Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENDAHULUAN
1
tidak berlebihan atau kekurangan sesuai dengan yang diperlukan (Direktorat
Jenderal Pengairan, 1986).
Kota Solok merupakan penghasil padi terbesar di Sumatera Barat. Petani
memanfaatkan lahan yang ada untuk dijadikan areal sawah dengan sumber air
langsung dari bendung. Pemanfaatan air oleh petani di Desa Panjang Selayo
tergabung dalam Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A). Dalam pengelolaan air
tersebut banyak permasalahan yang terjadi, diantaranya kondisi saluran irigasi yang
rusak, kobocoran saluran dan pengambilan/pembobolan saluran secara ilegal.
Daerah Irigasi Bandar Panjang Selayo merupakan jaringan irigasi yang terdapat di
kabupaten Solok. Jaringan Irigasi Bandar Panjang Selayo merupakan jaringan
irigasi sistem terbuka, dimana pada saluran primer sudah dilakukan penyemenan,
tetapi untuk saluran sekunder dan tersier sebagian besar belum disemen.
Kehilangan air yang terjadi erat hubungannya dengan efisiensi. Besaran
efisiensi dan kehilangan air berbanding terbalik. Bila angka kehilangan air naik
maka efisiensi akan turun dan begitu pula sebaliknya. Kehilangan air yang terjadi
pada saluran primer, sekunder dan tersier melalui evaporasi, rembesan, faktor
operasional dan bocoran. Kehilangan air secara berlebihan perlu dicegah dengan
cara peningkatan saluran menjadi permanen dan pengontrolan operasional sehingga
debit tersedia dapat dimanfaatkan secara maksimal oleh petani (Rokhmin, 1993).
Efisiensi pemanfaatan air irigasi menjadi hal utama pada daerah dengan
ketersediaan air yang terbatas. Hal ini terkait dengan besarnya kehilangan air di
jaringan irigasi yang disebabkan penguapan, pengambilan air untuk keperluan lain,
atau kebocoran di sepanjang saluran. Berdasarkan Kriteria Perencanaan Irigasi
Bagian Saluran (KP-03), besarnya kehilangan air di jaringan irigasi dapat
diminimalkan dengan cara perbaikan sistem pengelolaan air dan perbaikan fisik
prasarana irigasi. Besarnya kehilangan air ini mempengaruhi nilai efisiensi irigasi,
dengan besar kehilangan air yang sebaiknya diperoleh dari hasil penelitian dan
penyelidikan. Berkaitan dengan hal tersebut maka perlu adanya studi yang
mengkaji tentang efisiensi pada saluran irigasi, yang bertujuan untuk mengukur
tingkat efisiensi, mengukur nilai kehilangan air, dan mengetahui penyebab
kehilangan air serta cara mengatasi permasalahan tersebut.
2
Berdasarkan uraian diatas, penulis berkeinginan memberikan pengalaman
yang diperoleh dalam sebuah laporan Praktek Kerja Lapangan (PKL) yang berjudul
”Efisiensi Penyaluran Air Jaringan Irigasi Saluran Primer Pada Daerah Irigasi
Bandar Panjang Selayo”.
3
BAB II
TINJAUAN UMUM TEMPAT PKL
4
sumber daya air dari orientasi yang semula berdasarkan Undang-undang No. 11
Tahun 1974 sebatas eksploitasi dengan dominasi pemanfaatan air untuk pertanian,
orientasinya kini adalah pemanfaatan air yang holistik. Tujuannya guna mendukung
semua sektor pembangunan secara berkelanjutan dan berwawasan lingkungan.
Kebijakan konservasi sumber daya air untuk tujuan tersebut diarahkan pada
peningkatan dan pemulihan ketersediaan air yang layak bagi kemanfaatan semua
pihak sampai ke genarasi mendatang. Pendayagunaan sumber daya air diarahkan
untuk prioritas kebutuhan penduduk secara adil guna menopang kehidupan yang
sehat, bersih dan produktif. Juga meningkatkan efektifitas dan efisiensi penyediaan
serta penggunaan air irigasi demi peningkatan produksi pangan, disamping
mendukung perkembangan ekonomi daerah, dalam kebersamaan kepentingan antar
sektor dan antar wilayah. Upaya pengendalian daya rusak air, diarahkan untuk
mengamankan daerah/sentra produksi pangan dan permukiman dari bahaya
bencana banjir. Selain itu juga untuk memulihkan ekosistem dari kerusakan akibat
daya rusak air serta peningkatan kesiapan dan keswadayaan masyarakat
menghadapi berbagai bencana alam lainnya yang menyangkut sumber daya air.
Dalam prinsip pembangunan berkelanjutan, yaitu mengedepankan
pendayagunaan dan didukung oleh upaya konservasi, pengelolaan sumber daya air
harus dikuasai Negara. Tugas pemerintah pusat dalam melayani kebutuhan
masyarakat adalah dengan mendukung secara penuh usaha-usaha yang berkaitan
dengan penanganan sumber daya air tersebut, sementara pemerintah daerah
mengaplikasikan programnya sesuai kondisi daerahnya. Struktur organisasi Dinas
PSDA Sumatera Barat dapat dilihat pada Gambar 1.
5
2.2 Struktur Organisasi Dinas PSDA Sumatera Barat
Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air (PSDA) memiliki struktur utama di
pusat maupun struktur lainnya yang berada di Balai UPTD maupun kantor
pengamat wilayah yaitu tempat dimana mahasiswa melaksanakan Praktek Kerja
Lapangan (PKL).
6
Gambar 3. Struktur Organisasi Kepengamatan Wilayah VI
7
wilayah sungai, pembinaan pelaksanaan konstruksi, pembinaan aset sumber
daya air, pembinaan operasi dan pemeliharaan, pengendalian pemanfaatan,
pembinaan kelembagaan pemberdayaan masyarakat dan.
6. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Gubernur sesuai dengan tugas dan
fungsinya.
8
BAB III
PELAKSANAAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN
9
satu daerah irigasi, maka pengukuran dilanjutkan di daerah irigasi lainnya. Contoh
teknis pengukuran kecepatan aliran dapat dilihat pada Gambar 4.
Papan peil scale atau papan duga sangat dibutuhkan untuk saluran irigasi.
Dengan adanya alat ini akan mempermudah teknisi lapangan dalam mencatat tinggi
muka air sebagai acuan untuk mengetahui debit air pada hari tersebut. Papan peil
scale yang digunakan setinggi 1 m dengan lebar 20 cm. Pemasangan papan peil
scale dilakukan di setiap bangunan utama sebelum pintu bagi atau saluran bagi.
Pembuatan profil saluran hanya dilakukan di daerah irigasi Bandar Halim,
dan Bandar Gadang. Pembuatan profil saluran dilakukan dengan melakukan
pengukuran panjang irigasi setiap 50 meter, pengukuran dilakukan sampai
bangunan terakhir. Pembuatan profil jaringan dilakukan bersama Juru, PPA, dan
POB. Pembuatan profil saluran bertujuan untuk mengetahui keadaan teknis dari
suatu saluran irigasi.
Irigasi Bandar Halim merupakan saluran irigasi mekanis yang terdiri dari 14
(empat belas) bangunan utama. Bangunan utama merupakan bangunan yang wajib
ada pada saluran irigasi. Bangunan utama terdiri dari bendung, bangunan penguras,
bangunan bagi, bangunan sadap, bangunan bagi sadap, dan bangunan sadap
langsung. Selain bangunan utama, terdapat pula bangunan pendukung sebanyak 23
(dua puluh tiga) jenis. Irigasi Bandar Halim memiliki beberapa bangunan pelengkap
diantaranya jembatan, tempat cuci, tempat mandi hewan, gorong-gorong, pelimpah
samping.
10
3.2.1 Pengukuran Kecepatan Aliran
Pengukuran debit saluran irigasi dilakukan dengan cara mengukur
kecepatan aliran dan penampang melintang saluran dengan menggunakan alat
pengukur kecepatan (current meter). Alat ini digunakan karena memberikan
ketelitian yang cukup tinggi. Kecepatan aliram yang diukur adalah kecepatan aliran
titik dalam satu penampang tertentu. Prinsip yang digunakan adalah hubungan
antara kecepatan aliran dengan putaran baling – baling. Untuk menghitung besarnya
kecepatan aliran berdasarkan kecepatan baling – baling digunakan rumus :
v = a + bn
Dimana:
v = kecepatan aliran (m/dtk)
a = kecepatan permulaan untuk mengatasi gesekan dalam alat
n = banyaknya putaran per detik, n = p/t
b = konstanta
p = jumlah putaran per siklus
t = waktu siklus
Menurut Sri Harto (1989), ada beberapa cara untuk menentukan distribusi
kecepatan secara vertikal yaitu dengan menempatkan baling – baling current meter
pada kondisi kedalaman, yaitu :
a. Pengukuran pada 1 (satu) titik, umumnya dilakukan apabila kedalaman air
kurang dari 1 (satu) meter, penempatan baling – baling pada kedalaman 0,60 h
diukur dari muka air.
b. Dalam praktek umumnya, pengukuran kecepatan aliran dilakukan lebih dari 1
(satu) titik sehingga diharapkan dapat memberikan pengukuran yang dapat
dipertanggungjawabkan sehingga ketinggian yang dipakai adalah 0,2 h dan 0,8
h seperti yang ditunjukkan pada Gambar 5.
11
Gambar 5. Hubungan Antara Penampang Saluran Dan Penempatan Baling-Baling
12
dilakukan pada sebelum pintu bangunan dan pengukuran di hilir dilaksanakan
setelah pintu bangunan.
Penentuan luas penampang saluran ditentukan berdasarkan kedalaman pada
saat bukaan pintu air. Semakin besar tinggi bukaan maka semakin besar lebar
penampang basah dan semakin besar pula luas penampang basah. Untuk
menentukan luas penampang basah dapat dihitung menggunakan rumus:
A=axb
Dimana :
a = Lebar saluran
b = Tinggi air atau dalam air
13
tersebut. Dari hasil pengukuran debit setiap bangunan tersebut dapat dilihat total
keselurahan debit pada daerah irigasi tersebut. Hasil pengukuran debit setiap
bangunan tersebut dapat digunakan untuk menentukan lokasi terjadinya debit
suplesi. Hasil perhitungan debit pangkal dan ujung di Daerah Irigasi Bandar
Panjang Selayo dapat dilihat pada Tabel 1 dan 2.
Tabel 1. Data Pengukuran Debit Pangkal (intake)
Rai Leb Dal Jumlah Putaran Kecepatan pada (m/det) Lu Deb
ar am as it
(m) (m) (m) 0.2 0.6 0.8 0.2 0.6 0.8 Rat (m2 (m3/
H H H H H H a2 ) dt)
0,0 0 MA Kiri
0,5 0,50 0,85 72 0,5 0,51 0,4 0,22
1 5 3
1,0 0,50 0,85 81 0,5 0,57 0,4 0,25
8 8 3
1,5 0,50 0,85 77 0,5 0,55 0,4 0,23
5 0 3
2,0
14
3.2.4 Efisiensi Saluran Primer
Efisiensi irigasi adalah angka perbandingan dari jumlah air irigasi nyata
yang terpakai untuk kebutuhan dengan jumlah air yang keluar dari pintu
pengambilan (intake). Efisiensi irigasi terdiri atas efisiensi pengaliran yang pada
umumnya terjadi di jaringan utama dan efisiensi di jaringan sekunder yaitu dari
bangunan pembagi sampai petak sawah. Efisiensi irigasi didasarkan asumsi
sebagian dari jumlah air yang diambil akan hilang baik disaluran maupun petak
sawah.
Efisiensi pengairan ditunjukkan dengan terpenuhinya angka persentase air
pengairan yang telah ditentukan untuk sampai di areal pertanian dari air yang
dialirkan ke saluran pengairan. Rumus efisiensi penyaluran dinyatakan sebagai
berikut:
Dimana:
Ec = efisiensi penyaluran air pengairan
Wf = jumlah air yang sampai di pintu air saluran sekunder
Wr = jumlah air yang diambil dari pintu air saluran primer (Kartasapoetra dan
Sutedjo, 1994)
Dalam proses penyaluran air sampai ke petakan sawah terjadi kehilangan
air di sepanjang saluran sehingga jumlah air yang sampai ke petakan sawah akan
berkurang. Penyebab kehilangan air tersebut karena adanya penguapan (evaporasi)
pada muka air, rembesan air yang meresap ke bagian dinding saluran dan perkolasi
dimana air masuk ke bawah saluran. Dari hasil praktek di lapangan diperoleh hasil
pada saluran primer yang dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Efisiensi Pada Saluran Primer
Debit Kehilangan
Saluran Debit Ujung
Pangkal Air Efisiensi (%)
Primer (m3/detik)
3
(m /detik) (m3/detik)
Hulu-Hilir 0,6979 0,5845 0,1134 83,75
15
Hasil pengukuran diperoleh debit di pangkal 0,6979 m3/detik, setelah air
mengalir sampai ke ujung dimana air akan masuk ke pintu air saluran sekunder,
debitnya sebesar 0,5845 m3/detik, sehingga terjadi kehilangan air pada saat
penyaluran sebesar 0,1134 m3/detik. Maka efisiensi penyaluran didapat sebesar
83,75% artinya kehilangan air di saluran sebesar 16,25% dan jumlah yang akan
masuk ke saluran sekunder sebesar 83,75%.
Berdasarkan hasil perhitungan didapatkan efisiensi penyaluran pada saluran
primer sebesar 83,75%, namun berdasarkan standar perencanaan irigasi efisiensi
irigasi saluran primer diharapkan adalah sebesar 90% (Direktorat Jenderal
Pengairan, 1986). Hal ini menunjukkan bahwa efisiensi yang didapatkan lebih
rendah dari nilai efisiensi yang ditetapkan. Kehilangan air yang terjadi di sepanjang
saluran tidak hanya disebabkan karena faktor evaporasi dan rembesan, namun juga
disebabkan oleh faktor lainnya yaitu karena adanya penyadapan liar yang dilakukan
oleh petani, kehilangan air akibat operasional yaitu pengaliran air ke petakan sawah
yang tidak teratur, kelebihan air pembuangan, serta pemborosan penggunaan air
oleh petani. Tingginya kehilangan air di sepanjang saluran mengakibatkan
berkurangnya jumlah air yang dimanfaatkan tanaman dan rendahnya efisiensi
irigasi. Upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi hal tersebut dengan adanya
perbaikan sistem pengelolaan air diantaranya: efisiensi operasional pintu,
meminimalkan pengambilan air tanpa ijin dan pengontrolan operasional oleh pihak
yang berwenang sehingga debit yang tersedia dapat dimanfaatkan secara maksimal.
16
a. Perlu adanya rapat atau kumpul bersama Perkumpulan Petani Pemakai Air
(P3A) untuk membahas secara musyawarah tentang pembocoran saluran secara
ilegal dan bagaimana agar didapat hasil yang adil tanpa ada kerugian antar kedua
belah pihak.
b. Perlu dilakukan inventarisasi pada saluran sehingga dapat dilakukan
pemeliharaan dan perbaikan saluran yang rusak.
17
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil Praktek Kerja Lapangan (PKL) yang dilakukan di Kantor
Pengamat Wilayah VI Solok, dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Teknis pengukuran debit aliran air secara tidak langsung menggunakan alat
current meter yaitu dengan metode merawas dan diukur pada beberapa titik
untuk pengukuran kecepatan aliran sehingga dapat dihitung debit menggunakan
rumus yang ditentukan.
2. Perhitungan debit air irigasi dapat dihitung menggunakan rumus Q = v.A dimana
v adalah kecepatan aliran dan A merupakan luas penampang basah.
3. Efisiensi penyaluran air di saluran primer dapat dihitung menggunakan rumus
Wf
Ec = Wr × 100%.
4.2 Saran
Saran dari hasil PKL tersebut yaitu:
1. Perlu dilakukan pengukuran pada saluran sekunder agar hasil pengukuran lebih
akurat.
2. Untuk memudahkan dalam pembagian air sebaiknya di perbaiki pintu air yang
rusak dan dibersihkan pintu dari air dari sampah-sampah menutupi pintu air.
3. Untuk meningkatkan efisiensi pada Daerah Irigasi Bandar Panjang Selayo ini
sebaiknya dilakukan perbaikan pada saluran yang dianggap banyak terjadi
kehilangan air.
4. Untuk meningkatkan efisiensi penyaluran air sebaiknya pemerintah
meningkatkan kerja sama dengan P3A.
18
DAFTAR PUSTAKA
Sri Harto, BR., 1998. Diktat Analisis Hidrologi. PAU Ilmu Teknik. Universitas
Gadjah Mada, Yogyakarta.
19
LAMPIRAN
Lampiran 1. Pengukuran
20
Lampiran 2. Data Lengkap Pengukuran
PENGUKURAN ALIRAN DENGAN MENGGUNAKAN CURRENT METER
Rumus kecepatan :
Balai PSDA ………… No Kincir: 1-64270
n= n*X +a
Lokasi Bandar Panjang SelayoTanggal < 0,49 0,2635 0,017
No.Pos BPS.00 Mulai Akhir > 0,49 0,2809 0,009
Sungai Jam
Waktu 40 detik M.A. (m) Debit (Q) 0,70 m3/det
Petugas Cuaca Cerah Hujan Luas (F) 1,28 m2
Kecep.(V) 0,55 m/dt
Rai Lebar Dalam Jumlah Putaran Kecepatan pada (m/det) Luas Debit
(m) (m) (m) 0.2H 0.6H 0.8H 0.2H 0.6H 0.8H Rata2 (m2) (m3/dt)
0,0 0 MA Kiri
0,5 0,50 0,85 72 0,51 0,515 0,43 0,22
1,0 0,50 0,85 81 0,58 0,578 0,43 0,25
1,5 0,50 0,85 77 0,55 0,550 0,43 0,23
2,0
Rai Lebar Dalam Jumlah Putaran Kecepatan pada (m/det) Luas Debit
2 2
(m) (m) (m) 0.2H 0.6H 0.8H 0.2H 0.6H 0.8H Rata (m ) (m3/dt)
0,0 0 MA Kiri
0,5 0,50 0,55 109 0,77 0,774 0,28 0,21
1,0 0,50 0,55 131 0,93 0,929 0,28 0,26
1,5 0,40 0,40 102 0,73 0,725 0,16 0,12
1,8
21
Lampiran 2. Data Lengkap Pengukuran
PENGUKURAN ALIRAN DENGAN MENGGUNAKAN CURRENT METER
Rumus kecepatan :
Balai PSDA ………… No Kincir: 1-64270
n= n*X +a
Lokasi Bandar Panjang SelayoTanggal < 0,49 0,2635 0,017
No.Pos BPS.01 HLR Mulai Akhir > 0,49 0,2809 0,009
Sungai Jam
Waktu 40 detik M.A. (m) Debit (Q) 0,48 m3/det
Petugas Cuaca Cerah Hujan Luas (F) 0,40 m2
Kecep.(V) 1,22 m/dt
Rai Lebar Dalam Jumlah Putaran Kecepatan pada (m/det) Luas Debit
(m) (m) (m) 0.2H 0.6H 0.8H 0.2H 0.6H 0.8H Rata2 (m2) (m3/dt)
0,0 0 MA Kiri
0,3 0,30 0,45 210 1,48 1,484 0,14 0,20
0,6 0,30 0,45 214 1,51 1,512 0,14 0,20
0,9 0,25 0,50 87 0,62 0,620 0,13 0,08
1,1
Rai Lebar Dalam Jumlah Putaran Kecepatan pada (m/det) Luas Debit
2 2
(m) (m) (m) 0.2H 0.6H 0.8H 0.2H 0.6H 0.8H Rata (m ) (m3/dt)
0,0 0 MA Kiri
0,5 0,50 0,48 134 0,95 0,950 0,24 0,23
1,0 0,50 0,40 150 1,06 1,062 0,20 0,21
1,5 0,50 0,42 134 0,95 0,950 0,21 0,20
2,0
22
Lampiran 2. Data Lengkap Pengukuran
PENGUKURAN ALIRAN DENGAN MENGGUNAKAN CURRENT METER
Rumus kecepatan :
Balai PSDA ………… No Kincir: 1-64270
n= n*X +a
Lokasi Bandar Panjang SelayoTanggal < 0,49 0,2635 0,017
No.Pos BPS.02 HLR Mulai Akhir > 0,49 0,2809 0,009
Sungai Jam
Waktu 40 detik M.A. (m) Debit (Q) 0,51 m3/det
Petugas Cuaca Cerah Hujan Luas (F) 0,55 m2
Kecep.(V) 0,92 m/dt
Rai Lebar Dalam Jumlah Putaran Kecepatan pada (m/det) Luas Debit
(m) (m) (m) 0.2H 0.6H 0.8H 0.2H 0.6H 0.8H Rata2 (m2) (m3/dt)
0,0 0 MA Kiri
0,5 0,50 0,30 123 0,87 0,873 0,15 0,13
1,0 0,50 0,30 152 1,08 1,076 0,15 0,16
1,5 0,50 0,25 80 0,57 0,571 0,13 0,07
2,0 0,50 0,25 160 1,13 1,133 0,13 0,14
2,5
Rai Lebar Dalam Jumlah Putaran Kecepatan pada (m/det) Luas Debit
2 2
(m) (m) (m) 0.2H 0.6H 0.8H 0.2H 0.6H 0.8H Rata (m ) (m3/dt)
0,0 0 MA Kiri
0,5 0,50 0,53 146 1,03 1,034 0,27 0,27
1,0 0,45 0,50 133 0,94 0,943 0,23 0,21
1,4 0,25 0,45 112 0,80 0,796 0,11 0,09
1,5
23
Lampiran 2. Data Lengkap Pengukuran
PENGUKURAN ALIRAN DENGAN MENGGUNAKAN CURRENT METER
Rumus kecepatan :
Balai PSDA ………… No Kincir: 1-64270
n= n*X +a
Lokasi Bandar Panjang SelayoTanggal < 0,49 0,2635 0,017
No.Pos BPS.03 HILIR Mulai Akhir > 0,49 0,2809 0,009
Sungai Jam
Waktu 40 detik M.A. (m) Debit (Q) 0,61 m3/det
Petugas Cuaca Cerah Hujan Luas (F) 0,97 m2
Kecep.(V) 0,63 m/dt
Rai Lebar Dalam Jumlah Putaran Kecepatan pada (m/det) Luas Debit
(m) (m) (m) 0.2H 0.6H 0.8H 0.2H 0.6H 0.8H Rata2 (m2) (m3/dt)
0,0 0 MA Kiri
0,5 0,50 0,50 90 0,64 0,641 0,25 0,16
1,0 0,50 0,50 80 0,57 0,571 0,25 0,14
1,5 0,50 0,45 97 0,69 0,690 0,23 0,16
2,0 0,55 0,45 87 0,62 0,620 0,25 0,15
2,6
Rai Lebar Dalam Jumlah Putaran Kecepatan pada (m/det) Luas Debit
2 2
(m) (m) (m) 0.2H 0.6H 0.8H 0.2H 0.6H 0.8H Rata (m ) (m3/dt)
0,0 0 MA Kiri
0,5 0,50 0,58 140 0,99 0,992 0,29 0,29
1,0 0,40 0,60 157 1,11 1,112 0,24 0,27
1,3 0,25 0,60 98 0,70 0,697 0,15 0,10
1,5
24
Lampiran 2. Data Lengkap Pengukuran
PENGUKURAN ALIRAN DENGAN MENGGUNAKAN CURRENT METER
Rumus kecepatan :
Balai PSDA ………… No Kincir: 1-64270
n= n*X +a
Lokasi Bandar Panjang SelayoTanggal < 0,49 0,2635 0,017
No.Pos BPS.04 HILIR Mulai Akhir > 0,49 0,2809 0,009
Sungai Jam
Waktu 40 detik M.A. (m) Debit (Q) 0,41 m3/det
Petugas Cuaca Cerah Hujan Luas (F) 0,65 m2
Kecep.(V) 0,63 m/dt
Rai Lebar Dalam Jumlah Putaran Kecepatan pada (m/det) Luas Debit
(m) (m) (m) 0.2H 0.6H 0.8H 0.2H 0.6H 0.8H Rata2 (m2) (m3/dt)
0,0 0 MA Kiri
0,5 0,50 0,50 122 0,87 0,866 0,25 0,22
1,0 0,50 0,49 70 0,50 0,501 0,24 0,12
1,5 0,35 0,45 63 0,45 0,451 0,16 0,07
1,7
Rai Lebar Dalam Jumlah Putaran Kecepatan pada (m/det) Luas Debit
2 2
(m) (m) (m) 0.2H 0.6H 0.8H 0.2H 0.6H 0.8H Rata (m ) (m3/dt)
0,0 0 MA Kiri
0,4 0,40 0,28 107 0,76 0,760 0,11 0,09
0,8 0,40 0,25 102 0,73 0,725 0,10 0,07
1,2 0,30 0,20 73 0,52 0,522 0,06 0,03
1,4
25
Lampiran 2. Data Lengkap Pengukuran
PENGUKURAN ALIRAN DENGAN MENGGUNAKAN CURRENT METER
Rumus kecepatan :
Balai PSDA ………… No Kincir: 1-64270
n= n*X +a
Lokasi Bandar Panjang SelayoTanggal < 0,49 0,2635 0,017
No.Pos BPS.05 HILIR Mulai Akhir > 0,49 0,2809 0,009
Sungai Jam
Waktu 40 detik M.A. (m) Debit (Q) 0,18 m3/det
Petugas Cuaca Cerah Hujan Luas (F) 0,38 m2
Kecep.(V) 0,49 m/dt
Rai Lebar Dalam Jumlah Putaran Kecepatan pada (m/det) Luas Debit
(m) (m) (m) 0.2H 0.6H 0.8H 0.2H 0.6H 0.8H Rata2 (m2) (m3/dt)
0,0 0 MA Kiri
0,4 0,40 0,30 76 0,54 0,543 0,12 0,07
0,8 0,40 0,30 95 0,68 0,676 0,12 0,08
1,2 0,45 0,30 38 0,28 0,276 0,14 0,04
1,7
Rai Lebar Dalam Jumlah Putaran Kecepatan pada (m/det) Luas Debit
2 2
(m) (m) (m) 0.2H 0.6H 0.8H 0.2H 0.6H 0.8H Rata (m ) (m3/dt)
0,0 0 MA Kiri
0,4 0,40 0,28 100 0,71 0,711 0,11 0,08
0,8 0,40 0,22 81 0,58 0,578 0,09 0,05
1,2 0,30 0,22 61 0,44 0,437 0,07 0,03
1,4
26
Lampiran 2. Data Lengkap Pengukuran
PENGUKURAN ALIRAN DENGAN MENGGUNAKAN CURRENT METER
Rumus kecepatan :
Balai PSDA ………… No Kincir: 1-64270
n= n*X +a
Lokasi Bandar Panjang SelayoTanggal < 0,49 0,2635 0,017
No.Pos BPS.06 HILIR Mulai Akhir > 0,49 0,2809 0,009
Sungai Jam
Waktu 40 detik M.A. (m) Debit (Q) 0,19 m3/det
Petugas Cuaca Cerah Hujan Luas (F) 0,23 m2
Kecep.(V) 0,83 m/dt
Rai Lebar Dalam Jumlah Putaran Kecepatan pada (m/det) Luas Debit
(m) (m) (m) 0.2H 0.6H 0.8H 0.2H 0.6H 0.8H Rata2 (m2) (m3/dt)
0,0 0 MA Kiri
0,4 0,40 0,20 113 0,80 0,803 0,08 0,06
0,8 0,40 0,20 110 0,78 0,781 0,08 0,06
1,2 0,40 0,18 131 0,93 0,929 0,07 0,07
1,6
Rai Lebar Dalam Jumlah Putaran Kecepatan pada (m/det) Luas Debit
(m) (m) (m) 0.2H 0.6H 0.8H 0.2H 0.6H 0.8H Rata2 (m2) (m3/dt)
0,0 0 MA Kiri
0,4 0,40 0,30 88 0,63 0,627 0,12 0,08
0,8 0,40 0,20 73 0,52 0,522 0,08 0,04
1,2 0,35 0,20 73 0,52 0,522 0,07 0,04
1,5
27
Lampiran 2. Data Lengkap Pengukuran
PENGUKURAN ALIRAN DENGAN MENGGUNAKAN CURRENT METER
Rumus kecepatan :
Balai PSDA ………… No Kincir: 1-64270
n= n*X +a
Lokasi Bandar Panjang SelayoTanggal < 0,49 0,2635 0,017
No.Pos BPS.07 HILIR Mulai Akhir > 0,49 0,2809 0,009
Sungai Jam
Waktu 40 detik M.A. (m) Debit (Q) 0,16 m3/det
Petugas Cuaca Cerah Hujan Luas (F) 0,37 m2
Kecep.(V) 0,43 m/dt
Rai Lebar Dalam Jumlah Putaran Kecepatan pada (m/det) Luas Debit
(m) (m) (m) 0.2H 0.6H 0.8H 0.2H 0.6H 0.8H Rata2 (m2) (m3/dt)
0,0 0 MA Kiri
0,4 0,40 0,35 53 0,38 0,381 0,14 0,05
0,8 0,40 0,28 84 0,60 0,599 0,11 0,07
1,2 0,40 0,30 45 0,33 0,325 0,12 0,04
1,6
Rai Lebar Dalam Jumlah Putaran Kecepatan pada (m/det) Luas Debit
2 2
(m) (m) (m) 0.2H 0.6H 0.8H 0.2H 0.6H 0.8H Rata (m ) (m3/dt)
0,0 0 MA Kiri
0,4 0,40 0,15 47 0,34 0,339 0,06 0,02
0,8 0,40 0,15 50 0,36 0,360 0,06 0,02
1,2 0,35 0,15 31 0,23 0,227 0,05 0,01
1,5
28
Lampiran 2. Data Lengkap Pengukuran
PENGUKURAN ALIRAN DENGAN MENGGUNAKAN CURRENT METER
Rumus kecepatan :
Balai PSDA ………… No Kincir: 1-64270
n= n*X +a
Lokasi Bandar Panjang SelayoTanggal < 0,49 0,2635 0,017
No.Pos BPS.08 HILIR Mulai Akhir > 0,49 0,2809 0,009
Sungai Jam
Waktu 40 detik M.A. (m) Debit (Q) 0,04 m3/det
Petugas Cuaca Cerah Hujan Luas (F) 0,12 m2
Kecep.(V) 0,35 m/dt
Rai Lebar Dalam Jumlah Putaran Kecepatan pada (m/det) Luas Debit
(m) (m) (m) 0.2H 0.6H 0.8H 0.2H 0.6H 0.8H Rata2 (m2) (m3/dt)
0,0 0 MA Kiri
0,4 0,40 0,15 49 0,35 0,353 0,06 0,02
0,8 0,40 0,15 49 0,35 0,353 0,06 0,02
1,2
Rai Lebar Dalam Jumlah Putaran Kecepatan pada (m/det) Luas Debit
(m) (m) (m) 0.2H 0.6H 0.8H 0.2H 0.6H 0.8H Rata2 (m2) (m3/dt)
0,0 0 MA Kiri
0,2 0,20 0,10 22 0,16 0,163 0,02 0,00
0,4 0,20 0,10 29 0,21 0,213 0,02 0,00
0,6 0,20 0,10 22 0,16 0,163 0,02 0,00
0,8
29
Lampiran 3. Daftar Nama Kelompok PKL di Kantor Pengamat Wilayah VI
No Nama Mahasiswa NIM Pembimbing Lapangan
1. Ade Fitra Wijays J1B116022 Alqudri, ST
2. M. Hariyadi Oka Putra J1B116004 Alqudri, ST
3. Hafis Diya Ulhaq J1B116090 Alqudri, ST
30