Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK

PENENTUAN KADAR NaHCO3 DENGAN METODE ASIDIMETRI

disusun oleh:
Mahasiswa Jurusan Analis Kesehatan
Semester II
Angkatan 2012

Disampaikan kepada :
Dosen Pembimbing Mata Kuliah Kimia Analitik

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
JURUSAN ANALIS KESEHATAN
2013
TITRASI ASIDIMETRI
PENENTUAN KADAR NaHCO3 DENGAN METODE ASIDIMETRI

Hari/Tanggal Praktikum : Rabu, 10 April 2013


Tempat : Laboratorium Kimia Analis Kesehatan Poltekkes Denpasar

I. LATAR BELAKANG
Natrium bikarbonat dengan rumus kimia NaHCO3 adalah bahan atau senyawa
kimia berbentuk kristal putih yang larut dalam air, dan banyak dipergunakan dalam
industri makanan/biskuit (sebagai soda kue), pengolahan kulit, farmasi, tekstil,
kosmetika, pembuatan pasta gigi, pembuatan permen (candy) dan industri pembuatan
batik. Natrium bikarbonat adalah senyawa garam yang bersifat basa (Nurjanah, 2011).
Dalam bidang kesehatan, natrium bikarbonat paling sering digunakan untuk meredakan
asam lambung bagi penderita asidosis tubulus renalis, obat antasid (penyakit maag atau
tukak lambung) dan mulas, ini karena natrium bikarbonat bersifat alkaloid (basa).
Selain terdapat manfaat, senyawa kimia ini juga memiliki sisi negatifnya.
Natrium bikarbonat paling sering kita temui di dalam soda kue untuk pengembang. Soda
kue ini tidak direkomendasikan untuk diberikan terhadap anak di bawah usia 6 tahun.
Natrium bikarbonat juga menimbulkan beberapa risiko pediatrik (gangguan) pada bayi
dan mungkin memperburuk kondisi yang mendasarinya.
Efek samping lain yang terdapat pada natrium bikarbonat dalam tubuh adalah
sering buang air kecil, kehilangan nafsu makan, mual, bengkak pada kaki, nyeri otot,
sakit kepala, dan kelelahan. Orang yang menderita penyakit hati berat, insufisiensi ginjal
atau gagal jantung kongestif harus sangat hati-hati untuk menggunakan pemakaian
internal, karena bicnat kadang-kadang dapat menyebabkan retensi edema, air dan
penambahan berat badan yang bisa dipicu oleh hipernatremia. Kontraksi yang cepat atau
lama natrium bikarbonat kadang-kadang dapat menyebabkan hyernatremia,
hipokalemia, hypochloremia, hyperosmolarity dan alkalosis metabolik. Bicnat dapat
menekan jalur pernapasan karena konsentrasi karbon dioksida vena akan meningkat.
Asidosis sistemik dapat memburuk, ini terjadi karena tidak ada ventilasi yang memadai
disediakan. Antara lain efek samping pernapasan, jalur pernapasan ditekan adalah yang
paling signifikan dari semua efek samping. Namun ada efek samping natrium
bikarbonat yang lain dari sistem saraf meliputi koma, tetani, lekas marah, mabuk,
gangguan mental dan perdarahan intraventrikular (Bumbata, 2012).
Tidak usah cemas mengetahui begitu banyaknya efek samping dari natrium
bikarbonat bagi tubuh. Hal tersebut tidak akan terjadi apabila kita menggunakan natrium
bikarbonat sesuai kadarnya. Natrium bikarbonat dalam soda kue yang biasa digunakan
sebagai pengembang roti. Oleh karena itu, sangat perlu untuk mengetahui kadar dari
natrium agar penggunaannya dapat dipantau dan mencegah efek samping yang dapat
terjadi.

II. Tujuan
1. Untuk dapat membuat larutan baku HCl yang diperlukan dalam titrasi
2. Untuk dapat melakukan pembakuan HCl dengan larutan NaOH 0,1 N
3. Untuk dapat melakukan penetapan kadar natrium bikarbonat dengan menggunakan
metode asidimetri

III. PRINSIP DAN REAKSI


Prinsip penentuan kadar bikarbonat dapat dilakukan dengan metode titrasi asam
basa. Metode titrasi yang digunakan adalah penetapan kadar dengan cara Asidimetri.
Asidimetri merupakan titrasi menggunakan larutan standar asam yang digunakan untuk
menentukan basa. Asam-asam yang biasa digunakan adalah asam cuka, asam klorida,
asam oksalat, dan asam borat. Dalam praktikum kali ini digunakan larutan baku
sekunder HCl untuk melakukan pengujian natrium bikarbonat pada soda kue. Reaksi
yang terjadi adalah NaHCO3 + HCl  NaCl + H2O + CO2
Pengujian kali ini menggunakan indikator metil orange (MO) atau metil jingga.
Metil orange adalah senyawa organik dengan rumus C14H14N3NaO3S dan biasanya
digunakan sebagai indikator dalam titrasi asam basa. Metil orange bekerja pada trayek
Ph 3,1 - 4,4. Titik akhir titrasi ditandai dengan perubahan warna larutan dari jingga
menjadi merah muda tetap.

IV. PROSEDUR PERCOBAAN


a. Alat
1. Neraca analitik 7. Bola hisap
2. Gelas beaker 8. Labu ukur
3. Sendok/spatel 9. Erlenmeyer
4. Pipet volume 10. Batang pengaduk
5. Botol semprot 11. Buret, klem, statif
6. Pipet tetes
b. Bahan
1. Larutan HCl 0,1N
2. Larutan NaOH 0,1 N
3. Larutan Asam Oksalat 0,1 N
4. Indikator phenolftalein (Pp) 0,1%
5. Indikator Methyl Orange 0,1%
6. Aquades
7. Sampel soda kue

c. Standarisasi HCl dengan NaOH 0,1 N


Prosedur Pembuatan HCl 0,1 N
Dipipet 4,2 ml HCL p.a (12 N), kemudian dimasukkan ke dalam labu
ukur 500 ml yang telah berisi aquadest seperempat bagian

Diencerkan dengan aquadest hingga volumenya menjadi 500 ml

Disimpan dalam botol yang telah disediakan

Prosedur Pembuatan NaOH 0,1 N:


Ditimbang dengan teliti 2,1 g NaOH Kristal murni dalam
gelas beaker yang sudah ditimbang

Kristal NaOH dilarutkan dengan aquadest

Dimasukkan ke dalam labu ukur 500 mL ditambahkan


aquadest sampai 500 mL lalu dikocok hingga homogen

Prosedur Pembuatan Asam Oksalat 0,1 N:


Dimasukkan ke dalam labu ukur
Ditimbang Serbuk asam
500 ml, ditambahkan aquadest
3,1512 g oksalat dilarutkan
hingga volumenya menjadi 500 ml
asam oksalat dengan aquadest
lalu dikocok hingga homogen

Prosedur Standarisasi NaOH dengan Asam Oksalat 0,1 N :

Dipipet 10 ml asam oksalat 0,1N, ditambahkan 3 tetes


indikator pp
Larutan baku NaOH dimasukkan ke dalam buret

Dititrasi larutan asam oksalat 0,1 N dengan larutan NaOH

Diamati sampai terjadi perubahan warna dari tidak berwarna


menjadi merah muda (fuchsia) tetap.

Prosedur Standarisasi HCl dengan NaOH 0,1 N

Dipipet 10 ml NaOH 0,1N


Larutan HCl Dititrasi larutan
ke dalam erlenmeyer,
dimasukkan ke NaOH dengan
ditambahkan 3 tetes
dalam buret HCl
indikator methyl orange

Diamati sampai terjadi perubahan


warna dari jingga menjadi merah
muda (fuchsia) tetap.

d. Penetapan kadar bikarbonat dalam sampel

Soda kue ditimbang sebanyak 1,25 g

Dilarutkan dengan aquadest kemudian dimasukkan dalam


labu ukur dan tepatkan 250 ml

Dipipet 10 ml larutan sampel ke Erlenmeyer, lalu


ditambahkan 3 tetes indikator M.O

Dititrasi sampel dengan larutan HCl 0,1 N sampai larutan


berubah warna menjadi merah muda (fuchsia) konstan

Titrasi diulang 3 kali

Dihitung kadar bikarbonat dalam sampel


V. HASIL PENGAMATAN
Standarisasi NaOH dengan Asam Oksalat 0,1N
Titrasi ke Volume Oksalat + pp Titik akhir titrasi

I 9,60 ml

II 9,50 ml

Standarisasi HCl dengan NaOH 0,101 N


Titrasi ke Volume NaOH + MO Titik akhir titrasi

I 10,40 ml

II 10,30 ml

Titrasi sampel dengan HCl


Titrasi sampel Volume Gambar titik akhir titrasi

I 6,10 ml

II 6,10 ml

III 6,00 ml
VI. PERHITUNGAN
a. Standarisasi NaOH dengan asam oksalat 0,1 N
Volume titrasi I = 9,60 ml Kadar NaOH= V1 x N1 = V2 x N2
Volume titrasi II = 9,50 ml = 10 ml x 0,1N = 9,55 ml x N2
Volume rata-rata = 9,55 ml N2 = 0,1047 N

b. Standarisasi HCl dengan NaOH


Volume titrasi I = 10,40 ml Kadar HCl = V1 x N1 = V2 x N2
Volume titrasi II = 10,30 ml = 10 x 0,1047 = 10,35 N2
Volume rata-rata = 10,35 ml N2 = 0,101 N

c. Penentuan kadar bikarbonat


Volume titrasi I= 6,10 ml
Volume titrasi II = 6,10 ml
Volume titrasi III = 6,00 ml
Volume rata-rata = 6,067 ml
Kadar bikarbonat = Vrata-rata titrasi x NHCl = Vsampel x Nbikarbonat
6,067 x 0,101 = 10 Nbikarbonat
0,613 = 10 Nbikarbonat
Nbikarbonat = 0,061 N
Mr NaHCO3 = 84,01 g/mol val = 1
N NaHCO3 = m/BE x 1000/V (ml)
0,061 N = m/84,01 x 1000/10
5,125 = 100 m
m = 0,05125 g
= 51,25 mg
m NaHCO3
% kadar = m soda kue x 100 %
51,25 mg
= x 100%
50 mg

= 102,5 %

VII. PEMBAHASAN
Praktikum kali ini menggunakan titrasi asidimetri dimana larutan standar asam
yang dipakai untuk titrasi adalah HCl. Larutan HCl sebelum digunakan untuk titrasi
harus distandarisasi terlebih dahulu dengan NaOH. HCl harus distandarisasi karena
larutan HCl mudah menguap dan mudah bereaksi dengan senyawa lain di udara. NaOH
yang digunakan sebagai larutan baku primer dari proses standarisasi HCl juga harus
distandarisasi terlebih dahulu dengan Asam Oksalat karena sebelum menjadi larutan
baku primer, NaOH merupakan larutan baku sekunder karena NaOH bersifat
higroskopis sehingga mudah mengikat air dan CO2 di udara. Oleh karena itu dilakukan
proses standarisasi sebanyak dua kali pada praktikum kali ini yang meliputi alkalimetri
dan asidimetri. Fungsi HCl adalah agar sampel tetap berada pada keadaan setimbang.
Pemilihan HCl sebagai larutan standar asam untuk penetapan kadar bikarbonat karena
HCl memenuhi persyaratan dari larutan standar yang tidak dimiliki oleh asam lain.
Persyaratan tersebut adalah HCl merupakan asam kuat, yakni sangat disosiasi, larutan
asam yang stabil, garam dari larutan asam mudah larut, HCl bukan pengoksidasi yang
cukup kuat untuk menghancurkan senyawa-senyawa organik yang digunakan sebagai
indikator.
Indikator yang digunakan dalam titrasi asidimetri dalam menentukan kadar
sampel bikarbonat adalah indikator metil orange. Indikator metil orange digunakan agar
titik akhir titrasi mendekati titik equivalen dan trayek pH-nya tidak jauh dari titik
equivalen yaitu 3,1-4,4. Selain itu, untuk memudahkan pengamatan titik akhir titrasi.
Titik akhir titrasi ditandai dengan perubahan warna dari jingga menjadi merah muda
(jingga kemerahan) konstan.
Kadar natrium bikarbonat yang didapat dari hasil titrasi adalah 102,5%. Apabila
digunakan dalam obat, kadar ini melebihi batas kadar dari Farmakope yaitu 99% -
100,5%. Kadar ini melebihi dari kadar yang seharusnya untuk itu pemakaian soda kue
ini harus dikurangi karena tidak memenuhi standar yang akan berakibat pada masalah
kesehatan.
Kendala yang dialami selama praktikum adalah susahnya menentukan titik akhir
titrasi karena warna titik akhir titrasinya hampir sama dengan warna saat sampel
ditambah indikator metil orange hanya sedikit lebih merah. Untuk mengatasinya, ketika
pengerjaan titrasi sudah mulai mendekati titik akhir titrasi, dibandingkan dengan warna
semula. Apabila telah muncul warna kemerahan berarti larutan sudah mencapai titik
akhir titrasi.

VIII. KESIMPULAN
1. Kadar NaOH hasil standarisasi adalah 0,1047 N. Kadar HCl hasil standarisasi adalah
0,101 N. Rata-rata volume HCl hasil titrasi sampel dengan HCl adalah 6,067ml.
2. Kadar Natrium Bikarbonat dari hasil titrasi adalah 102,5%.
3. Kadar Natrium Bikarbonat yang didapat dari hasil titrasi tidak memenuhi standar
kadar dari Farmakope yaitu 99% - 100,5%. Untuk itu, soda kue ini tidak bagus untuk
digunakan.

IX. DAFTAR PUSTAKA


Bumbata, 2012, Tips Sehat Pencernaan dan Efek Samping Berbagai Jenis Antasid,
online, http://bumbata.co/10251/tips-sehat-pencernaan-efek-samping-
berbagai-jenis-antasid/, diakses pada 21 April 2013.
Demiand, Haniq, 2012, Penentuan Orde Reaksi dan Tetapan Laju Reaksi, online,
http://haniqdemiand.blogspot.com/2012_05_01_archive.html, diakses pada 22
April 2013.
Ditjen POM, 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta: Depkes RI.
Graci, 2012, Asidi Alkalimetri, online, http://graciez-
pharmacy.blogspot.com/2012/11/asidi-alkalimetri.html, diakses pada 21 April
2013.
Hilman, Windi, 2013, Titrasi Asam Basa (Penentuan Karbonat- Bikarbonat), online,
http://mataratu22.blogspot.com/2013/04/titrasi-asam-basapenentuan-
karbonat.html, diakses pada 23 April 2013.
Latif, Arul, 2012, Titrasi Asam Basa, online,
http://arullatif.wordpress.com/2012/06/07/titrasi-asam-basa-2/, diakses pada
22 April 2013.
Nurjanah, Dewi, 2011, Infus Bicnat, online,
http://apotekerbercerita.wordpress.com/2011/04/23/infus-bicnat/, diakses pada
21 April 2013.

Denpasar, 10 April 2013

Praktikan,

(Mahasiswa Jurusan Analis Kesehatan Semester II)


Lembar Pengesahan

Mengetahui
Pembimbing I Pembimbing II

(Ni Made Marwati, S.Pd., ST., M.Si) (Nur Habibah, S.Si)

Pembimbing III

(A.A. Ngr. Putra Riana Prasetya, S. Farm., Apt)

Anda mungkin juga menyukai