Anda di halaman 1dari 14

PENGARUH METRONIDAZOL TERHADAP LUKA

DIABETIKUM

Oleh :

Deo Apringga Ayu Nanta

NPM :15700083

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA

2018
KATA PENGANTAR

Puja dan puji syukur saya haturkan kepada Tuhan yang maha ESA telah
memberikan banyak nikmat, taufik dan hidayah. Sehingga saya dapat menyelesaikan
Tugas yang berjudul “Pengaruh Metronidazole Terhadap Luka Diabetikum”
dengan baik tanpa ada halangan yang berarti.

Tugas ini telah saya selesaikan dengan maksimal berkat kerjasama dan bantuan
dari berbagai pihak. Oleh karena itu saya sampaikan banyak terima kasih kepada
segenap pihak yang telah berkontribusi secara maksimal dalam penyelesaian tugas
ini.

Diluar itu, penulis sebagai manusia biasa menyadari sepenuhnya bahwa masih
banyak kekurangan dalam penulisan tugas ini, baik dari segi tata bahasa, susunan
kalimat maupun isi. Oleh sebab itu dengan segala kerendahan hati , saya selaku
penyusun menerima segala kritik dan saran yang membangun dari pembaca.

Demikian yang bisa saya sampaikan, semoga tugas ini dapat menambah ilmu
pengetahuan dan memberikan manfaat nyata untuk masyarakat luas.

Surabaya, 01 Januari 2018

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Halaman
Judul................................................................................................................ i

Kata Pengantar................................................................................................. ii

Daftar Isi.......................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang............................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.......................................................................... 1
C. Tujuan Penelitian........................................................................... 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Diabetes Mellitus .......................................................................... 2


B. Metronidazole ............................................................................... 3

BAB III KESIMPULAN

Pengaruh Metronidazole Terhadap Luka Diabetikum .................................... 8

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 9

iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penyakit luka diabetikum/diabetes meupakan suatu penyakit yang terjadi
karena ada factor neuropati dan ada hambatan pada sirkulasi darah. Menurut WHO
pada tahun 2000 yang mengidap diabetes pada umur 20 tahun sebanyak 150 juta jiwa
dan diperkirakan tahun 2025 jumlah akan menjadi 300 jiwa yang mengalami diabetes
mellitus (Depkes RI, 2005).
Penanganan dan menajemen terhadap luka diabetikum perlu dilakukan secara
baik karena ulkus peptikum merupakan tempat yang sangat bagus sebagai tempat
menjadi infeksi karena masuknya kuman dan bakteri ditambah lagi kadar gula darah
yang tinggi (Smeltzer & Bare, 2013).
Untuk itu dari latar belakang kami ingin mengetahui apakah ada pengaruh
metronidazole terhadap penyembuhan luka diabetikum.
B. Rumusan Masalah
Bagaimana pengaruh metronidazole terhadap peyembuhan luka diabetikum?

C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian untuk mengetahui pengaruh dan manfaat metronidazole
terhadap penyembuhan luka diabetes mellitus.

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Diabetes Mellitus
1. Pengertian
Diabetes melitus (DM) merupakan masalah kesehatan yang perlu
ditangani dengan seksama. Prevalensi DM meningkat setiap tahun, terutama di
kelompok risiko tinggi. DM yang tidak terkendali dapat menyebabkan komplikasi
metabolik ataupun komplikasi vaskular jangka panjang, yaitu mikroangiopati dan
makroangiopati. Penderita DM juga rentan terhadap infeksi kaki luka yang
kemudian dapat berkembang menjadi gangren, sehingga meningkatkan kasus
amputasi (Waspadji, 2004).

2. Etiologi
Proses terjadinya kaki diabetik diawali oleh angiopati, neuropati, dan
infeksi. Neuropati menyebabkan gangguan sensorik yang menghilangkan atau
menurunkan sensasi nyeri kaki, sehingga ulkus dapat terjadi tanpa terasa.
Gangguan motorik menyebabkan atrofi otot tungkai sehingga mengubah titik
tumpu yang menyebabkan ulserasi kaki. Angiopati akan mengganggu aliran darah
ke kaki; penderita dapat merasa nyeri tungkai sesudah berjalan dalam jarak
tertentu. Infeksi sering merupakan komplikasi akibat berkurangnya aliran darah
atau neuropati. Ulkus diabetik bisa menjadi gangren kaki diabetic (Desalu dkk,
2011)

3. Patofisiologi
Ulkus kaki diabetes disebabkan tiga factor yang sering disebut trias,
yaitu: iskemi, neuropati, dan infeksi. Kadar glukosa darah tidak terkendali akan
menyebabkan komplikasi kronik neuropati perifer berupa neuropati sensorik,
motorik, dan autonomy.

2
4. Definisi Kaki Diabetik
Kaki diabetik adalah infeksi, ulserasi, dan atau destruksi jaringan ikat
dalam yang berhubungan dengan neuropati dan penyakit vaskuler perifer pada
tungkai bawah, selain itu ada juga yang mendefinisikan sebagai kelainan
tungkai kaki bawah akibat diabetes melitus yang tidak terkendali dengan baik
yang disebabkan oleh gangguan pembuluh darah, gangguan persyarafan dan
infeksi (Tellechea,2010).
5. Klasifikasi Kaki Diabetik
Ada berbagai macam klasifikasi kaki diabetik yaitu klasifikasi oleh
Edmonds dari King’s College Hospital London, klasifikasi Liverpool,
klasifikasi Wagner, klasifikasi Texas, serta yang lebih banyak digunakan adalah
yang dianjurkan oleh International Working Group On Diabetik Foot karena
dapat menentukan kelainan apa yang lebih dominan yakni vaskular, infeksi dan
neuropati, sehingga arah pengelolaan dalam pengobatan dapat tertuju dengan
baik, namun pada penelitian ini klasifikasi yang digunakan adalah klasifikasi
berdasarkan Wagner (wegner, 2012).

B. Metronidazole

a. Sifat Fisiko Kimia dan rumus Kimia Obat


1) Metronidazole adalah (1b-hidroksi-etil)2-metil-5-nitriimidazol yang
berbentuk kristal kuning muda dan sedikit larut dalam air atau
alkohol. Metronidazole merupakan obat antibakteri dan anti
protozoa sintetik derivat nitroimidazole yang mempunyai aktivitas
bakterisid, amebisid dan trikomonosid (Ganiswara, 1995).
2) Nama Kimia : 3-Metoksi-17-Metil-9α,13α, 14α,-Morfinan hidrobromid

3
b. Farmakologi Umum
Metronidazole adalah antibakteri dan antiprotozoa sintetik derivat
nitroimidazoi yang mempunyai aktifitas bakterisid, amebisid dan
trikomonosid. Dalam sel atau mikroorganisme metronidazole mengalami
reduksi menjadi produk polar. Hasil reduksi ini mempunyai aksi antibakteri
dengan jalan menghambat sintesa asam nukleat. Metronidazole efektif
terhadap Trichomonas vaginalis, Entamoeba histolytica, Gierdia lamblia.
Metronidazole bekerja efektif baik lokal maupun sistemik. (Ganiswara, 1995).
c. Farmakodinamik
1) Khasiat Dekstrometorfan
Metronidazole digunakan untuk mengobati infeksi anaerob yang secara
khas tersusun dari organisme campuran gram negatif dan gram positif.
Infeksi terjadi bila bakteri anaerob menembus daerah yang oksigenasinya
buruk (Olson, 2004).
2) Kegunaan Terapi
Metronidazole bekerja efektif baik lokal maupun sistemik. Bakteri
anaerob membuat infeksi yang berbau busuk yang secara khas terkurung
dalam dinding abses. (Olson, 2004). Metronidazole topikal efektif
mengatasi luka dengan eksudat dan tidak menimbulkan rasa nyeri
ataupun tidak enak ( Kalinski. et. al, 2005).

4
3) Kontra Indikasi
Metronidazole telah diberikan pada berbagai tingkat kehamilan tanpa
peningkatan kejadian teratogenik, prematuritas, dan kelainan pada bayi
yang dilahirkan. Namun penggunaan pada trimester pertama tidak
dianjurkan. Metronidazol mempunyai efek serupa disulfiram, sehingga
mual dan muntah terjadi bila alkohol dikonsumsi sementara obat masih
berada di dalam tubuh. Dosis metronidazol perlu dikurangi pada pasien
dengan penyakit obstruksi hati yang berat, sirosis hati, dan gangguan
fungsi ginjal yang berat. Dosis metronidazol perlu disesuaikan pada
penggunaan bersama fenobarbital, prednisone, rifampin karena
meningkatkan metabolisme oksidatif metronidazol. (Syarif 2007)

d. Farmakokinetik

1. Absrobsi
fraksi diserap dilaporkan lebih dari 0,98. Studi lain melaporkan
bioavailabilitas metronidazol yang diberikan per oral 500 mg adalah 111%.
Farmakokinetik metronidazole juga dipelajari pada lima wanita sehat setelah
dosis oral tunggal dan diperoleh BA 100 ± 5%.(6) Dosis oral 250 mg, 500,
750, dan 2000 memberikan konsentrasi plasma maksimum (Cmax) dari 6,
12, 20, dan 40 g/mL dengan waktu untuk Cmax (tmax) mulai dari 0,25
sampai 4 jam. (Rediguieri, 2011)
2. Distribusi, Metabolisme, dan Eliminasi
Metronidazol didistribusikan secara luas dan paling terlihat dalam jaringan
tubuh dan cairan. Kurang dari 20% dari metronidazole yang beredar terikat
dengan protein plasma. Volume distribusi berkisar antara 0,51 L/kg sampai
1,1 L/kg. Metronidazole dimetabolisme di hati oleh oksidasi side-chain,
menghasilkan 1-(-hidroksietil)-2-hidroksimetil-5-nitroimidazole (sekitar
30% -65% dari kegiatan metronidazole) dan 2-metil-5- nitroimidazole-1-il-

5
asam asetat (tidak aktif) dan oleh konjugasi glukoronat. Jalur utama
eliminasi metronidazole dan metabolitnya adalah melalui urin, di mana 60%
-80% dari dosis diekskresikan (6-18% sebagai bentuk asal). Urin mungkin
berwarna coklat kemerahan karena mengandung pigmen tak dikenal yang
berasal dari obat. Sedangkan ekskresi melalui tinja hanya 6 -15% dari dosis.
Selain itu, metronidazol juga diekskresi melalui air liur, air susu, cairan
vagina, dan cairan seminal dalam kadar yang rendah. Proses ini berlangsung
antara 6-14 jam, dengan nilai rata-rata 8,5 jam. (Rediguieri, 2011)

e. Taksitasi

1) Efek Samping Metronidazole


Efek samping hebat yang memerlukan penghentian pengobatan jarang
ditemukan. Efek samping yang paling sering dikeluhkan ialah sakit kepala,
mual, mulut kering, dan rasa kecap logam. Urin mungkin menjadi gelap atau
merah kecoklatan. Muntah, diare, dan spasme usus jarang dialami. Lidah
berselaput, glositis, dan stomatitis dapat terjadi selama pengobatan. Efek
samping lain dapat berupa pusing, vertigo, ataksia, parestesia ekstremitas,
urtikaria, flushing, pruritus, disuria, sistitis, rasa tekan pada pelvik, juga
kering pada mulut, vagina, dan vulva. (Goldsmith, 1999)

2) Toksisitas Metronidazol
Penggunaan metronidazol terhadap manusia dianggap berpotensi mutagenik,
karsinogenik, dan teratogenik. Metronidazol dan metabolitnya ditemukan
dalam urin penderita yang mendapat obat bersifat mutagenik terhadap strain
Salmonella typhimuriam tertentu (Uji Ames). Pemberian oral kronik dengan
dosis yang besar pada tikus menimbulkan peningkatan sejumlah tumor hati
dan paru secara bermakna. Namun, efek ini tidak ditemukan pada spesies
bukan rodensia. Meskipun obat ini telah digunakan pada manusia lebih dari
20 tahun, tidak ada peningkatan abnormalitas kongenital, lahir mati, atau

6
berat badan lahir rendah yang telah dilaporkan. Tidak ada peningkatan
frekuensi gangguan kromosom ditemukan pada penderita yang mendapatkan
obat ini dalam dosis besar. (Goldsmith,1999)

7
BAB III
KESIMPULAN

Luka diabetikum merupakan infeksi dari multibakterial yang terdiri dari gram
negative, gram positif dan bakteri anaerob. Perawatan luka diabetikum yang bisa
mempercepat penyembuhan dan menjadi alternatif ialah menggunakan
Metronidazole. Sifat obat dari metronidazole merupakan antibiotik, antiprotozoal,
anti bakteria. Metronidazole bisa melawan infeksi pada luka diabetikum yang
disebabkan oleh bakteri dan amoeba. Jaringan pada luka diabetikum adalah medium
yang bagus untuk perkembangan bakteri dan amoeba. Jaringan tersebut mengandung
protein dan asam nukleat yang menyebabkan bakteri akan mudah tumbuh, bakteri
yang tumbuh tersebut bisa menghambat proses penyembuhan atau regenerasi luka,
serta memicu adanya bau dan eksudat.
Pemberian metronidazole yang bersifat bakterisida dengan jalan menghambat
sintesa asam nukleat dapat mengurangi dari aktivitas bakteri yang menyebakan
infeksi dan bau. Hasil reduksi dari metronidazole didalam sel atau mikroorganisme
sendiri menjadi produk polar. Hal itu menjadikan pengurangan dekomposisi medium
dan tidak terakumulasi secara maksimal dan pada akhirnya regenerasi luka akan
menjadi lebih mudah.

8
Daftar Pustaka

.Goldsmith RS. Obat-obat antiprotozoa. Dalam: Bertram G. Katzung. Farmakologi


dasar dan klinik. Jakarta : EGC, 1998.

American Diabetes Association. Diagnosis and classification of diabetes mellitus.


Diabetes Care 2004 .p. 5-10. 2. Waspadji S. Kaki diabetes. In: Sudoyo,
Setiyohadi, editors. Buku ajar ilmu penyakit dalam. 5th ed. Jakarta: Interna
Publishing; 2011 .p.1961-2.3. Tjokroprawiro A. Buku ajar ilmu penyakit
dalam. Surabaya: Airlangga University Press; 2007.

Dellit, T., Duchin, J., Hofmann, J., Olson, E.G. 2004. Interim Guidelines for
Evaluation and Management Of Community-Associated Metronidazole-
Resistant Staphylococcus Aureus Skin nd Soft Tissue Infections In Outpatient
Settings. Diakses dari http://www.countyofkings.com /health/forms/MRSA-
guidelines.pdf pada tanggal 01 Januari 2018

Departemen Kesehatan RI. (2005). Pharmaceutical care untuk Penyakit Diabetes


Mellitus. Jakarta : Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik.

Desalu OO, Salawu FK, Jimoh AK, Adekoya AO, Busari OA, Olokoba AB, et al.
Diabetic foot care: Self reported knowledge and practice among patients
attending three tertiarty hospital in Nigeria. Ghana Med J. 2011; 45(2): 60-5.

Ganiswarna, S., 1995, Farmakologi dan Terapi, edisi IV, 271-288 dan 800-810,
Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta.

Kalinski, C., Schnepf, M., Laboy, D., Hernandez, L., Nusbaum, J., Grinder, M.B., et.
Al. (2005). Effectiveness of a Topical Formulation Containing Metronidazole

9
for Wound Odor and Exudate Control.Diakses 2 Januari 2018 , dari
http://www.naccme.com/woundcare

Rediguieri CF, Valentina P, Diana GN, Taina MN, Hans EJ, Sabine K, Kamal KM,
et al. Biowaiver monographs for immediate release solid oral dosage forms:
metronidazole. Journal of Pharmaceutical Sciences 2011; 100

Smeltzer, S.C., Bare, B.G., Hinkle, J.L., & Chever, K.H. (2013). Brunner &
Suddarth’s: Texbook of Medical-Surgical Nursing (12th ed). Philadelphia:
Lippincott Williams & Willkins.

Syarif A, Elysabeth. Amubisid. Dalam: Farmakologi dan Terapi. Jakarta :


Departemen Farmakologi dan Terapeutik Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia, 2007.

Tellechea A, Leal E, Veves A, Carvalho E. Inflammatory and angiogenic


abnormalities in diabetic wound healing: Role of neuropeptides and
therapeutic perspective. The Open Circulation and Vascular 2010;3:43-55.

10

Anda mungkin juga menyukai