Anda di halaman 1dari 10

MANAJEMEN OPERASIONAL

“ DESAIN SISTEM KERJA “

DOSEN PENGAMPUH

NURHAJADTIIIIIII

OLEH KELOMPOK 5
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat bagi Allah SWT yang telah memberikan
nikmat serta hidayah-Nya terutama nikmat kesempatan dan kesehatan
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah ini berjudul Desain
Sistem Kerja yang merupakan tugas mata kuliah Manajemen Operasional di program
studi Manajemen , Fakultas Ekonomi Dan Bisnis, Universitas Islam Malang.
Dalam penyusunan dan penulisan makalah ini, penulis telah mendapat banyak
bantuan dari berbagai pihak, baik bantuan yang berupa gagasan pemikiran maupun
bantuan dukungan moril. Oleh karena itu pada kesempatan kali ini
penulis mengucapkan terima kasih kepada
1. Kedua orang tua yang telah mendidik serta membantu penulis sampai saat ini.
2. Prof. Dr. Nurhajati SE, ME selaku dosen mata kuliah Teori Sistem yang
selalu memberikan materi serta motivasi kepada kami.
3. Teman-teman manajemen pendidikan 2014 yang selalu membantu memberikan
saran dan bantuan dalam pembuatan makalah ini.

Akhirnya penulis menyadari bahwa banyak terdapat kekurangan-kekurangan dalam


penulisan makalah ini, oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun dari para pembaca demi kesempurnaan karya ilmiah ini. Semoga
karya ilmiah ini bermanfaat bagi kita semua.
Malang, 10 Desember 2019

Penyusun

BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Masalah
Sistem adalah kumpulan dari elemen-elemen yang berinteraksi untuk mencapai suatu
tujuan tertentu. Sistem juga merupakan kesatuan bagian-bagian yang saling
berhubungan yang berada dalam suatu wilayah serta memiliki item-item penggerak.
Sedangkan Desain Kerja merupakan keputusan dan tindakan manajerial yang
mengkhususkan ke dalam, cakupan dan hubungan pekerjaan yang objektif untuk
mencapai suatu tujuan organisasi dengan struktur organisasi yang baik.
Dalam struktur organisasi terlihat adanya tugas, wewenang dan tanggung jawab dari
masing-masing individu yang berada dalam organisasi. Struktur organisasi
menggambarkan pekerjaan yang akan dilaksanakan dalam upaya pencapaian tujuan
organisasi. Pekerjaan yang akan dilaksanakan harus didesain dengan sebaik mungkin.
Desain pekerjaan yang baik akan berpengaruh terhadap kepuasan kerja
masing-masing individu di dalam organisasi. Kepuasan kerja dipandang
sebagai perasaan senang atau tidak senang yang relatif dan yang berbeda dari
pemikiran objektif.

2. Rumusan Masalah
1) Apa yang dimaksud dengan desain pekerjaan?
2) Bagaimana dampak dari kondisi pekerjaan?
3) Bagaiaman metode analisis, studi gerak, dan kondisi pekerjaan?
4) Bagaimana pengukuran pekerjaan?
5) Bagaiaman kompensasi dalam pekerjaan?
6) Apa saja keputusan keputasan dalam sebuah alokasi?
7) Apa saja faktor faktor yang mempengaruhi aloaksi?

3. Tujuan Pembahasan
BAB II

II.1 Desain Pekerjaan

Menurut Handoko, Desain pekerjaan ialah proses penentuan tugas-tugas yang


akan dilaksanakan, metode-metode yang digunakan untuk melaksanakan tugas,
dan bagaimana pekerjaan tersebut berkaitan dengan pekerjaan lainnya dalam
organisasi. Tujuan nya adalah untuk mengatur pengawasan-pengawasan kerja
yang memenuhi kebutuhan-kebutuhan organisasi, teknologi dan keprilakuan.[4]

Menurut Gibson et all , The process by which managers decide individuals


jobs tasks and authorit[5](Suatu proses dimana manajer memutuskan tugas
pekerjaan individu maupun wewenangnya).

Desain pekerjaan sangat penting dan bermanfaat oleh pegawai untuk


mencapai efektifitas dan efesiensi kerja. Adapun pentingnya desain kerja tersebut
bagi para pegawai dilatar belakangi oleh beberapa alasan, di antaranya adalah
sebagai berikut :

1. Semangat kerja dalam spesialisasi yakni: tingginya produktifitas dari


para pekerja yang tidak mempunyai keterampilan memerlukan waktu yang
tidak banyak dalam latihan, mudah untuk mengganti dan pimpinan dalam
pelaksanaan pekerjaan.

2. Dilihat dari motivasi dan semangat kerja terdiri dari: tingginya


produktivitas dan tantangan pekerjaan berkurangnya ketidak hadiran,
kurangnya pergantian, tingginya kualitas produksi, banyaknya pegawai
yang memberikan ide-ide dan gagasan serta saran-saran dan tingginya
kepuasan kerja dari pada pegawai.

Keberhasilan mendesain pekerjaan dalam suatu organisasi, banyak


sedikitnya dipengaruhi oleh factor yang berasal dari dalam organisasi ,maupun
factor dari luar organisasi itu sendiri. Flippo melihat factor-faktor yang dapat
mempengaruhi desain pekerjaan tersebut dimulai dari isi masing-masing
speliasisasi pekerjaan dan bentuk operasi yang berulang-ulang, pertukaran
tekhnologi, kebijaksanaan tenaga kerja, kemampuan para personil, tersedianya
kesanggupan pegawai, interaksi masing-masing kepentingan dalam pekerjaan dan
system , serta psikologi dan kebutuhan social setiap manusia yang ditemukan
dalam bekerja.

Desain pekerjaan merupakan faktor penting dalam manajemen terutama manajemen


operasi karena selain berhubungan dengan produktifitas juga menyangkut tenaga
kerja yang akan melaksanakan kegiatan perusahaan (Sulipan, 2000). Desain pekerjaan
mutlak dimiliki oleh setiap perusahaan karena dalam desain pekerjaan yang dilakukan
adalah merakit sejumlah tugas menjadi sebuah pekerjaan agar pekerjaan yang
dilakukan menjadi terarah dan jelas. Manfaat desain pekerjaan memiliki tujuan agar :

a) Efisiensi operasional, produktifitas dan kualitas pelayanan menjadi optimal.

b) Fleksibilitas dan kemampuan melaksanakan proses kerja secara horizontal dan


hirarki.

c) Minat, tantangan, dan prestasi menjadi optimal.

d) Tanggung jawab tim ditetapkan sedemikian rupa, sehingga bisa meningkatkan


kerja sama dan efektifitas tim.

e) Integrasi kebutuhan individu karyawan dengan kebutuhan organisasi.

METODE ANALISIS

Ada beberapa metode analisis pekerjaan yang bisa dijadikan sebagai bahan
dalam melakukan analisis. Dalam Analisis Pekerjaan, digunakkan beberapa metode
yang gunanya untuk mengoptimalkan kinerja pekerja. Metode-metode yang sering
digunakan antara lain adalah: Observasi, Partisipasi, Data yang tersedia, Wawancara,
Survey, dan Catatan Harian Kerja.

1. Observasi

Metode analisis pekerjaan dengan observasi adalah metode Analisis Pekerjaan


yang dilakukan dengan cara mengumpulkan informasi tentang pekerjaan tertentu.
Para Job Analyst mengamati para pekerja selama beberapa waktu, bisa dengan video
rekaman, untuk merekam cara bekerja dari para pekerja, kemudian membuat catatan
sebagi bentuk laporan.

Cara ini biasanya digunakan untuk memperhatikan bagaimana pengaruh


kehadiran pengamat (Job Analyst) terhadap kinerja pekerja. Apakah mereka sengaja
bekerja lebih beik ketika diamati atau kualitas kerja mereka sama ketika diamati
maupun tidak diamati.

2. Partisipasi

Pada Metode ini para pekerja diarahkan untuk langsung terjun kedalam
pekerjaan yang sudah ditentukan.Terkadang Analis pekerjaan ingin melakukan sendiri
operasi dalam suatu pekerjaan dengan tujuan mereka secara langsung dapat
memahami beagaimana pekerjaan tersebut dijalankan.

3. Data yang tersedia

Data-data yang tersdia pada perusahaan dapat digunakkan oleh para Job
Analyst untuk bertukan pikiran dan menambah informasi dengan Job Analyst dari
perusahaan lain.

Data-data tersebut harus dijaga keakuratannya. Data-data tersebut harus


diperiksa secara rutin sehingga data-data tersebut terbukti masih akurat atau tidak.
Apakah masih dapat menjadi suatu tolok ukur atau tidak.

4. Wawancara

Pertanyaan dalam suatu wawancara bisanya berupa pertanyaan ’open-ended’


atau disebut juga wawancara terbuka. Atau dapat juga berupa pertanyaan yang
terstruktur dan terstandardisasi.

Wawancara tidak dilakukan pada satu orang/pihak saja. Hal tersebut bertujuan
agar tidak terjadinya bias informasi. Selain itu, metode ini digunakkan untuk
mendapatkan gambaran pekerjaan yang akurat dan untuk melihat bagaimana beberapa
orang yang menjalankan pekerjaan yang serupa biasanya menghasilkan tugas yang
sama.

5. Survey

Survey yang dijalankan meliputi suatu kegiatan administrasi menggunakan


kuesioner kertas-pensil. Dimana para responden mengisi kertas kuesioner tersebut,
kemudian mengem balikannya pada Analis pekerjaan. Pertanyaan dalam survey
dapat berupa pertanyaan terbuka maupun tertutup.

Survey memiliki dua keuntungan. Pertama, survey mengumpulkan banyak


informasi dari berbagai sumber dalam satu waktu. Kedua, metode ini memungkinkan
anonimus, sehingga para responden dapat lebih leluasa untuk mengisi tanpa
mengkhawatirkan apakah identitas mereka akan diketahui banyak orang atau tidak.

6. Catatan Harian Kerja

Keuntungan dari metode ini adalah memberikan informasi secara detail


mengenai pekerjaan seseorang. Karena metode ini dilakuakn sevara rutin setiap hari.

Namun,selain itu terdapat beberapa kelemahannya. Antara lain, memakan


waktu yang cukup banyak baik bagi pkerja mauoun yang menulis catatan harian ini.
Selain itu bagi para Job Analyst,juga lebi sulit karena harus mengolah data yang
cukup banyak.

STUDI GERAK
Studi gerakan atau biasa disebut Motion Study merupakan salah satu metode pemetaan
sistem
kerja dengan menganalisis gerakan anggota badan saat bekerja yang diuraikan dalam
elemen-elemen gerakan. Analisis diarahkan khususnya untuk dapat menghilangkan
gerakan-gerakan yang tidak efektif, yang pada akhirnya dapat menghemat waktu kerja
maupun pemakaian peralatan dan fasilitas kerja.

KONDISI PEKERJAAN

Kondisi Kerja
Kondisi kerja adalah merupakan kondisi yang dapat dipersiapkan oleh manajemen
perusahaan yang bersangkutan pada pabrik yang didirikan oleh perusahaan tersebut
( Ahyari,1994).

Menurut Newstrom (2006) Work condition relates to the scheduling of work-the


length of work days and the time of day (or night) during which people work yang
kurang lebih berarti bahwa kondisi kerja berhubungan dengan penjadwalan dari
pekerjaan, lamanya bekerja dalam hari dan dalam waktu sehari atau malam selama
orang-orang bekerja.

Menurut Munandar (2006), kondisi kerja meliputi variabel lingkungan fisik kerja dan
kodisi lama waktu kerja. Dapat dijelaskan bahwa variabel-variabel tadi dapat
memengaruhi sikap dan prilaku pekerja faktor-faktor yang perlu di pertimbangkan
dalam kondisi kerja yang sesuai dengan situasi organisasi tertentu termasuk
bagaimana biasanya pekerjaan dilakukan, karakteristik tenaga kerja yang terlibat dan
aturan standar ektenal yang sesuai.

Komarudin, (2001) bahwa kondisi kerja atau yang sering disebut sebagai lingkungan
kerja adalah kehidupan sosial psikologi dan fisik dalam organisasi yang
berpengaruh terhadap pekerjaan karyawan dalam melaksanakan tugasnya.

Mangkunegara, (2005: 105) mengungkapkan bahwa kondisi kerja atau lingkungan


kerja ialah semua aspek fisik kerja, psikologis kerja dan peraturan kerja yang
dapat memengaruhi kepuasan kerja dan pencapaian produktivitas kerja.

Indikator-indikator kondisi kerja fisik meliputi penerangan, suhu udara, suara bising,
penggunaan warna, ruang gerak yang diperlukan, dan keamanan kerja (Ahyari,1994).
1. Penerangan. Penerangan yang ada harus sesuai dengan kebutuhan, tidak
terlalu terang, tetapi juga tidak terlalu gelap. Dengan sistem penerangan yang
baik, diharapkan karyawan akan menjalankan tugasnya dengan lebih teliti,
sehingga kesalahan karyawan dalam bekerja dapat diperkecil, yang pada
akhirnya akan dapat meningkatkan produktivitas perusahaan.
2. Suhu udara. Temperatur udara atau suhu udara pada ruang kerja
karyawan akan ikut mempengaruhi kinerja para karyawan yang bersangkutan.
Suhu udara terlalu panas bagi karyawan akan dapat menjadi penyebab
turunnya kepuasan kerja para karyawan sehingga akan menimbulkan
kesalahankesalahan pelaksanaan proses produksi. Untuk menciptakan kondisi
ruang kerja dengan pertukaran udara yang baik, dilakukan dengan memasang
ventilasi. Disamping itu perlu diperhatikan pula perbandingan antara luas
suatu ruang kerja dengan jumlah karyawan yang bekerja dalam ruangan
tersebut. Bila perlu dapat pula dipasang alat pendingin ruangan yang dapat
membantu menciptakan kondisi udara yang sejuk dan nyaman. Bila perasaan
nyaman dan segar dapat tercipta, maka karyawan akan merasakan kepuasan
kerja, sehingga dapat meningkatkan kinerja mereka.
3. Suara bising. Dalam bekerja, karyawan memerlukan suasana yang dapat
mendukung konsentrasi dalam bekerja. Suara bising yang bersumber baik dari
mesin-mesin pabrik maupun dari kendaraan umum akan dapat mengganggu
konsentrasi karyawan dalam bekerja. Dengan konsentrasi yang terganggu,
seorang karyawan tidak akan dapat bekerja dengan baik, sehingga akan
banyak melakukan kesalahan dalam pekerjaannya, yang pada akhirnya akan
merugikan perusahaan.
4. Penggunaan warna. Masalah penggunaan warna di dalam ruang kerja
para karyawan perusahaan pada umumnya belum mendapat perhatian dengan
semestinya oleh manajemen perusahaan. Sebenarnya penggunaan warna
dalam ruang kerja, akan mempunyai pengaruh yang tidak kecil terhadap
kinerja karyawan perusahaan. Pemilihan warna yang cerah belum tentu akan
dapat mendorong produktivitas karyawan. Demikian pula pemilihan warna
yang gelap juga belum tentu menurunkan produktivitas kerja karyawan. Pada
dasarnya pemilihan warna yang dilaksanakan oleh manajemen perusahaan
bertujuan untuk dapat lebih memperjelas pengamatan para karyawan
perusahaan tersebut kepada obyek pekerjaannya.
5. Ruang gerak yang diperlukan. Manajemen perusahaan perlu untuk
memperhatikan ruang gerak yang memadai dalam perusahaan, agar karyawan
dapat leluasa bergerak dengan baik. Terlalu sempitnya ruang gerak yang
tersedia akan mengakibatkan karyawan tidak dapat bekerja dengan baik.
Namun demikian, ruang gerak yang terlalu besar akan menimbulkan
pemborosan ruangan perusahaan. Oleh karena itu manajemen perusahaan
tentunya harus dapat menyusun perencanaan yang tepat untuk ruang gerak dari
masing-masing karyawan. Dengan adanya perencanaan yang tepat dari ruang
gerak yang diperlukan oleh karyawan, maka pelaksanaan produksi akan
berjalan dengan baik, serta perusahaan tidak akan menanggung akibat
terjadinya pemborosan di dalam ruang gerak.
6. Keamanan kerja. Keamanan kerja bagi karyawan merupakan faktor yang
sangat penting yang perlu diperhatikan oleh perusahaan. Kondisi kerja yang
aman akan membuat karyawan tenang dalam bekerja, sehingga berdampak
pada meningkatnya produktivitas perusahaan. Keamanan kerja yang baik tidak
hanya keamanan fisik karyawan, tetapi juga keamanan barang-barang pribadi
karyawan. Dengan sistem keamanan yang baik, diharapkan karyawan akan
tenang dalam bekerja, sehingga akan meningkatkan kinerja mereka.
Sedarmayanti, (2001) bahwa kondisi lingkungan kerja secara garis besar dibagi
menjadi dua, yaitu:

a. Kondisi Lingkungan Kerja Fisik


Lingkungan kerja fisik ialah semua keadaan yang berbentuk fisik yang terdapat di
sekitar tempat kerja yang dapat memengaruhi karyawan baik secara langsung maupun
secara tidak langsung (Sedarmayanti, 2001).
Lingkungan kerja fisik ini dibagi menjadi dua, antara lain:
1. Lingkungan yang berhubungan secara langsung dengan
karyawan. Misalnya: meja, kursi.
2. Lingkungan perantara yang dapat memengaruhi kondisi
karyawan. Misalnya: sirkulasi udara, bau tidak sedap.
b. Kondisi Lingkungan Kerja Non-Fisik
Lingkungan kerja non-fisik merupakan seluruh kondisi yang terjadi dan berkaitan
dengan hubungan kerja, baik hubungan dengan atasan maupun hubungan dengan
sesama rekan kerja, atau hubungan dengan bawahan (Sedarmayanti, 2001).

Anda mungkin juga menyukai