Anda di halaman 1dari 30

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang PKL


Air merupakan kebutuhan yang sangat pokok bagi setiap makhluk hidup di
muka bumi. Air sangat penting untuk kebutuhan pertanian, perikanan, peternakan,
industri dan kepentingan lainnya. Perkembangan wilayah suatu daerah akan
menyebabkan kebutuhan air meningkat seiring dengan laju pertumbuhan
penduduk. Pemenuhan kebutuhan pangan dan aktivitas penduduk selalu erat
kaitannya akan air.
Musim kemarau dan musim penghujan banyak memberikan pengaruh
terhadap kondisi lahan-lahan yang ada. Pada saat musim kemarau banyak lahan-
lahan yang terjadi kekeringan dan ini sangat berpengaruh terhadap lahan yang akan
ditanamkan dan produktivitas pun berkurang. Sebaliknya, ketika musim penghujan
terjadi kelebihan air yang menyebabkan genangan di lahan-lahan dan bahkan
banjir. Hal ini perlu mendapat perhatian khusus karena sangat berpengaruh terhadap
pemanfaatan air untuk tanaman. Untuk menghindari kekurangan atau kelebihan air
maka diperlukan saluran irigasi jika kekurangan air dan drainase untuk
meminimalisir kelebihan air.
Jaringan irigasi adalah satu kesatuan saluran dan bangunan yang diperlukan
untuk pengaturan air irigasi, mulai dari penyediaan, pengambilan, pembagian,
pemberian dan penggunaannya. Jaringan irigasi dibagi menjadi jaringan utama dan
jaringan tersier. Jaringan utama meliputi bangunan utama dan bangunan sekunder,
sedangkan jaringan tersier terdiri dari bangunan dan saluran yang berada dalam
petak tersier. Suatu kesatuan wilayah yang mendapatkan air dari suatu jaringan
irigasi disebut Daerah Irigasi (Direktorat Jenderal Pengairan, 1986).
Pembangunan saluran irigasi untuk menunjang penyediaan bahan pangan
nasional dapat diperlukan, sehingga ketersediaan air di lahan akan terpenuhi
walaupun lahan tersebut berada jauh dari sumber air permukaan (sungai).
Pemberian air irigasi secara tepat dan efisien memerlukan bangunan ukur untuk
setiap saluran. Bangunan ukur debit tersebut berfungsi untuk mengetahui debit air
yang melalui saluran tersebut sehingga pemberian air ke petakan-petakan sawah
yang menjadi daerah pengairan dapat dipantau, dengan demikian pemberian airnya

1
tidak berlebihan atau kekurangan sesuai dengan yang diperlukan (Direktorat
Jenderal Pengairan, 1986).
Kota Solok merupakan penghasil padi terbesar di Sumatera Barat. Petani
memanfaatkan lahan yang ada untuk dijadikan areal sawah dengan sumber air
langsung dari bendung. Pemanfaatan air oleh petani di Desa Panjang Selayo
tergabung dalam Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A). Dalam pengelolaan air
tersebut banyak permasalahan yang terjadi, diantaranya kondisi saluran irigasi yang
rusak, kobocoran saluran dan pengambilan/pembobolan saluran secara ilegal.
Daerah Irigasi Bandar Panjang Selayo merupakan jaringan irigasi yang terdapat di
kabupaten Solok. Jaringan Irigasi Bandar Panjang Selayo merupakan jaringan
irigasi sistem terbuka, dimana pada saluran primer sudah dilakukan penyemenan,
tetapi untuk saluran sekunder dan tersier sebagian besar belum disemen.
Kehilangan air yang terjadi erat hubungannya dengan efisiensi. Besaran
efisiensi dan kehilangan air berbanding terbalik. Bila angka kehilangan air naik
maka efisiensi akan turun dan begitu pula sebaliknya. Kehilangan air yang terjadi
pada saluran primer, sekunder dan tersier melalui evaporasi, rembesan, faktor
operasional dan bocoran. Kehilangan air secara berlebihan perlu dicegah dengan
cara peningkatan saluran menjadi permanen dan pengontrolan operasional sehingga
debit tersedia dapat dimanfaatkan secara maksimal oleh petani (Rokhmin, 1993).
Efisiensi pemanfaatan air irigasi menjadi hal utama pada daerah dengan
ketersediaan air yang terbatas. Hal ini terkait dengan besarnya kehilangan air di
jaringan irigasi yang disebabkan penguapan, pengambilan air untuk keperluan lain,
atau kebocoran di sepanjang saluran. Berdasarkan Kriteria Perencanaan Irigasi
Bagian Saluran (KP-03), besarnya kehilangan air di jaringan irigasi dapat
diminimalkan dengan cara perbaikan sistem pengelolaan air dan perbaikan fisik
prasarana irigasi. Besarnya kehilangan air ini mempengaruhi nilai efisiensi irigasi,
dengan besar kehilangan air yang sebaiknya diperoleh dari hasil penelitian dan
penyelidikan. Berkaitan dengan hal tersebut maka perlu adanya studi yang
mengkaji tentang efisiensi pada saluran irigasi, yang bertujuan untuk mengukur
tingkat efisiensi, mengukur nilai kehilangan air, dan mengetahui penyebab
kehilangan air serta cara mengatasi permasalahan tersebut.

2
Berdasarkan uraian diatas, penulis berkeinginan memberikan pengalaman
yang diperoleh dalam sebuah laporan Praktek Kerja Lapangan (PKL) yang berjudul
”Efisiensi Penyaluran Air Jaringan Irigasi Saluran Primer Pada Daerah Irigasi
Bandar Panjang Selayo”.

1.2 Maksud dan Tujuan PKL


Maksud dan tujuan dilaksanakannya PKL ini yaitu:
1. Mahasiswa mengetahui teknis pengukuran debit aliran air secara tidak
langsung menggunakan alat current meter.
2. Mahasiswa mengetahui cara perhitungan debit air irigasi.
3. Mahasiswa mampu menghitung efisiensi penyaluran air di saluran primer.

1.3 Kegunaan PKL


Kegunaan dari PKL ini yaitu:
1. Menambah pengalaman, ilmu sebanyak mungkin dan melatih keterampilan
sesuai dengan pengetahuan yang diperoleh selama mengikuti perkuliahan.
2. Membentuk sikap, perilaku kedisiplinan kerja, serta inisiatif dan kerjasama.
3. Menumbuhkan kemampuan teknis dan pemahaman terhadap masalah serta
kemampuan menyelesaikan masalah.
4. Mampu menerapkan ilmu yang didapat selama PKL di masa depan.
5. Menambah pengetahuan tentang pengukuran dan perhitungan debit saluran
irigasi.

1.4 Tempat PKL


Kegiatan Praktek Kerja Lapangan (PKL) ini dilakukan di Kantor Pengamat
Wilayah VI, Balai PSDA Sungai Dareh, Dinas PSDA Sumatera Barat berlokasi di
Jl. Lintas Solok-Padang, Nagari Koto Gadang Guguak, Kecamatan Gunung Talang,
Kabupaten Solok.

1.5 Jadwal Waktu PKL


Kegiatan Praktek Kerja Lapangan (PKL) dilakukan mulai dari tanggal 16
Juni 2019 sampai dengan 9 Agustus 2019. Waktu pelaksanaan PKL setiap hari
Senin sampai dengan Jumat dari pukul 08.00 sampai 16.00 WIB.

3
BAB II
TINJAUAN UMUM TEMPAT PKL

2.1 Sejarah Dinas PSDA Sumatera Barat


Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air Provinsi Sumatera Barat sebagai
aparat pemerintah daerah pasca Reformasi adalah menyelenggarakan urusan
Desentralisasi dan Dekonsentrasi bidang pengelolaan sumber daya air di provinsi
ini dengan prinsip pemanfaatan air secara holistik, berkelanjutan dan berwawasan
lingkungan. Instansi ke-PU-an ini telah menjalankan tugasnya sejak tiga belas tahun
lalu berdasarkan Perdaprov Sumatera Barat No. 05 Tahun 2001. Keberadaannya
merupakan kelanjutan dari instansi yang sudah berjalan sebelumnya, yaitu Dinas
PU Pengairan Sumatera Barat, yang landasan pokok kegiatannya adalah Undang-
undang No. 11 tahun 1974 tentang pengairan dengan dukungan beberapa Perda.
Dasar hukumnya yang lain adalah Undang-undang No. 7 tahun 2004 tentang
Sumber Daya Air, peraturan pemerintah No. 42 tahun 2008 tentang pengelolaan
sumber daya air berikut beberapa peraturan pemerintah lainnya. Aplikasinya
meliputi pengelolaan konservasi sumber daya air, peningkatan pendayagunaan dan
pengendalian daya rusak sumber daya air, serta peningkatan peran serta masyarakat
dan stakeholder dalam menanggulangi permasalahan yang dihadapi, sesuai dengan
Undang-Undang No. 7 Tahun 2004. Dinas PU Pengairan Sumatera Barat berjalan
berdampingan dengan Kantor Wilayah Pekerjaan Umum Provinsi Sumatera Barat
yang merupakan perwakilan Pemerintah Pusat di Daerah. Departemen teknis yang
di masa pemerintahan Hindia Belanda merupakan unit dari Dienst der B.O.W
(Departement Burgelijke Openbare Werken, 1855) ini, pada tahun 1999 berganti
nama menjadi Kementerian Pekerjaan Umum, sebagian fungsi Kantor Wilayah PU
itu digantikan oleh Balai-Balai Wilayah Sungai dan Dinas PU Pengairan Provinsi
Sumatera Barat pun kemudian berganti nama menjadi DINAS PENGELOLAAN
SUMBER DAYA AIR PROVINSI SUMATERA BARAT yang berlokasi di Jl.
Khatib Sulaiman No. 106 Padang, Provinsi Sumatera Barat.
Seiring pertumbuhannya, tantangan reformasi bagi pengembangan dan
pengelolaan sumber daya air, menyangkut masalah demokratisasi maupun
birokratisasi telah menimbulkan paradigma baru yang menentukan kebijakan baru
dalam penanganannya ke depan. Paradigma baru itu ialah, bahwa pembangunan

4
sumber daya air dari orientasi yang semula berdasarkan Undang-undang No. 11
Tahun 1974 sebatas eksploitasi dengan dominasi pemanfaatan air untuk pertanian,
orientasinya kini adalah pemanfaatan air yang holistik. Tujuannya guna mendukung
semua sektor pembangunan secara berkelanjutan dan berwawasan lingkungan.
Kebijakan konservasi sumber daya air untuk tujuan tersebut diarahkan pada
peningkatan dan pemulihan ketersediaan air yang layak bagi kemanfaatan semua
pihak sampai ke genarasi mendatang. Pendayagunaan sumber daya air diarahkan
untuk prioritas kebutuhan penduduk secara adil guna menopang kehidupan yang
sehat, bersih dan produktif. Juga meningkatkan efektifitas dan efisiensi penyediaan
serta penggunaan air irigasi demi peningkatan produksi pangan, disamping
mendukung perkembangan ekonomi daerah, dalam kebersamaan kepentingan antar
sektor dan antar wilayah. Upaya pengendalian daya rusak air, diarahkan untuk
mengamankan daerah/sentra produksi pangan dan permukiman dari bahaya
bencana banjir. Selain itu juga untuk memulihkan ekosistem dari kerusakan akibat
daya rusak air serta peningkatan kesiapan dan keswadayaan masyarakat
menghadapi berbagai bencana alam lainnya yang menyangkut sumber daya air.
Dalam prinsip pembangunan berkelanjutan, yaitu mengedepankan
pendayagunaan dan didukung oleh upaya konservasi, pengelolaan sumber daya air
harus dikuasai Negara. Tugas pemerintah pusat dalam melayani kebutuhan
masyarakat adalah dengan mendukung secara penuh usaha-usaha yang berkaitan
dengan penanganan sumber daya air tersebut, sementara pemerintah daerah
mengaplikasikan programnya sesuai kondisi daerahnya. Struktur organisasi Dinas
PSDA Sumatera Barat dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Dinas PSDA Sumatera Barat

5
2.2 Struktur Organisasi Dinas PSDA Sumatera Barat
Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air (PSDA) memiliki struktur utama di
pusat maupun struktur lainnya yang berada di Balai UPTD maupun kantor
pengamat wilayah yaitu tempat dimana mahasiswa melaksanakan Praktek Kerja
Lapangan (PKL).

Gambar 2. Struktur Organisasi Dinas PSDA Sumatera Barat


Kepengamatan Wilayah VI, UPTD Balai PSDA Wilayah Sungai Dareh
merupakan salah satu bagian dari organisasi Dinas PSDA Sumatera Barat yang
khusus mengamati 12 Daerah Irigasi di daerah Kabupaten Solok, Kota Solok dan
Kabupaten Sijunjung. Struktur organisasi Kepengamatan Wilayah VI dapat dilihat
pada Gambar 3.

6
Gambar 3. Struktur Organisasi Kepengamatan Wilayah VI

2.3 Kegiatan Umum Dinas PSDA Sumatera Barat


Dalam Peraturan Gubernur Nomor 78 Tahun 2016 Tanggal 22 Desember
2016 tentang Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas Pokok dan Fungsi serta Tata
Kerja Dinas Daerah, menggantikan Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Barat No.
4 tahun 2008 Tanggal 21 Juli 2008 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja
Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air, mengatur bahwa “Dinas Pengelolaan Sumber
Daya Air mempunyai tugas pokok melaksanakan urusan pemerintah daerah bidang
Pengelolaan Sumber Daya Air".
Fungsi dari Dinas Pengolaan Sumber Daya Air Sumatera Barat meliputi:
1. Perumusan kebijakan di bidang sumber daya air sesuai peraturan perundangan-
undangan, yang meliputi konservasi, pendayagun-an, dan pengendalian daya
rusak.
2. Pelaksanaan kebijakan di bidang sumber daya air sesuai peraturan
perundangan-undangan yang meliputi penyusunan program dan anggaran serta
evaluasi kinerja pelaksanaan kebijakan, pengem-bangan sistem pembiayaan
dan pola investasi, serta penanggu-langan darurat dan rehabilitasi kerusakan
infrastruktur sumber daya air akibat bencana alam.
3. Penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang sumber daya air
sesuai peraturan perundangan-undangan.
4. Pelaksanaan pengaturan pengelo-laan sumber daya air.
5. pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang sumber daya air sesuai
peraturan perundangan-undangan meliputi pembinaan hidrologi, perencanaan

7
wilayah sungai, pembinaan pelaksanaan konstruksi, pembinaan aset sumber
daya air, pembinaan operasi dan pemeliharaan, pengendalian pemanfaatan,
pembinaan kelembagaan pemberdayaan masyarakat dan.
6. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Gubernur sesuai dengan tugas dan
fungsinya.

8
BAB III
PELAKSANAAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN

3.1 Bidang Unit Kerja


Kegiatan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Dinas Pengelolaan Sumber
Daya Air Sumatera Barat dilakukan pada daerah bagian Solok yaitu Kantor
Kepengamatan Wilayah VI (Kab. Solok, Kota Solok, Kab. Sijunjung). Bagian
kantor ini memiliki peranan mengelola jaringan irigasi yang berada di Solok dan
sekitarnya. Program kerja yang dilakukan yaitu penentuan debit air di masing-
masing saluran irigasi. Selain kegiatan tersebut ada beberapa kegiatan atau program
kerja yang dilakukan seperti operasi dan pemeliharaan jaringan irigasi. Program
kerja yang dilakukan hampir semua terlaksana secara keseluruhan kecuali kegiatan
blangko O dan P yang memang ditangani oleh Kepala Pengamat Wilayah tersebut.

3.2 Pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan


Pelaksanaan kegiatan Praktek Kerja Lapangan (PKL) dimulai dengan
mempelajari mengenai hal-hal yang berkaitan dengan pengukuran debit aliran
saluran irigasi. Kegiatan yang dilakukan diantaranya yaitu cara penggunaan alat
current meter, pengambilan titik saat pengukuran debit air, pengenalan penampang
basah saluran irigasi, teknis pengukuran yang benar dan mempelajari cara
mengolah data yang diperoleh menggunakan Microsoft Excel agar mandapatkan
hasil debit air yang telah diukur. Kegiatan yang dilakukan di Kantor Pemgamat
Wilayah VI ini fokus pada pengukuran debit air saluran primer di Daerah Irigasi
Bandar Panjang Selayo.
Pengukuran debit dilakukan di 8 daerah irigasi yaitu daerah irigasi Bandar
Gadang, Bintungan, Paneh Gadang, Halim, Bandar Panjang Selayo, Bandar
Pemujan, Batang Lembang dan Bandar Laweh Sirukam. Pengukuran debit irigasi
dilakukan dengan menggunakan alat current meter yang berfungsi untuk
mengetahui kecepatan aliran irigasi sehingga diperoleh data yang akan diolah untuk
mengetahui nilai debit aliran irigasi. Pengukuran dimulai dengan dengan
mempersiapkan peralatan dan perlengkapan. Setelah semua perlengkapan dan
peralatan, pengukuran biasa dilakukan dihulu dan hilir bangunan utama setiap
daerah irigasi. Pengukuran dilakukan secara berkala. Jika pengukuran selesai pada

9
satu daerah irigasi, maka pengukuran dilanjutkan di daerah irigasi lainnya. Contoh
teknis pengukuran kecepatan aliran dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4. Pelaksanaan Pengukuran Kecepatan Aliran dengan Current Meter

Papan peil scale atau papan duga sangat dibutuhkan untuk saluran irigasi.
Dengan adanya alat ini akan mempermudah teknisi lapangan dalam mencatat tinggi
muka air sebagai acuan untuk mengetahui debit air pada hari tersebut. Papan peil
scale yang digunakan setinggi 1 m dengan lebar 20 cm. Pemasangan papan peil
scale dilakukan di setiap bangunan utama sebelum pintu bagi atau saluran bagi.
Pembuatan profil saluran hanya dilakukan di daerah irigasi Bandar Halim,
dan Bandar Gadang. Pembuatan profil saluran dilakukan dengan melakukan
pengukuran panjang irigasi setiap 50 meter, pengukuran dilakukan sampai
bangunan terakhir. Pembuatan profil jaringan dilakukan bersama Juru, PPA, dan
POB. Pembuatan profil saluran bertujuan untuk mengetahui keadaan teknis dari
suatu saluran irigasi.
Irigasi Bandar Halim merupakan saluran irigasi mekanis yang terdiri dari 14
(empat belas) bangunan utama. Bangunan utama merupakan bangunan yang wajib
ada pada saluran irigasi. Bangunan utama terdiri dari bendung, bangunan penguras,
bangunan bagi, bangunan sadap, bangunan bagi sadap, dan bangunan sadap
langsung. Selain bangunan utama, terdapat pula bangunan pendukung sebanyak 23
(dua puluh tiga) jenis. Irigasi Bandar Halim memiliki beberapa bangunan pelengkap
diantaranya jembatan, tempat cuci, tempat mandi hewan, gorong-gorong, pelimpah
samping.

10
3.2.1 Pengukuran Kecepatan Aliran
Pengukuran debit saluran irigasi dilakukan dengan cara mengukur
kecepatan aliran dan penampang melintang saluran dengan menggunakan alat
pengukur kecepatan (current meter). Alat ini digunakan karena memberikan
ketelitian yang cukup tinggi. Kecepatan aliram yang diukur adalah kecepatan aliran
titik dalam satu penampang tertentu. Prinsip yang digunakan adalah hubungan
antara kecepatan aliran dengan putaran baling – baling. Untuk menghitung besarnya
kecepatan aliran berdasarkan kecepatan baling – baling digunakan rumus :
v = a + bn
Dimana:
v = kecepatan aliran (m/dtk)
a = kecepatan permulaan untuk mengatasi gesekan dalam alat
n = banyaknya putaran per detik, n = p/t
b = konstanta
p = jumlah putaran per siklus
t = waktu siklus
Menurut Sri Harto (1989), ada beberapa cara untuk menentukan distribusi
kecepatan secara vertikal yaitu dengan menempatkan baling – baling current meter
pada kondisi kedalaman, yaitu :
a. Pengukuran pada 1 (satu) titik, umumnya dilakukan apabila kedalaman air
kurang dari 1 (satu) meter, penempatan baling – baling pada kedalaman 0,60 h
diukur dari muka air.
b. Dalam praktek umumnya, pengukuran kecepatan aliran dilakukan lebih dari 1
(satu) titik sehingga diharapkan dapat memberikan pengukuran yang dapat
dipertanggungjawabkan sehingga ketinggian yang dipakai adalah 0,2 h dan 0,8
h seperti yang ditunjukkan pada Gambar 5.

11
Gambar 5. Hubungan Antara Penampang Saluran Dan Penempatan Baling-Baling

3.2.2 Perhitungan Debit Aliran


Untuk menentukan besarnya debit pengukuran pada pintu saluran adalah
perkalian antara luas penampang basah dengan kecepatan rata-ratanya.
Q = v. A
Dimana :
Q = debit (m3/dtk)
v = kecepatan rata – rata aliran
A = luas penampang basah saluran
Alat pengukur kecepatan aliran yang digunakan juga berbeda sesuai dengan
saluran. Untuk pengukuran saluran primer ini, alat yang digunakan adalah current
meter tipe Propeller. Penggunaan alat tipe ini dilaksanakan karena baling – baling
yang digunakan pada tipe Propeller berukuran lebih kecil dari tipe price sehingga
cocok digunakan untuk penampang saluran yang kecil. Analisis pengukuran
kecepatan aliran yang dilakukan pada kajian ini bertujuan untuk memperoleh hasil
pengukuran debit pada saluran primer Panjang Selayo. Pengukuran kecepatan
aliran dilakukan pada pintu air saluran primer dan pintu air masuk saluran sekunder
dengan jarak pengukuran yang disesuaikan dengan kondisi lapangan. Penentuan
jarak pengukuran kecepatan aliran sangat penting karena terkait dengan kestabilan
kondisi aliran air terhadap perubahan kecepatan di saluran.
Alat yang digunakan untuk pengukuran adalah current meter dengan nomor
kincir 1-64270. Pengukuran dilakukan dengan 1 titik dikarenakan tinggi muka air
kurang dari 1 meter dan waktu yang digunakan 40 detik. Proses pengukuran
dilakukan pada 9 bangunan yang ada di Bandar Panjang Selayo. Pengukuran di hulu

12
dilakukan pada sebelum pintu bangunan dan pengukuran di hilir dilaksanakan
setelah pintu bangunan.
Penentuan luas penampang saluran ditentukan berdasarkan kedalaman pada
saat bukaan pintu air. Semakin besar tinggi bukaan maka semakin besar lebar
penampang basah dan semakin besar pula luas penampang basah. Untuk
menentukan luas penampang basah dapat dihitung menggunakan rumus:
A=axb
Dimana :
a = Lebar saluran
b = Tinggi air atau dalam air

3.2.3 Data Pengukuran Debit Aliran


Perhitungan kecepatan aliran ditentukan berdasarkan nilai n. Dari hasil
pengukuran diperoleh jumlah putaran yang kemudian ditentukan nilai n. Sebagai
contoh perhitungan, hasil pengukuran di pintu pengambilan air (intake). Setelah
diperoleh nilai n, kemudian dilakukan perhitungan nilai kecepatan (v). Berdasarkan
hasil pengukuran diperoleh nilai n berada pada kisaran 0,675 s.d 0,725 sehingga
rumus kecepatan yang dipakai adalah v = 0,009 + 0,2809 n (sesuai dengan kalibrasi
alat ukur).
Penentuan luas penampang saluran ditentukan berdasarkan kedalaman pada
saat bukaan pintu air. Semakin besar tinggi bukaan maka semakin besar lebar
penampang basah dan semakin besar pula luas penampang basah. Pada pengukuran
pintu pengambilan air (intake) di lapangan hanya dilakukan satu kali tanpa bukaan
pintu. Sebagai contoh, perhitungan luas penampang basah pada pintu pengambilan
air adalah sebagai berikut:
Lebar penampang basah (a) : 0,50 m
Kedalaman air (b) : 0,85 m
Luas penampang basah (A) :a×b
: 0,50 m × 0,85 m
: 0,425 m2
Perhitungan nilai debit dihitung menggunakan rumus yang telah ditentukan.
Nilai debit yang diperoleh dari setiap titik percobaan kemudian dijumlah. Setelah
itu, nilai debit dikumulatif menjadi sebuah nilai debit yang ditentukan untuk titik

13
tersebut. Dari hasil pengukuran debit setiap bangunan tersebut dapat dilihat total
keselurahan debit pada daerah irigasi tersebut. Hasil pengukuran debit setiap
bangunan tersebut dapat digunakan untuk menentukan lokasi terjadinya debit
suplesi. Hasil perhitungan debit pangkal dan ujung di Daerah Irigasi Bandar
Panjang Selayo dapat dilihat pada Tabel 1 dan 2.
Tabel 1. Data Pengukuran Debit Pangkal (intake)
Rai Leb Dal Jumlah Putaran Kecepatan pada (m/det) Lu Deb
ar am as it
(m) (m) (m) 0.2 0.6 0.8 0.2 0.6 0.8 Rat (m2 (m3/
H H H H H H a2 ) dt)
0,0 0 MA Kiri
0,5 0,50 0,85 72 0,5 0,51 0,4 0,22
1 5 3
1,0 0,50 0,85 81 0,5 0,57 0,4 0,25
8 8 3
1,5 0,50 0,85 77 0,5 0,55 0,4 0,23
5 0 3
2,0

Tabel 2. Data Pengukuran Debit Ujung


Rai Leb Dal Jumlah Putaran Kecepatan pada (m/det) Lu Deb
ar am as it
(m) (m) (m) 0.2 0.6 0.8 0.2 0.6 0.8 Rat (m2 (m3/
H H H H H H a2 ) dt)
0,0 0 MA Kiri
0,5 0,50 0,55 109 0,7 0,77 0,2 0,21
7 4 8
1,0 0,50 0,55 131 0,9 0,92 0,2 0,26
3 9 8
1,5 0,40 0,40 102 0,7 0,72 0,1 0,12
3 5 6
1,8

14
3.2.4 Efisiensi Saluran Primer
Efisiensi irigasi adalah angka perbandingan dari jumlah air irigasi nyata
yang terpakai untuk kebutuhan dengan jumlah air yang keluar dari pintu
pengambilan (intake). Efisiensi irigasi terdiri atas efisiensi pengaliran yang pada
umumnya terjadi di jaringan utama dan efisiensi di jaringan sekunder yaitu dari
bangunan pembagi sampai petak sawah. Efisiensi irigasi didasarkan asumsi
sebagian dari jumlah air yang diambil akan hilang baik disaluran maupun petak
sawah.
Efisiensi pengairan ditunjukkan dengan terpenuhinya angka persentase air
pengairan yang telah ditentukan untuk sampai di areal pertanian dari air yang
dialirkan ke saluran pengairan. Rumus efisiensi penyaluran dinyatakan sebagai
berikut:

Dimana:
Ec = efisiensi penyaluran air pengairan
Wf = jumlah air yang sampai di pintu air saluran sekunder
Wr = jumlah air yang diambil dari pintu air saluran primer (Kartasapoetra dan
Sutedjo, 1994)
Dalam proses penyaluran air sampai ke petakan sawah terjadi kehilangan
air di sepanjang saluran sehingga jumlah air yang sampai ke petakan sawah akan
berkurang. Penyebab kehilangan air tersebut karena adanya penguapan (evaporasi)
pada muka air, rembesan air yang meresap ke bagian dinding saluran dan perkolasi
dimana air masuk ke bawah saluran. Dari hasil praktek di lapangan diperoleh hasil
pada saluran primer yang dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Efisiensi Pada Saluran Primer
Debit Kehilangan
Saluran Debit Ujung
Pangkal Air Efisiensi (%)
Primer (m3/detik)
3
(m /detik) (m3/detik)
Hulu-Hilir 0,6979 0,5845 0,1134 83,75

15
Hasil pengukuran diperoleh debit di pangkal 0,6979 m3/detik, setelah air
mengalir sampai ke ujung dimana air akan masuk ke pintu air saluran sekunder,
debitnya sebesar 0,5845 m3/detik, sehingga terjadi kehilangan air pada saat
penyaluran sebesar 0,1134 m3/detik. Maka efisiensi penyaluran didapat sebesar
83,75% artinya kehilangan air di saluran sebesar 16,25% dan jumlah yang akan
masuk ke saluran sekunder sebesar 83,75%.
Berdasarkan hasil perhitungan didapatkan efisiensi penyaluran pada saluran
primer sebesar 83,75%, namun berdasarkan standar perencanaan irigasi efisiensi
irigasi saluran primer diharapkan adalah sebesar 90% (Direktorat Jenderal
Pengairan, 1986). Hal ini menunjukkan bahwa efisiensi yang didapatkan lebih
rendah dari nilai efisiensi yang ditetapkan. Kehilangan air yang terjadi di sepanjang
saluran tidak hanya disebabkan karena faktor evaporasi dan rembesan, namun juga
disebabkan oleh faktor lainnya yaitu karena adanya penyadapan liar yang dilakukan
oleh petani, kehilangan air akibat operasional yaitu pengaliran air ke petakan sawah
yang tidak teratur, kelebihan air pembuangan, serta pemborosan penggunaan air
oleh petani. Tingginya kehilangan air di sepanjang saluran mengakibatkan
berkurangnya jumlah air yang dimanfaatkan tanaman dan rendahnya efisiensi
irigasi. Upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi hal tersebut dengan adanya
perbaikan sistem pengelolaan air diantaranya: efisiensi operasional pintu,
meminimalkan pengambilan air tanpa ijin dan pengontrolan operasional oleh pihak
yang berwenang sehingga debit yang tersedia dapat dimanfaatkan secara maksimal.

3.3 Permasalahan yang Dihadapi


Selama pelaksanaan praktek kerja lapangan di Kantor Pengamat Wilayah
VI ada beberapa permasalahan yang ditemukan antara lain:
a. Pembocoran saluran secara ilegal
b. Kerusakan pada dinding saluran
c. Penumpukan sampah di pintu air yang sengaja dilakukan petani agar mendapat
air lebih banyak dan cepat.

3.4 Solusi yang Ditawarkan


Berdasarkan permasalahan yang ditemukan, maka praktikan dapat
memberikan solusi sebagai berikut:

16
a. Perlu adanya rapat atau kumpul bersama Perkumpulan Petani Pemakai Air
(P3A) untuk membahas secara musyawarah tentang pembocoran saluran secara
ilegal dan bagaimana agar didapat hasil yang adil tanpa ada kerugian antar kedua
belah pihak.
b. Perlu dilakukan inventarisasi pada saluran sehingga dapat dilakukan
pemeliharaan dan perbaikan saluran yang rusak.

17
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil Praktek Kerja Lapangan (PKL) yang dilakukan di Kantor
Pengamat Wilayah VI Solok, dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Teknis pengukuran debit aliran air secara tidak langsung menggunakan alat
current meter yaitu dengan metode merawas dan diukur pada beberapa titik
untuk pengukuran kecepatan aliran sehingga dapat dihitung debit menggunakan
rumus yang ditentukan.
2. Perhitungan debit air irigasi dapat dihitung menggunakan rumus Q = v.A dimana
v adalah kecepatan aliran dan A merupakan luas penampang basah.
3. Efisiensi penyaluran air di saluran primer dapat dihitung menggunakan rumus
Wf
Ec = Wr × 100%.

4.2 Saran
Saran dari hasil PKL tersebut yaitu:
1. Perlu dilakukan pengukuran pada saluran sekunder agar hasil pengukuran lebih
akurat.
2. Untuk memudahkan dalam pembagian air sebaiknya di perbaiki pintu air yang
rusak dan dibersihkan pintu dari air dari sampah-sampah menutupi pintu air.
3. Untuk meningkatkan efisiensi pada Daerah Irigasi Bandar Panjang Selayo ini
sebaiknya dilakukan perbaikan pada saluran yang dianggap banyak terjadi
kehilangan air.
4. Untuk meningkatkan efisiensi penyaluran air sebaiknya pemerintah
meningkatkan kerja sama dengan P3A.

18
DAFTAR PUSTAKA

Direktorat Jenderal Pengairan, 1986. Standar Perencanaan Irigasi. Departemen


Pekerjaan Umum, CV. Galang Persada. Bandung.

Kartasapoetra, A. G. dan M. Sutedjo, 1994. Teknologi Pengairan Pertanian Irigasi,


Bumi Aksara.

Rokhmin. 1993. Teknologi Konservasi Tanah dan Air. IPB. Bogor.

Sri Harto, BR., 1998. Diktat Analisis Hidrologi. PAU Ilmu Teknik. Universitas
Gadjah Mada, Yogyakarta.

19
LAMPIRAN

Lampiran 1. Pengukuran

Pengukuran Kecepatan Aliran

Pemasangan Papan Peil Scale

Pengukuran Kecepatan Aliran

20
Lampiran 2. Data Lengkap Pengukuran
PENGUKURAN ALIRAN DENGAN MENGGUNAKAN CURRENT METER
Rumus kecepatan :
Balai PSDA ………… No Kincir: 1-64270
n= n*X +a
Lokasi Bandar Panjang SelayoTanggal < 0,49 0,2635 0,017
No.Pos BPS.00 Mulai Akhir > 0,49 0,2809 0,009
Sungai Jam
Waktu 40 detik M.A. (m) Debit (Q) 0,70 m3/det
Petugas Cuaca Cerah Hujan Luas (F) 1,28 m2
Kecep.(V) 0,55 m/dt

Rai Lebar Dalam Jumlah Putaran Kecepatan pada (m/det) Luas Debit
(m) (m) (m) 0.2H 0.6H 0.8H 0.2H 0.6H 0.8H Rata2 (m2) (m3/dt)
0,0 0 MA Kiri
0,5 0,50 0,85 72 0,51 0,515 0,43 0,22
1,0 0,50 0,85 81 0,58 0,578 0,43 0,25
1,5 0,50 0,85 77 0,55 0,550 0,43 0,23
2,0

PENGUKURAN ALIRAN DENGAN MENGGUNAKAN CURRENT METER


Rumus kecepatan :
Balai PSDA ………… No Kincir: 1-64270
n= n*X +a
Lokasi Bandar Panjang SelayoTanggal < 0,49 0,2635 0,017
No.Pos BPS.01 Mulai Akhir > 0,49 0,2809 0,009
Sungai Jam
Waktu 40 detik M.A. (m) Debit (Q) 0,58 m3/det
Petugas Cuaca Cerah Hujan Luas (F) 0,71 m2
Kecep.(V) 0,82 m/dt

Rai Lebar Dalam Jumlah Putaran Kecepatan pada (m/det) Luas Debit
2 2
(m) (m) (m) 0.2H 0.6H 0.8H 0.2H 0.6H 0.8H Rata (m ) (m3/dt)
0,0 0 MA Kiri
0,5 0,50 0,55 109 0,77 0,774 0,28 0,21
1,0 0,50 0,55 131 0,93 0,929 0,28 0,26
1,5 0,40 0,40 102 0,73 0,725 0,16 0,12
1,8

21
Lampiran 2. Data Lengkap Pengukuran
PENGUKURAN ALIRAN DENGAN MENGGUNAKAN CURRENT METER
Rumus kecepatan :
Balai PSDA ………… No Kincir: 1-64270
n= n*X +a
Lokasi Bandar Panjang SelayoTanggal < 0,49 0,2635 0,017
No.Pos BPS.01 HLR Mulai Akhir > 0,49 0,2809 0,009
Sungai Jam
Waktu 40 detik M.A. (m) Debit (Q) 0,48 m3/det
Petugas Cuaca Cerah Hujan Luas (F) 0,40 m2
Kecep.(V) 1,22 m/dt

Rai Lebar Dalam Jumlah Putaran Kecepatan pada (m/det) Luas Debit
(m) (m) (m) 0.2H 0.6H 0.8H 0.2H 0.6H 0.8H Rata2 (m2) (m3/dt)
0,0 0 MA Kiri
0,3 0,30 0,45 210 1,48 1,484 0,14 0,20
0,6 0,30 0,45 214 1,51 1,512 0,14 0,20
0,9 0,25 0,50 87 0,62 0,620 0,13 0,08
1,1

PENGUKURAN ALIRAN DENGAN MENGGUNAKAN CURRENT METER


Rumus kecepatan :
Balai PSDA ………… No Kincir: 1-64270
n= n*X +a
Lokasi Bandar Panjang SelayoTanggal < 0,49 0,2635 0,017
No.Pos BPS.02 HL Mulai Akhir > 0,49 0,2809 0,009
Sungai Jam
Waktu 40 detik M.A. (m) Debit (Q) 0,64 m3/det
Petugas Cuaca Cerah Hujan Luas (F) 0,65 m2
Kecep.(V) 0,98 m/dt

Rai Lebar Dalam Jumlah Putaran Kecepatan pada (m/det) Luas Debit
2 2
(m) (m) (m) 0.2H 0.6H 0.8H 0.2H 0.6H 0.8H Rata (m ) (m3/dt)
0,0 0 MA Kiri
0,5 0,50 0,48 134 0,95 0,950 0,24 0,23
1,0 0,50 0,40 150 1,06 1,062 0,20 0,21
1,5 0,50 0,42 134 0,95 0,950 0,21 0,20
2,0

22
Lampiran 2. Data Lengkap Pengukuran
PENGUKURAN ALIRAN DENGAN MENGGUNAKAN CURRENT METER
Rumus kecepatan :
Balai PSDA ………… No Kincir: 1-64270
n= n*X +a
Lokasi Bandar Panjang SelayoTanggal < 0,49 0,2635 0,017
No.Pos BPS.02 HLR Mulai Akhir > 0,49 0,2809 0,009
Sungai Jam
Waktu 40 detik M.A. (m) Debit (Q) 0,51 m3/det
Petugas Cuaca Cerah Hujan Luas (F) 0,55 m2
Kecep.(V) 0,92 m/dt

Rai Lebar Dalam Jumlah Putaran Kecepatan pada (m/det) Luas Debit
(m) (m) (m) 0.2H 0.6H 0.8H 0.2H 0.6H 0.8H Rata2 (m2) (m3/dt)
0,0 0 MA Kiri
0,5 0,50 0,30 123 0,87 0,873 0,15 0,13
1,0 0,50 0,30 152 1,08 1,076 0,15 0,16
1,5 0,50 0,25 80 0,57 0,571 0,13 0,07
2,0 0,50 0,25 160 1,13 1,133 0,13 0,14
2,5

PENGUKURAN ALIRAN DENGAN MENGGUNAKAN CURRENT METER


Rumus kecepatan :
Balai PSDA ………… No Kincir: 1-64270
n= n*X +a
Lokasi Bandar Panjang SelayoTanggal < 0,49 0,2635 0,017
No.Pos BPS.03 HULU Mulai Akhir > 0,49 0,2809 0,009
Sungai Jam
Waktu 40 detik M.A. (m) Debit (Q) 0,58 m3/det
Petugas Cuaca Cerah Hujan Luas (F) 0,60 m2
Kecep.(V) 0,96 m/dt

Rai Lebar Dalam Jumlah Putaran Kecepatan pada (m/det) Luas Debit
2 2
(m) (m) (m) 0.2H 0.6H 0.8H 0.2H 0.6H 0.8H Rata (m ) (m3/dt)
0,0 0 MA Kiri
0,5 0,50 0,53 146 1,03 1,034 0,27 0,27
1,0 0,45 0,50 133 0,94 0,943 0,23 0,21
1,4 0,25 0,45 112 0,80 0,796 0,11 0,09
1,5

23
Lampiran 2. Data Lengkap Pengukuran
PENGUKURAN ALIRAN DENGAN MENGGUNAKAN CURRENT METER
Rumus kecepatan :
Balai PSDA ………… No Kincir: 1-64270
n= n*X +a
Lokasi Bandar Panjang SelayoTanggal < 0,49 0,2635 0,017
No.Pos BPS.03 HILIR Mulai Akhir > 0,49 0,2809 0,009
Sungai Jam
Waktu 40 detik M.A. (m) Debit (Q) 0,61 m3/det
Petugas Cuaca Cerah Hujan Luas (F) 0,97 m2
Kecep.(V) 0,63 m/dt

Rai Lebar Dalam Jumlah Putaran Kecepatan pada (m/det) Luas Debit
(m) (m) (m) 0.2H 0.6H 0.8H 0.2H 0.6H 0.8H Rata2 (m2) (m3/dt)
0,0 0 MA Kiri
0,5 0,50 0,50 90 0,64 0,641 0,25 0,16
1,0 0,50 0,50 80 0,57 0,571 0,25 0,14
1,5 0,50 0,45 97 0,69 0,690 0,23 0,16
2,0 0,55 0,45 87 0,62 0,620 0,25 0,15
2,6

PENGUKURAN ALIRAN DENGAN MENGGUNAKAN CURRENT METER


Rumus kecepatan :
Balai PSDA ………… No Kincir: 1-64270
n= n*X +a
Lokasi Bandar Panjang SelayoTanggal < 0,49 0,2635 0,017
No.Pos BPS.04 HULU Mulai Akhir > 0,49 0,2809 0,009
Sungai Jam
Waktu 40 detik M.A. (m) Debit (Q) 0,66 m3/det
Petugas Cuaca Cerah Hujan Luas (F) 0,68 m2
Kecep.(V) 0,97 m/dt

Rai Lebar Dalam Jumlah Putaran Kecepatan pada (m/det) Luas Debit
2 2
(m) (m) (m) 0.2H 0.6H 0.8H 0.2H 0.6H 0.8H Rata (m ) (m3/dt)
0,0 0 MA Kiri
0,5 0,50 0,58 140 0,99 0,992 0,29 0,29
1,0 0,40 0,60 157 1,11 1,112 0,24 0,27
1,3 0,25 0,60 98 0,70 0,697 0,15 0,10
1,5

24
Lampiran 2. Data Lengkap Pengukuran
PENGUKURAN ALIRAN DENGAN MENGGUNAKAN CURRENT METER
Rumus kecepatan :
Balai PSDA ………… No Kincir: 1-64270
n= n*X +a
Lokasi Bandar Panjang SelayoTanggal < 0,49 0,2635 0,017
No.Pos BPS.04 HILIR Mulai Akhir > 0,49 0,2809 0,009
Sungai Jam
Waktu 40 detik M.A. (m) Debit (Q) 0,41 m3/det
Petugas Cuaca Cerah Hujan Luas (F) 0,65 m2
Kecep.(V) 0,63 m/dt

Rai Lebar Dalam Jumlah Putaran Kecepatan pada (m/det) Luas Debit
(m) (m) (m) 0.2H 0.6H 0.8H 0.2H 0.6H 0.8H Rata2 (m2) (m3/dt)
0,0 0 MA Kiri
0,5 0,50 0,50 122 0,87 0,866 0,25 0,22
1,0 0,50 0,49 70 0,50 0,501 0,24 0,12
1,5 0,35 0,45 63 0,45 0,451 0,16 0,07
1,7

PENGUKURAN ALIRAN DENGAN MENGGUNAKAN CURRENT METER


Rumus kecepatan :
Balai PSDA ………… No Kincir: 1-64270
n= n*X +a
Lokasi Bandar Panjang SelayoTanggal < 0,49 0,2635 0,017
No.Pos BPS.05 HULU Mulai Akhir > 0,49 0,2809 0,009
Sungai Jam
Waktu 40 detik M.A. (m) Debit (Q) 0,19 m3/det
Petugas Cuaca Cerah Hujan Luas (F) 0,27 m2
Kecep.(V) 0,69 m/dt

Rai Lebar Dalam Jumlah Putaran Kecepatan pada (m/det) Luas Debit
2 2
(m) (m) (m) 0.2H 0.6H 0.8H 0.2H 0.6H 0.8H Rata (m ) (m3/dt)
0,0 0 MA Kiri
0,4 0,40 0,28 107 0,76 0,760 0,11 0,09
0,8 0,40 0,25 102 0,73 0,725 0,10 0,07
1,2 0,30 0,20 73 0,52 0,522 0,06 0,03
1,4

25
Lampiran 2. Data Lengkap Pengukuran
PENGUKURAN ALIRAN DENGAN MENGGUNAKAN CURRENT METER
Rumus kecepatan :
Balai PSDA ………… No Kincir: 1-64270
n= n*X +a
Lokasi Bandar Panjang SelayoTanggal < 0,49 0,2635 0,017
No.Pos BPS.05 HILIR Mulai Akhir > 0,49 0,2809 0,009
Sungai Jam
Waktu 40 detik M.A. (m) Debit (Q) 0,18 m3/det
Petugas Cuaca Cerah Hujan Luas (F) 0,38 m2
Kecep.(V) 0,49 m/dt

Rai Lebar Dalam Jumlah Putaran Kecepatan pada (m/det) Luas Debit
(m) (m) (m) 0.2H 0.6H 0.8H 0.2H 0.6H 0.8H Rata2 (m2) (m3/dt)
0,0 0 MA Kiri
0,4 0,40 0,30 76 0,54 0,543 0,12 0,07
0,8 0,40 0,30 95 0,68 0,676 0,12 0,08
1,2 0,45 0,30 38 0,28 0,276 0,14 0,04
1,7

PENGUKURAN ALIRAN DENGAN MENGGUNAKAN CURRENT METER


Rumus kecepatan :
Balai PSDA ………… No Kincir: 1-64270
n= n*X +a
Lokasi Bandar Panjang SelayoTanggal < 0,49 0,2635 0,017
No.Pos BPS.06 HULU Mulai Akhir > 0,49 0,2809 0,009
Sungai Jam
Waktu 40 detik M.A. (m) Debit (Q) 0,16 m3/det
Petugas Cuaca Cerah Hujan Luas (F) 0,27 m2
Kecep.(V) 0,60 m/dt

Rai Lebar Dalam Jumlah Putaran Kecepatan pada (m/det) Luas Debit
2 2
(m) (m) (m) 0.2H 0.6H 0.8H 0.2H 0.6H 0.8H Rata (m ) (m3/dt)
0,0 0 MA Kiri
0,4 0,40 0,28 100 0,71 0,711 0,11 0,08
0,8 0,40 0,22 81 0,58 0,578 0,09 0,05
1,2 0,30 0,22 61 0,44 0,437 0,07 0,03
1,4

26
Lampiran 2. Data Lengkap Pengukuran
PENGUKURAN ALIRAN DENGAN MENGGUNAKAN CURRENT METER
Rumus kecepatan :
Balai PSDA ………… No Kincir: 1-64270
n= n*X +a
Lokasi Bandar Panjang SelayoTanggal < 0,49 0,2635 0,017
No.Pos BPS.06 HILIR Mulai Akhir > 0,49 0,2809 0,009
Sungai Jam
Waktu 40 detik M.A. (m) Debit (Q) 0,19 m3/det
Petugas Cuaca Cerah Hujan Luas (F) 0,23 m2
Kecep.(V) 0,83 m/dt

Rai Lebar Dalam Jumlah Putaran Kecepatan pada (m/det) Luas Debit
(m) (m) (m) 0.2H 0.6H 0.8H 0.2H 0.6H 0.8H Rata2 (m2) (m3/dt)
0,0 0 MA Kiri
0,4 0,40 0,20 113 0,80 0,803 0,08 0,06
0,8 0,40 0,20 110 0,78 0,781 0,08 0,06
1,2 0,40 0,18 131 0,93 0,929 0,07 0,07
1,6

PENGUKURAN ALIRAN DENGAN MENGGUNAKAN CURRENT METER


Rumus kecepatan :
Balai PSDA ………… No Kincir: 1-64270
n= n*X +a
Lokasi Bandar Panjang SelayoTanggal < 0,49 0,2635 0,017
No.Pos BPS.07 HULU Mulai Akhir > 0,49 0,2809 0,009
Sungai Jam
Waktu 40 detik M.A. (m) Debit (Q) 0,15 m3/det
Petugas Cuaca Cerah Hujan Luas (F) 0,27 m2
Kecep.(V) 0,57 m/dt

Rai Lebar Dalam Jumlah Putaran Kecepatan pada (m/det) Luas Debit
(m) (m) (m) 0.2H 0.6H 0.8H 0.2H 0.6H 0.8H Rata2 (m2) (m3/dt)
0,0 0 MA Kiri
0,4 0,40 0,30 88 0,63 0,627 0,12 0,08
0,8 0,40 0,20 73 0,52 0,522 0,08 0,04
1,2 0,35 0,20 73 0,52 0,522 0,07 0,04
1,5

27
Lampiran 2. Data Lengkap Pengukuran
PENGUKURAN ALIRAN DENGAN MENGGUNAKAN CURRENT METER
Rumus kecepatan :
Balai PSDA ………… No Kincir: 1-64270
n= n*X +a
Lokasi Bandar Panjang SelayoTanggal < 0,49 0,2635 0,017
No.Pos BPS.07 HILIR Mulai Akhir > 0,49 0,2809 0,009
Sungai Jam
Waktu 40 detik M.A. (m) Debit (Q) 0,16 m3/det
Petugas Cuaca Cerah Hujan Luas (F) 0,37 m2
Kecep.(V) 0,43 m/dt

Rai Lebar Dalam Jumlah Putaran Kecepatan pada (m/det) Luas Debit
(m) (m) (m) 0.2H 0.6H 0.8H 0.2H 0.6H 0.8H Rata2 (m2) (m3/dt)
0,0 0 MA Kiri
0,4 0,40 0,35 53 0,38 0,381 0,14 0,05
0,8 0,40 0,28 84 0,60 0,599 0,11 0,07
1,2 0,40 0,30 45 0,33 0,325 0,12 0,04
1,6

PENGUKURAN ALIRAN DENGAN MENGGUNAKAN CURRENT METER


Rumus kecepatan :
Balai PSDA ………… No Kincir: 1-64270
n= n*X +a
Lokasi Bandar Panjang SelayoTanggal < 0,49 0,2635 0,017
No.Pos BPS.08 HULU Mulai Akhir > 0,49 0,2809 0,009
Sungai Jam
Waktu 40 detik M.A. (m) Debit (Q) 0,05 m3/det
Petugas Cuaca Cerah Hujan Luas (F) 0,17 m2
Kecep.(V) 0,31 m/dt

Rai Lebar Dalam Jumlah Putaran Kecepatan pada (m/det) Luas Debit
2 2
(m) (m) (m) 0.2H 0.6H 0.8H 0.2H 0.6H 0.8H Rata (m ) (m3/dt)
0,0 0 MA Kiri
0,4 0,40 0,15 47 0,34 0,339 0,06 0,02
0,8 0,40 0,15 50 0,36 0,360 0,06 0,02
1,2 0,35 0,15 31 0,23 0,227 0,05 0,01
1,5

28
Lampiran 2. Data Lengkap Pengukuran
PENGUKURAN ALIRAN DENGAN MENGGUNAKAN CURRENT METER
Rumus kecepatan :
Balai PSDA ………… No Kincir: 1-64270
n= n*X +a
Lokasi Bandar Panjang SelayoTanggal < 0,49 0,2635 0,017
No.Pos BPS.08 HILIR Mulai Akhir > 0,49 0,2809 0,009
Sungai Jam
Waktu 40 detik M.A. (m) Debit (Q) 0,04 m3/det
Petugas Cuaca Cerah Hujan Luas (F) 0,12 m2
Kecep.(V) 0,35 m/dt

Rai Lebar Dalam Jumlah Putaran Kecepatan pada (m/det) Luas Debit
(m) (m) (m) 0.2H 0.6H 0.8H 0.2H 0.6H 0.8H Rata2 (m2) (m3/dt)
0,0 0 MA Kiri
0,4 0,40 0,15 49 0,35 0,353 0,06 0,02
0,8 0,40 0,15 49 0,35 0,353 0,06 0,02
1,2

PENGUKURAN ALIRAN DENGAN MENGGUNAKAN CURRENT METER


Rumus kecepatan :
Balai PSDA ………… No Kincir: 1-64270
n= n*X +a
Lokasi Bandar Panjang SelayoTanggal < 0,49 0,2635 0,017
No.Pos BPS.09 HULU Mulai Akhir > 0,49 0,2809 0,009
Sungai Jam
Waktu 40 detik M.A. (m) Debit (Q) 0,01 m3/det
Petugas Cuaca Cerah Hujan Luas (F) 0,06 m2
Kecep.(V) 0,18 m/dt

Rai Lebar Dalam Jumlah Putaran Kecepatan pada (m/det) Luas Debit
(m) (m) (m) 0.2H 0.6H 0.8H 0.2H 0.6H 0.8H Rata2 (m2) (m3/dt)
0,0 0 MA Kiri
0,2 0,20 0,10 22 0,16 0,163 0,02 0,00
0,4 0,20 0,10 29 0,21 0,213 0,02 0,00
0,6 0,20 0,10 22 0,16 0,163 0,02 0,00
0,8

29
Lampiran 3. Daftar Nama Kelompok PKL di Kantor Pengamat Wilayah VI
No Nama Mahasiswa NIM Pembimbing Lapangan
1. Ade Fitra Wijays J1B116022 Alqudri, ST
2. M. Hariyadi Oka Putra J1B116004 Alqudri, ST
3. Hafis Diya Ulhaq J1B116090 Alqudri, ST

30

Anda mungkin juga menyukai