Anda di halaman 1dari 17

SEJARAH GERAKAN 30 SEPTEMBER/PKI

Diajukan untuk memenuhi syarat pelajaran Sejarah yang diberikan


oleh Daryanto Tito Wardhani, S.Pd., M.Kom.

Semester I Tahun Ajaran 2019 – 2020

Disusun oleh:

Anggota Kelompok:
Adna Fathani
Annisa Dwi
Difla Nur
Laurent Regina Anjani
Naaura Silva
Riva Venia

SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 1 BANDUNG

Jl. Ir. H. Juanda No. 93, Bandung, 40132, Indonesia


Telepon: +62-022-2503948 Fax: +62-022-2516120
Email: info@sman1bdg.sch.id Website: www.sman1bdg.s
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadiran Tuhan Yang Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya
sehingga karya tulis ilmiah yang berjudul “Sejarah Gerakan 30 September PKI”
dapat tersusun hingga selesai.

Tidak lupa juga saya ucapkan terima kasih serta penghargaan yang stinggi-
tingginya kepada :

1. Bapak Daryanto Tito Wardhani, S.Pd., M.Kom.selaku Guru Sejarah yang


telah meluangkan waktunya untuk mengarahkan dan membimbing
2. Orang tua tercinta yang telah mendukung dan memfasilitasi dalam
penulisan karya tulis ilmiah ini.
3. Pihak-pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Dalam kesempatan ini, kami mengharapkan karya tulis ilmiah ini dapat
menambah pengetahuan bagi para pembaca, untuk menambah ilmu-ilmu agar
menjadi lebih baik lagi.

Bandung, 4 Agustus 2019

Penyusun

1
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDU

KATA PENGANTAR........................................................................................................i
DAFTAR ISI.....................................................................................................................ii
BAB I.................................................................................................................................1
A. Latar Belakang........................................................................................................1
BAB II...............................................................................................................................1
BAB III..............................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................11

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara kepulauan yang tersebar ke seluruh Nusantara.
Indonesia terdiri dari beberapa suku bangsa yang mempunyai pandangan yang
tidak sama. kehidupan sosial, politik, ekonomi, dan yang lainya tidak seimbang
terutama pada saat masa penjajahan Belanda juga pada masa Orde Lama. Untuk
kesempatan kali ini materi yang akan di bahas adalah Gerakan 30 September
Partai komunis Indonesia Tahun 1965. Setiap partai komunis di dunia, memilki
garis politik yang sama. Tujuan ahir mereka adalah menciptakan diktatur proletar,
yaitu merebut kekuasaan pemerintah dengan kekuasaan apapun. PKI merupakan
partai komunis yang terbesar di seluruh dunia, di luar Tiongkok dan Uni Soviet.
Anggotanya berjumlah sekitar 3,5 juta, ditambah 3 juta dari pergerakan
pemudanya. PKI juga mengontrol pergerakan serikat buruh yang mempunyai 3,5
juta anggota dan pergerakan petani Barisan Tani Indonesia yang mempunyai 9
juta anggota. Termasuk pergerakan wanita (Gerwani), organisasi penulis dan artis
dan pergerakan sarjananya, PKI mempunyai lebih dari 20 juta anggota dan
pendukung.

Garis politik PKI dalam usaha mencapai tujuannya, tampak jelas sejak dari
pemberontakan PKI di Madiun tahun 1948 dan perkembangannya setelah tahun
1950 sampai meletusnya pemberontakan G-30-S/PKI.

BAB II
PEMBAHASAN

A. FAKTOR FAKTOR TERJADINYA G-30-S/PKI

Gerakan 30 September atau yang sering disingkat G 30 S PKI, G-


30S/PKI, Gestapu (Gerakan September Tiga Puluh), Gestok (Gerakan Satu
Oktober) adalah sebuah peristiwa yang terjadi selewat malam tanggal 30
Septembersampai di awal 1 Oktober 1965 di mana enam perwira tinggi
militer Indonesia beserta beberapa orang lainnya dibunuh dalam suatu usaha

1
percobaan kudeta yang kemudian dituduhkan kepada anggota Partai Komunis
Indonesia.
D.N. Aidit sebagai ketua PKI yang terpilih pada tahun 1951, dengan cepat
mulai membangun kembali Pki yang porak poranda pada tahun 1948. Usaha itu
berhasil baik, sehingga pemilihan umu tahun 1955 PKI berhasil menempatkan
dirinya menjadi salah satu diantara empat partai besar di Indonesia.
Pada bulan Juli 1959 parlemen dibubarkan dan Sukarno menetapkan konstitusi di
bawah dekrit presiden - sekali lagi dengan dukungan penuh dari PKI. Ia
memperkuat tangan angkatan bersenjata dengan mengangkat para jendral militer
ke posisi-posisi yang penting. Sukarno menjalankan sistem "Demokrasi
Terpimpin". PKI menyambut "Demokrasi Terpimpin" Sukarno dengan hangat dan
anggapan bahwa dia mempunyai mandat untuk persekutuan Konsepsi yaitu antara
Nasionalis, Agama dan Komunis yang dinamakan NASAKOM.
Pada era "Demokrasi Terpimpin", kolaborasi antara kepemimpinan PKI dan kaum
burjuis nasional dalam menekan pergerakan-pergerakan independen kaum buruh
dan petani, gagal memecahkan masalah-masalah politis dan ekonomi yang
mendesak. Pendapatan ekspor menurun, foreign reserves menurun, inflasi terus
menaik dan korupsi birokrat dan militer menjadi wabah.

Dari tahun 1963, kepemimpinan PKI makin lama makin berusaha


memprovokasi bentrokan-bentrokan antara aktivis massanya dan polisi dan
militer. Pemimpin-pemimpin PKI juga menginfiltrasi polisi dan tentara denga
slogan "kepentingan bersama" polisi dan "rakyat". Pemimpin PKI DN
Aidit mengilhami slogan "Untuk Ketentraman Umum Bantu Polisi". Di bulan
Agustus 1964, Aidit menganjurkan semua anggota PKI membersihkan diri dari
"sikap-sikap sektarian" kepada angkatan bersenjata, mengimbau semua pengarang
dan seniman sayap-kiri untuk membuat "massa tentara" subyek karya-karya
mereka. kemudian, di tahun yang sama 1964, PKI sudah merasa partai terkuat
yang mulai melakukan persiapakan untuk melancarkan perebutan kekuasaan.
Tahun 1964 di bawah pimpinan D.N. Aidit membentuk Biro Khusus Langsung
yaitu, Sjam Kamaruzaman, Pono (Soepono Marsudidjojo), dan Bono Walujo. Biro
khusus ini yang aktif melakukan pematangan situasi bagi perebutan kekuasaan
dan melakukan Inflitrasi ke dalam tubuh ABRI.

Di akhir 1964 dan permulaan 1965 ribuan petani bergerak merampas tanah
yang bukan hak mereka atas hasutan PKI. Bentrokan-bentrokan besar terjadi
antara mereka dan polisi dan para pemilik tanah. Bentrokan-bentrokan tersebut
dipicu oleh propaganda PKI yang menyatakan bahwa petani berhak atas setiap
tanah, tidak peduli tanah siapa pun (milik negara=milik bersama). Kemungkinan

2
besar PKI meniru revolusi Bolsevik di Rusia, di mana di sana rakyat dan partai
komunis menyita milik Tsar dan membagi-bagikannya kepada rakyat.

Menjelang ahir 1965 Biro khusus PKI terus melancarkan aksinya dg


melakukan pertemuan – pertemuan rahasia yang kesimpulanya akan dilaporkan
kepada D.N.Aidit sebagai pimpinan tertinggi gerakan. Sjam Kamaruzaman
sebagai pimpinan pelaksana, Pono (Soepono Marsudidjojo) sebagai wakil
pimpinan gerakan, dan Bono sebagai pimpinan pelaksanan kegiatan yang di
instruksikan untuk mengadakan persiapan-persiapan menjelang pelaksanaan
kegiatan.

Beberapa faktor terjadinya G 30 S/PKI :

1. Angkatan kelima

Pada kunjungan Menlu Subandrio ke Tiongkok, Perdana Menteri Zhou


Enlai menjanjikan 100.000 pucuk senjata jenis chung, penawaran ini gratis tanpa
syarat dan kemudian dilaporkan ke Bung Karno tetapi belum juga menetapkan
waktunya sampai meletusnya G30S.Pada awal tahun 1965 Bung Karno atas saran
dari PKI akibat dari tawaran perdana mentri RRC, mempunyai ide
tentang Angkatan Kelima yang berdiri sendiri terlepas dari ABRI. Tetapi petinggi
Angkatan Darat tidak setuju dan hal ini lebih menimbulkan nuansa curiga-
mencurigai antara militer dan PKI.

2. Isu sakitnya Bung Karno

Sejak tahun 1964 sampai menjelang meletusnya G30S telah beredar isu sakit
parahnya Bung Karno. Hal ini meningkatkan kasak-kusuk dan isu perebutan
kekuasaan apabila Bung Karno meninggal dunia. Namun menurut Subandrio,
Aidit tahu persis bahwa Bung Karno hanya sakit ringan saja, jadi hal ini bukan
merupakan alasan PKI melakukan tindakan tersebut.
Tahunya Aidit akan jenis sakitnya Sukarno membuktikan bahwa hal tersebut
sengaja dihembuskan PKI untuk memicu ketidakpastian di masyarakat.

3. Isu masalah tanah dan bagi hasil

Pada tahun 1960 keluarlah Undang-Undang Pokok Agraria (UU Pokok Agraria)
dan Undang-Undang Pokok Bagi Hasil (UU Bagi Hasil) yang sebenarnya
merupakan kelanjutan dari Panitia Agraria yang dibentuk pada tahun 1948. Panitia
Agraria yang menghasilkan UUPA terdiri dari wakil pemerintah dan wakil
berbagai ormas tani yang mencerminkan 10 kekuatan partai politik pada masa itu.

3
Walaupun undang-undangnya sudah ada namun pelaksanaan di daerah tidak jalan
sehingga menimbulkan gesekan antara para petani penggarap dengan pihak
pemilik tanah yang takut terkena UUPA, melibatkan sebagian massa pengikutnya
dengan melibatkan backing aparat keamanan. Peristiwa yang menonjol dalam
rangka ini antara lain peristiwa Bandar Betsi di Sumatera Utara dan peristiwa di
Klaten yang disebut sebagai ‘aksi sepihak’ dan kemudian digunakan sebagai dalih
oleh militer untuk membersihkannya.

Keributan antara PKI dan Islam (tidak hanya NU, tapi juga dengan Persis dan
Muhammadiyah) itu pada dasarnya terjadi di hampir semua tempat di Indonesia,
di Jawa Barat, Jawa Timur, dan di propinsi-propinsi lain juga terjadi hal demikian,
PKI di beberapa tempat bahkan sudah mengancam kyai-kyai bahwa mereka akan
disembelih setelah tanggal 30 September 1965 (hal ini membuktikan bahwa
seluruh elemen PKI mengetahui rencana kudeta 30 September tersebut).

4. Faktor Malaysia

Negara Federasi Malaysia yang baru terbentuk pada tanggal 16


September 1963 adalah salah satu faktor penting dalam insiden ini. Konfrontasi
Indonesia-Malaysia merupakan salah satu penyebab kedekatan Presiden
Soekarno dengan PKI, menjelaskan motivasi para tentara yang menggabungkan
diri dalam gerakan G30S/Gestok (Gerakan Satu Oktober), dan juga pada akhirnya
menyebabkan PKI melakukan penculikan petinggi Angkatan Darat.

5. Faktor Amerika Serikat

Amerika Serikat pada waktu itu sedang terlibat dalam perang Vietnam dan
berusaha sekuat tenaga agar Indonesia tidak jatuh ke tangan komunisme. Peranan
badan intelejen Amerika Serikat (CIA) pada peristiwa ini sebatas memberikan 50
juta rupiah (uang saat itu) kepada Adam Malik dan walkie-talkie serta obat-obatan
kepada tentara Indonesia. Politisi Amerika pada bulan-bulan yang menentukan ini
dihadapkan pada masalah yang membingungkan karena mereka merasa ditarik
oleh Sukarno ke dalam konfrontasi Indonesia-Malaysia in.

6. Faktor Ekonomi

Ekonomi masyarakat Indonesia pada waktu itu yang sangat rendah mengakibatkan
dukungan rakyat kepada Soekarno (dan PKI) meluntur. Mereka tidak sepenuhnya
menyetujui kebijakan "ganyang Malaysia" yang dianggap akan semakin
memperparah keadaan Indonesia.

4
Inflasi yang mencapai 650% membuat harga makanan melambung tinggi, rakyat
kelaparan dan terpaksa harus antri beras, minyak, gula, dan barang-barang
kebutuhan pokok lainnya. Beberapa faktor yang berperan kenaikan harga ini
adalah keputusan Suharto-Nasution untuk menaikkan gaji para tentara 500% dan
penganiayaan terhadap kaum pedagang Tionghoa yang menyebabkan mereka
kabur. Sebagai akibat dari inflasi tersebut, banyak rakyat Indonesia yang sehari-
hari hanya makan bonggol pisang, umbi-umbian, gaplek, serta bahan makanan
yang tidak layak dikonsumsi lainnya; pun mereka menggunakan kain dari karung
sebagai pakaian mereka.

Faktor ekonomi ini menjadi salah satu sebab kemarahan rakyat atas pembunuhan
keenam jenderal tersebut, yang berakibat adanya backlash terhadap PKI dan
pembantaian orang-orang yang dituduh anggota PKI di Jawa Tengah, Jawa Timur,
Bali serta tempat-tempat lainnya.

B. PERISTIWA MELESTUSNYA G-30-S/PKI

Menjelang di lancarkanya G 30 S/PKI, banyak sekali kegiatan – kegitan


yang dilaksanaknya oleh Biro Khusus PKI yang telah di bentuk pada tahun 1964
dengan mengadakan beberapa kali rapat rahasia yang di ikuti oleh beberapa orang
oknum ABRI. Rapat pertama 6 September 1965 yang di laksanakan rumah Kapten
Wahjudi Jl. Sindanglaya 5, Jakarta, di ikuti oleh :
1. Sjam Kamaruzaman
2. Pono ( Soepono)
3. Letnan Kolonel Untung Sutopo (Komandan Batalyon I Kawal Kehormatan
Resimen Cakrabirawa)
4. Kolonel A.Latief ( Komandan Brigade Infantri I Kodam V/Jaya )
5. Mayor Udara Suyono ( Komandan Pasukan Pengawal Pangkalan (P3) PAU
Halim )
6. Mayor A.Sigit (Komandan Batalyon 203 Brigade Infantri I Kodam V/Jaya)
7. Kapten Wahjudi (Komandan Kompi Artileri sasaran Udara)

Rapat ini membicarakan tentang situasi umum sebelum gerakan dan isu
sakitnta Bung Karno. Selanjutnya Sjam melontarkan isu adanya Dewan
jendral yaitu yang mengungkapkan adanya beberapa petinggi Angkatan Darat
yang tidak puas terhadap Soekarno dan berniat untuk menggulingkannya.
Menanggapi isu ini, Soekarno disebut-sebut memerintahkan pasukan Cakrabirawa
untuk menangkap dan membawa mereka untuk diadili oleh Soekarno, dan dari

5
ABRI pun terhasut dan ikut dalam gerakan yaitu Letnan Kolonel Untung,
Komandan Batalyon 1 Resimen Cakrabirawa (pasukan pengawal Presiden). Sjam
kemudian menyampaikan instruksi Aidit untuk mengadakan gerakan mendahului
kudeta Dewan Jendral. Setelah rapat pertama kemudian banyak diadakan lagi
rapat – rapat selanjutnya guna membahas persiapan serangan gerakan.
Diantaranya rapat ke-2 pada tanggal 9 September 1965, rapat ke-3 tanggal 13
September 1965, rapat ke-4 tanggal 15 September 1965, rapat ke-5 tanggal 17
September 1965, rapat ke-6 19 September 1965, dan rapat ke-7 tanggal 22
September 1965, ke-8 24 September 1965, ke-9 tanggal 29 September 1965.

Pada rapat-rapat setelah rapat ke -6 membahas tentang penetapan sasran


gerakan bagi masing – masing pasukan yang akan bergerak menculik atau
membunuh para jendral Angkatan Darat yg di beri nama
pasukanPasopati. Pasukan teritorial dengan tugas menduduki gedung RRI dan
gedung Telekomunikasi di beri nama PasukanBimasakti kemudian pasukan yang
mengkoordinasi lubang Buaya di beri nama Pasukan Gatotkaca. Setelah persiapan
terahir selasai, rapat terahir di adakan tanggal 29 September 1965 yang
dilaksanakan di rumah Sjam, gerakan itu dinamakan “Gerakan 30 September” ( G
30 S/PKI atau Gestapu/PKI). Secara fisik-militer gerakan di pimpin oleh Letnan
Kolonel Untung, Komandan Batalyon 1 Resimen Cakrabirawa (Pasukan
Pengawal Presiden) selaku pimpinan formal seluruh gerakan. Mereka memulai
gerakan dini hari 1 Oktober 1965, dan di didahului dengan penculikan enam
perwira tinggi dan seorang perwira pertama Angkatan Darat. Secara kejam mereka
di bunuh dan dianiaya oleh pemuda rakyat PKI, Gerwani, dan lain nya yang
kemudian jenazah mereka di masukan kedalam sumur tua yang diberi nam
Lubang Buaya Pondok Gede, Jakarta dan di timbun dengan sampah dan tanah,
kemudian tanggal 3 Oktober baru ditemukan.
Keenam perwira tinggi tersebut adalah :
1. Letjen TNI Ahmad Yani (Menteri/Panglima Angkatan Darat/Kepala Staf
Komando Operasi Tertinggi)
2. Mayjen TNI Raden Suprapto (Deputi II Menteri/Panglima AD bidang
Administrasi)
3. Mayjen TNI Mas Tirtodarmo Haryono (Deputi III Menteri/Panglima AD
bidang Perencanaan dan Pembinaan)
4. Mayjen TNI Siswondo Parman (Asisten I Menteri/Panglima AD bidang
Intelijen)
5. Brigjen TNI Donald Isaac Panjaitan (Asisten IV Menteri/Panglima AD
bidang Logistik)
6. Brigjen TNI Sutoyo Siswomiharjo (Inspektur Kehakiman/Oditur Jenderal
Angkatan Darat)

6
7.
Jenderal TNI Abdul Harris Nasution yang menjadi sasaran utama, selamat dari
upaya pembunuhan tersebut. Sebaliknya, putrinya Ade Irma Suryani Nasution dan
ajudan beliau, `\\ tewas dalam usaha pembunuhan tersebut.
Selain itu beberapa orang lainnya juga turut menjadi korban:
1. Bripka Karel Satsuit Tubun (Pengawal kediaman resmi Wakil Perdana
Menteri II dr.J. Leimena)
2. Kolonel Katamso Darmokusumo (Komandan Korem 072/Pamungkas,
Yogyakarta)
3. Letkol Sugiyono Mangunwiyoto (Kepala Staf Korem 072/Pamungkas,
Yogyakarta)
4.
Bersama dengan gerakan penculikan, mereka juga menguasai 2 buah sarana
komunnikasi yang vital yaitu Studio RRI merdeka Barat, dan gedung
Telekomunikasi Merdeka Selatan. Melalui RRI yang dia kuasai Kolonel Untung
menyiarkan bahwa Gerakan 30 September di tujukan kepada jendral – jendral
anggota Dewan Jendral yang akan mengadakan Kudeta (perebutan Kekuasan).
Hal ini membingungkan masyarakat, tapi ada hari itu juga Pangkostrad Mayor
Jendral Soeharto langsung mengambil tindakan setelah mendengar kabar tersebut.
Jika Panglima tetinggi Angkatan Darat Berhalangan Pangkostrad di tunjuk untuk
mewakilinya. Hubungan dengan presiden Soekarno tidak bisa dilakukan dengan
keyakinan bahwa G 30 S/PKI ingin merebut kekuasaan pemerintahan dengan
berpegang pada Saptamarga memutuskan untuk melancarkan operasi menumpas
G 30 S/PKI.

Dengan menggunakan unsur-unsur kostrad yang sedang berada di Jakarta


dalam rangka parade hari ulang tahun ABRI, yaitu Batalyon 328
Kujang/Siliwangi. Batalyon 2 Kavaleri, dan Batalyon 1 Resimen Para Komando
Angkatan Darat (Men Parako atau RPKAD), gerakan penumpasan di mulai.

C. PASCA PERISTIWA G 30 S/PKI

a. Penumpasan di Jakarta

Usaha penumpasan G 30 S/PKI sedapat mungkin di lakukan tanpa bentrokan


senjata. Anggota pasukan Batalyon 530/Brawijaya minus 1 Kompi, berhasil di
insafkan dari pemberontakan dan berhasil ditarik ke markas Kostrad di Medan
Merdeka Timur. Anggota Batalyon 545/Diponegorosekitar puluk 17.00 di tarik
mundur oleh pihak pemberontak ke Lanuma Halim Perdanakusuma. Sekitar pukul
19.15pasukan RPKAD sudah berhasil menduduki RRI dan Gedung

7
Telekomunikasi dan mengamkan pemberontakan tanpa bentrokan senjata.
Sementara itu pasukan-pasuka yang lain berhasil pula mengamkan
pemberontakan. Setelah diketahui bahwa pusat pemberontakan di sekitar Lanuma
Halim PerdanaKusuma, langkah selanjutnya adalah membebaskan Pabgkalan
Udara Halim. Banyak kejadian penting terjadi pada penumpasan G 30 S/PKI.
Sekalipun peranan PKI makin terungkap sebagai dalang peristiwa G 30 S/PKI dan
demonstrasi menuntut pembubaran PKI semkain memuncak, namun presiden
Soekarno belum menganbil langkah – langkah ke arah penyelesainan politik
daripada masalah G 30 S/PKI sebagaimana di janjikanya. D.N Aidit dalam
pelarianya, tanggal Oktober 1965 mengiri surat kepada Presiden, yang
mengusulkan supaya melarang adanya pernyataan-pernyataan yangbersifat
mengutuk G 30 S serta melarang adanya Tuduh menuduh serta salah
menyalahkan, diharapkan amarah Rakyat terhadap PKI reda, namun aksi-aksi
terus berjalan. Dalam pada itu Papelrada – Papelrada ( Penguasa Pelaksana
Dwikora Daerah ) yakni Kodam, berturut – turut mebekukan PKI dan Ormas-
ormasnya.

b. Penumpasan Di Jawa Tengah

Diantara pemberontakan G 30 S/PKI daerah yang paling gawat


keadaannya adalah Jakarta dan Jawa Tengah.
Di Jawa Tengah dan DI. Yogyakarta, PKI melakukan pembunuhan terhadap
Kolonel Katamso (Komandan Korem 072/Yogyakarta) dan Letnan Kolonel
Sugiyono (Kepala Staf Korem 072/Yogyakarta). Mereka diculik PKI pada sore
hari 1 Oktober 1965. Kedua perwira ini dibunuh karena secara tegas menolak
berhubungan dengan Dewan Revolusi. Pemberontakan PKI ini juga terjadi di
Solo, Salatiga, Klaten, Boyolali, Semarang dengan menguasai beberapa tempat
penting sperti RRI dan Gedung Telekominikasi.

Jawa tengah merupakan basis PKI yang kuat, oleh karena itu Aidit
memilih Jawa Tengah sebagai tempat pelariannya. Akan tetapi dengan usaha dari
komando ABRI berturut-turut kota yang pernah dikuasai oleh pihak G 30 S/PKI
berhasil direbut kembali. Sebelum tertangkap tanggal 22 November 1965 di Jawa
Tengah, D. N Aidit mengeluarkan “Instruksi Tetap” pada tanggal 10 November
1965 yang ditujukan kepada seluruh CDB PKI seluruh Indonesia. Setelah
dikeluarkan nya Instruksi Tetap Aidit gerakan pengacauan PKI mulai melemah
dan pembubaran serat pembakaran Bendera PKI dialkukan. Entah karena alasan
apa kurang jelas karena Keinsafan atau taktik semata sesuai dengan Istruksi tetap
Aidit. Terbukti PKI masih mendirikan SPR (Sekolah perlawanan
Rakyat), KKPR(Kursus Kilat Perang Rakyat), serta menyusun Kompro-kompro

8
(Komite Proyek) sebagai Basis menuju Camback nya PKI. Dengan pembentukan
badan-badan diatas terbukti PKI juga tetap melancarkan usaha pengukuhan
kembali. Tetapi penumpasan PKI di berbagai daerah tetap dilaksakan. Misalnya di
Blitar Selatan PKI menpengaruhi rakyat dengan 3T (tidak tahu, tidak mengerti,
tidak kenal) dan operasi penumpasan ini diberi nama operasi Trisuladilaksakan
pada tanggal 3 juli 1965 dan mengimbangi 3T dengan 3M ( Menyerah,
Membantu, atau Mati)penumpasan PKI dan ormas-ormasnya pun terus-menerus
dilakukan.

Penyelesaian Aspek politik sebagaimana diputuskan dslam sidang kabinet


Dwikora 6 Oktober 1965 akan ditangani langsung oleh presiden Soekarno. Dan
aksi penghapusan terhadap Pki terus meningkat, yang dipelopori oleh KAPPI,
KAMI, KAPI, KABI, KASI, KAWI, KAGI, dan lainnya. Dan kemudian
membulatkan kesatuan dalam barisan dan membentuk Front Prancasila.

Setelah lahirnya Front Pancasila tuntutan pembubaran PKI terus


meningkat. Konflik politik makin menjurus dan situasi ekonomi semakin
memburuk. Lalu tercetuslah Tri Tuntunan Hati Nurani Rakyat ( Tritura). Pada
tanggal 12 Januari 1966 dipelopori oleh KAMI dan KAPPI, kesatuan Front
Pancasial ini mendatangi gedung DPR-GR mengajajukan 3 buah Tuntutan yaitu :

1. Pembubaran PKI
2. Pembersihan Kabinet dari Unsur-unsur G-30-S/PKI;
3. Penurunan harga/perbaikan ekonomi.

Perkembangan selanjutnya mengenai masalah tuntutan pembubaran PKI,


dilaksanakan oleh Letnan Jendral Soeharto tanggal 12 maret 1966 sehari setelah
menerima Surat Perintah 11 Maret (SP 11 Maret/Supersemar). Sejak itu
dimulailah koreksi total atas segala penyelewengan yang dilakukan Orde Lama.
Karena itu tanggal 11 maret 1966 sebagai permulaan Orde Baru.

BAB III
PROSES DAN HASIL PENELITIAN

A. SIMPULAN

Gerakan 30 September atau yang sering disingkat G 30 S PKI, G-


30S/PKI, Gestapu (Gerakan September Tiga Puluh), Gestok (Gerakan Satu
Oktober) adalah sebuah peristiwa yang terjadi selewat malam tanggal 30
Septembersampai di awal 1 Oktober 1965 di mana enam perwira tinggi

9
militer Indonesia beserta beberapa orang lainnya dibunuh dalam suatu usaha
percobaan kudeta yang kemudian dituduhkan kepada anggota Partai Komunis
Indonesia. Cara-cara yang dilakukan oleh partai komunis dalam usaha kudeta
yaitu merebut kekuasaan dari tangan pemerintah sangat kejam. Oknum PKI ini
melancarkan isu yaitu Isu Dewan Jendaral yaikni yang mengungkapkan bahwa
adanya beberapa petinggi Angkatan Darat yang tidak puas terhadap Soekarno dan
berniat untuk menggulingkannya. Hal ini dilakukan untuk mencari kambing hitam
atas rencana kudeta G 30 S/PKI terhadap Pemerintah. G 30 S/PKI 1965 sampai
saat ini masih menyisakan misteri yang membingungkan, dan kejadian tersebut
juga masih sangat terasa begitu menegerikan. Isu bahwa adanya keterlibatan
Soeharto pun mencuak setelah berjalanya Orde Baru sampai pada keruntuhannya.
Sejarah panjang terjadi di Indonesia yang membuat bangsa lebih dewasa dalam
menyikapi peristiwa yang dpat menjadi catatan sejarah Bangsa. Semoga kita dapat
mengambil hikmah dari setiap kejadian, untuk Menuju pada perubahan ke arah
yang lebih baik.

10
LAMPIRAN

11
Gambar 1

Para prajurit bersenjata mengangkut para terduga anggota Pemuda Rakyat,


pada 10 Oktober 1965, dua hari sebelum diumumkannya penangkapan Letkol
Untung.

Gambar 2

Menggeledah Dua Kitab Resmi Pengkhianatan PKI

12
Gambar 3

Presiden Sukarno menerima Batalyon 454 pada perayaan veteran pembebasan


Irian Barat di Istana Negara, 19 Januari 1963. Di belakang Sukarno Pangkostrad
Mayjen TNI Soeharto dan Mayor Untung, komandan Batalyon 454.

13
DAFTAR PUSTAKA

http://kumpulanmakalahsejarah.blogspot.com/2013/05/makalah-gerakan-30-september-
pki.html

http://makalahlangganan.blogspot.com/2017/10/makalah-30-s-pki.html

https://www.scribd.com/document/370279627/makalah-sejarah-PERISTIWA-G30SPKI-
docx

14

Anda mungkin juga menyukai