memberikan tingkat ketelitian (posisi) yang berbeda-beda. Tipe alat GPS pertama
adalah tipe Navigasi (Handheld, Handy GPS). Tipe nagivasi harganya cukup
murah, sekitar 1 - 4 juta rupiah, namun ketelitian posisi yang diberikan saat ini
baru dapat mencapai 3 sampai 6 meter. Tipe alat yang kedua adalah tipe geodetik
single frekuensi (tipe pemetaan), yang biasa digunakan dalam survey dan
pemetaan yang membutuhkan ketelitian posisi sekitar sentimeter sampai dengan
beberapa desimeter. Tipe terakhir adalah tipe Geodetik dual frekuensi yang dapat
memberikan ketelitian posisi hingga mencapai milimeter. Tipe ini biasa
digunakan untuk aplikasi precise positioning seperti pembangunan jaring titik
kontrol, survey deformasi, dan geodinamika. Harga receiver tipe geodetik cukup
mahal, mencapai ratusan juta rupiah untuk 1 unitnya.

Sejarah GPS

Amerika Serikat merupakan negara pencetus dan pemrakarsa GPS. Pada


dasarnya, bentuk sistem teknologi GPS sama dengan sistem navigasi radio
pangkalan pusat, seperti LORAN dan Decca Navigator yang dikembangkan pada
tahun 1940-an dan digunakan selama Perang Dunia II. Inspirasi pembuatan sistem
GPS sebenarnya datang dari Uni Soviet yang pada saat itu, tahun 1957,
meluncurkan satelit pertama mereka, Sputnik.

Sebuah tim ilmuwan AS yang dipimpin oleh Dr. Richard B. Kershner saat itu
memonitor transmisi radio Sputnik. Mereka menemukan bahwa Efek Doppler
berpengaruh pada transmisi radio, di mana sinyal frekuensi yang ditransmisi
Sputnik sangat tinggi saat baru diluncurkan dan semakin rendah seiring dengan
satelit menjauhi bumi. Mereka menyadari bahwa dengan mengetahui letak bujur
lokasi mereka dengan tepat di peta dunia, mereka mampu melacak posisi satelit
tersebut mengorbit berdasarkan tolak ukur penyimpangan Efek Doppler.

Transit, satelit sistem navigasi pertama yang digunakan oleh Angkatan Laut AS
sukses diujicobakan pertama kali pada tahun 1960. Sistem yang menggunakan
kumpulan dari lima satelit ini mampu menentukan posisi sekali tiap jamnya. Pada
tahun 1967, AL AS mengembangkan satelit Timation yang membuktikan
kemampuannya dengan menetapkan waktu yang akurat di angkasa, merupakan
teknologi acuan sistem GPS. Tahun 1970-an, Sistem Navigasi Omega pangkalan
pusat, berdasarkan pembandingan fase sinyal, menjadi sistem navigasi radio
pertama yang meliputi seluruh dunia.

Satelit percobaan pertama Block-I GPS diluncurkan pada Februari 1978. Satelit-
satelit GPS pertama kali dibuat oleh Rockwell International (sekarang merupakan
bagian dari Boeing) dan sekarang dibuat oleh Lockheed Martin (IIR/IIR-M) dan
Boeing (IIF).

12. http://www.bakosurtanal.go.id/artikel/show/global-positioning-system-gps
Global Positioning System (GPS)
Kehadiran teknologi GPS, membuka peluang akuisisi
data koordinat (lintang, bujur, dan tinggi) secara
cepat, tepat, dan dengan ketelitian yang cukup baik.
Spesifikasi alat GPS yang tersedia di pasaran sangat
beragam, mulai dari tipe handheld/navigasi dengan
ketelitian pada tingkat meter, hingga tipe geodetik
yang bisa mencapai tingkat ketelitian hingga level
milimeter. Seiring dengan kebutuhan aplikasi survei
dan pemetaan yang makin ”mengandalkan” GPS,
maka dituntut metoda akuisisi data posisi atau
koordinat dengan ketelitian tinggi namun dengan strategi pengukuran dan
pengolahan data GPS yang relatif singkat dan mudah. Hal ini terutama sangat
dirasakan manfaatnya apabila data yang diakuisisi meliputi ratusan atau bahkan
ribuan titik dalam sebuah jaringan pada sebuah proyek survei dan pemetaan.

Inilah yang mendasari Balai Penelitian Geomatika untuk melakukan penelitian


dengan judul ”Optimalisasi Hasil Pengukuran GPS” . Penelitian ini bertujuan
untuk memberikan alternatif metodologi/strategi dan algoritma pengukuran dan
perhitungan data GPS yang bisa dimanfaatkan pada aplikasi pekerjaan survei dan
pemetaan.

Fokus penelitian ini adalah pemilihan metoda pengukuran GPS: statik, kinematik,
real-time kinematik. Penekanan diarahkan pada metoda real-time kinematik
(RTK) karena relatif baru dan belum banyak diaplikasikan secara meluas. Juga
pemilihan metoda pengolahan data GPS diteliti lebih jauh: optimalisasi bentuk
jaringan, optimalisasi parameter pendukung (atmosfer, ocean tide loading,
efemeris planet, dan sebagainya) dan juga optimalisasi perolehan data tinggi dari
GPS. Dengan demikian hasil penelitian ini akan bermanfaat untuk aplikasi praktis
survei dan pemetaan, khususnya dalam rangka penentuan posisi/koordinat untuk
pekerjaan rekayasa secara cepat, mudah dan (relatif) murah .
13. http://seismik-indonesia.blogspot.com/2012_06_01_archive.html

Survey GPS dilaksanakan terlebih dahulu sebelum dilaksanakan pekerjaan


pengukuran topografi lintasan seismik. Tahapan survey GPS dimulai dari desain
jaring diatas peta, orientasi lapangan, desain jaring final (setelah orientasi
lapangan mengenai obstruksi dan aksesibilitas tempat), pembuatan tugu GPS
(BenchmarkGPS), pengukuran GPS, pemrosesan data GPS dan pelaporan hasil.

Dalam survei GPS di dunia seismik, yang paling penting adalah masalah
mengenai manajemen survei. Proses perencanaan survei yang mendetail,
komprehensif dan realistis perlu dilakukan dengan sebaik mungkin. Ada beberapa
tahapan yang biasanya dilakukan dalam survei GPS yaitu :
1. Perencanaan : peralatan, geometri, strategi pengamatan, strategi
pengolahan data.
2. Persiapan : Organisasi pelaksanaan, reconnaissance (pengenalan
lapangan).
3. Pengumpulan Data : Monumentasi, pengamatan satelit, data
pelengkap.
4. Pengolahan Data : Pemrosesan awal, perhitungan baseline,
perhitungan jaringan, transformasi koordinat, kontrol kualitas.
5. Pelaporan
Tidak menutup kemungkinan ketika kita akan melakukan survei, peralatan yang
kita gunakan berbeda-beda merk dan spesifikasi teknisnya. Terkadang, dalam
kondisi darurat penggunaan alat yang berbeda frekuensi (single dan double)
terpaksa dilakukan. Jika hal ini terjadi, solusi paling memungkinkan adalah
dengan menggunakan format data RINEX dalam pemrosesan data.

Pada pelaksanaan survei GPS, diperlukan receiver GPS tipe navigasi untuk
mencari lokasi titik yang telah direncanakan (kegiatan reconnaissance). Selain itu
GPS tipe navigasi digunakan juga untuk mengecek penampakan satelit pada
lokasi yang dipilih serta membantu pergerakan tim survei.

Kendaraan bermotor diperlukan untuk pergerakan tim survei agar lebih efektif
sehingga rencana survei yang telah dibuat bisa terlaksana. Akan lebih baik jika
supir kendaraan adalah orang lokal, karena selain tahu daerahnya, juga bisa
difungsikan sebagai orang kehumasan. Jenis kendaraan disesuaikan dengan
daerah suvei.

Komunikasi penting dalam pelaksanaan survei GPS untuk sinkronisasi waktu


pelaksanaan survei. Maka dari itu setiap personil pengamat GPS dibekali dengan
radio komunikasi, sehingga pelaksanaan survei GPS dapat berjalan lancar.

Untuk penentuan geometri pengamat, parameter yang harus diperhatikan adalah :


Lokasi titik, Jumlah titik, Konfigurasi jaringan, dan Karakteristik baseline. Titik
ikat diusahakan sebisa mungkin merupakan titik ikat yang terdekat dengan area
survei. Biasanya digunakan titik ikat dari BAKOSURTANAL ataupun titik ikat
hasil pengukuran sebelumnya yang diberikan oleh klien. Untuk titik ikat vertikal,
biasanya digunakan titik TTG atau jika memang diperlukan maka dilakukan
pengamatan pasang surut selama 1 bulan untuk penentuan MSL.

Dalam hal konfigurasi baseline, konfigurasi dibuat dengan memperhitungkan :


spesifikasi teknis, kondisi medan, fungsi dari titik-titik GPS itu nantinya, strategi
tim survei, dan faktor efektifitas dan efisiensi. Konfigurasi jaringan yang baik
tidak ada gunanya apabila lokasi titik sulit dicapai, selanjutnya tidak digunakan,
atau tugunya hilang.

Strategi pengamatan harus direncanakan sebaik mungkin karena akan


berpengaruh dengan aspek ketelitian posisi, finansial, waktu, pergerakan personil,
akomodasi dan logistik. Sesi pengamatan GPS direncanakan secara matang
sehingga dapat menghemat waktu dan biaya.

Penentuan lama pengamatan biasanya memperhitungkan faktor-faktor :


1. Ketelitian posisi yang ingin dicapai.
2. Panjang baseline.
3. Jumlah satelit yang dapat diamat.
4. Kekuatan dari satelit geometri.
5. Aksesibilitas titik.
6. Waktu pergerakan antar titik.
Ada pedoman dari Hasanudin Z. Abidin, mengenai lama pengamatan dengan
panjang baseline tertentu, yaitu:
Dalam survei seismik, tidak menutup kemungkinan bahwa area yang disurvei
merupakan area yang belum ada akses jalan, daerah dengan tingkat obstruksi yang
tinggi, rawan bahaya, ataupun secara teknis daerah tersebut jauh dari titik ikat
(kontrol). Dalam hal titik ikat jauh dari area survei, secara teknis bisa dilakukan
dengan pengukuran tambahan untuk mendekatkan titik kontrol ke area survei
(pengukuran beranting), ataupun mengikutkan titik ikat langsung ke area survei
dengan resiko baseline yang sangat panjang sehingga butuh waktu pengamatan
yang lebih lama.

Oleh karena itu sekali lagi, perencanaan survei dan manajemen survei harus
dilakukan sematang mungkin sehingga survei GPS dapat berjalan sesuai rencana,
menghemat waktu dan biaya, serta yang paling penting adalah sesuai dengan
kriteria spesifikasi teknis yang akan dicapai baik ketelitian horizontal maupun
vertikalnya.
14. http://madesapta.blogspot.com/2015/03/skenario-penentuan-posisi-
dengan-metode.html

Survei Penentuan Posisi Secara Umum


Survei GPS
Survei penentuan posisi dengan pengamatan satelit GPS (survei GPS)
secara umum dapat didefinisikan sebagai proses penentuan koordinat dari
sejumlah titik terhadap beberapa buah titik yang telah diketahui koordinatnya,
dengan menggunakan metode penentuan posisi diferensial (differential
positioning)serta data pengamatan fase (carrier phase) dari sinyal GPS.
Posisi titik dapat ditentukan dengan menggunakan satu receiver GPS
terhadap pusat bumi dengan menggunakan metode absolute (point) positioning,
ataupun terhadap titik lainnya yang telah diketahui koordinatnya (monitor
station) dengan menggunakan metode differential (relative) positioning yang
menggunakan minimal dua receiver GPS, yang menghasilkan ketelitian posisi
yang relatif lebih tinggi. GPS dapat memberikan posisi secara instan (real-
time) ataupun sesudah pengamatan setelah data pengamatannya di proses secara
lebih ekstensif (post processing) yang biasanya dilakukan untuk mendapatkan
ketelitian yang lebih baik. Secara umum kategorisasi metode dan system
penentuan posisi dengan GPS ditunjukkan pada Gambar 1 berikut.
Jaring Kontrol Horisontal
Jaring kontrol horisontal adalah sekumpulan titik kontrol horisontal yang
satu sama lain dikaitkan dengan data ukuran jarak dan/atau sudut, dan
koordinatnya ditentukan dengan metode pengukuran/pengamatan tertentu dalam
suatu sistem referensi kordinat horisontal tertentu. Kualitas dari koordinat titik-
titik dalam suatu jaring kontrol horisontal umumnya akan dipengaruhi oleh
banyak faktor, seperti sistem peralatan yang digunakan untuk
pengukuran/pengamatan, geometri jaringan, strategi pengukuran/pengamatan,
serta strategi pengolahan data yang diterapkan.
Pengadaan jaring titik kontrol horisontal di Indonesia sudah dimulai sejak
jaman penjajahan Belanda, yaitu dengan pengukuran triangulasi yang dimulai
pada tahun 1862. Selanjutnya dengan pengembangan sistem satelit navigasi
Doppler (Transit), sejak tahun 1974 pengadaan jaring titik kontrol juga mulai
memanfaatkan sistem satelit ini. Dengan berkembangnya sistem satelit GPS, sejak
tahun 1989, pengadaan jaring titik kontrol horisontal di Indonesia umumnya
bertumpu pada pengamatan satelit GPS ini.
Pada dasarnya pada saat ini, jaring titik kontrol horisontal di Indonesia dapat
dikelompokkan sebagaimana yang diberikan pada tabel berikut:
Kalsifikasi Jarak Tipikal Metode
Fungsi saat ini
Jaring antar Titik Pengamatan

Orde-0 500 km Jaring kontrol geodetik nasional Survei GPS

Ored-1 100 km Jaring kontrol geodetik regional Survei GPS

Orde-2 10 km Jaring kontrol kadastral regional Survei GPS

Orde-3 2 km Jaring kontrol kadastral lokal Survei GPS

Jaring kontrol
Orde-4 0.1 km Survei Poligon
pemetaan kadastral

15. http://geospasial.info/?p=119

Factor – factor yang mempengaruhi kualitas data yg diterima dari GPS. Kesalahan
dapat muncul dari aspek satelit gps (kesalahan jam satelit, ephemeris error),
propagasi sinyal (bias troposfer, bias ionosfer, cycle slips, ambiguitas fase), dan
lokasi survei (efek multipath). Jika ingin memperoleh informasi posisi yang
presisi, idealnya faktor – faktor di atas harus dipertimbangkan, atau kalau survei
terlanjur dilakukan, data yang diperoleh bisa diidentifikasi kesalahannya dari
aspek mana, dan kemudian dikoreksi. Koreksi bisa dilakukan misalnya dengan
melakukan proses differencing dari hasil pengamatan gps lain yang menjadi
referensi (differential GPS) Cara lain untuk meminimalisir kesalahan dan
memperoleh informasi posisi yang lebih berkualitas?? Ya rencanakan surveimu
dengan baik. Trimble telah merilis sebuah aplikasi online untuk mengetahui
karakteristik faktor yang turut mempengaruhi ketelitian pengamatan GPS
sepanjang tahun. Namanya Trimble GNSS Planning online yang dapat diakses
dari URL http://www.trimble.com/gnssplanningonline/. Dengan aplikasi ini kita
dapat mengetahui kapan waktu-waktu satelit GPS di angkasa sedang banyak
banyaknya. Makin banyak jumlah satelit di angkasa makin akurat koordinat yang
diperoleh. Apalagi kalau receiver yang digunakan sudah mendukung lebih dari
satu system GNSS (tidak hanya GPS, tapi juga GLONASS, Galileo, Beidou,
QZSS dll), sekali nyalain bisa dapat 50 satelit (menggunakan vanguard
technology), pasti oke banget tuh. Selain itu, kita juga bisa mengindentifikasi
kapan geometri satelit yang direpresentasikan dalam nilai DOP (dilution of
precision) paling baik sebarannya (makin kecil nilai DOP, makin oke geometri
satelit dan makin akurat koordinat yang diperoleh). Ada juga peta bias ionosfer
global sepanjang waktu sehingga kita bisa meminimalisir pengaruh bias tersebut
ke sinyal. Ada juga visibility untuk mengetahui berapa lama satelit Nampak di
angkasa. Semua faktor tersebut dapat dipertimbangkan untuk mencari waktu
terbaik untuk melakukan survei GPS.

16. https://citraquickbird.wordpress.com/2013/11/02/pengolahan-data-gps/
Tahap-tahap prosedur pengolahan data pengamatan GPS adalah sebagai berikut :

1. Perhitungan Baseline

 Reduksi baseline dilakukan dengan menggunakan “Trimble Bussines Centre”


atau software kompatibel lainnya.
 Koordinat pendekatan dari titik referensi dalam reduksi baseline < 10 m dari
nilai sebenarnya.
 Proses reduksi baseline harus mampu menghitung besarnya koreksi troposfir
dan ionosfier .
 Setiap baseline ambiguity-nya resolved.

2. Perataan Jaringan
Perataan jaring Bebas dan Terikat terhadap data pengamatan titik kerangka dasar
akan digunakan software pengolah data seperti GP Survey, TGO atau yang
lainnya. Informasi dibawah ini harus dihasilkan setiap perataan :

 Hasil dari test Chi-Square atau variance Ratio pada residual setelah perataan
(test ini harus dapat melalui confidence level 68%, yang berarti bahwa data-
data tersebut konsisten terhadap model matematika yang digunakan).
 Daftar koordinat hasil perataan.
 Daftar baseline hasil perataan, termasuk koreksi dari komponen-komponen
baseline hasil pengamatan.
 Analisis statistika mengenai residual komponen baseline termasuk jika
ditemukan koreksi yang besar (outlier) pada convidence level yang digunakan.
 Elips kesalahan titik untuk setiap titik.
 Elips kesalahan garis

3. Kontrol Kualitas
Untuk setiap baseline didalam jaringan, standar deviasi hasil hitungan dari
komponen baseline toposentrik (σN, σE, σH) yang dihasilkan oleh software
reduksi baseline harus memenuhi hubungan berikut :

sN£sM

sE£sM

s H £ 2 s M , dimana :

s M = [ 10² + (10d)² ] ½ x 1.96 mm


d = panjang baseline dalam kilometer
 Baseline yang diamati dua kali
Baseline yang lebih pendek dari 8 Km : Komponen lintang dan bujur dari kedua
baseline tidak boleh berbeda lebih besar dari 0,03 meter. Komponen tinggi tidak
boleh berbeda lebih dari 0,06 meter. Baseline yang lebih panjang dari 8 Km :
komponen lintang dan bujur dari kedua baseline tidak boleh besar dari 0,05 meter.
Komponen tinggi tidak boleh berbeda lebih dari 0,10 meter. Elips kesalahan garis
harus dihasilkan untuk setiap baseline yang diamati dan untuk setiap pasang
stasiun dengan panjang yang kurang dari 4 Km. Untuk jaring titik kerangka dasar
GPS ini, semi major axis dari elips kesalahan garis (ls) antara dua titik yang
berdekatan (baik dihubungkan langsung oleh suatu pengamatan maupun tidak)
harus lebih kecil dari harga parameter r yang dihitung sebagai berikut :

r = 30 (d + 0,2) , dimana :

r = panjang maksimum yang diperkenankan untuk semi-major axis (mm)

d = jarak dalam Km.

4. Transformasi Koordinat
Transformasi koordinat dilakukan dengan mempergunakan software pengolah
data GPS. Untuk setiap titik pengamatan akan diberikan data sebagai berikut :

 Lintang, Bujur dan tinggi terhadap spheroid pada datum WGS 84


 Koordinat dengan menggunakan proyeksi UTM pada datum WGS 84
– Titik nol koordinat semu (500.000 E, 10.000.000N)

– Lintang origin (0°)

– Faktor skala 0.9996

– Zone UTM (48 S)


17. http://itsukiaphie.blogspot.com/2010/12/aplikasi-gps-untuk-survei-
pemetaan-laut.html

APLIKASI GPS UNTUK SURVEI PEMETAAN LAUT

Sesuai dengan tujuan pembangunannya, teknologi satelit navigasi GPS telah menjadi satu
teknologi yang relatif mudah dan murah untuk mewujudkan posisi geografis dan waktu.
Walaupun, tentu ada suatu keterbatasan antara biaya yang diinvestasikan dengan ketelitian
(presisi, precision, internal accuracy) dan ketepatan (akurasi, accuracy, reliability) yang akan
diperoleh. Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas hasil survai GPS terutama
adalah jenis peralatan dan metoda pengukuran serta metoda pengolahan data yang digunakan.

Peralatan penerima sinyal GPS (receiver) bervariasi dari kelas rakitan sendiri, kelas
navigasi dengan ketelitian 20 meteran, sampai kelas geodetik yang mampu mengukur sampai
ketelitian milimeter. Variasi receiver ini terutama berkaitan dengan jenis jam atom (clock) yang
dipakai dan jenis data (kode dan gelombang pembawa) yang bisa direkam.

Dari sisi metoda pengukuran dapat dibedakan antara metoda pengukuran statik dengan
pengukuran kinematik. Metoda pengukuran statik mengasumsikan bahwa antenna receiver tidak
bergerak terhadap kerangka referensi, sedangkan metoda pengukuran kinematik menggunakan
asumsi bahwa antena receiver bergerak terhadap titik referensi. Sedangkan dari sisi metoda
pengolahan data, dapat dibedakan antara pengolahan satu titik (single point positioning –
SPS,absolute positioning) dan pengolahan baseline (differential positioning, relative positioning)
tunggal maupun dalam bentuk jaring.
Berdasarkan variasi-variasi kemungkinan penggunaan teknologi di atas, dapat diurutkan
sejumlah kemungkinan aplikasi GPS mulai dari yang paling teliti (dan paling mahal) untuk
keperluan ilmiah sampai yang paling seadanya (dan paling murah) untuk keperluan hiburan.
Dalam rangka pembangunan informasi spasial, GPS dapat berperan mulai dari realisasi referensi
koordinat dengan survai yang sangat teliti sampai pada kegiatan pematokan yang merupakan
aplikasi hasil analisis informasi spasial.

Salah satu kegunaan GPS untuk umum adalah Studi oseanografi dengan GPS buoy
system digunakan diantaranya untuk penentuan pasut lepas pantai, pasut pantai, studi pola arus,
tsunami EWS, dan lain-lain. GPS mampu memberikan ketelitian posisi sampai dengan ketelitian
sentimeter bahkan milimeter. Untuk mencapai ketelitian yang tinggi dengan menggunakan GPS
dalam studi GPS Buoy digunakan metoda kinematik diferensial baik itu secara real time (RTK)
maupun cinematic post processing. Untuk beberapa kasus biasa digunakan Differential GPS
(DGPS).

A. STUDI SISTEM GPS BUOY

GPS adalah sistem radio navigasi dan penentuan posisi yang


berbasiskan satelit yang dapat digunakan oleh banyak orang sekaligus dalam
segala cuaca, serta didesain untuk memberikan posisi dan kecepatan tiga dimensi
yang teliti, dan juga informasi mengenai waktu, secara kontinyu di seluruh dunia
(Abidin, 1995). Teknologi GPS mulai dikembangkan sekitar tahun 70-an oleh
pihak militer Amerika Serikat melalui Departemen pertahanan USA yang
digunakan untuk kepentingan militer negaranya. Seiring dengan perkembangan
system ini, GPS telah digunakan secara luas di pelbagai bidang di luar
kepentingan militer, dan dikembangkan tidak hanya di negara Amerika Serikat
saja, melainkan di seluruh dunia. Pada lingkup penelitian, GPS dapat digunakan
untuk studi Geodinamika, deformasi, studi oseanografi, dan lain-lain. Salah satu
hal yang menarik dari penggunaan GPS ini dalam keperluan oseanografi yaitu
GPS Buoy System. GPS buoy System digunakan diantaranya untuk penentuan
pasut lepas pantai, pasut pantai, studi pola arus, Tsunami EWS, dan lain-lain.
GPS mampu memberikan ketelitian posisi sampai dengan ketelitian sentimeter
bahkan milimeter. Untuk mencapai ketelitian yang tinggi dengan menggunakan
GPS dalam studi GPS Buoy digunakan metoda kinematik diferensial baik itu
secara real time (RTK) maupun kinematic post processing. Untuk beberapa
kasus biasa digunakan Differential GPS (DGPS).

B. KONSEP DARI GPS BUOY


Konsep dari GPS buoy System yaitu menyimpan receiver GPS dan
antenna ketika pada saat pengamatan pada sebuah pelampung. Dengan
menggunakan metoda diferensial, yaitu satu receiver GPS berada pada
pelampung dan satu lagi di titik referensi (di darat) yang letaknya beberapa
kilometer dari buoy, kemudian (untuk kasus real time) titik referensi tersebut
memberikan koreksi ke receiver di Buoy, maka posisi teliti dari Buoy dapat
ditentukan. Ketelitian dari posisi Buoy sangat bergantung pada system dan
desain pengukuran, selain itu ada beberapa hal yang harus diperhatikan sebelum
buoy di coba. Kriteria utama untuk pengukuran GPS buoy yaitu menentukan
syarat ketelitian posisi buoy dan peralatan yang menghasilkan data yang bagus
untuk ketelitian yang diinginkan. Dari hal tersebut memunculkan pertanyaan
Receiver GPS jenis apa yang harus digunakan, bagaimana metode pengambilan
datanya, dan bagaimana cara mengolah datanya. Tipe Receiver GPS sangat
penting dalam pengukuran ini karena receiver ini lah yang menghasilkan data
untuk diolah, demikian juga ketelitian pengukuran akan bergantung pada
bagaimana strategi pengambilan dan pengolahan datanya. Sebagai contoh, jika
ketelitian yang diinginkan pada level sentimeter, maka GPS dual frequency
dengan metoda diferensial akan memenuhi sarat ketelitian yang diinginkan
tersebut. Pada sisi lain, jika ketelitian posisi yang diinginkan pada level 1-2
meter, maka kira-kira Receiver GPS dual frequency dengan metoda DGPS akan
memenuhi ketelitian yang diinginkan. Secara umum, untuk keperluan sistem
GPS buoy, metode penentuan posisi yang biasa digunakan adalah RTK (yang
dapat memberikan ketelitian dalam level sentimeter secara real time), kinematik
diferensial post procesing apabila kita tidak memerlukan data real time (contoh
pemodelan pasut), atau metode DGPS apabila untuk kasus-kasus tertentu hanya
diperlukan ketelitian dalam level 1-2 meter saja.

C. TEKNIK PENENTUAN POSISI PADA SISTEM GPS BUOY

Seperti yang telah disebutkan si atas untuk GPS Buoy, metode


penentuan posisinya bisa RTK (Real Time Kinematic), kinematik diferensial
post proccesing, dan bisa juga DGPS (Differential Global Positioning System),
tergantung kebutuhannya. Sistem RTK (Real Time Kinematic) adalah suatu
akronim yang sudah umum digunakan untuk Penentuan posisi real time secara
diferensial yang menggunakan data fase. Sistem ini umumnya digunakan untuk
Penentuan posisi obyek-obyek yang bergerak. Untuk merealisasikan tuntuan
real-time nya, maka monitor station harus mengirimkan koreksi diferensial
(fase) ke pengguna secara real time dengan menggunakan system komunikasi
data tertentu. Sistem kinematik diferensial post processing prinsipnya sama
dengan RTK, hanya beda dalam hal sisi real time-nya. Pada sistem kinematik
diferensial post processing sesuai dengan namanya (post processing) maka data
dikumpulkan terlebih dahulu untuk kemudian diolah (secara manual)
menggunakan software pengolahan data GPS. Sistem DGPS adalah suatu
akronim yang sudah umum digunakan untuk Penentuan posisi real time secara
diferensial yang menggunakan data pseudorange. Sistem ini umumnya juga
digunakan untuk penentuan posisi obyek-obyek yang bergerak. Untuk
merelisasikan tuntuan real-time nya, maka monitor station harus mengirimkan
koreksi diferensial ke pengguna secara real time dengan menggunakan system
komunikasi data tertentu. Koreksi diferensial ini dapat berupa koreksi jarak
(pseudorange) maupun koreksi koordinat. Dalam hal ini, yang umum digunakan
adalah koreksi pseudorange. Koreksi koordinat jarang digunakan, karena koreksi
ini menuntut bahwa stasiun referensi pengirim koreksi serta pengamat
mengamati satelit-satelit yang sama, dimana hal ini tidak selalu dapat
direalisasikan dalam operasional lapangannya.

D. FAKTOR PENGARUH KESALAHAN SIGNIFIKAN PADA SISTEM GPS


BUOY

Kesalahan yang cukup signifikan pada GPS Buoy, salah satunya adalah
efek ayunan antena. Efek ayunan antena merupakan kesalahan tinggi yang
diakibatklan perubahan-perubahan posisi antena relatif terhadap permukaan laut.
Untuk memperoleh tinggi muka air laut yang benar atau diasumsikan benar
maka data sudut ayunan antenna harus diperoleh bersamaan dengan saat-saat
pengamatan GPS dilakukan. Untuk menangani kesalahan ini maka alat GPS
dapat ditambahkan dengan komponen lain yaitu tilt meter, atau GPS Buoy
disusun oleh Receiver GPS lebih dari satu. Dalam perjalanannya dari satelit GPS
ke receiver pengamat, sinyal GPS akan dipengaruhi oleh beberapa kesalahan dan
bias. Pada dasarnya kesalahan dan bias GPS dapat dikelompokan atas kesalahan
dan bias yang terkait dengan satelit (berupa kesalahan jam satelit, ephemeris,
dan selective availability), medium propagasi (berupa bias ionosfer dan bias
troposfer ), Receiver GPS (meliputi kesalahan jam receiver, kesalahan yang
terkait dengan antenna, dan noise), data pengamatan (seperti ambiguitas fase dan
cycle slip), dan lingkungan sekitar receiver gps (multipath dan imaging). Terkait
dengan sistem GPS Buoy, hal yang dapat mencolok dari jenis kesalahan dan bias
ini (termasuk dalam kesalahan signifikan) adalah kesalahan multipath, karena air
(laut) bersifat reflektif. Untuk menangani kesalahan multipath ini maka alat
antena GPS disusun sedemikian rupa sehingga dapat menangkal efek multipath
tersebut.
E. APLIKASI GPS BUOY SYSTEM

Aplikasi dari GPS Buoy System yang sekarang ini banyak kita jumpai,
yaitu diantaranya untuk pengamatan pasut lepas pantai, pengamatan pasut
pantai, GPS Buoy untuk koreksi radar altimetry, penentuan pola arus laut,
Tsunami EWS, dan lain-lain. Baru baru ini setelah terjadinya tsunami akibat
gempa Aceh 2004, sistem GPS Buoy untuk Tsunami EWS banyak
diperbincangkan, kemudian setelah itu juga bahkan banyak dibangun dibeberapa
tempat sebagai bagian komponen system dari keseluruhan sistem EWS (Early
Warning System). GPS Buoy menurut hasil percobaan, dapat mendeteksi sinyal
gelombang tsunami yang muncul akibat terjadinya suatu gempa bumi di laut.

F. APLIKASI GPS BUOY PADA PENGAMATAN PASUT LEPAS PANTAI

Pengamatan pasang surut (pasut) laut umumnya dilakukan dipinggir


pantai dengan menggunakan palem pasut ataupun peralatan tide gaug lainnya.
Patut diingat disini bahwa karakteristik pasut yang diamati ditepi pantai
umumnya hanya valid untuk kawasan dengan radius tertentu dari titik
pengamatan. Diluar kawasan tersebut, seperti dilepas pantai, karakteristik pasut
biasanya ditentukan secara tidak langsung, yaitu dengan melakukan prediksi
menggunakan cotidal chart.

Dengan menggunakan GPS Buoy, pengamatan pasut dapat dilakukan


secara langsung. Dalam hal ini, satu receiver GPS ditempatkan di pelampung
yang dijangkarkan di dasar laut, dan satu reveiver lainnya ditempatkan di satu
titik (bench mark) dipinggir pantai. Pada metoda ini, GPS digunakan untuk
menentukan beda tinggi antara pelampung dengan benchmark tersebut dari
waktu kewaktu.

G. APLIKASI GPS BUOY PADA PENGAMATAN PASUT PANTAI

Pengamatan pasang surut dengan tide gaug biasanya dilakukan dalam


selang waktu tertentu (menit atau jam). Dalam selang waktu pengamatan
tersebut mungkin saja dapat terjadi kehilangan informasi dari komponen high
frekuensi-nya. GPS mampu mengamati posisi secara high rate (1 Hz), (posisi
ditentukan tiap detik) sehingga dapat mengakomodasi sinyal high frekuensi yang
mungkin ada di dalam komponen pasut yang akan kita amati, kemudian
selanjutnya kita buatkan bentuk model pasutnya.
Dengan menggunakan GPS Buoy dalam pengamatan pasut yang dapat
dilakukan secara high rate, dan bahkan secara real time, mungkin merupakan
keunggulan dari sistem GPS Buoy ini apabila dibandingkan dengan pengamatan
pasut biasa, atau setidaknya menjadi alat pelengkap (complementary) dari sistem
pengamatan pasut yang ada, sehingga pemodelan pasut nantinya yang akan kita
cari, akan lebih baik lagi kita dapatkan model akhirnya.

H. APLIKASI GPS BUOY UNTUK KOREKSI RADAR ALTIMETER

GPS Buoy dapat diaplikasikan untuk koreksi radar altimeter.


Contohnya dibawah ini adalah koreksi radar altimeter yang dilakukan di Crosica.
Radar yang akan dikoreksi/dikalibrasi yaitu TOPEX/Poseidon altimeter. Sejak
februari 2000, untuk setiap T/P overflight (seharian) sebuah GPS buoy berada
pada track sekitar 10 km di lepas pantai. Perbandingan tinggi muka laut dengan
GPS dan altimetry menghasilkan kesalahan altimetry. Dengan adanya GPS Buoy
ini maka kesalahan nantinya dapat dikoreksi. Kontrol yang sistematik juga
dilakukan dengan pengukuran menggunakan 3 tide guage sebelum dan sesudah
overflight.

Contoh kalibrasi absolut yang terdapat di croscia, disitu mereka bisa


melakukan perhitungan dengan GPS buoy dan membandingkannya dengan suatu
pendekatan klasik. Di dalam study tersebut, data GPS telah diperoleh dengan
receiver Sercel dan diolah dengan menggunakan software Geogenius, GDR dari
PODAAC digunakan untuk pengolahan data altimetry.

I. APLIKASI GPS BUOY UNTUK STUDI POLA ARUS LAUT

Sistem GPS Buoy dapat digunakan untuk menentukan pola arus laut di
suatu kawasan perairan. Caranya yaitu dengan menempatkan Receiver GPS pada
suatu buoy (alat pelampung) yang bergerak bebas, bersama dengan perangkat
pemancar data (transmiter) yang berfungsi mengirimkan data posisi. Karena
adanya arus laut maka pelampung yang membawa receiver GPS, dan transmiter
akan bergerak mengikuti arah pergerakan arus yang bersangkutan ( Ilustrasi
dapat dilihat pada gambar disamping.

Dengan menentukan posisi pelampung dari waktu ke waktu


menggunakan GPS, maka trajektori pelampung, yang mewakili arah pergerakan
arus laut dalam selang waktu tertentu dapat di ketahui. Untuk menentukan arah
pergerakan arus laut yang relatif teliti dan memadai untuk keperluan praktis,
yaitu dengan orde ketelitian posisi titik-titik sepanjang trajektori sebesar 1 – 5
meter, maka metoda penentuan posisi secara diferensial dengan menggunakan
data pseudorange dapat digunakan. Seandainya ketelitian yang lebih tinggi
diinginkan maka data fase-lah yang harus digunakan.

J. GPS UNTUK MENGUKUR MUKA LAUT

Pemanfaatan teknologi Global Positioning System (GPS) untuk


mengukur tinggi muka laut, dinilai memberikan hasil yang lebih baik
dibandingkan teknologi lainnya. Sejumlah cara digunakan untuk mengukur
tinggi muka laut. Di antaranya dengan memanfaatkan satelit altimetri. Namun,
altimetri ternyata memiliki resolusi rendah sebab pengukuran dilakukan secara
global. Apalagi jika telah mendekati pantai maka ketelitiannya semakin
berkurang.

Selain itu, pengukuran melalui stasiun pasang surut yang dilengkapi


sumur atau pipa yang terhubung ke laut. Pasang surut air dapat terukur melalui
sensor yang ada di dalam stasiun tersebut. Teknik ini memiliki keterbatasan
karena hanya mampu melakukan pengukuran di sekitar lokasi pasang surut saja.

Jika pengukuran tinggi muka laut di lokasi yang agak jauh dari pantai
maka ketelitiannya akan berkurang. Pasalnya kita harus membuat pemodelan
lagi, sedangkan seperti kita ketahui selama ini, pengkuran pasang surut air
sifatnya time dependent dan spatial dependent. Melalui penggunaan teknologi
Global Positioning System (GPS) ini, keterbatasan dari kedua teknik pengukuran
dapat tertutupi. Ini Karena GPS mampu mengukur baik di daerah pantai maupun
di bagian laut yang bergelombang sekalipun.

Meski demikian, isu yang paling penting sekarang adalah pembangunan


infrastruktur database yang lebih baik. Sebab, selama ini di Indonesia,
infrastruktur tak terbangun dengan baik. Pembangunan infrastruktur yang lebih
baik akan memberikan referensi untuk mengetahui tinggi muka laut lebih baik
pula. Selama ini memang ada stasiun pasang surut yang berada di sejumlah
wilayah tetapi setiap tempat itu memiliki karakter pasang surut yang berbeda.

Di samping itu, teknologi GPS memungkinkan untuk mencegah


kerugian negara dalam menentukan batas wilayah. Perbatasan wilayah laut suatu
negara biasanya ditentukan dengan menghitung garis pantai, berdasarkan air
pasang yang paling tinggi atau keadaan air yang paling surut, melalui stasiun
pasang surut.
Padahal, stasiun tersebut kerap memiliki karakter yang berbeda-beda di
setiap wilayah. Akibatnya hasil pengukuran pun berbeda. Tak heran jika banyak
nelayan dari negara asing yang dengan tenangnya mengeruk kekayaan laut kita,
seakan dianggap wilayah laut negaranya.

18. http://miningsciencepedia.blogspot.com/p/general-mining.html

Global Positioning System : system radio navigasi & penentuan posisi


menggunakan satelit dl segala cuaca yg memberikan posisi & kecep. 3 dimensi yg
teliti & informasi tentang waktu.

Sistem Koordinat didefinisikan dg menspesifikasi 3 parameter, yaitu ;


1. Lokasi titik nol dari system koordinat,
2. Orientasi dari sumbu2 koordinat,
3. Besaran ( kartesian, curvilinear ) yg digunakan untuk mendefinisikan posisi
suatu titik dalam system koordinat tsb.
Metode penentuan posisi secara terestris dilakukan berdasarkan pengukuran dan
pengamatan yang semuanya dilakukan di permukaan bumi. Sedangkan
pada metode ekstra-terestris, penentuan posisi dilakukan dengan pengukuran
atau pengamatan ke objek/benda angkasa baik yang alamiah (seperti bulan,
bintang, dan quasar) maupun yang buatan manusia seperti satelit. Salah satu
metode atau sistem penentuan posisi ecara ekstra-tersetris yang telah dikenal
selama ini, yaitu survei dengan GPS. Dalam perkembangan survei ekstraterestrial,
penggunaan survei GPS sering digunakan untuk menentukan titik-titik kontrol
geodesi, baik titik kontrol horisontal maupun titik kontrol vertikal, dimana untuk
melakukan pengukuran kerangka kontrol ini tidak terlepas dari jaring geodesi.
Jaring geodesi juga dapat didefinisikan sebagai bentuk geometri yang terdiri dari
tiga atau lebih titik yang dilakukan pengukuran geodesi, dimana pengukuran ini
terdiri dari pengukuran jarak horisontal, sudut, azimuth, dan lain sebagainya.

Pada metoda terestris penentuan posisi titik dilakukan dengan melakukan


pengamatan terhadap target atau objek yang terletak di permukaan bumi.
Beberapa contoh metoda
yang umum digunakan adalah :
1. Metode poligon.
2. Metode pengikatan ke muka.
3. Metode pengikatan ke belakang.
4. Dan lain-lain.

Pada metode ekstra terestris penentuan posisi dilakukan berdasarkan


pengamatan terhadap benda atau objek di angkasa seperti bintang, bulan, quasar
dan satelit buatan manusia, beberapa contoh penentuan posisi extra terestris
adalah sebagai berikut :
1. Astronomi geodesi.
2. Transit Dopler.
3. Global Positioning System (GPS).

Beberapa aplikasi dari GPS diantaranya adalah sebagai berikut : Survei dan
pemetaan. Survei penegasan batas wilayah administrasi, pertambangan dll.
Geodesi, Geodinamika dan Deformasi. Navigasi dan transportasi.
Telekomunikasi. Studi troposfir dan ionosfir. Pendaftaran tanah, Pertanian.
Photogrametri & Remote Sensing. GIS (Geographic Information System). Studi
kelautan (arus, gelombang, pasang surut). 1. Aplikasi olahraga dan rekreasi.
World Geodetic System 1984 adalah suatu sistem penggambaran wilayah yg
berdasar pada penggunaan data, teknik, dan teknologi yang tersedia di awal 1984.
Peningkatan dibanding WGS’72 : lebih akurat pada peta 1 : 50.000 dan yg lebih
besar, lebih akurat koordinat geodeticnya, kemampuan ditingkatkan untuk satelit
mengorbitkan ramalan dan penentuan, Kemampuan untuk menempatkan banyak
lagi yang lain sistem geodesik lokal pada suatu dunia sistem geodesik, dan
melakukan itu dengan lebih teliti.
19. https://surveyoryoga.wordpress.com/

Teknologi satelit GPS diawali peluncurannya sejak tahun 1989. Teknologi


positioning dengan metode absolute dan relative. Perkembangan teknologi GPS
meliputi hard ware (receiver), soft ware (commercial dan scientific) dan
aplikasinya. Penentuan posisi dengan memanfaatkan gelombang GPS telah
berkembang sangat pesat terutama untuk metode relative khususnya Differential
Global Positioning System (DGPS). Teknologi DGPS untuk setiap unit receiver
yang berfungsi sebagai rover secara real time diperoleh adalah Real Time
Kinematik (RTK). Secara diagramatis penentuan posisi dengan GPS dapat
diilustrasikan sebagai berikut :

Prinsip penentuan posisi secara relative yang memanfaatkan data fase (RTK) atau
pseudo-range (DGPS secara real time atau paska pengukuran). Survei metode
RTK terdiri atas base dan rover station, dengan receiver yang ada base station
tidak berubah posisi antenanya selama melakukan pengukuran sedang receiver
yang berfungsi sebagai rover dipindah-pindahkan sesuai untuk positioning yang
direncanakan. Receiver yang ada di base dan rover station harus selalu
memperoleh signal GPS selama melakukan pengukuran, korekasi diferensial
dipancarkan dari base station ke rover station menggunakan fasilitas RTCM.
Survei GPS untuk pengamatan RTK sangat sering digunakan untuk pekerjaan
mapping hingga saat ini, dan seperangkat harware untuk pengamatan RTK
disajikan pada gambar 3 di bawah ini.

Persoalan utama yang dihadapi pada survei GPS dengan metode RTK adalah
kualitas dan kemampuan penerimaan koreksi diferensial dan jarak dari base
station ke rover station.

Teknologi Global Navigation Satellite System (GNSS) Untuk Stasiun Aktif

Beberapa negara maju telah meluncurkan satelit yang digunakan untuk


positioning antara lain Global Positioning
System, GLONASS dan GALILEO. Seiring dengan perkembangan teknologi
dan elektronika telah dikembangkan suatau receiver yang mampu menangkap
beberapa geombang satelit secara simultan GPS (setelit yang dikelola dan
diluncurkan oleh Amerika Serikat), GLONASS (satelit yang dikelola dan
diluncurkan oleh Rusia) dan GALILEO (satelit yang dikekola dan diluncurkan
oleh komunitas Negara-negara Eropa). Receiver tersebut disebut sebagai receiver
GNSS. Receiver yang berbasis satelit GNSS saat ini telah berkembang dengan
pesat dan banyak digunakan oleh barbagai Negara untuk berbagai
keperluan positioning pada stasiun aktif berupa fasilitas International Global
Navigation Satellite System Services (IGS) atau Continuously Operating
Reference Stations (CORS).
IGS adalah satalh satu fasilitas layanan kepada user untuk memberikan koreksi
keslahan orbit dan kesalahan sistem pencatat waktu. Pada umumnya IGS
digunakan untuk keperluan yang bersifat scientific, misalnya studi plate tectonic
movement, total electronic content, pemodelan orbit satelit, dan lain-lain.
Sedangkan CORS pada umumnya digunakan untuk berbagai kepentingan praktis
(engineering purposes). Teknologi CORS berkembang mengingat keperluan
positioning metode RTK terkendala kualitas koreksi diferensial yang semakin
menurun terhadap jangkauan jarak dan juga waktu yang digunakan untuk akuisisi
data terutama setting up receiver di base station. Maunder,2007 mengemukakan
bahwa pengoperasian CORS bisa menggunakan satu atau beberapa stasiun
referensi GNSS yang beroperasi secara terus menerus (24 jam tidak terputus).
Sistem CORS terdiri atas satellite navigation positioning technology, modern
computer management technology and internet technology. Sistem ini akan
melangkapi secara otomatis dengan diversifikasi data pengamatan satelit GNSS
(Carrier phase dan Pseudo-range), koreksi diferensial, status informasi dan hal-
hal yang berhubungan dengan informasi GNSS (Roberts, dkk, 2004).

20. http://geostev.blogspot.com/2014_11_01_archive.html

Teknologi satelit GPS diawali peluncurannya sejak tahun 1989. Teknologi


positioning dengan metode absolute dan relative. Perkembangan teknologi GPS
meliputi hardware (receiver), software (commercial dan scientific) dan
aplikasinya. Penentuan posisi dengan memanfaatkan gelombang GPS telah
berkembang sangat pesat terutama untuk metode relative khususnya Differential
Global Positioning System (DGPS). Teknologi DGPS untuk setiap unit receiver
yang berfungsi sebagai rover secara real time diperoleh adalah Real Time
Kinematik (RTK).

Persoalan utama yang dihadapi pada survei GPS dengan metode RTK
adalah kualitas dan kemampuan penerimaan koreksi diferensial dan jarak dari
base station ke rover station. Semakin jauh jarak antara base ke rover station
(kurang dari 20 Km) maka kualitas penerimaan koreksi diferensial semakin
berkurang (less precision). Kualitas koreksi diferensial dipengaruhi oleh orbit
error, ionospheric dan tropospheric signal refraction. Teknologi CORS
berkembang mengingat keperluan positioning metode RTK terkendala kualitas
koreksi diferensial yang semakin menurun terhadap jangkauan jarak dan juga
waktu yang digunakan untuk akuisisi data terutama setting up receiver di base
station.

Beberapa sistem CORS :


· Sistem CORS
CORS (Continuously Operating Reference Station) adalah suatu teknologi
berbasis GNSS yang berwujud sebagai suatu jaring kerangka geodetik yang pada
setiap titiknya dilengkapi dengan receiver yang mampu menangkap sinyal dari
satelit-satelit GNSS yang beroperasi secara penuh dan kontinyu selama 24 jam
perhari, 7 hari per minggu dengan mengumpukan, merekam, mengirim data, dan
memungkinkan para pengguna (users) memanfaatkan data dalam penentuan
posisi, baik secara post processing maupun secara real time (sumber: Gudelines
for New and Existing CORS). Jaringan Referensi Satelit Pertanahan (JRSP)
merupakan sebuah sistem jaringan stasiun referensi yang bekerja secara kontinu
selama 24 jam nonstop.JRSP merupakan pengembangan teknologi Continuously
Operating Reference Station (CORS) atau teknologi untuk menentukan posisi
secara global menggunakan system satellite positioning.Global Navigation
Satellite System (GNSS) dapat disebut sebagai sistem navigasi dan penentuan
posisi menggunakan satelit. GNSS didesain untuk memberikan informasi waktu
dan posisi secara kontinu di seluruh dunia.GNSS merupakan metode pengukuran
ekstra-terestris,yaitu penentuan posisi yang dilakukan dengan melakukan
pengamatan dan pengukuran terhadap satelit atau benda angkasa lainnya.
· Sistem komunikasi data CORS
Jaringan Referensi Satelit Pertanahan (JRSP) merupakan sebuah sistem
jaringan stasiun referensi yang bekerja secara kontinu selama 24 jam nonstop.
JRSP merupakan pengembangan teknologi Continuously Operating Reference
Station (CORS) atau teknologi untuk menentukan posisi secara global
menggunakan system satellite positioning. Global Navigation Satellite System
(GNSS) dapat disebut sebagai sistem navigasi dan penentuan posisi menggunakan
satelit. GNSS didesain untuk memberikan informasi waktu dan posisi secara
kontinu di seluruh dunia.
Receiver GNSS geodetik yang digunakan adalah rover receiver GNSS
yang mempunyai tipe dual frequency, sehingga dalam pengamatannya dapat
menerima data pengamatan satelit‐satelit GNSS berupa data code dan data phase.
Selain itu, rover receiver
GNSS yang digunakan tersebut juga harus memiliki teknologi komunikasi,
dapat menggunakan teknologi radio/ GSM/ GPRS/ CDMA, sehingga dapat
berhubungan dengan stasiun referensi atau pusat kontrol JRSP untuk
mengirimkan dan atau menerima koreksi data koordinat posisi. Dengan adanya
stasiun referensi‐stasiun referensi yang bekerja di bawah kendali server JRSP,
maka dapat diperoleh koordinat atau posisi suatu titik dengan ketelitian yang
sangat tinggi (akurasi 1‐5cm) (Millner et al, 2007 dan Gordini et al, 2006).
Untuk dapat mengakses GNSS-CORS, receiver klien harus dilengkapi
dengan sambungan internet sebagai komunikasi data dari stasiun GNSS-CORS ke
receiver klien. Dalam hal ini data GNSS-CORS tersedia melalui web dalam
format RINEX (Receiver Independent Exchange) maupun Streaming NTRIP
(Network Transport RTCM via Internet Protocol).
NTRIP adalah sebuah metode untuk mengirim koreksi data
GPS/GLONASS (dalam format RTCM) melalui internet. RTCM sendiri adalah
kependekan dari Radio Technical Commission for Maritime Services , yang
merupakan komite khusus yang menentukan standard radio navigasi dan radio
komunikasi maritim internasional. Data format RINEX disediakan untuk
pengolahan data secara post-processing , sedangkan data NTRIP untuk
pengamatan posisi secara real-time.
· Manfaat CORS
Manfaat Jaringan CORS GNSS antara lain :
Ø Pengoperasian
ü Meningkatkan produktivitas (beroperasi secara terus menerus),
ü Mendapatkan data pengamatan yang lebih dari banyak stasiun referensi,
ü Meningkatkan produktvfitas (tidak membutuhkan stasiunsementara)
ü Waktu inisialisasi yang lebih cepat untuk rover
ü Memperluas jarak survei
Ø Kualitas Penentuan Posisi melalui pengukuran dengan GNSS akan meningkatkan
presisi dan ketahanan.
Ø Komersial
ü Biaya operasional yang lebih rendah dan banyak pengguna yang tertarik.
Ø Banyak aplikasi
ü RINEX untuk post processing/ penelitian ilmiah
ü RTK untuk Surveiing dan Engineering
ü DGPS untuk kelautan dan aplikasi SIG
ü Informasi waktu untuk tujuan IT
Ø Pemusatan Konsep Kontrol
ü Mengelola jaringan antara lain pengijinan, pembatasan atau penolakan siapa yang
menerima produk dari jaringan stasiun referensi mereka antaralain rinex untuk
pengguna/lokasi khusus, koreksi RTK dan DGPS untuk pengguna data untuk
beberapa aplikasi di luar membutuhkan posisi.
· Kelebihan dan Kekurangan Sistem CORS
Keunggulan dari system GPS CORS ini adalah otomatis, realtime dan
kontinyu dimana otomatis diartikan bahwa hasil data yang diperoleh didapatkan
tanpa campur tangan operator, real time berarti hasil data diperoleh seketika
mungkin, dan kontinyu berarti dimana GPS CORS ini bekerja secara terus
menerus untuk memperoleh data selama 24 jam perhari dan 365/ 366 hari per
tahun kecuali maintenance period.
Sedangkan kelemahan dari sistem CORS ini sendiri adalah ditinjau dari
sudut padang biaya yang dimana untuk mengadakan sistem CORS sangatlah
mahal. Selain itu kekurangan dari sistem CORS adalah dalam penggunaanya
sangat sensitif yang dimana harus diletakkan ditempat yang tidak terhalang
bangunan atau pepohonan.
· Sistem International GNSS Station (IGS)
IGS adalah jaringan stasiun GNSS permanen skala global yang terdiri dari
stasiun – stasiun GNSS permanen, pusat pengolahan data dan pusat analisis data
yang menyediakan raw data GPS dengan kualitas yang baik dan juga layanan data
real time untuk berbagai macam aplikasi ilmiah dan teknologi di dunia.
IGS sendiri secara resmi didirikan pada bulan Januari 1994 oleh
International Association of Geodesy (IAG). Secara khusus data – data jaringan
IGS ini digunakan untuk melakukan pengembangan dan perluasan dari
International Terresstrial Reference Frame(ITRF), pengamatan deformasi,
pengamatan rotasi bumi, penentuan orbit satelit secara ilmiah, dan pengamatan
ionosfer.
Saat ini stasiun – stasiun IGS terdiri dari 440 stasiun yang tersebar
diseluruh dunia. IGS dioperasikan secara sukarela oleh badan – badan non-profit
yang terdiri dari 200 institusi di seluruh dunia dan diatur oleh anggotanya dengan
Biro Pusat IGS sebagai penanggung jawab operasional tiap hari dari jaringan IGS.
Tiap organisasi tidak memiliki sumber pendanaan utama.
· Penggunaan Sistem CORS di Beberapa Negara
Ø EUREF Permanent Network (EPN)
EUREF Permanent Network (EPN) adalah sebuah jaringan CORS yang
dioperasikan oleh negara – negara anggota EUREF dan biro pusat EPN dikelola
oleh Royal Observatory of Belgium . Tujuan utama dari pembangunan jaringan
EPN adalah untuk membangun dan memelihara European Terrestrial Reference
System (ETRS). Saat ini, stasiun EPN terdiri dari 244 stasiun CORS yang tersebar
di benua Eropa dan dilengkapi dengan receiver GPS dan GLONASS.
Jaringan EPN sendiri saat ini memiliki kebijakan untuk mengambil data –
data dari stasiun EPN. Semua data pengamatan tersedia dan dapat digunakan
tanpa biaya dari pusat data dan biro pusat EPN. Meskipun begitu, jaringan EPN
tidak memberikan jaminan bahwa data – data yang digunakan dapat memberikan
kelengkapan, akurasi, dan kegunaan dari informasi yang didapatkan pada tiap –
tiap stasiun [Bruyninx, 2004].
Saat ini jaringan EPN sedang mengembangkan aplikasi penetuan posisi
real time dengan membangun infrastruktur GNSS real time berbasis web. Selain
itu, jaringan EPN juga menyediakan raw data dengan format RINEX yang dapat
digunakan dengan gratis dan analisis dari data – data pengamatan pada stasiun –
stasiun EPN. Pengembangan jaringan EPN terus dilakukan karena EPN juga
merupakan perapatan dari jaringan IGS yang tersebar diseluruh dunia.
Ø SWEPOS
SWEPOS adalah jaringan GNSS permanen di Swedia dan dioperasikan
oleh badan pemetaan nasional Swedia. Jaringan SWEPOS pertama kali dibangun
pada tahun 1994 yang terdiri dari 20 stasiun yang berada di wilayah Swedia
dengan jarak antar stasiun kira - kira 200 km. Pembangunan stasiun – stasiun
SWEPOS saat itu semuanya dilakukan diatas bedrock. Saat ini jaringan SWEPOS
memiliki 249 stasiun dengan jarak antar stasiun sekitar 35 km.
Pusat pengaturan jaringan SWEPOS terletak di kantor pusat badan survey
pertanahan Swedia yang berada di Gävle, Swedia. Perkembangan jaringan
SWEPOS semakin baik dengan dibangunnya stasiun – stasiun baru yang
bertujuan untuk membuat jaringan menjadi lebih rapat dan untuk kepentingan
aplikasi network-RTKdiseluruh wilayah negara Swedia.
Pada tahun 1997, jaringan SWEPOS mulai dikembangkan untuk aplikasi
real time dan pada tahun 1998 jaringan SWEPOS menyediakan layan data untuk
aplikasi post-processing dan penentuan posisi secara real time. Jaringan SWEPOS
dari awal mula direncanakan sampai realisasinya saat ini, didanai oleh berbagai
badan – badan usaha milik pemerintah.
Semua stasiun – stasiun SWEPOS dapat melakukan pengamatan GPS dan
GLONASS dan terkoneksi dengan pusat pengaturan jaringan dengan
menggunakan TCP/IP. Data dikirim ke server pusat pada rate 1Hz dengan format
RTCM untuk kepentingan real time. Guna kepentingan post-processing,
SWEPOS, data dalam format RINEX tersedia melalui koneksi FTP.
Ø TUSAGA
Jaringan TUSAGA-Aktif bertama kali didirikan dengan nama jaringan
CORS-TR oleh Istanbul Kultur University bekerja sama dengan Direktorat
Jendral Pendaftaran Tanah dan Kadaster Turki dan Dirjen Pemetaan Turki dan
didanai oleh Turkish Scientifik and Technical Research Agency(TUBITAK).
TUSAGA-aktif bertujuan untuk penentuan posisi dengan cepat dan baik serta
dapat memberikan ketelitian sampai orde cm terutama untuk penentuan posisi real
time.
TUSAGA-Aktif juga digunakan untuk mendapatkan model troposfer
dan ionosfer, ramalan cuaca, [Roberts dkk, 2005; Musa dkk, 2005], pemantauan
lempeng tektonik dengan tingkat akurasi mm yang nantinya digunakan untuk
melakukan pengembangan pada sistem mitigasi untuk gempa bumi dan tsunami
[Brownjohn dkk, 2004], dan juga untuk menentukan parameter transformasi
datum antara sistem ED50 dan ITRF 97 [NADCON, 2004; Kempre dkk, 2006].
User jaringan TUSAGA-Aktif milik Turki terus meningkat sejak awal
tahun 2009 dan pada bulan Juli 2010 telah mencapai 2100 user. Sejak pertama
kali didirikan jaringan TUSAGA-Aktif telah mendapatkan keuntungan finansial
yang dapat digunakan untuk menjalankan sistem tersebut dan dapat dijadikan
contoh pada pembangunan jaringan-jaringan CORS lainnya.
Ø GEONET (GNSS Earth Observation Network)
GEONET (GNSS Earth Observation Network) berada di Jepang dan
terdiri dari sekitar 1200 stasiun GNSS yang merupakan jaringan CORS terbesar
didunia. Jaringan ini dioperasikan oleh GSI (Geographical Survey Institute) dan
digunakan untuk pemantauan deformasi bumi dan juga sebagai jaring kontrol
geodetik. Layanan real-time juga telah tersediapada sistem GEONET untuk
mempercepat proses pemantauan deformasi dan juga digunakan untuk penentuan
posisi.
GEONET didirikan pertama kali pada tahun 1993 dengan 110 stasiun yang
berada di wilayah Tokai dan Kanto Selatan. Jaringan ini awalnya dikhususkan
untuk pemantauan deformasi pada wilayah tersebut. Sementara itu, jaringan
GNSS nasional yang terdiri dari 100 stasiun permanen dibangun pada tahun 1994
dan mulai beroperasi pada tanggal 1 Oktober 1994.
Kerapatan dari stasiun-stasiun GEONET yaitu sekitar 20km. Stasiun
GEONET sendiri dibangun dengan menggunakan pilar setinggi 5 meter dengan
kedalaman 2 meter pada tiap stasiun yang ada. Pilar dilengkapi dengan antena
GNSS dan radome yang berada diatasnya dan sebagian besar dari stasiun
GEONET menggunakan antena tipe choke ring. Selain itu, receiver GNSS dual-
frequency, alat komunikasi, dan baterai cadangan yang diletakkan diatas pilar.
Sistem komunikasi yang digunakan menggunakan koneksi IP melalui IP-
VPN (Internet Protocol Virtual Private Network) dan sinyal dual-frequency yang
membawa data fase dan kode dari satelit observasi pada rate 1hz yang dikirimkan
secara real-time ke stasiun pusat, disimpan pada suatu memori untuk jangka
waktu beberapa hari. Pada stasiun yang tidak tersedia jaringan broadband.
Stasiun utama melakukan kontrol pada seluruh stasiun pengamatan, sistem
komunikasi data, sistem manajemen data, dan juga analisis dari hasil pengolahan
data. Data 1Hz disimpan didalam harddisk selama 2 minggu sebelum dibuang.
data buangan tersebut nantinya akan dipecah menjadi data pada interval 30 detik
dan disimpan pada sebuah basis data penyimpanan setelah dikonversi menjadi
suatu format file tertentu.
Ø CORSnet-NSW
CORSnet-NSW merupakan jaringan GNSS CORS yang berkembang
dengan cepat yang bertujuan untuk menyediakan infrastruktur penentuan posisi
yang akurat, dapat bertahan dalam jangka waktu yang lama, dan juga mudah
digunakan dimana jaringan ini berada di wilayah New South Wales, Australia.
Selain CORSnet-NSW, di Australia juga terdapat beberapa jaringan CORS
lainnya seperti AuScope.
Jaringan CORSnet-NSW sendiri merupakan bagian dari proyek Asia
Pacific Reference Frame (APREF). Jaringan ini dapat melayani berbagai macam
aplikasi GNSS seperti survey, pemetaan, pertanian, pertambangan, dan
konstruksi. CORSnet-NSW dibangun dan dioperasikan oleh LPI (Land and
Property Information) yang berada dibawah NSWDepartment of Finance and
Services. Stasiun CORS milik LPI pertama kali dibangun pada tahun 1992.
Jaringan CORSnet-NSW sendiri merupakan bagian dari proyek Asia
Pacific Reference Frame (APREF). Jaringan ini dapat melayani berbagai macam
aplikasi GNSS seperti survey, pemetaan, pertanian, pertambangan, dan
konstruksi. CORSnet-NSW dibangun dan dioperasikan oleh LPI (Land and
Property Information) yang berada dibawah NSWDepartment of Finance and
Services. Stasiun CORS milik LPI pertama kali dibangun pada tahun 1992.
Ø Malaysia RTK GNSS Network
Pada tahun 2003, Badan Survey dan Pemetaan Malaysia (JUPEM)
membangun suatu jaringan CORS real time bernama Malaysia Real time
Kinematic GNSS Network (MyRTKnet). Sistem ini secara bertahap
dikembangkan oleh JUPEM pada tahun 2006-2008, dimana pada saat itu 51
stasiun referensi MyRTKnet dibangun dan sampai dengan akhir tahun 2011, telah
terdapat 78 stasiun referensi yang tersebar di Malaysia.
Jaringan MyRTKnet didesain untuk memiliki jarak antar stasiun referensi
pada range 30-150 km, dengan mengirimkan data pengamatan ke pusat
pengolahan data melalui jaringan komunikasi IPVPN. Selain itu, jaringan
MyRTKnet ini bertujuan untuk melayani penentuan posisi secara real time di
Malaysia dengan akurasi mencapai tingkat centimeter pada jaringan yang rapat
dan tingkat desimeter pada jaringan yang relatif lebih renggang.
JUPEM juga mengembangkan suatu aplikasi web guna memberikan data
near real time maupun data post-processing kepada pengguna diseluruh wilayah
didalam jaringan MyRTKnet.
Sistem komunikasi data menggunakan IPVPN yang menghubungkan
stasiun – stasiun MyRTKnet ke jaringan Telekoms Malaysia. Sistem ini dapat
mencakup seluruh wilayah Malaysia kecuali beberapa daerah terpencil.
Keunggulan menggunakan IPVPN adalah jalur komunikasi tersebut hanya
membutuhkan satu modem dan koneksi kecepatan tinggi yang berada pada pusat
kontrol
Layanan – layanan yang disediakan oleh MyRTKnet diantaranya adalah
koreksi VRS, koreksi statis, dan koreksi DGPS. Koreksi VRS dapat memberikan
tingkat akurasi horizontal 1 – 3 cm dan tingkat akurasi vertikal 3-6 cm. sementara
koreksi statis diberikan untuk keperluan post-processing dengan tingkat ketelitian
1 cmn atau lebih tinggi.
Jaringan MyRTKnet dapat digunakan untuk berbagai macam aplikasi –
aplikasi berbasis survey yaitu survey perekayasaan, survey topografi, survey
batas, survey konstruksi, analisis banjir, survey titik kontrol fotogrameteri,
aplikasi GIS, pemetaan dan navigasi.

Karena CORS digunakan sebagai titik acuan yang digunakan untuk


berbagai aplikasi yang menuntut ketelitian tinggi, posisi CORS sendiri harus
memiliki kualitas yang baik. Posisinya terus dipantau dan terus diperbaharui
terutama jika terjadi pergerakan di bawah tanah tempat stasiun CORS berada,
CORS mampu mengakomodir adanya pergerakan lempeng dalam skala lokal
maupun global, dan ditentukan dengan mengolah data dari stasiun-stasiun CORS
lain yang merupakan bagian dari jaringan CORS global yang sudah ada, dengan
metode double-difference untuk mengeliminir kesalahan jam atom pada satelit
GPS.

Anda mungkin juga menyukai