Anda di halaman 1dari 1

Contoh Kasus Pelanggaran Kode Etik Apoteker di Tempat Kerja (Apotek)

Pada tahun 2017, dilansir dari situs berita tribunkaltim.com, Satuan Reserse Narkoba
(Satreskoba) Polres Berau telah melakukan penyidikan terhadap dua pekerja apotek yang
bukan tenaga ahli farmasi, karena keduanya dianggap telah melanggar undang-undang
kesehatan, khususnya kefarmasian. Hal ini terjadi karena dua pekerja apotek di Tanjung
Redep yang sudah bekerja selama 1 tahun tersebut, diketahui melayani pengambilan obat
menggunakan resep dokter. Setelah diperiksa, dua pekerja yang melayani pengambilan obat
menggunakan resep dokter tersebut, ternyata bukanlah tenaga ahli farmasi melainkan seorang
tamatan SMA dan istri dari apoteker penanggung jawab apotek. Sesuai dengan kasus yang
diberitakan, kedua pelaku terancam pasal 198 undang-undang nomor 36 tahun 2009 tentang
kesehatan, dengan ancaman denda Rp 100 juta.

Artikel ini telah tayang di tribunkaltim.co dengan judul “Polisi Periksa Dua Orang Pekerja
Apotek”, https://kaltim.tribunnews.com/2017/09/28/polisi-periksa-dua-orang-pekerja-apotek.

Pada kasus tersebut apotek telah melakukan kesalahan karena bekerja tidak sesuai
dengan prosedur yang ada, dimana menurut pasal 108 undang-undang nomor 36 tahun 2009
tentang kesehatan menyebutkan bahwa praktik kefarmasian meliputi pembuatan termasuk
pengendalian mutu sediaan farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan
pendistribusian obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat serta
pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional harus dilakukan oleh tenaga kesehatan
yang mempunyai keahlian dan kewenangan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan. Artinya dalam hal ini apoteker penanggung jawab apotek telah melakukan
pelanggaran etika yang masuk dalam kriteria “Kurang Perhatian” dimana seorang profesi
dianggap kurang perhatian apabila ia tidak menjalankan prosedur kerja yang seharusnya
diikuti. Seorang apoteker seharusnya melakukan pelayanan resep terhadap pasien, tanpa
melimpahkan kewenangannya pada orang lain yang tidak memiliki keahlian dan
kewenangan. Menurut pasal 198 undang-undang nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan,
setiap orang yang tidak memiliki keahlian dan kewenangan untuk melakukan praktik
kefarmasian sebagaimana dimaksud dalam pasal 108 dipidana dengan pidana denda paling
banyak Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah).

Anda mungkin juga menyukai