SOAL NIM GASAL

NAMA: AGUNG PRABOWO

NIM : 201720057

1. Hukum adat adalah peraturan-peraturan yang tidak tertulis yang tumbuh dan
berkembang dalam masyarakat dan ada karena kesadaran hukum masyarakat
tersebut.
UNSUR-UNSUR HUKUM ADAT
a) Adanya tingkah laku yang terus menerus dilakukan oleh masyarakat.
Tingkah laku tersebud teratur dan sistematis serta memiliki nilai sacral.
b) Terdapat keputusan kepala adat
c) Adanya sanksi hukum
d) Tidak tertulis
e) Ditaati oleh masyarakat

Menurut soerodjo Wignjodipoero, S.H. Hukum adat memiliki dua unsur

psikologis.

a) Unsur kenyataan bahwa Adat itu dalam keadaan yang sama selalu
diindahkan oleh rakyat.
b) Unsur psikologi, bahwa terdapat keyakinan pada rakyat, bahwa adat
dimaksud memiliki kekuatan hukum.

2. Salah satu ciri-ciri hukum adat yaitu konkret dan visual yang artinya konkret itu
jelas dan visual dapat dilihat, tampak, dan terbuka.

CONTOH hukum adat di papua yang diberlakukan kepada seseorang yang

mengakibatkan orang lain meninggal dunia dalam kecelakaan lalu lintas diminta
untuk mengganti kerugian berupa uang dan ternak babi dengan jumlah yang
relatif besar.

3. Analisa mengenai Jual Gadai terhadap Putusan Mahkamah Agung Nomor 45

K/Sip/1960 tanggal 9 Maret 1960 bahwa “Jual gadai sawah dengan perjanjian
bahwa, apabila lewat suatu waktu tertentu tidak ditebus, sawah itu akan menjadi
miliknya si pemegang gadai, tidak berarti bahwa, setelah waktu yang ditetapkan
itu lewat tanpa dilakukannya penebusan, sawah itu dengan sendirinya menjadi
miliknya si pemegang gadai. Untuk mendapatkan milik tanah itu, masih
diperlukan suatu tindakan hukum lain”
JAWABAN :
Yaitu bila perjanjian itu lewat masih dibutuhkan Akta Mutasi Tanah dari
Pemilik sawah, dari yang Mengadaikan Sawah kepada Pengadai Sawah.

IKHTISAR PUTUSAN :

Untuk diperkenankan menebus sawahnya yang dulu digadaikan kepada tergugat,

yaitu supaya tergugat dihukum menyerahkan sawah tersebut kepada penggugat
dengan menerima kembali uang tebusan Rp. 300,-. Pengadilan Negeri
Padangsidempuan tersebut dengan putusannya No. 6/1958 tanggal 18 Maret
1958, mengabulkan gugatan tersebut. Putusan tersebut dikuatkan oleh
Pengadilan Tinggi Medan (Putusan No.188/1958 tanggal 18 Agustus 1958).

PADA TINGKAT KASASI DIAJUKAN KEBERATAN-KEBERATAN

SEBAGAI BERIKUT :
a) Sawah sengketa dapat ditebus kembali bila penggugat kasasi
memberikan waktu satu tahun, bila dalam waktu satu tahun itu lewat atau
tidak ditebus oleh tergugat kasasi. Maka sawah itu sudah menjadi hak
milik oleh penggugat kasasi.
b) Perjanjian antara penggugat kasasi dan tergugat dalam kasasi mengenai
sawah sengketa, bukan perjanjian hutang uang dengan sawah sengketa
sebagai jaminan atau perjanjian jual beli lepas sawah. Oleh karena itu
pada masa perjanjian tidak diperbolehkan menjual sawah.
c) Tergugat dalam kasasi tinggal diam saja, yang berarti bahwa ia telah
menanggalkan haknya atas sawah sengketa.
d) Penggugat kasasi mohon supaya uang tebusan Rp.300,- dinilai dengan
harga emas pada waktu perjanjian.
OLEH MAHKAMAH AGUNG KEBERATAN-KEBERATAN TERSEBUT
DITANGGAPI SEBAGAI BERIKUT :

Sub a :
Pengadilan Negeri menyatakan dalam putusannya, bahwa sawah itu dengan
lewat tempo setahun tanpa pembayaran kembali uang Rp.300,-itu, belum berarti
bahwa sawah itu akan menjadi milik dari penggugat kasasi, karena belum ada
penyerahan langsung sawah itu.

Sub b :
Pengadilan Negeri telah memutuskan perjanjian antara para pihak yang
berperkara dengan jual beli.

Sub c :
Karena jual gadai sewaktu-waktu dapat ditebus.

Sub d :
Mahkamah Agung telah menerima penebusan atas dasar perbandingan harga
emas pada waktu sawah digadaikan dan harga emas. Pada waktu sawah ditebus,
namun dengan ketentuan bahwa resiko perbedaan harga itu dipikul oleh kedua
belah pihak, sehingga Mahkamah Agung sampai pada jumlah Rp.15.000,-
sebagai uang tebusan.

Dengan demikian, maka permohonan kasasi dikabulkan untuk sebagian dan

putusan Pengadilan Negeri yang dikuatkan oleh Pengadilan Tinggi, diperbaiki
sekedar yang mengenai jumlah uang tebusan yang dari Rp.300,- dijadikan
Rp.15.000,-.