Brain Metastase New
Brain Metastase New
Oleh
Miftahul Jannah, S.Ked
NIM. 1830912320009
Pembimbing
dr.H. Among Wibowo, M.Kes, Sp.S
I. DATA PRIBADI
Nama : Tn. H
Umur : 58 tahun
Bangsa : Indonesia
Suku : Banjar
Agama : Islam
Pendidikan : SMP
Status : Menikah
II. ANAMNESIS
Keluhan Utama
1
Perjalanan Penyakit
Pasien datang ke IGD RSUD Ulin Banjarmasin pada 12 Mei 2019 dengan
keluhan penurunan kesadaran. Pada hari Sabtu 11 Mei 2019 jam 11 malam
kepala.Keluhan berkurang setelah setiap kali dipijat. Tidak ada keluhan sesak,
batuk dan nyeri dada. Menurut keterangan pasien nafsu makan pasien normal
dan tidak ada penurunan berat badan. Pada saat keluhan nyeri kepala semakin
terus setiap malam selama 4 hari pasien dibawa ke RSUD Ulin pada akhir
April 2019, lalu pasien mendapatkan perawatan, dari hasil foto thorax dan CT
Scan kepala pasien didiagnosa mengalami tumor otak metastase dari paru.
Pasien pulang dari perawatan tanggal 2 Mei. Setelah keluar rumah sakit,
pasien rutin meminum obat, pasien dapat berdiri dan berputar walau tidak
lemah dan kebas sebelah kiri. Keluhan muncul bersamaan dan memburuk saat
pasien sedang berjemur di depan rumah dengan posisi duduk. Setelah merasa
lemah pasien hanya dipijat dengan balsem dan merasa membaik. Namun,
setelah beberapa hari keluhan nyeri kepala belakang dan kelemahan muncul
lagi dan terus memberat. Pasien merasakan nyeri kepala berat (VAS 7)
disertai rasa ngilu ketika menggerakkan kaki kiri. Satu hari sebelum masuk
2
rumah sakit pasien tidak mau makan dan sulit BAB, pasien sudah meminum
Pada hari Minggu, 19 Mei 2019 di waktu pagi jam 07.30, pasien mengeluh
mata, leher, dan lengan atas kiri dan kanannya mengalami pembengkakan.
Hal ini membuat pasien sesak napas dan kesulitan untuk menelan makanan.
Keluhan berkurang pada sore hari setelah dikompres air panas dan infus
kesulitan menelan makanan dan rujukan untuk konsul ke bidang THT. Pada
hari Senin dokter THT melakukan pemeriksaan dan jika pasien kembali
Tidak ada
Intoksikasi
Tidak ditemukan riwayat keracunan obat, zat kimia, makanan dan minuman.
Keadaan Psikososial
Pasien tinggal bersama dengan istri, anak dan cucunya. Rumah permanen,
ventilasi rumah baik. Air minum dan MCK berasal dari air ledeng. Jarak
3
III. STATUS INTERNA SINGKAT
Tensi : 130/90mmHg
Respirasi : 28kali/menit
Suhu : 36 oC
2. Kepala/Leher :
3. Thoraks
ronki (-)
4. Abdomen :hepar dan lien tidak teraba, perkusi timpani, bising usus
normal
D S D S D S
+ + - - + +
- - - - + +
4
Paresis
D S
- -
- +
Kecerdasan : Baik
Penyerapan : Baik
Kemauan : Baik
Psikomotor : Aktif
V. NEUROLOGIS
A. Kesan Umum:
Kesadaran : Composmentis
GCS : E4V5M6
Monoton : (-)
Scanning : (-)
Sensorik : (-)
Anomik : (-)
5
Konduksi : (-)
Global : (-)
Asimetri : (-)
Tortikolis : (-)
Miophatik : (-)
Fullmooon : (-)
B. Pemeriksaan Khusus
Kernig : (-)/(-)
Laseque : (-)/(-)
Bruzinski I : (-)
Bruzinski II : (-)/(-)
Bruzinski IV : (-)
2. Saraf Otak
6
Halusinasi (-) (-)
Visus + +
tengah tengah
Eksopthalmus : - -
Ptosis : - -
Pupil
7
Reaksi konvergensi (+) (+)
d. N. Trigeminus
Kanan Kiri
Cabang Motorik
Cabang Sensorik
e. N. Facialis
Kanan Kiri
Waktu Diam
Waktu Gerak
Menutup matakuat(+)
8
Bersiul bisa
f. N. Vestibulokoklearis
Vestibuler
Vertigo : (-)
Nistagmus : (-)
Cochlearis
Bagian Motorik:
Suara : normal
Menelan : normal
9
Bising usus : normal
Bagian Sensorik:
h. N. Accesorius
Kanan Kiri
i. N. Hypoglossus
3. Sistem Motorik
Kekuatan Otot
Istirahat : normal
Lengan (Kanan/Kiri)
M. Deltoid : 5/5
M. Biceps : 5/5
10
M. Triceps : 5/5
Tungkai (Kanan/Kiri)
Besar Otot :
Pseudohypertrofi :-
Palpasi Otot :
Nyeri :-
Kontraktur :-
Konsistensi : Normal
Tonus Otot :
Lengan Tungkai
11
Kanan Kiri Kanan Kiri
Hipotoni - - - -
Spastik - - - -
Rigid - - - -
Rebound - - - -
phenomen
Gerakan Involunter
Chorea : -/-
Athetose : -/-
Balismus : -/-
Fasikulasi : -/-
Myokimia : -/-
Koordinasi :
4. Sistem Sensorik
Kanan/kiri
Rasa Eksteroseptik
12
Rasa suhu : tidak dilakukan
Rasa Proprioseptik
Rasa Enteroseptik
5. Fungsi luhur
6. Refleks-refleks
Refleks kulit
13
Refleks Biceps : 2/2
Refleks Patologis :
Tungkai
Lengan
Hoffmann-Tromner : -/-
Snouttidak dilakukan
Salivasi : normal
8. Columna Vertebralis
Kelainan Lokal
14
Khypose : tidak ada
Fleksi :normal
Ekstensi : normal
Rotasi : normal
15
SGPT 16 0– 45 U/I
GINJAL
Ureum 52 10 – 50 mg/dl
Kreatinin 0.76 0.6 - 1.2 mg/dl
ELEKTROLIT
Natrium 134 136-145 Meq/L
Kalium 5.0 3.5-5.1 Meq/L
Chlorida 100 95-107 Meq/L
Guided FNAB
16
Hasil Foto Thorax tanggal 29April 2019
17
Hasil Foto Thorax AP/Lateral tanggal 16 Mei 2019
Kesimpulan:tumorparu dextra
18
CT-Scan 02 Mei 2019
19
CT-Scan 12 Mei 2019
hemisphere bilateral
20
RESUME
1. ANAMNESIS:
2. PEMERIKSAAN
Interna
Respirasi : 28 kali/menit
Suhu : 36oC
pembesaran KGB
Meningkat
Abdomen : normal
Status Neurologis
simetris
21
Rangsang selaput otak: tidak ada kelainan
Reflek fisiologis BPR : 2/2, TPR: 2/2, KPR : 2/1, APR : 2/1
3. DIAGNOSIS
cava superior
hemisphere bilateral
4. PENATALAKSANAAN
22
PEMBAHASAN
fungsi motorik dan sensorik serta tanda-tanda peningkatan TIK. Pertanyaan ini
bertahap dan dirasakan oleh pasien sejak lebih kurang 2 bulan yang lalu. Keluhan
berupa sakit kepala berat dan tegang di bagian belakang kepala, nyeri region
umbilical, demam yang hilang timbul dan muntah setiap malam selama 4 hari
berturut-turut. Akhirnya pasien dibawa ke RSUD Ulin pada akhir 2019 dan
didiagnosa tumor otak metastase dari paru. Tanda dan gejala yang dirasakan
pasien sesuai dengan lokasi massa berada. Kelemahan terjadi pada tungkai kiri.1
kiri dan kanan serta leher juga dialami oleh pasien. Keluhan bengkak/edema juga
disertai oleh sakit kepala bagian belakang. Berbagai keluhan yang dirasakan
pasien dinamakan sindroma vena cava superior. Penekanan dan invasi tumor ke
ekstremitas atas, leher bengkak, vena-vena lengan dan dinding dada melebar serta
23
Berdasarkan asal dan sifat sel tumor,tumor cerebri dibedakan menjadi
tumor primer dan tumor sekunder. Tumor primer dibagi menjadi tumor bersifat
jinak dan tumor bersifat ganas, sementara tumor sekunder selalu bersifat ganas
karena merupakan metastasis dari proses keganasan di tempat lain seperti pada
kanker paru-paru, payudara, kelenjar prostat, ginjal, kelenjar tiroid atau limfoma.
beberapa pasien, tanda dan gejala penyakit intrakranial muncul sebelum kanker
saraf pusat, dan setelah evaluasi sistemik, penyakit keganasan yang mendasarinya
ditemukan. Sekitar setengah dari total pasien dengan metastase otak memiliki lesi
tunggal dan tambahan 20% memiliki 2 lesi. Sehingga 70% pasien memiliki
Kanker paru sel besar merupakan lesi primer yang paling sering metastasis
ke otak, namun melanoma dan kanker paru sel besar memiliki kecenderungan
yang lebih besar untuk metastasis ke otak. Kanker primer lainnya yang sering
setiap keganasan pernah dilaporkan metastasis ke otak, namun tumor yang jarang
24
dura. Insidensi metastase SSP dapat bertambah seiring canggihnya terapi untuk
memperlama survival rate dari penyakit sistemik. Hal ini dapat membuat tumor
Metastasis otak 8 kali lebih lazim dibandingkan tumor primer otak; 12.000 orang
secara mutlak bagi tumor intrakranial, oleh karena tumor yang benigna secara
dalam waktu singkat. Gejala klinis tumor intrakranial dapat dibagi dalam :
Proses desak ruang tidak saja memenuhi rongga tengkorak yang merupakan
darah vena, terjadilah stasis yang cepat disusul oleh edema. Dapat juga aliran
umumnya dapat dikatakan bahwa tumor di fosa kranii posterior lebih cepat
intrakranial.
25
Peningkatan tekanan intrakranial secara progresif menimbulkan gangguan
kesadaran dan manifestasi disfungsi batang otak yang dinamakan (a) sindrom
Sakit kepala – merupakan gejala umum yang dapat dirasakan pada setiap
penuh di kepala seolah-olah akan meledak. Nyeri paling hebat di pagi hari,
gejala dini tumor intrakranial pada kira-kira 20% dari penderita. Lokalisasi
nyeri yang unilateral dapat sesuai dengan lokasi tumornya sendiri. Tumor
tentorium.
26
Muntah – seringkali pada pagi hari setelah bangun tidur karena mekanisme
serupa dengan sakit kepala. Sifat muntah proyektil dan tidak didahului
oleh mual
intrakranial.
Kelumpuhan saraf otak karena desakan tumor, saraf otak dapat tertarik
terhadap saraf otak. Saraf yang paling sering terkena adalah nervus
kranialis 3, 4 dan 6
Refleks patologis yang positif pada kedua sisi dapat ditemukan pada
27
mengalami kompresi dan refleks patologik pada sisi tumor menjadi positif.
terjadi didaerah yang agak jauh dari tempat tumor sendiri, sehingga gejala
defisit yang timbul misalnya hemianposia atau afasia tidak dapat dianggap
Dalam hal tersebut, gejala dan tanda di atas memiliki arti lokalisatorik. Tetapi
gejala dan tanda, maka hemiparesis yang bangkit atau afasia yang baru muncul
tidak mempunyai arti lokalisatorik. Seringkali gejala atau tanda dini luput dihargai
sebagai tanda lokalisatorik, karena proses desak ruang belum terpikir. Baru
28
Tumor lobus frontalis 5
timbul pada tahap lanjut, bahkan mungkin tidak akan muncul sama sekali.
manifestasi dini pada orang dnegan tumor di lobus frontalis dan korpus kalosum.
Kejang tonik fokal (kejang adversif) merupakan gejala fokal pada bagian lobus
frontalis. Baik karena tumor maupun lesi apapun refleks memegang yang positif
selalu dinilai sebagai khas lokalisasi lobus frontalis. Juga anosmia menunjuk
kepada adanya tumor di lobus frontalis, bila patologi pada bagian perifer nervus
29
timbul hemiparesis kontralateral. Jika tumor tumbuh di falks serebri setinggi
daerah presentralis, dapat timbul paraparesis. Gangguan miksi juga lebih sering
dan erat berkorelasi dengan tumor di fisura sagitalis daripada bagian lain di otak.
Manifestasi khas bagi proses desak ruang di lobus temporalis biasanya kurang
menonjol, apalagi bila temporalis kanan yang diduduki. Kecuali bila bagian
terdepan lobus temporalis yaitu unkus yang terkena. Unkus merupakan pusat
khas bagi lesi di lobus temporalis bila disertai tinitus, halusinasi auditorik, afasia
Tumor yang menududki daerah korteks lobus parietalis dapat merangsang korteks
pada korteks lobus parietalis, maka segala macam perasaan pada daerah tubuh
reaction” yaitu reaksi berlebihan terhadap rangsang protopatik. Karena lesi yang
30
dalam itu serabut-serabut radiasio optika dapat terputus juga, sehingga timbul
merupakan daerah penting bagi keutuhan fungsi luhur. Maka dari itu, destruksi
akibat tumor yang menduduki daerah itu akan disusul dengan timbulnya berbagai
Tumor yang menduduki lobus oksipitalis jarang. Bila ada, maka gejala dini yang
umum. Sindroma karpus kalosum yang khas terdiri dari gangguan mental,
terutama cepat lupa, sehingga melupakan sakit kepala yang baru saja mereda.
Demensia yang timbul sering disertai kejang umum atau fokal tergantung pada
tersebut dapat disusul oleh paraparesis bahkan diaparesis atau manifestasi ganglia
basalis
31
(5) Tanda-Tanda Fisik Diagnostik pada Tumor Intrakranial 5
ukuran kepala dan teregangnya sutura. Pada perkusi terdengar bunyi kendi
yang rengat. Dan pada adanya tumor jaringan vaskular atau malformasi
keadaan iskemia
tulang tengkorak.
32
Diagnosis Banding pada Keluhan Nyeri Kepala 6
33
terhadap penyakit tersebut dan menentukan rujukan yang paling tepat bagi
pada kasus ini sudah tepat. Analgesik antrain untuk mengurangi rasa nyeri dan
PO:NAC 3x200mg
PO:Zink 2x1
Nebul Ventolin/8Jam
Pemberian cairan dengan amino fluid pada kasus ini mengandung elektrolit,
glukosa dan protein dan biasanya akan diberikan sebelum dan setelah tindakan
medis seperti operasi. Aminofluid dibuat dari berbagai senyawa atau zat aktif,
seperti asam amino bebas, glukosa, nitrogen, asam amino esensial atau non
esensial yang bagus untuk perbaikan jaringan, kekebalan tubuh, fungsi otak,
34
gangguan gerakan, kejang, hypomagnesemia akut, kekurangan asam amino, dan
sakit kronis.
stroke, hilang ingatan karena faktor usia, penyakit Parkinson, ADHD (attention
jantung kongestif, penyakit hati, penyakit ginjal, atau kondisi medis lainnya.
35
DAFTAR PUSTAKA
3. Bradley, Walter G., Daroff, Robert B., Fenichel, Gerald M dan Jankovic,
Joseph. Neurology in Clinical Practice – Principles of Diagnosis and
Management 4th Edition Volume I. Elsevier. 2004
7. Ropper, Allan H., Samuels, Martin A dan Klein, Joshua P. Adams and
Victor’s Principles of Neurology 10th Edition. New York. McGraw-Hill.
2014
8. American Cancer Society. Cancer facts & figures 2013. American Cancer
Society; 2013.
9. Lee CS and Jung CH. Metastatic spinal tumor. Asian Spine Journal. 2012;
6(1):71-8.
36