Anda di halaman 1dari 14

Jurnal Geofisika Eksplorasi Vol. No. .

Identifikasi dan Estimasi Sumber Daya Batubara Menggunakan Metode


Poligon Berdasarkan Intepretasi Data Logging Pada Lapangan ”ADA”,
Sumatera Selatan

Deddi Adrian, Ordas Dewanto, Bagus Sapto Mulyatno


Jl Prof. Dr. Sumantri Brojonegoro No.1 Bandar Lampung 35145
Jurusan Teknik Geofisika, FT UNILA

e-mail: andreasdeddi14@gmail.com

ABSTRAK

Seiring semakin menipisnya cadangan minyak bumi, tentu mendorong pemerintah untuk melakukan
pencarian sumber energi baru. Ekplorasi batubara merupakan pilihan yang tepat karena potensinya
yang begitu besar di Indonesia khususnya di Provinsi Sumatera Selatan diketahui memiliki kandungan
37,80% dari total sumber daya di Indonesia. Metode well loggging adalah salah satu metode geofisika
yang digunakan guna menemukan dan mengestimasi sumber daya barubara. Keunggulan dari metode
well logging adalah mampu menggambarkan keadaan bawah permukaan secara lateral. Tujuan
penelitian ini adalah menampilkan gambaran mengenai lapisan batuan bawah permukaan, menentukan
arah sebaran dengan mengkorelasikan seam batubara antar sumur bor berdasarkan data logging, dan
mengestimasi sumber daya batubara pada daerah penelitian. Luas daerah penelitian penulis sebesar
442.056 m2 memiliki 10 sumur bor. Data log yang digunakan dalam penelitian ini adalah log gamma
ray dan log density, dimana lapisan batubara ditandai dengan respon log gamma ray dan respon log
density yang rendah. Pada lapangan ”ADA” ditemukan empat lapisan seam batubara, yaitu seam A1
dengan tebal 8,28 m, seam A2 dengan tebal 13,62 m, seam B dengan tebal 18,50, dan seam C dengan
tebal 8,84. Arah sebaran batubara dari Selatan ke Utara dengan sudut kemiringan 5-30º dan arah
kemenerusan dari Timur ke Barat. Penulis melakukan estimasi sumber daya batubara menggunakan
metode poligon (area of influence) karena metode perhitungan ini dapat dilakukan dengan waktu yang
singkat dan hasilnya tepat. Total batubara dengan metode poligon sebesar 18.322.653 m3 dalam tonase
sebesar 21.987.184–27.483.980 ton sedangkan perhitungan dengan software rock works 15 sebesar
18.786.254 m3 dalam tonase sebesar 22.543.505–28.179.381 ton.

ABSTRACT

As petroleum reserves depleted, certainly encourage the government to search for new energy sources.
Eksploration of coal is the right choice because its potential is so great in Indonesian especially in
South Sumatera Province is known have content 37,80% from total resources in Indonesian. Well
loggging method is one of geophysics method used to find and estimate coal resources. Advantages of
well logging method is able to describe subsurface laterally. The purpose of this study is displaying an
overview of subsurface rock layers, determine the direction of distribution by correlating coal seam
between wells based on data logging, and to estimate coal resources in the research area. The total area
of the author's research is 442.056 m2 has 10 wells. Log data used in this study is gamma ray log dan
density log, where coal seams are characterized by gamma ray log response and low log density
responses. On the field ”ADA” found four coal seam, that is seam A1 with thickness 8,28 m, seam A2
with thickness 13,62 m, seam B with thickness 18,50, and seam C with thickness 8,84. Direction of
coal distribution from South to North with slope angle 5-30º and direction of sincerity from East to
West. The author calculates the estimated coal resource using polygon method because this calculates
method can be done with a short time and the results are right. Total coal by polygon method of
18.322.653 m3 in tons of 21.987.184–27.483.980 ton while calculations with software rock works 15
amount 18.786.254 m3 in tons of 22.543.505–28.179.381 ton.

Keywords: Coal, well logging¸ seam, resources, polygon method.

Hal. 1
Jurnal Geofisika Eksplorasi Vol. No. .

1. PENDAHULUAN menggunakan metode well logging untuk


analisis respon log-nya guna mendapatkan
Indonesia merupakan salah satu negara
gambaran bawah permukaan secara lateral
dengan tingkat konsumsi bahan bakar
yang akurat, sedangkan untuk mengestimasi
minyak tertinggi di dunia. Meningkatnya
sumber daya batubara penulis
konsumsi energi bahan bakar minyak
menggunakan metode perhitungan poligon.
tersebut tidak diimbangi oleh cadangan
Metode poligon dipilih karena sangat cocok
minyak bumi yang menipis. Hal tersebut
untuk kondisi geologi Lapangan ”ADA”
mendorong pemerintah untuk melakukan
yang sederhana dan perhitungannya relatif
pencarian sumber energi baru untuk
cepat dengan hasilnya relatif tepat.
menjamin ketahanan energi di masa
mendatang. Eksplorasi batubara merupakan
2. TINJAUAN PUSTAKA
pilihan yang tepat karena masih menyimpan
potensi yanng besar untuk dilakukan 2.1. Stratigrafi Daerah Penelitian
penambangan (Julkipli dkk, 2015). Daerah penelitian penulis yaitu
Batubara adalah batuan sedimen yang Lapangan ”ADA” termasuk dalam Formasi
dapat terbentuk dari endapan organik, yang Muara Enim. Stratigrafi pada Formasi
utamanya adalah sisa-sisa tumbuhan dan Muara Enim dibagi menjadi empat sub-
terbentuk melalui proses pembatubaraan. bagian, yang diberi nama (dari bawah ke
Potensi batubara di Indonesia yang bergitu atas), yaitu M1, M2, M3, dan M4 seperti
besar bisa menjadi alt ernatif energi seiring yang tertera pada Gambar 1.
terus berkurangnya bahan bakar minyak Dari ke-empat sub-bagian tersebut, sub
bumi. Sumber daya batubara di Indonesia bagian M2 mayoritas mengandung sumber
diperkirakan sebesar 61,366 miliar ton dan daya batubara di Desa Tanjung Enim,
tersebar di Sumatera, Kalimantan, dan lapisan-lapisan tersebut diberi nama dengan
sisanya di Jawa, Sulawesi dan Irian Jaya. urutan dari bawah yang potensial untuk
Terkhusus di Provinsi Sumatera Selatan, ditambang ada beberapa lapisan batubara
potensi batubara diketahui memiliki utama. Adapun nama sub-lapisan M2 dari
kandungan sebesar 37,80% daru total yang berumur tua sampai dengan berumur
sumber daya yang terkandung di Indonesia, muda, yaitu:
sekitar 23,198 miliar ton (Tim Kajian 2.1.1. Lapisan Petai (Batubara Seam C)
Batubara Nasional, 2006). Lapisan batubara ini mempunyai
Metode well logging adalah suatu ketebalan antara 6-10 m, dan dijumpai
metode geofisika yang merekam besaran- sisipan tipis batu lempung/batulanau
besaran fisis batuan di sumur pemboran karbonan dimana beberapa tempat
yang biasanya dilakukan dari dasar sumur mengalami pemisahan (split) menjadi C1
kemudian ditarik ke atas secara perlahan- dan C2 dengan ketebalan masing-masing
lahan dengan maksud agar sensor atau 5,0 dan 10,1 m. Di atas lapisan batubara C
probe yang diturunkan ke dalam sumur ini dittutupi oleh batupasir lanauan yang
lubang bor dapat mendeteksi lapisan batuan sangat keras dengan ketebalan 25,0-44,0 m.
di dinding sumur bor. Keunggulan dari 2.1.2. Lapisan Suban (Batubara Seam B)
metode well logging adalah mampu Lapisan Suban memiliki ketebalan
menggambarkan keadaan bawah sekitar 17,0 m di beberapa tempat
permukaan secara vertikal, sehingga litologi mengalami pemisahan (split) menjadi B1
masing-masing lapisan dapat tergambar dan B2 dengan ketebalan masing-masing
dengan jelas. 8,0-14,55 m dan 3,0-5,8 m. Diantara kedua
Dalam penelitian ini, penulis lapisan ini dijumpai batulempung dan
menganilisis sebaran batubara dan batulanau dengan tebal 2,0-5,0 m (disebut
mengestimasi sumber daya batubara pada interburden B2-B1), sedangkan di atas
lapangan ”ADA”, Sumatera Selatan dengan lapisan batubara B atau B1 ditutupi oleh

Hal. 2
Jurnal Geofisika Eksplorasi Vol. No. .

batu lempung dengan ketebalan 15,0-23,0 Vegatasi pada lingkungan tersebut mati
m yang berinterklasi dengan batu pasir dan kemudian terbentuklah peat (gambut).
batulanau (disebut interburden B2-B1), Kemudian gambut tersebut mengalami
sedangkan di atas lapisan batubara B atau kompresi dan pengendapan di antara
B1 ditutupi oleh batulempung dengan lapisan sedimen dan juga mengalami
ketebalan 15,0-23,0 m yang berinterkalasi kenaikan temperatur akibat geothermal
dengan batupasir dan batulanau (disebut gradient. Akibat proses tersebut maka akan
interburden B1-A2) serta dijumpai adanya terjadi pengurangan porositas dan
lapisan tipis (0,4-0,6 m) batubara atau pengurangan moisture sehingga terlepasnya
batulempung karbonan yang dikenal grup OH, COOH, OCH3, dan CO dalam
dengan istilah Suban Marker. wujud cair dan gas. Karena banyaknya
2.1.3. Lapisan Mangus Lower (Batubara unsur oksigen dan hidrogen yang terlepas
Seam A2) maka unsur karbon relatif bertambah yang
Lapisan Mangus Lower memiliki mengakibatkan terjadinya lignit (brown
ketebalan sekitar 9,8-14,7 m dijumpai coal). Kemudian dengan adanya kompresi
sisipan tipis batulempung sebagai lapisan yang terus menerus serta kenaikan
pengotor (clayband). Di atas lapisan temperatur maka terbentuklah batubara sub-
batubata A2 ini ditutupi oleh batulempung bituminus dan bituminus dengan tingkat
tuffaan dengan ketebalan 2-5 m disebut kalori yang lebih tinggi dibandingkan
sebagai interburden A2-A1. dengan brown coal.
2.1.3. Lapisan Mangus Upper (Batubara Bumi tidak pernah berhenti, oleh
Seam A1) karena itu kompresi terus berlangsung
Lapisan Mangus Upper memiliki diiringi bertambahnya temperatur sehingga
ketebalan sekitar 5,0-13,25 m. Di atas moisture sangat sedikit serta unsur karbon
lapisan batubara A1 ini ditutupi oleh yang banyak merubah batubara sebelumnya
batulempung bentonitan dengan ketebalan ke tingkat yang lebih tinggi, yaitu antrasit
sekitar 70-120 m disebut sebagai sebagai yang merupakan kasta tertinggi pada
overburden A2-A1, dimana pada lapisan batubara (Cook, 1982). Proses
penutup ini dijumpai adanya lapisan Pembentukan batubara sendiri dapat dilihat
batubara yang dikenal sebagai lapisan pada Gambar 3.
batubara gantung (Hanging Seam).
Deskripsi penampang litologi Lapangan 3.2.Tempat Terbentuknya Batubara
”ADA” secara lengkap yang dapat dilihat Berdasarkan tempat terbentuknya,
pada Gambar 2. batubara dikenal dua teori, yaitu:
a. Teori Insitu
Teori insitu mengatakan bahwa bahan-
3. TEORI DASAR
bahan pembentuk lapisan batubara,
3.1. Proses Pembentukan Batubara terbentuk dimana tumbuh-tumbuhan asal
Batubara berasal dari tumbuhan yang itu berada. Jenis batubara yang terbentuk
disebabkan karena adanya proses-proses dengan cara ini mempunyai penyebaran
geologi, kemudian berbentuk endapan luas dan merata kualitasnya, karena abunya
batubara yang dikenal sekarang ini. Bahan- relatif kecil. Teori insitu dapat ditemukan di
bahan tumbuhan mempunyai komposisi lapangan batubara Muara Enim, Sumatera
utama yang terdiri dari karbon dan Selatan.
hidrogen. Selain itu, terdapat kandungan b. Teori Drift
mineral nitrogen. Substansi utamanya Teori drift menyebutkan bahwa bahan-
adalah cellulose yang merupakan bagian bahan pembentuk lapisan batubara terjadi di
dari selaput sel tumbuhan yang tempat yang berbeda dengan tempat
mengandung karbohidrat yang tahan tumbuhannya semua hidup dan
terhadap perubahan kimiawi. berkembang. Jenis batubara yang terbentuk

Hal. 3
Jurnal Geofisika Eksplorasi Vol. No. .

dengan cara ini mempunyai penyebaran 3.5. Perangkat-Perangkat Well Logging


tidak luas, tetapi dijumpai di beberapa Terdapat beberapa perangkat well
tempat, kualitas kuarang baik. Teori drift logging yang digunakan penulis dalam
dapat ditemukan di lapangan batubara delta penelitian ini diantaranya adalah:
Mahakam purba, Kalimantan Timur a. Log Gamma Ray
(Sukandarrumidi, 1995). Prinsip dari log gamma ray adalag
perekaman radioaktif alami bumi. Setiap
3.3 Sumber Daya dan Cadangan GR yanng terdeteksi akan menimbulkan
Batubara pulsa listrik pada detektor. Parameter yang
Sumber daya dan cadangan batubara direkam adalah jumlah dari pulsa yang
yang ada di Indonesia seperti yang tercatat per satuan waktu (Harsono, 1997).
dijelaskan oleh SNI pada tahun 1998, yaitu: Secara khusus log gamma ray berguna
a. Sumber Daya Batubara untuk mengetahui lapisan permeabel dan
Berdasarkan tahap penyelidikan, impermeable.
sumber daya mineral dikelompokkan
b. Log Densitas
menjadi empat kategori, yaitu: Prinsip kerja log densitas, yaitu sumber
1. Sumber Daya Batubara Hipotetik radioaktif dari alat pengukuran dipancarkan
2. Sumber Daya Batubara Tereka sinar gamma dengan intensitas energi
3. Sumber Daya Batubara Terunjuk tertentu menembus formasi/batuan. Dalam
4. Sumber Daya Batubara Terukur log densitas kurva dinyatakan dalam satuan
b. Cadangan Batubara gr/cc, karena energi yang diterima untuk
Cadangan batubara dikelompokkan deflektor dipengaruhi oleh matrik batuan
menjadi dua kategori, yaitu: ditambah kandungan yang ada dalam pori
1. Cadangan Batubara Terkira batuan, maka satuan gr/ccc merupakan
2. Cadangan Barubara Terbukti (SNI, besaran bulk density (pb). Beberapa respon
1998). yang khas pada log densitas dalam satuan
3.4. Metode Well Logging gr/cc dapat dilihat pada Gambar 5.
Log adalag suatu grafik kedalaman 3.6. Intepretasi Well Logging
(bisa juga waku), dari satu set data yang Intepretasi data log geofisika dilakukan
menunjukkan parameter yang diukur secara untuk menetukan litologi pada setiap
berkesinambungan di dalam sebuah sumur kedalama di bawah permukaan.
(Harsono, 1997). Kegiatan untuk Karakteristik log dari beberapa batuan yang
mendapatkan data log disebut ”logging”. melibatkan log gamma ray dan log density
Logging mmberikan data yang diperlukan adalah sebagai berikut:
untuk mengevaluasi secara kuantitatif a. Batubara; gamma ray rendah dengan
banyaknya sumber daya di lapisan pada densitas rendah.
situasi dan kondisi yang sesungguhnya. b. Batulempung; gamma ray menengah
Gragik log memberikan informasi yang dengan densitas menengah.
dibutuhkan untuk mengetahui sifat-sifat c. Batupasir; gamma ray agak rendah
batuan dan cairan (Eilis and Singer, 1987). dengan densitas menengah.
Intepretasi data log merupakan suatu d. Batu Konglomerat; gamma ray
metode pendukung dalam usaha evaluasi menengah dengan densitas menengah.
formasi, yaitu dengan cara menggunakan e. Batugamping; gamma ray rendah
hasil perekaman alat survey logging sebagai dengan densitas menengah sampai
sumber informasi yang utama. Intepretasi tinggi.
dapat dilakukan baik secara kualitatif f. Batuan vulkanik; gamma ray rendah
maupun kuantitatif (Dewanto, 2009). dengan densitas tinggi.

Hal. 4
Jurnal Geofisika Eksplorasi Vol. No. .

3.7. Metode Poligon 1. Studi literatur berkenaan dengan


Metode poligon merupakan metode batubara, metode well logging (log
perhitungan yang konvensional gamma ray, dan log density),
dibandingkan dengan metode lainnya, perhitungan metode poligon, geologi
karena pada pergitungan cadangan regional Sumatera Selatan dan
endapannya tidak begitu memperhatikan peneltiian sebelumnya di regional
struktur patial daerah yang akan diobservasi Sumatera Selatan.
dan tidak begitu memperhatikan data dari 2. Persiapan data meliputi pengumpulan
titik bor sekitarnya. Sebelum melakukan data yang telah dimiliki oleh PT. Bukit
perhitungan dengan metode poligon Asam (Persero), Tbk. dari hasil
terlebih dahulu diketahui variabel yang pengeboran, yakni peta sebaran titik bor
mempengaruhi perhitungan, diantaranya: dan data rekaman log-nya..
a. Luas blok/poligon yang akan dihitung. 3. Pengolahan data dilkaukan dengan
b. Ketebalan endapan batuan pada lubang software WellCAD untuk mendapatkan
bor yang terletak pada blok yang akan tampilan grafik logging sumur yang
dihitung cadangan endapan batubara. terdiri dari log gamma ray dan log
c. SG (Spesific Gravity) batubara yang density. Grafik log diintepretasi litologi
terletak pada blok yang akan dihitung. batuannya berdasarkan range nilai log
Adapun kelebihan dan kekurangan gamma ray dan log density. Selanjutnya
perhitungan menggunakan metode poligon, mengkorelasikan litologi guna
yaitu: mengetahui penyebaran lapisan
a. Kelebihan batubara dan arah kemenerusannya serta
1. Perhitungan dapat dilakukan dalam terakhir menghitung sumber daya
waktu singkat. batubara pada Lapangan ”ADA”,
2. Cocok untuk yang tidak bervariasi. Sumatera Selatan menggunakan
3. Hasilnya lebih tepat apabila ketebalan perhitungan metode poligon dan
batubara relatif seragam. software Rock Works 15.
b. Kekurangan 4.3. Diagram Alir Penelitian
1. Kurang tepat untuk yang bervariasi Adapun diagram alir dalam penelitian
(inconsistent bed) (Hurstrulid and ini ditunjukkan pada Gambar 7.
Kutcha, 1995).
5. HASIL DAN PEMBAHASAN
4. METODOLOGI PENELITIAN
5.1.Sebaran Titik Bor
4.1. Tempat dan Waktu Penelian Penelitian ini dilakukan di daerah Izin
Penelitian ini dilakukan di Divisi Usaha Pertambangan (IUP) milik PT. Bukit
Geologi, Satuan Kerja Eksplorasi dan Asam (Persero), Tbk., tepatnya pada
Geoteknik, PT. Bukit Asam (Persero) Tbk. Lapangan ”ADA”, Sumatera Selatan
dan di Laboratorium Teknik Geofisika, dengan luasan sebesar 442.056 m2 dengan
Universitas Lampung. jumlah titik bor berjumlah sepuluh titik bor
Alat dan bahan yang digunakan selama dengan elevasi dan kedalaman titik bor
penelitian ini berlangsung adalah data yang bervariasi.
rekaman log (*.LAS file), peta sebaran titik
bor, peta topografi daerah penelitian, 5.2.Intepretasi Litologi dari Data Log
Software WellCAD 4.3., Software Rock Geofisika
Works 15, kertas milimeter blok, dan Dalam menganalisa data well logging
Personal Computer (PC). dari setiap titik bor dilakukan pengolahan
data berupa peraturan tampilan atau
4.2. Alur Penelitian smoothing menggunakan Software
Adapun alur penelitian yang penulis WellCAD 4.3. Berdasarkan kontras sifat
lakukan dalam penelitian ini, yaitu: fisik batubara terhadap batuan lainnya,

Hal. 5
Jurnal Geofisika Eksplorasi Vol. No. .

batubara bersifat permeabel dan memiliki 99,70% batubara, seam B dengan ketebalan
nilai densitas yang rendah, sehingga dalam 17,80 m mengandung 98,54% batubara.
perekaman log geofisika respon log gamma
ray akan menunjukkan nilai yang sangat 5.3. Analisa Nilai Gamma Ray dan Nilai
rendah berkisar 0 – 10 CPS dan respon log Density Pada Seam Batubara
density yang sangat tinggi dalam satuan Analisa nilai gamma ray dan nilai
CPS. Pada Gambar 9 (a). merupakan density sangat penting dalam menentukan
respon log gamma ray dan log density yang range nilai terhadap penentuan litologi pada
merupakan lapisan batubara. titik bor. Hal ini dikarenakan penulis
Sedangkan untuk respon log gamma berasumsi bahwa range nilai pada suatu
ray dan log density untuk litologi clayband litologi bersifat konstans sehingga hasil
dapat dilihat pada Gambar 9 (b). Clayband analisa nilai gamma ray dan nilai density
sendiri merupakan lapisan pengotor yang dapat menjadi acuan. Data yang digunakan
terdapat di dalam batubara. Biasanya yaitu informasi hasil intepretasi nilai
berupa batuanlempung atau batuanpasir. gamma ray dan nilai density pada masing-
Ketebalan dari clayband sendiri berkisar masing seam batubara pada keempat titik
antara 0–30 cm. bor yang telah penulis intepretasi.
Dari hasil analisa nilai gamma ray dan
5.2.1. Intepretasi Litologi Titik Bor
nilai density pada keempat titik bor pada
MT_106
Pada titik bor MT_106 dengan Lapangan ”ADA”, Sumatera Selatan
kedalaman 150 m ditemukan seam batubara didapatkan pada batubara seam A1
A1 dengan ketebalan 9,33 m mengandung memiliki range gamma ray dari 0,00-11,00
99,36% batubara, seam A2 dengan API, dan range density dari 1,81-2,35 gr/cc.
ketebalan 14,42 m mengandung 100% batubara seam A2 memiliki range gamma
batubara, seam B dengan ketebalan 20 m ray dari 0,00-9,67 API, dan range density
mengandung 99,20% batubara, dan seam C dari 1,86-2,34 gr/cc. batubara seam B
dengan ketebalan 9,40 m mengandung memiliki range gamma ray dari 0,00-11,00
97,88% batubara. API, dan range density dari 1,78-2,18 gr/cc.
batubara seam C memiliki range gamma
5.2.2. Intepretasi Litologi Titik Bor
ray dari 0,00-10,50 API, dan range density
MT_107
Pada titik bor MT_107 dengan dari 1,75-1,96 gr/cc.
kedalaman 27,47 m ditemukan seam 5.4. Korelasi Litologi Titik Bor
batubara C dengan ketebalan 8,95 m Dalam penelitian ini, penulis
mengandung 97,10% batubara. melakukan korelasi litologi menggunakan
5.2.3. Intepretasi Litologi Titik Bor data titik bor serta jarak masing-masing
MTG_19 titik bor seperti pada Peta Cross Line
Pada titik bor MTG_19 dengan Lapangan ”ADA”, Sumatera Selatan.
kedalaman 199,52 m ditemukan seam Penulis melakukan dua korelasi dalam
batubara A1 dengan ketebalan 8,67 m penelitian ini, korelasi berdasarkan garis
mengandung 99,08% batubara, seam A2 key bed seam A1 dan korelasi berdasarkan
dengan ketebalan 12,96 m mengandung datum elevasi 0 m dengan mengikuti enam
100% batubara, seam B dengan ketebalan cross line untuk sebagai acuan, dimana tiga
17,92 m mengandung 98,16% batubara. cross line membentang dari Selatan ke
5.2.4. Intepretasi Litologi Titik Bor Utara, yaitu cross line A-A’, cross line B-
MTG_20 B’, dan cross line C-C’ dan tiga cross line
Pada titik bor MT_106 dengan lagi membentang dari Barat ke Timur, yaitu
kedalaman 199,32 m ditemukan seam cross line D-D’, cross line E-E’, dan cross
batubara A1 dengan ketebalan 7,98 m line F-F’. Skala pada peta cross line 1:1000,
mengandung 98,50% batubara, seam A2 dimana satu centimeter mewakili sepuluh
dengan ketebalan 13,02 m mengandung meter dalam keadaan sebenarnya.

Hal. 6
Jurnal Geofisika Eksplorasi Vol. No. .

Seperti yang sudah dijelaskan di atas, Selatan termasuk kategori lokasi tambang
garis key bed yang penulis pakai adalah yang endapannya relatif homogen dan
garis roof dari seam A1. Hal ini mempunyai geometri yang sederhana.
dikarenakan setiap titik bor terdapat lapisan Berdasarkan hasil yang diperoleh
lapisan seam A1. Hasil yang didapatkan setelah dilakukan perhitungan sumber daya
dari korelasi setiap litologi pada titik bor batubara dengan menggunakan metode
yaitu kemenerusan lapisan seam batubara poligon, dapat diketahui bahwa jumlah
baik seam A1, seam A2, seam B, dan seam sumber daya batubara pada seam A1
C terlihat jelas. Hal ini dapat dilihat dari sebesar 2.546.531 m3, sumber daya
ketebalan masing-masing lapisan seam batubara pada seam A2 sebesar 4.490.855
batubara memiliki ketebalan yang relatif m3, sumber daya batubara pada seam B
sama. sebesar 7.497.921 m3, dan sumber daya
Hasil yang didapat dari korelasi setiap batubara pada seam C sebesar 3.787.348
litologi pada titik bor berdasarkan datum m3. Total perhitungan sumber daya
elevasi yaitu penulis mengetahui pola batubara pada Lapangan ”ADA” sebesar
sebaran batubara di Lapangan ”ADA” serta 18.322.653 m3 dan apabila dikonversi
mengetahui sudut kemiringan batubara. dalam satuan ton maka didapat sebesar
Dapat disimpulkan bahwa lapisan seam 21.987.184 - 27.483.980 ton.
batubara memiliki pola sebaran batubara 5.5.2. Perhitungan Sumber Daya
dengan arah kemenerusan dari arah Timur Batubara Menggunakan Software
ke Barat, sedangkan kemiringan lapisan Rock Works 15.
batubara dari arah Selatan ke Utara dengan Software Rock Works 15 merupakan
sudut kemiringan sebesar 5-30°, sehingga salah satu software geofisika yang bisa
penulis mengasumsikan batubara yang digunakan untuk menghitung sumber daya,
berada di Utara relatif lebih dalam cadangan suatu mineral dengan bantuan
posisinya dibandingkan batubara yang informasi yang didapat dari data titik bor.
berada di Selatan. Input yang digunakan dalam software ini
meliputi data lokasi penelitian (easting,
5.5. Perhitungan Sumber Daya Batubara northing, depth, dan elevasi), data titik bor
Setelah mengintepretasikan dan dimiliki (easting, northing, depth, dan
mengkorelasikan setiap litologi pada titik elevasi) serta litologi batuan pada titik bor
bor, penulis menghitung sumber daya dan kedalaman masing-masing litologi
batubara pada Lapangan ”ADA”, Sumatera tersebut.
Selatan dengan menggunakan metode Setelah dilakukan pemodelan semua
poligon dan dibantu dengan perhitungan litologi yang terdapat pada Lapangan
dan pemodelan dalam bentuk 3D ”ADA”, Sumatera Selatan (Gambar 12.),
menggunakan software rock work 15. litologi yang dominan adalah litologi
5.5.1. Perhitungan Sumber Daya batulanau, dimana pada lokasi tersebut
Batubara Menggunakan Metode mengandung batuanlanau sebesar 36%
Poligon. sedangkan batubara sendiri sekitar 21% dari
Salah satu cara untuk menghitung total keseluruhan.
sumber daya batubara pada suatu daerah Dari hasil perhitungan yang
adalah metode poligon. Metode poligon didapatkan dengan metode poligon maupun
atau yang dikenal dengan metode area of dengan menggunakan software rock works
influence dipilih oleh penulis dalam 15 tidak memiliki selisih yang jauh, yaitu
menghitung sumber daya batubara sebesar 463.601 m3 dan dalam satuan ton
dikarenakan metode ini cocok untuk memiliki selisih 556.321 - 695.401 ton atau
melakukan perhitungan dalam waktu yang dalam satuan persen sebesar 2,53%, dimana
singkat dan daerah penelitian penulis. selisih tersebut dianggap masih batas
Dimana Lapangan ”ADA”, Sumatera

Hal. 7
Jurnal Geofisika Eksplorasi Vol. No. .

tolerasi karena selisih perhitungan tidak


lebih dari 10%. Eilis, D.V. and Singer, J. M. 1987. Well
Logging for Earth Scientist 2nd
6. Kesimpulan edition. Springer. Netherlands.
Terdapat lima jenis litologi pada Harsono, A. 1997. Penghantar Evaluasi
lapangan ”ADA”, Sumatera Selatan yaitu Log. Jakarta: Schlumberger Oilfield
batupasir, batulempung, batulanau, Service.
batulempung tuffan, dan batubara.
Pada Lapangan ”ADA” ditemukan Hurstrulid, W., and Kuchta, M. 1995. Open
empat lapisan seam batubara, yaitu seam Pit Mine Planning & Design Vol. I.
A1 dengan ketebalan 8,28 m, seam A2 A.A.Balkema, Rotterdam.
dengan ketebalan 13,62 m, seam B dengan
ketebalan 18,50 m, dan seam C dengan Julkipli, Siregar, S. S., and Sota, I. 2015.
ketebalan 8,84. Intepretasi Sebaran Batubara
Korelasi litologi berdasarkan garis key Berdasarkan Data Well Logging di
bed diketahui bahwa lapisan batubara relatif Daerah Blok X Pulau Laut Tengah
konstan. Sedangkan korelasi litologi Kabupaten Kotabaru. Jurnal Fisika
berdasarkan datum elevasi diketahui bahwa Flux, Vol. 12 No. 1. Universitas
kemenerusan lapisan seam batubara relatigf Lambung Mangkurat: Program Studi
dari arah Timur ke Barat dan kemiringan Fisika FMIPA.
lapisan batubara antara satu seam dengan
seam lainnya dari arah Selatan ke Utara PT. Bukit Asam (Persero), Tbk. 2007.
dengan sudut kemiringan 5-30°. Laporan Internal Pemboran
Dari perhitungan menggunakan metode Eksplorasi dan geophysical Logging.
poligon, didapatkan total sumber daya Satuan Kerja Unit Eksplorasi Rinci.
batubara pada Lapangan ”ADA”, Sumatera Tidak dipublikasikan.
Selatan sebesar 18.323.000 m3 dan dalam
ton sebesar 21.987.000 – 27.484.000 ton. Rider, M. 1996. The Geological
Sedangkan hasil perhitungan dengan Intepretation of Well Logs 2nd
software rock works 15 didapatkan total Edition. Malta: Inteprint Ltd.
sumber daya batubara pada Lapangan
”ADA”, Sumatera Selatan sebesar
3
18.786.000 m dan dalam tonase sebesar
22.544.000 – 28.179.000 ton.

Daftar Pustaka
BPB manual.1981. British Petroleum Book.
British Company. United Kingdom.

Cook, A. C. 1982. The Origin and


Petrology of Organic Matter in
Coals, Oil, Shales, and Petroleum
Source-Rock. Australia: Geology
Departement of Wollonggong
University. Ltd. Malta.

Dewanto, O. 2009. Well Logging Vol-6.


DIKTAT. Lampung: Universitas
Lampung.

Hal. 8
Jurnal Geofisika Eksplorasi Vol. No. .

Gambar 1. Sekuan Stratigrafi dan Kolom Litologi Gambar 2. Penampang Litologi


Formasi Muara Enim (Tanpa Skala) Lapangan ”ADA” (Tanpa Skala)
(PT. Bukit Asam, 2007). (PT. Bukit Asam, 2007).

Gambar 3. Proses Pembentukan Batubara (Cook, 1982).

Hal. 9
Jurnal Geofisika Eksplorasi Vol. No. .

Gambar 4. Penentuan Penarikan Sand Base Gambar 5. Respon Log Densitas Terhadap
Line dan Shale Base Line (BPB Manual, 1981). Beberapa Jenis Batuan Dengan Densitas
Total dari Batuan Meliputi Matriks Padat
Dan Fluida yang Mengisi Pori (Rider,
1996).

Gambar 6. Skema Perhitungan Metode Poligon (Hustrulid and Kutcha, 1995).

Hal. 10
Jurnal Geofisika Eksplorasi Vol. No. .

Gambar 7. Diagram Alir Penelitian.

Gambar 8. Peta Sebaran Titik Bor Lapangan ”ADA”.

Hal. 11
Jurnal Geofisika Eksplorasi Vol. No. .

(a) (b)
Gambar 9. Respon log gamma ray dan log density (a) pada seam batubara. (b) pada litologi
clayband.

(a) (b)
Gambar 10 (a). Peta cross line Lapangan ”ADA”, Sumatera Selatan. (b) Peta Kontur
Topografi Lapangan ”ADA”, Sumatera Selatan.

Hal. 12
Jurnal Geofisika Eksplorasi Vol. No. .

(a) (b)

(c) (d)
Gambar 11. Peta Sumber Daya Batubara (a) Seam A1 Lapangan ”ADA”, Sumatera Selatan.
(b) Seam A2 Lapangan ”ADA”, Sumatera Selatan. (c) Seam B Lapangan ”ADA”, Sumatera
Selatan. (d) Seam C Lapangan ”ADA”, Sumatera Selatan.

.
Gambar 12. Model Tampilan 3D Litologi Lapangan ”ADA”.

Hal. 13
Jurnal Geofisika Eksplorasi Vol. No. .

(a) (b)

(c) (d)
Gambar 13. Model Tampilan 3D Batubara (a) seam A1 Lapangan ”ADA”. (b) seam A2
Lapangan ”ADA”. (c) seam B Lapangan ”ADA”. (d) seam C Lapangan ”ADA”.

Hal. 14

Anda mungkin juga menyukai