Oleh:
Jefri Yudha Saputra
20170210116
Akar
Akar tanaman kakao mempunyai akar tunggang (Radik primaria).
Pertumbuhannya dapat mencapai 8 meter kearah samping dan 15 meter kearah
bawah. Kakao yang diperbanyak secara vegetatif pada awal pertumbuhannya tidak
membentuk akar tunggang, melainkan akar-akar serabut yang banyak jumlahnya.
Setelah dewasa tanaman tersebut akan membentuk dua akar jumlahnya. Setelah
dewasa tanaman tersebut akan membentuk dua akar yang menyerupai akar
tunggang. Pada kecambah yang telah berumur 1 – 2 minggu terdapat akar-akar
cabang (Radik lateralis) yang merupakan tempat tumbuhnya akar-akar rambut
(Fibrilla) dengan jumlah yang cukup banyak. Pada bagian ujung akar ini terdapat
bulu akar yang dilindungi oleh tudung akar (Calyptra). Bulu akar inilah yang
berfungsi menyerap larutan dan garam-garam tanah. Diameter bulu akar hanya 10
mikro dan panjang maksimum hanya 1 milimeter.
Batang
Diawal pertumbuhannya tanaman kakao yang diperbanyak dengan biji akan
membentuk batang utama sebelum tumbuh cabang-cabang primer. Letak
pertumbuhan cabang-cabang primer disebut jorquette, dengan ketinggian yang
ideal 1,2 – 1,5 meter dari permukaan tanah dan jorquette ini tidak terdapat pada
kakao yang diperbanyak secara vegetatif.
Ditinjau dari segi pertumbuhannya, cabang-cabang pada tanaman kakao
tumbuh kearah atas dan samping. Cabang yang tumbuh kearah atas disebut cabang
Orthotrop dan cabang yang tumbuh kearah samping disebut dengan Plagiotrop.
Dari batang dan kedua jenis cabang tersebut sering ditumbuhi tunas-tunas air
(Chupon) yang banyak menyerap energi, sehingga bila dibiarkan tumbuh akan
mengurangi pembungaan dan pembuahan (Siregar et al., 1989).
Bunga
Bunga kakao tergolong bunga sempurna, terdiri atas daun kelopak (Calyx)
sebanyak 5 helai dan benang sari ( Androecium) berjumlah 10 helai. Diameter
bunga 1,5 centimeter. Bunga disangga oleh tangkai bunga yang panjangnya 2 – 4
centimeter (Siregar et al., 1989). Pembungaan kakao bersifat cauliflora dan
ramiflora, artinya bunga-bunga dan buah tumbuh melekat pada batang atau cabang,
dimana bunganya terdapat hanya sampai cabang sekunder (Ginting, 1975).
Tanaman kakao dalam keadaan normal dapat menghasilkan bunga sebanyak 6000
– 10.000 pertahun tetapi hanya sekitar lima persen yang dapat menjadi buah
(Siregar et al., 1989).
Buah
Buah kakao berupa buah buni yang daging bijinya sangat lunak. Kulit buah
mempunyai sepuluh alur dan tebalnya 1 – 2 centimeter (Siregar et al., 1989).
Bentuk, ukuran dan warna buah kakao bermacam-macam serta panjangnya sekitar
10 – 30 centimeter, umumnya ada tiga macam warna buah kakau, yaitu hijau muda
sampai hijau tua, waktu muda dan menjadi kuning setelah masak, warna merah
serta campuran antara merah dan hijau. Buah ini akan masak 5 – 6 bulan setelah
terjadinya penyerbukan. Buah muda yang ukurannya kurang dari 10 centimeter
disebut cherelle (pentil). Buah ini sering sekali mengalami pengeringan
(cherellewilt) sebagai gejala spesifik dari tanaman kakao. Gejala demikian disebut
physiological effect thinning, yakni adanya proses fisiologis yang menyebabkan
terhanbatnya penyaluran hara yang menunjang pertumbuhan buah muda. Gejala
tersebut dapat juga dikarenakan adanya kompetisi energi antara vegetatif dan
generatif atau karena adanya pengurangan hormon yang dibutuhkan untuk
pertumbuhahn buah muda (Siregar et al., 1989).
Biji kakao tidak mempunyai masa dormasi sehingga penyimpanan biji untuk benih
dengan waktu yang agak lama tidak memungkinkan. Biji ini diselimuti oleh lapisan
yang lunak dan manis rasanya, jika telah masak lapisan tersebut pulp atau micilage.
Pulp ini dapat menghambat perkecambahan dan karenanya biji yang akan
digunakan untuk menghindari dari kerusakan biji dimana jika pulp ini tidak dibuang
maka didalam penyimpanan akan terjadi proses fermentasi sehingga dapat
merukkan biji ( Suharjo dan Butar-butar, 1979).
C. Pemeliharaan
Tahap yang dilakukan setelah proses penanaman usai adalah tahap
pemeliharaan tanaman seperti: penyulaman, pemangkasan, pengairan dan
pemupukan. Pemeliharan ini ditujukan untuk mendapatkan pertumbuhan
dan perkembangan tanaman cokelat yang maksimal. Pemeliharaan yang
dilakukan meliputi, yaitu:
1. Penyulaman
Setelah penanaman selesai, lakukan pengontrolan tanaman secara rutin.
Segera lakukan penyulaman jika terdapat tanaman yang mati, terserang
penyakit atau tanaman yang pertumbuhannya kurang baik.
2. Pemangkasan
Pemangkasan pada tanaman kakao merupakan salah satu usaha yang
dapat dilakukan untuk meningkatkan produksi dan mempertahankan umur
ekonomis tanaman. Pada tanaman kakao terdapat 3 jenis pemangkasan,
yaitu pemangkasan bentuk, pemangkasan produksi dan pemangkasan
pemeliharaan. Fungsi dan tujuan pemangkasan pada kakao adalah sebagai
berikut;
a. Agar pertumbuhan tajuk kokoh dan seimbang
b. Mengurangi kelembaban untuk meminimalkan serangan hama dan
penyakit
c. Memudahkan pemeliharaan dan pemanenan hasil
d. Meningkatkan produksi kakao
Pemangkasan bentuk dimulai pada umur 8 bulan dengan memangkas
cabang-cabang pada batang pokok hanya tingga 3-4, hal ini bertujuan untuk
memaksimalkan pertumbuhan kakao agar kokoh dan sehat.
Pemangkasan produksi dilakukan pada cabang dan ranting yang tidak
produktif. Ranting-ranting diposisikan selang-seling tujuannya yaitu agar
terjadi penyeimbangan berat kiri dan kanan serta dapat menambah
kelembaban.
Pemangkasan pemeliharaan dilakukan dengan memangkas tunas-tunas
air. Tunas-tunas air jangan dibiarkan membesar tujuannya agar nutrisi
tanaman dapat tidak terbagi-bagi, dan hal ini juga dapat berdampak pada
cepatnya proses pembentukan buah.
3. Pengairan
Pada dasarnya tanaman kakao tidak terlalu banyak membutuhkan air
oleh karena itu terkadang pada tahap pemeliharaan ini terlalu kurang
diperhatikan akan tetapi proses peyiramman harus tetap dilakukan untuk
tanaman yang belum menghasilkan. Lakukan penyiraman jika memang
dibutuhkan, tanaman kakao yang baru dipindah tanam sangat sensitif
terhadap cuaca dan sangat membutuhkan air untuk pertumbuhannya.
Penyiraman dilakukan sesuai dengan kondisi dan kebutuhannya.
4. Pemupukan
Untuk menjaga ketersediaan nutrisi atau unsur hara serta menunjang
pertumbuhan tanaman kakao maka perlu dilakukan pemupukan susulan.
Pemupukan dilakukan secara teratur dengan interval tertentu. Jenis pupuk
yang digunakan bisa berupa pupuk kandang, kompos atau pupuk anorganik
seperti pupuk urea, ZA, KCL, TSP / SP36 atau pupuk majemuk misalnya
pupuk NPK. Pemupukan bisa dilakukan dengan cara menaburkan
disekeliling batang tanaman dengan jarak dan dosis disesuaikan dengan
umur dan lebar tajuk tanaman. Gunakan jenis pupuk sesui kebutuhan dan
tingkat/fase pertumbuhan tanaman kakao.
Pemupukan dilakukan setelah tanaman kakao berumur dua bulan di
lapangan. Pemupukan pada tanaman yang belum menghasilkan
dilaksanakan dengan cara menaburkan pupuk secara merata dengan jarak
15 – 50 cm (untuk umur 2 – 10 bulan) dan 50 – 75 cm (untuk umur 14 – 20
bulan) dari batang utama. Untuk tanaman yang telah menghasilkan,
penaburan pupuk dilakukan pada jarak 50 – 75 cm dari batang utama.
Penaburan pupuk dilakukan dalam alur sedalam 10 cm.
5. Pengendalian OPT
Organisme pengganggu tanaman yang terdiri dari hama maupun
penyakit adalah salah satu factor yang sangat mempengaruhi pertumbuhan
dan perkembangan tanaman serta hasil Kakao yang dibudidayakan. Bila
organisme pengaganggu ini tidak dikendalikan perkembangan dan
penyebarannya niscaya akan terjadi penurunan hasil dan bahkan akan terjadi
gagal panen. Beberapa hama utama dan penyakit penting yan perlu
mendapatkan penanganan adalah:
a. Penggerek buah kakao (Conopomorpha cramerella snellen),
biasa disebut PBK. Hama ini menyerang buah kakao dengan gejala
serangan: terdapatnya bekas lubang pada permukaan kulit buah;
buah akan masak sebelum waktunya; perkembangan buah tidak
normal; buah susah dibelah, dan biji-biji saling berdempet. Cara
pengendalian yang dianjurkan terhadap hama ini adalah : budidaya
tanaman sehat; pengembangan musuh alami, seperti semut hitam,
jamur entomopatogen; sarungisasi atau penyelubungan buah sejak
masih muda; dan penggunaan insektisida piretroid sintetik seperti
misalnya deltametrin, Fipronil, Lamda sihalotrin, betasiflutrin, alfa
sipermetrin dengan konsentrasi formulasi 0,00 – 0,12 %
b. Kepik penghisap buah Kakao (Helopeltis sp.). Kepik muda dan
dewasa menyerang buah kakao dengan cara mencucuk dan
menghisap cairan sel buah. Akibatnya timbul bercak-bercak
cekung berwarna coklat kehitaman sampai buah muda menjadi
layu dan kering. Pada tingkat serangan berat, daun-daun layu
kemudian gugur dan ranting-ranting layu mengeras. Pengendalian
hama kepik ini efektif bila: dilakukan pemangkasan teratur;
penyemprotan dengan menggunakan pestisida; dan menggunakan
musuh-musuh alami seperti semut hitam (Dolichoderus
thoracicus)
c. Penggerek batang (Squamura sp.). Ulat (larva) hama ini merusak
batang / cabang dengan menggerek menuju empelur (xylem),
dengan gerakan membelok ke atas. Pada permukaan lubang
gerekan akan terdapat campuran kotoran dengan serpihan jaringan
tanaman. Akibat gerekan ulat ini, bagian tanaman di atas lubang
gerekan akan merana, layu, kering dan akhirnya mati.
Pengendalian terhadap ulat ini adalah: secara mekanik dengan
memotong cabang / batang yang digerek dengan jarak pemotongan
sekitar 10 cm ke arah pangkal dari lubang gerekan, kemudian ulat
dimatikan; secara kimiawi dengan menggunakan insektisida
d. Penyakit busuk buah (Phytophthora palmivora Butl, (Butl.).
Penyakit ini disebabkan oleh jamur yang namanya Phytophthora
palmivora Butl, (Butl.), menyerang buah yang masih muda sampai
buah dewasa. Buah yang terinfeksi menunjukkan gejala terjadinya
pembusukan disertai percak cokelat kehitaman dengan batas yang
tegas. Perkembangan percak cokelat cukup cepat dan dalam waktu
yang singkat seluruh permukaan buah menjadi busuk, basah dan
berwarna cokelat kehitaman. Dalam kondisi lembab pada
permukaan buah akan muncul serbuk berwarna putih yang tak lain
adalah spora P. palmivora yang sering kali bercampur dengan
jamur sekunder (jamur lain). Serangan penyakit ini bisa ditangani
dengan cara sanitasi dan pemakaian fungisida racun kontak.
Sanitasi yaitu memetik semua buah busuk yang dilakukan
bersamaan kemudian dibenamkan ke dalam tanah. Aplikasi
fungisida racun kontak dilakukan dengan cara disemprotkan pada
buah sehat setelah dilakukan sanitasi. Jenis fungisida yang bisa
dipakai adalah fungisida yang berbahan aktif tembaga, seperti
misalnya Copper Sandoz, Nordox, Cupravit, Vitigran Blue dengan
konsentrasi 0,3 % interval waktu 2 minggu . Penyemprotan
hendaknya dilakukan terhadap buah-buah yang telah berumur rata-
rata 3 bulan atau panjang buah 10 cm. Pengendalian serangan
penyakit ini dapat pula dilakukan dengan menanam klon-klon
(bibit kakao) tahan, seperti DRC 16 dll.
D. Panen
Panen Kakao dimulai setelah buahnya masak yang ditandai oleh
adanya perubahan warna kulit buah. Buah yang waktu muda berwarna hijau
setelah masak akan menjadi berwarna kuning sedangkan buah yang saat
mudanya berwarna merah setelah masak akan berubah menjadi berwarna
orange. Dari saat pembuahan sampai buah siap panen diperlukan waktu
rata-rata 6 bulan.
Pemetikan buah Kakao dilakukan dengan memotong tangkai buah
menggunakan pisau tajam agar tempat tangkai buah yang menempel dengan
batang / cabang tidak terkelupas atau rusak. Buah yang dipetik hendaknya
buah yang sudah masak sebab buah yang kurang masak kandungan gula
pada pulpnya kurang, dan ini berakibat terhadap kurang baiknya hasil
permentasi biji coklat. Buah yang sudah dipetik kemudian dikumpulkan
untuk dipecah dan dipisahkan antara biji dengan kulit buah. Biji-biji hasil
pemisahan dengan kulit buah kemudian dapat diproses lebih lanjut untuk
kemudian dijemur di bawah terik matahari sampai kering dengan kadar air
lebih kurang 12 % selanjutnya disimpan dalam gudang penyimpanan
E. Pasca panen Kakao
Untuk mendapatkan harga jual yang tinggi, biji kakao yang telah dipanen
harus segera diolah. Pengolahan pasca panen biji kakao yang benar dilakukan
dengan tahapan-tahapan yang mampu menjaga mutu biji agar tetap optimal.
Tahapan-tahapan pengolahan pasca panen kakao tersebut antara lain fermentasi,
pencucian, pengeringan, sortasi, pengemasan, dan penyimpanan.
Elna Karmawati, dkk. 2010. Budidaya dan Pasca Panen Kakao. Pusat Penelitian
dan Pengembangan Perkebunan.
Firdausil AB, Nasriati, A. Yani. 2008. Teknologi Budidaya Kakao. Balai Besar
Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian.
Prawoto, A.A. 2008. Botani dan fisiologi, hal 38-62. Dalam T. Wahyudi, R.T.
Pangabean dan Pujiyanto (Eds). Kakao. Penebar Swadaya. Jakarta.
Siregar, Tumpal dan Slamet Riyadi. 1898. Budidaya, Pengolahan dan Pemasaran
Cokelat. Penebar Swadaya: Jakarta.
Wood, G.A.R. and R.A. Lass. 1985. Cocoa. Tropical Agriculture Series. Longman.
London, and New York.